Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Menteri Keuangan sebagai Pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia,sementara setiap Menteri/Pimpinan lembaga pada hakekatnya adalah Chief Operasional Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu Pemerintahan.Pembagian kewenangan ini memberikan jaminan terlaksananya mekanisme saling uji (Check and Balance) dalam pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran Negara.Pembagian kewenangan ini memberikan fleksibilitas kepada menteri teknis sebagai pengguna Anggaran,untuk mengatur penggunaan dana anggaran kementeriannya secara efisen dan efektif dalam rangka optimalisasi kinerja kementeriannya untuk menghasilkan output yang telah ditetapkan. Kewenangan Menteri Keuangan selaku BUN dikuasakan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan sebagai Kuasa BUN di Pusat ,dan KPPN sebagai Kuasa BUN di daerah KPPN melakukan pembayaran atas beban APBN,serta melakukan penatausahaan penerimaan negara.Dalam rangka pelaksanaan pembayaran,KPPN berkewajiban untuk meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa PA,menguji ketersediaan dana yang bersangkutan,memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran negara,menolak pencairan dana.Apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PA /Kuasa PA tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Fungsi lainnya yang menjadi sangat penting untuk mendukung proses pencairan anggaran adalah pengendalian terhadap kas negara.Dalam hal ini KPPN akan menatausahakanan aliran kas masuk sebagai penerimaan negara dan aliran kas keluar sebagai pencairan anggaran.KPPN harus mampu menyediakan dana dalam jumlah yang cukup,tepat pada waktunya pada saat diperlukan melalui penerapan Treasury Single Account (TSA).dengan demikian peran KPPN sebagai pemegang fungsi Kuasa Bendahara Umum Negara,penatausahan pengeluaran negara,dan pelaporan.

1.2
1.3

Materi Audit Kepatuhan Tujuan dan Manfaat Audit Kepatuhan Tujuan Audit Kepatuhan Tujuan Audit : Menentukan tingkat kepatuhan suatu entitas terhadap hukum, kebijakan, rencana dan prosedur

1.3.1

1.3.2

Manfaat Audit Kepatuhan

BAB II TEORI 2.1 2.1.1 Audit Kepatuhan Definisi Audit Kepatuhan TAHAP AUDIT Audit Pendahuluan Tujuan :Informasi latar belakang objek Penelaahan peraturan, ketentuan dan kebijakan Penemuan objec yang memiliki potensial kelemahan Menentukan audit sementara (tetantive audit objectif). Audit terinci : Pengumpulan bukti yang cukup, relevan dan kompeten Pengembangan temuan keterkaitan temuan satu dengan temuan yang yang dibuat. Pelaporan Mengkomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi pihak yang berkepentingan laporan komprehensif menyajikan temuan penting hasil audit untuk mendukung kesimpulan audit dan rekomendasi. Tindak lanjut : Mendorong pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut (perbankan) sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. lain disajikan dalam kertas kerja audit (KKA) sebagai pendukung kesimpulan dan rekomendasi

2.1.2 Tahapan Audit Kepatuhan

2.1.3

Siapa yang Terlibat

2.2 2.2.1

Pengelolaan Keuangan Negara Umum Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini dengan dimaksud dengan: Surat Pencairan Dana (SP2D) adalah surat perintah yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM. Bank Umum adalah bank umum yang menjadi mitra kerja KPPN. Rekening Pengeluaran Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat pada Bank Umum (RPK-BUN-P) adalah Rekening Bendahara Umum Negara pada bank umum di pusat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara atau pejabat yang dikuasakanuntuk mengelola rekening pengeluaran negara. Bank Operasional I (BO I) adalah Bank Operasional yang ditunjuk untuk mencairkan /menuaikan SP2D Gaji bulanan

2.2.2

Pencairan Dana pada KPPN 1.Seksi Pencairan Dana 2.Seksi Bank Giro Pos BAB III DATA

3.1 3.2

SOP PENCAIRAN DANA DATA REALISASI PELAKSANAAN SOP PENCAIRAN DANA

Anda mungkin juga menyukai