Tugas Rekayasa Lalulintas
Tugas Rekayasa Lalulintas
PENDAHULUAN
Tempat perhentian bus atau halte bus atau bus shelter atau stopan bus (dari bahasa
Inggris bus stop) adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang bus. Biasa
ditempatkan pada jaringan pelayanan angkutan bus. Di pusat kota ditempatkan pada jarak 300
sampai 500 m dan di pinggiran jalan kota (pedestrian/jalur hijau) antara 500 sampai 1000 meter.
Semakin banyak penumpang yang naik turun di suatu tempat perhentian bus semakin
besar dan semakin lengkap Iasilitas yang disediakan. Untuk tempat perhentian yang kecil cukup
dilengkapi dengan rambu lalu lintas saja, dan untuk perhentian yang besar bisa dilengkapi
dengan atap dan tempat duduk, bahkan bila diperlukan dapat dilengkapi dengan kios kecil untuk
menjual surat kabar, atau minuman/makanan ringan.
Koridor merupakan salah satu bentuk atau jenis dari sebuah shelter. Koridor adalah suatu
bangunan yang memiliki konIigurasi khusus untuk membentuk sebuah ruangan rongga.
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
I.1.1. Judul Penelitian
Judul Penelitian : ' Bus Shelter Sebagai Fasilitas Pejalan Kaki di Jalan Jendral Sudirman
Pekanbaru, Riau .
I.1.2. DeIinisi Judul
Perkembangan kota Pekanbaru yang semakin ramai dan menjadi salah satu kota dengan
perkembangan ekonomi yang cukup pesat merangsang penduduk luar daerah untuk melakukan
Urbanisasi ke kota Pekanbaru, sehingga berdampak kepada kebutuhan yang tinggi akan moda
transportasi darat seperti bus.
Melihat perkembangan kebutuhan moda yang meningkat maka pelayanan publik mutlak
ditingkatkan sehingga memberikan kesan yang baik terhadap pelayanan publik dikota ini. Salah
satu pelayanan publik tersebut adalah tentang ketersediaan Iasilitas pejalan kaki yang akan
melakukan kegiatan pergerakan dengan menggunakan angkutan umum, salah satunya adalah
ketersediaan halte bus (bus shelter) yang sesuai dengan standart yang syaratkan sehingga tidak
terjadi kesemerautan lalu lintas. Selain keberadaan Iasilitas tersebut prilaku pejalan kaki yang
menggunakan Iasilitas yang ada juga menjadi pengamatan peneliti dalam tulisan yang singkat
ini, karena ketersediaan dan kelengkapan Iasilitas tanpa sikap yang baik dari pengguna
Iasilitasnya tidak memberi dampak yang baik pula bagi kegiatan lalu-lintas yang aman, nyaman
dan berkualitas.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang muncul diakibatkan oleh beberapa item seperti disebutkan dibawah ini
Permasalahan Makro
Permasalahan Teknis
1. Faktor omfortability.
2. Faktor Safety & Secure.
3. Faktor Accessibility.
4. Faktor Efficient.
5. Faktor Epoch & Endurance.
6. Faktor Image Branding.
Permasalahan Budaya Orang Indonesia
1. Budaya Meremehkan Hal Kecil Dan Terlalu Toleran
2. Budaya Membuang Sampah Sembarangan
3. Budaya Vandalisme
I.3 BATASAN MASALAH
Ruang Lingkup penelitian ini dibatasi hanya memuat tentang ketersediaan dan kelayakan
serta melihat prilaku pengguna Iasiltas ini yakni para pejalan kaki untuk lokasi Shelter Bus yang
berada di sepanjang Jalan Sudirman Pekanbaru.
I.4 MAKSUD & TU1UAN
I.4.1. Maksud
Memberikan saran dan masukan kepada pemerintah kota Pekanbaru agar memberi
perhatian terhadap Iasilitas shelter bus umum yang ada sehingga memenuhi standar pelayanan,
sampai saatnya penerapan BRT ( Trans Metro Pekanbaru ) benar benar terlaksana dengan
baik.
I.4.2. Tujuan
Layaknya kota-kota besar pada umumnya, mobilitas barang dan orang bergerak sangat
cepat, sehingga masalah transportasi menjadi tuntutan mendasar. Kepadatan lalu lintas
Pekanbaru mulai memasuki tahap kritis sebagai akibat kurang berimbangnya antara inIrastruktur
jalan dengan jumlah kendaraan yang ada, selain system transportasi yang kurang eIisien
ditambah lagi bus umum berhenti tidak pada tempatnya mengakibatkan arus lalu lintas menjadi
tidak lancar. Dengan adanya shelter yang memadai, diharapkan dapat menjadi daya tarik
penumpang sehingga merasa nyaman menunggu bus di halte dari pada menunggu di tepi jalan
yang dapat menganggu lalu lintas.
BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Pemberhentian Bus adalah bagian perkerasan jalan tertentu yang digunakan untuk
pemberhentian sementara bus, angkutan penumpang umum lainnya pada waktu menaikkan dan
menurunkan penumpang.
Pemberhentian Bus Dengan Teluk adalah Pemberhentian Bus dengan menggunakan
Teluk dan dilengkapi dengan Fasilitas Tunggu Penumpang, Marka, dan Rambu.
Pemberhentian Bus Tanpa Teluk adalah Pemberhentian Bus tanpa menggunakan
Teluk, dilengkapi dengan Marka, Rambu dan minimum dilengkapi dengan Fasilitas Tunggu
Penumpang.
Fasilitas Tunggu Penumpang adalah Iasilitas yang disediakan untuk calon penumpang
menunggu bus, dapat berupa Lantai Tunggu Penumpang, Shelter.
Shelter adalah bagian dari Fasilitas Tunggu Penumpang yang berupa bangunan yang
digunakan untuk para penumpang menunggu bus/angkutan umum dan melindungi penumpang
dari cuaca.
Fungsi lain Pemberhentian Bus adalah meningkatkan disiplin lalu-lintas baik untuk
pengemudi bus maupun untuk penumpang angkutan umum. Naik dan turun bus hanya ditempat
yang telah ditentukan.
Teluk Bus berfungsi untuk :
O Mengurangi gangguan kelancaran lalu-lintas akibat bus berhenti.
O Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan penumpang angkutan umum.
2.2. Kriteria Penempatan
Lokasi Pemberhentian Bus memenuhi beberapa ketentuan sebagai berikut :
O Tidak mengganggu kelancaran lalu-lintas kendaraan maupun pejalan kaki.
O Dekat dengan lahan yang mempunyai potensi besar untuk pemakai angkutan penumpang
umum seperti jembatan penyeberangan.
Gambar.2.1. Penempatan Teluk Bus Di Dekat Jembatan Penyeberangan
O Mempunyai eksesibilitas yang tinggi terhadap pejalan kaki.
O Jarak satu Pemberhentian Bus dengan Pemberhentian Bus lainnya pada suatu ruas jalan
minimal 300 m dan tidak lebih dari 700 meter.
O Jarak dari tepi perkerasan pada kaki simpang ke ujung awal Teluk Bus, sesuai arah lalu-
lintas adalah 50 meter.
O Jarak dari tepi perkerasan pada kaki simpang ke ujung Rambu Stop Bus sesuai arah lalu-
lintas adalah 50 meter.
O Lokasi penempatan Pemberhentian Bus disesuaikan dengan kebutuhan.
Gambar.2.2. Penempatan Teluk Bus Di Dekat Persimpangan
Shelter
: Rambu 'Stop Bus
L 1 : Jarak antara tepi perkerasan pada kaki persimpangan Ke ujung awal teluk
bus minimum 50 meter.
L 2 : Jarak antara tepi perkerasan pada kaki persimpangan ke rambu Stop Bus
minimum 50 meter (tanpa teluk)
2.3. Dimensi
Dimensi Pemberhentian Bus Dengan Teluk harus dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan
kendaraan untuk melakukan gerakan masuk dan keluar Teluk Bus tanpa mengganggu lalu-lintas
lainnya. Jalur lalu-lintas pada Teluk Bus harus terdiri dari jalur perlambatan, jalur tunggu dan
jalur percepatan. Panjang jalur tunggu disesuaikan dengan kebutuhan. Minimal 40 It panjang
jalur perlambatan untuk lalu-lintas rendah dan 60 It untuk lalu-lintas tinggi.
Gambar . 2.3. Jalur Perlambatan Bus
2.4. Persyaratan-persyaratan Lain
Dalam merencanakan Pemberhentian Bus perlu memperhatikan persyaratan-persyaratan
yang berlaku, yang dikeluarkan oleh :
- Pemerintah Daerah setempat.
- Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga.
- Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
2.5. Dimensi Tipikal
Panjang Jalur Tunggu ditetapkan berdasarkan jenis bus dengan kapasitas 30 penumpang,
ditambah dengan panjang toleransinya dan mempunyai total sebesar 11 meter untuk setiap bus.
2.6. Kebutuhan Panjang 1alur Tunggu.
Panjang jalur tunggu disesuaikan dengan jumlah bus tunggu rencana. Jumlah bus tunggu
dihitung berdasarkan jumlah waktu tunggu untuk jumlah bus tunggu rencana dan sekurang-
kurangnya 70 persen sampai dengan 85 persen dari jumlah waktu tunggu seluruh bus yang
menggunakan Teluk Bus itu. Perhitungan tersebut berdasarkan pada satu hari kerja yang
mewakili hari kerja tahun tersebut. Jumlah bus tunggu rencana dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut:
X YX
Ti Total waktu tunggu untuk jumlah bus tunggu i (detik)
Tij Lama waktu (masa) tunggu bus, untuk jumlah bus tunggu i dan Irekuensi ke j (detik).
i Jumlah bus tunggu pada suatu saat (unit bus)
j Frekuensi ke j dari suatu jumlah anggota statistik.
(Jumlah Bus tunggu i yang ke j).
2.7. Perlengkapan
Penghentian Bus harus dilengkapi Rambu Lalu-lintas, Marka Jalan, dan Fasilitas Tunggu
Penumpang.
Rambu "STOP BUS" harus dipasang pada bagian akhir jalur tunggu, sesuai dengan
ketentuan pemasangan rambu.
Marka garis putus dipasang pada bagian jalur perlambatan dan jalur percepatan.
Marka garis penuh di pasang pada bagian jalur tunggu.
Shelter dapat dipasang pada Penghentian Bus Dengan Teluk atau pada Penghentian Bus
Tanpa Teluk.
Untuk Teluk Bus harus dilengkapi dengan Shelter.
Ketentuan-ketentuan lain tentang marka jalan harus mengikuti ketentuan-ketentuan pada
peraturan marka jalan.
Gambar . 2.4. Perlengkapan rambu pada shelter bus
2.8. S t r u k t u r
gar jalur Penghentian Bus dapat tahan lama maka dianjurkan menggunakan perkerasan
kaku. Lantai Tunggu Penumpang harus sama dengan struktur trotoar, dan jika memungkinkan
terdapat Iasilitas parkir bagi pengendara kendaraan pribadi yang ingin menggunakan angkutan
bus.
Gambar . 2.5. Struktur Perhentian Bus dilengkapi Dengan Areal Parkir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Studi literatur
Penelitian ini adalah penelitian yang bersiIat spontanitas yang tentunya bukan merupakan
penelitian yang menggunakan data-data primer sebagai acuan untuk menentukan hasil akhir
penelitian dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia yakni 2 minggu. Penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan praktek yang terjadi di
lapangan dan dipecahkan dengan melakukan beberapa analisa studi literature dengan
melakukan penyesuaian antara teori, peraturan serta standar yang ada tentang bus shelter
dengan keadaan sebenarnya terlaksana di kota pekanbaru.
Peraturan / Standart yang dimaksud antara lain:
TATA CARA PERENCANAAN PENGHENTIAN BUS DIREKTORT
JENDERL BIN MRG DIREKTORT PEMBINN JLN KOT NO.
015/T/BNKT/1990
BUS STOP DESIGN GUIDELINES oleh Darnell & ASSOCIATES October 4,
2006
2. Survey wawancara
Survey wawancara dilakukan terhadap supir bus kota dan pejalan kaki sebagai pengguna
Shelter Bus. Wawancara yang dilakukan berkenaan dengan tanggapan kedua komponen
diatas tentang permasalahan shelter bus yang ada di sepanjang Jl.Jendral Sudirman
Pekanbaru dan solusi yang mereka kemukakan sebagai masukan bagi pemerintah kota
pekanbaru dalam peningkatan pelayanan kepada pejalan kaki.
3. Menyimpulkan permasalahan
Berdasarkan wawancara dengan beberapa orang supir bus dan pejalan kaki yang
menggunakan shelter bus maka penulis menganalisa beberapa permasalahan yang terjadi dan
menyimpulkannya sebagai masalah-masalah shelter bus di pekanbaru yang harus dicarikan
solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah.
4. Solusi
Solusi yang paling baik dalam memecahkan masalah adalah mengikuti dan mengacu
kepada peraturan yang telah dibuat dalam pembangunan Iasilitas shelter bus di kota
Pekanbaru. Namun tidak semua peraturan dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah
dikarenakan budaya, topograIi dan kondisi daerah satu dengan daerah lain berbeda tingkat
kepadatan lalu-lintasnya. Untuk itu solusi yang diberikan oleh penulis adalah dengan
mengacu pada peraturan yang dianggap sesuai dan cocok menurut penulis dengan kondisi
budaya, topograIi daerah dan tingkat kepadatan lalu lintas di Pekanbaru
5. Alur Diagram Penelitian
Penelitian ini bisa dibuat alur sebagaimana yang tercantum di bawah ini: