Anda di halaman 1dari 11

GIZI PADA LANSIA HIPERTENSI

Posted on 05:08 No Comments


Label: Keperawatan Komunitas
A. Kandungan Gizi Yang Diperlukan Lansia
1. Karbohidrat
Fungsi karbohidrat adalah penyedia energi. Pada lansia konsumsi gula dibatasi karena:
a. Gula tidak mengandung gizi kecuali zat tenaga. Sedangkan pada lansia konsumsi zat
zat gizi lain seperti vitamin, protein dan mineral diutamakan untuk mencegah proses
penurunan Iungsi tubuh.
b. Gula cepat diserap (absorpsi) sehingga mengakibatkan perubahan kadar gula darah dan
memungkinkan terjadinya obesitas (kegemukan) dan diabetes.
Makanan yang boleh: Beras, kentang, singkong, terigu, gula yang diolah tanpa garam
seperti macaroni, mie, biscuit dll.
Makanan yang tidak boleh: Roti, biscuit dan kue yang dimasak dengan garam dapur.

2. Protein
Fungsi dari protein sebagai zat pembangun dari sel tubuh.
Pada lansia sebaiknya memilih daging unggas-unggasan daripada daging sapi atau
kambing dan hendaknya tidak makan lebih dari 2 potong daging pada sehari.
Makanan yang boleh: daging, ikan telur dan susu, semua kacang-kacangan dan sayuran.
Makanan yang tidak boleh: ikan asin, keju, kornet, ebi, telur asam, pindang, dendeng,
udang, kacang tanah dan sayuran yang dimasak/ diawetkan dengan garam dapur.
3. Lemak
Lemak berIungsi sebagai pelarut vitamin A,D,E dan K, membentuk tekstur makanan dan
memberi rasa kenyang yang lama. Lemak juga berIungsi sebagai cadangan energi.
Pada lansia lemak sebaiknya dibatasi , mengingat:
a. Berkurangnya aktiIitas tubuh sehingga kebutuhan energi juga menurun.
b. Berkurangnya produksi enzim mengakibatkan pencernaan lemak tidak sempurna,
s3ehingga membebani usus dan lambung yang akan mengakibatkan gangguan pada usus.
c. Lemak dengan kandungan asam lemak jenuh yang tinggi memicu penyakit jantung dan
pembuluh darah.
d. Kelebihan lemak akan disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk timbunan
lemak yang menyebabkan kegemukan.
e. cenderung mengakibatkan kanker usus.
I. Makanan yang boleh: minyak margarine dan mentega tanpa garam.
g. Makanan yang tidak boleh: margarine dan mentega biasa

4. Vitamin
Fungsi dari vitamin yaitu untuk mempercepat metbolisme, mempertahankan Iungsi
jaringan tubuh dan mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan jaringan.
Pada lansia vitamin sangat penting, terutama vitamin B1 agar tubuh selalu bugar. Contoh
makanan: beras merah
Makanan yang boleh: semua buah yang tidak diawtkan garam/ soda, air putih.
Makanan yang tidak boleh: durian, buah-buahan yang diawtkan oleh garam dan soda,
kopi dan coklat.


5. Mineral dan Air
Fungsi dari mineral yaitu pembentukan jaringan tubuh, memelihara keseimbangan asam
basa dll.
Pada lansia, kalsium sangat penting karena , terutama lansia wanita mudah terjadi
ostoporosis akibat menopause. Contoh makanan yang tingggi kalsium adalah susu, ikan
yang dimakan dengan tulangnya, sayuran hijau, kedelai dan rumput laut.
Lansia hendaknya minum 6-8 gelas sehari mengingat Iungsi ginjal menurun dan
melancarkan BAB.
Lansia hendaknya mengurangi natrium dengan cara membatasi garam dapur.
6. Serat
Serat tidak dapat dicerna, maka serat tidak mengandung gizi tetapi tetap dibutuhkan
untuk mencegah sembelit, wasir, kanker usus, penyakit jantung dan kegemukan bila
kekurangan serat.
Serat ada 2 jenis:
a. Larut dalam air yang berIungsi mengikat kolesterol
b. Tdak larut dalam air yang berIungsi melancarkan BAB.

B. Petunjuk Penggunaan Garam untuk Penderita hipertensi
Untuk penderita hipertensi terdapat 3 diet:
a. Diet rendah garam 1 : untuk penderita hipertensi berat dianjurkan untuk tidak
menambahkan garam dapur dalam makanan.
b. Diet rendah garam II: Ditujukan untuk penderita hipertensi sedang (100-114 mmHg).
Garam dianjurkan / sendok the garam dapur.
c. Diet rendah garam III: Ditujukan untuk penderita hipertensi ringan (diastole kurang
dari 100 mmHg), garam dapur dianjurkan sendok teh.

C. TIPS Pemberian Makanan Bagi lansia Dengan Hipertensi
a. Hendaknya lansia makan dengan porsi kecil tapi sering
b. Makanlah makanan yang mudah dicerna
c. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, goring-gorengan dll.
d. Makan makanan yang lembek untuk lansia yang kondisi giginya kurang baik.








Konsep Medis Askep Pada Lansia Dengan Hipertensi
Ditulis pada 14 March 2011
Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat dideIinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 )
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim
Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah
suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah
(Mansjoer,2000 : 144)
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan
diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata
tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001 : 453)
Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan vesikalis periIer arterior (Mansjoer,
2000 : 144)
Klasifikasi Hipertensi
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari 'The Sixth
Report oI The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment oI High Blood
Pressure ' (JNC VI, 1997) sebagai berikut:
No. Kataegori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1.
2.
3.
4.
Optimal
Normal
High normal
Hipertensi
Grade 1 (ringan)
120
120 -129
130 -139

140 159
80
80 -84
85 89

90 99
Grade 2 (sedang)
Grade 3 (berat)
Grade 4 (sangat berat)
160 179
180 209
~210
100 109
100 119
~120
Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany
Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya,
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 penderita hipertensi, sedangkan 10 sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa Iaktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesiIik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan periIer.
Namun ada beberapa Iaktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah
meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh
darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan
pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun. 1 setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya eIektiIitas
pembuluh darah periIer untuk oksigenasi
1. Meningkatnya resistensi pembuluh darah periIer. Meskipun hipertensi primer
belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa Iaktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi. Ciri perseorangan. Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah: Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), Jenis kelamin (
laki-laki lebih tinggi dari perempuan ), Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih
)
2. Kebiasaan hidup. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
: Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), Kegemukan atau makan
berlebihan, Stress, Merokok, Minum alkohol, Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison,
epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
Ginfal
- GlomeruloneIritis
- PieloneIritis
- Nekrosis tubular akut
- Tumor
Jascular
- Aterosklerosis
- Hiperplasia
- Trombosis
- Aneurisma
- Emboli kolestrol
- Vaskulitis
Kelainan endokrin
- DM
- Hipertiroidisme
- Hipotiroidisme
$araf
- Stroke
- Ensepalitis
- SGB
Obat obatan
- Kontrasepsi oral
- Kortikosteroid

Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraI simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraI simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraI pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah.
Berbagai Iactor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepineIrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat
bersamaan dimana system saraI simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epineIrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua Iaktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan structural dan Iungsional pada system pembuluh periIer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan periIer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

anifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut : Edward K Chung, 1995 )
1. Tidak ada gejala yang spesiIik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), maniIestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1. Mengeluh sakit kepala, pusing
2. Lemas, kelelahan
3. Sesak naIas
4. Gelisah
5. Mual
6. Muntah
7. Epistaksis
8. Kesadaran menurun
Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:
!enatalaksanaan Non Farmakologis.
Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah
dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan
sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
!enatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan
obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai eIektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan eIek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretic,
golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin
angitensin.
Pemeriksaan penunjang
1) Hemoglobin / hematokritUntuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume
cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan Iactor Iactor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia. BUN : memberikan inIormasi tentang perIusi ginjal
2) Glukosa. Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan
oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
3) Kalium serum. Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (
penyebab ) atau menjadi eIek samping terapi diuretik.
4) Kalsium serum. Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5) Kolesterol dan trigliserid serum. Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( eIek kardiovaskuler )
6) Pemeriksaan tiroid. Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7) Kadar aldosteron urin/serum. Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
8) Urinalisa. Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disIungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
9) Asam urat. Hiperurisemia telah menjadi implikasi Iaktor resiko hipertensi
10) Steroid urin. Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
11) IVP. Dapat mengidentiIikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
12) Foto dada. Menunjukkan obstruksi kalsiIikasi pada area katub, perbesaran jantung
13) CT scan. Untuk mengkaji tumor serebral, enseIalopati
14) EKG. Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
Komplikasi
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai
macam komplikasi antara lain :
1. Stroke
2. Gagal jantung
3. Ginjal
4. Mata
Konsep Keperawatan Hipertensi Pada Lansia
Pengkajian
Aktivitas/ Istirahat
- Gejala : kelemahan, letih, naIas pendek, gaya hidup monoton.
- Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
Sirkulasi
- Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit
cebrocaskuler, episode palpitasi.
- Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi,
murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi
periIer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
Integritas Ego
- Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, Iactor stress multiple(hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
- Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak,
otot muka tegang, pernaIasan menghela, peningkatan pola bicara.
Eliminasi
- Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada
masa yang lalu).
Makanan/cairan
- Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat
penggunaan diuretic
- Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
Neurosensori
- Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat
bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
- Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,eIek, proses piker,
penurunan keuatan genggaman tangan.
Nyeri/ ketidaknyaman
- Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit kepala.
PernaIasan
- Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
- Tanda: Distress pernaIasan/penggunaan otot aksesori pernaIasan bunyinaIas tambahan
(krakties/mengi), sianosis.
Keamanan
- Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
Pembelajaran / Penyuluhan
- Gejala : Faktor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal
- Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Penggunaan obat / alcohol.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
aIterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
4. Koping tidak eIektiI berhubungan dengan krisis situasional, perubahan pada hidup
beragam, relaksasi tidak adekuat, harapan yang tak terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai