Anda di halaman 1dari 7

http://nugiluph24.blogspot.com/2011/05/konduktometri.

html
KONDUKTOMETRI
Judul Percobaan
Konduktometri

Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui daya hantar listrik suatu larutan.

Landasan Teori
Titrasi konduktometri merupakan metode analisa kuantitatiI yang didasarkan pada perbedaan
harga konduktansi masing-masing ion. Dalam konduktometri diperlukan sel
konduktometrinya, yaitu alat mengukur tahanan sel. Namun titrasi ini kurang bermanIaat
untuk larutan dengan konsentrasi ionik yang terlalu tinggi (Muizliana, 2010).
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu
larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di
dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan
ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G)
merupakan kebalikan dari tahanan , sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1.
Bila arus listrik dialirkan ke dalam suatu larutan melalui dua electrode, maka daya hantar
listrik (G) berbanding lurus dengan luas bidang luas bidang electrode, maka daya hantar
listrik (G) berbanding lurus dengan luas bidang electrode (A) dan berbanding terbalik dengan
jarak kedua electrode (l). jadi,
G 1/Rk A/l
Dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm-1cm-1 (Tim Dosen Kimia Analitik,
2010).
Biasanya konduktometri merupakan prosesur titrasi, sedangkan konduktometri bukanlah
prosedur titrasi. Metode konduktasi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika
perbedaan antara konduktasi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan
sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus
tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berIungsi secara linear
dengan konsentrasi (Khopkar, 2008).
Titrasi konduktometri sangat berguna bila hantaran sebelum dan sesudah reaksi cukup
banyak berbeda. Metode ini kurang bermanIaat untuk larutan dengan konsentrasi ionic terlalu
tinggi, misalkan titrasi Fe3 dengan KMnO4, dimana perubahan hantaran sebelum dan
sesudah titik ekivalen terlalu kecil dibandingkan besarnya konduktasi total (Khopkar, 2008).
Larutan ada dua jenis yaitu larutan elektrolit dan nonelektrolit. Larutan elektrolit sering kali
diklasiIikasikan berdasarkan kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik digolongkan
ke dalam elektrolit kuat, dan elektrolit lemah. Elektrolit kuat adalah suatu senyawa bila
dilarutkan dalam pelarut (misalnya air) akan menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik dengan baik. Sedangkan, elektrolit lemah adalah elektrolit yang siIat penghantaran
listriknya buruk. Suatu elektrolit dapat berupa asam, basa, dan garam (Scribd, 2010).
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya bergantung pada ion-ion
yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit diencerkan,
konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan untuk membawa
arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain
dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan
diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya eIek-eIek antar-ionik untuk
elektrolit-elektrolit kuat oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah
(Muizliana, 2010).
Untuk elektrolit kuat, nilai batas dari konduktivitas molar, Ao, dapat ditentukan dengan
meneruskan pengukuran sampai konsentrasi-konsentrasi rendah dan lalu meng-ekstrapolasi
graIik antara konduktivitas terhadap konsentrasi, sampai ke konsentrasi nol. Untuk elektrolit
lemah seperti asam asetat dan ammonia metode ini tidak dapat digunakan, karena
disosiasinya adalah jauh dari sempurna pada konsentrasi terendah yang dapat diukur dengan
baik (~10-14 M). Namun, konduktans batas ini bisa juga dihitung atas dasar hokum migrasi
tak bergantung (independen) dari ion (Svehla, 1990).
Aliran listrik dalam suatu elektrolit akan memenuhi hukum Ohm, yang menyatakan bahwa:
besarnya arus listrik (I ampere) yang mengalir melalui larutan sama dengan perbedaan
potensial (V volt) dibagi dengan tahanan (R ohm). Secara matematika hukum Ohm akan
dapat ditulis sebagai
I V/R
(Scribd, 2010).
Tahanan, R, dari suatu penghantar listrik berbanding lurus dengan panjangnya, l, dan
berbanding terbalik dengan luas penampangnya, A
R p l/A
Dengan 8, tahanan jenis. Jika R dinyatakan dalam ohm (), l dalam meter (m) dan A dalam
m2, maka satuan dari 8 adalah m (Ahmad, 2001).
Menurut Scribd (2010), Besarnya daya hantar bergantung pada beberapa Iaktor, antara lain:
Jumlah partikel-partikel bermuatan dalam larutan ()&(-)}
Jenis ion yang ada
Mobilitas ion
Media/pelarutnya
Suhu
Gaya tarik menarik ion () dan (-)
Jarak elektroda

Alat dan Bahan
Alat
Konduktometer
Gelas piala 250 mL
Pipet volume 25 mL
Erlenmeyer 250 mL
Buret 50 mL
Magnetik sirer
Bahan
Larutan NaOH 0,1 M
Larutan HCl 0,1 M

Cara Kerja
Menyiapkan konduktometer dengan sumber arus
Memipet 25 mL HCl ke dalam Erlenmeyer
Mengukur daya hantarnya dengan menggunakan konduktometer yang telah disiapkan
tersebut
Mencatat konduktans yang ditunjukkan oleh alat yang telah disiapkan tersebut
Melakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M dan setiap penambahan 3 mL, mencatat
perubahan konduktans dari larutan ang diukur
Melakukan titrasi sampai volume NaOH sekitar 50 mL
Membuat kurva dengan memplot nilai konduktans vs volume NaOH
Menentukan titik ekivalennya

Hasil Pengamatan
Volume NaOH Daya Hantar (3s)
0 19,9
3 20,0
9 16,4
12 15,6
15 13,7
18 11,8
21 10,2
24 7,48
27 6,47
30 5,52
33 4,61
36 3,76
39 3,86
42 4,15
45 4,41
48 4,67

Analisis Data
Dik : 2o H 349,8
2o Cl- 349,8
V HCl 25 mL
V TE 24 mL
M HCl 0,1 M
Dit : 1/R1 sampai 1/R17 ...?
Peny :
1/R1C1/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)

n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 25 mL 0 mL
25 mL
C1 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(25 mL) 0,1 M
1/R1 C1/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,1/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,044 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 25 mL 3 mL
28 mL
C2 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(28 mL) 0,0893 M
1/R2 C2/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,0893/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0396 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 28 mL 3 mL
31 mL
C3 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(31 mL) 0,0806 M
1/R3 C3/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,0806/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0357 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 31 mL 3 mL
34 mL
C4 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(34 mL) 0,0735 M
1/R4 C4/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,0735/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0326 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 34 mL 3 mL
37 mL
C1 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(37 mL) 0,0675 M
1/R5 C5/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,0675/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0299 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 37 mL 3 mL
40 mL
C6 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(40 mL) 0,0625 M
1/R6 C6/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,0625/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0277 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 40 mL 3 mL
43 mL
C7 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(43 mL) 0,05814 M
1/R7 C7/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,05814/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0258 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 43 mL 3 mL
46 mL
C8 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(46 mL) 0,0543 M
1/R8 C8/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,0543/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0241 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 46 mL 3 mL
49 mL
C9 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(49 mL) 0,0510 M
1/R9 C9/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,0510/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0226 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 49 mL 3 mL
52 mL
C10 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(52 mL) 0,0481 M
1/R10 C10/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,0481/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0213 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 52 mL 3 mL
55 mL
C11 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(55 mL) 0,04545 M
1/R11 C11/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,04545/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0202 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 55 mL 3 mL
58 mL
C12 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(58 mL) 0,0431 M
1/R12 C12/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,0431/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0191 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 58 mL 3 mL
61 mL
C13 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(61 mL) 0,0409 M
1/R13 C13/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,0409/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0182 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 61 mL 3 mL
64 mL
C14 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(64 mL) 0,0390 M
1/R14 C14/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,0390/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,01793 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 64 mL 3 mL
67 mL
C15 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(67 mL) 0,0373 M
1/R15 C15/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,0373/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0165 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 67 mL 3 mL
70 mL
C16 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(70 mL) 0,0357 M
1/R16 C16/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,0357/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0158 ohm-1
n HCl VHCl x |HCl|
25 mL x 0,1 M
2,5 mmol
Vtot 70 mL 3 mL
73 mL
C17 (n HCl)/Vtot (2,5 mmol)/(73 mL) 0,0343 M
1/R17 C17/1000 ((V HCl)/(V TE))(2o H 2o Cl-)
0,0343/1000 ((25 mL)/(24 mL))(349,8 76,3)
0,0152 ohm-1








GRAFIK HUBUNGAN VOLUME NaOH DAN KONDUKTANS


Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui daya hantar listrik suatu larutan. Konduktivitas
suatu larutan elektrolit bergantung pada ion-ion yang ada dalam konsentrasinya. Pada
percobaan ini, sel konduktansi dibilas dengan aquades agar alat yang digunakan bebas dari
ion-ion yang mengganggu serta untuk menetralkan alat sehingga tidak dipengaruhi oleh
pengukuran sebelumnya.
Pada percobaan ini, dilakukan penentuan titik ekuivalen antara larutan HCl dan larutan
NaOH dimana kedua larutan ini, merupakan penghantar listrik yang baik.
Setiap proses titrasi, (penambahan NaOH 3 mL) dilakukan proses pengadukan dengan
magnetik stirer. Hal ini dilakukan agar dapat mengoptimalkan kemampuan daya hantar
listriksehingga ionnya dapat menyebar merata.
Dari hasil pengamatan diperoleh konduktans larutan semakin kecil dan saat volume NaOH
yang ditambahkan sebanyak 39 mL, terjadi kenaikan konduktans yang menandai tercapainya
titik ekivalen.Daya hantar listrik menurun sampai titik ekivalen tercapai karena jumlah H
dalam larutan semakin berkurang sedangkan daya hantar OH- bertambah setelah titik
ekivalen (TE) tercapai karena jumlah OH- dalam larutan bertambah.
Menurut teori, titik ekivalen (TE) tercapai pada volume 24 mL. Sedangkan dari hasil
percobaan diperoleh titik ekivalen (TE) pada volume 39 mL. Perbedaan ini dapat terjadi
akibat beberap Iaktoryaitu kualitas bahan yang digunakan, maupun suhu ruangan saat proses
percobaan dilakukan.

Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa titik ekivalen daya hantar listrk larutan
sebesar 3 mL.
Saran
Sebaiknya lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan percobaan agar diperoleh hasil yang
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung : PT. Cipta Aditya Bakti.
Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.
Muizliana, Choir. 2010. Percobaan 5 Konduktometri.
Http://choalialmu89.blogspot.com/2010/10/percobaan5konduktometri.html diakses pada 26
Desember 2010.
Scribd. 2010. Sekilas Tentang Konduktometri.
Http://www.scribd.com/doc/5006057/konduktometri diakses pada 26 Desember 2010.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganuik KualitatiI Makro dan Semimikro. Jakarta :
PT Kalman Media Pustaka.
Tim Dosen Kimia Analitik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Makassar :
Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM.

Anda mungkin juga menyukai