BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dengan kemampuan berfikir manusia serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pesat maka akan selalu membuat manusia merasa tertantang untuk terus menggali dan menganalisa ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Mahasiswa dituntut dapat belajar lebih giat dan tekun agar dapat mengembangkan wawasannya kearah yang lebih luas. Ilmu Fisika sangat menunjang kemajuan IPTEK dimana juga ilmu Fisika ilmu pasti yang dapat dipakai dalam kehidupan kita sehar-hari, karena itu dengan penguasaan terhadap ilmu Fisika maka akan dengan mudah mengikuti kemajuan IPTEK. Selain itu Fisika merupakan dasar dalam mempelajari suatu ilmu. Hal ini terbukti pada Perguruan Tinggi Teknik, mata kuliah Mekanika Teknik, Mekanika Fisika, Kinematika, Dinamika dan sebagainya merupakan mata kuliah dasar umum yang harus dipelajari. Semuanya itu diperoleh dari mata kuliah Fisika yang merupakan bekal dalam menyelesaikan studi. Ilmu pengetahuan teknik dan fisika khususnya, merupakan ilmu-ilmu yang berkembang, bukan berdasarkan teori saja tetapi berdasarkan atas pengamatan dan pengukuran gejala fisis. Berdasarkan analisa data-data dari suatu percobaan dan menentukan benar tidaknya suatu ilmu pengetahuan. Bahkan kemungkinan
terjadinya penemuan-penemuan baru dengan diterapkannya teori analisa percobaan. Memahami petunjuk-petunjuk praktikum merupakan suatu keharusan sehingga teori dari suatu ilmu pengetahuan dikuasai dengan baik dan dalam percobaan didapatkan hasil dan data-data yang tepat.
1.2 Tujuan Laporan praktikum fisika ini merupakan salah satu syarat akademik, selain untuk menambah wawasan, penguasaan dan pendalaman pengetahuan dalam bidang fisika. Praktikum Fisika Dasar ini diadakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat : 1. Memiliki dasar-dasar cara kerja penelitian atau eksperimen ilmiah. 2. Mengamati secara langsung mengenai gejala-gejala fisis dari suatu alat. 3. Memiliki ketrampilan dalam menggunakan alat-alat di laboratorium. 4. Membiasakan selalu bekerja dengan teliti dan tanggung jawab. 5. Membiasakan selalu membuat catatan baru suatu pengamatan percobaan baik itu meringkas, menafsirkan dan menganalisa.
1.3 Teori Kesalahan Dalam melakukan percobaan selalu dimungkinkan terjadi kesalahan. Oleh sebab itu kita harus menyertakan angka-angka kesalahan agar kita dapat memberi
penilaian yang wajar dari hasil percobaan. Jadi hasil percobaan tidak selalu tepat namun terdapat suatu jangkauan harga :
X
X < X <
X + X
Setiap hasil pengukuran tidak terlepas dari suatu kesalahan, hal ini disebabkan oleh adanya tiga sumber kesalahan yaitu : a. Kesalahan bersistem, seperti kesalahan kalibrasi, zero error,
paralaks, keadaan fisis yang berbeda. b. Kesalahan acak, disebabkan misalnya oleh gerak Brown,
fluktuasi tegangan listrik, noise, back ground dan sebagainya. c. Kesalahan karena tingkat ketelitian alat ukur modern, seperti
kalau kita membandingkan beberapa alat sejenis osiloskop, spektrometer, digital couter dsb. 2. Penulisan Kesalahan Hasil Pengukuran
Cara memperkirakan dan menyatakan kesalahan ini, bergantung pada jenis pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran berulang atau tunggal. Hasil pengukuran tunggal dapat dinyatakan dengan :
X = X X
Dengan x adalah hasil pengukuran tunggal dan X merupakan kali skala pengukuran terkecil (s.p.t) dari alat ukur. Contoh t = (2,100.05) detik. Untuk meyatakan hasil terbaik dari pengukuran berulang dengan sampel
x1 , x 2 , x3 , , xn dipakai rata-rata sampel, yaitu :
X =
1 n n i =1 x1
Sedangkan untuk menyatakan simpangan hasil pengukuran dapat digunakan standar deviasi sebagai berikut :
SD =
( )
n i =1 1
n 1
Penulisan hendaknya menggunakan angka signifikan yang benar, angka di belakang koma dari kesalahan tidak boleh lebih dari angka di belakang koma dari hasil rata-rata, apabila dijumpai bilangan yang sangat besar atau sangat kecil hendaknya digunakan bentuk eksponen dan satuan harus dituliskan. Contoh : Penulisan yang Salah k = (200,10,215)K/dt d = (0,0000020,00000035)mm = 22 / 7 F = (27000030000)N Penulisan yang Benar K = (200,10,2)K/dt d = (204)x 10 1 mm
= 3,1415
F = (2703) x 10 4 N
1.4 Pembuatan Grafik dan Metode Kuadrat Terkecil Selain disajikan dalam bentuk angka-angka, hasil percobaan juga dapat disajikan dalam bentuk grafik atau kurva dari variabel yang dikehendaki. Pembuatan grafik mempunyai tujuan untuk melihat hubungan antar variabel, menghitung konstanta dari rumus dan membuktikan rumus. Untuk keperluan menghitung konstanta maupun membuktikan rumus, kurva diusahakan berbentuk linear y = a+bx. Misalkan sekumpulan data x1 , x 2 ,
x3 , , xn yang berhubungan secara linear y1 , y 2 , y 3 , , y n , maka
( (
) )
dan
b=
Kekuatan hubungan antara x dan y dapat dinyatakan dengan koefisien korelasi dengan rumus sebagai berikut :
r ( x, y ) =
[n(x ) ( x ) ] [n(y ) ( y ) ]
2 2 2 2
n( xy ) ( x )( y )
Untuk memudahkan menentukan harga a dan b sebaiknya dibuat tabel sebagai berikut : No 1 2 x Y
x2
y2
xy
3 4 n
2 x
2 y
y x
BAB II PERCOBAAN-PERCOBAAN
2.1 Percobaan Gerak Lurus Berubah Beraturan 2.1.1 Tujuan Percobaan 1. Menentukan percepatan dari gerak lurus berubah beraturan.
2. Membuat grafik komponen gerak terhadap waktu. 2.1.2 Alat alat 1. 2. Ticker timer Trolley 3. 4. 5. 6. 7. Beban Mistar Catu daya AC Kabel penghubung Pita Kertas
Teori Dasar Suatu benda yang bergerak lurus memiliki dua kemungkinan gerak yaitu gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan. Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda yang lintasannya berupa garis lurus dengan kecepatan konstan, sedangkan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak suatu benda yang lintasannya berupa garis lurus dengan kecepatan yang berubah secara teratur. Perubahan kecepatan secara teratur ini menyebabkan percepatan benda konstan. Suatu benda yang bergerak dar keadaan diam dan memiliki percepatan konstan, maka setelah t detik jarak yang ditempuh adalah: X(t) = X + Vo.t + a . t . (1) Dimana: X(t) = jarak tempuh benda sebagai fungsi waktu
Prosedur Percobaan 1. gambar 1! 2. bergerak bebas! 3. oleh ticker timer! 4. beban yang berbeda! Lakukan langkah 1 sampai 3 untuk Ukurlah jarak tiap titik yang dihasilkan Lepaskan beban sehingga trolley Susunlah rangkaian percobaan seperti
x (meter) 4,3 x 10-2 9,2 x 10-2 14,6 x 10-2 21,5 x 10-2 24,4 x 10-2
t = 0,1 s x = x 0.01 m
Waktu
Grafik 2.1.1
a=
x(t ) x0 + v0t + 1 / 2t 2
a1 =
a2 =
4,1 x 102 = 82 m/s2 1/2 (0,1) 2 5,7 x 102 = 11,4 m/s2 1/2 (0,1) 2 6,9 x 102 =13,8 m/s2 1/2 (0,1) 2 8 x 102 = 16 m/s2 1/2 (0,1) 2
a3 =
a4 =
a5 =
an besar hambatan listrik suatu resistor dengan bantuan Hukum Ohm 2.3.2 Alat alat 8. Papan rangkaian 9. Sumber daya DC
10
10. Sebuah Voltmeter 11. Sebuah Amperemeter 12. Resistor 13. Kabel 50 cm 14. Hambatan geser
2.3.3
Teori Dasar Bila suatu kawat penghantar diberi beda tegangan diantara kedua ujungnya, maka dalam kawat penghantar itu akan timbul arus listrik, yang dinyatakan sebagai : V = I R (1) dengan V merupakan beda tegangan, I adalah arus lewat penghantar dan R adalah hambatan penghantar. Persamaan (1) menunjukkan bahwa hokum ohm berlaku jika hubungan V dan I adalah linier. Arus listrik dapat diukur dengan menggunakan voltmeter. Dalam rangkaian dasar sederhana ampermeter dirangkaikan seri dengan hambatan untuk mengukur kuat arus yang mengalir dalam hambatan (gambar 1). Untuk mengukur beda tegangan kedua ujung hambatan maka voltmeter dirangkai secara pararel dengan hambatan (gambar 2). R ampermeter dan tegangan dengan menggunakan
11
+ A
+ R V
2.3.4
Perhatian : jangan menghubungkan rangkaian dengan sumber arus sebelum petunjuk dari Asisten!!! 2. Mengatur hambatan geser (RH) agar harus yang ditunjukkan
pada ampermeter berubah 3. 4. 5. Mencatat besar arus pada ampermeter Mecatat besar tegangan padaVoltmeter Mengulangi percobaan 2 sampai 10 kali!
12
Gambar 2.3.4 rangkaian percobaan 2.3.5 Data Percobaan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 V (volt) 3 4 5 5,4 6 6.2 7 7.4 I (ampere) 34 38 44 46 50 52 54 56
2.3.6
Analisis Data
13
I = 3,4 . 65 x 10-3 = 1,32 x 102 ohm I = 7,2. 60 x 10-3 = 1,2x 102 ohm I = 5,4. 50 x 10-3 = 1,08 x 102 ohm I = 4,4. 45 x 10-3 = 0,98 x 102 ohm I = 4,2. 42,5 x 10-3 = 0,99 x 102 ohm I = 3,4. 40 x 10-3 = 0,85 x 102 ohm I = 2,8. 35 x 10-3 = 0,8 x 102 ohm
R = V
R = V
R = V
R = V
R = V
R = V
R = V
14
I = 2,6. 32,5 x 10-3 = 0,8 x 102 ohm No. 1 2 3 4 5 6 7 8 V (volt) 8,6 7,2 5,4 4,4 4,2 3,4 2,8 2,6 I (ampere) 65 x 10-3 60 x 10-3 50 x 10-3 45 x 10-3 42,5 x 10-3 40 x 10-3 35 x 10-3 32,5 x 10-3
R = V
R (ohm) 1,32 x 102 1,2 x 102 1,08 x 102 0,98 x 102 0,99 x 102 0,85 x 102 0,8 x 102 0,8 x 102
2.3.7
I.R dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa hukum Ohm berlaku jika hubungan V dan I adalah linear
2.5 LENSA 2.5.1. Tujuan Percobaan Menentukan jarak fokus dari lensa positif, dan menentukan jarak indeks bias lensa. 2.5.2. Alat alat 1 Bangku optis 2 Sumber cahaya 3 Lensa positif dan negatif
15
4 Cermin 5 Sferometer 2.5.3. Teori Dasar Hubungan antara jarak benda, bayangan dan fokus lensa tipis memenuhi persamaan : 1 1 1 + = S S' f Dengan : S = Jarak benda terhadap lensa (m) S = Jarak bayangan terhadap lensa(m) f = Jarak fokus lensa(m2) ....................(1)
Jarak fokus lensa sederhana dapat dihitung dengan rumus : 1 1 1 = ( n 1) f R1 R2 ... (2)
Disini R1 dan R2 masing-masing merupakan jari-jari permukaan lensa pertama dan kedua, n merupakan indeks bias bahan lensa.
2.5.4.
Prosedur Percobaan.
16
Menentukan jarak fokus lensa positif dengan metode lensa tipis. 1. Menyusun alat seperti gambar.
Lampu
Benda (B)
Lensa (L)
Layar
Gambar 2.5.2 Susunan alat pada percobaan 2. Mengatur jarak sumber cahaya terhadap layer ( S+S) dan mengukur jika bayangan diperbesar dan diperkecil. 3. Mengulang percobaan diatas sebanyak 3 kali. 4. Mencatat hasil percobaan.
2.5.5.
Data Percobaan Lensa No. 1. 2. 3. 4. s (m) 30 x 10-2 35 x 10-2 40 x 10-2 45 x 10-2 s (m) 47 x 10-2 37 x 10-2 32 x 10-2 30 x 10-2 s + s (m) 0,77 0.72 0,72 0,75 ss (m2) 0,1410 0,1295 0,1280 0,1350 f (m) 0,77 0,72 0,72 0,75
17
5. 6. 7. 8.
Tabel 2.5.1 Data Percobaan Lensa 2.5.6. Analisa Data. Grafik ss terhadap s + s: SS ' (m 2 )
0.16 0.159 0.158 0.157 0.156 0.155 0.154 0.153 0.152 0.151 0.15 0.149 0.86 0.84 0.83 0.81 0.8 0.8 0.79 0.79
s + s' (m)
Grafik 2.5.1 ss terhadap s+s 1. Menghitung jarak fokus lensa : 1 1 1 = + f s s' 1 s '+ s = f ss ' ss = f ( s + s )
18
f = f =
s1 = 47 x 10-2 f = 0,77 s1 = 37 x 10-2 f = 0,72 s1 = 32 x 10-2 f = 0,72 s1 = 30 x 10-2 f = 0,75 s1 = 25 x 10-2 f = 0,75 s1 = 19 x 10-2 f = 0,74 s1 = 15 x 10-2 f = 0,75 s1= 12 x 10-2 f = 0,77
f
0,185 0,186 0,188 0,190 0,191 0,194 0,195 0,183
f
0,189 0,189 0,189 0,189 0,189 0,189 0,189 0,189
f f
-4 x 10-3 -3 x 10-3 -1 x 10-3 1 x 10-3 2 x 10-3 5 x 10-3 6 x 10-3 -6 x 10-3
(f f)
= 119 x 10-6
rata-rata
1 n
x
i =l
19
= =
1,512 8
0,189 m
SD
( f f )
i =l
n 1 = = 2.5.7. Kesimpulan. f =
f
rata-rata
119 7
4,1 x 10-3
SD
Praktikan dapat menggunakan alat ukur dengan baik dan benar. Praktikan dapat membaca alat ukur dan menyatakan hasil pengukuran dengan baik dan benar.
20
Kertas
C. Teori Dasar Pengukuran adalah proses membandingkan antara besaran yang akan diketahui nilainya dengan besaran sejenis yang standard. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang adalah jangka sorong, micrometer, mistar dan sebagainya, untuk mengukur waktu digunakan stop wacth, jam dan sebagainya, sedangkan untuk mengukur massa digunakan neraca 1. Jangka sorong Jangka sorong memiliki dau skala yaitu skala utama dan skala nonius atau tambahan. 2. Micrometer Micrometer juga memiliki dua skala yaitu skala utama dan skala tambahan atau nonius. Micrometer digunakan untuk mengukur benda-benda yang lebih kecil dari benda-benda yang diukur dengan jangka sorong. 3. Neraca neraca adalah alat yang digunakan untuk mengukur massa suatu benda.
D. Prosedur percobaan
1. Ukurlah tebal kertas dengan menggunakan micrometer, lakukan delapan
kali di titik yang berbeda 2. Ukurlah diameter dalam sebuah botol dengan mengunakan jangka sorong, lakukan delapan kali pada posisi yang berbeda
21
3. Timbang sebuah bolol dengan mengunakan neraca, lakukan sebanyak No 1 2 3 4 5 6 7 8 Massa botol ( X )
Rata-rata (
(X-
0,0640 0,06746 -0,00346000 0,0705 0,06746 0,00304000 0,0675 0,06746 0,00004000 0,0674 0,06746 -0,00006000 0,0675 0,06746 0,00004000 0,0677 0,06746 0,00024000 0,0675 0,06746 0,00004000 0,0676 0,06746 0,00014000 0,5397 delapan kali yang diamati oleh orang yang berbeda.
E. Data percobaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 Massa botol (Kg) 0.0640 0.0705 0.0675 0.0674 0.0675 0.0677 0.0675 0.0676 Diameter Botol (M) 0.02000 0.02010 0.02005 0.02000 0.01995 0.02000 0.02000 0.02010 Tebal Kertas (M) 0.000395 0.000450 0.000400 0.000470 0.000420 0.000460 0.000410 0.000430
a. Nilai rata-rata (
22
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Diameter Botol (X) 0,02000 0,02010 0,02005 0,02000 0,01995 0,02000 0,02000 0,02010 0,1602
a. Nilai rata-rata (
b. Standart deviasi (SD) = 3. Data percobaan hasil pengukuran tebal kertas No 1 2 3 4 5 6 7 8 Tebal Kertas (X) 0,000395 0,000450 0,000400 0,000470 0,000420 0,000460 0,000410 0,000430 0,0034 Rata-rata ( 0,000425 0,000425 0,000425 0,000425 0,000425 0,000425 0,000425 0,000425 ) (X) 0,000000000900 0,000000000625 0,000000000625 0,000000002025 0,000000000025 0,000000001225 0,000000000225 0,000000000025 0,000000005675
23
a. Nilai rata-rata (
b. Standart deviasi (SD) = G. Kesimpulan Dari perhitungan data diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan tentang menimbang massa botol, diameter botol dan tebal kertas:
-
Nilai rata-rata massa botol adalah: Nilai standart deviasi massa botol adalah: Nilai rata-rata diameter botol adalah: Nilai standart deviasi diameter botol adalah: Nilai rata-rata tebal kertas adalah: Nilai standart deviasi tebal kertas adalah:
24