Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Volume 4 Nomor 2 tahun 2019


Hal 88 - 98
Juni 2019

ANALISIS KEBUTUHAN SISWA DALAM PENYUSUNAN


PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani


Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Syiah Kuala
Email: rahmadgan04@gmail.com

ABSTRACT

Analysis of student needs is an important activity in the process of implementing the BK in order to reach
effectiveness, efficiency and achievement of service goals. This study aims to find out the implementation
steps of analyzing the needs of students in the preparation of guidance and counseling programs in State
Junior High Schools within the Banda Aceh city area. This research includes the type of descriptive
research using a qualitative approach. The subjects of this study were BK teachers, principals, homeroom
teachers and subject teachers from Banda Aceh State Middle School 1, Banda Aceh Public Middle School 2,
Banda Aceh Public Middle School 4 and Banda Aceh State Middle School 17. The data collection technique
used is interview. While the data analysis technique is done in three steps, namely data reduction, data
display and verification. The results of the study show that; (1) The activity of analyzing the needs of
students begins with the preparation stage which includes the needs assessment phase, activities to
obtain elements, set the basis for planning; (2) The steps taken by the BK teacher in the activity of
analyzing student needs include identification of data, application of instrumentation, collecting data,
analyzing / interpreting data and following up; (3) The parties involved in the activity of analyzing the
needs of students namely the principal, homeroom teacher and subject teacher.

Keywords: Student Needs Analysis, BK Program Compilation

ABSTRAK

Analisis kebutuhan siswa merupakan kegiatan yang penting dalam proses pelaksanaan BK guna
mewujudkan efektif, efisiensi sekaligus pencapaian sasaran layanan. penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui langka-langkah pelaksannaan analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program
bimbingan dan konseling di SMP Negeri dalam wilayah kota Banda Aceh. Penelitian ini termasuk jenis
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Guru BK,
Kepala Sekolah, Wali Kelas dan Guru Mata Pelajaran dari SMP Negeri 1 Banda Aceh, SMP Negeri 2 Banda
Aceh, SMP Negeri 4 Banda Aceh dan SMP Negeri 17 Banda Aceh. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara. Sedangkan teknik analisis data dilakukan dengan tiga langkah, yaitu
reduksi data, display data dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Kegiatan analisis
kebutuhan siswa diawali dengan tahap persiapan yang mencakup tahap asesmen kebutuhan, aktifitas
mendapatkan unsur, menetapkan dasar perencanaan; (2) Langkah-langkah yang dilakukan guru BK
dalam kegiatan analisis kebutuhan siswa meliputi identifikasi data, aplikasi instrumentasi, menghimpun
data, menganalisis/mengintepretasikan data dan tindak lanjut; (3) Pihak-pihak yang dilibatkan dalam
kegiatan analisis kebutuhan siswa yaitu kepala sekolah, guru wali kelas dan guru mata pelajaran;

Kata Kunci : Analisis Kebutuhan Siswa, Penyusunan Program BK

PENDAHULUAN

Bimbingan dan konseling (BK) merupakan suatu layanan yang diberikan kepada
peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Pelayanan tersebut
membutuhkan kinerja guru BK/konselor yang memiliki kompetensi serta profesional guna
layanan yang diberikan dapat mencapai sasaran yakni sesuai dengan kebutuhan siswa
diberbagai bidang, baik di bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir. Untuk mewujudkan
tercapainya sasaran yang dimaksud, pelayanan BK harus dilaksanakan secara terencana dan

ISSN: 2615-0344 88
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...

sistematis. Setiap rencana dan langkah sistematis pelayanan yang dimaksud harus tersusun
dalam program BK (Zamroni & Rahardjo, 2015).
Program BK merupakan suatu rangkaian kegiatan bimbingan dan konseling yang telah
disusun dengan penuh perencanaan yang matang dengan terorganisasi dan terkoordinasi
dengan sejumlah pihak didalam lingkungan sekolah yaitu, kepala sekolah, guru mata pelajaran
dan wali kelas serta orang tua peserta didik. Pada umumnya, program BK terdiri atas dua
program yaitu program tahunan dan program semesteran. Setiap program tersebut disusun
berdasarkan kebutuhan siswa sebagaimana hasil dari pengumpulan data baik melalui angket,
obsevasi, wawancara, Daftar Cek Masalah (DCM), Alat Ungkap Masalah (AUM), sosiometri dan
sebagainya (Rahman, 2014).
Dalam penyusunan program BK, ada dua tahapan yang harus dilakukan oleh seorang
guru BK/konselor yaitu tahap persiapan (preparing) dan tahap Perancangan (designing)
(Suryapranata, dkk, 2016:18). Ditahap persiapan, seorang guru BK/konselor harus melakukan
asesmen kebutuhan untuk mengungkapkan permasalahan-permasalahan yang sedang dialami
oleh siswa dengan alat ukur atau instrumen tertentu, maka setelah itu akan terlihat terungkap
kebutuhan peserta didik sehingga dapat diberikan perlakuan terhadapnya dalam bentuk
pelayanan. Selanjutnya, setelah tahap persiapan dilakukan, kemudian dilakukan tahap
perancangan yang dimulai dari penyusunan program tahunan hingga program semester. Kedua
tahap tersebut sama pentingnya dan harus dilakukan dengan sebaik mungkin.
Menurut Suryapranata (2016), program bimbingan dan konseling di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik/konseli dan
kebutuhan sekolah. Pada tingkat SMP, penyelenggaraan bimbingan dan konseling bertujuan
untuk memfasilitasi peserta didik/ konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau
mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial,
dan moral-spiritual). Siswa SMP adalah remaja yang sedang berada dalam proses berkembang
atau menjadi (becoming), yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian yang
meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir. Untuk mencapai kematangan tersebut, siswa
memerlukan bimbingan karena masih kurang memiliki pemahaman ataupun wawasan tentang
dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Peserta
didik/konseli SMP masih berada pada masa pubertas dan remaja awal yang dimulai pada usia
8-10 tahun dan berakhir pada usia 15-16 tahun. Ini merupakan periode dimana individu
mengalami transisi pada aspek perkembangan dan kehidupannya dari kehidupan kanak-kanak
menuju ke masa dewasa. Transisi tersebut menyangkut aspek fisik, kognisi, sosial, emosi,
moral, dan religious (Suryapranata, 2016). Disamping itu terdapat kemungkinan bahwa proses
perkembangan siswa tidak selalu berjalan mulus dalam alur linier, lurus, atau searah dengan
potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Oleh karena itu, setiap guru BK/ konselor harus melaksanakan asesmen kebutuhan
siswa supaya program yang dirancang nantinya sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan
sekolah. Menurut Rahman (2014) penyusunan program BK di sekolah haruslah dimulai dari
kegiatan asesmen (pengukuran, penilaian) atau kegiatan mengidentifikasi aspek‐aspek yang
dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program/layanan. Kegiatan asesmen ini meliputi
asesmen konteks lingkungan program yang terkait dengan dua kegiatan.Pertama Guru
BK/konselor harus mengidentifikasi harapan dan tujuan sekolah, orangtua, masyarakat, dan
stakeholder pendidikan terlibat, sarana dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi
dan kualifikasi konselor, serta kebijakan pimpinan sekolah. Kedua, Guru BK/konselor harus
melakukan asesmen kebutuhan dan masalah peserta didik yang menyangkut karakteristik
peserta didik; seperti aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motivasi, sikap
dan kebiasaan belajar, minat, masalah‐masalah yang dihadapi, kepribadian, dan perkembangan
psikologis. Rahman (2014) juga mengatakan bahwa layanan-layanan yang diberikan oleh guru
BK haruslah tepat guna baik yang secara individu, kelompok, maupun klasikal.
Berdasarkan studi pendahuluan di Sekolah dalam wilayah Kota Banda Aceh, diketahui
bahwa guru BK cenderung sibuk dengan kegiatan adminstrasi seperti kegiatan OSIS, dan acara-
acara sekolah. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa kinerja guru BK cenderung belum
optimal. Hal ini ditandai dengan adanya sejumlah guru BK yang mejalankan layanan tidak

89
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...

berdasarkan program, alat pengumpulan data yang digunakan belum memenuhi standar yang
ditetapkan, serta guru BK menyusun program tidak berdasarkan analisis kebutuhan siswa.
Assemen ini sangat penting dilakukan sebagaimana Kormalasari dkk (2014)
menjelaskan bahwa assesmen dalam kerangka kerja bimbingan dan konseling memiliki
kedudukan strategies, karena memiliki posisi sebagai dasar dalam perancangan program
bimbingan dan konseling yang sesuai kebutuhan, dimana keseuian program dan gambaran
kondisi peserta didik dan kondisi lingkungannya dapat mendorong pencapaian tujuan
pelayanan bimbingan dalam konseling. Kemendikbud (2014) juga mengatakan analisis
kebutuhan siswa adalah salah satu tahap perancananaan yang sangat penting yang akan jadi
bahan acuan atau pedoman bagi guru BK dalam perancanagan dan pelaksanakan pelayanan
bimbingan dan konseling melalui berbagai macam strategi pelayanan yaitu layanan orientasi,
layanan informasi, layanan pembelajaran, layanan penempatan dan penyaluran, layanan
penguasaan konten, layanan konseling individual, layanan konseling kelompok, dan layanan
bimbingan klasikal.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti berkeinginan untuk meneliti tentang
“Pelaksanaan Analisis Kebutuhan Siswa dalam Penyusunan Program Layanan Bimbingan dan
Konseling Tingkat SMP di Kota Banda Aceh”

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan pada penelitian adalah pendektan kualitatif, yang mana
pendekatan kualitatif menurut Creswell (2014) merupakan suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodelogi yang menyelidiki fenomena sosial dan masalah
manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, kata-kata, laporan
terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi alami.
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian deskriptif dengan maksud untuk
mengkaji informasi berdasarkan situasi social yang sedang berkembang saat ini serta dilakukan
dengan cara memanfaatkan diri peneliti sebagai instrument kunci utama.Berdasarkan jenis dan
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, maka dapat dipahami bahwa penelitian ini
tergolong tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan maksud menelaah informasi tentang
sistematika penyusunan program layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Guru BK, Kepala Sekolah, Wali Kelas dan Guru Mata
Pelajaran dari SMP Negeri 1 Banda Aceh, SMP Negeri 2 Banda Aceh, SMP Negeri 4 Banda Aceh
dan SMP Negeri 17 Banda Aceh. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara.
Sedangkan teknik analisis data dilakukan dengan tiga langkah, yaitu reduksi data, display data
dan verifikasi

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian dengan guru BK, kepala Sekolah, Guru wali kelas, dan Guru mata
pelajaran diuraikan sebagai berikut:

A. Hasil Wawancara dengan Guru BK


Pada proses wawancara dengan guru BK, peneliti mengumpulkan data tentang
asesment kebutuhan, aktivitas mendapatkan dukungan unsur, dasar perencanaan program BK,
identifikasi data, aplikasi instrumentasi, himpunan data, analisis data, dan tindak lanjut.

Analisis Kebutuhan Siswa


Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 guru BK di SMP Negeri wilayah kota Banda
Aceh maka diketahui bahwa analisis kebutuhan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
BK sebelum menyusun program pelayanan yakni program tahunan dan semesteran. Selain itu,
Guru BK juga mengatakan bahwa pelaksanaan analisis kebutuhan siswa ini merupakan suatu
hal yang sangat penting karena dengan kegiatan tersebut Guru BK dapat mengetahui tentang

90
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...

kebutuhan siswa yang mencakup masalah pribadi, sosial, belajar dan karir. Dengan demikian
guru BK dapat melakukan tahapan selanjutnya yaitu penyusunan program BK yang merupakan
pedoman dasar untuk mengadakan kegiatan BK di sekolah. kegiatan analisis kebutuhan
tersebut dilakukan pada awal semester satu dan semester dua.

Persiapan dalam Analisis Kebutuhan Siswa


Berdasarkan tanya jawab dengan Guru BK tentang persiapan analisis kebutuhan maka
diperoleh jawaban bahwa persiapan tersebut meliputi :
a. Asesment Kebutuhan
Hasil wancara dengan 4 guru BK mengungkapkan bahwa persiapan dalam kegiatan
asesmen mencakup :
 Persiapan instrumentasi BK
 Piha-pihak yang terlibat dalam kegiatan analisis kebutuhan siswa
 Biaya operasional, dan
 Jam masuk kelas untuk mengadakan kegiatan analisis kebutuhan siswa.

b. Aktifitas Mendapatkan Dukungan Unsur


Berdasarkan tanya jawab dengan guru 4 BK tentang “Aktivitas Mendapatkan
Dukungan Unsur” maka diperoleh jawaban yaitu Guru BK mealakukan upaya mendapakan
dukungan dimulai dari tahap koordinasi, konsultasi dan upaya mendapatkan persetujuan dari
beberapa pihak sekolah kususnya kepala sekolah, guru wali kelas, dan guru mata pelajaran.
Selain itu, guru BK juga mengatakan bahwa pihak-pihak tersebut juga memiliki peranannya
masing-masing yaitu :
 Kepala Sekolah; yakni sebagai educator, fasilisator, manejer, dan supervisor
 Wali Kelas, yakni memberikan Informasi yang berkaitan dengan peserta didik baik itu
tentang kehidupan pribadi kebiasaan belajar di kelas, orang tua/wali, hubungan antar
sebaya, prestasi belajar, status ekonomi, dan lain-lain. Selain Itu, wali kelas juga
bekerjasama dengan guru BK perihal jam masuk kelas, home visit, alih tangan kasus dari
wali kelas kepada guru BK, pemanggilan orang tua/wali, dan alih tangan kasus.
 Guru Mata Pelajaran, yakni memberikan informasi mengenai peserta didik, berpartisipasi
dalam penangganan kasus siswa serta berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan
maslah siswa, seperti konferensi kasus.

c. Dasar perencanaan analisis kebutuhan siswa


Hasil wawancara mengenai dasar perencanaan analisis kebutuhan siswa
mengungkapkan bahwa Guru BK melakukan penetapan dasar perencanaan sesuai dengan
bidang yang terdapat dalam layanan BK yakni bidang pribadi, sosial, belajar dan karir.
Selanjutnya, dari setiap bidang tersebut disesuaikan lagi berdasarkan kebutuhan masing-
masing peserta didik.

Langkah-Langkah dalam Pelaksanaan Analisis Kebutuhan


Guru BK mengatakan bahwa langkah-langkah dalam pelaksanaan analisis kebutuhan
dimulai dari tahap berikut ini :
a. Identifikasi Data
Berdasarkan hasil wawancara tentang tahap identifikasi data dalam kegiatan analisis
kebutuhan, maka diperleh jawaban bahwa pada tahap tersebut Guru BK mengumpulkan data-
data penting yang meliputi :
 Data tentang jumlah siswa
 keadaan ekonomi siswa
 kehidupan keluarga,
 prestasi belajar/akademik siswa,
 latar belakang pendidikan, dan maupun
 hubungan siswa dalam lingkungan sosial.

91
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...

Selain itu, guru BK juga menjelaskan bahwa data-data tersebut dikumpulkan melalui
beragam dokumen maupun hasil pengolahan data yakni :
 Buku catatan pribadi siswa.
 Formulir ketika mendaftar di sekolah.
 Hasil obsevasi lapangan.
 Hasil pengolahan data angket, DCM maupun wawacara langsung dengan siswa terkait.

b. Aplikasi Instrumentasi
Berdasarkan tanya jawab tentang kegiatan aplikasi instrumentasi maka diperoleh
jawaban bahwa guru BK melakukan proses pengumpulan data menggunakan instrumentasi BK
yang tersedia di sekolah yaitu DCM, angket, SKPD, AKPD, AUM, dan sosiometri. Selain itu, guru
BK juga mengatakan bahwa pada setiap tahunnya, kegiatan aplikasi instrumentasi dilakukan
sebanyak dua kali yakni pada awal semester satu dan dua.
Adapun kegiatan tersebut dilakukan dengan cara penyebaran koesioner kepada
masing-masing siswa pada jam mata pelajaran yang telah ditentukan. Selain itu, guru BK juga
menjelaskan bahwa selama ini tidak per
nah mengembang alat pengumpulan data.

c. Himpunan Data
Berdasarkan hasil wawancara mengenai kegiata himpunan data maka diketahui bahwa
guru BK melakukan kegiatan tersebut dengan dua cara yaitu manual dan menggunakan aplikasi
komputer. Dalam proses himpunan data, guru BK juga mengungkapkan bahwa terdapat
hambatan-hambatan seperti kurangnya personil dan minimnya waktu yang tersedia. Adapun
cara guru BK dalam menyikapi hambatan tersebut adalah dengan meminta bantuan kepada
mahasiswa magang, mahasiswa praktikan maupun guru lainnya untuk ikut serta dalam proses
menghimpun data.

d. Analisis Data
Berdasarkan hasil wawancara tentang kegiatan analisis data maka diketahui bahwa
dalam kegiatan ini guru BK menggunakan alat bantu yang berupa laptop, komputer, aplikasi
DCM, SKPD, dan AKPD. Selanjutnya, hasil dari analisis data tersebut dikelompokan berdasarkan
bidang layanan BK dan kemudian dikembangkan menjadi suatu program BK yang menyeluruh
dan dapat dikembangkan menjadi RPLBK/SATLAN.

e. Tindak Lanjut
Berdasakan hasil wawancara mengenai tidak lanjut maka diperoleh jawaban bahwa
tindak lanjut yang dilakukan guru BK pasca kegiatan analisis kebutuhan yakni dimulai dengan
penyusunan program BK/RPL/SATLAN, pemberian layanan BK dan evaluasi. Adapun layanan
yang dimaksud adalah layanan informasi, layanan orientasi, layanan penempatan dan
penyalura, layanan penguasaan konten, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling
kelompok, layanan konseling individual, layanan mediasi dan layanan konsultasi serta home
visit.

B. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah


Pada proses wawancara dengan kepala sekolah, peneliti berupaya mengumpulkan
informasi tentang kinerja guru BK dan aktivitas mendapatkan dukungan dengan kepala sekolah.
a. Orientasi Umum
Berdasarkan hasil wawancara yang berkaitan dengan indikator orientasi umum,
kepala sekolah menjelaskan bahwa saat ini, jumlah tenaga BK di sekolah belum memenuhi
kebutuhan. Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan wali kelas dan guru mata pelajaran
Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel 1.

92
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...

Tabel 1. Jumlah Guru BK Pada Lokasi Penelitian


NO NAMA SEKOLAH JUMLAH GURU BK
1. SMP Negeri 1 Banda Aceh 2 orang
2. SMP Negeri 2 Banda Aceh 1 orang
3 SMP Negeri 4 Banda Aceh 1 orang
4. SMP Negeri 17 Banda Aceh 4 orang

Selain itu, kepala sekolah juga menjelaskan Personil guru BK di sekolah tersebut
berlatar belakang pendidikan dari FKIP-BK atau sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.
selanjutnya, kepala sekolah juga mengungkapkan bahwa kinerja guru BK selama ini masih
belum optimal. Hal ini dikarenakan guru BK hannya berfokus pada siswa yang bermasalah saja.
Dengan kata lain guru BK lebih dominan pada pemberian layanan komprenhensif. Sedangkan
pemberian layanan dalam format klasikal atau kelompok cenderung terabaikan. Kepala sekolah
mengatakan bahwa faktor ketidak tersediaan jam khusus bagi guru BK menjadi alasan utama
belum terlaksana layanan klasikal sebagaimana yang diharapkan.
Berkaitan dengan proses penangganan kasus siswa di sekolah, kepala sekolah
menjelaskan bahwa proses penanganan tersebut dilakukan sesuai dengan mekanisme
pelayanan BK sebagaimana tampak padaDiagram 1.

Komite Kepala / Wakil Tenaga Ahli


Sekolah Sekolah Instansi Lain

Guru Mapel Wali Kelas Guru BK

Peserta Didik
Diagram 1. Mekanisme Pelayanan BK di Sekolah

b. Aktivitas Mendapatkan Dukungan dengan Kepala Sekolah


Pada proses kegiatan BK di sekolah, kepala sekolah menyebutkan peranannya sebagai
leader, educator, fasilitator, manejer, motivator dan supevisor. hal ini senada dengan yang
dijelaskan oleh guru BK sebagai mana tampak pada box 3.selain itu kepala sekolah juga
menjelaskan guru BK rutin mengadakan koordinasi atau konsultasi dengan kepala sekolah
untuk membahas tentang perencanaan program BK maupun penanganan kasus siswa.

C. Hasil Wawancara dengan Wali Kelas


a. Orientasi Umum
Berdasarkan hasil wawancara yang berkaitan dengan indikator orientasi umum, Guru
wali kelas menjelaskan bahwa kinerja guru BK belum optimal dan penangganan kasus peserta
didik cenderung berorientasi pada penyelesaian masalah yang bersifat individual. Artinya,
pelayanan dalam format klasikal/kelompok jarang diberikan.
Selanjutnya, wali kelas juga mengatakan bahwa proses penangganan kasus siswa tidak
semata-mata ditanggani oleh guru BK saja. Artinya, jika dibutuhkan pihak lain seperti kepala

93
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...

sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, maupun orang tua/wali siswa, maka pihak tersebut
juga akan diikutsertakan dalam proses penangganan kasus yang dialami siswa.
Selain itu, Guru wali kelas menyebutkan bahwa memiliki keterlibatan/kerja sama
dalam kegiatan BK, yakni :
1. Memberikan informasi yang diperlukan guru BK seperti informasi tentang peserta didik
2. Mendampingi guru BK dalam kegiatan home visit
3. Alih tangan kasus siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru
BK
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi
kasus; serta
5. Memantau siswa yang telah pernah mendapat pelayanan bimbingan dan konseling.

D. Hasil Wawancara Dengan Guru Mata Pelajaran


Berdasarkan hasil wawancara yang berkaitan dengan indikator kinerja Guru mata
pelajaran menjelaskan bahwa kinerja guru BK selama ini tidak sepenuhnya berlangsung
optimal. Hal ini dikarenakan sasaran pemberian layanan BK lebih dominan tertuju pada siswa
yang bermasalah saja. Dengan kata lain, fungi BK yang berkaitan dengan upaya pencegahan
cenderung tercidrai. Selanjutnya, guru mata pelajaran juga menjelaskan tentang proses
penangganan kasus siswa oleh guru BK yang bahwasanya penangganan tersebut sesuai dengan
alur/mekanisme penanangganan kasus siswa yang melibatkan sejumlah pihak yakni kepala
sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran bahkan wali siswa. Pihak-pihak tersebut bersinergi
sesuai dengan peranannya masing-masing.
Selain itu, guru mata pelajaran juga menjelaskan bahwa memiliki keterlibatan dalam
kegiatan BK, yakni dalam menanggani permasalahan siswa, serta memberikan informasi kepada
guru BK yang berhubungan dengan hambatan-hambatan yang dialami peserta didik didalam
proses pembelajaran.

Pembahasan

Analisis Kebutuhan Siswa


Berdasarkan hasil penelitian, maka diketahui bahwa kegiatan analisis kebutuhan siswa
merupakan hal yang penting guna sebagai pedoman dalam menyusun program bimbingan dan
konseling.
Senada dengan ini, Komalasari dkk (2014) juga mengatakan bahwa asesmen
merupakan suatu hal yang vital terutama untuk mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasikan data atau informasi tentang peserta didik dan lingkungannnya. Hal
tersebut dilakukan untuk mendapatkan gambaran berbagai kondisi individu dan lingkungannya
sebagai dasar pengembangan promgram layanan BK yang sesuai kebutuhan.
Pemahaman terhadap kebutuhan dan karakteristik perkembangan peserta didik
sebagai pangkal tolak layanan bimbingan dan konseling harus komprehensif, meliputi berbagai
aspek internal dan eksternal peserta didik/konseli. Program bimbingan dan konseling harus
didasarkan atas hasil asesmen yang lengkap berenaan dengan kebutuhan dan karakteristik
perkembangan dalam berbagai aspek. Kegiatan asesmen kebutuhan ini bertujuan untuk
menemukan kondisi nyata peserta didik yang akan dijadikan dasar dalam merencanakan
program bimbingan dan konseling (Kemendikbud, 2014).

Persiapan dalam analisis kebutuhan


Berdasarkan hasil penelitian, maka diketahui bahwa persiapan guru BK dalam
kegiatan analisis kebutuhan meliputi; asesmen kebutuhan, aktivitas mendapatkan dukungan
unsur, dan merumuskan dasar perencanaan analisis kebutuhan siswa

a. Asesmen Kebutuhan
Dalam kegiatan asesmen kebutuhan, terdapat sejumlah langka-langkah yakni; (1)
Mengidentifikasi data yang dibutuhkan untuk penyusunan program layanan. Adapun Langkah

94
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...

awal dalam asesmen kebutuhan adalah menentukan data yang akan diukur/diungkap untuk
kepentingan penyusunan program layanan bimbingan dan konseling. Data yang perlu diungkap
antara lain yaitu data tentang tugas-tugas perkembangan, permasalahan dan prestasi peserta
didik/konseli. (2) Memilih instrumen pengumpulan data sesuai kebutuhan. adapun instrumen
yang dinukan dapat berupa angket, DCM, AUM PTSDL, AUM-umum, AKPD maupun SKPD (3)
Mengumpulkan, Mengolah, Menganalisis, dan Menginterpretasi Data Hasil Asesmen Kebutuhan
(Kemendikbud, 2014).
b. Aktifitas Mendapatkan Dukungan Unsur
Upaya untuk mendapatkan dukungan dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya
konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi. Kegiatan ini dapat dilakukan sebelum
menyusun program maupun selama penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. Hasil
konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi tergambar pada kebijakan yang
mendukung terselenggaranya program, fasilitas untuk pelaksanaan program, kolaborasi dan
sinergitas kerja dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling (Kemendikbud,
2014).

c. Dasar Perencanaan Analisis Kebutuhan Siswa


Perencanaan program bimbingan dan konseling didasarkan pada landasan filosofis
dan teoretis bimbingan dan konseling (Kemendikbud, 2016). Landasan ini berisi keyakinan
filosofis dan teoritis, misalnya bahwa semua peserta didik/konseli itu unik dan harus dilayani
dengan penuh perhatian; setiap peserta didik/konseli dapat meraih keberhasilan, untuk
mencapai keberhasilan dibutuhkan upaya kolaboratif; program bimbingan dan konseling
merupakan bagian integral dari proses pendidikan; program bimbingan dan konseling
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap peserta didik/konseli.
Selain mendasarkan pada landasan filosofis dan teoretis, perencanaan layanan
bimbingan dan konseling juga harus didasarkan pada kebutuhan peserta didik/konseli.
Landasan filosofis, landasan teoritis dan hasil asesmen kebutuhan dipaparkan secara ringkas
dalam rasional program bimbingan dan konseling.

Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Analisis Kebutuhan


Berdasarkan hasil penelitian, maka diketahui bahwa langka-langkah yang dilakukan
guru BK dalam elaksanaan analisis kebutuhan yaitu identifikasi data, aplikasi instrumentasi,
himpunan data, analisis data dan tindak lanjut.
a. Identifikasi data
Kegiatan Identifikasi data ini bermaksud untuk meneliti, menelaah. mencari,
menemukan, mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi. Data yang
telah diperolah nantinya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan BK. Selain itu, juga
dapat dimanfaatkan untuk pendukung serta mempermudah dalam menyusun rencana program
BK yang akan dilaksanakan. Lebih lanjut, data yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai
bahan informasi bagi pihak lain yang membutuhkan.
Sejalan dengan hal ini, (Namora, 2014) mengatakan bahwa kegiatan identifikasi ini
penting dilaksanakan guna mengetahui bagaimana latar belakang kehidupan keadaan
lingkungan peserta didik.

b. Aplikasi Instrumentasi
Aplikasi instrumentasi bimbingan konseling bermaksud mengumpulkan data dan
keterangan tentang peserta didik/konseli (baik secara individual maupun kelompok),
keterangan tentang lingkungan peserta didik (konseli), dan lingkungan yang lebih luas
(termasuk di dalamnya informasi pendidikan dan jabatan). Pengumpulan data dan keterangan
ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes (Sukardi, 2008).
Aplikasi instrumentasi biasanya juga dilakukan untuk mendukung penyelenggaraan
jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung mulai dari perencanaan program, penetapan
inidividu, menetapkan materi layanan, sebagai bahan evaluasi dan pengembangan program.

95
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...

c. Himpunan Data
Himpunan data mencakup semua usaha untuk memperoleh data tentang siswa,
menganalisis dan menafsirkan data, serta menyimpan data itu. Dalam hal ini, salah satu di
antara tugas guru BK adalah melaksanakan segenap program kegiatan pendukung, sedangkan
himpunan data merupakan bagian dari kegiatan pendukung. Kegiatan penyelenggaraan
himpunan data ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan laporan (Prayitno dan
Erman Amti, 2004).

d. Analisis Data
Tahapan Analisis ini sangat tergantung pada jenis data dan informasi yang telah
diperoleh selama proses pengumpulan data. Data dan informasi yang diperoleh dari hasil
angket, DCM, AUM dan sejenisnya biasanya dianalisis secara kuantitatif dan disajikan dalam
bentuk frekuensi, persentase, dan grafik. Sedangkan data dan informasi yang didapat dari
observasi dan wawancara biasanya dianalisis secara kualitatif. Data dan informasi yang telah
disajikan kemudian diinterpretasi dan disimpulkan, sehingga deskripsi akurat tentang
pencapaian keberhasilan program bimbingan dan konseling dapat dipahami dengan baik oleh
seluruh pihak yang berkepentingan (Kemendikbud, 2014).

e. Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut merupakan salah satu komponen manajemen program yang
esensial dalam program bimbingan dan konseling, tanpa adanya kegiatan ini, maka dapat
dipastikan bahwa penyelenggaraan pelayanan BK di sokolah belum optimal. Pelaksanaan tindak
lanjut soyogyiyanya disesuaikan dengan kubutuhan dari masing-masing peserta didik.
Sejalan dengan hal ini, Nasruddin dan Nusantoro (2015) menjelaskan bahwa
ketidaksesuaian tindak lanjut yang diberikan guru BK akan menyebabkan masalah yang
dihadapi siswa tidak dapat terselesaikansperti yang diharapkan.

Peran Kepala Sekolah dalam Kegiatan BK


Berdasarkan hasil penelitian, maka diketahui bahwa peran kepala sekolah dalam
kegiatan BK yaitu sebagai leader, educator, fasilitator, manejer, motivator dan supervisor.
Berkaitan dengan hal ini, Sugiharto (2016) menyebutkan peran kepala sekolah dalam
pelayanan BK yaitu :
1. Penentuan staf personil bimbingan dan konseling
2. Penyusunan program bimbingan dan konseling
3. Sosialisasi dan penetapan program bimbingan dan konseling kepada sivitas sekolah
sebagai bagian dari program pendidikan
4. Penyediaan kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan bibingan
dan konseling
5. Pemantauan dan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling
6. Pengembangan kerjasama dengan instansi atau profesi lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling
7. Pengembangan program bimbingan dan konseling termasuk pembinaan dan pelatihan
personil personil bimbingan dan konseling.

Peran Wali Kelas dalam Kegiatan BK


Wali kelas adalah orang yang sering bertatap muka dengan peserta didik, oleh sebab
itu akan lebih banyak tau tentang kesulitan yang sering dialami peserta didik dalam belajar.
Berkaitan dengan hal ini, Bouty (2014) menyebutkan sejumlah peran guru wali kelas yaitu :
1. Membantu guru pembimbing dalam melaksanakan tuga-tugasnya khusus dikelas yang
menjadi tanggung jawabnya
2. Membantu guru mata pelajaran melaksanakan peran pelaksanaan peran pelayanan
bimbingan dan konseling khusus dikelas yang menjadi tanggung jawabny
3. Membantu memberikan kemudahan bagi peserta didik kelas yang menjadi tanggung
jawabnya dalam layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling

96
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...

4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan bimbingan dan konseling


5. Mengalihtangankan peserta didik yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling

Peran Guru Mata Pelajaran dalam Kegiatan BK


Di sekolah, tugas atau tanggung jawab utama guru bidang stuti adalah melakukan
kegiatan pembelajaran. Kendati demikian, bukan berarti guru tersebut sama sekali lepas
dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata
pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan
Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat
bertindak sebagai konselor bagi siswanya.
Sanjaya (2016) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai
pembimbing dan untuk menjadi pembimbing yang baik, guru harus memiliki pemahaman
tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran
dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2015) mengemukakan bahwa guru-guru mata
pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat,
ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat.
Lebih lanjut, Prayitno dkk (2004) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-
guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling yaitu
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
2. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan
layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut
3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
guru pembimbing/konselor
4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut
guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus seperti
pengajaran/ latihan perbaikan, maupun program pengayaan
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-
siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan
yang dimaksudkan itu
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan
bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan yaiti :
a. Kegiatan analisis kebutuhan siswa diawali dengan tahap persiapan yang mencakup; (1)
melakukan asesmen kebutuhan, (2) aktifitas mendapatkan unsur, (3) menetapkan dasar
perencanaan.
b. Langkah-langkah yang dilakukan guru BK dalam kegiatan analisis kebutuhan siswa
meliputi identifikasi data, aplikasi instrumentasi, menghimpun data,
menganalisis/mengintepretasikan data dan tindak lanjut.
c. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan analisis kebutuhan siswa yaitu kepala sekolah,
guru wali kelas dan guru mata pelajaran.

Saran
Berikut ini diuraikan beberapa saran yang ditujukan bagi pihak terkait dengan
harapan dapat diterima
a. Diharapkan kepada guru BK agar terus melaksanakan kegiatan analisis kebutuhan siswa
secara efektif dan efisien. Hal ini dapat ini dapat ditempuh dengan melakukan berbagai

97
Muhammad Rahmad, M. Husen, Fajriani
Analisis kebutuhan siswa dalam penyusunan program layanan ...

persiapan terkait analisis kebutuhan siswa, selanjutnya melaksanakan kegiatan tersebut


sesuai dengan lanka-langkah yang telah ditetapkan. Selain itu, diharapkan pula agar guru
BK dapat melaksanakan kegiatan BK secara menyeluruh. Artinya, pelayanan BK tidak
hannya diberikan kepada siswa bermasalah saja melainkan juga harus diberikan pada
siswa lainnya yang ada disekolah guna terwujudnya berbagai fungsi BK khususnya fungsi
pencegahan.
b. Diharapkan kepada pihak-pihak yang terlibat khususnya kepala sekolah, guru wali kelas
maupun guru mata pelajaran agar terus dapat ikut serta dalam kegiatan BK guna
melangsungkan pelayanan yang optimal. Hal ini dapat dilakukan mengadakan rapat
koordinasi, maupun konsultasi tentang permasalahan siswa dan sejenisnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bouty, R. (2014) Analisis Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Menangani Masalah
Rendahnya Prestasi Belajar Siswa Kelas Vii Di Smp Negeri 7 Kota Gorontalo.thesis
Gorontalo. : Universitas Negeri Gurontalo.
Creswell, J. W. (2014). Research Design: qualitative and mixed method approaches (2nd). London:
Sage Publication
Kemendikbud. (2014) Modul Diklat implementasi kurikulum 2013 untuk guru bimbingan
onseling (konselor) SMP/MTs.
Komalasari, dkk. (2014). Asesmen Teknik Non Tes dalam Perspektif BK Komprehensif. Jakarta: PT
Indeks.
Namora, Lumongga. (2014). “Memahami Dasar Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik”.
Jakarta : Kewncana Pramedia Grup
Nasruddin, J., & Nusantoro, E. (2015). Faktor Penghambat Operasionalisasi Kunjungan Rumah di
SMA Negeri se-Kota Semarang. Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and
Application, 4(3).
Prayitno dan Erman Amti. (2014).Dasa-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta : PT Rineka cipta.
Rahman, F. (2014). Penyusunan Program BK diSekolah.Yogyakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Universitas Negeri Yogyakarta.
Sanjaya, W. (2016). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Sukardi dan Nila Kusmawati. (2008)., Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta:
Rineka Cipta
Suryapranata, dkk. (2016). Panduan Operasional penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling
Sekolah Menengah Pertama (Smp). Jakarta: kementerian pendidikan dan
kebudayaandirektorat jenderal guru dan tenaga kependidikan.
Willis, S.S. (2015).Psikologi pendidikan. Jakarta:Alfa Beta
Willis, sofyan. S.(2015). Konseling individual; teori dan praktek, Bandung: alfabeta
Zamroni, E. dan Rahardjo, S. (2015) Manajemen Bimbingan Dan Konseling Berbasis
Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014. Jurnal konseling gusjigang,(1).1-12

98

Anda mungkin juga menyukai