Anda di halaman 1dari 32

STUDI PEMBANGUNAN PASAR IKAN HIGIENIS (PIH)

DI KOTA BANDAR LAMPUNG


I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Propinsi Lampung memiliki panjang pantai 1.105 km
2
dan luas wilayah pesisir sekitar
16.625,3 km
2
merupakan salah satu propinsi dengan keragaman potensi sumberdaya kelautan dan
perikanan yang cukup besar. Keragaman potensi tersebut meliputi sumberdaya ikan, rumput laut,
teripang, ubur-ubur, udang, kerang hijau, kepiting, dan sumberdaya perikanan lainnya yang
tersebar di sepanjang perairan Pantai Barat, Pantai Timur, Teluk Lampung dan Teluk Semangka.
Selain wilayah pesisir, propinsi Lampung juga memiliki berbagai jenis perairan umum seperti
sungai, rawa, waduk, dan danau yang juga mengandung potensi perikanan air tawar yang cukup
tinggi. Dengan luas wilayah perairan yang demikian diharapkan sektor perikanan dapat dijadikan
unggulan sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD) Propinsi Lampung.
Propinsi Lampung memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup tinggi, namun
tingkat konsumsi ikan rata-rata per kapita penduduknya masih di bawah jumlah yang dianjurkan.
Konsumsi ikan rata-rata per kapita penduduk Lampung pada tahun 2003 sebesar 24,8
kg/kapita/tahun, sedangkan jumlah yang dianjurkan adalah 26,55 kg/ kapita/tahun. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsumsi ikan adalah melalui perbaikan
pelayanan di tingkat konsumen.
Di sisi lain konsumen hasil perikanan di Propinsi Lampung masih belum terlayani
kebutuhannya secara optimal. Hal ini dikarenakan model pemasaran ikan di Lampung masih
tersebar pada berbagai tempat yang berbeda dengan sarana pemasaran sebagian besar masih
berupa pasar tradisional yang kondisinya kumuh, becek, dan bau. Demikian pula standar teknis
mutu serta higienis hasil perikanan belum secara optimal diterapkan sehingga tidak menunjang
masyarakat berminat mengkonsumsi ikan, padahal perkembangan ke depan tuntutan penerapan
standar teknis mutu dan higienis merupakan kebutuhan mutlak bagi perlindungan konsumen.
Berdasarkan hal tersebut maka di Propinsi Lampung pada tahun 2005 akan segera
dibangun sarana dan prasarana pemasaran hasil perikanan yang memenuhi kriteria Pedoman
Perencanaan dan Petunjuk Teknis Pusat Pemasaran Hasil Laut dan Ikan Terpadu (PPHLIT).
Kawasan pemasaran terpadu ini diharapkan mampu menyediakan Iasilitas yang relatiI lengkap
untuk kebutuhan promosi dan inIormasi serta display penjualan hasil perikanan yang memenuhi
standar teknis mutu dan higienis yang diwujudkan dalam bentuk Pasar Ikan Higienis (PIH). PIH
yang akan dibangun harus dapat memenuhi konsep good and link manufacturing practice, di
mana komoditas perikanan yang tersedia ditangani dan ditampilkan dengan kondisi yang bagus
dan terjamin mutunya, sehingga siapa pun konsumen yang datang ke PIH akan mendapatkan
jaminan. Adapun calon lokasi pasar ikan higienis tersebut terletak di Lempasing. Tujuan
dibangunnya Pasar Ikan Higienis adalah :
Menyediakan sarana pemasaran hasil perikanan yang memenuhi kriteria teknis mutu.
Meningkatkan pelayanan serta perlindungan kepada konsumen hasil perikanan.
Meningkatkan konsumsi ikan masyarakat.
Pembangunan pasar ikan higienis merupakan kegiatan yang diduga akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan, baik pada tahap prakonstruksi, tahap konstruksi, maupun tahap
pasca konstruksi/operasi. Dampak terhadap lingkungan tersebut dapat terjadi apabila sistem
pengelolaan dan pemantauan lingkungan tidak tepat, sehingga dapat terjadi pencemaran air,
pencemaran tanah, serta berbagai masalah sosial, sehingga rencana pembangunan pasar ikan
higienis diwajibkan untuk :
a. Menerapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.
b. Mematuhi setiap peraturan dan ketentuan lindungan lingkungan yang berlaku.
c. Menggalakkan kegiatan perlindungan lingkungan dalam rangka memperkecil dampak
negatiI akibat kegiatan usaha.
d. Menciptakan kondisi kerja yang aman, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
e. Menggalang kemampuan dalam menanggulangi kejadian pencemaran, kecelakaan kerja
atau keadaan darurat yang terjadi
I. Mendidik dan melatih karyawan serta kontraktor tentang aspek LK3.
g. Menciptakan dan memeliharan hubungan harmonis dengan masyarakat di sekitar kegiatan
usaha, serta bersikap tanggap apabila timbul masalah yang berlaitan dengan dampak
akibat kegiatan usaha.

1.2 TU1UAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. MengidentiIikasi lokasi kegiatan pembangunan Pasar Ikan Higienis yang meliputi kualitas
lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat, serta persepsi masyarakat
tentang keberadaan pasar ikan tersebut.
b. MengidentiIikasi rencana kegiatan pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) Lempasing
terutama yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
c. Memprediksi terjadinya dampak terhadap komponen lingkungan sebagai akibat kegiatan
pembangunan Pasar Ikan Higienis (PIH) Lempasing
d. Menyusun upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan

















II. METODE

2.1 WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan dilakukan pada bulan Agustus-September 2011 di sekitar lokasi yang
direncanakan akan dibangun Pasar Ikan Higienis, yaitu di Lempasing. Lokasi tersebut terletak
dekat dengan lokasi Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing, yang secara administrasi terletak di
Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung. Dari pusat kota ke lokasi ini berjarak
lebih kurang 3 km, dan terletak di pinggir jalan kabupaten yang menuju ke arah Kecamatan
Padang Cermin, Lampung Selatan (Gambar 1). Luas lahan yang disediakan untuk rencana
pembangunan PIH Lempasing beserta sarana dan prasarana pendukungnya tersebut lebih kurang
1,6 ha.

2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini mencakup beberapa sarana pengukuran
lapangan, seperti theodolite, kompas, alat-alat pengukur kualitas air, current meter, kamera,
seperangkat kuisioner dan beberapa alat lainnya.
2.3 Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperoleh dapat dibedakan atas data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diukur secara langsung, seperti kualitas air dan udara. Data
sekunder umumnya merupakan data penunjang yang telah tersedia di dinas/instansi terkait,
seperti data produksi perikanan, kebijakan pemerintah setempat, data kependudukan, sosial
ekonomi dan budaya, dan data lainnya. Dalam penelitian ini beberapa data utama merupakan
data sekunder yang telah tersedia di Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Lampung, seperti
data situasi (topograIi) lokasi PIH, data analisis tanah, dan data lainnya yang telah diukur oleh
pihak konsultan.
3. DESKRIPSI WILAYAH STUDI
Deskripsi wilayah studi yang diamati meliputi inIormasi kualitas lingkungan dan kondisi
sosial, ekonomi dan budaya, termasuk juga persepsi mayarakat terhadap keberadaan Pasar Ikan
Higienis yang akan dibangun. InIormasi kualitas lingkungan yang diamati pada lokasi kegiatan
pembangunan meliputi kualitas air, tanah, udara, kebisingan, Ilora dan Iauna. InIormasi tentang
kehidupan sosial ekonomi budaya masyarakat setempat dan persepsi masyarakat terhadap
keberadaan PIH Lempasing perlu diketahui untuk memperoleh gambaran tentang kondisi sosial
masyarakat saat ini dan memprediksi manIaat yang diperoleh dengan adanya rencana kegiatan
tersebut.










3.1 KUALITAS AIR
3.1.1 Sumber Air Bersih
Survei sumber air di lokasi PIH Lempasing berasal dari air PDAM, air sumur dangkal,
dan air laut. Hasil survei kualitas air yang berasal dari air sumur dangkal menunjukkan bahwa
ketersediaan air sangat melimpah pada kedalaman 3-5 m, namun air tersebut mengandung sedikit
garam (salinitas 1,2 ) sehingga tidak layak digunakan sebagai air bersih untuk memasak
ataupun untuk mengisi bak/akuarium ikan air tawar. Dengan demikian air dari sumur dangkal ini
hanya dapat diperuntukkan sebagai air saniter kamar mandi/wc dan pembersihan/
penggelontoran kios.
Air yang berasal dari PDAM memiliki kualitas yang layak digunakan sebagai air bersih
untuk keperluan memasak di rumah makan. Secara lengkap, hasil pengujian kualitas air disajikan
pada Tabel 1 berikut:
N
o
Parameter Kualitas Air Baku Mutu`)
PDAM Sumur dangkal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
pH
Kesadahan (ppm)
Salinitas ()
Turbiditas (NTU)
Konduktivitas (hos/cm)
Nitrat (ppm)
Nitrit (ppm)
Zat organik (ppm)
Fe (ppm)
Total Dissoved Solid (ppm)
Cl (ppm)
Na (ppm)
SO
4
(ppm)
7,78
12,4
0,00
2,90
16,3
0,86
0,02
0,015
0,002
12,0
26,2
15,2
1,45
7,53
18,2
1,20
1,23
230,0
1,45
0,16
0,096
0,016
42,0
148,0
56,0
9,24
6-9
-
-
-
-
10
0,06
-
0,3
1000
-
-
400
Sumber data: PT Piramida Eng. Conslt. (2004)
Keterangan: *) Baku mutu berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air (untuk air Kelas I)

3.2. AIR LIMBAH
Pengambilan contoh air limbah dilakukan terhadap air buangan yang berasal dari pasar
ikan di TPI Lempasing yang lokasinya berdekatan (bersebelahan) dengan rencana pembangunan
PIH Lempasing. Tipe limbah yang dihasilkan dari TPI Lempasing diduga akan mempunyai
karakteristik yang sama pada limbah yang nantinya akan dihasilkan oleh PIH Lempasing. Dari
hasil analisis laboratorium diketahui bahwa air limbah yang berasal dari TPI Lempasing
memiliki kandungan BOD dan COD yang sangat tinggi. Demikian juga dengan TDS, NH
3
dan
H
2
S, sehingga memerlukan penanganan khusus dalam pengelolaannya. Secara rinci, hasil
pengukuran air limbah disajikan dalam Tabel 3 berikut.




Tabel 3. Kondisi Limbah di TPI Lempasing
3.3 TANAH
Berdasarkan Peta Geologi Propinsi Lampung skala 1:250.000 dapat diketahui bahwa
Iormasi geologi di wilayah Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung termasuk
dalam Iormasi kuarter dengan tipe batuan andesit muda (Qhv), yaitu bahan induk batuan tuI
No. Parameter Kualitas Air Nilai Pengukuran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
pH
Kesadahan (ppm)
Salinitas ()
Turbiditas (NTU)
BOD (ppm)
COD (ppm)
TDS (ppm)
NH
3
(ppm)
H
2
S (ppm)
7,03
25,67
20,7
109,0
5340
10600
4230
4540
2610
andesit atau lava andesit. Selain itu terdapat juga endapan aluvial dan marin (Qal) yang dijumpai
sepanjang sungai-sungai utama, dataran rendah pantai dan pelembahan sungai.
Dari hasil pengukuran tanah yang dilakukan pada lokasi PIH Lempasing diketahui beberapa hal
seperti yang tertera pada Tabel 4.

3.4 KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN
3.4.1 Kualitas Udara
Pengamatan kualitas udara dilakukan pada lokasi PIH Lempasing yang dapat
menggambarkan kondisi awal sesungguhnya terhadap kemungkinan dampak nantinya setelah
operasional. Pengukuran kualitas udara dilakukan di tengah lokasi PIH Lempasing. Hasil
pengukuran dapat dilihat pada Tabel 5.





Tabel 5. Data hasil analisis laboratorium terhadap kualitas udara
No Parameter BML Dasar Hasil
1.
2.
3.
4.
5.


6.
7.
8.
9.
10.
11.
Parameter Fisika:
Suhu (
o
C)
Kelembaban (RH)
Kecepatan angin (m/det)
Arah angin
Partikel debu (g/m
3
)

Parameter Kimia:
NO
2
(g/m
3
)
SO
2
(g/m
3
)
CO (g/m
3
)
NH
3
(g/ m
3
)
H
2
S (g/ m
3
)
Oksidan/O
3
(g m
3
)
Kebisingan (dB A)
-
-
-
-
230





400
900
30.000
1360
42
-
70
-
-
-
-






PP No.41 tahun
1999
PP No. 41 Tahun
1999
-
-
Kep. Men.LH
No.02 tahun
1988
Kep. Men.LH
No.02 tahun
1988
-
Kep. Men.LH
No.48 tahun
1996
32
79
2,5-9,6
Barat
59,13





1,44
0,10
479
11,53
2,00
6,77
46 - 50

Pencemaran udara dideIinisikan masuknya atau dimasukannya suatu zat, energi maupun
komponen lain ke dalam udara oleh adanya kegiatan manusia, yang mengakibatkan perubahan
kualitas udara ambien sampai ke tingkat tertentu yang berakibat akan mengganggu
keseimbangan ekosistem yang ada di sekitarnya. Hasil analisis kualitas udara ambien di
laboratorium menunjukkan indikasi secara umum bahwa kualitas udara pada lokasi rencana
pembangunan PIH Lempasing, masih berada dibawah Nilai Baku Mutu lingkungan yang
berdasarkan pada Kep. Men. LH No. 02 Tahun 1988 dan PP No. 41 Tahun 1999.

3.4.2 Kebisingan
Kebisingan (noise) dideIinisikan sebagai suara/bunyi yang tidak diinginkan dari suatu
kegiatan pada tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan
kenyamanan lingkungan, khususnya pada sistem pendengaran manusia. Tingkat kebisingan
merupakan ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan desibel dengan notasi dBA, sedangkan
Baku Tingkat Kebisingan merupakan batas maksimum kebisingan yang diperboleh-kan untuk
diradiasikan ke lingkungan dari suatu kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan di sekitarnya.
Analisis tingkat kebisingan dilakukan dengan metode pengukuran sesaat pada lokasi
rencana pembangunan PIH Lempasing bersamaan pengukuran kualitas udara. Dari hasil analisis
menunjukkan bahwa kualitas kebisingan di lokasi rencana kegiatan masih di bawah batas Baku
Mutu Kebisingan yang besarnya 46-50 dBA (Tabel 5). Mengingat bahwa Kep. Men. LH No. 48
Tahun 1996 menyatakan baku mutu lingkungan untuk parameter kebisingan yang
direkomendasikan maksimal 70 dBA. Bila melebihi batas tersebut, akan menimbulkan gangguan
pendengaran pada masyarakat di sekitar proyek.

3.5 FLORA DAN FAUNA
3.5.1 Flora
Jenis-jenis Ilora yang terdapat di sekitar lokasi studi dikelompokkan berdasarkan
kelompok pohon berkayu, semak, dan terna. Jumlah jenis Ilora yang ada di sekitar lokasi studi
tidak banyak, seperti yang tertera pada Tabel 6, hanya ada 4 jenis pohon berkayu, yaitu kersen,
petai cina, jarak cina dan kedondong. Jenis terna yang ada hanya 2 jenis, yaitu pepaya dan
pisang. Pepaya dan pisang merupakan jenis yang dominan karena sebagian lokasi studi
dimanIaatkan oleh penduiduk untuk ditanami pepaya dan pisang. Jenis yang hampir menutupi
permukaan sebagian lokasi studi adalah semak, seperti rumput, alang-alang, dan putri malu.
Tabel 6. 1enis-jenis flora yang terdapat di sekitar tapak proyek
Nama Daerah Nama Latin 1umlah Keterangan
Kersen
Petai Cina
Kedondong
Jarak cina
Alang-alang
Rumput
Putri malu
Pepaya
Pisang
Kangkungan
Cabe
Waluh
Suluran
untingia calabora
Leucaena glauca
Spondias sp
Ricinus communis
Imperata cylindrica
Panicum maximum
imosa podica
Carica papaya
usa paradisiacal
Ipomoea sp
Capcicum anuum
Cucurbita moschata
icania sp
2
8
1
2
t.d
t.d
t.d
39
10
t.d
t.d
t.d
t.d
Pohon berkayu
Pohon berkayu
Pohon berkayu
Pohon berkayu
Semak
Semak
Semak
Terna
Terna
Semak
Semak
Semak
Semak
Sumber data : Hasil Pengamatan / pencatatan di lapangan
Ket. : t.d tidak dihitung

3.5.2 Fauna
Jenis-jenis Iauna yang terdapat di sekitar lokasi studi tidak terlalu banyak, umumnya jenis
Iauna terrestrial, tidak ditemukan Iauna akuatik, karena tidak ada sungai atau selokan, kecuali
ada cekungan yang ada sedikit genangan air, yang hanya di temukan jenis amphibia. Di lokasi
tersebut hanya ada beberapa jenis aves atau burung, reptilia dan amphibia yang ditemukan
melalui pengamatan langsung yang jenisnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Jenis burung atau aves berdasarkan pengamatan 1 hari penuh di sekitar lokasi studi hanya
ditemukan 5 jenis. Burung gereja berjumlah 8 ekor. Burung sriti tidak sempat dihitung dan
jumlahnya cukup banyak terbang di sekitar lokasi. Jumlah burung perkutut, prenjak coklat dan
prenjak bergaris masing-masing 3, 1, dan 2 ekor . Untuk jenis reptile banyak ditemukan kadal
dan hanya 1 ekor bunglon yang saat itu hinggap di pohon kersen. Sedangkan jenis amphibi yang
ada di cekungan berair ditemukan 2 ekor kodok dan disemak-semak ditemukan 3 ekor katak.
Masih ditemukan beberapa belalang yang hidup di semak-semak.
Tabel 7. 1enis-jenis fauna terestrial yang ada dilokasi studi
No Nama Daerah Nama Latin 1umlah

1
2
3
4
5

6
7

8
9
A. Aves / Burung
Perkutut
Prenjak coklat
Prenjak bergaris
Sriti
Gereja
B. Reptilia
Kadal
Bunglon
C. Amphibia
Kodok
Katak
eophelia striata
uscicapa latirotris
Prioniapolycroa
Hirudo tahtica
Passer ontan
abouya multifasciata
Calotes fubatus
Bufo bufo
Rana rana
3
1
2
t.d
8
2
1
2
3

3.6 . KONDISI SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA
Kecamatan Teluk Betung Barat yang memiliki luas wilayah sebesar 27.160 ha dengan
jumlah penduduk sebesar 49.197 jiwa dengan 8 wilayah desa. Jumlah penduduk di Kecamatan
Teluk Betung Barat dan kepadatan penduduk per desa, cukup bervariasi dengan rata-rata jumlah
penduduk sebanyak 6.150 jiwa dalam kisaran terendah yakni sejumlah 3.286 jiwa yang terdapat
di Desa Perwata dan tertinggi yakni sejumlah 17.317 jiwa yang terdapat di Desa Kota Karang.
Kepadatan penduduk per desa di Kecamata Teluk Betung Barat yang dihitung berdasarkan
jumlah penduduk dibagi luas wilayah memiliki kisaran terendah, yaitu 46 jiwa /km
2
di desa N O
Gading dan tertinggi sejumlah 1.088 jiwa/km
2
di Desa Kota Karang.
Tabel 8. Kepadatan Penduduk per Desa di Kecamatan Teluk Betung Barat 2001
No Kelurahan Luas Wilayah
( ha )
1umlah
Penduduk (jiwa)
Kepadatan
(jiwa/ha)
1 Sukamaju 550 4.052 131
2 Keteguhan 256 7.061 966
3 Kota Karang 80 17.317 1.088
4 Perwata 40 3.286 391
5 Bakung 120 3.777 471
6 Kuripan 84 4.864 76
7 N O Gading 240 4.730 46
8 Sukajaya 310 4.110 207
1umlah 27.160 49.197 3.376
Sumber : Kecamatan Teluk Betung Barat Dalam Angka 2001
Komposisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Teluk Betung
Barat adalah jumlah penduduk laki-laki mencapai 25.053 jiwa, sedangkan penduduk perempuan
berjumlah 24.144 jiwa; sehingga rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah 103,76.
Berdasarkan struktur umur, diketahui bahwa penduduk kelompok umur 15-19 tahun dan 10-14
tahun merupakan kelompok terbesar, yaitu masing-masing berjumlah 6.602 jiwa dan 6.018 jiwa.
Kondisi budaya masyarakat dapat dilihat sebagai berikut: agama yang dianut oleh
sebagian besar penduduk adalah agama Islam (95,60) dengan jumlah jiwa 47.032. Agama
lainnya adalah: Katolik (555 jiwa), Protestan (691 jiwa), Hindu (149 jiwa), Budha (739 jiwa),
dan lainnya (31 jiwa). Heterogenitas penduduk berdasarkan suku bangsa dapat diketahui bahwa
sebagian besar penduduknya adalah Suku Jawa yang mencapai 14.207 jiwa (28.88). Suku
Lampung terdiri dari suku Peminggir, Pepadun dan Abung Bunga Mayang hanya 9.103 jiwa
(18,50), suku Sunda Priangan berjumlah 9.840 jiwa, Melayu Semendo berjumlah 14 jiwa,
Banten 4.685 jiwa, Melayu Palembang 876 jiwa, dan selebihnya, yaitu sejumlah 10.472 jiwa,
dikelompokkan dalam suku lainnya.
Kualitas sumberdaya manusia yang terdapat di Kecamatan Teluk Betung Barat dapat
diketahui dari tingkat pendidikan. Mayoritas penduduk adalah tamatan SD (16.033 jiwa) dan
tidak/belum tamat SD (11.883 jiwa). Jumlah penduduk yang menamatkan pendidikan hingga ke
perguruan tinggi hanya 267 jiwa. Selebihnya adalah tamatan SMP (8.383 jiwa), SLTA (6.905
jiwa), Diploma I/II (234 jiwa), dan Akademi/DIII (239 jiwa).
Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja mencapai 20.494 jiwa, sedangkan
yang dikelompokkan bukan angkatan kerja adalah 11.983 jiwa. Dari kelompok angkatan kerja
tersebut, diketahui bahwa 19.661 jiwa telah bekerja, sedangkan sisanya 833 sedang mencari
kerja. Dengan demikian besarnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mencapai 63,10 dan
Tingkat Pengangguran Terbuka mencapai 4,42.

3.7 PERSEPSI MASYARAKAT
Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi yang telah dilakukan oleh CV Piramida Eng.
Conslt. pada bulan September 2004 dalam rangka rekomendasi lokasi rencana pembangunan
pasar ikan higienis diperoleh gambaran tentang persepsi masyarakat sekitar Kota Bandar
Lampung terhadap keberadaan pasar ikan higienis (PIH).
Responden yang diwawancarai adalah kelompok pedagang dan konsumen di dua jenis
pasar yang berbeda, yakni pasar tradisional dan pasar swalayan. Lokasi pasar tradisional yang
dipilih adalah: Pasar Lelang Ikan Lempasing, Pasar Bambu Kuning/SMEP, dan Pasar Koga;
sedangkan pasar swalayan yang dipilih adalah AlIa, Gelael, dan Matahari (di Jl. Kartini).
Hasil survei tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut:
Pedagang ikan di pasar ikan Lempasing yang setuju dengan pembangunan PIH sekitar 80
dengan catatan bahwa biaya untuk mendapatkan kios tidak mahal dan suasana benar-benar
nyaman sehingga pembeli akan lebih banyak. Para pedagang ikan di Pasar Koga dan Pasar
Bambu Kuning sebagian kecil (20) tidak setuju dengan alasan dapat mengurangi
pendapatan mereka; sedangkan sisanya (80) tidak menjawab.
Konsumen di pasar ikan tradisional Lempasing menyatakan setuju (100) dengan catatan
bahwa harga ikan tidak akan berbeda jauh dengan harga saat ini dan karena Iaktor
kenyamanan yang ditawarkan. Konsumen di Pasar Bambu Kuning dan Pasar Koga sekitar
70 setuju dan 30 tidak menjawab. Alasan mereka setuju karena Iaktor kenyamanan saat
berbelanja sekaligus dapat berekreasi bersama keluarga.
Konsumen ikan di pasar swalayan sebagian besar (100) menyatakan setuju dengan
pembangunan PIH dengan alasan akan mendapatkan kenyamanan saat berbelanja dan
membeli ikan yang terjamin mutu dan kualitasnya.


III. RENCANA PEMBANGUNAN PASAR IKAN HIGIENIS

3.1 SARANA DAN PRASARANA
Rencana pembangunan Pasar Ikan Higienis Lempasing meliputi gedung 3 lantai yang
dilengkapi dengan berbagai Iasilitas dan sarana pendukung, seperti kantor pengelola pasar, pos
retribusi, pos satpam, ruang genset, rumah pompa, jalan akses, saluran drainase, bak sampah,
instalasi pengolahan limbah, restoran/caIe, mini market, dan jasa keuangan/ perbankan.
Bangunan Pasar Ikan Higienis Lempasing akan dibuat dalam 3 lantai yang terdiri dari
lantai basement seluas 809,75 m
2
yang terdiri dari kios grosir ikan sebanyak 7 lokal dengan luas
masing-masing lokal 4x5 m
2
, laboratorium kualitas ikan dengan luas 8x5 m
2
, toilet seluas 8x4
m
2
, dan selebihnya merupakan lokasi pedagang tradisional dengan kapasitas lebih kurang 200
pedagang. Pada lantai bawah seluas 809,75 m
2
akan dibangun ruang staI administrasi berukuran
6x5 m
2
, ruang kepala UPT 4x4 m
2
, gudang 4x3 m
2
, cold storage 6x4 m
2
, ruang reIrigerator 4x3
m
2
, ruang penerimaan ikan segar 6x4 m
2
, locker dan toilet 4x8 m
2
, ruang sortir ikan 4x2 m
2
, dan
selebihnya merupakan lokasi penjualan ikan pedagang modern yang terdiri dari bak akuarium
ikan hidup, meja penyayatan ikan, meja pajang ikan olahan, serta kasir dan ruang pengepakan.
Lantai atas seluas 794,12 m
2
direncanakan akan digunakan sebagai ruang restoran terbuka
serta minimarket. Restoran terbuka terdiri dari stand ikan hidup dan akurium, tempat
pembakaran ikan, tempat saji masakan, gudang, tempat masak, ruang staI, ruang manajer
restoran, ruang utility, ruang reIrigerator, toilet, locker, dan washbasin.
Beberapa sarana yang diperlukan untuk arus barang di pasar ikan higienis meliputi: area
parkir, area bongkar muat, lantai bongkar muat, alat bantu angkut, pelindung sinar matahari,
penerangan, alat timbang, bak penampung ikan, bak sampah, air bersih (mengandung antiseptik),
bak penyimpan dan gudang peralatan. Sarana penyimpanan dilengkapi dengan Iasilitas
pendukung berupa ruang penyimpanan, alat bantu angkut, alat bantu angkat dan susun, alat
pendingin, es curai, dan penerangan.
Lokasi persiapan penjualan dilengkapi dengan meja ruang sortasi, alat timbang, alat
labelisasi, es curia, air bersih, bak sampah dan penerangan. Tempat pajangan (show room)
dilengkapi dengan tempat display, pendingin (untuk ikan segar), dan kolam (untuk ikan hidup),
tempat untuk membersihkan, alat timbang, es curai, meja transaksi, meja pengepakan, bak
sampah, air bersih dan penerangan.

4.2 SKALA USAHA
Pasar Ikan Higienis Lempasing bergerak di bidang pemasaran hasil perikanan.
Komoditas perikanan yang diperjualbelikan diperkirakan dapat mencapai 1.400 ton per tahun
atau 3,84 ton per hari. Berdasarkan perkiraan volume transaksi tersebut, maka PIH Lempasing
merupakan salah satu Pusat Pemasaran Hasil Laut dan Ikan Terpadu (PPHLIT) skala besar di
Indonesia, setara dengan Denpasar (3 ton/hari) dan Batam (2 ton/hari). Sebagai perbandingan,
Jakarta dan Surabaya merupakan model PPHLIT Metro dengan perkiraan volume transaksi
masing-masing 20 ton/hari dan 10 ton/hari.

4.3 GARIS BESAR RENCANA USAHA
4.3.1 Pra Konstruksi
A). Pembebasan Lahan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan PIH Lempasing tidak ada kegiatan
pembebasan lahan karena kegiatan ini dilaksanakan di atas lahan milik Pemerintah Daerah
(Pemda) Propinsi Lampung yang terletak di Lempasing.
B). Detail Desain dan Studi Kelayakan
Pelaksanaan detail desain yang meliputi berbagai pengukuran lapangan hingga
pembuatan denah bangunan PIH Lempasing sudah selesai dilaksanakan dengan melibatkan
konsultan swasta. Demikian juga dengan feasibility study (studi kelayakan) dan studi banding
pasar ikan higienis di beberapa kota besar di Indonesia (PIH Pejompongan Jakarta dan PIH
Pandaan Surabaya).
C). Perijinan
Pelaksanaan kegiatan pembangunan PIH Lempasing direncanakan akan dilakukan pada
pertengahan tahun 2005. Hingga saat ini perijinan (SIUP, SITU, IMB, dan lain-lain) belum
diajukan kepada dinas/instansi terkait. Direncanakan perijinan akan diproses pada tahun 2005
saat akan dilakukan pelaksanaan pembangunan PIH.
4.3.2 Tahap Konstruksi
Pekerjaan konstruksi pembangunan PIH Lempasing dan Iasilitas penunjang lainnya
dilaksanakan oleh kontraktor yang akan ditunjuk melalui proses tender. Pekerjaan konstruksi
mencakup beberapa tahap yaitu :
a. Rekrutmen tenaga kerja
b. Pekerjaan persiapan: mobilisasi dan demobilisasi, pembuatan pagar pengaman proyek,
pembuatan direksikeet dan gudang bahan, pembersihan lapangan, pengukuran,
penyediaan air dan listrik.
c. Pekerjaan Bangunan, yang meliputi:
Pekerjaan sarana dan prasarana: pembangunan pos jaga, pembangunan pagar
keliling, pekerjaan pasangan paving blok, pembangunan taman lengkap.
Pekerjaan tanah: pekerjaan galian tanah basement , galian pondasi dan slooI, urugan
kembali pondasi dan slooI, dan peninggian tanah pelataran depan.
Pekerjaan pondasi.
Pekerjaan penahan tanah: pasangan batu belah hitam, plesteran, pasangan batu bata
Pekerjaan struktur beton yang meliputi basement, lantai 1 dan lantai 2.
Pekerjaan atap.
Pekerjaan pasangan yang meliputi basement, lantai 1 dan lantai2.
Pemasangan kusen pintu, jendela dan jalusi.
Pekerjaan pengecatan, pemasangan instalasi listrik dan instalasi air.

4.3.3 Tahap Operasi
Seperti halnya kegiatan di pasar lainnya, kegiatan utama PIH Lempasing adalah sebagai
sarana (tempat) transaksi jual beli produk perikanan segar dan olahan. Kegiatan yang terkait
langsung dengan aktivitas ekonomi tersebut adalah bongkar muat barang, pemeriksaan
laboratorium, penjualan, dan penyimpanan. Aktivitas lainnya yang terdapat di PIH Lempasing
adalah kegiatan rekreasi yang berupa rumah makan/restoran khas Jepang atau Cina.
A). Bongkar Muat Barang
Kegiatan bongkar muat barang yang berupa berbagai jenis komoditas perikanan dan
produk olahannya dilakukan di lantai 1. Ikan yang diterima selanjutnya disortir berdasarkan
jenis, ukuran, dan mutunya untuk selanjutnya didistribusikan kepada para pedagang. Kegiatan
bongkar muat barang ini terletak di bagian belakang PIH Lempasing.
B). Pemeriksaan Ikan
Pemeriksaan kesehatan ikan dilakukan di Laboratorium Mutu Hasil Perikanan yang
yerletak di basement. Pemeriksaan ikan ini harus mengacu pada HACCP (Ha:ard Analysis
Critical Control Point) untuk penanganan dan pemasaran hasil laut/ikan yang meliputi aktivitas
analisis bahaya (hazard), penetapan batas kritis (critical limit), identiIikasi pengendalian titik
kritis (CCP) dan adanya pencatatan pemantauan pada lembar perekaman (record keeping).
C). Penjualan
Kegiatan penjualan produk perikanan dan olahan terdapat di lantai basement dan lantai 1.
Di basement kegaitan penjualan dilakukan oleh pedagang tradisional dengan kapasitas sekitar
200 pedagang dan kios grosir sebanyak 7 lokal. Di lantai 1 terdapat pedagang ikan modern yang
dilengkapi dengan akuarium ikan hidup, meja penyayatan ikan, meja pajang ikan olahan, kasir,
dan ruang pengepakan. Akurium ikan hidup berIungsi sebagai pajangan ikan konsumsi dalam
kondisi hidup, sehingga pembeli dapat memilih dan membeli ikan tersebut dalam kondisi yang
hidup ataupun segar. Pada saat transaksi, diperkirakan akan terjadi kegiatan pembersihan
(penyiangan) ikan karena biasanya konsumen berpikir praktis untuk membeli ikan dalam kondisi
yang sudah dibersihkan.
D). Penyimpanan
Untuk mendukung konsep HACCP, PIH Lempasing akan dilengkapi dengan sarana
penyimpanan produk perikanan dan olahan yang berupa cool storage dan reIrigerator yang
terletak di lantai 1.. Cool storage direncanakan berukuran 6x4 m
2
, sedangkan ruang reIrigerator
berukuran 4x3 m
2
. Dengan adanya Iasilitas tersebut, maka penyimpanan ikan segar akan lebih
terjamin mutunya dan stok ikan yang ada dapat memenuhi kebutuhan konsumen hingga pasokan
berikutnya.

E). Rekreasi
Kegiatan rekreasi dipusatkan pada lantai 2 seluas 794,12 m
2
yang merupakan ruang
restoran terbuka serta minimarket. Pengunjung dapat menikmati suasana rileks memandang
keindahan pantai Lempasing sambil menikmati masakan ikan yang disajikan. Di ruangan
tersebut juga tersedia ruang pajangan yang berupa akuarium air laut sebagai sarana menikmati
keindahan biota laut dan akurium air tawar untuk pajangan beberapa jenis ikan air tawar yang
menarik. Selain itu juga terdapat akuarium yang berIungsi sebagai pajangan ikan konsumsi untuk
dapat dilihat dan dipilih oleh konsumen sebagai hidangan yang akan disajikan.

















IV. PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN
Hasil pengamatan dan pengkajian terhadap rencana kegiatan pembangunan Pasar Ikan
Higienis (PIH) Lempasing diperoleh beberapa komponen yang dikatagorikan berpotensi
menghasilkan limbah atau cemaran. Jenis limbah dan cemaran kegiatan PIH Lempasing dapat
terjadi saat tahap prakonstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi/operasi yang berupa limbah
padat, limbah cair, debu, dan kebisingan. Selain itu dapat juga terjadi dampak yang berupa
keresahan masyarakat akibat kegiatan pembangunan PIH Lempasing tersebut.

4.1 TAHAP PRA KONSTRUKSI
Pada tahap prakonstruksi diduga tidak menimbulkan dampak yang berarti, baik terhadap
lingkungan maupun sosial masyarakat. Lahan yang akan digunakan adalah lahan milik
pemerintah daerah (Pemda) Propinsi Lampung, sehingga tidak memerlukan proses ganti rugi
lahan. Keresahan yang biasanya muncul akibat ganti rugi lahan dengan masyarakat tidak akan
terjadi. Demikian juga dengan tahap pembuatan detail desain yang meliputi pengukuran
lapangan tidak menimbulkan masalah sosial dan konIlik dengan masyarakat, karena lokasi yang
akan digunakan adalah milik pemda.
4.2. TAHAP KONSTRUKSI
Aktivitas proyek pada tahap konstruksi berupa pembersihan lahan diperkirakan akan
menimbulkan dampak antara lain peralihan bentang lahan hijau menjadi lahan terbangun,
sehingga dapat menurunkan nilai estetika lingkungan dan mempercepat proses erosi. Adanya lalu
lalang kendaraan proyek juga diperkirakan akan menimbulkan penurunan kualitas udara karena
akan terjadi peningkatan debu dan kebisingan di sekitar lokasi kegiatan. Pada saat pekerjaan
tanah yang meliputi galian dan urugan tanah dampak yang terjadi antara lain terjadinya erosi
tanah dan pencemaran udara yang berupa debu. Pada saat pembangunan gedung PIH Lempasing
yang terdiri dari 3 lantai (1 basement dan 2 lantai utama) diperkirakan akan menimbulkan
dampak lingkungan yang berupa peningkatan debu, kebisingan dan sampah padat yang berasal
dari sisa-sisa material bangunan yang tidak terpakai. Kebisingan dapat terjadi pada saat
pengerasan tanah yang menggunakan stamper, pengecoran yang menggunakan alat pencampur
dan pengaduk semen (mollen), serta saat pemotongan keramik untuk lantai, sehingga dapat
mengganggu ketenangan masyarakat sekitarnya.
4.3 TAHAP PASCA KONSTRUKSI/OPERASI
Pada tahap pasca konstruksi/operasi diperkirakan akan terjadi dampak yang berupa
pencemaran limbah cair dan padat yang berasal dari kegiatan pembersihan/penyiangan produk
ikan dan olahannya. Kegiatan pembersihan ikan dengan menggunakan air bersih akan
menimbulkan limbah cair yang dipastikan mengandung bahan organik tinggi yang apabila
langsung dibuang dapat mencemari perairan laut di sekitar Lempasing. Limbah padat yang
dihasilkan dari produk ikan dan olahannya juga dapat menjadi sumber pencemaran dan
berpotensi menimbulkan bau tak sedap bila dibuang ke lingkungan.
Selain hal tersebut, masalah lainnya yang juga perlu mendapat perhatian khusus adalah
penggunaan klorin sebagai desinIektan pada sebagian besar aktivitas yang menggunakan air di
dalam lokasi PIH Lempasing (basement dan lantai 1). Limbah cair yang mengandung klorin
tersebut harus diolah (treatment) terlebih dahulu, sehingga saat dibuang sudah bersiIat netral dan
tidak mencemari lingkungan.
Pencemaran udara yang berupa peningkatan debu dan kebisingan dapat terjadi saat
aktivitas bongkar muat dimana kendaraan-kendaraan yang mengangkut produk ikan dan
olahannya keluar masuk ke lokasi PIH Lempasing. Hal lainnya yang juga dapat menimbulkan
kebisingan yang dapat mengganggu masyarakat di sekitarnya adalah suara yang berasal dari
kerja mesin pendingin pada cool storage dan Ireezer, serta .generator listrik (genset) yang
dioperasikan saat listrik dari PLN tidak bekerja (padam).
Kegiatan restoran/rumah makan yang terdapat di lantai 2 juga akan menghasilkan sejumlah
limbah berupa limbah cair dan padat, baik yang bersiIat orgnik maupun anorganik. Limbah
organik terutama dapat berasal dari bahan-bahan makanan dan saniter (wc/toilet), sedangkan
limbah anorganik dapat dihasilkan dari plastik kemasan ataupun pembungkus dan sampah
lainnya (kaleng minuman ringan, botol kemasan air minum, bungkus rokok, dan lain-lain).
Secara ringkas, hasil prakiraan dampak yang mungkin terjadi pada rencana pembangunan pasar
ikan higienis (PIH) Lempasing disajikan pada Tabel 9 berikut.
VI. PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Upaya pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan oleh pengelola PIH Lempasing
berprinsip pada pengelolaan 3 R yaitu reduce, reuse, dan recycle dengan minimalisasi limbah
yang dihasilkan. Kegiatan yang akan dilakukan pada prinsipnya adalah mereduksi dan
mengurangi kuantitas dan kualitas limbah dari sumbernya serta menggunakan ulang sebagian
atau seluruh limbah dalam proses daur ulang menjadi bahan dalam bentuk yang mempunyai nilai
ekonomis, sehingga dapat mengurangi limbah yang masuk ke lingkungan dan memperkecil
terjadinya pencemaran. Pola ini juga dapat diterapkan pada pengelolaan limbah berbentuk padat
dan cair yang sebagian besar dapat didaur ulang atau digunakan kembali. Selain itu upaya
penghijauan dengan tumbuhan hijau yang berIungsi untuk mengurangi dampak terhadap kualitas
udara serta meningkatkan nilai estetika lingkungan di dalam maupun di luar lokasi kegiatan.
Berdasarkan analisis prakiraan dampak (Bab 5) diketahui bahwa pada tahap prakonstruksi
tidak dihasilkan limbah, limbah hanya dihasilkan pada saat konstruksi dan pasca
konstruksi/operasi.
6.1.1 Tahap Konstruksi
Peralihan bentang lahan hijau menjadi lahan terbangun pada tahap konstruksi yang dapat
menurunkan nilai estetika lingkungan dan mempercepat proses erosi diperkirakan tidak
menimbulkan dampak penting karena prosesnya tidak berlangsung lama dan lahan yang
digunakan merupakan lahan tidur dengan keanekaragaman Ilora dan Iauna yang rendah.
Pengubahan bentang alam yang pada awalnya dapat mengurangi nilai estetika lingkungan justru
akan meningkat setelah pembangunan selesai dengan dibangunnya taman yang ditanami dengan
berbagai jenis tanaman untuk mendukung kegiatan rekreasi dan penghijauan.
Limbah padat yang dihasilkan pada tahap konstruksi diperkirakan cukup banyak, yaitu
yang berasal dari sisa-sisa material yang tidak terpakai (potongan kayu, sisa keramik, kantong
semen, kaleng cat, potongan besi, dan sisa-sisa material lainnya). Limbah tersebut tidak
berbahaya, namun memiliki potensi untuk mencemari lingkungan. Berdasarkan pengamatan
pada beberapa proyek bangunan, biasanya sudah ada pihak-pihak yang akan menampung limbah
tersebut untuk digunakan ataupun dijual kembali kepada pihak lain. Dalam hal ini berlaku
prinsip reuse dan recycle. Adapun limbah padat yang tidak dimanIaatkan kembali dapat dibuang
ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA) Bakung yang terletak tidak jauh dari lokasi PIH
Lempasing (sekitar 5 km). Pemusnahan sampah dengan cara dibakar tidak dianjurkan karena
dapat mencemari udara.
Pencemaran udara yang terjadi pada tahap konstruksi yang berupa cemaran debu dan
kebisingan diperkirakan tidak menimbulkan dampak penting karena berlangsung dalam waktu
yang relatiI tidak lama dan terus menerus. Pencemaran debu yang terjadi saat mobilisasi
bahan/material bangunan dapat dikurangi dengan cara penyiraman dengan air, sehingga tidak
terbawa angin dan mengganggu masyarakat sekitarnya; sedangkan kebisingan saat pelaksanaan
pembangunan diupayakan dikurangi atau setidak-tidaknya terjadi saat siang hari, sehingga tidak
mengganggu istirahat (tidur) masyarakat pada malam harinya.
6.1.2 Tahap Pasca Konstruksi/Operasi
Pada tahap pasca konstruksi/operasi akan dihasilkan limbah cair dan padat. Selain itu juga
diperkirakan juga akan menimbulkan pencemaran udara yang berupa debu dan kebisingan (Bab
5). Limbah padat anorganik yang dihasilkan saat operasional PIH Lempasing dapat diatasi
dengan menampung sementara dalam bak sampah untuk selanjutnya dibuang ke TPA Bakung
yang terletak tidak jauh dari lokasi PIH (sekitar 5 km). Pemusnahan sampah dengan cara dibakar
tidak dianjurkan karena dapat mencemari udara.
Limbah padat organik yang berasal dari sisa-sisa hasil pembersihan (penyiangan) ikan,
seperti isi perut, insang, sisik, sirip, tulang, serta ikan yang telah busuk, dapat dibuang langsung
ke tempat penampungan sampah sementara untuk selanjutnya dibuang ke TPA Bakung dengan
sistem sanitary landfill; atau diolah menjadi silase yang dapat digunakan sebagai bahan baku
pakan ternak dan ikan (pengganti tepung ikan). AlternatiI penanganan limbah ini menjadi silase
sangat dianjurkan karena dapat memanIaatkan bahan-bahan yang tidak berguna menjadi bahan
yang bermanIaat. Silase ini masih mengandung protein yang cukup tinggi, sehingga sangat baik
untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak dan ikan. Proses pembuatan silase ini tidak
memerlukan teknologi tinggi dan dapat dilakukan secara sederhana (Lampiran 2). Dengan
pemanIaatan limbah padat sisa-sisa ikan tersebut, maka prinsip 3R telah terpenuhi.
Penggunaan air tawar yang mengandung klor sebagai desinIektan sangat dianjurkan untuk
digunakan secara daur ulang. Apabila teknologi yang akan digunakan tidak memungkinkan atau
secara ekonomis tidak menguntungkan, maka air tersebut sebelum dibuang sebaiknya diolah
terlebih dahulu, sehingga sudah bersiIat netral dan tidak menimbulkan masalah lingkungan. Air
yang mengandung klorin jika dibuang langsung ke lingkungan dapat menyebabkan kematian
pada biota di perairan dan lingkungan tanah, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan
ekosistem. Mikroba pengurai di lingkungan dapat mengalami kematian dan berkurang jumlahnya
akibat pengaruh desinIektan, sehingga Iungsi mereduksi atau menguraikan bahan organik di
lingkungan akan terganggu. Upaya yang dapat dilakukan untuk menetralisisr klorin yang
terkandung di dalam air adalah dengan penambahan thiosulIat dalam jumlah (konsentrasi) yang
sama ke dalam air tersebut. Perlakuan oksidasi dengan mengalirkan oksigen ke dalam air
menggunakan kincir juga akan mempercepat proses penghilangan klor di dalam air.
Limbah cair yang berasal dari air cucian ikan, restoran, dan akuarium pajangan yang
diperkirakan mengandung bahan organik tinggi harus diolah terlebih dahulu, sehingga saat
dibuang telah memenuhi kriteria air limbah yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan.
Penanganan limbah cair ini memerlukan instalasi pengolah limbah khusus dengan berbagai
perlakuan, sehingga nantinya limbah tersebut tidak lagi memiliki nilai BOD dan COD yang
tinggi, dengan kriteria BOD 50 mg/l dan COD 100 mg/l. Instalasi pengolah limbah yang
disarankan terdiri dari kolam aerobik, kolam IakultatiI, kolam pengendapan (settling) dan saluran
pembuangan (Gambar 2). Kapasitas kolam aerobik, kolam IakultatiI dan kolam pengendapan
disesuaikan dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan setiap harinya. Perlakuan yang dialami
oleh air limbah di kolam aerobik adalah pemberian oksigen dengan cara aerasi menggunakan
kincir, sehingga oksigen terlarut akan tercampur merata di dalam air limbah tersebut. Di kolam
aerobik ini juga ditambahkan lumpur aktiI yang mengandung sejumlah mikroba pengurai aerob.
Di kolam IakultatiI air limbah yang ditampung akan mengalami pemisahan secara alami, lapisan
air di permukaan bersiIat aerabik karena dilengkapi dengan kincir, sedangkan di bagian bawah
hingga dasar perairan bersiIat anaerob. Air anaerobik di lapisan bawah ini akan dioksidasi oleh
lapisan di atasnya. Lumpur yang terendapkan di dasar perairan akan diuraikan secara anaerob.
Selanjutnya air limbah dari kolam IakultatiI akan dialirkan ke kolam pengendapan. Di kolam
pengendapan akan terjadi pemisahan air dengan lumpur residual, untuk selanjutnya air tesebut
sudah dapat dibuang jika telah memenuhi syarat. Proses pembuangan limbah yang telah diolah
tersebut ke perairan mengikuti persyaratan dan prosedur yang tercantum dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 111 tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan
Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air
(Gambar 2)
Pengelolaan terhadap limbah cair yang berasal dari saniter (kamar mandi dan WC) akan
dikelola dengan sistem resapan melalui septic tank, sehingga limbah cair ini tidak akan
mencemari perairan sekitar, terutama sumur penduduk di sekitarnya, sehingga dampak yang
ditimbulkan sangat kecil atau tidak penting.

Gambar 2. Skema Unit Pengolah Limbah Pasar Ikan Higienis Lempasing


Keterangan:
4 Air limbah (wastewater) yang masuk ke kolam aerobic sudah terbebas dari
pengaruh klorin
4 Kekuatan kincir air yang digunakan di kolam aerobic mampu mengaduk air
limbah secara merata
4 Di kolam aerobic dan kolam IakultatiI dapat ditambahkan proobiotik (mikroba
pengurai) yang biasa digunakan pada tambak payau
4 Residu Lumpur yang tersisa pada kolam pengendapan (settling pond) dapat
diambil secara berkala untuk digunakan sebagai pupuk tanaman.
4 EIIluent yang dibuang ke perairan harus memiliki BOD 50 mg/l dan COD
100 mg/l (berdasarkan Kep. Men. L.H. No. Kep.51/MENLH/10/1995).
Upaya pengelolaan terhadap kualitas udara yang meliputi pengurangan debu dan
kebisingan dapat dilakukan dengan menanam tumbuhan hijau yang dapat menahan debu dan
berIungsi sebagai peredam suara. Jenis tumbuhan yang dipilih adalah jenis yang dapat ditanam
dengan kerapatan tinggi, seperti bambu kuning/jepang atau jenis lainnya. Secara lebih rrinci,
upaya pengelolaan lingkungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.




















7.1 KESIMPULAN
Berdasarkan studi ini, dapat disimpulkan beberapa hal:
Dampak lingkungan yang akan terjadi pada pelaksanaan pembangunan Pasar Ikan
Higienis di Lempasing diperkirakan berlangsung pada tahap konstruksi dan pasca
konstruksi/operasional. Pada tahap prakonstruksi tidak menimbulkan dampak.
Jenis dampak lingkungan yang perlu mendapat perhatian lebih adalah timbulnya
pencemaran di perairan akibat limbah cair organik dan limbah padat organik yang
berasal dari ikan.
Instalasi pengolah limbah cair organik yang cocok untuk diaplikasikan adalah
sistem kolam aerobik, IakultatiI, dan pengendapan yang dapat menurunkan nilai
BOD dan COD limbah tersebut sehingga tidak mencemari lingkungan.
Limbah padat organik yang berasal dari ikan dapat diolah menjadi silase untuk
bahan baku pakan ternak, atau dikelola dengan sistem sanitary landIill .
Pemantauan lingkungan dilakukan secara periodik 3 bulan sekali untuk memonitor
kondisi limbah yang dibuang ke lingkungan, sehingga dapat meminimalkan dampak
negatiI yang mungkin terjadi.

7.2 SARAN
Disarankan untuk dapat dilakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya
pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan hasil studi/kajian ini dengan tetap melakukan
koordinasi dan konsultasi pada dinas/instansi lainnya yang terkait (Bapedalda).










UKL FORM
Nomor :
Lamp. : Buku Dokumen UKL-UPL
Perihal : Permohonan Rekomendasi/
Pengesahan UKL-UPL
Bandar Lampung, ......200.
Kepada:
Yth. Kepala Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Bandar Lampung
Dengan Hormat,
Sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Lampung No. 324 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan UKL-UPL di Kabupaten Lampung Selatan, dengan ini kami mengajukan
permohonan untuk mendapatkan Rekomendasi/Pengesahan UKL-UPL dengan data sebagai
berikut:
I. KETERANGAN TENTANG PEMOHON:
a. Nama Pemohon/Kuasa : ........................
b. Alamat Pemohon/Kuasa : ...................
c. No.Tlp/Fak/HP : .......................
d. Nama Perusahaan : ......................
e. Pimpinan/Penanggung Jawab : ......................
I. Alamat Kantor Pusat : .......................
g. No. Tlp./Fak Perusahaan : ......................
h. Bidang Usaha/Kegiatan : ......................
i. No. Akte Pendirian/Pengesahan : ......................
j. No. Ijin Prinsip(BKPM/DPTPM) : .......................
k. No. NPWP : .......................
II. KETERANGAN TENTANG LOKASI:
a. Luas Lahan/Tanah : .......................
b. Luas Bangunan : ........................
c. Lokasi Kegiatan -Jl./Kp/Blok : .......................
-Desa/Kec : .......................
III. KELENGKAPAN SYARAT `) : BUKU DOKUMEN UKL-UPL YANG BERISIKAN
1. PERNYATAAN PELAKSANAAN PEMRAKARSA BERMETERAI
2. BAB I : IDENTITAS PEMRAKARSA
3. BAB II : RENCANA USAHA/KEGIATAN
4. BAB III : DAMPAK YANG AKAN TERJADI
5. BAB IV : PROGRAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
6. BAB V : PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
7. LAMPIRAN-LAMPIRAN :
a. Fotocopy KTP/Passport Pimpinan Perusahaan dan Surat Kuasa bagi yang menguasakan **)
b. Fotocopy Persetujuan Penanaman Modal Asing/Prinsip DPTPM **)
c. Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan/Perubahannya/Pengesahannya **)
d. Fotocopy Akta Kepemilikan Tanah/Lahan atau Sewa Lahan/Bangunan **)
e. Fotocopy Keterangan Tidak Keberatan Tetangga
I. Fotocopy Rekomendasi Desa dan Kecamatan
g. Fotocopy Kesesuaian Tata Ruang
h. Struktur Organisasi Perusahaan
i. Bagan Alir Proses Produksi/Kegiatan Usaha
j. DaItar Bahan Baku dan Bahan Penolong
k. Gambar Peta Lokasi//Denah Pabrik atau Bangunan
l. Gambar Peta Letak/Lay Out Sarana Usaha-Kegiatan (Mesin, Peralatan dan Fasilitas)
Demikian Permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih
........, ........2011



(...................)
*) lingkari yang sesuai
**) coret yang tidak perlu

PERNYATAAN PELAKSANAAN UKL-UPL
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
ama : ...........................
Jabatan : ....................
Alamat Kantor : .....................
Alamat Usaha/Kegiatan/Pabrik : ...................
......................
Telepon/Faks/HP/E-mail : ...................
Selanjutnya bertindak atas nama ................, dengan ini menyatakan
bahwa :
1. Data UKL dan UPL dari kegiatan tersebut di atas telah disusun dengan benar sesuai
dengan peraturan yang berlaku
2. Kami bersedia melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan
yang tercantum didalam dokumen UKL dan UPL serta bersedia dipantau
dampaknya oleh instansi yang berwenang selama kegiatan berlangsung dan
mengirimkan laporan setiap 6 (enam) bulan satu kali ke Badan Lingkungan Hidup.
3. Apabila kami tidak melakukan apa yang tercantum dalam dokumen UKL dan UPL dan
terjadi pencemaran atau kerusakan lingkungan, kami bersedia menghentikan
kegiatan usaha dan bersedia menanggung semua kerugian serta resiko yang
ditimbulkan oleh pencemaran atau kerusakan lingkungan yang terjadi.
4. Kami bersedia merevisi dokumen UKL dan UPL jika terdapat perubahan dalam
kegiatan /usaha baik luasan lahan, kapasitas maupun desain.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya, sebagai komitmen
perusahaan kami dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
...........2011
Penanggung Jawab UKL UPL
. ............
ama, tanda tangan,
materai, dicap
(..............)
Jabatan

Anda mungkin juga menyukai