Anda di halaman 1dari 19

SEMINAR DOKTER MUDA

Halusinasi Organik
(Organic Hallucinosis)


Oleh:
Citrawati DKW 010610213
Anisa Fitria R. 010610215
Ayi Adikanyaa 010610216
Henry Sutanto 010610217
Ratih Kumala Sari 010610218
Fransiskus Aryo 010610219


Pembimbing :
dr. Agustina Konginan, Sp.K1


DEPARTEMEN/SMF ILMU KEDOKTERAN 1IWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RSU Dr. SOETOMO
SURABAYA
2011
Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

BAB 1
PENDAHULUAN

Halusinasi dialami oleh banyak orang normal di bawah kondisi tidak normal.
Diestimasikan antara 10 sampai 27 persen dari populasi umum pernah mengalami
halusinasi berkesan, umumnya halusinasi visual. (Sadock, 2009) Halusinasi sendiri
adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera, dan terjadi
dalam keadaan sadar/bangun. Dasarnya mungkin organik, Iungsional, psikotik,
ataupun histerik. (Maramis, 2009)
Halusinasi biasanya sulit dibedakan secara subjektiI dengan persepsi normal.
Halusinasi sering diaamai sebagai sesuatu yang pribadi sehingga orang lain tidak
mampu melihat atau mendengar persepsi yang sama. Halusinasi dapat mempengaruhi
sistem sensoris manapun dan kadang terjadi beberapa bersamaan. (Sadock, 2009)
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.
Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang
paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak
sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau
yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara
dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam
mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau
bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari
setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan
misalnya bersiIat tiduran, ancaman dan lain-lain.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat
ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: SkizoIrenia, Depresi, Delirium dan
kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan.
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa ditemukan 85 pasien
dengan kasus halusinasi. (Meuthia, 2011)
Dalam PPDGJ III, gangguan yang memiliki gejala halusinasi berkisar antara
F0x dan F2x yang memiliki arti terdiri dari komponen organik dan komponen
Iungsional. Halusinasi organik sendiri digolongkan ke dalam Gangguan Mental
Lainnya Akibat Kerusakan Dan DisIungsi Otak Dan Penyakit Fisik dengan kode
F06.0. Gangguan yang disebabkan karena penyakit organik ini dibedakan dari
Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

halusinasi akibat penyalahgunaan alkohol dan skizoIrenia sehingga sebelum diagnosis
ini ditegakkan harus juga menyingkirkan diagnosis banding penyebab yang lain.
(Maslim, 2001)
Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

BAB 2
TIN1AUAN PUSTAKA

1.1Definisi
Halusinosis organik adalah gangguan psikotik oleh karena kondisi medis/kesehatan
secara umum. Penyakit ini ditandai dengan gejala halusinasi yang prominen dan
persisten atau halusinasi rekuren. Pada umumnya berupa halusinasi visual atau
auditori yang terjadi saat kesadaran penuh dan bersamaan dengan Iaktor organik yang
spesiIik. insight pasien bervariasi. beberapa waham yang terjadi merupakan halusinasi
yang sekunder. (Stein dan Wilkinson, 2007)

1.2Perbedaan Halusinasi dengan Delusi dan Ilusi
Ilusi merupakan interpretasi yang salah dari stimulus sensorik yang nyata, seperti saat
seorang anak di kamar tidur yang gelap melihat monster dari bayangan di dinding.
Ilusi umum terjadi bahkan tanpa adanya gangguan psikiatrik, terutama dalam keadaan
lelah dan kesadaran meningkat. Ilusi sangat dipengaruhi emosi pada suatu waktu
tertentu dan biasanya yang bersangkutan dapat mengkoreksinya sesudahnya.
Delusi atau waham merupakan kepercayaan yang tidak sesuai kenyataan dan
menetap yang dipercaya dengan kuat dan tidak dapat digugat bahkan di hadapan bukti
yang menentang, yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, sosial, dan
budaya seseorang. (Maramis, 2009)

1.3Macam-macam Halusinasi
1.3.1 Halusinosis organik
Halusinasi ini meliputi halusinasi dalam segala bentuk yang menetap atau
berulang. Akan tetapi, bentuk yang paling banyak berupa halusinasi auditorik
dan visual (PPDGJ III).
1. Halusinasi auditori
Berupa suara dengan derajat dan intensitas bervariasi. Pada umumnya
disebabkan oleh gangguan di area temporal, pontine
2. Halusinasi visual
Paling banyak didapatkan pada kondisi organik akut, dan jarang ditemukan
pada kondisi non organik. Halusinasi visual terjadi pada lesi serebral,
Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

gangguan sensorik, penggunaan obat-obatan seeprti LSD dan mescaline, dan
migrain. Halusinasi ini juga dapat terjadi pada epilepsy lobus temporal.
Halusinasi visual yang terbentuk-baik dilaporlan pada penyakit Parkinson,
penggunaan obat-obatan dopaminergik, dan Lewy Body Disease. Charles
Bonnet syndrome menjabarkan pasien dengan halusinasi visual kompleks dan
penyakit mata. Halusinasi biasanya berupa gambaran kabur dari binatang atau
manusia, dan pasien tidak dapat membedakan apakah gambaran tersebut nyata
atau tidak.
3. Halusinasi olIaktori
Pada kondisi organik seperti epilepsy lobus temporal.Halusinasi olIaktori juga
ditemukan pada migrain.
4. Halusinasi pengecapan
Terjadi apabila korteks parietal terstimulasi.
5. Halusinasi taktil
Berupa rasa panas, angin berhembus, atau sensasi seksual.
6. Halusinasi somatosensori
Sering ditemukan pada kondisi kejang. Halusinasi kinestetik terjadi pada
anggota tubuh yang diamputasi. (Stuart, 2005)

1.3.2 Alkoholik halusinosis
Berupa halusinasi akustik yang mengancam dengan kesadaran yang tidak menurun.
Halusinosis alkoholik merupakan gejala langka, dan merupakan kondisi mental
patologis yang dicirikan onset akut halusinasi auditorik predominan yang terjadi
selama atau setelah periode konsumsi alkohol berat. Diagnosis diIerensial halusinosis
alkoholik meliputi delirium karena withdrawal alkohol, schizophrenia paranoid, late
onset psychotic disorder. Halusinosis alkoholik berbeda dari delirium tremens dan
terutama didominasi oleh halusinosis auditorik yang terjadi setelah seseorang sembuh
dari gejala-gejala withdrawal alkohol dan tidak lagi minum-minuman keras. (Perme,
2003)

1.3.3 Halusinosis psikotik
Pada kondisi skizoIrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini
merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain. Paling sering
Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

pada gangguan psikotik ialah halusinasi pendengaran dalam bentuk suara manusia,
bunyi barang-barang atau siulan. Kadang-kadang terdapat halusinasi
penciuman/olIaktorik, halusinasi pengecapan/gustatorik, atau halusinasi
singgungan/taktil. Umpamanya penderita mencium kembang ke manapun ia pergi,
atau ada orang yang menyinarinya dengan alat rahasia, atau ia merasa ada racun di
dalam makanannya. Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizoIrenia, lebih sering
pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindroma otak organik. Bila terdapat,
maka biasanya pada stadium permulaan, misalnya penderita melihat cahaya yang
berwarna atau muka orang yang menakutkan. (Maramis, 2009)

1.4 Epidemiologi Halusinasi dan Halusinasi Organik
Halusinasi dialami oleh banyak orang normal di bawah kondisi tidak normal.
Diestimasikan antara 10 sampai 27 persen dari populasi umum pernah mengalami
halusinasi berkesan, umumnya halusinasi visual. Mayoritas dari halusinasi yang
dilaporkan sendiri di studi komunitas, umumnya halusinasi pendengaran, lebih
diasosiasikan dengan gangguan depresi dan penggunaan zat daripada gangguan
psikotik.
Dalam beberapa studi, 90 persen pasien dengan halusinasi juga mengalami
waham, dan sekitar 35 persen pasien dengan waham juga mengalami halusinasi. Akan
tetapi anak-anak dan remaja lebih cenderung untuk mengalami halusinasi tanpa
disertai waham. Sekitar 20 persen pasien mengalami halusinasi sensori campuran
(kebanyakan visual dan pendengaran) yang mungkin disertai gangguan Iungsional
dan juga kondisi organik.
Halusinasi pendengaran diasosiasikan dengan skizoIrenia (terjadi pada 60
sampai 90 persen pasien) tapi juga sering dijumpai pada gangguan mood psikotik. 20
persen dari pasien manik dan kurang dari 10 persen pasien depresi mengalami
halusinasi auditorik.
Halusinasi visual umumnya diasumsikan sebagai karakteristik gangguan
mental organik, tapi dapat ditemukan di 25 sampai 50 persen pasien skizoIrenia, di
mana sering tapi tidak selalu disertai halusinasi pendengaran.
Halusinasi hipnagogik dan hipnopompik umum terjadi pada orang normal dan
juga merupakan gejala karakterisrik dari narkolepsi. Pada Iase akut dari kehilangan
orang tercinta, 50 persen dari pasangan yang ditinggalkan melaporkan halusinasi
Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

suara atau keberadaan pasangan yang meninggal, dan setelah amputasi, halusinasi
phantom limb umum terjadi. (Sadock, 2009)

1.5 Kriteria Diagnosis Halusinasi Organik
Kriteria Diagnosis dari Halusinosis Organik Berdasarkan ICD-10 :
Kriteria umum untuk gangguan mental lainnya yang disebabkan kerusakan dan
disIungsi otak dan penyakit Iisik harus berhubungan
gambaran umum didominasi oleh halusinasi yang persisten (menetap) atau rekuren
(berulang) pada umumnya visual atau auditori
halusinasi terjadi saat kesadaran penuh (tidak berkabut)
tidak ada penurunan Iungsi intelektual yang bermakna
tidak ada gangguan aIektiI yang menonjol
tidak jelas adanya waham (seringkali 'insight masih utuh)
Harus dapat disingkirkan diagnosis halusinosis alkoholik dan skizoIrenia.
(Sadock, 2009)
Kriteria umum untuk gangguan mental lainnya yang disebabkan kerusakan
dan disIungsi otak dan penyakit Iisik
1.terdapat bukti (dari pemeriksaan Iisik, neurologi, dan laboratorium) dan atau
riwayat penyakit serebral, kerusakan atau disIungsi atau gangguan sistemik yang
menyebabkan disIungsi serebral termasuk terganggunya hormon dan eIek dari obat
nonpsikoaktiI.
2.adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara perkembangan
penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental
3.Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya
penyebab yang mendasari
4.tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatiI dari sindrom mental ini
(seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stres sebagai
pencetus
(PPDGJ-III, 2001)

1.6 Etiologi Halusinasi Organik
Penyebab tersering adalah bahan halusinogen, deprivasi sensori, kerusakan otak dan
kejang, dan alcohol withdrawal (Stein dan Wilkinson, 2007). Banyak penyebab
Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

terjadinya halusinosis organik, diantaranya bahan psikoaktiI, penyebab intracranial,
deprivasi sensori, dan penyakit.
Pasien dengan visual halusinasi terjadi pada banyak kondisi non-psikiatri
meliputi lesi cerebral, deprivasi sensori, penggunaan LSD dan mescaline, dan migren.
Halusinasi visual dasar dan halusinasi visual negatiI terjadi pada epilepsi lobus
occipital (Kuzniecky et al., 1997; Aykut-Bingol et al., 1998). Halusinasi auditori
dilaporkan pada pasien dengan lesi pontin (Cascino and Adams, 1986; Douen and
Bourque, 1997). Halusinasi gustatori pada umumnya berhubungan dengan lesi lobus
temporal dan gyrus uncinatus (Kolb and Brodie, 1982). Halusinasi olIaktori
dilaporkan pada epilepsi lobus temporal dan dibedakan dengan terjadinya gangguan
psikiatri dengan tidak adanya halusinasi dan gejala yang dikenali sebagai bagian dari
penyakit (Pryse-Phillips, 1971). halusinasi olIaktori juga ditemukan pada pasien
migren (Walburg and Zeigler, 1982). halusinasi somatosensori dilaporkan paling
banyak berhubungan dengan gangguan kejang. halusinasi kinestetik, persepsi bahwa
bagian tubuh yang tidak bergerak sedang bergerak kemungkinan melibatkan bagian
tubuh yang diamputasi yang seringkali disebut sebagai phantom limb (Kolb and
Brodie, 1982)
Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit yang memiliki gejala halusinasi :
1.6.3 Halusinasi hypnagogic
Halusinasi ini terjadi hanya sebelum tidur, dan mempengaruhi sebagian besar
proporsi penduduk. Halusinasi dapat bertahan dari detik ke menit, sambil
subjek biasanya tetap sadar akan hakikat sebenarnya dari gambar. Ini mungkin
terkait dengan narkolepsi. Halusinasi hypnagogic kadang-kadang dikaitkan
dengan kelainan di batang otak, tetapi hal ini jarang terjadi.
1.6.4 Halusinasi Peduncular
Peduncular berarti berkaitan dengan pedunkulus , yang merupakan jaras saraI
yang berjalan dari pons ke batang otak. Halusinasi ini biasanya terjadi di
malam hari, namun tidak terjadi selama mengantuk, seperti dalam kasus
halusinasi hypnagogic. Subjek biasanya sepenuhnya sadar dan dapat
berinteraksi dengan karakter halusinasi untuk waktu yang lama. Seperti dalam
kasus halusinasi hypnagogic , insight terhadap hakikat gambar masih
utuh. Gambaran-gambaran palsu dapat muncul dalam setiap bagian dari
bidang visual, dan jarang yang polymodal.

Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis) %

1.6.5 Delirium tremens
Salah satu bentuk yang lain dari halusinasi visual adalah delirium
tremens. Individu yang menderita delirium tremens mungkin gelisah dan
bingung, terutama pada tahap akhir dari penyakit ini. Insight secara bertahap
berkurang dengan perkembangan gangguan ini. Tidur terganggu dan terjadi
untuk jangka waktu yang lebih singkat, dengan tidur REM .
1.6.6 Penyakit Parkinson dan Lewy body dementia
Penyakit Parkinson dihubungkan dengan Lewy body dementia untuk gejala
halusinasi yang mirip antara keduannya. Gejalanya menyerang selama malam
hari di setiap bagian dari lapang pandang, dan jarang polymodal . Kelanjutan
ke halusinasi mungkin dimulai dengan ilusi di mana persepsi indrawi sangat
terdistorsi, tetapi tidak ada sensor inIormasi baru yang hadir. Ini biasanya
berlangsung selama beberapa menit, selama waktu ini subjek mungkin sadar
dan normal atau mengantuk. Insight halusinasi ini biasanya dijaga dan tidur
REM biasanya berkurang. Penyakit Parkinson biasanya dikaitkan dengan
terdegradasinya substantia nigra pars compacta, tetapi bukti terbaru
menunjukkan bahwa Penyakit Parkinson mempengaruhi sejumlah situs dalam
otak. Beberapa tempat yang terdegradasi mencakup nukleus raphe
median ,bagian noradrenergik dari lokuscoeruleus,dan neuronkolinergik di -
parabrachial dan inti pedunculopontine dari tegmentum.

1.6.7 Koma Migraine
Jenis halusinasi biasanya dialami selama pemulihan dari keadaan koma. Koma
migren bisa berlangsung hingga dua hari, dan terkadang komorbid dengan
keadaan depresi. Halusinasi terjadi dalam keadaan kesadaran penuh, dan
insight terhadap siIat halusinasi gambar dipertahankan. Telah dicatat bahwa
lesi ataxic menyertai koma migrain.

1.6.8 Charles Bonnet syndrome
Charles Bonnet syndrome adalah nama yang diberikan untuk halusinasi visual
yang dialami oleh pasien buta. Halusinasi biasanya dapat dihilangkan dengan
membuka atau menutup kelopak mata sampai gambar visual
menghilang. Halusinasi biasanya terjadi pada pagi atau sore hari, tetapi tidak
tergantung pada kondisi kurang cahaya. Halusinasi yang berkepanjangan ini
biasanya tidak banyak mengganggu pasien karena mereka sadar bahwa
Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis) %

mereka berhalusinasi. Diagnosis bandingnya adalah halusinasi
opthalmopathic.

1.6.9 Epilepsi Fokal
Halusinasi visual dari epilepsi Iokal mempunyai karakteristik terjadi dalam
waktu singkat dan stereotip. Gambaran halusinasi biasanya berada di salah
satu bagian dari lapang pandang, dan hanya beberapa detik saja. Gambaran
epilepsi lain mungkin muncul sendiri diantara episode visual. Kesadaran
biasanya terganggu dalam beberapa cara, namun demikian, insight halusinasi
tersebut dipertahankan. Biasanya, jenis epilepsi Iokal disebabkan oleh lesi di
temporoparietal posterior.

1.7 Perbandingan beberapa penyakit yang bergejala halusinasi








Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

Halusinasi
hypnagogic
alusinasi
Peduncular
Delirium
tremens
Penyakit Parkinson dan Lewy
body dementia
Koma
Migraine
Charles
Bonnet
syndrome
Epilepsi Fokal
okasi lesi
di otak
batang otak pedunkulus substantia nigra pars compacta,
nukleus raphe median ,
noradrenergik dari lokus
coeruleus,
neuron
kolinergik di parabrachial,
inti
pedunculopontine dari tegmentum
lesi ataxic temporoparietal
posterior
esadaran sadar sadar berkabut sadar dan normal atau mengantuk sadar sadar sadar
Waktu
Halusinasi
sebelum tidur malam hari,
tidak terjadi
selama
mengantuk
malam
hari
malam hari selama
pemulihan
dari keadaan
koma
pagi atau
sore hari

Durasi
Halusinasi
detik-menit lama Hingga dua
hari
hilang
dengan
membuka
atau
menutup
mata
Singkat
beberapa detik
saja
Keterangan
lain
mempengaruhi
sebagian besar
proporsi
penduduk
Subjek
biasanya
dapat
berinteraksi
dengan
karakter
halusinasi
Pasien
gelisah
dan
bingung
dimulai dengan ilusi insight
terhadap siIat
halusinasi
gambar
dipertahankan
pasien buta
dan tidak
tergantung
pada
kondisi
kurang
cahaya
berada di salah
satu bagian dari
lapang pandang,
Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

1.8 Tatalaksana dan Penanganan
Langkah utama dalam penatalaksanaan halusinasi adalah mendiagnosis dan
mengobati kelainan organik yang mendasarinya. Wawancara riwayat penyakit,
pemeriksaan Iisik, pemeriksaan jiwa sederhana MSE) termasuk penilaian Iungsi
kognitiI sangat penting. Satu hal saja dibawah ini ada, maka harus dilakukan
pemeriksaan Iisik secara menyeluruh yaitu : Riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat
penyakit dahulu, tanda-tanda vital yang tidak normal pada pemeriksaan berulang,
terdapat perubahan status mental yang merupakan ciri gangguan mental organik
(Iaktor yang berhubungan dengan patologi organik termasuk halusinasi visual dengan
umur tua).
Apabila terdapat gejala-gejala psikosis, maka halusinasi harus diobati sesuai
dengan penyakit dasarnya yaitu dengan obat antipsikotik. Bila halusinasi tersebut
disebabkan karena suatu penyakit organik, maka penyakit tersebut harus
dihilangkan/diatasi agar halusinasi tersebut tidak muncul. Namun hal yang perlu
diingat adalah bahwa obat-obatan yang digunakan hanya bersiIat simptomatik saja
sehingga hanya menghilangkan halusinasi / gejala positiI saja tapi tidak
menghilangkan etiologi dasar penyakitnya. (Chiu, 1989)
Berdasarkan penyebab dari halusinosis organik, maka terdapat berbagai
macam pengobatan dan tatalaksana. Beberapa kasus halusinosis organik
membutuhkan terapi psikoIarmaka sedangkan pada beberapa kasus justru
membutuhkan konseling sebagai terapi utama dan terapi psikoIarmaka hanya sebagai
terapi adjuvan. Dengan demikian akan dapat mengurangi Irekuensi terjadinya
halusinasi. Sebagai contoh, bila halusinasi disebabkan karena obat psikoaktiI, maka
cara yang tepat adalah dengan menghentikan obat tersebut dan mengganti dengan
obat yang tidak halusinogenik / yang bukan halusinogen. (Mentaline, 2011)
Contoh lain adalah pada seseorang dengan penyakit Parkinson yang
mengalami halusinosis akibat obat yang diberikan untuk pengobatan penyakit
Parkinson yang diderita, pengobatan untuk halusinosis tidak dapat diberikan obat-
obatan antipsikotik/neuroleptik yang tipikal karena eIek samping EPS yang timbul
dapat memperburuk penyakit Parkinson yang dideritanya. Sehingga pilihan obat
untuk kasus diatas adalah Olanzapin karena siIat yang atipikal dan eIek samping EPS
yang jauh lebih sedikit dibanding obat neuroleptic yang lain. Hal ini berkaitan dengan
Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

eIek Olanzapine pada reseptor Serotonin dan dopamine D4 bukan D2 seperti pada
anti-psikosis tipikal. (Graham et al, 1998)


Gambar 1. Jumlah halusinasi dalam sehari setelah penggunaan Olanzapine selama 9
hari pada dosis 5 mg/hr, setelah titrasi dosis Olanzapine sampai hari ke 65 dan setelah
peningkatan pengobatan dopaminergic pada penderita Parkinson sampai hari ke-111.
(Graham et al, 1998)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengobatan halusinasi
organik diarahkan pada penanganan penyakit dasarnya. Pada beberapa kasus
penanganan dengan anti-psikotik secara simptomatis cukup eIektiI dalam
mengendalikan halusinasi. Perkecualian untuk hal ini adalah pada kondisi kejang,
karena dengan eIek penurun ambang kejang yang dimiliki oleh anti-psikotik maka
obat tersebut akan memperparah penyakitnya. Pada anti-psikotik yang berpotensi
rendah juga harus diperhatikan bahwa obat itu akan menimbulkan kembali halusinasi
pada delirium yang diinduksi oleh obat-obatan. (Ameen, 2011)
Selain pengobatan secara psikoIarmaka, menjauhi obat-obatan yang bersiIat
halusinogen, mengatur tingkat kejenuhan / stress, tidur yang cukup dapat mengurangi
angka kejadian halusinasi. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk
mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi,
sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar
terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di
isolasi baik secara Iisik atau emosional. Setiap orang yang masuk ke kamar atau
Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

mendekati pasien, harus bicara dengan pasien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang
akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang
perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam
dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatiI tapi
instruktiI. Perawat atau keluarga harus mengamati agar obat yang di berikan betul di
telannya, serta reaksi obat yang di berikan. Menggali permasalahan pasien dan
membantu mengatasi masalah yang ada. Setelah pasien lebih kooperatiI dan
komunikatiI, pemeriksa dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab
timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data
ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan
pasien.
Memberi aktivitas pada pasien. Pasien di ajak mengaktiIkan diri untuk
melakukan gerakan Iisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan.
Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih
kegiatan yang sesuai.
Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan. Keluarga
pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan
pendapat dan kesinambungan, misalnya dari percakapan dengan pasien di ketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang
lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas disarankan agar pasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugas lain agar
tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.
(Meuthia, 2011)

1.9 Prognosis Halusinasi Organik
Prognosis halusinosis organik bergantung pada reversibilitas dari penyakit yang
mendasarinya dan kemampuan otak untuk menahan pengaruh penyakit itu.
Halusinosis organik karena trombosis arteri otak memiliki prognosis buruk dan bisa
Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

berakibat kematian akibat gangguan vaskular sistemik, terutama ginjal dan jantung.
Halusinosis organik yang ditemukan pada dementia juga berprognosis tidak baik
karena penyakit berjalan secara progresiI dan irreversible. Akan tetapi, pada epilepsy,
prognosis baik. Pada tumor intracranial, prognosis tergantung pada keganasan tumor,
lokalisasi, dan cara pengobatan yang memadai. Halusinosis organik terkadang juga
disebabkan oleh penggunaan obat-obatan seperti LSD, dopaminergik. Jika
penggunaan obat tersebut dihentikan, halusinasi yang timbul akan berhenti. Secara
umum, prognosis halusinosis organik lebih baik daripada halusinasi yang terjadi
akibat psikosis Iungsional, karena apabila penyebabnya teratasi, gejala tersebut dapat
dihentikan. (Maramis, 2009)


Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

BAB 3
KESIMPULAN

Halusinosis organik adalah gangguan psikotik oleh karena kondisi medis/kesehatan
secara umum. Penyakit ini ditandai dengan gejala halusinasi yang prominen dan
persisten atau halusinasi rekuren. Pada umumnya berupa halusinasi visual atau
auditori yang terjadi saat kesadaran penuh dan bersamaan dengan Iaktor organik yang
spesiIik. insight pasien bervariasi. beberapa waham yang terjadi merupakan halusinasi
yang sekunder.
Halusinasi secara umum harus dibedakan dengan ilusi yang merupakan
interpretasi yang salah dari stimulus sensorik yang nyata. Ilusi umum terjadi bahkan
tanpa adanya gangguan psikiatrik, terutama dalam keadaan lelah dan kesadaran
meningkat. Sedangkan yang dimaksud sebagai delusi adalah kepercayaan yang tidak
sesuai kenyataan dan menetap yang dipercaya dengan kuat dan tidak dapat digugat
bahkan di hadapan bukti yang menentang, yang tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikan, sosial, dan budaya seseorang.
Ada beberapa jenis halusinasi yaitu halusinasi organik, halusinasi alkoholik
dna halusinasi psikotik/Iungsional. Halusinasi organik dapat dibagi berdasar bentuk
maupun penyakit yang mendasarinya seperti Parkinson, delirium tremens, halusinasi
hipnagogik, pedulkuler, epilepsy Iokal dan sebagainya.
Kriteria Diagnosis dari Halusinosis Organik Berdasarkan ICD-10 adalah
kriteria umum untuk gangguan mental lainnya yang disebabkan kerusakan dan
disIungsi otak dan penyakit Iisik harus berhubungan, terdapat gambaran umum
didominasi oleh halusinasi yang persisten (menetap) atau rekuren (berulang) pada
umumnya visual atau auditori, halusinasi terjadi saat kesadaran penuh (tidak
berkabut), tidak ada penurunan Iungsi intelektual yang bermakna, tidak ada gangguan
aIektiI yang menonjol, tidak jelas adanya waham (seringkali 'insight masih utuh)
serta harus dapat disingkirkan diagnosis halusinosis alkoholik dan skizoIrenia.
Tatalaksana untuk gangguan ini adalah yang utama melakukan wawancara dan
pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui etiologi dasar penyakit organik yang
diderita setelah itu baru dapat diberikan terapi penyakit dasar dan psikoIarmaka
sebagai terapi simptomatik dapat diberikan Olanzapine yang merupakan anti-psikotik
atipikal dimana memiliki eIek sampik extrapyramidal yang minim namun tidak
Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

memperburuk gejala Parkinson bila orang tersebut menderita Parkinson. Selain itu
psikoterapi juga harus dilakukan. Pasien harus tetap diajak berkomunikasi dan diberi
aktivitas sesuai kemampuannya sehingga tidak menambah stressor baru bagi
penderita.
Prognosis halusinosis organik bergantung pada reversibilitas dari penyakit
yang mendasarinya dan kemampuan otak untuk menahan pengaruh penyakit
dasarnya.


























Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis)

Daftar Pustaka

Aykut-Bingol C, Bronen RA, Kim JH, Spencer DD, Spencer SS. Surgical outcome in
occipital lobe epilepsy. implications for pathophysiology. Ann Neurol 1998; 44:
6069.
Cascino GD, Adams RD. Brainstem auditory hallucinosis. Neurology 1986; 36:1042-
1047.
Chiu, LPW. 1989. Review Articles Differential Diagnosis and Management of
allucinations. Journal oI the Hong Kong Medical Association Vol. 41, No. 3.
pp. 292-98.

Douen AG, Bourque PR. Musical auditory hallucinations from Listeria
rhombencephalitis. Can J Neurol Sci 1997; 24:70-72.
Graham JM, Sussman JD, 1998. Olan:apine in the treatment of hallucinosis in
idiopathic parkinsons disease. a cautionary note. Journal Neurol Neurosurg
Psychiatry 1998;65:774777.

Kolb LC, Brodie HK. Modern Clinical Psychiatry. Philadelphia: WB Saunders, 1982.
Kuzniecky R, Gilliam F, Morawetz R, Faught E, Palmer C, Black L. Occipital lobe
developmental malformations and epilepsy. clinical spectrum, treatment, and
outcome. Epilepsia 1997; 38: 175181
Maramis, WF, Maramis, AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya
: Airlangga University Press.

Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rufukan Ringkas PPDGJ-III.2001. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

Meuthia, 2011. alusinasi. Disitasi tanggal : 9 Maret 2011. Didapat dari :
http://meuthia.orgIree.com/index.php?optioncomcontent&viewarticle&id63
:halusinasi&catid31:general&Itemid46

Perme B, Chandrasekharan, Kommu JV. Follow-up study of alcoholic hallucinosis.
Indian journal oI psychiatry, 2003,45 (IV), 244-246

Pryse-Phillips W. An olfactory reference syndrome. Acta Psychiat Scand 1971;
47:484-509.
Sadock, Benjamin J.; Sadock, Virginia A. 2009. Kaplan & Sadocks Comprehensive
Textbook of Psychiatry, 9th Edition. Lippincott Williams & Wilkins

Eolusinosi 0rqonik {0rqonic Eollucinosis) %

Stein G,Wilkinson G. Organic Psychiatry Disorder In.Seminars in General Adult
Psychiatry. 2007.Royal College oI Psychiatrists, The Cromwell
Press:Wiltshire,UK.p.491

Stuart GW, Lararia MT. Principles and practices of psychiatric nursing (8th ed.)
Mosby publications; Missouri, 2005.

Walburg FL, Zeigler DK. Olfactory hallucinations in migraine. Arch Neurol 1982;
39:382

Anda mungkin juga menyukai