Makalah MPK Agama
Makalah MPK Agama
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah untuk Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Agama (MPK Agama). Makalah Perceraian dalam Perspektif Agama Islam dan negara ini kami susun dengan menelaah masalah perceraian yang kini semakin meningkat, dari berbagai sumber sesuai dengan lingkup bahasan yang telah diberikan. Penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik berkat kerjasama dari seluruh anggota keleompok HomeGroup 6 yang telah meluangkan waktu untuk menggali berbagai sumber mengenai kasus perceraian dilihat dari berbagai sudut dalam perspektif Islam. Dalam kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak. Yang telah membimbing kami dan memberi pedoman yang jelas mengenai penyusunan makalah ini. Tiada gading yang tak retak begitu pula dengan dengan makalah ini, pasti terdapat ketidaksempurnaan dalam penyusunannya. Oleh sebab itu, kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah inni terdapat hal-hal yang tidak berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembacanya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar Daftar isi Abstrak Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah I.3 Tujuan I.4 Metode Penelitian I.5 Sistematika Penulisan Bab II Isi II.1 Kedudukan Hukum Islam Pada Hukum Nasional Berkaitan dengan Perceraian II.2 (LTM Raras) II.3 Bagaimana Hukum dan Ekonomi Mempengaruhi Angka Perceraian di Indonesia II.4 Perceraian di Pandang dari Sudut Agama Islam dan Negara Indonesia II.5 Peranan Agama dalam Menjamin dan Memfasilitasi Kebebasan Beragama Bab III Penutup III.1 Kesimpulan III.2 Saran Daftar Pustaka
ABSTRAK
Angka perceraian di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, bahkan Indonesia menempati peringkat tertinggi mengenai angka perceraian dibandingkan dengan negara-negara Islam lainnya. Fenomena ini menjadi sebuah ironi, karena dalam Islam, tujuan dari perkawinan ialah membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, namun pada kenyataannya begitu banyak perkawinan yang berakhir di Pengadilan Agama. Ada banyak faktor penyebab terjadinya perceraian, dan faktor-faktor tersebut akan kami bahas dalam makalah ini secara teoritis dan kemudian kami kaitkan dengan fakta yang terjadi. Dari pembahasan tersebut akan terlihat adanya korelasi antara agama Islam dengan negara, peran umat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta peran negara dalam kehidupan beragama Islam sebagai langkah untuk meminimalisir angka perceraian di Indonesia. Kata Kunci: Angka perceraian; faktor penyebab; keluarga; perkawinan.
BAB I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Allah memerintahkan umat Islam untuk menikah dengan sesamanya seperti yang telah dijelaskan dalam terjemahan QS. Ar-Rum, 30: 21. Tujuan dari perkawinan itu sendiri ialah mebentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah antara suami, isteri, dan anak-anaknya serta keluarga lain1. Namun, ternyata banyak pasangan yang tidak mencapai tujuan tersebut sehingga perkawinan mereka harus selesai dengan perceraian. Sebenarnya, ada banyak sekali faktor yang dapat menimbulkan perceraian. Tetapi, itu bukan berarti tidak ada cara untuk menanggulangi faktor-faktor tersebut, dan inilah pentingnya mengetahui korelasi antara peranan agama Islam, negara, dan umat Islam itu sendiri dalam upaya untuk mengurangi angka perceraian.
DR. KH. Zakky Mubarak, MA, Menjadi Cendikiawan Muslim: Kuliah Islam di Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta: Yayasan Ukhuwah Insaniyah, 2007), hlm. 180
I.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui hakekat perkawinan dan perceraian dari perspektif hukum Islam 2. Mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan perceraian 3. Mengetahui dan memahami hubungan antara agama Islam dan negara dengan perceraian 4. Mengetahui dan memahami hubungan antara perana umat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan perceraian 5. Mengetahui dan memahami hubungan antara peranan negara dalam kehidupan beragama Islam denagn perceraian 6. Menemukan solusi-solusi yang dapat ditawarkan dalam mengurangi angka perceraian
Abstrak Bab I Pendahuluan I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Metode Penelitian Sistematika Penulisan
Bab II Isi II.1 Kedudukan Hukum Islam Pada Hukum Nasional Berkaitan dengan Perceraian II.2 (LTM Raras) II.3 Bagaimana Hukum dan Ekonomi Mempengaruhi Angka Perceraian di Indonesia II.4 Perceraian di Pandang dari Sudut Agama Islam dan Negara Indonesia II.5 Peranan Agama dalam Menjamin dan Memfasilitasi Kebebasan Beragama Bab III Penutup III.1 Kesimpulan III.2 Saran Daftar Pustaka
BAB II Isi
II.1 Kedudukan Hukum Islam Pada Hukum nasional Berkaitan dengan Perceraian
Hukum Islam secara subtansi terbagi menjadi dua bagian, yaitu bidang ibadah dan bidang muamalah. Pengaturan hukum yang bertalian dengan bidang ibadah bersifat rinci, sedang pengaturan bidang muamalah atau segala aspek kehidupan bermasyarakat tidak bersifat rinci hanya prinsipprinsip saja. Pengembangan dan aplikasinya diserahkan sepenuhnya kepada para penyelenggara negara dan pemerintahan, yaitu ulil umri. Oleh Karena hukum Islam memegang peranan penting dalam membentuk serta membina ketertiban sosial umat Islam dan mempengaruhi segala segi kehidupan, maka jalan terbaik yang dapat dilakukan ialah mengusahakan secara ilmiah adanya transformasi norma-norama hukum Islam ke dalam hukum nasional sepanjang sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan relevan dengan kebutuhan hukum khusus umat Islam itu sendiri. Ini berarti bahwa sesuai dengan kedudukannya sebagai salah satu sumber bahan baku dalam pembentukan hukum nasional, kemampuan dan kemauan yang apa adanya dapat berperan aktif dalam proses pembinaan hukum nasional. Kemauan dan kemampuan hukum Islam itu haruslah ditunjukan oleh umat Islam baik pribadi maupun kelompok yang mempunyai komitmen terhadap Islam dan ingin hukum Islam berlaku bagi umat Islam dalam negara Republik Indonesia ini. Pada kasus perceraian yang semakin marak dewasa ini, hukum Islam sangatlah berpengaruh dalam angka perceraian di Indonesia. Seharusnya hukum Islam dapat menekan tingginya angka perceraian. Dalam Al-quran
disebutkan perceraian merupakan salah satu hal yang dibenci Allah. Selain itu, alasan perceraian dalam Islam pun dibatasi secara limitaif atau terbatas. Apabila semua umat Islam di Indonesia memahami makna perkawinan dalam Islam, maka laju angka perceraian dapat ditekan hingga seminimal mungkin.
II.3
Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H., Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, ed.6, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 139. 3 Prof. R. Subekti, S. H., Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, cet. 38, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007), 538.
keadaannya sudah mendesak dan perkawinan itu justru membawa kemudharatan serta memenuhi alasan-alasan yang telah ditentukan oleh Undang-Undang (PP No. 9 Tahun 1975 Pasal 19). Bidang Ekonomi Selain dari bidang hukum, banyak kasus perceraian yang terjadi karena permasalahan ekonomi. Islam mengajarkan umatnya untuk mencari pasangan yang baik agamanya, baik jiwanya, baik keturunannya, baik rupanya, baik akalnya, dan baik hartanya. Baik hartanya, berarti dalam mencari pasangan hidup, hendaklah mencari orang yang bekerja dengan layak dan halal di jalan Allah sehingga mendapatkan rizki yang halal dan barakah. Dengan begitu, berarti harta pun penting dalam Islam. Untuk itulah sebagai suami, wajib menafkahi keluarganya dengan rizki yang halal. Hal ini menjadi salah satu masalah yang memicu perceraian, bila sang suami tidak mampu memberi nafkah sesuai dengan kebutuhan isteri dan anak-anaknya. Di lain pihak, sebagai seorang isteri yang solehah, sebaiknya mampu mengerti keadaan suami dan menerima berapapun penghasilan suami. Tugas isterilah untuk mengatur harta yang diberikan suami untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
II.4
Dalam hal ini, permasalahan utama adalah mengapa agama Islam memperbolehkan terjadinya perceraian. Sebenarnya dalam Islam tidak setiap perceraian itu dibolehkan, karena ada talak yang dimakruhkan, bahkan diharamkan. Karena hal itu dapat merobohkan bangunan rumah tangga yang sangat ditekankan Islam agar kita membina dan membangunnya. Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda, "Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah adalah perceraian." Sehingga perceraian yang disyari'atkan oleh Islam itu mirip dengan operasi menyakitkan yang dirasakan oleh seseorang yang menjalani sakitnya. Bahkan terkadang salah satu anggota tubuhnya harus dipotong demi menjaga seluruh anggota tubuhnya yang tersisa, atau karena menghindarkan bahaya yang lebih besar. Apabila sampai diputuskan untuk bercerai antara dua pasangan dan tidak berhasil segala sarana perbaikan dan upaya mempertemukan kembali di antara kedua belah pihak, maka perceraian dalam keadaan seperti ini merupakan obat yang sangat pahit yang tidak ada obat yang lainnya. Namun saat ini kebanyakan kaum Muslimin telah salah dalam menfungsikan talak. Mereka menempatkannya bukan pada tempatnya dan mereka menggambarkan talak itu seakan seperti pedang yang dihunus lalu diletakkan di atas leher sang isteri. Banyak fuqaha' yang memperluas di dalam menjatuhkan talak, sampai talaknya orang yang mabuk dan marah, bahkan orang yang terpaksa. Padahal haditsnya mengatakan, "Tidak sah talak yang dalam ketidaksadaran." Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya talak itu berdasarkan keperluan." Sehingga mereka juga menjatuhkan talak tiga dengan satu perkataan ketika marah. Padahal talak itu dimaksudkan untuk menakut-nakuti dalam pertengkaran di luar rumah, sedangkan dengan isterinya ia sangat bahagia dan rukun.
II.5
penyelesaian masalah perceraian tersebut tapi tetap harus sesuai dengan peraturan perundangan dalam negara. Dalam agama Islam sendiri, perceraian memang diperbolehkan walaupun itu merupakan perbuatan yang dibenci Allah SWT. Oleh karena dalam aturan agama memang diperbolehkan, negara mengatur masalah pereraian itu dalam suatu peraturan perundangan yaitu dalam Pasal 38, Pasal 39, dan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Tata cara perceraian sendiri diatur dalam Bab V Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Dengan adanya peraturan perundangan, maka seseorang menjadi tidak bebas ingin kawin-cerai seenaknya sendiri karena ada aturan yang membatasinya. Alasan-alasan perceraian harus sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 19 PP No.9 tahun 1975 tersebut.
Daftar Pustaka
Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Ed. Ke-6. Jakarta: Pradnya Paramita, 2007. Azhary, Thahrir. Negara Hukum. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1992. Mubarak, Zakky. Menjadi Cendikiawan Muslim: Kuliah Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Yayasan Ukhuwah Insaniyah, 2007. Qardhawi, Yusuf. Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah (Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh). Jakarta: Citra Islami Press, 2007. Subekti, R., dan R. Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cet. Ke-38. Jakarta: Pradnya Paramita, 2007. http://www.indomedia.com/bpost/012000/14/kota/kota4.htm, Sabtu 12 April 2008, 11.35