Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

BAB II ISI A. Karakteristik Enzim Enzim adalah senyawa protein yang dapat mengatalisi reaksi-reaksi kimia dalam sel dan jaringan makhluk hidup. Enzim merupakan biokatalisator artinya senyawa organik yang mempercepat reaksi kimia (Mayrback, 1952). Karakteristik enzim dapat ditinjau dari 3 bagian, yaitu: 1. Sifat enzim Beberapa sifat enzim sebagai berikut (Suwarno, 2010): a. Merupakan protein b. Merupakan biokatalisator. c. Mempercepat reaksi kimia dengan jalan menurunkan energy aktivasi yaitu energy awal yang diperlukan untuk memulai reaksi kimia. d. Enzim bekerja spesifik artinya untuk mengubah atau mereaksikan suatu zat tertentu memerlukan zat tertentu pula. e. Bekerja sangat cepat. f. Tidak ikut bereaksi (tidak mengalami perubahan). g. Tidak mengubah keseimbangan reaksi h. Memliki sifat aktif atau sisi katalitik yaitu bagian enzim tempat substrat berkombinasi. i. Substrat asing yang berfungsi menghambat reaksi disebut inhibitor dan yang berfungsi mempercepat reaksi disebut aktivator.

2. Kerja Enzim 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim yaitu: B. Isolasi dan Pemurnian Enzim 1. Isolasi Isolasi merupakan proses pelepasan enzim dari sel (tumbuhan, hewan dan mikroba).

Cara isolasi terdiri dari: a. Ekstraksi Secara Fisika 1. Homogenisasi Homogenisasi adalah pencampuran intensif zat saling terkait atau kelompok zat saling terkait untuk membentuk konstanta fase larut yang berbeda (kadang-kadang dengan penambahan surfaktan) untuk mendapatkan suspensi atau emulsi (Wikipedia, 2010). Homogenisasi dilakukan untuk jaringan muda, juga mengurangi pengaruh O2 dan pemanasan. Homogenisasi baik untu jaringan hewan dan tumbuhan. Namun, kurang baik untuk mikroba karena dinding selnya keras (Salama, 2011).

Gambar 1. Proses Homogenasi

Gambar 2. Homogenizer

2. Sonifikasi 3. Pembekuan dan pencairan 4. Kejutan osmosa 5. Agitasi b. Ekstraksi Secara Kimia a. Detergen kationik dan detergen anionik b. Enzim lisis c. Alkali C. Pemurnian Enzim Pemurnian enzim dapat dilakukan dengan cara pemurnian awal, pemekatan dan pemurnian akhir. a. Pemurnian Awal a. Sentrifugasi Prinsip kerja dari sentrifugasi adalah pemisahan berdasarkan perbedaan berat molekul. Dalam skala besar, pemisahan dengan sentrifugasi tidak memuaskan karena kapasitas kecil dan diperlukan kecepatan yang tinggi (ultrasentrifugasi). Pemisahan dengan sentrifugasi dapat digambarkna dengan persamaan sebagai berikut: = d2 (s w) 18 = The throughput for complit removal d= diameter partikel s = massa jenis partikel g = tetapan gravitasi r = radius putaran v = volume cairan dalam tabung sentrifuge s = tebal lapisan cairan dalam tabung sentrifuge w = massa jenis larutan w = kecepatan sudut

Pemisahan lebih mudah tercapai bila diamter partikel besar, perbedaan mssa jenis partikel dan larutan yang besar dan viskositas larutan yang rendah. Selain itu kecepatan sudut yang tinggi, radius putaran yang besar dan lapisan yang tipis juga mempercepat proses. b. Filtrasi Kecepatan alir cairan yang melalui penyaring bergantung pada tekanan, hambatan oleh materi, kekentalan cairan dan hambatan oleh lapisan yang sudah terbentuk. Akibatnya keefektifan penyaringan yang mula-mula tinggi menurun drastic dengan semakin terakumulasinya materi yang tersaring. Untuk mengatasinya, biasanya digunakan tanah diatomae yang membantu menahan partikel-partikel halus. c. Flokulasi dan Koagulasi Teknik ini digunakan sebelum sentrifugasi atau filtrasi. Pada cairan yang sangat encer, flokulasi terjadi dengan penambahan suatu reagen. Koagulasi merupakan adesi spontan antar partikel bila muatan partikel yang satu dapat dinetralkan oleh muatan partikel lain. Teknik ini baik digunakan untuk larutan protein/ pemecahan sel.

2. Pemekatan a. Penghilangan Asam Nukleat Asam nukleat dapat dihilangkan dengan cara (Salama, 2011): 1. pH tinggi 2. Gesekan 3. Penggunaan nuklease 4. Pengendapan dengan menggunakan kation dengan BM tinggi seperti polietilemina, streptomisin sulfat, protamin sulfat, dll. b. Pengendapan Protein 1. Ammonium sulfat

Ammonium sulfat dapat diendapkan dan difraksionasi dengan salting out. Garam ini sering dipilih karena beberapa keuntungan

(Salama, 2011): 1. Murah 2. Mudah larut 3. Self cooling dengan pelarutannya dengan air. 4. Kebanyakan enzim tidak rusak dengan adanya garam ini. 2. Pelarut organik Pelarut organik akan memperlambat tetapan dieletrik air, dengan demikian dapat mengurangi kelarutan protein karena interaksi antar molekul protein lebih disukai dibandingkan antara molekul protein dengan air. Atau dengan kata lain: protein diendapkan karena desakan pelarut organik terhadap air yang berinteraksi dengan protein. Protein dapat diendapkan dengan pelarut organik tanpa merusak struktur protein bila diendapkan pada suhu di bawah 4 C. Pelarut organik yang biasa digunakan antara lain: isopropanol, metanol, etanol dan aseton. Penggunaan pelarut ini dalam skala industri jarang digunakan karena selain mudah terbakar juga harganya mahal.
3. Polimer dengan berat molekul tinggi (Salama, 2011):

Polietilen glikol (PEG) dengan BM antara 4000-6000 sering digunakan untuk mengendapkan protein.

Berbeda dengan pelarut organik, polimer ini dalam larutan protein akan memberikan efek penstabilan molekul protein.

Penggunaan polimer ini efektif pada konsentrasi rendah, sekitar 6 12%.

Kelarutan protein yang mengandung

PEG dipengaruhi oleh pH,

kekuatan ion, temperatur dan konsentrasi ion itu sendiri. c. absorbsi d. Ultrafiltrasi Unit ultrafiltrsi berfungsi untuk menghilangkan padatan tersuspensi, koloid, bakteri, organic,logam berat, turbidiby matters yang masih ada di dalam air. Berdasarkan diagram alir proses terlampir, tahapan proses pada system ultrafiltrasi dapaat dideskrisikan sebagai berikut : Filter Guard Sebagai primary barier filter guard berfungsi untuk menahan parikel partikel Tersuspensi kasar yang ada didalam air. Unit ini mampu menahan partikel berukuran 75 mcron atau lebih besar. Air yang keluar dari unit filter guard diharapkan bebas dari partikel pertikel kasar yang berpotensi menyumbah lubang Lumen fiber membranes ultrafilrasi. Dalam jangka waktu tertentu, filter guard akan kotor sehingga perlu tuberatan. Pompa Filter UF Pompa ini digunakan untuk menstrand per air umpai dari tangki baku dan memberikan tekanan kerja dan chekl valve untuk mengindari water hammer . Pompa dilengkapi dengan indicator tekanan untuk memonitor tekanan kerja Pompa, Unit Ultrafiltrasi Unit ultrafiltrasi merupakan unit low pressure membranes yang berfungsi menghasilkan ultra filtered water murni melalui proses fisik, tanpa bantuan bahan kimia. Membranes ultrafiltrasi memiliki ukuran pori 0,01 mikron sehingga membranes ultrafiltrasi dapat digunakan untuk pemisah makromolekul, koloid, logam teroksidasi, bakteri, virus, organic dan emulsi dari dalam air. Proses filtrasi dan backwash pada unit ini berlangsung secara manual, maupun otomatis. Durasi dan frekuensi backwash ditentukan

berdasarkan kualitas air baku yang diolah. Siklus filtrasi dan backwash akan berulang ulang secara teratur sesuai interval waktu yang ditentukan. Sistem Backwash Selama proses operasi normal, membranes UF dapat mengalami proses kontaminasi oleh berbagai foulant yang mengakibatkan terjadinya deposisi material tersuspensi, organic dan biologis, serta deposisi partikel koloid. e. Pengeringan Pengeringan beku (freeze drying) adalah salah satu metoda pengeringan yang mempunyai keunggulan dalam mempertahankan mutu hasil pengeringan, khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap panas. Keunggulan pengeringan beku, dibandingkan metoda lainnya, antara lain adalah: a. dapat mempertahankan stabilitas produk (menghindari perubahan aroma, warna, dan unsur organoleptik lain) b. dapat mempertahankan stabilitas struktur bahan (pengkerutan dan perubahan bentuk setelah pengeringan sangat kecil). c. dapat meningkatkan daya rehidrasi (hasil pengeringan sangat berongga dan lyophile sehingga daya rehidrasi sangat tinggi dan dapat kembali ke sifat fisiologis, organoleptik dan bentuk fisik yang hampir sama dengan sebelum pengeringan). Keunggulan-keunggulan tersebut tentu saja dapat diperoleh jika prosedur dan proses pengeringan beku yang diterapkan tepat dan sesuai dengan karakteristik bahan yang dikeringkan. Kondisi operasional tertentu yang sesuai dengan suatu jenis produk tidak menjamin akan sesuai dengan produk jenis lain. Dalam hal ini, penelitian rinci mengenai karakteristik pengeringan beku berbagai jenis produk sangat diperlukan karena masih sangat terbatas, khususnya untuk produk-produk khas Indonesia. Pengeringan beku merupakan prosedur yang umum diterapkan pada kategori bahan, sebagai berikut: a. bahan pangan dan bahan farmasi (obatan) b. plasma darah, serum, larutan hormon, c. organ untuk transplantasi

d. sel hidup, untuk mempertahankan daya hidupnya dalam jangka waktu yang lama. Pengeringan beku bahan pangan masih jarang dilakukan, karena biaya pengeringan yang relatif mahal dibandingkan harga bahan pangan tersebut. Salah satu penyebabnya adalah tingginya resistensi terhadap perpindahan panas selama periode akhir pengeringan yang menyebabkan lambatnya laju pengeringan dan, sebagai konsekuensinya, meningkatnya biaya operasi. Akan tetapi, disamping pembuatan kopi instan dengan pengeringan beku, yang sejak lama telah dilakukan secara komersil, akhir-akhir ini produk hasil pengeringan beku semakin marak di pasar internasional, seperti udang kering beku dan durian kering beku. 3.Pemurnian a. Kromatografi Filtrasi Gel Sephandex Kromatografi filtrasi gel merupakan teknik pemisahan p berdasarkan pada ukuran molekul. Matrik filtrasi gel merupakan gel yang berpori yang dikemas dalam kolom. Pori-pori matrik dapat menampung molekul yang berukuran kecil dan memisahkannya dari molekul yang mempunyai berat molekul tinggi, sehingga teknik ini dapat pula digunakan untuk estimasi berat molekul. Kromatografi filtrasi gel sephandex digunakan untuk penentuan berat molekul, pemurnian protein atau enzim. Fase diam pada kromatografi filtrasi gel ialah polimer dengan ikatan silang (sephandex dan dekstran), separosa (aganosa), biogel (polisakarida). Bahan ini bila dimasukkan dalam air akan menggembung dengan membentuk saringan berpori dengan ukuran pori-pori tertentu. Pori-pori akan menehan molekul komponen-komponen berdasarkan ukurannya (berat molekul). Molekul dengan berat molekul dari 100 sampai berapa juta dapat dipisahkan dengan teknik ini.

Gambar . Prinsip Kerja dari Gel Filtrasi Sephandex Gel sephandex merupakan dextran dengan ikatan silang dengan epiklorhidrin. Semakin banyak epiklorhidrin akan semakin banyak ikatan silang, semakin banyak pula air yang diserap. Sehingga pori-pori gel semakin besar dan molekul dapat dipisahkan juga ukuran berat molekulnya Semakin besar. Molekul yang dapat masuk ke dalam pori-pori gel mempunyai koefisien partisi. K = (Ve Vo) (Vt- Vo) Keterangan : Ve = Volume eluen untuk mengelusi zat terlarut diri kolom Vt = Volume kolom total Vo = Volume cairan di luar matriks gel. Beberapa tipe gel filtrasi sephandex dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1 . Tipe Gel Filtrasi Sephandex Jenis G-10 Kisaran pemisahan (berat molekul) Sampai 700 Penyerapan air (g air/ g gel kering) 1,0 Volume kolom (ml/ g gel kering) 2

G-15 G-25 G-50 G-75 G-100

Sampai 1500 100-5.000 1.000-5.000 (Protein) 500-10.000 1.500-30.000 (Protein) 1.000-50.000 3.000-80.000 (Protein 1.000-100.000 4.000-150.000 (Protein) 1.000-150.000 5.000-300.000 (Protein) 1.000-200.000 5.000-600.000 (Protein)

1,5 2,5 5,0 7,5 10

3 5 10 12-15 15-20

G-150

15

20-30

G-200

20

30-40

b. Kromatografi Penukar Ion Kromatografi adalah suatu cara pemisahan berdasarkan perbedaan antara komponen-komponen yang dipisahkan dengan fase diam dan fase gerak. Berdasarkan kecepatan migrasi kromatografi dapat dibagi menjadi adsorpsi, partisi, filtrasi gel (penyaringan molekul) dan penukar ion (Anonim a, 2010). Prinsip kerja kromatografi penukar ion adalah adsorpsi molekul yang bermuatan pada kolom penukar ion, kemudian dilepaskan lagi dengan

mengubah lingkungan ioniknya. Sampel protein dielusi dengan buffer awal yang diatur pH nya, sehingga protein yang akan dianalisis (diisolasi) terikat pada kolom, sedangkan protein lain dibiarkan keluar dari kolom. Protein yang terikat dalam kolom, dilepas lagi dengan cara mengubah kondisi ioniknya (gradien pH atau kekuatan ion yang bias menyebabkan adanya persaingan antara komponen eluen dengan protein yang terikat. Material penukar ion merupakan suatu padatan yang mengandung gugus- gugus bermuatan dan terikat secara kimia, yang dapat

mengikat ion secara reversibel atau secara elektrostatik. Gugus-gugus yang bermuatan tersebut biasanya terikat pada suatu resin. Kemudian diperoleh beberapa fraksi, setelah itu seluruh fraksi yang diperoleh dari kromatografi penukar ion kemudian diukur aktivitas enzim spesifiknya. Fase diam pada kromatografi penukar ion ialah selulosa penukar ion dan resin penukar ion. Jenis Penukar Ion yaitu sebagai berikut (Anonim b, 2010): 1. Kation kuat : Dowex 50 Polimer: Polistiren tersulfonasi 2. Kation lemah: Amberlite I C 50, Polimer : Asam akrilat terkonensasi 3. Anion kuat: Dowex 1 Polimer: Polistiren CH2N Me3Cl 4. Anion lemah: Dowex 3 Polimer : Polistiren amin sekunder

Gambar . Prinsip Kerja dari Kromatografi Penukar Ion

Anda mungkin juga menyukai