Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena
selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati.
Teknik pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan
kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku.
Zat yang digunakan untuk melakukan pewarnaan pun bermacam-macam
tergantung dari jenis mikroba yang akan diwarnai dan bagaimana jenis dan cara
pewarnaannya. Bila cara pewarnaan atau metode yang digunakan untuk mewarnai
tidak tepat maka proses pewarnaan tidak akan terjadi atau pewarnaan tidak
memberikan hasil yang maksimal.
Oleh karena itu pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang
pewarnaan dan cara-cara pewarnaan.
1.2Tujuan
- Mengetahui Iungsi Iiksasi
- Mengetahui zat pewarna yang digunakan pada masing-masing pewarnaan
- Mengetahui karakteristik bakteri yang diamati







BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA
!rinsip dasar pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen
selular dari bakteri dengan senyawa aktiI dari pewarna yang disebut kromogen.
Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler
maupun pewarna (Volk dan Whleer, 1998).
Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan
pewarna basa. !ewarna asam dapat terjadi karena bila senyawa pewarna bermuatan
negatiI. Dalam kondisi pH bakteri cenderung bermuatan negatiI, sehingga pewarna asam
yang bermuatn negatiI akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. !ewarna
asam ini disebut pewarna negatiI. Contoh pewarna asam, misalnya: tinta cina, larutan
nigrosin, asam pikrat, eosin dan lain-lain. !ewarnaan basa bisa terjadi bila senyawa
pewarna bersiIat positiI, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri jadi
terwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya metilin biru, kristal violet,
saIranin dan lain-lain (Volk dan Whleer, 1998).
Teknik pewarnaan asam basa ini hanya menggunakan satu jenis senyawa
pewarna, teknik ini disebut pewarnaan sederhana. !ewarnaan sederhana ini diperlukan
untuk mengamati morIologi, baik bentuk maupun susunan sel. Teknik pewarnaan yang
lain adalah pewarnaan diIIerensial yang menggunakan senyawa pewarna yang lebih dari
satu jenis (Volk dan Whleer, 1998).
Bakteri hidup sulit untuk dilihat dengan mikroskop cahaya terang biasa karena
bakteri ini tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri. Walaupun biakannya secara
keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri sering diamati dalam keadaan olean terwarnai
daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud dengan bakteri terwarnai adalah
organisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan
dipelajari (Volk dan Whleer, 1998).
Banyak senyawa organik berwarna (zat warna) digunakan untuk
mewarnaimikroorganisme untuk pemeriksaan mikroskopik dan telah dikembangkan
prosedur pewarnaan untuk (Suriawiria, 1985):
a. Mengamati dengan baik morIologi mikroorganisme secara kasar
b. MengidentiIikasi bagian-bagian struktural sel mikroorganisme
c. Membantu mengidentiIikasi atau membedakan organisme yang serupa
Langkah-langkah utama dalam persiapan spesimen mikroba untuk pemeriksaan
mikroskopik adalah (!elczar, 1986):
1. !enempatan olesan atau lapisan spesimen pada kaca objek
2. Fiksasi olesan pada kaca objek
3. Aplikasi pewarna tunggal (pewarna sederhana) atau serangkaian larutan pewarna
atau reagen (pewarna deIIerensial)
!ewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba, banyak dilakukan baik secara
langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung (melalui biakan
murni). Tujuan dari pewarnaan tersebut adalah (Suriawiria, 1998):
- Mempermudah melihat bentuk jasad baik bakteri, ragi ataupun Iungi
- Memperjelas ukuran dan bentuk jasad
- Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad
- Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga siIat Iisik dan
kimia yang ada akan dapat diketahui
!ada pewarnaan sederhana (pewarnaan positiI), sebelum dilakukan pewarnaan
dibuat ulasan bakteri di atas objek glass yang kemudian diIiksasi. Jangan menggunakan
suspensi bakteri yang terlalu padat, tapi jika suspensi bakteri terlalu encer maka akan
diperoleh kesulitan saat mencari bakteri dengan mikroskop. Fiksasi bertujuan untuk
mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada objek glass tanpa merusak struktur
selnya (Campbell dan Reece, 2005):
!ada pewarnaan negatiI, beberapa bakteri sulit diwarnai dengan zat warna biasa.
Tapi mudah dilihat dengan pewarnaan negatiI. Zat warna tidak akan mewarnai sel
melainkan mewarnai lingkungan sekitarnya sehingga sel tampak transparan dengan latar
belakang hitam (Campbell dan Reece, 2005).
!ewarnaan gram adalah pewarnaan diIIerensial yang sangat berguna dan paling
banyak digunakan dalam laboratorium biologi , karena merupakan tahapan penting dalam
langkah awal identiIikasi. !ewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan
peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel
bakteri (Campbell dan Reece, 2005)
BAB III
METODOLOGI !ERCOBAAN
3.1Hari dan Tanggal !ercobaan
!raktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 November 2010 pukul 08.00
10.00 WITA di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas MI!A Universitas
Mulawarman.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat :
1. Objek glass
2. Lampu bunsen
3. Jarum ose
4. Kaca preprat
5. Botol semprot
6. !ipet tetes
7. Mikroskop
8. Cawan petri
9. !enjepit tabung
3.2.2 Bahan :
1. Biakan murni
2. Zat warna crystal violet
3. Zat warna nigrosin
4. Alkohol 95
5. Aquades
6. Lugol`s iodine
7. SaIranin
8. Malachite green
9. Tissue
10. Kertas saring
3.3 Cara Kerja
3.3.1 !ewarnaan Sederhana
1. Dibersihkan objek glass dengan alkohol sampai bebas lemak
3.3.2

Anda mungkin juga menyukai