Anda di halaman 1dari 12

MEMAHAMI PERMASALAHAN KEMISKINAN DAN SIGNIFIKAKANSI ANGKA KEMISKINAN INDONENESIA Herman.suryo@gmail.

com

Abstrak

Masalah

kemiskinan

menjadi

issu

sentral

bagi

setiap

kepemimpnan

Pemerintahan diwilayah Indonesia .Dikatakan issu sentral karena terdapat lebih dari 31 juta jiwa warga miskin yang mendiami Negara Keasatuan Republik Indonesia .Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah namun terkesan kurang signifikan sehingga masih perlu diupayakan lebih konkret bukan sekedar mengambil kebijakan dengan mengubah indikatornya sehingga angka

kemiskinan menjadi rendah namun perlu pula adanya konsepsi konsepsi tentang kemiskinan serta pentingnya kelembagaan yang pemanen untuk mengatasi

kemiskinan di indonesia Tulisan berikut mambahas secara singkat dan sederhana mengenai konsepsi konsepsi kemiskinan ,bahwa ternyata banyak pendapat tentang konsep konsep kemiskinan yang akan berpengaruh terhadap pengambilan kebijakan di bidang penanggulangan kemiskinan

01.Pendahuluan Sampai dengan hari layak dan patut untuk ini kemajuan penanggulangan kemikinan masih dipertanyakan yakni seperti apakah kinerja

penanggulangan kemiskinan di Indonesia saat ini ?

Keberhasilan penanggulangan kemiskinan melalui salah satu indikator kuantitatip yakni menurunnya angka kemiskinan layak perlu untuk diwacanakan sekali lagi yang sehubungan dengan berbagai upaya penanggulangan kemisikinan dan tentunya juga

dilakukan oleh pemerintah telah dilaksanakan

menyedot anggaran pendapatan dan belanja yang tidak kecil .

Adapun upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan antara lain dilakukan dengan : 1.Inpres Desa tertinggal 2.Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Krisis Ekonomi 3.Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan 4.Raskin dan Askeskin 5.Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri 6.Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM

Program program tersebut merupakan impelementasi dan bagian

dari

kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi kemiskinan yang juga antara lain :

1. Mengurangi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. 2. Melaksanakan delapan jalur pemerataan yang meliputi : a. Pemerataan pembagian pendapatan. b. Penyebaran pembangunan di seluruh daerah. c. Berusaha. d. Kesempatan memperoleh pendidikan.

e. Kesehatan. f. Kesempatan kerja.

Namun demikian masih dipertanyakan

sebenarnya seberapa besar

jumlah orang miskin yang ada di Indonesia pasca program penanggulangan kemiskinan kemiskinan dilaksanakan .Dengan mengetahui seberapa besar angka

akan dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam kerangka

penyusunan kebijkan penanggulangan kemisikinan berikutnya seandainya kebijakan sebelumnya tidak memberikan hasilnya yang nyata atau signifikan dalam mengurangi jumlah penduduk miskin di Indonesia.

02.Aspek Aspek Pemahaman Kemiskinan

a.Penyebab Kemiskinan

Pada dasarnya permasalahan sekedar ketidak pastian Indonesia

kemiskinan di Indonesia tidak hanya atau jumlah manusia

angka angka kemiskinan

penyandang predikat

miskin tetapi juga menyangkut antara lain

definsi tentang kemisknan , sumber sumber penyebab kemiskinan,strategi penanggulangan kemiskinan,indikator indikator kemiskinan,garis kemiskinan ,kelembagaan penyelenggara penanggulangan kemiskinan maupun

ketersidiaan anggaran untuk penannggulangan kemiskinan Secara umum penyebab kemiskinan di Indonesia dapat di ibaratkan sebagai sebuah lingkaran setan yakni

Kurang Modal

Investasi Rendah

Prodtivitas Rendah

Tabungan Rendah

Pendapatan Rendah

Dengan

lingkaran setan tersebut maka dapat diketahui bahwa

sebenarnya penyebab kemiskinan di Indonesia sangat variatip dapat saja bermula dari rendahnya penempatan investasi atau kapital ,rendahnya tabungan atau dapat juga berawal dari rendahnya pendapatan walaupun sebenarnmya penyebab kemiskinan tidak sekedar yang termuat dalam lingkaran setan penyebab kemiskinan tersebut tetapi juga terdiri dari : oleh sebab sebab struktural yang

a.Ketidak mampuan mengelola sumber daya alam secara maksimal; b.Kebijakan ekonomi yang tidak berkomitmen terhadap penanggulangan kemiskinan dan semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi(trickle down effect tidak bekerja) cKesalahan mendasar dalam asumsi perekonomian Indonesia adalah pengangguran dan kemiskinan hanya mungkin diatasi jika ekonomi tumbuh minimal 6 %

Namun demikian asumsi yang dibangun bahwa pengangguran dan kemiskinan hanya dapat di atasi jika angka pertumbuhan ekonomi berada di level 6 % sebenarnya belumlah tepat karena: untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi yang melibatkan kegiatan ekonomi rakyat yang pelakunya adalah masyarakat miskin. Pengangguran dan kemiskinan adalah dua hal berbeda. Orang yang menganggur belum tentu miskin Permasalahan kemiskinan tidak dapat dipecahkan hanya dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi semata yakni dengan mengharapkan terjadinya efek menetes ke bawah (trickle down effect). Pertumbuhan ekonomi memang merupakan syarat keharusan (necessary condition) untuk mengurangi kemiskinan.

Adapun pertumbuhan

syarat tersebut

kecukupannya efektif dalam

(sufficient

condition)

ialah

bahwa Artinya

mengurangi

kemiskinan.

pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar di setiap golongan pendapatan, termasuk di golongan penduduk miskin (growth with equity). Secara langsung, hal ini berarti bahwa pertumbuhan itu perlu dipastikan terjadi di setor-sektor dimana penduduk miskin bekerja Sedangkan secara tidak langsung, hal ini berarti diperlukan pemerintah yang cukup efektif mendistribusi manfaat pertumbuhan yang didapatkan dari sektor modern seperti sektor jasa dan manufaktur yang padat moda.

Namun demikian perlu dipetimbangkan bahwa terdapat beberapa aspek lain yang mempengaruhi tingkat kemskinan yakni Faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi tingkat kemiskinan antara lain (1) pertumbuhan ekonomi; (2) jumlah penduduk; (3) pendidikan, dan (4) desentralisasi fiskal

b.Ukuran Kemiskinan

Terdapat

2 ( dua ) indikator untuk menyatakan seseorang dapat

dogolongkan sebagai orang miskin yakni indikator kemiskinan relatip dan indikator kemiskinan absolut..Konsep kemiskinan absolut bertumpu pada pada garis kemiskinan sedangkan konsep kemiskinan absolut tidak bertunpu pada garis kemiskinan.

Kemiskinan absolut merupakan ketidak mampuan seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya untuk mencukupi kebutuhan dasar minimum yang diperlukan untuk hidup setiap hari. Kebutuhan minimum tersebut diterjemahkan dalam ukuran finansial (uang). Nilai minimum tersebut digunakan sebagai batas garis kemiskinan. Garis kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara riil, sehingga dapat ditelusuri kemajuan yang diperolah dalam menanggulangi kemiskinan pada level absolut sepanjang waktu.

Atau dengan peneelasan yang lebih sederhana adalah kemampuan pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok (sandang, pangan, pemukiman, pendidikan dan kesehatan). Jika pendapatan seseorang di bawah pendapatan minimal untuk memenuhi kebutuhan pokok, maka ia disebut miskin

Bagaimana

mengukurnya

.World

bank

menggunakan

ukuran

kemiskinan absolut untuk menentukan jumlah penduduk miskin. Menurut world bank, penduduk miskin adalah mereka yang hidup kurang dari US$1 per hari dalam dolar PPP (Purchasing Power Parity). Akan tetapi, tidak semua negara mengikuti standar minimum yang digunakan world bank tersebut, karena bagi negara-negara berkembang level tersebut masihlah tinggi, oleh karena itu banyak negara menentukan garis kemiskinan nasional sendiri dimana kriteria yang digunakan disesuaikan dengan kondisi perekonomian masing-masing negara.

Secara global Worl Bank mempunyai ukuran / indiktor untuk menetukan kategori antara miskin atau tidak yakni

1. Jika 40 % jumlah penduduk berpendapat rendah menerima kurang dari 12% pendapatan nasionalnya maka pembagian pembangunan sangat timpang. 2. Apabila 40 % lapisan penduduk berpendapatan rendah menikmati antara 12 17 % pendapatan nasional dianggap sedang. 3. Jika 40 % dari penduduk berpendapatan menengah menikmati lebih dari 17% pendapatan nasional maka dianggap rendah.

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) menentukan kemiskinan absolut Indonesia merupakan ketidakmampuan seseorang untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum energi kalori (2.100 kilo kalori per kapita per hari)

yang dipergunakan tubuh dan kebutuhan dasar minimum untuk sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan kebutuhan dasar lain..

Sedangkan ketidakmampuan

konsep untuk

kemiskinan

relatip

ditentukan yang

berdasarkan ditetapkan

mencapai

standar

kehidupan

masyarakat setempat sehingga proses penentuannya sangat subyektif. Mereka yang berada dibawah standar penilaian tersebut dikategorikan sebagai miskin secara relatif. Kemiskinan relatif ini digunakan untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan.

Seseorang dikatakan berada dalam kelompok kemiskinan relatif, jika pendapatannya berada di bawah pendapatan di sekitarnya, atau dalam kelompok masyarakat tersebut, ia berada di lapisan paling bawah

Bisa jadi meskipun pendapatannya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok, namun karena dibanding masyarakat di sekitarnya, pendapatannya dinilai

rendah, ia termasuk miskin

.
,di Indonesia terdapat sebuah lembaga yang

Pada

bagian

ini

menggunakan pendekatan konsep kemiskinan relatip untuk mengkategorikan seseorang masuk dalam kategori orang miskin yakni Bdan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN )

Asumsi yang digunakan oleh BKKBN adalah dengan mendefinisikan miskin atau kurang sejahtera dalam pengertian Pembangunan Keluarga Sejahtera yang terdiri atas keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I. Keluarga pra sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan keluarga berencana. Sedangkan keluarga sejahtera I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasanya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis, serta kebutuhan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.

Sementara itu, UNDP dalam laporannya pada Human Development Report tahun 1997, memperkenalkan suatu indikator kemiskinan yang disebut Human Development Indeks (HDI). Kriteria yang digunakan sebagai tolok ukur kemiskinan antara lain: (1) kehidupan; (2) pendidikan dasar; (3) ketetapan ekonomi

03.Pembahasan Angka Kemiskinan Dengan menggunakan angka model indikator Badan Pusat Statistik yang terbaru maka jumlah warga miskin di Indonesia adalah sebesar 13,3 % atau lebih kurang 31 juta jiwa dari 240 juta jiwa penduduk . Prosentase tersebut diperoleh dengan menetapkan standar kemiskinan dengan menggunakan acuan pendapatan sebesar Rp.210.000 ribu per bulan atau Rp.7000 perhari,artinya bahwa seseorang dikategorikan miskin jika mempunyai pendapatan kurang dari Rp.7000 perhari.

Sungguh ini adalah angka yang sangat fantastis ,dengan pendapat sebesar Rp.7000 maka warga masyarakat tidak dapat melakukan apa apa kecuali memenuhi kebutuhan konsumsi,bahkan dengan sebesar Rp.7000 pun sebenarnya warga msyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan makan makan 3 kali . Dibandingkan dengan standar kemiskinan Internasional yang menetapkan patokan sebesar 2 US Dollar perhari atau Rp.19000 maka jumlah warga miskin menjadi 2,5 kali lipat dari indikator Rp.7000 pehari maka akan terdapat stidak tidaknya ada 75 juta penduduk Indonesia yang hidup tidak layak atau berada dibawah garis kemiskinan.

Dengan mengacu pada angka kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS sebesar Rp.7000 pendapatan perhari tentunya distribusi raskin ( beras untuk orang miskin ) tidak akan menyentuh angka diatas 60 juta jiwa seperti pada periode tahun sebelumnya. 4.Penutup a.Simpulan Bahwa untuk mengukur angka kemiskinan dengan berpatokan pada pendapat sebesar Rp.7000 per hari maka indikator sebesar tersebut terkesan dipaksakan dan hanya menjadi komoditas pencitraan kekuasaan akan keberhasilan pembangunan yang telah dlakukan . Dengan pendapat Rp.7000 per hari maka terdapat lk 31 jiwa warga

miskin akan menjadi sangat kontra diktip dan menjadi boomerang bagi pemerintah seandainya implementasi kegiatan penanggulangan kemiskinan

menyentuh jumlah warga miskin yang

lebih dari angka 32 juta jiwa

tersebut.seperti distribusi Raskin tahun lalu sebsar 6o juta jiwa . Selajutnya dengan angka pendapatan Rp.7000 perhari akan juga menyisakan persoalan terhadap warga yang berpendapatan lebih dari sebesar Rp.7000 namun nyata nyata ( secara fakta ) sebenarnya dapat digolongkan sebagai warga miskin.

b.Saran 1.Perlu ditinjau kembali penetapan angka kemiskinan melalui pendapatan dibawah Rp210.000 perbulan atau Rp.7000 perhri dengan harapan ada kepastian status terhadap warga msikin yang berpendapatan ebih dari Rp.7000 perhari tetapi secara faktual masusk dalam golongan warga miskin . 2.Perlunya peninglatan kegiatan ekonomi pada berbagai sektor dan bersifat pemerataan 3.Membangun upaya upaya produktivitas dan menggeser dari kegiatan Charity menjadi kegiatan transformatip dengan memposisikan subyek bukan obyek warga miskin sebagai

Daftar Refferensi

Suman Agus,Artkel, Kemiskinan Fakta yang Bicara ,Jawa Pos 29 Juni 2011 www.Scrib.Com./Data Kemiskinan Indonesia / Jurnal Smeru No. 26: May-Aug/2008 Governace Brief,Bagaimana Kemiskinan Di Ukur, Number 2 November 2004

Jatmiko, Bambang ,Indikator kemiskinan dinilai sudah sesuai kondisi ekonomi Published On: 14 June 2011

WWW.Scrib.Com /Astika Ketut Sudhana/ BUDAYA KEMISKINAN /Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik /Universitas Udayana, Bali

Anda mungkin juga menyukai