Anda di halaman 1dari 30

Seri Buku Kuliah Biokimia Kedokteran I

Edisi 2010

Santoso

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga punulis dapat

menyelesaikan modul enzimologi yang merupakan bagian dari seri buku kuliah Biokimia Kedokteran 1. Modul ini kami susun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa kedokteran di tingkat semester awal untuk memahami perkuliahan mengenai enzim yang merupakan dasar dalam melaksanakan pendidikan kedokteran. Harapan penulis bahwa dengan mempalajari buku ini dan mengikuti perkuliahan dan kolaborasi dengan disiplin ilmu lainnya, mahasiswa kedokteran dapat menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, terutama untuk proses normal dalam tubuh. Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, bahwa segala sesuatu ada kekurangannya termsuk buku ini. Oleh akrena itu sangat diharapkan berbagai saran dan kritik dari pembaca untuk menyempurnakan buku ini. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan buku ini. Semarang, Januari 2010 Penulis

ii

Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................ ii Daftar Isi...................................................................................................... iii A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L. M. Pendahuluan........................................................................................ 1 Klasifikasi Enzim .................................................................................. 2 Sistem Penamaan (Nomenklatur) enzim............................................. 3 Gugus Prostetik, Kofaktor dan Koenzim ............................................. 5 Mekanisme Kerja Enzim ...................................................................... 6 Kinetika Enzim ..................................................................................... 7 Denaturasi Enzim .............................................................................. 11 Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Enzim ....................................... 12 Spesifitas Enzim ................................................................................ 14 Macam-macam Bentuk Enzim .......................................................... 15 Pengaturan dengan Modifikasi Kovalen ............................................ 17 Korelasi Klinik .................................................................................... 18 Soal-soal Latihan ............................................................................... 20

Daftar Pustaka ........................................................................................... 23 Lampiran .................................................................................................... 24

iii

Enzim dan Koenzim

A. Pendahuluan Enzim adalah polimer biologik yang mengkatalisis reaksi kimia yang berlangsung dalam tubuh. Sebagian besar enzim merupakan protein globuler yang terlarut dalam larutan tubuh seperti sitoplasma atau cairan tubuh lainnya, lain daripada itu, dengan kemajuan ilmu dan teknologi telah banyak diidentifikasi bahwa banyak molekul RNA yang ternyata juga berperan sebagai enzim. Tidak semua protein dalam tubuh adalah enzim. Untuk dapat dikatakan sebagai enzim, protein tersebut harus memiliki kemampuan untuk mengkatalisis reaksi kimia. Banyak penyakit yang berkaitan dengan defek pada enzim seperti kekurangan jumlah atau aktivitas katalitik enzim-enzim kunci. Hal ini dapat disebabkan karena kelainan genetic, kekurangan gizi atau toksin. Glycogen storage disease (GSD) merupakan contoh dari banyak kasus penyakit yang berkaitan dengan enzim. Glycogen storage disease merupakan penyakit herediter yang disebabkan oleh gangguan metabolism glikogen. Insidensi dari penyakit ini adalah berkisar antara 1:20.000-43.000 kelahiran hidup. Terdapat 12 tipe dari GSD yang pembagiannya didasarkan pada defisiensi enzim dan organ target dari defisiensi tersebut. Secara primer, GSD akan menyerang hepar, otot atau keduanya dengan gambaran klinik hepatomegali, gangguan dalam pertumbuhan, hipoglikemia, hiperlaktasemia,
1

hiperurisemia, dan hiperlipidemia. Gambaran klinik tersebut tergantung dari organ yang mengalami kerusakan akibat timbunan glikogen dalam organ tersebut.

B. Klasifikasi Enzim International Union of Biochemistry and Molecular Biology (IUBMB) mengklasifikasi enzim berdasarkan tipe reaksi yang

dikatalisisnya. Berdasarkan tipe reaksi yang dikatalisis itu, enzim dibagi menjadi 6 kelas dan masing-masing kelas terbagi lagi menjadi subkelas (4-13 subkelas) dan dari subkelas dibagi lagi menjadi subsubkelas. Adapun keenam kelas enzim antara lain : 1. Oksidoreductase Mengkatalisis oksidasi dan reduksi Contoh : alcohol dehidrogenase (EC1.1.1.1)

2. Transferase Mengkatalisis pemindahan gugus seperti : Glikosil, Metil, fosforil, aldehid dan keton. Contoh : ATP (D-heksosa-6-fosfotransferase/heksokinase)

(EC2.7.1.1) 3. Hidrolase Mengkatalisis pemutusan hidrolitik dalam ikatan C-C, C-O, C-N dan ikatan lain. Contoh : Beta-Galaktosidase (EC3.2.1.23)
2

4. Liase Mengkatalisis pemutusan ikatan C-C, C-O, C-N, dan ikatan lain dengan eliminasi atom yang menghasilkan ikatan rangkap. Contoh : Fumarat hidratase (Fumarase) (EC4.2.1.2)

5. Isomerase Mengkatalisis perubahan geometric atau structural di dalam satu molekul. Contoh : triosafosfat isomerase (EC5.3.1.1)

6. Ligase Mengkatalisis penyatuan dua molekul yang dikaitkan dengan hidrolisis ATP. Contoh : Asetil-KoA-karboksilase (EC6.4.1.2)

C. Sistem Penamaan (Nomenklatur) Enzim Untuk kepentingan penelitian, penamaan enzim didasarkan pada ketentuan yang disepakati dalam IUBMB, dengan mengadopsi sebuah system yang kompleks namun tidak meragukan bagi peristilahan enzim yang berdasarkan mekanisme reaksi. Walaupun telah ditetapkan aturan tersebut, nama lazim (yang biasanya lebih pendek) dari enzim juga sering digunakan dalam buku ajar dan laboratorium klinik.

Adapun ketentuan itu adalah : 1. Reaksi dan enzim yang mengkatalisisnya membentuk enam kelas, dan masing-masing kelas mempunyai 4 hingga 13 subkelas. 2. Nama enzim terdiri atas 2 bagian. Nama pertama menunjukkan substratnya. Nama kedua, yang berakhir dengan akhiran ase, menyatakan tipe reaksi yang dikatalisis. 3. Informasi tambahan, bila diperlukan untuk menjelaskan reaksi, dapat dituliskan dalam tanda kurung di bagian akhir; misalnya enzim yang mengkatalisis reaksi L-malat + NAD+ = piruvat + CO2 + NADH + H+ diberi nama 1.1.1.37 L-malat:NAD+ oksidoreduktase (dekarboksilasi) 4. Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang menandai tipe reaksi berkenaan dengan kelas (digit pertama), subkelas (digit kedua) dan subsubkelas (digit ketiga. Digit keempat adalah untuk enzim spesifik. Contoh : EC1.1.1.1 (Alkohol dehidrogenase) menyatakan kelas pertama (oksidoreductase) subkelas pertama (-C-OH sebagai donor

electron) subsubkelas pertama (NAD (P)+ sebagai akseptor electron) EC2.7.1.1 (ATP:D-Heksosa-6-fosfotransferase (heksokinase)

menyatakan kelas 2 (transferase) subkelas 7 (pemindahan gugus

yang mengandung fosfor) subsubkelas pertama (menunjukkan gugus CH-OH sebagai akseptor.

D. Gugus Prostetik, Kofaktor dan Koenzim Merupakan molekul organik non protein atau molekul anorganik (ion) yang dapat dibutuhkan secara langsung dalam mengkatalisis atau pengikatan substrat. Disebut gugus prostetik bila terintegrasi erat ke dalam struktur enzim dan tidak dapat dilepaskan dari enzim tanpa merusak enzim. Kofaktor hanya berikatan secara transien dan mudah terlepas dengan enzim atau substrat. Koenzim berfungsi sebagai pengangkut atau bahan pemindah gugus. Sebagian besar koenzim, kofaktor dan gugus prostetik

merupakan turunan dari vitamin B. selain vitamin B, beberapa koenzim mengandung gugus adenine, ribose, dan fosforil AMP atau DMP. Contoh dari kofaktor, koenzim dan gugus prostetik antara lain : o Pyridoksal fosfat untuk aktivitas enzim transaminase o Ion zinc untuk aktivitas enzim karboksipeptidase o NAD (P) untuk aktivitas enzim alcohol dehydrogenase.

E. Mekanisme Kerja Enzim Prinsip kerja enzim berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap pertama, enzim (E) bergabung dengan substrat (S) membentuk kompleks enzim substrat (E-S). tahap kedua, kompleks enzim-substrat terurai menjadi produk dan enzim bebas. Terdapat dua model yang diusulkan pada kegiatan enzim dalam mempengaruhi substrat sehingga diperoleh zat hasil, yaitu model kunci dan anak kunci, dan model induced fit. Pada model kunci dan anak kunci, substrata tau bagian substrat harus mempunyai bentuk yang sangat tepat dengan sisi katalitik enzim. Substrat ditarik oleh sisi katalitik enzim yang cocok untuk substrat tersebut sehingga terbentuk kompleks enzim substrat.

Pada model induced fit, lokasi aktif beberapa enzim mempunyai konfigurasi yang tidak kaku. Enzim berubah bentuk menyesuaikan diri dengan bentuk substrat setelah terjadi pengikatan. Jadi, tautan yang
6

cocok pada keduanya dapat diinduksi ketika terbentuk kompleks enzim-substrat.

F. Kinetika Enzim Laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim dipengaruhi oleh : 1. Suhu Suhu rendah yang mendekati titik beku biasanya tidak mersuak enzim. Pada suhu dimana enzim masih aktif, kenaikan suhu sebanyak 10oC menyebabkan keaktifan menjadi 2 kali lebih besar sehingga akan meningkatkan laju reaksi sampai suatu titik yang melebihi hambatan energi untuk merusak interaksi

nonkovalen yang mempertahankan struktur tiga dimensi enzim, yang kemudian akan menguraikan rantai polipeptida enzim dan akhirnya mengalami denaturasi, disertai hilangnya kemampuan katalitik enzim. Enzim akan bekerja dengan baik pada suhu
7

optimum. Di dalam tubuh manusia enzim akan bekerja optimum pada suhu sekitar 37oC. 2. Konsentrasi ion hidrogen (pH) Karena terdapat komponen asam dan basa dalam protein penyusun enzim, aktivitas enzim sangat tergantung terhadap pH. Sebagian besar enzim intrasel memperlihatkan aktivitas optimal pada nilai pH antara 5 dan 9. Hubungan aktivitas dengan konsentrasi ion hidrogen mencerminkan keseimbangan antara denaturasi enzim pada pH tinggi atau rendah. 3. Konsentrasi substrat mempengaruhi laju reaksi Untuk suatu enzim tipikal, peningkatan konsentrasi substrat akan meningkatkan kecepatan awal, hingga tercapai nilai

maksimal, jika peningkatan lebih lanjut, konsentrasi substrat tidak meningkatkan kecepatan awal, enzim dikatakan jenuh oleh substrat. Persamaan Michaelis-Menten & Hill menggambarkan efek konsentrasi substrat. Vi = Vmaks [S] / Km + [S] Km : Konstanta Michaelis, adalah konsentrasi substrat dengan Vi adalah separuh dari kecepatan maksimal (1/2 Vmaks) yang dapat dicapai pada konsentrasi terntentu dari enzim. Ada tiga kondisi :

a. Harga konsentrasi substrat jauh lebih kecil daripada harga Km, maka kecepatan reaksi awal berbanding lurus dengan

konsentrasi substrat. b. Harga konsentrasi substrat jauh lebih besar dari harga Km, maka kecepatan reaksinya adalah maksimal dan tidak

dipengaruhi oleh peningkatan lebih lanjut dari konsentrasi substrat. c. Harga konsentrasi substrat sama dengan harga Km, maka kecepatan awal adalah separuh dari Vmaksimal. 4. Konsentrasi enzim Kecepatan reaksi enzim berbanding lurus dengan

konsentrasi enzim. Makin besar jumlah enzim makin cepat reaksinya. Konsentrasi enzim tidak mempengaruhi harga Keq (suatu rasio berbagai konstanta laju reaksi, dapat dihitung dari konsentrasi substrat dan produk pada keseimbangan. 5. Inhibitor. Inhibitor dapat bersifat reversible maupun irreversibel, inhibitor reversible akan membentuk suatu kompleks dinamik yang dapat terlepas dari enzimnya, sedangkan inhibitor yang irreversible akan memodifikasi enzim secara kimiawi. Modifikasi ini umumnya melibatkan pembentukan atau pemutusan ikatan kovalen dengan residu aminoasil yang esensial untuk mengikat substrat, katalisis atau mempertahankan konformasi fungsional enzim.
9

Suatu enzim yang telah terikat oleh inhibitor irreversible (misalkan atom logam berat atau reagen pengasil) biasanya tidak dapat kembali ke bentuk semula. Inhibitor reversibel dapat bersifat : 1. Inhibitor kompetitif, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Berikatan dengan bagian dari tempat aktif yang mengikat substrat dan menghambat akses ke substrat. b. Struktur kimianya cenderung mirip dengan struktur kimia substrat. Diistilahkan sebagai analog substrat. c. Dapat terbentuk kompleks enzim-substrat dan kompleks enzim-inhibitor d. Peningkatan konsentrasi substrat akan mengatasi inhibisi, sebab terikatnya substrat pada enzim, menghilangkan enzim bebas yang tersedia untuk mengikat inhibitor, seberapa besar konsentrasi substrat perlu ditingkatkan untuk

mengatasi inhibisi secara total bergantung pada konsentrasi inhibitor yang ada. e. Misalkan malonat merupakan inhibitor kompetitif terhadap aktivitas enzim suksinat dehindrogenase, sebagai substrat adalah suksinat dan sebagai produk adalah fumarat. f. Inhibitor kompetitif tidak berefek pada harga Vmaks, tetapi meningkatkan harga Km.

10

2. Inhibitor nonkompetitif, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Pengikatan substrat b. Dapat terbentuk kompleks enzim-inhibitor dan kompleks enzim-inhibitor-substrat c. Inhibitor nonkompetitif mengikat enzim dibagian yang berbeda dengan bagian yang mengikat substrat. d. Umumnya tidak memiliki kesamaan dengan struktur kimia substrat e. Inhibitor nonkompetitif menurunkan harga Vmaks f. Inhibitor nonkompetitif tidak mempengaruhi harga Km. 3. Inhibitor uncompetitive, mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : a. Tidak dapat membentuk kompleks enzim-inhibitor b. Hanya terikat pada kompleks enzim-substrat, maka yang terbentuk adalah enzim-substrat-inhibitor kompleks c. Tidak aktif pada konsentrasi substrat yang rendah. inhibitor tidak mempengaruhi pengikatan

G. Denaturasi Enzim Enzim sebagian besar tersusun oleh protein, sehingga enzim juga memilik sifat-sifat dari protein yaitu dapat terdenaturasi oleh karena pengaruh lingkungan. Denaturasi protein dapat muncul dibawah pengaruh dari lingkungan fisik, seperti suhu tinggi, tingkat keasaman dan tekanan tinggi. Proses denaturasi akan menyebabkan
11

kerusakan pada struktur sekunder, tersier dan kuartener dari protein tersebut, tetapi kadang tidak untuk struktur primernya. Sehingga denaturasi protein dapat bersifat reversibel maupun irreversibel. Denaturasi bersifat reversibel apabila struktur primer pada protein tersebut tidak mengalami perubahan, sedang bersifat ireversibel jika protein mengalami kerusakan sampai tingkat struktur primernya. Beberapa protein yang terdenaturasi, dapat mengalami

pelipatan kembali secara spontan dengan diikuti restorasi dari aktivitas biologiknya. Ied Anfinsen mengemukakan bahwa struktur primer dari polipeptida sudah cukup untuk mengarahkan proses pelipatan kembali. Untuk proses renaturasi ini selain dibutuhkan struktur primer yang utuh dari protein penyusun enzim tersebut, juga dibutuhkan protein aksesori lain seperti protein sidulfid isomerase, propyl cis-trans isomerase dan chaperonin untuk mempercepat preses pelipatan kembali tersebut.

H. Faktor yang mempengaruhi jumlah enzim 1. Biosintesis Biosintesis enzim merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan proses di inti sel dan disitoplasma. Adanya gangguan dalam biosintesis tersebut, mengakibatkan adanya perubahan efektifitas dalam pembentukan enzim yang akan berdampak jumlah enzim dapat berlebih atau berkurang.

12

2. Katabolisme Setelah disintesis, enzim yang tidak akan mengalami metabolism, penyusunnya yakni yang akan dihancurkan akan menjadi komponen Peningkatan

akhirnya

dikeluarkan.

pengrusakan atau penghancuran enzim yang dapat disebabkan oleh kelainan internal atau eksternal akan berpengaruh pada jumlah enzim. 3. Mutasi Mutasi pada gen pengkode protein enzim akan

menyebabkan gangguan sintesis enzim. Gangguan tersebut dapat bersifat parsial, atau penuh. Gangguan bersifat parsial berarti tubuh masih mampu mensintesis enzim tetapi jumlahnya berkurang. Sedang bersifat penuh apabila tubuh sama sekali tidak dapat mensintesis enzim. 4. Represi, derepresi dan inducer Dalam menjalankan fungsinya enzim akan diatur oleh protein lain agar jumlahnya dalam batas fisiologis. Proses tersebut dikenal dengan homeostasis. Homeostasis melibatkan protein repressor maupun inducer yang akan bekerja secara seimbang. Adanya ketidak seimbangan dalam pengaturan tersebut maka akan mengakibatkan ketidakseimbangan jumlah enzim. Apabila jumlah protein inducer lebih tinggi dibandingkan dengan protein repressor maka jumlah enzim akan meningkat begitu juga sebaliknya.
13

I. Spesifitas Enzim Enzim biasanya sangat spesifik dalam aksinya. Spesifitas dari substrat merupakan spesifitas yang paling sering ditemukan seperti, urea dipercaya merupakan satu-satunya substrat untuk enzim urease, demikian juga suksinat untuk enzim succinate dehydrogenase. Beberapa kespesifikan yang dimiliki oleh enzim antara lain : 1. Kespesifikan geometrik 2. Kespesifikan reaksi Tiap enzim akan mengkatalisis reaksi yang berbeda-beda. Berdasarkan kespesifikan reaksinya, enzim diklasifikasikan menjadi 6 kelas oleh IUBMB. 3. Kespesifikan optik. Enzim hanya dapat mengkatalisis salah satu pasangan isomer optic suatu substrat. Misalnya, arginase hanya mampu mengkatalisis hidrolisis L-arginin menjadi ornitin dan urea, tetapi tidak mampu mengkatalisis D-arginin. 4. Kespesifikan organella Dalam sel, enzim terdapat diberbagai macam organelle. Hal ini penting dan berkaitan dengan tempat kerja enzim tersebut. Sebagai contoh enzim yang digunakan untuk siklus asam sitrat berada dalam mitokondria sedangkan enzim untuk proses glikolisis berada dalam sitoplasma.
14

Distribusi enzim di berbagai macam organelle ini dapat dipelajari dengan melakukan fraksinasi yang dilakukan dengan pemusingan dengan kecepatan tinggi. Penentuan lokasi enzim juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan histokimia dengan

menggunakan sayatan jaringan yang dibekukan (frozen section) kemudian diproses dengan substrat untuk suatu enzim tertentu. Jika enzim tersebut ada, maka akan terbentuk produk dari substrat.

J. Macam-macam Bentuk Enzim 1. Proenzim Merupakan bentuk enzim yang inkatif. Untuk dapat menjadi aktif proenzim akan mengalami proses dengan pembuangan dari sebagian kecil strukturnya. Pembuangan tersebut merupakan proses yang irreversibel. Proenzim sering disebut juga dengan zimogen. 2. Isozim Isozim merupakan bentuk enzim berbeda yang

mengkatalisis reaksi kimia yang sama. Isozim ini berasal dari duplikasi gen. isozim dapat memperlihatkan perbedaan ringan dalam sifat seperti sensitivitas terhadap factor regulatorik tertentu atau afinitas substrat yang mengadaptasikan isozim ke jaringan atau lingkungan tertentu.

15

3. Alosterik enzim Merupakan bentuk enzim yang diatur dengan mekanisme alosterisme. Alosterik enzim mengikat activator dan inhibitor

ditempat yang terpisah dari tempat aktif. Efektor alosterik mengubah konformasi enzim melalui suatu cara yang akan mempengaruhi tempat aktifnya. Perubahan konformasi pada posisi rantai sisi asam amino di tempat aktif ini dapat mempengaruhi pengikatan substrat dan/atau Vmaks reaksi yang dikatalisis. 4. Enzim plasma fungsional Merupakan bentuk enzim yang bekerja di dalam plasma. Biasanya berfungsi dalam proses homeostasis aliran darah. 5. Enzim plasma non fungsional Perbedaan antara enzim plasma fungsional dengan enzim plasma non fungsional adalah : Tabel 1. Perbedaan antara enzim plasma fungsional dengan non fungsional Enzim plasma fungsional Konsentrasi dalam plasma Enzim plasma non fungsional

Fungsi Substrat Tempat sintesis Contoh

Lebih tinggi dalam plasma Secara normal, konsentrasi di dibandingkan dengan dalam plasma sangat rendah dibandingkan dengan di dalam dijaringan jaringan Jelas Tidak jelas Berada dalam darah Tidak ada dalam darah Hepar Diberbagai macam organ seperti hepar, jantung, otak dan otot rangka ALT, AST, CK, LDH, alkaline Factor pembekuan phospatase, amilase Lipoprotein lipase Pseudocholine esterase
16

K. Pengaturan dengan Modifikasi Kovalen Ikatan kovalen pada molekul dapat memodifikasi aktivitas dari enzim dan beberapa protein. Dalam keadaan ini, dibutuhkan molekul donor yang akan menyediakan fraksi fungsional dalam modifikasi enzim. Sebagian besar modifikasi ini bersifat reversible, tetapi juga dapat bersifat irreversible. Fosforilasi dan defosforilasi merupakan cara yang paling sering dalam covalent modification. Bentuk-bentuk dari modifikasi kovalen tersedia dalam tabel.

Tabel 2. Modifikasi kovalen yang sering terjadi pada aktivitas protein

Modifikasi

Molekul donor

Contoh protein yang termodifikasi

Fungsi protein

Fosforilasi

ATP

Glycogen phosphorylase

Homeostasis glukosa, dan transduksi energi

Acetilasi Miristoilasi ADP-ribosilasi Farnesilasi

Acetyl CoA Myristoyl CoA NAD Farnesyl pyrophosphate

Histones Src RNA polymerase Ras

Transkripsi Transduksi sinyal Transkripsi Transduksi sinyal

17

Modifikasi

Molekul donor

Contoh protein yang termodifikasi

Fungsi protein

-karboksilasi Sulfasi

HCO33Phosphoadenosin e -5phosphosulfate

Thrombin Fibrinogen

Pembekuan darah Pembentukan bekuan darah

Ubiquitinasi

Ubiquitin

Siklin

Pengendalian siklus sel

L. Korelasi Klinik Boks 1. Kreatin Kinase dan Infark Miokard Tuan A, 37 tahun datang dibawa ke UGD karena kecelakaan mobil. pasien mengaku bahwa dirinya sesak nafas dan pusing sebelum kecelakaan tersebut. Dari pemeriksaan tidak didapatkan tanda penyakit serebrovaskuler atau infark miokard. Untuk menegakkan diagnosis, pasien masuk rawat inap dan diambil sampel untuk pemeriksaan creatin kinase (CK) dan enzim lain secara periodik. Pertanyaan : 1. Jelaskan bagaimana mekanisme kerja dari enzim creatin kinase! 2. Jelaskan tata nama dari enzim keratin kinase berdasarkan kesepakatan dari IUBMB! 3. Jelaskan mengenai isoenzim dari creatin kinase, beserta kespesifikan organ dari isoenzim tersebut!

18

Boks 2. Serum Hepatitis Tuan C, 37 tahun dirawat dirumah sakit dengan glomerulonefritis yang diterapi secara konservatif. Setalh 6 bulan perawatan, pasien mengalami pembesaran hepar yang dapat diraba melalui palpasi. Nyeri tekan (+). Pemeriksaan fungsi hepar abnormal, konsentrasi enzim aspartate aminotransferase (AST) 1200 IU/L (normal 7-20 IU/L), dan total plasma bilirubin 77 mol/L (normal 2-19 mol/L) Pertanyaan : 1. Jelaskan bagaimana mekanisme kerja dari enzim aspartate aminotransferase! 2. Jelaskan tata nama dari enzim aspartate aminotransferase berdasarkan kesepakatan dari IUBMB! 3. Jelaskan pengaturan kerja enzim tersebut! Boks 3. Cidera otot Purbaya 29 tahun mengeluh nyeri dada setelah tertimpa palu ketika sedang bekerja disebuah gedung yang sedang direnovasi. Nyeri dirasa ringan dan dia merasa dapat melanjutkan pekerjaannya saat itu. Hari brikutnya dia merasakan nyeri semakin bertambah ketika bernafas. Kemudian dibawa ke UGD untuk dilakukan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan X-foto thorax dan elektrokardiografi negative, tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan terdapat peningkatan kadar lactate dehidrogenase (LDH) yakni 6,9 kat/L (400 IU/L). kadra tersebut menetap selama 4 hari, tidak ditemukan kelainan dari pemeriksaan laboratorium lainnya dan pemeriksaan fisik. Pertanyaan : 1. Jelaskan bagaimana mekanisme kerja dari enzim lactate dehidrogenase! 2. Jelaskan tata nama dari enzim lactate dehidrogenase berdasarkan kesepakatan dari IUBMB! 3. Jelaskan pengaturan kerja enzim tersebut! 4. Jelaskan mengenai isoenzim, ada berapakah isoenzim untuk
19

lactate dehidrogenase!

M. Soal-soal Latihan 1. Kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim dapat dipengaruhi oleh hal-hal dibawah ini, ialah 1. 2. 3. 4. Konsentrasi substrat pH Konsentrasi koenzim Suhu

2. Alosterik enzim tersusun atas beberapa subunit Sebab Alosterik enzim mempunyai sisi katalitik dan sisi regulatorik. 3. Enzim glycogen phosphorilase dapat mengalami fosforilasi Sebab Fosforilasi pada enzim glycogen phosphorilase merupakan

peristiwa modifikasi kovalen 4. Hal-hal yang benar tentang lipoprotein lipase dibawah ini, ialah : 1. 2. 3. 4. Chylomicron dapat merupakan substratnya Dapat digunakan membantu diagnosis hiperlipoproteinemia Fatty acids dapat merupakan produknya Merupakan non functional plasma enzyme

5. Berdasarkan nomenklatur dari IUBMB, EC:3.2.1.23 berarti : 1. 2. 3. Termasuk kedalam kelas hydrolase Subkelas 2, menunjukkan yang dihidrolisis ikatan ester Enzim yang dimaksud adalah -galaktosidase
20

4.

Terjadi proses transfer H2O

6. Yang dimaksud dengan alosterik enzim mempunyasi sifat-sifat : 1. Aktivitasnya dapat dikontrol oleh molekul yang terikat pada sisi katalitiknya 2. 3. 4. Dapat dikontrol oleh molekul yang diistilahkan sebagai efektor Efektor merupakan produk yang diproduksi alosterik enzim Efektor dapat bersifat positif maupun negatif

7. Hal-hal yang benar dari lactate dehydrogenase dibawah ini, ialah: 1. 2. 3. Merupakan oligomerik enzim Bentuk promoter satu dengan yang lain isozyme berbeda Seringkali satu jaringan berbeda promoter yang dominan dibandingkan jaringan lain 4. Mempunyai substrat yang sama antara bentuk isozyme yang satu dengan yang lain. 8. Hal-hal yang benar tentang succinate dehydrogenase dibawah ini, ialah : 1. 2. 3. Melonate dapat terikat pada sisi katalitiknya Terikatnya malonate akan berakibat naiknya harga Km enzim Pengaruh malonate dapat ditiadakan dengan menambah succinate dalam jumlah banyak 4. Sebagai produk yang diakibatkan melekatnya malonate pada enzim adalah fumarate.

21

9. Enzim pyruvate dehydrogenase termasuk dalam kelas dibawah ini, ialah : A. B. C. D. E. Isomerase Hydrolase Lyase Ligase Oxidoreductase

10. Enzim D-glucose-6-phosphate dehydrogenase pada jalur pentose phosphate terletak di dalam organelle dibawah ini, ialah : A. B. C. D. E. Mitokondria Reticulum endoplasma Sitosol Nucleolus Golgi kompleks

22

Daftar Pustaka

1. Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W., Biokimia Harper, Ed 24. EGC. 1999:67-113 2. Iwakura M., Nakamura D., Tukenawa T., Mitsuishi Y., An approach for protein to be completely reversible to thermal denaturation even at autoclave temperatures. Prot. Engineering. 2001.14(8):583-589. 3. Daniel R.M., Dines M., Petach H.H., The denaturation and degradation of stable enzymes at high temperatures. Biochem J. 1996.317:1-11. 4. Marks D.B., Marks A.D., Smith C.M., Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah pendekatan Klinis. EGC. 2000:96-125. 5. Sumardjo D. Pengantar Kimia. EGC. 2009: 389-421.

23

Lampiran 1. Klasifikasi enzim berdasarkan IUBMB 1. Oxidoreductases (EC 1) (Oxidoreductase)


EC 1.1 (act on the CH-OH group of donors) EC 1.2 (act on the aldehyde or oxo group of donors) EC 1.3 (act on the CH-CH group of donors) EC 1.4 (act on the CH-NH2 group of donors) EC 1.5 (act on CH-NH group of donors) EC 1.6 (act on NADH or NADPH) EC 1.7 (act on other nitrogenous compounds as donors) EC 1.8 (act on a sulfur group of donors) EC 1.9 (act on a heme group of donors) EC 1.10 (act on diphenols and related substances as donors) EC 1.11 (act on peroxide as an acceptor -- peroxidases) EC 1.12 (act on hydrogen as a donor) EC 1.13 (act on single donors with incorporation of molecular

oxygen)
EC 1.14 (act on paired donors with incorporation of molecular

oxygen)
EC 1.15 (act on superoxide radicals as acceptors) EC 1.16 (oxidize metal ions) EC 1.17 (act on CH or CH2 groups) EC 1.18 (act on iron-sulfur proteins as donors) EC 1.19 (act on reduced flavodoxin as donor)

24

EC 1.20 (act on phosphorus or arsenic as donors) EC 1.21 (act on X-H and Y-H to form an X-Y bond) EC 1.97 (other oxidoreductases)

2.

Transferases (EC 2) (Transferase)


EC 2.1 (transfer one-carbon groups, Methylase) EC 2.2 (transfer aldehyde or ketone groups) EC 2.3 (acyltransferases) EC 2.4 (glycosyltransferases) EC 2.5 (transfer alkyl or aryl groups, other than methyl groups) EC 2.6 (transfer nitrogenous groups) EC 2.7 (transfer phosphorus-containing groups) EC 2.8 (transfer sulfur-containing groups) EC 2.9 (transfer selenium-containing groups)

3.

Hydrolases (EC 3) (Hydrolase)


EC 3.1 (act on ester bonds) EC 3.2 (act on sugars - glycosylases) EC 3.3 (act on ether bonds) EC 3.4 (act on peptide bonds - Peptidase) EC 3.5 (act on carbon-nitrogen bonds, other than peptide bonds) EC 3.6 (act on acid anhydrides) EC 3.7 (act on carbon-carbon bonds) EC 3.8 (act on halide bonds) EC 3.9 (act on phosphorus-nitrogen bonds)

25

EC 3.10 (act on sulfur-nitrogen bonds) EC 3.11 (act on carbon-phosphorus bonds) EC 3.12 (act on sulfur-sulfur bonds) EC 3.13 (act on carbon-sulfur bonds)

4.

Lyases (EC 4) (Lyase)


EC 4.1 (carbon-carbon lyases) EC 4.2 (carbon-oxygen lyases) EC 4.3 (carbon-nitrogen lyases) EC 4.4 (carbon-sulfur lyases) EC 4.5 (carbon-halide lyases) EC 4.6 (phosphorus-oxygen lyases)

5.

Isomerases (EC 5) (Isomerase)


EC 5.1 (racemases and epimerases) EC 5.2 (cis-trans-isomerases) EC 5.3 (intramolecular oxidoreductases) EC 5.4 (intramolecular transferases -- mutases) EC 5.5 (intramolecular lyases) EC 5.99 (other isomerases)

6.

Ligases (EC 6) (Ligase)


EC 6.1 (form carbon-oxygen bonds) EC 6.2 (form carbon-sulfur bonds) EC 6.3 (form carbon-nitrogen bonds) EC 6.4 (form carbon-carbon bonds)

26

EC 6.5 (form phosphoric ester bonds) EC 6.6 (form nitrogen-metal bonds)

27

Anda mungkin juga menyukai