Anda di halaman 1dari 13

Lk8LDAAN 8ANk kCNVLNSICNAL DAN 8ANk SAkIAn

TUGAS MATA KULIAH : FIQH MUAMALAH


DOSEN PENGAJAR : KHAIRUNNA'IM, M.E.I.

ulsusun oleh
O M. SAIFUL FAHMI
O M. MUHAJIR AMINY
O ALFIAN IRWAN ADIGUNA
O AVEROES ZULQORNEIN
O RIZAL RAZIB ABDILLAH
O KIDAR GRINALDI KINSAL
O M.FIKRI IBRAHIM
O DIMAS NUGRAHA PUTRA
O SONY PURWO PUSPITO
SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM (STEI)
TAZKIA
TAHUN AJARAN 2009 / 2010
Jl. Raya Dramaga KM. 7 Bogor, Jawa Barat
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-harinya, manusia tidak terlepas dari kegiatan pemenuhan
kebutuhan dalam rangka melanjutkan kehidupan. Upaya yang dilakukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya adalah melakukan kegiatan ekonomi seperti transaksi, bekerja
dan lain-lain. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi memiliki peranan yang amat besar dalam
kehidupan manusia. Karena peranannya yang amat besar dalam kehidupan manusia, maka
kegiatan ekonomi mengalami perkembangan yang amat cepat dari masa ke masa. Perkembangan
yang amat cepat tersebut telah melahirkan berbagai macam produk-produk ekonomi dan
menjadikan kegiatan berekonomi mejadi suatu kegiatan yang amat kompleks. Salah satu produk
utama yang juga menjadi pilar penggerak kegiatan ekonomi dewasa ini adalah Bank.
Pada awalnya, bank didirikan sebagai sebuah lembaga yang menyediakan jasa untuk
menyimpan uang. Sejalan dengan perkembangannya, dewasa ini bank tidak hanya menjadi
sebuah lembaga untuk menyimpan uang saja, tetapi bank juga telah menjadi sebuah lembaga
yang melayani berbagai jenis transaksi ekonomi. Dengan banyaknya layanan yang ditawarkan
oleh bank, maka bank telah menjadi salah satu instrumen utama dalam kegiatan ekonomi yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Akan tetapi, kebanyakan orang terutama umat
muslim tidak menyadari akan berbagai penyimpangan yang terjadi didalam bank. Salah satunya
adalah Riba. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai umat islam untuk mengetahui tentang
seluk beluk bank agar kita dapat mengetahui tentang apa saja yang halal dan apa saja yang
haram.
Berdasarkan itulah, dalam karya tulis ini kami mencoba untuk menguraikan tentang bank
dalam perspektiI syariah dan perspektiI konvensional. Semoga dengan adanya karya tulis ini bisa
memberikan gambaran secara umum tentang bank kepada khalayak umum terutama umat islam
tentang bank.




TEORI
1. PENGERTIAN
Selama ini masyarakat mengenal ada banyak jenis bank tapi pada dasarnya berdasarkan
kegiatan operasionalnya Bank dibedakan menjadi 2 jenis yaitu bank konvensional seperti yang
banyak kita temui misal BCA, BRI, BNI dan lain-lain serta bank syariah
Bank konvensional adalah bank yang dalam operasionalnya menerapkan metode bunga,
karena metode bunga sudah ada terlebih dahulu, menjadi kebiasaan dan telah dipakai secara
meluas dibandingkan dengan metode bagi hasil. Sedang pengertian bank syariah adalah bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam
operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalah secara Islam.
Berikut ini adalah pengertian Bank syariah menurut para ahli. Schaik (2001), Bank Islam
adalah sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah,
dikembangkan pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi risiko sebagai metode
utama, dan meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta keuntungan yang ditentukan
sebelumnya. Sudarsono (2004), Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang
beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. DeIinisi Bank Syariah menurut Muhammad (2002)
dalam Donna (2006), adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan
pada bunga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu-
lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariat
Islam.
Lebih lanjut Schaik (2001) mengemukakan bahwa terdapat tujuh prinsip ekonomi Islam
yang menjiwai bank syariah, yaitu: (1) keadilan, kesamaan dan solidaritas; (2) larangan terhadap
objek dan makhluk; (3) pengakuan kekayaan intelektual; (4) harta sebaiknya digunakan dengan
rasional dan baik (Iair way); (5) tidak ada pendapatan tanpa usaha dan kewajiban; (6) kondisi
umum dari kredit (meliputi; pertama, peminjam yang mengalami kesulitan keuangan sebaiknya
diperlakukan secara baik, diberi tangguh waktu, bahkan akan lebih baik bila diberi keringanan,
dan kedua, terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai hukum selisih antara kredit dan
harga spot, ada yang berpendapat bahwa itu adalah suku bunga implisit dan ada juga yang
berpendapat bahwa hal tersebut dibolehkan untuk mengakomodasi biaya transaksi - bukan biaya
dari pembiayaan; dan (7) dualiti risiko, di satu sisi sebagai bagian dari persetujuan
kredit(liability) usaha produktiI yang merupakan legitimasi dari bagi hasil, di lain sisi risiko
sebaiknya diambil secara hati-hati, risiko yang tak terkontrol sebaiknya dihindari.

Mengapa Bank syariah ? Inilah beberapa alasan mengapa kita harus memilih bank syariah.
1. Mendapat barokah Allah karena dikelola dengan sistem bagi hasil
2. Selain mendapat keuntungan duniawi berupa bagi hasil juga keuntungan ukhrawi /
akhirat berupa pahala serta terhindar dari bunga bank yang haram
3. Dengan berinvestasi di perbankan syariah berarti kita ikut mengangkat derajat ekonomi
umat. Karena dana yang terkumpul akan digunakan untuk membiayai usaha-usaha umat
sehingga ekonomi umat bisa meningkat dan mencapai kesejahteraan.
4. Kita secara tidak langsung akan menjalankan amar ma'ruI nahi munkar karena dana yang
terkumpul tidak akan digunakan untuk membiayai usaha-usaha yang haram seperti
diskotek, perjudian dan lain-lain.
5. Mendapat jaminan dari negara, dalam hal ini Bank Indonesia.
6. Menyelamatkan ekonomi negara dari krisis. Karena Iakta membuktikan kalau sistem
bunga hanya merugikan negara sehingga merugi hingga puluhan bahkan ratusan triliun
rupiah tiap tahunnya. Untuk menutupi deIisit negara harus berhutang pada IMF dan bank
dunia yang bunganya gila-gilaan. Selain memberi bunga yang tinggi IMF dan bank dunia
juga bisa menyetir negara dengan menjadikan hutang yang disebut sebagai bantuan luar
negeri-lah, hibah dan lain-lain itu sebagai alat.Persamaan antara bank syariah dan bank
konvensional yakni ada persamaan dalam hal sisi teknis penerimaan uang, persamaan
dalam hal mekanisme transIer, teknologi komputer yang digunakan maupun dalam hal
syarat-syarat umum untuk mendapat pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan
keuangan dan sebagainya. Dalam hal persamaan ini semua hal yang terjadi pada Bank
Syariah itu sama persis dengan yang terjadi pada Bank Konvensional, nyaris tidak ada
perbedaan.
Selanjutnya, mengenai perbedaannya, antara lain meliputi aspek akad dan legalitas,
struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja. Yang pertama tentang akad dan
legalitas. Akad dan legalitas ini merupakan kunci utama yang membedakan antara bank syariah
dan bank konvensional. 'innamal amalu bin niat, sesungguhnya setiap amalan itu bergantung
dari niatnya. Dan dalam hal ini bergantung dari aqadnya. Perbedaannya untuk aqad-aqad yang
berlangsung pada bank syariah ini hanya aqad yang halal, seperti bagi hasil, jual beli atau sewa
menyewa. Tidak ada unsur riba dalam bank syariah ini. Perbedaan selanjutnya yaitu dalam hal
struktur organisasi bank. Dalam bank syariah ada keharusan untuk memiliki Dewan Pengawas
Syariah (DPS) dalam struktur organisasinya. DPS ini bertugas untuk mengawasi operasional
bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. DPS biasanya ditempatkan
pada posisi setingkat dengan dewan komisaris (nah.. tinggi banget khan posisinya, jadi gak
cuman main-main..). DPS ini ditetapkan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
setiap tahunnya.
Semenjak tahun 1997, seiring dengan pesatnya perkembangan bank syariah di Indonesia,
dan demi menjaga agar para DPS di setiap bank benar-benar tetap konsisten pada garis-garis
syariah, maka MUI membentuk sebuah lembaga otonom untuk lebih Iokus pada ekonomi syariah
dengan membentuk Dewan Syariah Nasional. Selanjutnya, perbedaan antara bank syariah dan
bank konvensional adalah pada usaha yang dibiayai. Ada aturan bahwa usaha-usaha yang
dibiayai oleh bank syariah ini hanyalah usaha yang halal. Sedangkan untuk usaha yang haram,
seperti usaha asusila, usaha yang merusak masyarakat atau sejenisnya itu tidak akan dibiayai
oleh bank syariah. Kemudian perbedaan lainnya adalah pada lingkungan kerja bank syariah.
Coba sekali-sekali pergi ke bank syariah, pasti ketika kita memasuki kantor bank tersebut ada
nuansa tersendiri. Nuansa yang diciptakan untuk lebih bernuansa islami. Mulai dari cara
berpakaian, beretika dan bertingkahlaku dari para karyawannya. Yang pasti jika masuk ke kantor
bank syariah insya Allah benar-benar sejuk nuansanya.




Perbedaan bank syariah dan konvensional yang banyak berkembang di masyarakat
adalah :
Bank Syariah
1. Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan/amanah Allah SWT
sehingga cara memperoleh, mengelola, dan memanIaatkannya harus sesuai ajaran Islam
2. Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan pengelolaan harta nasabah
(simpanan) sesuai ajaran Islam
3. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun pengelolaan pada posisi
yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar
hubungan antara nasabah dan bank
4. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan, prinsip
kesederajatan dan prinsip ketentraman antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan
Nasabah atas jalannya usaha bank syariah
5. Prinsip bagi hasil:
O Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman
pada kemungkinan untung dan rugi
O Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
O umlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan
O Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil
O Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. ika proyek itu
tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh
kedua belah pihak
Bank Konvensional
1. Pada bank konvensional, kepentingan pemilik dana (deposan) adalah memperoleh
imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi, sedang kepentingan pemegang saham
adalah diantaranya memperoleh spread yang optimal antara suku bunga simpanan dan
suku bunga pinjaman (mengoptimalkan interest diIIerence). Dilain pihak kepentingan
pemakai dana (debitor) adalah memperoleh tingkat bunga yang rendah (biaya murah).
Dengan demikian terhadap ketiga kepentingan dari tiga pihak tersebut terjadi
antagonisme yang sulit diharmoniskan. Dalam hal ini bank konvensional berIungsi
sebagai lembaga perantara saja
2. Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan
Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan yang bertolak belakang
3. Sistem bunga:
O Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu
untung untuk pihak Bank
O Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.
O umlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat
ganda saat keadaan ekonomi sedang baik
O ksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk agama
Islam
O Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang
dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
emahami Perbedaan Prinsip Antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional
'Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. QS. Ali Imron,
3:130
' - ' + - - ~ ' ' - ~ ` ' ' ' '' - - =' - ~ ' - ' ' = - ` (

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, fanganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.`


Berbicara mengenai perbankan syariah sebenarnya tidak lengkap tanpa mengurai
bagaimana sejarah, tujuan penerapan prinsip syariah, batasan-batasan prinsip syariah, jenis
produk pembiayaan syariah, ketentuan hukum, Dewan Pengawas Syariah dll. Namun untuk
mengawali rubrik syariah ini penulis tidak akan akan memaparkan secara keseluruhan mengenai
hal-hal tersebut di atas, namun lebih kepada pokok permasalahan mengenai perbedaan yang
mendasar antara prinsip syariah dengan prinsip konvensional.
Sebelum membicarakan beberapa perbedaan sistem bank Islam dengan sistem bank
konvensional, perlu diberikan suatu penjelasan perbedaan antara bagi hasil dan pemberian
bunga dalam bidang perniagaan, khususnya dalam operasional bank. Selama 4 tahun mengabdi
pada sebuah bank yang beroperasional secara syariah, penulis banyak menemukan kesalahan
pemahaman di kalangan banyak orang yang menganggap bahwa bagi hasil tidak ada bedanya
dengan pemberian / pengambilan bunga, untuk dapat memahami perbedaan yang sangat
mendasar tersebut terlebih dahulu harus dipahami hal-hal sebagai berikut :
a. Dasar perniagaan adalah untuk mencari keuntungan karena itu setiap pemilik modal
mengharapkan setiap uang yang dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan, ini sesuai dengan
kaedah Iiqh, yaitu : pembayaran/pembiayaan dibalas dengan ganjaran. Karena itu Islam
menggalakkan umatnya untuk berdagang.
b. Dalam pandangan Islam, uang yang disimpan tanpa digunakan tidak akan bertambah, justru
jumlahnya semakin menurun dari tahun ke tahun, karena ia wajib membayar zakat sebanyak
2,5 pertahun hingga sampai dibawah nisab (batas minimal jumlah harta yang wajib
dikeluarkan). Karena itu Islam mengakui konsep bunga yang diperoleh seseorang jika
menyimpan uangnya di bank misalnya dan dianggap riba, kecuali jika bank itu diberikan
kekuasaan untuk memakai uang tersebut. Lalu jika bank mendapat keuntungan, maka dibagi
dengan orang tersebut berdasarkan berapa persen dari untung yang didapat, bukan berapa
persen dari uang yang disimpan. Maka jumlah yang diterima dari bank itu dianggap sebagai
untung.
c. Islam tidak mengakui bunga dalam pembayaran hutang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
yang artinya bahwa setiap hutang yang membawa keuntungan material bagi si pemberi hutang
adalah riba.
d. Tujuan Islam mengharamkan riba selain karena mengandung unsur penindasan, riba juga
merupakan sistem yang hanya mengutamakan kepentingan individu saja tanpa memperhatikan
kepentingan masyarakat, padahal Islam lebih mengutamakan kepentingan masyarakat dari
pada individu.
Secara singkat perbedaan-perbedaan antara bunga dengan bagi hasil dapat terlihat pada tabel di
berikut :
No. unga ag| has||
1. Pererluar ourga d|oual seWa|lu
perjarj|ar larpa oerdasar|ar
|epada urlurg/rug|.
Pererluar oag| ras|| d|oual
seWa|lu perjarj|ar dergar
oerdasar|ar |epada urlurg/rug|.
2. Jur|ar perser ourga
oerdasar|ar jur|ar uarg (roda|)
yarg ada.
Jur|ar r|soar oag| ras||
oerdasar|ar jur|ar |eurlurgar
yarg le|ar d|capa|.
3. Peroayarar ourga lelap seperl|
perjarj|ar larpa d|aro||
perl|roargar apa|ar proye|
yarg d||a|sara|ar p|ra| |edua
urlurg alau rug|.
8ag| ras|| lergarlurg pada ras||
proye|. J||a proye| l|da|
rerdapal |eurlurgar alau
rerga|ar| |erug|ar, ra|a
res||orya d|larggurg |edua oe|ar
p|ra|.
1. Jur|ar peroayarar ourga l|da|
rer|rg|al Wa|aupur jur|ar
|eurlurgar oer||pal garda.
Jur|ar peroer|ar ras||
|eurlurgar rer|rg|al sesua|
dergar per|rg|alar |eurlurgar
yarg d|dapal.
5. Pergaro||ar/peroayarar ourga
ada|ar rarar.
Perer|raar/peroag|ar
|eurlurgar ada|ar ra|a|





Tabel di atas hanyalah sebagian kecil konsep produk pembiayaan syariah yang berprinsip
pada system bagi hasil, masih banyak lagi produk pembiayaan yang berbasis jual beli (bai`),
sewa (ijarah), gadai (rahn) dll. Dan dari table tersebut hendaknya kita dapat membaca dan
memahami perbedaan yang sangat mendasar antara bunga dan bagi hasil atau perbedaan prinsip
antara bank syariah dan bank konvensional. Namun tentu tidak menutup kemungkinan bahwa
masih banyak yang meragukan apakah prinsip syariah tersebut benar-benar dapat dijalankan
secara utuh, bukan karena kepentingan untuk menjaring pasar semata tanpa memperhatikan
kemaslahatan usaha yang dijalankan.
Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang berdiri pada tahun 1991 merupakan bank perta ma
di Indonesia yang murni menerapkan prinsip-prinsip syariah, baik dari segi permodalan maupun
dari kegiatan usaha yang dijalankan. Kemudian setelah itu bermunculan bank yang turut
mengaplikasikan operasionalnya secara syariah, diantaranya; Bank Syariah Mandiri, Bank Mega
Syariah, Bank Niaga Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah IFI dll.
Saat ini belum semua bank syariah merupakan bank yang murni berdiri sendiri tanpa
keterkaitan dengan bank induk atau bank konvensionalnya. Masih ada beberapa bank syariah
yang merupakan unit usaha dari bank konvensional, yang mana notabene permodalan unit
syariah tersebut pada dasarnya berasal dari bank konvensional atau bank induknya, sehingga
masih ada mata rantai yang tidak terputus antara syariah dan konvensional. Selain itu, ada juga
bank yang melakukan konversi dari konvensional menjadi syariah, hal mana patut dipertanyakan
mengenai asset dan permodalan yang sebelumnya berasal dari hasil usaha konvensional.
Fenomena ini tentu membuat gamang tidak sedikit muslim yang ingin berinvestasi atau
melakukan kegiatan usaha yang memerlukan layanan perbankan. Namun kita juga tentu tidak
ingin terus-menerus terjebak dalam kegiatan riba dengan melakukan transaksi di bank
konvensional yang terus membelenggu masyarakat muslim di Indonesia khususnya. Bebas murni
dari riba mungkin tidak semudah yang kita bayangkan karena praktik konvensional telah berjalan
ratusan tahun lalu, sedangkan praktik syariah di Indonesia belum genap dua dasa warsa. Paling
tidak saat ini kita harus berupaya meminimalisir penggunaan bank konvensional dan beralih ke
bank syariah agar iklim investasi syariah terus meningkat dan praktik syariah dapat terus
memasyarakat.
Selain untuk memenuhi keinginan umat Islam untuk berhubungan dengan lembaga
perbankan yang bebas bunga, bank Islam tentu diharapkan dapat menghasilkan keuntungan dan
keselarasan dengan aspek moralitas Islam yang melandasi operasionalnya. Pendirian Bank Islam
juga mempunyai tujuan khusus, yang selaras dengan tujuan LDII yang telah dijabarkan dalam
rekomendasi Munas VI 2005 dan diperkuat dengan Rakernas LDII 2007 tentang pengembangan
ekonomi syariah di Indonesia. Hal tersebut diantaranya ;
1. Menyediakan lembaga keuangan perbankan sebagai sarana meningkatkan kualitas kehidupan
sosial ekonomi masyarakat muslim.
2. Menggalang partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan terutama dalam
bidang ekonomi syariah.
3. Mengembangkan lembaga perbankan dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan eIisiensi
dan partisipasi masyarakat dalam menggalakkan usaha-usaha ekonomi masyarakat dengan
memperluas jaringan lembaga-lembaga keuangan syariah hingga ke daerah-daerah terpencil.


Dewan Pengawas Syariah
Selain beberapa perbedaan prinsip operasional di atas, salah satu ciri yang membedakan
antara bank Islam dengan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah
(DPS) pada Bank Islam. DPS bertugas mengawasi segala aktivitas bank agar selalu sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Dengan kata lain DPS bertanggung jawab atas produk dan jasa
yang ditawarkan kepada masyarakat agar sesuai dengan prinsip syariah; investasi atau proyek
yang ditangani oleh bank harus juga sesuai dengan prinsip syariah, dan tentu saja bank itu harus
di-manage sesuai dengan prinsip syariah.
Secara umum anggota pengawas syariah tentulah harus merupakan orang yang memiliki otoritas
di bidang syariah. Mekanisme penentuan anggota Dewan Pengawas Syariah berbeda pada setiap
negara. Pada beberapa negara yang sudah mengatur secara sentral keberadaan dan operasional
bank Islam, seperti Malaysia, Mesir, ordania, Kuwait, Pakistan, Indonesia; mekanismenya telah
diatur dalam undang-undang atau peraturan negra. FilosoIi dari mekanisme ini adalah untuk
menjaga independensi Dewan Pengawas Syariah.
Di Indonesia, otoritas masalah keagamaan di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kebingungan di kalangan umat akibat banyak dan
beragamnya DPS. MUI sebagai payung dari lembaga dan organisasi keislaman di Indonesia
menganggap perlu dibentuknya suatu dewan syariah yang bersiIat nasional dan membawahi
seluruh lembaga keuangan. Pada bulan uli 1997 dalam acara Lokakarya Reksadana Syariah
dihasilkan rekomendasi pembentukan Dewan Syariah Nasional (DSN). Lembaga ini didirikan
pada tahun yang sama dan merupakan badan otonom MUI yang diketuai secara eks-oIicio oleh
Ketua MUI. Sedangkan untuk kegiatan sehari-hari DSN dilaksanakan oleh Badan Pelaksana
Harian DSN. Bagi perusahaan yang akan membuka bank Islam atau lembaga keuangan syariah
lainnya, mereka harus mengajukan rekomendasi anggota DPS kepada DSN. Saat ini, Dewan
Syariah Nasional di Ketuai oleh KH. Ma`ruI Amin, salah satu Ketua MUI Pusat yang cukup
produktiI menulis berbagai buku mengenai ekonomi syariah.
Berdasarkan laporan dari DPS pada masing-masing lembaga keuangan syariah, DSN
dapat memberikan teguran jika lembaga yang bersangkutan menyimpang dari garis panduan
yang telah ditetapkan. ika lembaga yang bersangkutan tidak mengindahkan teguran yang
diberikan, DSN dapat mengajukan rekomendasi kepada lembaga yang memiliki otoritas, seperti
Bank Indonesia dan Departemen Keuangan untuk memberikan sanksi.






DAFTAR PUSATAKA

Antonio,SyaIiie. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. 2001. akarta: Gema Insani Press.

Artikel Khusus, 'Bank Menurut Konsep Syariah Islam, Majalah Mimbar Ulama, MUI.

Hidayat , Hendi. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional pada
http://ngenyiz.blogspot.com/2009/02/perbedaan-bank-syariah-dan-bank.html

Kamala. Bank Syariah dan Bank Konvensional, serupa tapi tak sama pada
http://kamale.wordpress.com/2006/06/15/bank-syariah-dan-bank-konvensional-serupa-tapi-tak-sama/

Ibnu Anwaruddin, SH., Memahami Perbedaan Prinsip Antara Bank Syariah dengan Bank
Konvensional pada
http://nuansaonline.net/index.php?optioncomcontent&taskview&id132&Itemid30











Pengertian Bank Syariah pada http://tetembak.blogspot.com/2009/12/pengertian-bank-
syariah.html

Anda mungkin juga menyukai