Anda di halaman 1dari 61

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Umum Irigasi adalah usaha penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, institusi pengelola irigasi dan sumber daya manusia. Irigasi berfungsi mendukung produktivitas usahan tani untuk

meningkatkan produksi pertanian, dalam rangka ketahanan pangan nasional, dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani dan diwujudkan dengan mempertahankan keberlanjutan sistem irigasi yang ditentukan oleh keandalan air irigasi, keandalan prasarana irigasi, dan upaya peningkatan pendapatan petani dari usaha tani melalui penyelenggaraan sistem irigasi yang meliputi kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi. I.2 Latar Belakang Sektor pertanian adalah sumber mata pencaharian utama masyarakat di desa Pulau Gambar disamping berternak, berdagang dan lain sebagainya. Tanaman utama pertanian adalah tanaman padi. Padi membutuhkan jumlah air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perkembangannya. I.3 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya survey didaerah Pulo Gambar adalah: -. Menyelesaikan Tugas Irigasi -. Mengetahui dan mempelajari lokasi irigasi Pulo Gambar -. Mendisain ulang irigasi Pulo Gambar agar mendapat debit saluran yang maksimal.

I.4 Lokasi Desa Pulau Gambar merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Serba Jadi Kabupaten Serdang Bedagai. Desa ini dulunya merupakan bagian dari kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Deli Serdang sebelum terjadinya pemekaran daerah serdang Bedagai. Penduduk yang mendiami daaerah ini berjumlah 2700 KK (kepala keluarga) atau sekitar 8573 jiwa yang dengan perincian sebanyak 4330 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4243 jiwa perempuan (data tahun 2005). Desa Pulau Gambar secara geografis terletak antara lintang ( 310 )
4 dan bujur (98 7 ' ). Daerah irigasi Pulau Gambar mempunyai batas wilayah

sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Lubuk Pakam Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Dolok Masihul Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa

Gambar 1.1 Peta lokasi Irigasi Pulo Gambar

I.5 Penduduk Penduduk desa Pulau Gambar terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain : Melayu, Karo, Simalungun, Toba, Jawa, dan lain-lain yang pada umumnya memeluk agama Islam, Kristen, dan Katolik. Organisasi petani di desa Pulau Gambar ini cukup baik dan terkoordinir, seperti kelompok P3A (Persatuan Petani Pemakai Air), Kelompok Tani, dan Kepala Lorong. Pendidikan di desa Pulau Gambar cukup baik karena masyarakat di sana cukup peduli terhadap anak-anak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Posisi sekolah mereka selain SD cukup jauh dari desa Pulau Gambar yang berada 2 Km, yang bertempat di kecamatan Galang. Daerah Pulau Gambar ini terdapat irigasi yang di kenal dengan daerah irigasi Pulau Gambar . Daerah ini di bangun antara tahun 1968-1969. Daerah irigasi Pulau Gambar terletak di antara 16 dusun dan sumber air yang digunakan untuk mengaliri lahan pertanian daerah Pulau Gambar ini berasal dari aliran sei ular (sungai Ular). Daerah yang juga dialiri oleh aliran sungai Ular adalah daerah irigasi Pulau tagor yang juga berdekatan dengan daerah irigasi Pulau Gambar. Luas daerah irigasi Pulau Gambar adalah 803 Ha dengan panjang saluran 6,9 Km yang mana sebagian besar saluran irigasi terbuat dari dinding beton bertulang (lining) hanya sekitar 1,3 km lagi yang belum di beri dinding beton bertulang. I.6 Data Data Pendukung I.6.1 Kondisi Geografis dan Topografis Secara geografis juga wilayah ini terletak pada wilayah pengembangan Pantai Timur Sumatera Utara serta memiliki topografi dan iklim yang bervariasi. Untuk daerah topografi masyarakat di desa Pulau Gambar memakai system topografi yang menurun, setiap 100 m turun 5 cm. topografi unit irigasi

yang semakin menurun merupakan situasi lahan yang berkaitan karena air dialirkan pada lahan yang elevasinya tinggi dan air pun mengalir menuju lahan yang lebih rendah. Ini merupakan bentuk effisiensi terhadap penggunaan air yang berarti air yang digunakan tidak mengalami pemborosan. Daerah irigasi Pulau Gambar yang dibangun antara tahun 1968-1969 ini mengairi sawah di 16 dusun. Di daerah desa Pulau Gambar sumber air yang digunakan berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Ular. Pada umumnya DAS Sungai Ular ini dimanfaatkan untuk mengairi sawah sebagai upaya meningkatkan produksi pertanian. Daerah yang juga dialiri DAS Ular ini di mulai dari daerah irigasi Pulau Tagor (terletak di atas Pulau Gambar ), hingga daerah irigasi Pulau Gambar. Berdasarkan luas wilayah irigasi, luas areal daerah irigasi Pulau Gambar adalah 803 Ha, tapi bila dihitung dengan lahan kering, lahan tapak rumah, sawah luas areal keseluruhan adalah 1200 Ha. Sedangkan untuk daerah irigasi Pulau Tagor untuk lahan basahnya adalah 200 Ha dengan luas lahan kering lebih besar dari pada daerah kering desa Pulau Gambar. Hal ini disebabkan di desa Pulau Tagor banyak persawahan dan kebun kelapa sawit. Dahulu daerah irigasi lebih luas dibandingkan daerah sekarang, hal ini disebabkan karena banyak lahan yang digunakan sebagai tempat tinggal maupun banyak lahan yang tidak digunakan lagi. Untuk akses jalan di desa Pulau Gambar telah terdapat jalan yang dapat di lalui oleh kendaraan roda empat walaupun jalannya masih dibuat oleh para masyarakat setempat (belum diperkeras masih terbuat dari tanah), tidak seperti desa Pulau Tagor yang sudah terbuat/diperkeras dengan kerikil dan batu. Di desa Pulau Gambar ini juga tersedia jembatan yang terbuat dari besi dan beton yang menghubungkan dengan kota Galang. Pada saat survei kami melewati jembatan baja dimana lokasi jembatan ini dapat dilewati antara perjalanan dari kecamatan Galang dan Kota Tebing Tinggi. Akses jalan menuju daerah irigasi Pulau Gambar cukup baik dan mudah dilewati.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN


II.1 Bangunan-Bangunan Air A. Bangunan Utama Bangunan utama (Headworks) dapat didefinisikan sebagai

kompleks bangunan yang direncanakan sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur banyaknya air yang masuk. Bangunan utama terdiri dari bangunan-bangunan pengelak dengan peredam energi, satu atau dua pengambilan utama, pintu bilas, kolam olak, dan (jika diperlukan) kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan-bangunan pelengkap. Bangunan utama dapat diklasifikasikan ke dalam sejumlah kategori, bergantung kepada perencanaanya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa kategori : Bendung atau Bendung Gerak Bendung (Weir) atau Bendung Gerak (Barrage) dipakai untuk menginggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier. Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi (Command Area). Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup apabila aliran kecil. Di Indonesia, bendung adalah bangunan yang paling umum dipakai untuk membelokkan air sungai untuk keperluan irigasi.

Pengambilan bebas (Free Intake) Pengambilan Bebas ialah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air di sungai. Dalam keadaan demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah yang diairi dan jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup. Pengambilan dari Waduk Waduk (Reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu terjadi surplus air di sungai agar dapat dipakai sewaktuwaktu terjadi kekurangan air. Jadi, fungsi utama waduk ialah untuk mengatur aliran sungai. Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyka fungsi (Multipurpose) seperti untuk keperluan irigasi, tenaga air pembangkit listrik, pengendali banjir, perikanan, dan sebagainya. Waduk yang berukuran lebih kecil dipakai untuk keperluan irigasi saja. Stasiun Pompa Irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila

pengambilan secara gravitasai ternyata tidak layak, dilihat dari segi teknis maupun ekonomis. Pada mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal kecil, tetapi biaya eksploitasinya mahal. B. Jaringan Irigasi 1. Saluran Irigasi a. Jaringan Irigasi Utama

Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke

saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer ialah pada bangunan bagi yang terakhir. Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke

petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir. Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air

lain (bukan sumber yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan irigasi primer. Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap

tersier ke petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu pemeliharaanya menjadi tanggung jawabnya. b. Jaringan Irigasi Tersier Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier

di jaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah boks bagi kuarter yang terakhir. sawah. Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter

melalui bangunan bagi sadap tersier atau parit sawah ke sawah-

2. Saluran Pembuang a. Jaringan Saluran Pembuang Tersier Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak

tersier, menampung air langsung dari sawah dan membuang air tersebut ke dalam saluran pembuang tersier.

Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-

petak tersier yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan menampung air, baik dari pembuang kuarter maupun dari sawah-sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder. b. Jaringan saluran Pembuang Utama Saluran pembuang sekunder menampung air dari

jaringan pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung ke jaringan pembuang alamiah dan ke luar daerah irigasi. Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari

saluran pembuang skunder ke luar daerah irigasi. Pembuang prier sering berupa salran pembuang alamiah yang mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai, anak sungai atau laut.

C. Bangunan bagi dan Sadap Bangunan bagi aterletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk mambagi aliran antara dua saluran atau lebih. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke saluran tersier penerima. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian bangunan Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter)

D. Bangunan-bangunan Pengukur dan Pengatur Aliran akan diukur di hulu saluran primer, di cabang saluran jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Peralatan ukur dapat dibedakan menjadi alat ukur aliran-atas bebas (Free Overflow) dan alat ukur aliran bawah (Underflow) beberapa dari alat-alat pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air. Untuk menyederhanakan eksploitasi dan pemeliharaan, peralatan ukur yang dipakai di sebuah jaringan irigasi hendaknya dibatasi sampai dua atau maksimum tiga tipe saja. Peralatan berikut dianjurkan pemakaiannya di : Hulu Saluran Primer Untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai untuk pengukuran dan pintu sorong atau radial untuk pengatur. Bangunan Bagi / Bangunan Sadap Sekunder Pintu Romjin dan Pintu Crump-de Gruyter dipakai untuk mengukur dan mengatur aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur ambang lebar dengan pintu sorong atau radial bisa dipakai seperti untuk saluran primer. Bangunan Sadap Tersier Untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur Romjin atau jika fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de Gruyter. Di petak-petak tersier kecil di sepanjang saluran primer dengan tinggi muka air yang bervariasi, dapat dipertimbangkan untuk memakai bangunan sadap pipa sederhana.

E. Bangunan Pengatur Muka Air Bangunan pengatur muka air mengatur / mengontrol muka air di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier. Bangunan pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat distel atau tetap. Untuk bangunan pengatur yang dapat distel dianjurkan untuk menggunakan pintu (sorong, radial, atau lainnya). Bangunan pengatur diperlukan di tempat-tempat di mana tinggi muka air di saluran dipengaruhi oleh bnagunan terjun atau got miring (chute). Untuk mencegah meninggi atau menurunnya muka air di saluran, dipakai mercu tetap atau celah kontrol trapesium (Trapezoidal Notch). F. Bangunan Pembawa Bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran. Aliran yang melalui bangunan ini bisa superkritis atau subkritis. 1. Bangunan pembawa dengan aliran superkritis a. Bangunan terjun Dengan bangunan terjun, menurunnya muka air (dan tinggi energi) dipusatkan di satu tempat. Bangunan terjun bisa memiliki terjun tegak atau terjun miring. Jika perbedaan tinggi energi mencapai beberapa meter, maka konstruksi got miring perlu dipertimbangkan. b. Got miring Daerah got miring dibuat apabila trase saluran melewati ruas medan dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energi yang besar. Got miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan (lining) dengan aliran superkritis, dan umumnya mengikuti kemiringan medan alamiah.

10

2. Bangunan pembawa dengan aliran subkritis a. Gorong-gorong Gorong-gorong dipasang di tempat-tempat di amana saluran lewat di bawah bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila pembuang lewat di bawah saluran. Aliran di dalam gorong-gorong umumnya aliran bebas. b. Talang Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran lainnya, saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembahlembah. Aliran di dalam talang adalah aliran bebas. c. Sipon Sipon dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan gravitasi di bawah saluran pembuan, cekungan, anak sungai, atau sungai. Sipon juga dipakai untuk meleawtkan air di bawah jalan, jalan kereta api, atau bangunan-bangunan yang lain. Sipon merupakan saluran tertutup yang direncanakan untuk mengalirkan air secara penuh dan sangat dipengaruhi oleh tinggi tekan. d. Jembatan Sipon Jembatan sipon adalah saluran tertutup yang bekerja atas dasar tinggi tekan dan dipakai untuk mengurangi ketinggian bangunan pendukung di atas lembah yang dalam.
e. Flum (Flume)

Ada beberapa tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi melalui situasi-situasi medan tertentu, misalnya :

11

Flum Tumpu (Bench Flume), untuk mengalirkan air di

sepanjang lereng bukit yang curam.


Flum Elevasi (Elevated Flume), untuk menyeberangkan air di

irigasi lewat di atas saluran pembuang atau jalan air lainnya.


Flum, Dipakai apabila batas pembebasan tanah (Right of Way)

terbatas atau jika bahan tanah tidak cocok untuk membuat potongan melintang saluran trapezium biasa. Flum mempunyai potongan melintang berbentuk segi empat atau setengah bulat. Aliran dalam flum adalah aliran bebas. f. Saluran Tertutup Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka melewati suatu daerah di mana potongan melintang harus dibuat pada galian yang dalam dengan lereng-lereng tinggi yang tidak stabil. Salruan tertutup juga dibangun di daerah-daerah pemukiman dan di daerahdaerah pinggiran sungai yang terkena luapan banjir. Bentuk potongan melintang saluran tertutup atau saluran gali dan timbun adalah segi empat atau bulat. Biasanya aliran di dalam saluran tertutup adalah aliran bebas. g. Terowongan Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi / anggaran memungkinkan untuk saluran tertutup guna mengalirkan air melewati bukit-bukit dan medan yang tinggi. Biasanya aliran dalam terowongan adalah aliran bebas. G. Bangunan Lindung

12

Bangunan lindung diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar. Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dari luar saluran. 1. Bangunan pembuang silang Gorong-gorong adalah bangunan pembuang silang yang paling umum digunakan sebagai lindungan luar, lihat juga pasal mengenai bangunan pembawa. Sipon dipakai jika saluran irigasi kecil melintasi saluran pembuang yang besar. Dalam hal ini, biasanya lebih aman dan ekonomis untuk membawa air irigasi dengan sipon lewat di bawah saluran pembuang tersebut. Overchute akan direncana jika elevasi dasar saluran pembuang di sebelah hulu saluran irigasi lebih besar daripada permukaan air normal di saluran.
2. Pelimpah (Spillway)

Ada tiga tipe lindungan dalam yang umum dipakai, yaitu saluran pelimpah, sipon pelimpah, dan pintu pelimpah otomatis. Pengatur pelimpah diperlukan tepat di hulu bangunan bagi, di ujung hilir saluran primer atau sekunder dan di tempat-tempat lain yang dianggap perlu demi keamanan jaringan. Bangunan pelimpah bekerja otomatis denagn naiknya muka air.
3. Bangunan Penguras (Wasteway)

Bangunan penguras, biasanya dengan pintu yangh dioperasaikan dengan tangan, dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas saluran bila diperlukan. Untuk mengurangi tingginya biaya, bangunan ini dapat digabung dengan bangunan pelimpah.
13

4. Saluran pembuang samping Aliran buangan biasanya ditampung di saluran pembuang terbuka yang mengalir paralel di sebelah atas saluran irigasi. Saluran-saluran ini membawa air ke bangunan pembuang silang atau jika debit relatif kecil dibanding aliran air irigasi, ke dalam saluran irigasi itu melalui lubang pembuang. H. Jalan dan Jembatan Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi, dan pemeliharaan jaringan irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan. Masyarakat boleh menggunakan jalan-jalan inspeksi ini untuk keperluankeperluan tertentu saja. Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan umum di dekatnya, maka tidak diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut. Biasanya jalan inspeksi terletak di sepanjang sisi saluran irigasi. Jembatan dibangun untuk saling menghubungkan jalan-jalan inspeksi di seberang saluran irigasi / pembuang atau untuk menghubungkan jalan inspeksi dengan jalan umum. I. Bangunan Pelengkap Tangul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap banjir yang berasal dari sungai atau saluran pembuang yang besar. Pada umumnya tanggul diperlukan di sepanjang sungai di sebelah hulu bendung atau di sepanjang saluran primer. Fasilitas-fasilitas eksploitasi diperlukan untuk eksploitasi jaringan irigasi secara efektif dan aman. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain meliputi : kantor-kantor di lapangan, bengkel, perumahan untuk staf irigasi,

14

jaringan komunikasi, patok hektometer, papan eksploitasi, papn duga, dan sebagainya. Bangunan-bangunan pelengkap yang dibuat di dan sepanjang saluran meliputi : Pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna memberikan pengaman sewaktu terjadi keadaan-keadaan gawat. Tempat-tempat cuci, tempat mandi ternak dan sebagainya, untuk memberikan sarana untuk mencapai air di saluran tanpa merusak lereng. Kisi-kisi penyaring untuk mencegahtersumbatny abnguna (sipon dan gorong-gorong panjang) oleh benda-benda hanyut. Jembatan-jembatan penduduk. untuk keperluan penyeberangan bagi

II.2 Analisa Hidrologi


1. Curah Hujan

Curah hujan adalah salah satu sumber air bagi tanaman yang jumlah dan volumenya diluar kontrol kita, tetapi walupun demikian konstribusi air hujan terhadap perencanaan irigasi adalah merupakan hal penting, terutama pada daerah irigasi yang mempunyai keterbatasan sumber air. Belum ada satu metode untuk memperkirakan besarnya konstribusi air hujan terhadap suatu skema irigasi seakurat metode untuk memperkirakan penggunaan air oleh tanaman yang sudah dikembangkan. Sebelum melakukan proses pengolahan data curah hujan, data curah hujan tersebut harus diperiksa secara manual. Data curah hujan harian terbesar misalnya harus realistik atau akan memberikan hasil yang tidak diinginkan.

15

Total curah hujan bulanan yang berulang mugkin disebabkan karena kesilapan memasukkan data bulanan yang berulang. Pembulatan curah hujan harian mungkin mengakibatkan ketidakakuratan dan tidak realistik. Curah hujan bulanan dan tahunan perlu diperiksa dengan

menggambarkan grafik masa (doable mass carve ) diantara stasiun pengamat curah hujan dan atau dengan stasiun yang berada di sekitar lokasi daerah studi untuk memperlihatkan perolehan lokasi dari pada stasiun curah hujan. Apabila periode pengamatan terlalu pendek. Data beberapa stasiun perlu disama sama di bandingkan. Curah hujan efektif (effektive rain fall) dan curah hujan yang

berlebihan (axcess rain fall) di peroleh berdasarkan data curah hujan harian, parameter curah hujan effektif didasarkan atas total curah hujan setengah bulanan dan curah hujan yang berlebihan (axcess rain fall),berdasarkan total curah hujan 3 harian pada setiap bulannya. Tidak seluruh air hujan yang jatuh ke permukaan bumi efektif karena sebagian akan hilang sebagai run off, perkolasi (deep percolation) dan evapotranspirasi. Hanya sebagian dari hujan atau curah hujan yang tinggi dapat mengisi dan tersimpan di daerah akar tanaman (root zone) dan efektivitasnya cukup rendah. Hubungan antara curah hujan efektif bulanan rata rata dan curah hujan bulanan rata-rata diperlihatkan untuk besaran ET. Crop yang berbeda. Pada saat pemberian air irigasi volume air yang dapat disimpan dengan effektif pada laposan akar tanaman diperkirakan sebesar 75 mm. 1.a. Curah Hujan Andalan Curah hujan andalan adalah curah hujan rerata daerah minimum untuk

16

kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan dan dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Curah hujan andalan digunakan untuk menentukan curah hujan efektif yang merupakan curah hujan yang digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Curah hujan andalan untuk tanaman padi ditetapkan sebesar 80 % sedangkan untuk tanaman palawija sebesar 50 %. Langkah-langkah dalam penentuan curah hujan andalan yaitu : 1. Urutkan data curah hujan rerata daerah bulanan dari kecil ke besar. 2. Tentukan curah hujan andalan dengan rumus : - R = n/5 + 1 (untuk keandalan sebesar 80 %) - R = n/2 + 1 (untuk keandalan sebesar 50 %) 1.b. Curah Hujan Efektif Curah hujan efektif adalah curah hujan yang digunakan tanaman untuk pertumbuhan. Apabila curah hujan yang turun intensitasnya rendah, maka jumlah air tersedia tidak mencukupi untuk pertumbuhan tanaman. Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman ditentukan per 10 harian bulanan. Untuk tanaman padi, nilai curah hujan efektifnya dapat dihitung dengan menggunakan: Re = (0,7 x R80) Sedangkan untuk tanaman palawija, nilai curah hujan efektifnya dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Re = R50 Dengan : Re Re = R50 = curah hujan efektif (mm)

R80 = curah hujan rancangan probabilitas 80 % (mm) R50 = curah hujan rancangan probabilitas 50 % (mm) n = banyaknya pengamatan Langkah-langkah dalam menentukan curah hujan efektif yaitu : 1. Menentukan curah hujan andalan per 10 harian dalam tiap bulannya.

17

2. Menghitung curah hujan efektif dengan rumus : - Re = (0,7 x R80) untuk padi - Re = R50 untuk palawija

2. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah kombinasi kehilangan air dari permukaan tanah (evaporasi ) dan tanaman ( transpirasi ). Kedua duanya terjadi secara simultan dan sulit untuk membedakan kedua proses tersebut. Faktor faktor yang mempengaruhi evapotranpirasi (ET) adalah :
a. Radiasi matahari (solar radiaton).

Evapotranspirasi adalah konversi dari air menjadi uap air, proses tersebut terjadi sepanjang siang hari dan juga sering terjadi pada malam hari. Dari perubahan dari molekul air menjadi gas diperlukan energi yang dikenal dengan latent heat of vovo rasion. Proses ini sangat efektif terjadi dibawah penyinaran matahari langsung. Dengan adanya awan yang melindungi penyinaran langsung matahari yang sampai kepermukaan bumi akan berkurang sehingga mengurangi masukan energi, untuk proses evapotranspirasi. b. Temperatur Apabila temperatur ambient dari pada udara, tanah dan tanaman tinggi, proses evapotranspirasi akan besar dibandingkan jika keadaan dingin, karena energi yang tersedia akan lebih besar, selanjutnya semakin tinggi temperatur udara semakin tinggi pula kemampuan untuk mengabsorpsi uap air, jadi temperatur udara mempunyai pengaruh ganda didalam proses terjadinya evapotranspirasi, sedangkan permukaan tanah , daun tumbuhan dan tenperatur air hanya mempunyai pengaruh tunggal.
c. Kadar lengas relatif (relative humidity)

18

Apabila kadar lengas udara naik, kemampuan untuk mengabsorsi uap air berkurang dan evaporasi menjadi lautan. Manakala stomata daun tanaman terbuka, difusi uap udara yang keluar dari daun tergantung pada perbedaan antara tekanan uap air didalam proses rongga sel dan tekanan air pada atmosfir. d. Angin Dengan mengisapnya air ke atmosfir lapisan batas antara permukaan tanah (daun tanaman) dan udara menjadi menjadi lembab dan harus digeser diam secara terus menerus digantikan oleh udara kering ketika proses evapotranspirasi terjadi, pergeseran udara pada lapisan batas tergantung pada kepada angin sehingga kecepatan angin sangat penting dalam hal ini.

e. Variasi elevasi/ketinggian Pada suatu zona iklim tertentu ET akan berbeda sesuai dengan ketinggian dihitung dari elevasi permukaan air laut, ini sebenarnya bukan berbeda karena ketinggian itu sendiri tetapi diakibatkan oleh temperature, karena lengas dan kecepatan angin berhembus yang berkaitan dengan ketinggian wilayah yang dimaksud juga radiasi matahari untuk wilayah tinggi berbeda dengan wilayah yang rendah.

3. Perhitungan Debit Pengambilan Rencana

Perkiraan kebutuhan air irigasi dibuat sebagai berikut: Kebutuhan bersih air di sawah untuk padi (NFR) NFR = ETc + P Re + WLR Kebutuhan irigasi untuk padi

19

IR = NFR/e Keterangan ETc P Re E WLR = penggunaan konsumtif (mm) = kehilangan air akibat per kolasi (mm/hari) = curah hujan per hari (mm/hari) = efisiensi irigasi secara keseluruhan = penggantian lapisan air mm/hari

Penggunaan Konsumtif (ETc) ETc = Kc x ET0 Kc ET0 = koefisien tanaman = Evaporasi potensian pennman mm hari

Kebutuhan air irigasi selama jangka waktu penyiapan lahan IR = M ek/(ek 1) IR M E0 K T S = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan mm/hari = kebutuhan ait untuk mengganti menkonspensasi air yang hilang akibat evaporasi M=eo+p = Evaporasi air terbuka yang diambil dari 1,1 x ET0 selama penyiapan lahan =MT/S =jangka waktu penyiapan lahan = air yang dibutuhkan untuk penjenuhan ditambah dengan 50 mm

20

BAB III PENGGUNAAN ALAT GPS

III.1 UMUM

Perkembangan

teknologi

dapat

mempermudah

manusia

dalam

melakukan aktivitas, salah satunya adalah dengan penggunaan GPS yang berguna untuk menentukan posisi suatu daerah dengan bantuan satelit. GPS (Global Positioning System) adalah system navigasi menggunakan 24 satelit MEO (Medium Earth Orbit atau Middle Earth Orbit) yang mengelilingi bumi dan penerima-penerima di bumi. Satelit mengorbit pada ketinggian sekitar 12.000 mil di atas bumi dan mampu mengelilingi bumi dua kali dalam 24 jam. Satelit GPS secara kontinu mengirimkan sinyal radio digital yang mengandung data lokasi satelit dan waktu pada penerima yang berhubungan. Satelit GPS dilengkapi dengan jam atom dengan ketetapan satu per satu detik. Berdasarkan informasi ini stasiun penerima mengetahui berapa lama waktu yang digunakan untuk mengirim sinyal sampai ke penrima mengetahui bahwa satelit terletak pada posisi tertentu pada permukaan bola imaginer yang berpusat di satelit. Dengan menggunakan 3 satelit. GPS dapat menghitung lintang dan bujur penerima berdasarkan perpotongan ketiga bola imaginer. Dengan menggunakan 4 satelit dapat juga ditentukan ketinggian. GPS dikembangkan dan dioperasikan oleh departemen pertahanan Amerika, asalnya dikenal dengan NAVSTAR ( Navigation System With Timing And Rangging). Sebelum untuk keperluan yang lebih luas digunakan untuk menyediakan kemampuan navigasi sepanjang waktu dan dalam segala cuaca untuk militer, darat, laut, dan angkatan udara, disamping untuk navigasi dan penentuan posisi geografis, dapat juga digunakan untuk pemetaan, kehutanan, eksplorasi mineral, pengawasan perpindahan penduduk.

21

GIS ( Geografic Information System) adalah suatu hardware atau software system yang membiarkan para pemakai untuk memasang,mengintegrasikan, query dan memetakan dengan leluasa mengacu informasi. Dengan adanya GIS para pemakai dapat dengan cepat berkombinasi lapisan peta untuk memetakan perspektif, query atribut dan mengkakulasikan jarak. Langkah-langkah penting dalam penggunaan GPS adalah : 1. InsialisasiGPS Merupakan langkah pertama dalam pengoperasian, hal ini bertujuan untuk menginisiasikan GPS yang dipakai agar akurat, langkah dimulai dengan memilih Negara dimana kita berada (dalam hal ini di Indonesia). Inisialisa ini dilakukan setiap kita pindah posisi sejauh 500 mil. 2. System Setup Merupakan langkah untuk mengeset dengan cara mengatur mode operasi GPS, pengaturan waktu dan preferensi layar. a. Mode operasi, mode normal atau mode simulator b. Pengaturan waktu yang dapat diubah hanyalah waktu diareal kita, sedangkaninformasi waktu dan tanggal dari satelit GPS tidak dapat diubah oleh user. c. Preferensi layar terdiri dari pengesetan kecerahan, tingkat kekontrasan, setting tone dan lain-lain. 3. Setup navigasi Merupakan penyetelan untuk memilih format posisi, datum peta, skala CDI, unit pengukuran untuk kecepatan dan jarak dan referensi arah utara. a. Format posisi bertujuan untuk mengatur format koordinat, setting defaultnya adalah bujur dan lintang dalam derajat dan menit ataua UTM/ UPS atau user defined grid misalnya Indonesia 1974.

22

b. Datum peta, default setting wgs 1984 ada lebih 100 datum peta yang tersedia dalam gas c. Kala CDI, course diviation indicator merupakan sakla pada halaman high way. d. Unit pengukuran, satuan jarak dan kecepatan (m/km) Dengan GPS (Global Positioning System) yang digunakan dalam tugas ini adalah untuk mengetahui koordinat dan posisi daerah irigasi Pulo Gambar dan mengeplot jaringan teknis irigasi. GPS banyak digunakan untuk kepentingan sipil dan militer seperti pemetaan dan survey. Adapun tipe-tipe dari GPS adalah : 1. GPS Geodetik GPS ini memiliki ketelitian yang tinggi dikarenakan GPS ini dapat mengukur koordinat suatu titik dengan titik lain dengan jarak yang cukup dekat kira-kira radius 1 meter. Contohnya Topcon, Leica, Astech, Trimble seri 4000. dan lain-lain. 2. GPS Navigasi GPS ini memiliki ketelitian yang cukup tinggi dengan jarak yang dapat dijangkau adalah kira-kira radius 5-15 m. contoh dari GPS ini adalah Trimble Ensign, Trimble Pathfinder, Garmin, Sony dan sebagainya. Kegunaan dari GPS antara lain : 1. Militer GPS digunakan unutk keperluan perang, seperti menuntun arah bom, atau mengetahui posisi pasukan berada. Dengan cara ini kita bias mengetahui mana teman mana lawan untuk menghindari salah target, ataupun menentukan pergerakan pasukan.

23

2. Navigasi GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas. Beberapa jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS untuk alat bantu navigasi, dengan menambahkan peta, maka bisa digunakan untuk memandu pengendara, sehingga pengendara bisa mengetahui jalur mana yang sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Sistem Informasi Geografis Untuk keperluan Sistem Informasi Geografis, GPS sering juga diikutsertakan dalam pembuatan peta, seperti mengukur jarak perbatasan, ataupun sebagai referensi pengukuran. 4. Pelacak kendaraan Kegunaan lain GPS adalah sebagai pelacak kendaraan, denga bantuan GPS pemilik kendaraan/ pengelola armada bisa mengetahui ada dimana saja kendaraannya/ aset bergeraknya berada saat ini. 5. Pemantau gempa Bahkan saat ini, GPS dengan ketelitian tinggi bisa digunakan untuk memantau pergerakan tanah, yang ordenya hanya mm dalam setahun. Pemantauan pergerakan tanah berguna untuk memperkirakan terjadinya gempa, baik pergerakan vulkanik ataupun tektonik. Dalam pengerjaan tugas ini kami menggunakan GPS tipe Navigator dimana radius yang disorot kira-kira 6m, tergantung pada sinyal satelit. GPS ini digunakan dalam menentukan koordinat bangunan-bangunan teknis, unitunit irigasi, juga batasan lain irigasi dengan memperlihatkan akses jalan masuk dan keluar serta wilayah-wilayah lain yang terdekat dan berhubungan pada daerah irigasi Pulo Gambar.

24

Upload dan download data GPS dengan waypoint. Memasukkan titik koordinat ke GPS secara otomatis (uploading). Pemasukan data ke GPS atau yang dikenal dengan istilah uploading merujuk pada dua macam jenis yakni tipe pengiriman pemasukaan dan penjelasan sebagai berikut : 1. Pengiriman data dalam bentuk file ke GPS (sending file) , yakni penggunaan sesudah memiliki data dalam format tertentu yang sesuai dengan waypoint +, kemudian mentransfer data tersebut ke computer ke unit GPS. Jenis pemasukan ini dikenal dengan GPS to GPS Transfer yang merujuk pada kondisi dimana GPS tersebut dua buah unit GPS tersebut bertukar data melalui interface computer. 2. Pemasukan data dalam file ke GPS (uploading) yakni pengguna membuat data sendiri yang bukan berasal dari GPS. Data ini diketik dalam format tertentu (dapat melalui text editor wordpad) sekali data sudah dalam bentuk elektronik file (softcopy) maka data ini dapat di upload ke banyak GPS.

III.2 CARA KERJA DAN MENGGUNAKAN ALAT GPS 1. Pertama sekali tim survey berdiri tepat pada lokasi pintu intake dari bendungan, kemudian kami menghidupkan alat GPS dan telah memastikan bahwa alat memadai.
2. Setelah

tersebut

kapasitas baterainya melihat SIGNAL, sampai MENU

posisi PAGE muncul

lalu tekan tombol

TRACK, kemudian

25

tekan tombol ENTER dan muncul kotak dialog, dan posisi ON di checklist.
3. Setelah merasa OK atau cocok dengan koordinatnya, maka tekan

lagi hingga muncul MENU TRACK kemudian tekan tombol ENTER. Kemudian setelah mendapatkan signal, lakukan penguncian signal dengan men-save-nya pada radius 10 m, dan dimana posisi kita berada saat itu langsung di plot. 4. Alat GPS sudah siap untuk dijalankan, kemudian kami mulai menyusuri saluran dengan berjalan kaki karena jalan yang dilalui cukup sempit untuk dilalui oleh kendaraan seperti mobil. 5. Pengambilan koordinat awal dimulai dari pintu intake dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak di tepi saluran irigasi. Kemudian kami menyorot koordinat Bangunan Terjun yang pertama kami temui dengan menggunakan metode yang sama pada pintu intake, kemudian biarkan alat bekerja, setelah itu catat hasil yang ditampilkan alat GPS mengenai ketinggian (elevasi) dari permukaan air laut dan koordinat (x,y,z) yang ditampilkan. 6. Begitu seterusnya pada titik-titik penting bangunan saluran irigasi seperti pintu bagi, bangunan terjun, dan bangunan air lainnya dilakukan proses seperti di awal yaitu di plot. III.3 PEMETAAN KOORDINAT GPS Setelah dilakukannya pengeplotan titik-titik yang penting dalam jaringan irigasi Pulo Gambar, maka dilakukan pemetaan titik-titik tersebut ke dalam PC, baik secara manual maupun otomatis. Cara manual maksudnya adalah melihat koordinat-koordinat dalam jaringan secara visual dan memasukkan koordinat satu persatu ke dalam program AutoCAD dengan melihat batasan-batasan koordinat ujung dan pangkal. Adapun cara menggunakan otomatis adalah melihat koordinat-koordinat pada GPS dengan menggunakan software Mpsource dan dikonversikan ke program AutoCAD.

26

BAB IV KONDISI EKSISTING DAERAH IRIGASI PULAU GAMBAR


IV.1 Aspek Teknis Daerah Irigasi Pulau Gambar Di tinjau dari aspek teknis daerah irigasi Pulau Gambar termasuk daerah irigasi teknis, karena sistem irigasi teknis mempunyai fasilitas bangunan yang sudah lengkap. Salah satu prinsip rancang bangun dalam sistem irigasi teknis adalah pemisahan sistem jaringan pembawa dengan sistem pembuang. Bangunan ukur dan bangunan pembagi menjadi sangat dibutuhkan dalam pengolahan air irigasi. Petak tersier menjadi sangat penting karena menjadi dasar perhitungan sistem alokasi air. Luas daerah irigasi Pulau Gambar adalah 803 Ha yang sebagian besar saluran irigasi terbuat dari dinding beton bertulang hanya sekitar 1,3 km lagi yang belum di beri dinding beton bertulang. Berdasarkan aspek teknis daerah irigasi Pulau Gambar dapat di bagi menjadi beberapa bagian, yaitu : a. Free in Take b. Bangunan penangkap sedimen c. Syphon d. Bangunan pembagi saluran primer, sekunder, dan tersier e. Pintu air f. Saluran pembuang

a. Free in Take Sumber air yang dipakai untuk unit-unit irigasi Pulau Gambar adalah sumber air yang berasal dari aliran sungai ular. Free in take pada saluran-

27

saluran irigasi Pulau Gambar dan Pulau Tagor tidak memiliki bendungan seperti daerah irigasi lainnya melainkan pengambilan air dilakukan langsung dari sungai ular. Tetapi untuk memperoleh yang lebih baik lagi sebaiknya pengambilan air berasal dari bendungan. Bendungan dapat menyimpan air pada musim hujan dan menggunakannya pada musim kemarau ataupun pada saat tanaman membutuhkan iar yang cukup untuk pertumbuhannya.

Gambar 4.1 Free intake / bangunan induk (koordinat: 559;094) Pengambilan air dari sungai ular dilakukan dengan membuat saluran sadap air yang langsung menuju ke pintu air saluran primer. Pengambilan air dan pembagian air tiap bangunan bagi bila tanpa bendung hanya dapat dilakukan bila ketinggian air yaitu 50 cm, bila 35 cm-30 cm air dapat di bagi tapi agak sedikit kesulitan dalam membaginya karena air terlalu sedikit. Apabila ketinggian air di bangunan bagi menurun hanya 10 cm-15cm air tidak dapat di bagi, oleh karena itu di saluran tersier terpaksa air di rotasi/ sistem bergilir. Petugas yang mengatur dan mengontrol pintu in-take ini adalah pengurus P3A(Persatuan Petani Pemakai Air) dengan waktu yang telah terjadwal melalui musyawarah desa.

28

Secara umum free in-take saluran irigasi Pulau Gambar dapat di bagi menjadi : Saluran sadap utama dari sungai Ular Pintu air pemasukan

Bangunan terjun Saluran sadap utama dari sungai Ular dibuat sepanjang 200 meter

dari tepi sungai sampai ke pintu saluran primer dengan elevasi yang semakin turun. Tujuan dibuat kemiringan yang menurun adalah agar air dapat masuk leih cepat dan banyak ke dalam saluran. Saluran utama dibuat dari beton bertulang dan berbentuk trapesium. Akhir dari saluran sadap utama ini berakhir di pintu saluran primer. Pintu ini merupakan pintu putar manual yang terbuat dari baja dan berjumlah dua buah. Masing-masing pintu dilengkai dengan kisi-kisi atau jaring besi yang bertujuan untuk mencegah masuknya sampah-sampah atau endapan besar saperti ranting pohon, kayu dan sebagainya. Kisi-kisi tersebut di pasang secara paralel yang berguna untuk mencegah masuknya kotoran ketika diadakan pembersihan. Posisi kisi-kisi adalah masing-masing berada di depan pintu air. Bangunan air yang terdapat di belakang kisi-kisi berguna sebagai pemecah energi sehinga kecepatan air yang masuk dapat diturunkan. Penurunan kecepatan air ini dilakukan sebelum memasuki daerah kantong lumpur. Daerah kantong lumpur berfungsi sebagai tempat endapan berdiam. b. Bangunan penangkap sedimen Di daerah irigasi Pulau Gambar bangunan penangkap sedimen terletak sekitar 12 meter dari pintu putar manual yang berbentuk seperti kolam penampungan. Bangunan penangkap sedimen ini sangat penting perannya

29

dalam menjaga kualitas air menuju saluran-saluran yang dilaluinya, karena sedimen merupakan masalah yang harus dapat diselesaikan karena dapat memperkecil luas tampang basah sehinnga kemampuan tampang untuk mengalirkan debit perlu tidak di penuhi. Kecepatan aliran arus air dan kemiringan daerah kantong lumpur adalah kecil karena agar kotoran yang melewati daerah sand-trap dapat mengendap.

Gambar 4.2 Bangunan Penangkap Sedimen (koordinat: 546;089) Apabila sedimen telah mengendap ke dasar saluran maka diperlukan pengerukan. Di desa Pulau Gambar, pengerukan dapat dilakukan pada saat : Penanaman benih (masa penanaman) Pertengahan masa tanam Penurunan benih (masa pemanenan) Saat hujan Alat-alat yang digunakan untuk pengerukan endapan pada bangunan penangkap sedimen adalah Backhoe (dilakukan pada saat masa penanaman/pemanenan) yang dilakukan untuk pengerukan endapan yang banyak dan untuk endapan yang tidak begitu banyak yang dilakukan secara

30

rutin adalah memakai sekop yang berjaring dan endapan akan menyangkut di jaringan tersebut. c. Syphon Syphon merupakan salah satu jenis urung-urung. Sistem pengaliran air didalam syphon pada umumnya tidak menggunakan pompa ataupun yang lainnya. Syphon hanya bergantung pada energi potensial pengaliran air. Syphon biasanya terbuat dari beton bertulang berbentuk trapesium maupun segitiga dan pipa (PVC) yang berbentuk bulat pipa. Di daerah irigasi Pulau Gambar syphon terbuat dari beton bertulang dan berbentuk pipa yang juga diatur oleh pintu in-take. Kondisi syphon kira-kira 1,2 meter dari muka tanah. Di daerah sekeliling syphon terdapat juga lapisan beton yang berguna agar syphon tidak cepat rusak apabila di beri beban. Dimensi dari pipa syphon adalah terdiri atas diameter yang berjarak 60 cm.

d. Bangunan Bagi Bangunan bagi di daerah irigasi Pulau Gambar adalah terdapat disepanjang saluran primer, saluran sekunder, dan saluran primer. Setiap bangunan bagi memiliki beberapa pintu sorong atau sebagai pintu intake untuk mendistribusikan air ke lahan-lahan irigasi (unit-unit irigasi). Bangunan bagi di daerah irigasi Pulau Gambar terdiri atas:
1) Bangunan bagi I

Bangunan bagi ini terdiri atas 4 pintu sorong yang terdiri atas 3 pintu sorong yang sejajar dengan arah aliran air dan 1 pintu sorong yang tegak lurus dengan arah aliran air (intake kanan) dan juga 2 bendungan (mercu tetap) yang terletak setelah kantong lumpur (sand-trap). Bangunan ini masih berada di daerah saluran primer. Bangunan ini mengirimkan air ke daerah persawahan desa Pulau Tagor.
31

Gambar 4.3 Bangunan Bagi I (koordinat: 486;134)

2) Bangunan bagi II

Bangunan ini terdiri atas 4 pintu sorong yang terdiri atas 2 pintu yang sejajar dengan arah aliran-aliran air dan 2 pintu intake dan juga 2 mercu tetap. Posisi bangunan bagi ini masih berada di saluran primer. Bangunan ini mengirimkan air ke daerah persawahan desa Pulau Tagor.

Gambar 4.4 Bangunan Bagi II (koordinat: 464;182)

32

3) Bangunan bagi III

Bangunan bagi ini terdiri atas 3 pintu sorong yang terdiri atas 2 pintu yang sejajar dengan arah aliran-aliran air dan 1 pintu intake dan 2 mercu tetap dan 1 intake yang melewati box culvert. Posisi bangunan bagi ini masih berada di daerah saluran primer. Bangunan ini mengirimkan air ke daerah persawahan desa Pulau Tagor.

Gambar 4.5 Bangunan Bagi III (koordinat: 475;273)


4) Bangunan Bagi IV

Bangunan bagi ini terdiri atas 3 pintu sorong yang terdiri atas 2 pintu yang sejajar dengan arah aliran aliran air dan 1 pintu intake. Posisi bangunan ini masih berada di saluran primer. Di bangunan bagi 4 ini terdapat 1 pintu sorong yang rusak sudah tidak layak pakai lagi.

Gambar 4.6 Bangunan bagi IV (koordinat: 453;322)

33

5) Bangunan bagi V

Bangunan ini sama dengan bangunan bagi 4, tetapi semua pintu dalam keadaan tidak layak pakai.

Gambar 4.7 Bangunan bagi V (koordinat: 540;424) 6) Bangunan bagi VI

Bangunan bagi ini terdiri atas 5 pintu sorong yang terdiri atas 2 pintu yang sejajar dengan arah aliran-aliran air dan 3 pintu intake. Posisi bangunan ini berada antara saluran primer dan sekunder. Di bangunan bagi 6 ini sudah tidak layak pakai lagi. Karena terdapat banyak sedimen.

Gambar 4.8 Bangunan bagi VI (koordinat: 387;666)

34

Pada lokasi irigasi pulo gambar ini bangunan bagi yang ada tidak hanya sampai bangunan bagi 6 tetapi sampai bangunan bagi 9. Namun dikarenakan medan yang dilalui menuju bangunan bagi 7 (koordinat: 270;964) , bangunan bagi 8 (koordinat: 123;1068) dan bangunan bagi 9 (koordinat: 073;1124) tidak dapat dilalui kendaraan oleh karena itu kami tidak meninjau bangunan bagi tersebut dan juga pada bangunan bagi 6 telah menumpuk sedimen sehingga air tidak mengalir di saluran menuju bangunan bagi 7, 8 dan 9. f. Saluran Pembuang Saluran pembuang di daerah irigasi Pulau Gambar mempunyai panjang drainase sepanjang 20 km. Cara pembuangan tinggal membuka kayu-kayu penahan yang terdapat di sepanjang pinggir-pinggir sawah, di daerah bawah dekat sungai bahkan ada saluran pembuang yang menggunakan pintu klep yang menutup bila terjadi banjir. IV.2 Cara- Cara Pemberian Air Irigasi pada Tanaman Ketinggian air yang bisa di bagi tiap bangunan bagi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,dan 9 adalah bila ketinggian air mencapai 50 cm maka air sudah dapat di bagi, bila ketinggian air hanya 30-35 cm air dapat di bagi juga tapi prosesnya akan mengalami kesulitan di lapangan. Apabila ketinggian air di pintu bagi menurun hanya 10 cm-15 cm air tidak bisa di bagi di saluran tersier oleh sebab iti terpaksa memakai sistem rotasi/bergilir. Penggunaan air bila saat normal maka ketinggian pintu di buka setinggi 30 cm. Air akan dikeringkan ketika 15 hari lagi padi mau di panen. Sistem pemakaian air yang diperlukan tanaman padi sebaiknya secara terputus-putus, yaitu dua hari dikeringkan tiga hari air dimasukkan, tidak boleh digenangi terus selain akan memuat padi menjadi lebih cantik padi itu bisa beranak, bila digenangi terus sampai dalam maka padi tidak bisa beranak. Sedangkan air

35

yang diperlukan tanaman padi memakai 2 cm, 2,5 cm sampai 5 cm di waktu padi mau keluar. Untuk mencegah meluapnya air pada daerah persawahan ketika terjadi banjir, maka saluran tersier yang membawa air menuju petak sawah akan ditutup dan limpahan banjir akan dibawa melalui saluran utama menuju bagian hilir. Penanaman tanaman padi memiliki air yang tergenang sepanjang unitunit irigasi (petak sawah). Ketinggian ideal yang ditetapkan oleh kelompok petani pemakai air adalah 2-3 cm.

IV.3 Pola Tanam Berdasarkan pengamatan kami pada tanggal 30 Agustus 2009, masyarakat sedang memanen padi, umur tanaman padi pada waktu sekitar 51 hari di hitung mulai dari penuain benih pada bulan Juli 2009. Petani mengunakan sistem P2T3 (Pemanfaatan Pola Tanam dan Tertib Tanam) yang telah terjadwal dan di sepakati bersama melalui musyawarah desa sesuai dengan kondisi musim. Pola tanam masyarakat Pulau Gambar adalah padi, padi, palawija. Pola tanam ini dimaksud pada awal pembenihan tanaman yang ditanam terlebih dahulu adalah padi kemudian padi dan baru ditanami palawija (kacang hijau,kacang kuning, jagung, cabai. ubi, ketela pohon), baru kembali ke awal siklus tadi yaitu padi dan seterusnya. Masyarakat memakai sistem/pola ini dikarenakan memiliki tingkat panen yang sangat produktif. Alasan memakai pola padi, padi, palawija adalah: Memutus siklus setelah panen tanaman padi, Menyuburkan tanah kembali, dengan tanaman palawija seperti tanaman kacang yang mampu menyuburkan tanah kembali. Jadwal penaburan benih hingga panen adalah :

36

Bulan Mei s/d bulan agustus adalah waktu mulai turun benih padi hingga panen, Bulan September s/d bulan Desember adalah waktu mulai turun benih hingga panen, Bulan Januari s/d April adalah waktu untuk tanaman palawija seperti kacang hijau,kacang kuning, jagung, cabai, ubi, ketela pohon. Karakteristik dari setiap tanaman dapat kita lihat pada uraian dibawah ini. a. Padi Persamaian Untuk memperoleh bibit yang baik, persamaian harus disiapkan sebaik-baiknya, sehingga nanti pertumbuhan tanaman disawah pun akan baik. Hal-hal yang perlu disiapkan adalah : -

Memilih tempat persemaian Membuat tempat persemaian Menabur benih

Mengolah tanah Cara mengolah tanah yang umum didaerah survey adalah sebagai berikut : -

Mencangkul pertama ( meluku ) Mencangkul kedua ( menggaru ) Membersihkan galengan Menginjak injak tanah sehingga menjadi Lumpur yang sering dikerjakan oleh kerbau. Mengulas ulas galengan dengan Lumpur, sehingga bila sudah kering galengan menjadi kompak dan kering, gunannya untuk mengurangi air yang merembes melalui gelenga.

37

Meratakan tanah, gunanya agar permukaan air pada satu petak sawah sama tinggi

Menanam Apabila bibit sudah cukup umurnya yakni 25 hari, sudah dapat dipindahkan ke areal persawahan , pengerjaannya antara lain :
-

Mencabut bibit Menanam, jumlah bibit yang ditanam 4-5 batang/rumpun, dengan jarak tanam 30x30 cm.

Penyulaman dan penyiangan Setelah tanaman padi mulai tumbuh, harus dilihat apakah ada yang tidak tumbuh, jika ada harus segera disulam, sebaiknya jangan sampai lewat 14-25 hari setelah tanam, supaya sulaman tersebut dapat menyamai tanaman lainnya. Setelah tanaman berumur 15 hari, penyiangan kedua apabila tanaman sudah berumur 30 hari. Pemupukan Pemupukan yang dilakukan oleh petani secara umum yang dilakukan didaerah survey yaitu pemupukan dilakukan setelah selesai penyiangan pertama, yang diberikan adalah: Za ( garam) sebanyak 3 sak/ha KCI sebanyak 2 sak/ha TSP sebanyak 2 sak/ha

5 hari setelah pemupukan dilakukan penyemprotan dengan obat semprot yang bernama sekor yaitu sebanyak 1 botol/ha. Panen dan pengolahannya

38

Panen sudah dapat dilakuakan setelah padi sudah menguning seluruhnya, tangkai gabah kelihatan merunduk dan butiran gabah sudah berisi dank beras. Cara panen didaerah survey dengan menggunakan arit . Setelah siap dipotong dengan arit disusun pada suatu tempat. Biasanya ditengah-tengah areal berbentuk lingkaran. Setelah 2-3 hari pemeraman dilakukan, maka sudah dapat diirik dengan menggunakan kaki. Setelah selesai diirik dianginkan, agar segala kotoran-kotoran atau gabah-gabah yang hampa terpisah dengan gabah yang berisi. Setelah gabah cukup kering diangkut kerumah dengan menggunakan kereta dan juga manusia. Produk padi sawah diareal survey rata-rata 7 ton/ha. Waktu yang diperlukan mulai turun benih biasanya rata-rata 3 bulan (110 hari) hingga panen. Pola tanam didaerah irigasi adalah selama tiga bulan. Dengan pola tanam selama tiga bulan tersebut dalam satu tahun daerah irigasi pulo gambar akan mengalami dua kali panen dalam satu tahun. Pada saat penyemihan benih seluruh areal persawahan secara serentak menyemih benih sehingga akan panen secara bersama-sama. Pola tanam yang secara serentak dapat mengatasi permasalahan burung yang memakan padi serta hama lainnya pada saat sebelum panen. Pola tanam yang tidak serentak akan membuat tanaman yang ditanami seperti padi, palawija akan mengalami kerusakan dan kerugian dari pihak petani, pola tanam tidak serentak ini terjadi pada tahun 1979. rentang penaburan benih yang baik antara 7 s/d 10 hari, karena bila terlalu jauh hama akan berpindah ke lahan lain (sifat hama adalah bermigrasi) Hama yang sering menyerang tanman adalah burung, hama wereng, beluk merah (hama yang masuk ke dalam batang tanaman), serta tikus. Untuk

39

tikus ini populasi sudah sangat jarang/menurun karena masyarakat pernah melakukan pembasmian tikus secara besar-besaran. Sistem pemakaian air yang diperlukan tanaman padi sebaiknya secara terputus-putus, yaitu dua hari dikeringkan tiga hari air dimasukkan. Sedangkan air yang diperluan tanaman padi memakai 2 cm, 2,5 cm sampai 5 cm di waktu padi mau keluar. Untuk mencegah meluapnya air pada daerah persawahan ketika terjadi banjir, maka saluran tersier yang membawa air menuju petak sawah akan ditutup dan limpahan banjir akan dibawa melalui saluran utama menuju bagian hilir. Penanaman tanaman padi memiliki air yang tergenang sepanjang unit-unit irigasi (petak sawah). Pemakaian air ini kurang dipahami oleh masyarakat setempat, ketinggian ideal yang ditetapkan oleh kelompok petani pemakai air adalah 2-3 cm. Masalah yang dihadapi petani di lapangan adalah adalah hama dan tikus. Masalah yang lain adalah rebutan air. Rebutan air ini terjadi pada musim kemarau dimana solusinya adalah sistem rotasi air (waktu 1 blok : 1 hari 1 malam). Untuk panen para petani desa Pulau Gambar menggunakan dua termin bahkan terkadang sampai tiga termin. Untuk termin pertama biasanya dimulai dari daerah di bagian bawah (desa Pulau Gambar) dan termin selanjutnya atau termin kedua adalah daerah di bagian atas (desa Pulau Tagor).

40

b. Jagung Tanaman jagung jarang ditanam biasanya berkisar 500-1000 batang saja. Pembibitan Bibit jagung yang sering digunakan oleh penduduk Pulau Gambar ada 5 jenis yaitu bibit merek jaya, bibit merek DK 3, bibit merek C7, bibit merek T12, bibit merek NK 22. Namun jenis bibit jagung yang sering mereka gunakan adalah NK 22, karena butiran dari NK 22 ini Lebih kecil maka bibit yang diperlukan lebih sedikit dibanding jenis bibit lain. Menanam Apabila bibit sudah tersedia, maka sudah dapat dipindahkan keareal pengerjaannya, antara lain : - mencabut bibit - menanam jumlah bibit yang ditanam 1-2 batang / rumpun, dengan jarak tanam 30 x 30 cm. Pemupukan Pemupukan yang dilakukan oleh petani secara umum yang dilakukan didaerah survey ada 2 tahap,yaitu : Tahap I pemupukan dilakukan setelah 15 hari setelah menanam bibit dengan campuran pupuk sebagai berikut : Urea sebanyak 5 sak/ha KCI sebanyak 2 sak/ha TSP sebanyak 3 sak/ha

Tahap II pemupukan dilakukan setelah 15 hari setelah pemupukan I hanya dengan pupuk urea sebanyak 5 sak/ha.

41

BAB V EVALUASI DAN PERENCANAAN ULANG


V.1. Analisa Perhitungan ETo dengan Metode Pennman Data ETo atau Evapotranspirasi acuan rata-rata dalam mm/hari adalah: BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember ETo 7,167 5.992 4.857 5.723 4.675 8.155 7.216 6.153 8.636 5.604 8.253 7.779

Data-data yang diperlukan untuk menentukan ETo antara lain: Temperatur maksimum, minimum dan rata-rata Kelembaban relatif maksimum, minimum dan rata-rata Penyinaran maksimum Lama Penyinaran Kecepatan Angin Radiasi yang diterima Koefisien Pantul Permukaan Ketinggian Angin Ketetapan Boltzman Faktor Reduksi Elevasi dan Permukaan Laut Temperatur Absolute V.2. Analisa Kebutuhan Air untuk Irigasi

42

Sampel Perhitungan untuk bulan Januari: Jumlah hari adalah 31 ETo untuk bulan Januari adalah 7,197 mm/hari Kehilangan air akibat perkolasi (P) adalah 2 mm/hari Curah Hujan Efektif (Re) adalah 2,050 mm/hari Untuk Bulan Januari tidak ada penggantian lapisan air,WLR =0 Koefisien Tanaman rata-rata adalah 1,2 (LP) LP ditentukan dengan menggunakan tabel A.2.1 Buku KP01 yaitu: Menentukan Eo (Evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan) Eo = 1,1ETo Eo = 1,1 x 7,167 Eo = 7,883 mm/hari Menentukan nilai M (Kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensari kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan) M = Eo + P M = 7,883 + 2 M = 9,883 mm/hari Dari tabel A.2.1 maka untuk T (jangka waktu penyiapan lahan) selama 30 hari dan S (kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air) adalah 250 mm maka didapat IR (LP) sebesar 14,3 mm/hari Penggunaan Konsumtif adalah: ETc = 14,3 Net field water Reqirement (NFR) adalah:

43

NFR = ETc + P + WLR Re NFR = 14,3 + 2 + 0 2,050 NFR = 8,549 mm/hari Debit Rencana untuk Irigasi (DR) adalah: DR = DR = DR = 1,522 Ltr/dtk/ha Dimana: E = Efisiensi Irigasi secara keseluruhan = 0,65 Karena DR untuk bulan Januari yang terbesar maka gunakan DR yaitu 1,522 Ltr/dtk/ha Hasil selengkapnya dari perhitungqan rumus di atas dapat dilihat dalam tabel di halaman selanjutnya:
Pola tanam D.I. Pulau Gambar
Jan 1 2 1 Feb 2 Mar 1 2 April 1 2 1 Mei 2 Juni 1 2 1 Juli 2 Agsts 1 2 1 Sep 2 1 Okt 2 Nop 1 2 1 Des 2

Jagung

Padi

Padi

44

Q = DR x A
Koefisien Tanaman Bulan Jumlah Hari ETo (mm/ha ri) 2 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septembe r Oktober Novembe r Desember 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31 7.167 5.992 4.857 5.723 4.675 8.155 7.216 6.153 8.636 5.604 8.253 7.779 P (mm/ha ri) 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Re (mm/ha ri) 4 2.050 1.255 1.757 1.713 1.827 4.076 2.739 3.484 6.407 4.609 2.949 3.757 WLR (mm/ha ri) 5 1.1 1.1 1.1 2.2 1.1 ETc (mm/har i) 9 LP LP 1.067 0.667 0.000 LP 1.083 1.017 0.483 0.750 0.940 0.423 10 14.300 7.191 5.181 3.815 0.000 9.786 7.818 6.256 4.174 4.203 7.757 3.293 11 8.549 7.936 6.524 5.202 0.173 7.710 8.179 6.972 0.867 1.595 6.808 1.536 12 1.522 1.413 1.162 0.926 0.031 1.373 1.456 1.241 0.154 0.284 1.212 0.273 NFR (mm/ha ri) DR L/det/ Ha

C 6 LP 1.1 1.05 0 1.1 1.05 0.95 0.5 1 0.82 -

C 7 LP 1.1 1.05 0.95 LP 1.1 1.05 0 0.75 1 0.45

C 8 LP LP 1.1 1.05 0 LP 1.1 1.05 0.95 0.5 1 0.82

Q = 1,522 x 990 Q = 1506,78 L/dtk = 1,506 m3/dtk V.3. Bangunan Pengambilan (Intake)

Bangunan pengambil (Intake) berfungsi untuk mebelokkan air dari sungai ke saluran dalam jumlah yang ditentukan. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu (gate) dan bagian depannya terbuka untuk menjaga bila terjadi muka air tinggi selama banjir. Kapasitas pengambilan sekurang-kurangnya 120% dari kebutuhan pengambilan dengan kecepatan masuk 1,0-2,0 m/s bergantung kepada ukuran butir-butir yang diangkut. Untuk membatasi masuknya pasir, kerikil dan batu, ambang pintu pengambilan perlu dibuat dengan ketinggian-ketinggian minimum, seperti:

45

0,50 m untuk sungai yang hanya mengangkut lumpur 1,00 m untuk sungai yang juga mengangkut pasir dan kerikil 1,50 m untuk sungai yang juga mengangkut batu-batu bongkah Biasanya dianjurkan untuk memakai pembilas bawah (undersluice) dalam denah pembilas. Pembilas bawah tidak akan dipakai bila: Sungai mengangkut batu-batu besar Debit sungai pada umunya terlalu kecil untuk menggunakan pembilas bawah.

46

Gambar V.1 Aliran di bawah pintu (Gate)

Rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah: Q = K..b.a.(2gz)1/2 Dimana: Q = debit pengambilan (m3/s) = koefisien debit (0,80) b = Lebar pintu (m) a = Tinggi Bukaan (m) z = kehilangan tinggi energi pada bukaan (0,1m) g = percepatan gravitasi (9,8 m/s2) K = Faktor aliran tenggelam
V.4. Bangunan Sadap (Takeoff Structure/Turn Out)

Gambar V.2 Flow Chart system irigasi Pulau Gambar yang dievaluasi

47

V.4.1 Desain Bangunan Bagi sektor TO PG MC 1 V.4.1.a. Bangunan Sadap Romijn Gate Kondisi Eksisting Romijn Gate menuju ST -1

48

49

Gambar V.3 Romijn Gate Tipe I-2-B pada TO PG MC1

Data: Tipe pintu B EL.2 EL.7 W.L G.L H H1 H2 Htotal Perencanaan Ulang

:I2B : 40 cm = 0,4 m : 43.41 : 43.95 : 44.10 : 45.70 : 55 cm = 0,55 m : 14 cm = 0,14 m : 150 cm = 1,50 m : 309 cm = 3,09 m

Lebar pintu direncanakan = 0,5 m = 0,1 m = 14 ha

z direncanakan luas area irigasi

Q yang direncanakan untuk kebutuhan air irigasi = 1.138 m3/det Maka: Q = K..b.a.(2gz)1/2 1,138 = 1 x 0,8 x (2 x 0,5) x a x (2 x 9,8 x 0,1) 1/2 0,037 = 2,912 x a a = 1,01 m Maka, tinggi bukaan pintu penyadapan (takeoff) = 1,01 m

50

ST 1 (14 ha) Q = 1,138

a=101 cm m3/s

Q = 0,037

Gambar V.4 Sketsa Situasi Bukaan Pintu

Gambar V.5 Foto Saluran Sadap menuju ST 1

V.4.1.b. Saluran Sekunder (Secondary Canal) pada sektor ST 1 Kondisi Eksisting Saluran Sekunder menuju ST -1

51

Gambar V.6 Kondisi Eksisting Penampang Saluran Sekunder (dalam mm)

Perencanaan Ulang Direncanakan: Penentuan Kecepatan aliran dengan percobaan sebanyak 3 kali Jarak (S) Waktu (t) :2m : 10,5 detik 0,190 m/detik

Kecepatan Aliran (v) : Saluran berpenampang trapesium

Luas areal yang diairi Q pengambilan v

= 14 ha = 0,037 m3/dtk = 0,190 m/det

Kemiringan saluran = 1/5000

52

Kemiringan Talud ( m ) m koefisien Stickler ( K )

= 1 : 1,5 = 1,5 = 40

Luas tampang basah A = ( B + (B + 2 m h )) h/2 Dimisalkan : perkiraan B di lapangan sebesar B = 0,3 m A = ( 0,3 + (3 + 2 (1,5) h )) h/2 A = ( 0,3 + (3 + 3 h)) h/2 A = ( 0,6 + 3 h ) h/2 A = ( 0,3 + 1,5 h ) h

Keliling basah P = 0,3 + 2 (h (1+m2)1/2) P = 0,3 + 2 (h (1+1,52)1/2) P = 0,3 + 3,61 h

Jari jari hidraulis R = A/P R = ( 0,3 + 1,5 h ) h / (0,3 + 3,61 h)

Kecepatan dihitung dengan Rumus Chezy v = K {[(0,3 + 1,5 h ) h / (0,3 + 3,61 h)] }2/3(0,0002) 1/2

0,190 = 40 {[(0,3 + 1,5 h ) h / (0,3 + 3,61 h)] }2/3(0,0002) 0,190 = (0,56) {[(0,3 + 1,5 h ) h / (0,3 + 3,61 h)]}2/3 {[(0,3 + 1,5 h ) h / (0,3 + 3,61 h)]}2/3 = 0,339

53

(0,3 + 1,5 h ) h / (0,3 + 3,61 h)

= 0,197

(0,3 + 1,5 h ) h = 0,197(0,3 + 3,61 h) 0,3 h + 1,5h2 0,0591 0,7117h = 0 0,3 h2 - 0,4117h 1,125 = 0 h2 - 0,137 h 3,75 = 0 Maka, didapat Dimensi B Q =Axv h = 0,56 m h = 0,56 m

0,037 = {B + ( B m h ) h/2} (0,190) 0,037 / 0,190 = {B + ( B x 1,5 x 0,56) } 0,56/2 0,065 B = 0,194 B = 0,340 m

Maka:

1,5 B = 0,340 m

h = 0,56 m

Gambar V.7. Sketsa Situasi Penampang Saluran Sekunder ST 1

V.5. Desain Saluran Primer Setelah Bangunan Bagi (Main Canal, MC-1)

54

Kondisi Eksisting Saluran Primer setelah TO PG MC 1

Gambar V.8. Kondisi Eksisting Penampang Saluran Primer MC-1 (dalam mm)

Perencanaan Ulang Direncanakan: Penentuan Kecepatan aliran dengan percobaan sebanyak 3 kali Jarak (S) Waktu (t) : 3,6 m : 10,5 detik 0,343 m/detik = 902 ha = 1,082 m3/dtk

Kecepatan Aliran (v) :

Luas areal yang diairi Q pengambilan

Kemiringan saluran primer = 1/5000 Kemiringan Talud ( m ) m koefisien Stickler ( K ) = 1 : 1,5 = 1,5 = 40

55

Luas tampang basah A = ( B + (B + 2 m h )) h/2 Dimisalkan : perkiraan B di lapangan sebesar B = 3 m A = ( 3 + (3 + 2 (1,5) h )) h/2 A = ( 3 + (3 + 3 h)) h/2 A = ( 6 + 3 h ) h/2 A = ( 3 + 1,5 h ) h

Keliling basah P = B + 2 (h (1+m2)1/2) P = 3 + 2 (h (1+1,52)1/2) P = 3 + 3,61 h

Jari jari hidraulis R = ( 3 + 1,5 h ) h / (3 + 3,61 h)

Kecepatan dihitung dengan Rumus Chezy v = K {[(3 + 1,5 h ) h / (3 + 3,61 h)] }2/3(0,0002) 1/2

0,343 = 40 (0,014) {[(3 + 1,5 h ) h / (3 + 3,61 h)]}2/3 0,343 = (0,56) {[(3 + 1,5 h ) h / (3 + 3,61 h)]}2/3 {[(3 + 1,5 h ) h / (3 + 3,61 h)]}2/3 = 0,6125 (3 + 1,5 h ) h / (3 + 3,61 h) = 0,375 (3 + 1,5 h ) h = 0,375 (3 + 3,61 h) 3h + 1,5h2 1,125 1,354h = 0

56

1,5h2 +1.646h 1,125 = 0 h2 +1,1h 0,75 = 0 Maka, didapat h = 0.48 m Dimensi B Q 1,082 ={B + ( B m h ) h/2} (0,343) 1,082 / 0,343 = {B + ( B x 1,5 x 0,48) } 1,5/2 7,324 B = 5,989 B = 1,223 m =Axv h=0,48

1 1,5

h = 0,48 m

B = 1,223 m

Gambar V.9. Sketsa Situasi Penampang saluran primer MC-1

Gambar V.10. Foto saluran primer MC-1

57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan Tugas Irigasi ini bertujuan agar mahasiswa Teknik Sipil dapat mengerti dan mengetahui dengan konkrit dan jelas mengenai Irigasi di lapangan, di perkuliahan dan pengolahan data data dari Lapangan. Secara umum mahasiswa dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Daerah Irigasi Pulau Gambar berada pada daerah tingkat II yaitu

Kabupaten Serdang Bedagai. Daerah irigasi Pulau Gambar terletak pada Kecamatan Serba Jadi, Kabupaten Serdang Berdagai, Propinsi Sumatera Utara. 2. Daerah Irigasi yang berklasifikasi Teknis tersebut mengairi areal seluas 990 hektar. 3. Sungai yang digunakan untuk mengairi lahan pertanian adalah berasal dari Sungai Ular. 4. Areal bendung irigasi Pulau Gambar memiliki beberapa permasalahan diantaranya tingginya jumlah sedimen terjadi, menumpuknya sampah pada free intake, dan hilangnya pintu bukaan. 5. Pola Tanam di daerah irigasi Pulau Gambar terdiri dari 3 tahap penanaman yakni Jagung, Padi 1 dan Padi 2 yang masa penanamannya berbeda beda.

58

6. Berdasarkan data pada intake dapat disimpulkan bahwa debit

saluran untuk mengairi daerah irigasi Pulau Gambar adalah sebesar 1,138 m3/detik.

B. Saran Setelah melakukan Tugas Irigasi ini, beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain : 1. Perlunya melakukan perbaikan secara keseluruhan bangunan yang sudah tidak berfungsi dengan layak karena melalui pengamatan kami secara langsung di daerah irigasi, sudah banyak saluran yang tersumbat karena sampah sampah dan daun daun pohon. 2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar daerah irigasi Pulau Gambar untuk bergotong royong dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan daerah irigasi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan produksi tanaman petani setempat dan akan meningkatkan pendapatan petani secara menyeluruh. 3. Perlunya pengaturan dan pembenahan dalam sistem pengaturan air agar pengalihan air dapat berjalan secara teratur dengan memproteksi dinding saluran dan pembuangan endapan atau sedimen di saluran pembagi dan pintu air agar air dapat mengalir dengan baik ke areal persawahan penduduk setempat.

59

DAFTAR PUSTAKA

Chow, Ven Te.1959. Open Channel Hydraulics. McGraw-Hill Kogakusha, LTD.

Linsley. Ray K. 1995. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: Erlangga.

Soemarto, C.D. 1999. Hidrologi Teknik. Jakarta: Erlangga.

Soekarto B.Sc, Haryanto, Irfan BE. 1980. Ilmu Irigasi 2.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Data Lapangan, Daerah Irigasi Pulau Gambar.

Direktorat Jendral Pengairan Dept. PU.KP 01, Standar Perencanaan Irigasi. Galang Media. 1986

Direktorat Jendral Pengairan Dept. PU.KP 02, Standar Perencanaan Irigasi, Galang Media. 1986

Direktorat Jendral Pengairan Dept. PU.KP 04, Standar Perencanaan Irigasi, Galang Media 1986

Direktorat Jendral Pengairan Dept. PU.Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi . Galang Persada 1986

Laporan Tugas Irigasi Semester A T.A. 2009/2010.

60

Triatmodjo, Bambang. 1993. Hidraulika II. Yogyakarta: Beta Offset.

61

Anda mungkin juga menyukai