Anda di halaman 1dari 11

Pemilu Jerman

Setiap Pemilih Memiliki Dua Hak Suara

Kartu suara dalam Pemilu Jerman Dalam kartu suara ada dua lajur. Lajur kiri disiapkan untuk suara pertama. Sedangkan lajur kanan untuk suara kedua yang sebenarnya merupakan suara yang paling menentukan. Suara Pertama Suara pertama ditujukan untuk memilih wakil rakyat di sebuah daerah pemilihan (distrik). Negara Jerman terbagi dalam 299 daerah pemilihan. Setiap distrik hanya mengirim seorang wakil yang akan duduk di parlemen, yakni yang memperoleh suara terbanyak. Inilah calon yang disebut memiliki mandat langsung di palrmenen. Ini adalah sistem pemilihan langsung berdasarkan suara terbanyak. Biasanya hanya kandidat dari partai besar, dalam hal ini CDU/CSU atau SPD, yang punya peluang merebut mandat langsung ini. Tapi di distrik-distrik tertentu, partai lain juga punya peluang. Misalnya di Jerman bagian timur, Partai Kiri (Die Linke) berpeluang merebut mandat langsung. Sistem yang berlaku di sini adalah prinsip perolehan suara terbanyak yang bersifat relatif. Artinya, tidak perlu ada kemenangan mutlak dengan perolehan di atas 50% suara seperti yang berlaku di Perancis atau di Inggris. Karena tak ada batasan tertentu dalam perolehan suara, maka suara-suara sisa untuk kandidat lainnya akan dianggap gugur. Padahal jumlah seluruh suara yang hangus ini kadang lebih besar daripada suara yang diperoleh kandidat yang menang. Ini sering dikritik sebagai kelemahan sistem pemilihan langsung. Suara Kedua Dengan suara kedua, pemilih memilih satu partai peserta pemilu. Jumlah perolehan suara ini akan menentukan berapa kursi yang direbut partai di parlemen. Untuk menentukan siapa yang masuk parlemen, partai-partai menyusun daftar bakal calon berdasarkan nomor urut. Daftar calon ini berlaku untuk satu negara bagian. Jatah kursi masing-masing negara bagian didasarkan besarnya jumlah penduduk. Misalnya Nordrhein-Westfalen (NRW) sebagai negara bagian terbsar di Jerman mendapat jatah 126 kursi. Jadi, komposisi parlemen juga mencerminkan struktur federal negara Jerman.

Ada 598 kursi di parlemen Jerman, Bundestag. Setengahnya, 299 kursi, diperebutkan melalui sistem pemilihan langsung. Setengahnya lagi melalui sistem pemilihan proporsional berdasarkan daftar kandidat. Penempatan Mandat Calon yang berhak lebih dulu masuk parlemen adalah calon dengan mandat langsung. Jika partai A misalnya memenangkan 10 persen suara (kedua) di satu negara bagian, dan berdasarkan perhitungan berhak mendapat 10 kursi, maka akan dilihat berapa mandat langsung yang dimenangkan berdasarkan suara pertama. Jika partai A memenangkan 5 mandat langsung, berarti ada 5 kursi yang belum terisi. Kursi ini akan diisi oleh kandidat berdasarkan daftar calon yang disusun oleh partai A. Mandat Tambahan Karena mendominasi daerah pemilihan tertentu, satu partai bisa memenangkan lebih banyak mandat langsung daripada menurut perolehan suara kedua. Misalnya Partai B hanya merebut 5 persen suara (kedua) dan menurut perhitungan berhak mendapat 5 kursi di Bundestag. Tapi kandidat Partai B memenangkan 7 mandat langsung lewat suara pertama. Hasil pemilihan langsung harus diakui dan tidak dapat dibatalkan. Artinya Partai B punya 2 mandat tambahan di parlemen. Jumlah mandat tambahan ini pada akhirnya bisa memperbesar jumlah kursi di parlemen secara keseluruhan, yang pada awalnya ditetapkan berjumlah 598 kursi. Kalau persaingan sangat ketat, jumlah mandat tambahan malah bisa menjadi penentu kemenangan koalisi tertentu.

Undang Undang Pemilu Jerman

Pasal 38 Undang-Undang Dasar Negara Jerman menggariskan bahwa pemilihan umum di Jerman bersifat umum, langsung, bebas, sama dan rahasia. Apa maksudnya? Umum Setiap warga Jerman yang berusia di atas 18 tahun memiliki hak untuk memilih wakil rakyat dan partai. Langsung

Wakil rakyat dan utusan partai dipilih secara langsung. Jadi tak ada system delegasi (seperti yang dikenal dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat). Bebas Pemberian suara harus dilakukan tanpa adanya paksaan atau tekanan tertentu. Orang tak boleh diperlakukan tak adil hanya karena apa yang dipilihnya. Sama Setiap suara memiliki bobot yang sama. Tak ada penggolongan berdasarkan tingkat pendapatan orang, seperti yang berlaku hingga tahun 1918 di Prussia. Rahasia Pilihan setiap warga dijamin kerahasiaannya. Untuk itu dalam pemilu disiapkan bilik pemilihan dan amplop untuk kartu suara. Kartu suara ini pun harus tetap terjaga kerahasiaannya.

Karena sistem pemilu Jerman menggabungkan dua aspek yang berbeda, orang sering menyebutnya sebagai "sistem perwakilan berimbang. Apa maksudnya? Ada 598 kursi di parlemen Jerman, Bundestag. Setengahnya, 299 kursi, diperebutkan melalui sistem pemilihan langsung. Setengahnya lagi melalui sistem pemilihan proporsional berdasarkan daftar kandidat. Setiap pemilih Jerman memilih dua kali di atas satu kertas suara. Dengan suara pertama ia memilih nama seorang kandidat. Ini merupakan pemilihan langsung. Kandidat dengan suara terbanyak di satu daerah pemilihan akan masuk parlemen. Sistem ini disebut sebagai sistem pemilihan mayoritas. Dengan suara kedua, pemilih memilih nama satu partai. Jumlah perolehan suara satu partai akan menentukan jumlah kursi yang direbut di parlemen. Ini adalah pemilihan tidak langsung. Siapa yang menjadi anggota parlemen ditentukan oleh partai, dengan menyusun daftar kandidat berdasarkan nomor urut. Sistem ini disebut disebut sebagai sistem pemilihan proporsional. Sistem pemilu di Jerman adalah campuran dari kedua sistem itu. Batas Minimum Lima Persen Masih ada lagi persyaratan bagi satu partai untuk bisa masuk parlemen. Yaitu ambang batas 5 persen. Hanya jika perolehan suara satu partai menembus 5 persen, baru partai ini bisa masuk ke parlemen. Suara yang dihitung adalah suara kedua, di mana pemilih memilih nama partai.

Aturan ini tidak berlaku, jika satu partai bisa memenangkan mandat langsung di sedikitnya 3 distrik pemilihan. Mandat langsung ditentukan lewat suara pertama. Pada pemilu tahun 1994, Partai Sosialis PDS berhasil merebut 4 kursi lewat pemilihan langsung di distrik pemilihan Berlin Timur, dan akhirnya menempatkan 30 wakilnya di Bundestag, 4 kursi dengan kemenangan mayoritas suara pertama dan 26 kursi dengan perolehan suara kedua. Jumlah perolehan suara PDS ketika itu hanya 4,4%, berarti tidak menembus batas 5 persen. Sekarang, PDS bergabung dengan partai kecil lainnya, WASG, menjadi Partai Kiri (Die Linke). Mandat Tambahan Sistem campuran yang berlaku di Jerman bisa bermasalah, jika sebuah partai mendominasi daerah tertentu dan memenangkan banyak mandat langsung lewat perolehan suara pertama. Jumlah kursi yang direbutnya bisa melebihi jatah kursi berdasarkan perolehan suara kedua. Artinya, partai ini memiliki kelebihan kursi. Sebab kandidat yang menang di satu daerah pemilihan harus masuk parlemen. Kemenangannya tidak dapat dibatalkan. Ini yang disebut mandat tambahan (berhangmandat). Biasanya, hanya kandidat dari CDU/CSU dan SPD saja yang menang dalam pemilihan langsung di distrik. Karena itu, kedua partai ini diuntungkan oleh sistem pemilu. Pada tahun 2008 Mahkamah Konstitusi Jerman memutuskan bahwa aturan pemilu seperti ini tidak mencerminkan keinginan pemilih yang sebenarnya dan karena itu tidak selaras dengan konstitusi. Mahkamah memberi batas waktu hingga tahun 2011 bagi badan legislatif untuk menemukan jalan keluar yang adil dan mengganti aturan pemilu saat ini. Bundestag sampai saat ini berlum berhasil merumuskan aturan baru tentang mandat tambahan. Jumlah mandat tambahan ini pada akhirnya bisa memperbesar jumlah kursi di parlemen secara keseluruhan, yang pada awalnya ditetapkan berjumlah 598 kursi. Membingungkan Bagi banyak warga Jerman, sistem pemilu dengan memakai hak suara pertama dan hak suara kedua ini membingungkan. Meskipun suara kedua sangat menentukan, penyebutan suara kedua menciptakan salah pengertian, seolah-olah hak suara ini tidak terlalu penting. Padahal, perolehan suara kedua ini yang akan menentukan, partai mana yang berhak memimpin pemerintahan dan mengisi jabatan kanselir. Tapi ada juga pemilih yang cerdik menggunakan dua hak suaranya. Dengan suara pertama mereka memilih kandidat dari satu partai besar, dengan suara kedua mereka memilih partai kecil yang nantinya bisa jadi mitra koalisi. Jadi dengan pilihannya, mereka ingin mendukung koalisi partai yang diinginkan.

Pemilu Jerman

Warna-warni Lambang Partai

Hitam, merah dan kuning sudah lama dikenal sebagai warna-warna khas yang mengidentifkasi partai-partai politik di Jerman. Lalu belakangan muncul juga warna hijau dan baru-baru ini ada juga merah tua. Sejak era Konrad Adenauer, Helmut Kohl hingga Angela Merkel, masa jabatan kanselir Jerman paling lama dipegang oleh kandidat dari Partai Uni Sosial Kristen (CDU) bersama rekan partainya Persatuan Kristen Sosial (CSU). Setelah masa perang, kedua partai ini berhasil merebut simpati pemilih dari Partai Centrum Jerman, sebuah partai tua yang sangat kental karakter katoliknya. Penyebutan yang populer untuk partai CDU/CSU sebagai partai "Hitam" juga berkaitan dengan masa lalu partai Centrum, karena dulu dalam partai ini duduk banyak imam katolik yang berjubah hitam. Nama "Kristen masih disandang kedua partai dan karena itu dalam konstelasi politik mereka dicap "konservatif.

Secara tradisional mereka berjuang untuk mewujudkan sebuah politik ideal yang dipengaruhi normanorma kristiani. Namun sebagai sebuah partai besar, mereka juga berjuang sedapat mungkin menampung aspirasi warga yang beragam. Sebagai mitra politik, Partai Union (sebutan untuk partai gabungan antara CDU dan CSU) lebih suka memilih Partai Demokrat Liberal (FDP). Namun dalam keadaan darurat, mereka pun bersedia membentuk koalisi besar dengan Partai Sosial Demokrat (SPD). Koalisi di tingkat parlemen seperti ini terjadi pertama kali pada akhir tahun 1960-an dan terulang kembali tahun 2005. Merah dan Sosial-Demokratis

Belakangan ini, Partai SPD memiliki suara politis yang makin kuat. Kanselir Jerman yang berasal dari SPD adalah Willy Brandt, Helmut Schmidt dan yang terakhir Gerhard Schrder. Warna merah sebagai lambang Partai SPD menunjukkan latar belakang mereka dalam gerakan serikat buruh di pertengahan abad 19. Partai dengan nama yang sama ini sudah ada di masa Republik Weimar. Namun sama seperti partai-partai lainnya, SPD pun dilarang oleh rezim Nazi, bahkan banyak pengikutnya tewas di kamp konsentrasi. Setelah perang berakhir, SPD mengalami masa-masa sulit akibat pertentangan intern partai. Dalam apa yang disebut "Program Godesberg, pada tahun 1959 partai SPD memutuskan untuk mengubah program dan ideologi partai dari partai buruh yang sosialistis menjadi partai yang menekankan aspek sosial-demokratis. Dan dengan itu partai ini semakin merebut simpati warga. Hijau Lebih daripada Sekedar Ekologis

Dalam mencari mitra untuk membentuk koalisi, hingga pertengahan tahun 1980-an Partai Sosial Demokrat (SPD) hanya punya dua pilihan, yakni menggandeng FDP atau seperti yang terjadi tahun 1960-an membentuk koalisi besar dengan CDU/CSU. Di tahun 1980-an muncullah sebuah partai baru di pentas panggung politik, yakni Die Grne (Partai Hijau). Partai ini mula-mula terbentuk dari gerakan anti-atom dan anti-perang di tahun 1970-an, gerakan kaum wanita dan gerakan inisiatif warga. Karena itu program utama partai ini adalah perlidungan lingkungan dan memperjuangkan kesamaan hak antara pria dan wanita. Secara perlahan-lahan dan berhati-hati mula-mula Grne dijadikan mitra koalisi di tingkat lokal dan di negara bagian, sampai akhirnya dipercayakan membentuk pemerintahan gabungan Merah-Hijau di bawah pimpinan Kanselir Gerhard Schrder. Saat ini koalisi antara Hitam-Hijau pun bahkan tidak asing lagi paling tidak di tingkat lokal dan di negara bagian. Sebenarnya nama resmi untuk Partai Hijau adalah "Bndnis 90/Die Grnen, karena tahun 1993 arus gerakan massa di Jerman Timur yang tergabung dalam Bndnis 90 (Kesatuan 90) bergabung degan partai Grnen. Sejak saat itu Partai Hijau menyandang dua nama. Kuning Sebagai Lambang Liberal

Partai Demokrat Liberal (FDP) yang memiliki warna tradisi kuning Kuning dalam warna-warni lambang partai, memiliki posisi yang makin kuat dan mulai melepaskan diri dari keterikatannya dengan Partai Union atau pun SPD. Hingga tahun 1990-an FDP dipandang sebagai mitra yunior dari partai yang berkuasa di pemerintahan. Namun kini tidak lagi. Partai FDP menonjolkan dirinya sebagai pewaris semangat liberalisme di Jerman dan menolak segala bentuk pengawasan negara yang berlebihan. Seringkali FDP memperjuangkan kepentingan perusahaan kecil dan menengah. Karena itu ia juga selalu dicap sebagai "Partainya Kaum Berpenghasilan Menengah. Merah-Merah Menyebalkan bagi Sejumlah Pengikut SPD

Sejak beberapa tahun terakhir Partai Linke yang berhaluan kiri semakin kuat. Karena warna partainya yang juga merah, untuk membedakannya dari Partai Sosial Demokrat maka dipilih warna merah gelap. Partai Kiri ini terutama ingin menarik pengikut SPD. Sebaliknya dalam SPD sendiri muncul diskusi sengit tentang bagaimana sikap Partai Sosial Demokrat ini terhadap Partai Linke. Kebanyakan partaipartai besar yang mapan punya masalah dengan Linke. Ini berkaitan dengan sejarah berdirinya Linke. Di Jerman Timur akar partai ini dulu dijumpai dalam tubuh Partai Kesatuan Sosialis Jerman (SED). Setelah Jerman bersatu, para pengikut SED mula-mula mendirikan Partai Sosialis (PDS). Namun sampai saat ini mereka masih terus dituding dekat dengan rezim yang berkuasa waktu itu, baik dalam soal personalia maupun dalam ideologi. Di Jerman Barat, akar Partai Linke sebenarnya berasal dari pecahan SPD, yakni Partai Alternatif Bagi Keadilan Sosial (WASG). Dalam perjalanan waktu PDS melebur diri dengan WASG dan membentuk Partai Kiri. Mereka bersuara keras mengeritik ketimpangan sosial dan menganggap diri sebagai pembela kaum kecil. Juga dalam gerakan anti kekerasan, Linke pun berusaha merebut simpati warga. Ekstrim Kanan dalam Kazanah Partai Jerman

Sukses yang berhasil diraih oleh partai-partai ekstrim kanan sungguh mencengangkan. Yang paling kentara adalah Partai Demokrat Nasioanl (NPD), yang pada tahun 1960-an berhasil memasukkan wakilnya di sejumlah parlemen negara bagian dan yang dalam tahun-tahun terakhir, lagi-lagi mendapat kursi DPR di negara bagian. Sebuah Undang-Undang berisi larangan beraktivitas politik bagi NPD telah dibatalkan oleh Mahkamah Pengadilan Tinggi tahun 2003 karena kesalahan prosedur. Sejak saat itu terus didiskusikan tentang larangan baru. Di samping itu, di masa lampau kelompok-kelompok

berhaluan ekstrim kanan lainnya seperti kaum Republikaner dan Partai Persatuan Rakyat Jerman (DVU) dalam kurun waktu singkat sanggup menempatkan wakilnya di dewan perwakilan rakyat negara bagian. Namun hingga kini tak ada satu partai ekstrim kanan yang berhasil menembus batas minimal 5 persen dalam pemilu.

.1. Pengertian Pemilu Dari berbagai sudut pandang, banyak pengertian mengenai pemilihan umum. Tetapi intinya adalah pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan asas kedaulatan di tangan rakyat sehingga pada akhirnya akan tercipta suatu hubungan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dan, ini adalah inti kehidupan demokrasi. Pemilu dapat dipahami juga sebagai berikut: 1. Dalam undang-undang nomor 3 tahun 1999 tentang pemilihan umum dalam bagian menimbang butir a sampai c disebutkan: a. Bahwa berdasarkan undang-undang dasar 1945, negara republik indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat; b. Bahwa pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka keikutsertaan rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan negara c. Bahwa pemilihan umum umum bukan hanya bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk dalam lembaga Permusyawaratan/Perwakilan, melainkan juga merupakan suatu sarana untuk mewujudkan penmyusunan tata kehidupan Negara yang dijiwai semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demikian juga dalam bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa: "pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam negara kesatuan republik indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang-undangn 1945. 1. Dalam pernyataan umum hak asasi manusia PBB pasal 21 ayat 1 dinyatakan bahwa "setiap orang mempunyai hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan negerinya, secara langsung atau melalui wakil-wakilnya yang dipilih secara bebas." Hak untuk berperan serta dalam pemerintahan ini berkaitan dan tidak terpisahkan dengan hak berikutnya dalam ayat 2 yaitu "setiap orang mempunyai hak untuk memperoleh ekses yang sama pada pelayann oleh pemerintah negerinya." Selanjutnya untuk mendukung ayatayat tersebut, dalam ayat 3 ditegaskan asas untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang melandasi kewenangan dan tindakan pemerintah suatu negara, yaitu "kehendak rakyat hendaknya menjadi dasar kewenangan pemerintah; kehendak ini hendaknya dinyatakan di dalam pemilihan-pemilihan sejati dan periodik (periodik) yang bersifat umum dengan hak pilih yang sama dan hendaknya diadakan dengan pemungutan suara rahasia atau melalui prosedur pemungutan suara bebas". Pernyataan umum Hak Asasi Manusia PBB pasal 21 khususnya ayat 3 tersebut merupakan penegasan asas demokrasi yaitu bahwa kedaulatan rakyat harus mejadi dasar bagi kewenangan pemerintah dan kedaulatan rakyat melalui suatu pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, dan rahasia. 2. Pemilihan umum merupakan perwujudan nyata demokrasi dalam praktek bernegara masa kini

(modern) karena menjadi sarana utama bagi rakyat untuk menyatakan kedaulatannya atas negara dan pemerintah. Pernyataan kedaulatan rakyat tersebut diwujudkan dalam proses pelibatan masyarakat untuk menentukan siapa-siapa saja yang harus menjalankan dan di sini lain mengawasi pemerintahan negara. Karena itu, fungsi utama bagi rakyat adalah "untuk memilih dan melakukan pengawasan terhadap wakil-wakil mereka".

1.2. Mengapa Kita Perlu Pemilu? Pemilihan umum dalam sebuah negara yang demokratis menjadi kebutuhan yang tidak terelakan. Melalui pemilihan umum, rakyat yang berdaulat memilih wakil-wakilnya yang diharapkan dapat memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya dalam suatu pemerintahan yang berkuasa. Pemerintahan yang berkuasa sendiri merupakan hasil dari pilihan maupun bentukan para wakil rakyat tadi untuk menjalankan kekuasaan negara. Tugas para wakil pemerintahan yang berkuasa adalah melakukan kontrol atau pengawasan terhadap pemerintah tersebut. Dengan demikian, melalui pemilihan umum rakyat rakyat akan selalu dapat terlibat dalam proses politik dan, secara langsung maupun tidak langsung menyatakan kedaulatan atas kekuasaan negara dan pemerintah melalui para wakil-walilnya. Dalam tatanan demokrasi, Pemilu juga menjadi mekanisme/cara untuk memindahkan konflik kepentingan dari tataran masyarakat ke tataran badan perwakilan agar dapat diselesaikan secara damai dan adil sehingga kesatuan masyarakat tetap terjamin. Hal ini didasarkan pada perinsip bahwa dalam sitem demokrasi, segala perbedaan atau pertentangan kepentingan di masyarakat tidak boleh diselesaaikan dengan cara-cara kekerasan atau ancaman kekerasan, melainkan melalui musyawarah (deliberition). Tugas wakil-wakil rakyaat adalah melakukan musyawarah mengenai kepentingankepentingan yang berbeda-beda agar tercapai apa yang disebut sebagai kepentingan umum yang nantinya kemudian dirumuskan dalam kebijakan umum.

1.3. Apa itu Pemilu yang LUBER dan Jurdil? Pemilu yang LUBER dan Jurdil mengandung pengertian bahwa pemilihan umum harus diselenggarakan secara demokratis dan transparan, berdasarkan pada asaas-asas pemilihan yang bersifat langsung, umum, bebas dan rahasia, serta jujur dan adil: 3.1 Langsung berarti rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara; 3.2 Umum berarti pada dasarnya semua warganegara yang memenuhi persyaratan minimal dalam usia , yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah/pernah kawin berhak ikut memilih dalam pemilihan umum. Warganegara yang sudah berumu 21 (dua puluh satu) tahun berhak di-pilih. Jadi, pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara yang telah memenuhi persyaratan tertentu tanpa diskriminasi (pengecualian) berdasar acuan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, dan status sosial; 3.3 Bebas berarti setiap warganegara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Di dalam melaksanakan haknya, setiap warganegara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya;

3.4 Rahasia berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pemilihnya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan papun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada suaranya diberikan. Asas rahasia ini tidak berlaku lagi bagi pemilih yang telah keluar dari tempat pemungutan suara dan secara sukarela bersedia mengungkapkan pilihannya kepada pihak manapun; 3.5 Jujur berarti dalam menyelenggarakan pemilihan umum; penyelenggaraan/ pelaksana, pemerintah dan partai politik peserta Pemilu, pengawas dan pemantau Pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; 3.6 Adil berarti dalam menyelenggarakan pem,ilu, setiap pemilih dan partai politik peserta Pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

1.4. Mengapa Pemilu Harus Berlangsung Secara LUBER dan Jurdil? Pemilihan umum yang LUBER dan Jurdul dibutuhkan semua pihak, baik itu pemerintah, partai politik, masyarakat, serta kalangan internasional. Hal ini mengingat pemilihan umum akan menghasilkan para wakil rakyat, yang akan membetuk pemerintahan yang ebrkuasa secara absah. Ini berarti pemilihan umum berfungsi pula sebagai sarana untuk melakukan pengertian pemeritnahan secara wajar dan damai. Keabsahan pemerintah dan pergantian pemerintah secara wajar dan damai hanya dapat dijamin jika hasil Pemilu dapat diterima dan dihorati oleh pihak yang menang maupun pihak yang kalah, serta rakyat dan dunia internasional pada umumnya. Hasil Pemilu yang diterima dan dihormati semua pihak hanya bisa diperoleh melalui penyelenggaraan Pemilu yang LUBER dan Jurdil dapat menghasilkan kepastian dan ketenangan yang akan menjadi landasan kuat bagi terciptanya stabilitas dalam tatanan demokrasi. Pemilu yang LUBER dan Jurdil juga akan dapat mengurangi, atau bahkan menghilangkan kecurigaan, prasangka, maupun tuduhan-tuduhan dari suatu pihak lain yang terlibat langsung dalam proses Pemilu.

1.5. Bagaimana Mewujudkan Pemilu yang LUBER dan Jurdil? Untuk mewujudkan Pemilu yang LUBER dan Jurdil, dibutuhkan persyaratan minimal, diantaranya adalah: Peraturan perundangan yang mengaatur Pemilu harus tidak membuka peluang bagi terjadinya tindak kecurangan maupun menguntungkan satu atau beberapa pihak tertentu; Peraturan pelaksanaan Pemilu yang memuat petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan Pemilu harus tidak membuka peluang bagi terjadinya tindak kecurangan maupun menguntungkan satu atau beberapa pihak tertentu; Badan/lembaga penyelenggara Pemilu harus bersifat mandiri dan independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan atau partai politik peserta Pemilu baik dalam hal kebijakan maupun operasionalnya, serta terdiri dari tokoh-tokoh yang kreadibilitasnya tidak diragukan;

Panitia Pemilihan Umum di tingkat nasional maupun daerah harus bersifat mandiri dan independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan atau partai politik peserta Pemilu baik dalam hal kebijakan maupun operasionalnya, serta terdiri dari tokoh-tokoh yang kreadibilitasnya tidak diragukan. Keterlibatan aparat pemerintahan dalam kepanitiaan Pemilu sebatas pada dukungan teknis operasional dan hanya bersifat administratif; Partai politik peserta Pemilu memiliki kesiapan yang memadai untuk terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu, khususnya yang berkaitan dengan kepanitiaan Pemilu serta kemampuan mempersiapkan saksi-saksi di tempat-tempat pemungutan suara; Lembaga/organisasi/jaringan pemantauan Pemilu harus terlibat aktif dalam setiap proses dan tahapan Pemilu disemua tingkatan diseluruh wilayah pemilihan untuk memantau perkembangan penyelenggaraan Pemilu; Anggota masyarakat luas baik secara perorangan dan kelompok, maupun yang berhimpun dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan harus aktif dalam memantau setiap perkembangan penyelenggaraan Pemilu di daerahnya masing-masing; Insan pers dan media massa harus memberikan perhatian secara khusus pada setiap perkembangan penyelenggaraan Pemilu, supaya setiap perkembangan yang ada dapat segera dapat diberitakan kepada anggota masyarakat luas; Memupuk kesadaran politik setiap warganegara supaya semakin sadar akan hak politiknya dalam Pemilu dan semakin memiliki kematangan dan kedewasaan politik sehingga tidak mudah untuk dipaksa, diancam, dibeli, maupun dipengaruhi dengan cara-cara yang tidak wajar untuk memilih, atau berbuat kecurangan yang menguntungkan, pihak-pihak tertentu. Pengertian Pemilu Menurut UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilu. Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam negara kesatuan RI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. [Read Post] 30 Jun 2009, 21:50 |

More from Pemilihan Umum : Pemilu Pemilu adalah suatu proses di mana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang disini beraneka-ragam, mulai dari Presiden, wakil rakyat di pelbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada ko...

Anda mungkin juga menyukai