1 PB
1 PB
ABSTRACT
Analysis of student needs is an important activity in the process of implementing the BK in order to reach
effectiveness, efficiency and achievement of service goals. This study aims to find out the implementation
steps of analyzing the needs of students in the preparation of guidance and counseling programs in State
Junior High Schools within the Banda Aceh city area. This research includes the type of descriptive
research using a qualitative approach. The subjects of this study were BK teachers, principals, homeroom
teachers and subject teachers from Banda Aceh State Middle School 1, Banda Aceh Public Middle School 2,
Banda Aceh Public Middle School 4 and Banda Aceh State Middle School 17. The data collection technique
used is interview. While the data analysis technique is done in three steps, namely data reduction, data
display and verification. The results of the study show that; (1) The activity of analyzing the needs of
students begins with the preparation stage which includes the needs assessment phase, activities to
obtain elements, set the basis for planning; (2) The steps taken by the BK teacher in the activity of
analyzing student needs include identification of data, application of instrumentation, collecting data,
analyzing / interpreting data and following up; (3) The parties involved in the activity of analyzing the
needs of students namely the principal, homeroom teacher and subject teacher.
ABSTRAK
Analisis kebutuhan siswa merupakan kegiatan yang penting dalam proses pelaksanaan BK guna
mewujudkan efektif, efisiensi sekaligus pencapaian sasaran layanan. penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui langka-langkah pelaksannaan analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program
bimbingan dan konseling di SMP Negeri dalam wilayah kota Banda Aceh. Penelitian ini termasuk jenis
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Guru BK,
Kepala Sekolah, Wali Kelas dan Guru Mata Pelajaran dari SMP Negeri 1 Banda Aceh, SMP Negeri 2 Banda
Aceh, SMP Negeri 4 Banda Aceh dan SMP Negeri 17 Banda Aceh. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara. Sedangkan teknik analisis data dilakukan dengan tiga langkah, yaitu
reduksi data, display data dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Kegiatan analisis
kebutuhan siswa diawali dengan tahap persiapan yang mencakup tahap asesmen kebutuhan, aktifitas
mendapatkan unsur, menetapkan dasar perencanaan; (2) Langkah-langkah yang dilakukan guru BK
dalam kegiatan analisis kebutuhan siswa meliputi identifikasi data, aplikasi instrumentasi, menghimpun
data, menganalisis/mengintepretasikan data dan tindak lanjut; (3) Pihak-pihak yang dilibatkan dalam
kegiatan analisis kebutuhan siswa yaitu kepala sekolah, guru wali kelas dan guru mata pelajaran;
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling (BK) merupakan suatu layanan yang diberikan kepada
peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Pelayanan tersebut
membutuhkan kinerja guru BK/konselor yang memiliki kompetensi serta profesional guna
layanan yang diberikan dapat mencapai sasaran yakni sesuai dengan kebutuhan siswa
diberbagai bidang, baik di bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir. Untuk mewujudkan
tercapainya sasaran yang dimaksud, pelayanan BK harus dilaksanakan secara terencana dan
ISSN: 2615-0344 88
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...
sistematis. Setiap rencana dan langkah sistematis pelayanan yang dimaksud harus tersusun
dalam program BK (Zamroni & Rahardjo, 2015).
Program BK merupakan suatu rangkaian kegiatan bimbingan dan konseling yang telah
disusun dengan penuh perencanaan yang matang dengan terorganisasi dan terkoordinasi
dengan sejumlah pihak didalam lingkungan sekolah yaitu, kepala sekolah, guru mata pelajaran
dan wali kelas serta orang tua peserta didik. Pada umumnya, program BK terdiri atas dua
program yaitu program tahunan dan program semesteran. Setiap program tersebut disusun
berdasarkan kebutuhan siswa sebagaimana hasil dari pengumpulan data baik melalui angket,
obsevasi, wawancara, Daftar Cek Masalah (DCM), Alat Ungkap Masalah (AUM), sosiometri dan
sebagainya (Rahman, 2014).
Dalam penyusunan program BK, ada dua tahapan yang harus dilakukan oleh seorang
guru BK/konselor yaitu tahap persiapan (preparing) dan tahap Perancangan (designing)
(Suryapranata, dkk, 2016:18). Ditahap persiapan, seorang guru BK/konselor harus melakukan
asesmen kebutuhan untuk mengungkapkan permasalahan-permasalahan yang sedang dialami
oleh siswa dengan alat ukur atau instrumen tertentu, maka setelah itu akan terlihat terungkap
kebutuhan peserta didik sehingga dapat diberikan perlakuan terhadapnya dalam bentuk
pelayanan. Selanjutnya, setelah tahap persiapan dilakukan, kemudian dilakukan tahap
perancangan yang dimulai dari penyusunan program tahunan hingga program semester. Kedua
tahap tersebut sama pentingnya dan harus dilakukan dengan sebaik mungkin.
Menurut Suryapranata (2016), program bimbingan dan konseling di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik/konseli dan
kebutuhan sekolah. Pada tingkat SMP, penyelenggaraan bimbingan dan konseling bertujuan
untuk memfasilitasi peserta didik/ konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau
mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial,
dan moral-spiritual). Siswa SMP adalah remaja yang sedang berada dalam proses berkembang
atau menjadi (becoming), yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian yang
meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir. Untuk mencapai kematangan tersebut, siswa
memerlukan bimbingan karena masih kurang memiliki pemahaman ataupun wawasan tentang
dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Peserta
didik/konseli SMP masih berada pada masa pubertas dan remaja awal yang dimulai pada usia
8-10 tahun dan berakhir pada usia 15-16 tahun. Ini merupakan periode dimana individu
mengalami transisi pada aspek perkembangan dan kehidupannya dari kehidupan kanak-kanak
menuju ke masa dewasa. Transisi tersebut menyangkut aspek fisik, kognisi, sosial, emosi,
moral, dan religious (Suryapranata, 2016). Disamping itu terdapat kemungkinan bahwa proses
perkembangan siswa tidak selalu berjalan mulus dalam alur linier, lurus, atau searah dengan
potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Oleh karena itu, setiap guru BK/ konselor harus melaksanakan asesmen kebutuhan
siswa supaya program yang dirancang nantinya sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan
sekolah. Menurut Rahman (2014) penyusunan program BK di sekolah haruslah dimulai dari
kegiatan asesmen (pengukuran, penilaian) atau kegiatan mengidentifikasi aspek‐aspek yang
dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program/layanan. Kegiatan asesmen ini meliputi
asesmen konteks lingkungan program yang terkait dengan dua kegiatan.Pertama Guru
BK/konselor harus mengidentifikasi harapan dan tujuan sekolah, orangtua, masyarakat, dan
stakeholder pendidikan terlibat, sarana dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi
dan kualifikasi konselor, serta kebijakan pimpinan sekolah. Kedua, Guru BK/konselor harus
melakukan asesmen kebutuhan dan masalah peserta didik yang menyangkut karakteristik
peserta didik; seperti aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motivasi, sikap
dan kebiasaan belajar, minat, masalah‐masalah yang dihadapi, kepribadian, dan perkembangan
psikologis. Rahman (2014) juga mengatakan bahwa layanan-layanan yang diberikan oleh guru
BK haruslah tepat guna baik yang secara individu, kelompok, maupun klasikal.
Berdasarkan studi pendahuluan di Sekolah dalam wilayah Kota Banda Aceh, diketahui
bahwa guru BK cenderung sibuk dengan kegiatan adminstrasi seperti kegiatan OSIS, dan acara-
acara sekolah. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa kinerja guru BK cenderung belum
optimal. Hal ini ditandai dengan adanya sejumlah guru BK yang mejalankan layanan tidak
89
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...
berdasarkan program, alat pengumpulan data yang digunakan belum memenuhi standar yang
ditetapkan, serta guru BK menyusun program tidak berdasarkan analisis kebutuhan siswa.
Assemen ini sangat penting dilakukan sebagaimana Kormalasari dkk (2014)
menjelaskan bahwa assesmen dalam kerangka kerja bimbingan dan konseling memiliki
kedudukan strategies, karena memiliki posisi sebagai dasar dalam perancangan program
bimbingan dan konseling yang sesuai kebutuhan, dimana keseuian program dan gambaran
kondisi peserta didik dan kondisi lingkungannya dapat mendorong pencapaian tujuan
pelayanan bimbingan dalam konseling. Kemendikbud (2014) juga mengatakan analisis
kebutuhan siswa adalah salah satu tahap perancananaan yang sangat penting yang akan jadi
bahan acuan atau pedoman bagi guru BK dalam perancanagan dan pelaksanakan pelayanan
bimbingan dan konseling melalui berbagai macam strategi pelayanan yaitu layanan orientasi,
layanan informasi, layanan pembelajaran, layanan penempatan dan penyaluran, layanan
penguasaan konten, layanan konseling individual, layanan konseling kelompok, dan layanan
bimbingan klasikal.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti berkeinginan untuk meneliti tentang
“Pelaksanaan Analisis Kebutuhan Siswa dalam Penyusunan Program Layanan Bimbingan dan
Konseling Tingkat SMP di Kota Banda Aceh”
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan pada penelitian adalah pendektan kualitatif, yang mana
pendekatan kualitatif menurut Creswell (2014) merupakan suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodelogi yang menyelidiki fenomena sosial dan masalah
manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, kata-kata, laporan
terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi alami.
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian deskriptif dengan maksud untuk
mengkaji informasi berdasarkan situasi social yang sedang berkembang saat ini serta dilakukan
dengan cara memanfaatkan diri peneliti sebagai instrument kunci utama.Berdasarkan jenis dan
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, maka dapat dipahami bahwa penelitian ini
tergolong tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan maksud menelaah informasi tentang
sistematika penyusunan program layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Guru BK, Kepala Sekolah, Wali Kelas dan Guru Mata
Pelajaran dari SMP Negeri 1 Banda Aceh, SMP Negeri 2 Banda Aceh, SMP Negeri 4 Banda Aceh
dan SMP Negeri 17 Banda Aceh. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara.
Sedangkan teknik analisis data dilakukan dengan tiga langkah, yaitu reduksi data, display data
dan verifikasi
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian dengan guru BK, kepala Sekolah, Guru wali kelas, dan Guru mata
pelajaran diuraikan sebagai berikut:
90
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...
kebutuhan siswa yang mencakup masalah pribadi, sosial, belajar dan karir. Dengan demikian
guru BK dapat melakukan tahapan selanjutnya yaitu penyusunan program BK yang merupakan
pedoman dasar untuk mengadakan kegiatan BK di sekolah. kegiatan analisis kebutuhan
tersebut dilakukan pada awal semester satu dan semester dua.
91
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...
Selain itu, guru BK juga menjelaskan bahwa data-data tersebut dikumpulkan melalui
beragam dokumen maupun hasil pengolahan data yakni :
Buku catatan pribadi siswa.
Formulir ketika mendaftar di sekolah.
Hasil obsevasi lapangan.
Hasil pengolahan data angket, DCM maupun wawacara langsung dengan siswa terkait.
b. Aplikasi Instrumentasi
Berdasarkan tanya jawab tentang kegiatan aplikasi instrumentasi maka diperoleh
jawaban bahwa guru BK melakukan proses pengumpulan data menggunakan instrumentasi BK
yang tersedia di sekolah yaitu DCM, angket, SKPD, AKPD, AUM, dan sosiometri. Selain itu, guru
BK juga mengatakan bahwa pada setiap tahunnya, kegiatan aplikasi instrumentasi dilakukan
sebanyak dua kali yakni pada awal semester satu dan dua.
Adapun kegiatan tersebut dilakukan dengan cara penyebaran koesioner kepada
masing-masing siswa pada jam mata pelajaran yang telah ditentukan. Selain itu, guru BK juga
menjelaskan bahwa selama ini tidak per
nah mengembang alat pengumpulan data.
c. Himpunan Data
Berdasarkan hasil wawancara mengenai kegiata himpunan data maka diketahui bahwa
guru BK melakukan kegiatan tersebut dengan dua cara yaitu manual dan menggunakan aplikasi
komputer. Dalam proses himpunan data, guru BK juga mengungkapkan bahwa terdapat
hambatan-hambatan seperti kurangnya personil dan minimnya waktu yang tersedia. Adapun
cara guru BK dalam menyikapi hambatan tersebut adalah dengan meminta bantuan kepada
mahasiswa magang, mahasiswa praktikan maupun guru lainnya untuk ikut serta dalam proses
menghimpun data.
d. Analisis Data
Berdasarkan hasil wawancara tentang kegiatan analisis data maka diketahui bahwa
dalam kegiatan ini guru BK menggunakan alat bantu yang berupa laptop, komputer, aplikasi
DCM, SKPD, dan AKPD. Selanjutnya, hasil dari analisis data tersebut dikelompokan berdasarkan
bidang layanan BK dan kemudian dikembangkan menjadi suatu program BK yang menyeluruh
dan dapat dikembangkan menjadi RPLBK/SATLAN.
e. Tindak Lanjut
Berdasakan hasil wawancara mengenai tidak lanjut maka diperoleh jawaban bahwa
tindak lanjut yang dilakukan guru BK pasca kegiatan analisis kebutuhan yakni dimulai dengan
penyusunan program BK/RPL/SATLAN, pemberian layanan BK dan evaluasi. Adapun layanan
yang dimaksud adalah layanan informasi, layanan orientasi, layanan penempatan dan
penyalura, layanan penguasaan konten, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling
kelompok, layanan konseling individual, layanan mediasi dan layanan konsultasi serta home
visit.
92
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...
Selain itu, kepala sekolah juga menjelaskan Personil guru BK di sekolah tersebut
berlatar belakang pendidikan dari FKIP-BK atau sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.
selanjutnya, kepala sekolah juga mengungkapkan bahwa kinerja guru BK selama ini masih
belum optimal. Hal ini dikarenakan guru BK hannya berfokus pada siswa yang bermasalah saja.
Dengan kata lain guru BK lebih dominan pada pemberian layanan komprenhensif. Sedangkan
pemberian layanan dalam format klasikal atau kelompok cenderung terabaikan. Kepala sekolah
mengatakan bahwa faktor ketidak tersediaan jam khusus bagi guru BK menjadi alasan utama
belum terlaksana layanan klasikal sebagaimana yang diharapkan.
Berkaitan dengan proses penangganan kasus siswa di sekolah, kepala sekolah
menjelaskan bahwa proses penanganan tersebut dilakukan sesuai dengan mekanisme
pelayanan BK sebagaimana tampak padaDiagram 1.
Peserta Didik
Diagram 1. Mekanisme Pelayanan BK di Sekolah
93
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...
sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, maupun orang tua/wali siswa, maka pihak tersebut
juga akan diikutsertakan dalam proses penangganan kasus yang dialami siswa.
Selain itu, Guru wali kelas menyebutkan bahwa memiliki keterlibatan/kerja sama
dalam kegiatan BK, yakni :
1. Memberikan informasi yang diperlukan guru BK seperti informasi tentang peserta didik
2. Mendampingi guru BK dalam kegiatan home visit
3. Alih tangan kasus siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru
BK
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi
kasus; serta
5. Memantau siswa yang telah pernah mendapat pelayanan bimbingan dan konseling.
Pembahasan
a. Asesmen Kebutuhan
Dalam kegiatan asesmen kebutuhan, terdapat sejumlah langka-langkah yakni; (1)
Mengidentifikasi data yang dibutuhkan untuk penyusunan program layanan. Adapun Langkah
94
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...
awal dalam asesmen kebutuhan adalah menentukan data yang akan diukur/diungkap untuk
kepentingan penyusunan program layanan bimbingan dan konseling. Data yang perlu diungkap
antara lain yaitu data tentang tugas-tugas perkembangan, permasalahan dan prestasi peserta
didik/konseli. (2) Memilih instrumen pengumpulan data sesuai kebutuhan. adapun instrumen
yang dinukan dapat berupa angket, DCM, AUM PTSDL, AUM-umum, AKPD maupun SKPD (3)
Mengumpulkan, Mengolah, Menganalisis, dan Menginterpretasi Data Hasil Asesmen Kebutuhan
(Kemendikbud, 2014).
b. Aktifitas Mendapatkan Dukungan Unsur
Upaya untuk mendapatkan dukungan dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya
konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi. Kegiatan ini dapat dilakukan sebelum
menyusun program maupun selama penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. Hasil
konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi tergambar pada kebijakan yang
mendukung terselenggaranya program, fasilitas untuk pelaksanaan program, kolaborasi dan
sinergitas kerja dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling (Kemendikbud,
2014).
b. Aplikasi Instrumentasi
Aplikasi instrumentasi bimbingan konseling bermaksud mengumpulkan data dan
keterangan tentang peserta didik/konseli (baik secara individual maupun kelompok),
keterangan tentang lingkungan peserta didik (konseli), dan lingkungan yang lebih luas
(termasuk di dalamnya informasi pendidikan dan jabatan). Pengumpulan data dan keterangan
ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes (Sukardi, 2008).
Aplikasi instrumentasi biasanya juga dilakukan untuk mendukung penyelenggaraan
jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung mulai dari perencanaan program, penetapan
inidividu, menetapkan materi layanan, sebagai bahan evaluasi dan pengembangan program.
95
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...
c. Himpunan Data
Himpunan data mencakup semua usaha untuk memperoleh data tentang siswa,
menganalisis dan menafsirkan data, serta menyimpan data itu. Dalam hal ini, salah satu di
antara tugas guru BK adalah melaksanakan segenap program kegiatan pendukung, sedangkan
himpunan data merupakan bagian dari kegiatan pendukung. Kegiatan penyelenggaraan
himpunan data ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan laporan (Prayitno dan
Erman Amti, 2004).
d. Analisis Data
Tahapan Analisis ini sangat tergantung pada jenis data dan informasi yang telah
diperoleh selama proses pengumpulan data. Data dan informasi yang diperoleh dari hasil
angket, DCM, AUM dan sejenisnya biasanya dianalisis secara kuantitatif dan disajikan dalam
bentuk frekuensi, persentase, dan grafik. Sedangkan data dan informasi yang didapat dari
observasi dan wawancara biasanya dianalisis secara kualitatif. Data dan informasi yang telah
disajikan kemudian diinterpretasi dan disimpulkan, sehingga deskripsi akurat tentang
pencapaian keberhasilan program bimbingan dan konseling dapat dipahami dengan baik oleh
seluruh pihak yang berkepentingan (Kemendikbud, 2014).
e. Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut merupakan salah satu komponen manajemen program yang
esensial dalam program bimbingan dan konseling, tanpa adanya kegiatan ini, maka dapat
dipastikan bahwa penyelenggaraan pelayanan BK di sokolah belum optimal. Pelaksanaan tindak
lanjut soyogyiyanya disesuaikan dengan kubutuhan dari masing-masing peserta didik.
Sejalan dengan hal ini, Nasruddin dan Nusantoro (2015) menjelaskan bahwa
ketidaksesuaian tindak lanjut yang diberikan guru BK akan menyebabkan masalah yang
dihadapi siswa tidak dapat terselesaikansperti yang diharapkan.
96
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan yaiti :
a. Kegiatan analisis kebutuhan siswa diawali dengan tahap persiapan yang mencakup; (1)
melakukan asesmen kebutuhan, (2) aktifitas mendapatkan unsur, (3) menetapkan dasar
perencanaan.
b. Langkah-langkah yang dilakukan guru BK dalam kegiatan analisis kebutuhan siswa
meliputi identifikasi data, aplikasi instrumentasi, menghimpun data,
menganalisis/mengintepretasikan data dan tindak lanjut.
c. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan analisis kebutuhan siswa yaitu kepala sekolah,
guru wali kelas dan guru mata pelajaran.
Saran
Berikut ini diuraikan beberapa saran yang ditujukan bagi pihak terkait dengan
harapan dapat diterima
a. Diharapkan kepada guru BK agar terus melaksanakan kegiatan analisis kebutuhan siswa
secara efektif dan efisien. Hal ini dapat ini dapat ditempuh dengan melakukan berbagai
97
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...
DAFTAR PUSTAKA
Bouty, R. (2014) Analisis Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Menangani Masalah
Rendahnya Prestasi Belajar Siswa Kelas Vii Di Smp Negeri 7 Kota Gorontalo.thesis
Gorontalo. : Universitas Negeri Gurontalo.
Creswell, J. W. (2014). Research Design: qualitative and mixed method approaches (2nd). London:
Sage Publication
Kemendikbud. (2014) Modul Diklat implementasi kurikulum 2013 untuk guru bimbingan
onseling (konselor) SMP/MTs.
Komalasari, dkk. (2014). Asesmen Teknik Non Tes dalam Perspektif BK Komprehensif. Jakarta: PT
Indeks.
Namora, Lumongga. (2014). “Memahami Dasar Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik”.
Jakarta : Kewncana Pramedia Grup
Nasruddin, J., & Nusantoro, E. (2015). Faktor Penghambat Operasionalisasi Kunjungan Rumah di
SMA Negeri se-Kota Semarang. Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and
Application, 4(3).
Prayitno dan Erman Amti. (2014).Dasa-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta : PT Rineka cipta.
Rahman, F. (2014). Penyusunan Program BK diSekolah.Yogyakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Universitas Negeri Yogyakarta.
Sanjaya, W. (2016). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Sukardi dan Nila Kusmawati. (2008)., Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta:
Rineka Cipta
Suryapranata, dkk. (2016). Panduan Operasional penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling
Sekolah Menengah Pertama (Smp). Jakarta: kementerian pendidikan dan
kebudayaandirektorat jenderal guru dan tenaga kependidikan.
Willis, S.S. (2015).Psikologi pendidikan. Jakarta:Alfa Beta
Willis, sofyan. S.(2015). Konseling individual; teori dan praktek, Bandung: alfabeta
Zamroni, E. dan Rahardjo, S. (2015) Manajemen Bimbingan Dan Konseling Berbasis
Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014. Jurnal konseling gusjigang,(1).1-12
98