Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Tempat perhentian bus atau halte bus atau bus shelter atau stopan bus (dari bahasa
Inggris bus stop) adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang bus. Biasa
ditempatkan pada jaringan pelayanan angkutan bus. Di pusat kota ditempatkan pada jarak 300
sampai 500 m dan di pinggiran jalan kota (pedestrian/jalur hijau) antara 500 sampai 1000 meter.
Semakin banyak penumpang yang naik turun di suatu tempat perhentian bus semakin
besar dan semakin lengkap Iasilitas yang disediakan. Untuk tempat perhentian yang kecil cukup
dilengkapi dengan rambu lalu lintas saja, dan untuk perhentian yang besar bisa dilengkapi
dengan atap dan tempat duduk, bahkan bila diperlukan dapat dilengkapi dengan kios kecil untuk
menjual surat kabar, atau minuman/makanan ringan.
Koridor merupakan salah satu bentuk atau jenis dari sebuah shelter. Koridor adalah suatu
bangunan yang memiliki konIigurasi khusus untuk membentuk sebuah ruangan rongga.

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
I.1.1. Judul Penelitian
Judul Penelitian : ' Bus Shelter Sebagai Fasilitas Pejalan Kaki di Jalan Jendral Sudirman
Pekanbaru, Riau .
I.1.2. DeIinisi Judul
Perkembangan kota Pekanbaru yang semakin ramai dan menjadi salah satu kota dengan
perkembangan ekonomi yang cukup pesat merangsang penduduk luar daerah untuk melakukan
Urbanisasi ke kota Pekanbaru, sehingga berdampak kepada kebutuhan yang tinggi akan moda
transportasi darat seperti bus.
Melihat perkembangan kebutuhan moda yang meningkat maka pelayanan publik mutlak
ditingkatkan sehingga memberikan kesan yang baik terhadap pelayanan publik dikota ini. Salah
satu pelayanan publik tersebut adalah tentang ketersediaan Iasilitas pejalan kaki yang akan
melakukan kegiatan pergerakan dengan menggunakan angkutan umum, salah satunya adalah
ketersediaan halte bus (bus shelter) yang sesuai dengan standart yang syaratkan sehingga tidak
terjadi kesemerautan lalu lintas. Selain keberadaan Iasilitas tersebut prilaku pejalan kaki yang
menggunakan Iasilitas yang ada juga menjadi pengamatan peneliti dalam tulisan yang singkat
ini, karena ketersediaan dan kelengkapan Iasilitas tanpa sikap yang baik dari pengguna
Iasilitasnya tidak memberi dampak yang baik pula bagi kegiatan lalu-lintas yang aman, nyaman
dan berkualitas.

I.2 RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang muncul diakibatkan oleh beberapa item seperti disebutkan dibawah ini
Permasalahan Makro
Permasalahan Teknis
1. Faktor omfortability.
2. Faktor Safety & Secure.
3. Faktor Accessibility.
4. Faktor Efficient.
5. Faktor Epoch & Endurance.
6. Faktor Image Branding.
Permasalahan Budaya Orang Indonesia
1. Budaya Meremehkan Hal Kecil Dan Terlalu Toleran
2. Budaya Membuang Sampah Sembarangan
3. Budaya Vandalisme

I.3 BATASAN MASALAH
Ruang Lingkup penelitian ini dibatasi hanya memuat tentang ketersediaan dan kelayakan
serta melihat prilaku pengguna Iasiltas ini yakni para pejalan kaki untuk lokasi Shelter Bus yang
berada di sepanjang Jalan Sudirman Pekanbaru.

I.4 MAKSUD & TU1UAN
I.4.1. Maksud
Memberikan saran dan masukan kepada pemerintah kota Pekanbaru agar memberi
perhatian terhadap Iasilitas shelter bus umum yang ada sehingga memenuhi standar pelayanan,
sampai saatnya penerapan BRT ( Trans Metro Pekanbaru ) benar benar terlaksana dengan
baik.

I.4.2. Tujuan
Layaknya kota-kota besar pada umumnya, mobilitas barang dan orang bergerak sangat
cepat, sehingga masalah transportasi menjadi tuntutan mendasar. Kepadatan lalu lintas
Pekanbaru mulai memasuki tahap kritis sebagai akibat kurang berimbangnya antara inIrastruktur
jalan dengan jumlah kendaraan yang ada, selain system transportasi yang kurang eIisien
ditambah lagi bus umum berhenti tidak pada tempatnya mengakibatkan arus lalu lintas menjadi
tidak lancar. Dengan adanya shelter yang memadai, diharapkan dapat menjadi daya tarik
penumpang sehingga merasa nyaman menunggu bus di halte dari pada menunggu di tepi jalan
yang dapat menganggu lalu lintas.






















BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
Pemberhentian Bus adalah bagian perkerasan jalan tertentu yang digunakan untuk
pemberhentian sementara bus, angkutan penumpang umum lainnya pada waktu menaikkan dan
menurunkan penumpang.
Pemberhentian Bus Dengan Teluk adalah Pemberhentian Bus dengan menggunakan
Teluk dan dilengkapi dengan Fasilitas Tunggu Penumpang, Marka, dan Rambu.
Pemberhentian Bus Tanpa Teluk adalah Pemberhentian Bus tanpa menggunakan
Teluk, dilengkapi dengan Marka, Rambu dan minimum dilengkapi dengan Fasilitas Tunggu
Penumpang.
Fasilitas Tunggu Penumpang adalah Iasilitas yang disediakan untuk calon penumpang
menunggu bus, dapat berupa Lantai Tunggu Penumpang, Shelter.
Shelter adalah bagian dari Fasilitas Tunggu Penumpang yang berupa bangunan yang
digunakan untuk para penumpang menunggu bus/angkutan umum dan melindungi penumpang
dari cuaca.
Fungsi lain Pemberhentian Bus adalah meningkatkan disiplin lalu-lintas baik untuk
pengemudi bus maupun untuk penumpang angkutan umum. Naik dan turun bus hanya ditempat
yang telah ditentukan.
Teluk Bus berfungsi untuk :
O Mengurangi gangguan kelancaran lalu-lintas akibat bus berhenti.
O Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan penumpang angkutan umum.
2.2. Kriteria Penempatan
Lokasi Pemberhentian Bus memenuhi beberapa ketentuan sebagai berikut :
O Tidak mengganggu kelancaran lalu-lintas kendaraan maupun pejalan kaki.
O Dekat dengan lahan yang mempunyai potensi besar untuk pemakai angkutan penumpang
umum seperti jembatan penyeberangan.

Gambar.2.1. Penempatan Teluk Bus Di Dekat Jembatan Penyeberangan
O Mempunyai eksesibilitas yang tinggi terhadap pejalan kaki.
O Jarak satu Pemberhentian Bus dengan Pemberhentian Bus lainnya pada suatu ruas jalan
minimal 300 m dan tidak lebih dari 700 meter.
O Jarak dari tepi perkerasan pada kaki simpang ke ujung awal Teluk Bus, sesuai arah lalu-
lintas adalah 50 meter.
O Jarak dari tepi perkerasan pada kaki simpang ke ujung Rambu Stop Bus sesuai arah lalu-
lintas adalah 50 meter.
O Lokasi penempatan Pemberhentian Bus disesuaikan dengan kebutuhan.


Gambar.2.2. Penempatan Teluk Bus Di Dekat Persimpangan

Shelter
: Rambu 'Stop Bus
L 1 : Jarak antara tepi perkerasan pada kaki persimpangan Ke ujung awal teluk
bus minimum 50 meter.
L 2 : Jarak antara tepi perkerasan pada kaki persimpangan ke rambu Stop Bus
minimum 50 meter (tanpa teluk)

2.3. Dimensi
Dimensi Pemberhentian Bus Dengan Teluk harus dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan
kendaraan untuk melakukan gerakan masuk dan keluar Teluk Bus tanpa mengganggu lalu-lintas
lainnya. Jalur lalu-lintas pada Teluk Bus harus terdiri dari jalur perlambatan, jalur tunggu dan
jalur percepatan. Panjang jalur tunggu disesuaikan dengan kebutuhan. Minimal 40 It panjang
jalur perlambatan untuk lalu-lintas rendah dan 60 It untuk lalu-lintas tinggi.

Gambar . 2.3. Jalur Perlambatan Bus

2.4. Persyaratan-persyaratan Lain
Dalam merencanakan Pemberhentian Bus perlu memperhatikan persyaratan-persyaratan
yang berlaku, yang dikeluarkan oleh :
- Pemerintah Daerah setempat.
- Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga.
- Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

2.5. Dimensi Tipikal
Panjang Jalur Tunggu ditetapkan berdasarkan jenis bus dengan kapasitas 30 penumpang,
ditambah dengan panjang toleransinya dan mempunyai total sebesar 11 meter untuk setiap bus.


2.6. Kebutuhan Panjang 1alur Tunggu.
Panjang jalur tunggu disesuaikan dengan jumlah bus tunggu rencana. Jumlah bus tunggu
dihitung berdasarkan jumlah waktu tunggu untuk jumlah bus tunggu rencana dan sekurang-
kurangnya 70 persen sampai dengan 85 persen dari jumlah waktu tunggu seluruh bus yang
menggunakan Teluk Bus itu. Perhitungan tersebut berdasarkan pada satu hari kerja yang
mewakili hari kerja tahun tersebut. Jumlah bus tunggu rencana dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut:

X YX



Ti Total waktu tunggu untuk jumlah bus tunggu i (detik)
Tij Lama waktu (masa) tunggu bus, untuk jumlah bus tunggu i dan Irekuensi ke j (detik).
i Jumlah bus tunggu pada suatu saat (unit bus)
j Frekuensi ke j dari suatu jumlah anggota statistik.
(Jumlah Bus tunggu i yang ke j).

2.7. Perlengkapan
Penghentian Bus harus dilengkapi Rambu Lalu-lintas, Marka Jalan, dan Fasilitas Tunggu
Penumpang.
Rambu "STOP BUS" harus dipasang pada bagian akhir jalur tunggu, sesuai dengan
ketentuan pemasangan rambu.
Marka garis putus dipasang pada bagian jalur perlambatan dan jalur percepatan.
Marka garis penuh di pasang pada bagian jalur tunggu.
Shelter dapat dipasang pada Penghentian Bus Dengan Teluk atau pada Penghentian Bus
Tanpa Teluk.
Untuk Teluk Bus harus dilengkapi dengan Shelter.
Ketentuan-ketentuan lain tentang marka jalan harus mengikuti ketentuan-ketentuan pada
peraturan marka jalan.




Gambar . 2.4. Perlengkapan rambu pada shelter bus

2.8. S t r u k t u r
gar jalur Penghentian Bus dapat tahan lama maka dianjurkan menggunakan perkerasan
kaku. Lantai Tunggu Penumpang harus sama dengan struktur trotoar, dan jika memungkinkan
terdapat Iasilitas parkir bagi pengendara kendaraan pribadi yang ingin menggunakan angkutan
bus.

Gambar . 2.5. Struktur Perhentian Bus dilengkapi Dengan Areal Parkir

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Studi literatur
Penelitian ini adalah penelitian yang bersiIat spontanitas yang tentunya bukan merupakan
penelitian yang menggunakan data-data primer sebagai acuan untuk menentukan hasil akhir
penelitian dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia yakni 2 minggu. Penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan praktek yang terjadi di
lapangan dan dipecahkan dengan melakukan beberapa analisa studi literature dengan
melakukan penyesuaian antara teori, peraturan serta standar yang ada tentang bus shelter
dengan keadaan sebenarnya terlaksana di kota pekanbaru.
Peraturan / Standart yang dimaksud antara lain:
TATA CARA PERENCANAAN PENGHENTIAN BUS DIREKTORT
JENDERL BIN MRG DIREKTORT PEMBINN JLN KOT NO.
015/T/BNKT/1990
BUS STOP DESIGN GUIDELINES oleh Darnell & ASSOCIATES October 4,
2006
2. Survey wawancara
Survey wawancara dilakukan terhadap supir bus kota dan pejalan kaki sebagai pengguna
Shelter Bus. Wawancara yang dilakukan berkenaan dengan tanggapan kedua komponen
diatas tentang permasalahan shelter bus yang ada di sepanjang Jl.Jendral Sudirman
Pekanbaru dan solusi yang mereka kemukakan sebagai masukan bagi pemerintah kota
pekanbaru dalam peningkatan pelayanan kepada pejalan kaki.
3. Menyimpulkan permasalahan
Berdasarkan wawancara dengan beberapa orang supir bus dan pejalan kaki yang
menggunakan shelter bus maka penulis menganalisa beberapa permasalahan yang terjadi dan
menyimpulkannya sebagai masalah-masalah shelter bus di pekanbaru yang harus dicarikan
solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah.



4. Solusi
Solusi yang paling baik dalam memecahkan masalah adalah mengikuti dan mengacu
kepada peraturan yang telah dibuat dalam pembangunan Iasilitas shelter bus di kota
Pekanbaru. Namun tidak semua peraturan dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah
dikarenakan budaya, topograIi dan kondisi daerah satu dengan daerah lain berbeda tingkat
kepadatan lalu-lintasnya. Untuk itu solusi yang diberikan oleh penulis adalah dengan
mengacu pada peraturan yang dianggap sesuai dan cocok menurut penulis dengan kondisi
budaya, topograIi daerah dan tingkat kepadatan lalu lintas di Pekanbaru
5. Alur Diagram Penelitian
Penelitian ini bisa dibuat alur sebagaimana yang tercantum di bawah ini:

Gambar . 3.1. Bagan Alir Penelitian







BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Permasalahan Makro
Masalah yang paling mendasar, Pekanbaru belum sepenuhnya terlayani oleh angkutan
khusus BRT ( Trans Metro Pekanbaru ). Secara tidak langsung, prasarana pendukung bus kota
seperti Shelter Bus Kota yang sesuai dengan standart dan system aksesbilitas juga harus dipenuhi
sampai system BRT dipekanbaru benar-benar diberlakukan dengan baik.
Permasalahan shelter bus sebenarnya merupakan permasalahan satu arah yang
bergantung pada pejalan kakinya bukan permasalahan operator busnya, karena yang meminta
naik di jalan dan turun di jalan adalah penumpang. Hal ini dikarenakan beberapa permasalahan
teknis yang belum bisa terpenuhi dan juga budaya orang Indonesia seperti yang dijelaskan
dibawah ini:
4.2. Permasalahan Teknis
Berikut adalah beberapa permasalahan teknis:
1. Faktor omfortability.
Shelter harus dapat melindungi calon penumpang dari kondisi di luar shelter seperti
hujan, debu, dan asap kendaraan bermotor. Hal-hal tersebut dapat sangat mengganggu. Pada saat
suhu Pekanbaru pada kondisi ekstrem (29-32 derajat celcius), shelter diharapkan mampu
menanggulangi hawa panas yang datang dari terik matahari.



Gambar . 4.1. Shelter yang memiliki tempat berteduh pengguna
fasilitas

Gambar . 4.2. Shelter yang tidak memiliki tempat berteduh dan atap
yang rusak pengguna fasilitas

2. Faktor Safety & Secure.
Shelter juga harus memperhatikan unsur privasi yang seharusnya di dapat para calon
penumpang agar tidak terganggu. Pada halte umum terlihat bahwa tidak sedikit orang yang ikut
duduk atau beristirahat di shelter tersebut meskipun mereka bukan dari calon penumpang bus
dan terkadang pengendara sepeda motor yang berhenti sejenak dan memarkir kendaraan di
shelter tersebut. Ini sangat berpengaruh terhadap keamanan calon penumpang.


Gambar . 4.3. Shelter yang dijadikan tempat persinggahan sementara
oleh pengendara motor


3. Faktor Accessibility.
Pelayanan angkutan publik buruk bisa dilihat dari tingkat pelayanan rendah, tingkat
aksesibilitas yang juga rendah (bisa dilihat dari masih banyaknya bagian dari kawasan perkotaan
yang belum dilayanan oleh angkutan umum, dan rasio antara panjang jalan di perkotaan rata-rata
masih dibawah 70, bahkan dibawah 15 terutama di kota metropolitan, kota sedang,
menengah) dan biaya yang relatiI tinggi. Biaya tinggi ini akibat rendahnya aksesibilitas dan
kurang baiknya jaringan pelayanan angkutan umum yang mengakibatkan masyarakat harus
melakukan beberapa kali pindah angkutan dari titik asal sampai tujuan, belum adanya
keterpaduan sistem tiket, dan kurangnya keterpautan moda. Pembenahan dilakukan pada shelter
agar memberikan sebuah system yang saling terkait agar dapat meningkatakan eIisiensi kerja.

4. Faktor Efficient.
EIisien dalam hal ini yang dimaksud adalah eIisiensi dalam perancangan. Untuk
menciptakan sebuah eIisiensi kerja yang optimal diperlukan sebuah system khusus yaitu
modular. Sistem tersebut memberikan eIek besar terhadap proses rancang bangun dan
manuIaktur. Selain eIisiensi kerja, shelter ini juga eIisien terhadap energi. Penyesuaian terhadap
konsep awal (eco-friendly) diwujudkan melalui shelter yang hemat energi dan peduli akan
kondisi kota.

Gambar . 4.4. Shelter dengan rancangan efisien dengan konsep
eco-friendly

5. Faktor Epoch & Endurance.
Berbicara tentang public facility pasti juga berbicara tentang daya tahan, jangka waktu,
dan eIek samping dari shelter itu sendiri. Tindakan lalai terhadap peraturan, alih Iungsi, bahkan
vandalisme sudah sangat sering dijumpai di dalam shelter bus. Belum lagi masalah yang datang
dari alam dan sangat mempengaruhi.


Gambar . 4.5. Shelter yang telah dialih fungsikan menjadi tempat
antrian masuk kendaraan di mall

6. Faktor Image Branding.
Banyak shelter di Pekanbaru yang sudah memperhatikan unsur estetika desain dan
pengembangan promosi. Namun belum begitu terlihat bagaimana shelter tersebut dapat menarik
perhatian bagi para calon penumpangnya karena jarak antar halte yang relative sangat berjauhan
dengan pusat-pusat keramaian dan tidak mencukupi berdasarkan kebutuhan. palagi pada saat
malam hari, kurang sekali adanya cahaya yang memadai. Padahal Iaktor pencahayaan secara
tidak langsung sangat membantu dalam membentuk citra sebuah shelter.

Gambar . 4.6. Shelter yang pencahayaan sudah rusak

4.3 Permasalahan Budaya Orang Indonesia
Disamping permasalahan teknis yang dibahas dalam penelitian ini permasalahan budaya
pejalan kaki yang ada di kota pekanbaru juga turut member andil atas permasalahan yang terjadi.
Bangsa Indonesia memiliki budaya-budaya yang sedikit berbeda dengan masyarakat luar negeri
dan budaya-budaya tersebut biasanya berdampak besar terhadap sebuah perancangan
kebanyakan Iasilitas umum.
1. Budaya Meremehkan Hal Kecil dan Terlalu Toleran
Orang Indonesia dikenal senang meremehkan hal yang kecil seperti standar keselamatan
dan sikap buru-buru yang terkadang merugikan bagi orang lain. Gambar di bawah ini dapat
mengancam jiwa penumpang karena kendaraan tidak menaikkan penumpang pada posisi yang
seharusnya. Penumpang tidak protes meskipun supir bus tidak memperhatikan hak-hak mereka.


Gambar . 4.7. kendaraan umum tidak berhenti pada posisi yang
seharusnya
2. Budaya Membuang Sampah Sembarangan
Sebenarnya ini bukan sebuah budaya, namun perilaku ini terlihat sudah mendarah-daging
dengan masyarakat Indonesia. Perilaku sebagian masyarakat membuang sampah sembarangan
merupakan sebuah Ienomena yang terlihat setiap hari. Rendahnya kesadaran membuang sampah
pada tempatnya dan tidak membuang sampah disaat tidak ada tempat sampah merupakan sebuah
perilaku yang bisa terjadi di shelter bus.


Gambar . 4.8. Shelter dijadikan tempat tidur gepeng/buang sampah
sehingga mengurangi kenyamanan pengguna shelter

Dari 'kebudayaan tersebut mungkin hal yang perlu untuk dijadikan solusi prima untuk
menghindari adanya kekotoran di sekitar shelter yaitu dengan diminimalkan adanya celah-celah
yang memungkinkan untuk membuang sampah sembarangan. Dengan didukung konIigurasi
yang pas di dalam shelter, itu akan menyulitkan calon penumpang untuk membuang sampah
sembarangan. Selain itu tempat sampah juga harus memadai untuk Iasilitas di dalam shelter dan
juga sikap tegas dari pemko pekanbaru dalam mengatasi gepeng yang menggunakan Iasilitas
umum agar ditindak sesuai aturan berlaku sehingga tidak merugikan pejalan kaki yang
menggunakan halte.

Gambar . 4.9. fasilitas pembuangan sampah

3. Budaya Vandalisme
Vandalisme adalah sebuah tindakan Irontal yang besiIat melanggar sebuah aturan yang
ada. Perlakuan yang diterapkan biasanya bersiIat merusak dan merugikan. Masyarakat Indonesia
adalah masyarakat yang 'kreatiI. Mereka suka menebar karyakarya mereka di jalan-jalan.
Hanya dengan bermodalkan cat semprot mereka dengan santai mencoret-coret Iasilitas umum
(termasuk shelter). Budaya ini sangat merugikan negara. Selain Budaya corat-coret, ada juga
budaya 'lempar-lempar. Tidak sedikit Iasilitas umum (termasuk shelter) pecah berantakan
hanya karena perlampiasan emosi seseorang. Hal ini selain membuat semakin jeleknya image
kota, arus pemakaian Iasilitas penduduk juga ikut terhambat.
Salah satu cara untuk mengurangi 'kebudayaan tersebut mungkin yaitu dengan adanya
penyuluhan terhadap manusianya masing-masing. Tetapi di dalam pihak shelter hanya dapat
mengurangi. DeIinisi mengurangi itu adalah dengan cara meminimalisir tempat-tempat agar
mereka tidak leluasa membuat coretan-coretan. Selain itu didukung juga dengan pemilihan
aplikasi material yang Heavy duty agar dapat menghindari adanya kerusakan.








BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dapat di simpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan
shelter bus dipekanbaru antara lain:
1. Dari segi persyaratan teknis Iasilitas shelter di Pekanbaru secara umum sudah memenuhi
standart pelayanan yang baik dengan beberapa catatan yakni masih ada beberapa halte yang
tidak layak digunakan dan harus dilakukan perbaikan seperti shelter di jembatan
penyeberangan Ramayana yang tidak memiliki atap dan saat ini telah dialih Iungsikan secara
tidak resmi oleh pihak mall untuk tempat antrian kendaraan pengunjung mereka seperti yang
terlihat pada gambar sebelumnya.
2. Meskipun secara umum standart pelayanan sudah memenuhi namun jumlah shelter yang ada
di sepanjang jalan sudirman masih kurang yang seharusnya jarak antar halte maksimal 1 km.

SARAN
1. Dengan adanya BRT yang walaupun belum optimal pelaksanaannya keberadaan shelter
harusnya di pelihara dengan asumsi jika BRT berjalan maksimal shelter bisa dipindahkan ke
daerah lain yang belum terlayani BRT
2. Permasalahan yang paling sulit diatasi adalah budaya orang Indonesia yang dijelaskan
sebelumnya yang harus menjadi perhatian pemerintah agar dapat dilakukan sosialisasi
sehingga pengguna shelter tidak dirugikan hak-hak mereka.










Daftar Pustaka


Darnell & SSOCITES, 2006. ~ BUS Stop Design Guidelines . San Bernardino
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan Kota, 1990. ~ Tata Cara
Perencanaan Penghentian Bus NO. 015/T/BNKT/1990 ~ . 1akarta
JlqlllbltsoclJ/pobllc/l15uoJetqtoJoote101J7cboptet1pJf

Anda mungkin juga menyukai