Anda di halaman 1dari 7

INSTALASI PENANGKAL PETIR (LIGHTNING PROTECTION) Instalasi Penangkal Petir adalah instalasi komponenkomponen dan peralatan-peralatan yang secara

keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan menyalurkannya ke tanah, sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya atau benda-benda yang dilindunginya terhindar dari bahaya sambaran petir. Petir adalah fenomena alam berupa gejala listrik di atmosfir yang timbul bila terjadi banyak kondensasi dari uap air dan ada arus udara naik yang kuat. Bagian inti dari petir (stepped leader) saat bergerak ke bumi melepaskan muatan listrik yang besar sehingga menimbulkan perbedaan tegangan yang besar, yang mengakibatkan permukaan bumi melepaskan muatan yang berlawanan. Pertemuan muatan-muatan dari permukaan bumi dan ujung-ujung stepped leader terjadi pada ketinggian antara 20 70 meter di atas permukaan bumi. Kuat arus yang terjadi mencapai 20-200 KiloAmpere. Pada manusia, untuk diketahui bahwa arus listrik antara 15-30 mA, sudah dapat mengakibatkan kematian karena pada arus tersebut sudah sulit untuk melepaskan pegangan. Untuk itu diperlukan usaha pemusatan daerah-daerah sambaran ke titik-titik yang dapat diamankan, sehingga arus tenaga yang berkrkuatan tinggi dapat disalurkan ke dalam tanah (grounding) dengan aman.

Pada dasarnya instalasi penangkal petir terdiri atas 1. Penangkap petir Yang merupakan penghantar di atas tanah, di pasang di atas bagian bangunan yang tertinggi atau atap bangunan, berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang mendatar. 2. Penghantar Suatu jaringan penghantar pada dinding atau di dalam bangunan sebagai penyalur arus petir dari elektroda penangkap ke tanah, dan dapat terbuat dari tembaga, baja galvanis atau alumunium. Elektroda pentanahan (ground) Terdiri atas: elektroda pita (strip) yang ditanam minimum 0,5-1 m dari permukaan tanah elektroda batang dari pipa atau besi baja profil yang dipancangkan tegak lurus dalam tanah sampai kedalaman 2 m elektroda pelat yang ditanam minimum 0,5 m dari permukaan tanah Pada prinsipnya semua elektroda harus terbuat dari bahan-bahan yang bersifat konduktor/penghantar arus yang baik.
3.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan dan pemasangan instalasi penangkal petir: Keamanan secara teknis, tanpa mengabaikan keserasian arsitektural/keindahan bangunan Penampang hantaran pentanahan yang digunakan Ketahanan secara mekanis

Ketahanan terhadap korosi Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi Nilai ekonomis Secara umum dikenal 3 jenis sistem penangkal petir yang sering digunakan: 1. Sistem Tongkat Franklin (konvensional) memakai antenna/terminal udara (air terminals) dari batang logam/metal runcing (umumnya tembaga/copper spit) yang ditempatkan pada bagian tertinggi dari bangunan tinggi spit di atas bangunan yang beratap runcing/miring adalah 25-35 cm, jika di atas atap datar 25-90 cm sudut perlindungan umumnya adalah 45, sedang untuk bangunan yang mudah terbakar/meledak adalah 30 jika atap terlalu lebar maka spit dapat dipasang lebih dari satu dengan jarak maksimum antar spit 6 m setiap spit dihubungkan dengan penghantar (batang tembaga) ke elektroda pentanahannya (ground) elektroda pentanahan dapat dibuat dalam bak control untuk memudahkan pemeriksaan dan pengetesannya sistem ini sangat praktis tetapi jangkauan perlindungannya sangat terbatas 2. Sistem Sangkar Faraday sistem ini hamper sama dengan franklin, tetapi dikembangkan dalam suatu rangkaian yang juga dilengkapi dengan konduktor penangkap horisontalnya, sehingga menyerupai sangkar,

selanjutnya rangkaian ini dihubungkan dengan penghantar ke ground-nya Konduktor horizontal dipasang keliling pada atap bangunan, dan jika atap berukuran lebar maka dipasang deret konduktor horizontal secara parallel Jarak maksimum dari tepi 9 m, dan jarak antar konduktor parallel 18 m Pada setiap jalur konduktor horizontal dipasang antena/spit dengan tinggi 25-90 cm, dan jarak antar spit 7,5 m. Sistem ini memiliki jangkauan yang cukup luas, tetapi biaya lebih mahal, serta agak mengganggu tampilan keindahan bangunan

3. Sistem Preventor/Radioaktif/Thomas menggunakan sistem radioaktif pada terminal udaranya bahan radioaktif pada terminal udara (spit) akan mengionisasi udara disekitarnya sehingga dapat menangkap muatan listrik yang dilepaskan petir untuk disalurkan ke bumi (ground) radius perlindungannya sangat tergantung dari bahan radioaktifnya dan garis kerjanya berbentuk lingkaran setengah bola beberapa tipe bahan radioaktif mampu melindungi radius pelayanan antara 35 m sampai 100 m setiap preventor seperti pada sistem konvensional membutuhkan satu ground sangat efektif digunakan untuk bangunan tinggi dan besar, dan tentunya membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal dari sistem yang lain.

VIKING adalah suatu penangkal petir modern (elektrostatis) yang sekarang banyak digunakan. Viking sangat cocok digunakan pada bangunan bangunan tinggi seperti gedung, mall, ataupun pabrik.Dengan radius proteksi max 132 meter Viking sangat handal digunakan untuk melindungi suatu bangunan.

Cara kerja penangkal petir

Penangkal petir tipe lama dibuat dari bahan tiang atau kabel yang mempunyai hambatan listrik besar, sehingga diharapkan listrik yang sampai pada pangkal penangkal petir cukup aman untuk dialirkan ke bumi. Penangkal petir modern dapat menerima secara struktur besarnya tegangan listrik yang didapat dari petir dan mengalirkannya ke bumi. Teori diversi sebagai dasar dari prinsip kerja penangkal petir, menyatakan bahwa kemampuan penangkal petir modern melindungi struktur dikarenakan kemampuan pembumiannya yang baik. Sehingga sambaran petir yang terjadi dapat dialirkan dengan aman ke bumi melalui konduktor pembumian.

Ujung penangkal petir mempunyai kemampuan "mengundang" petir yang berada disekelilingnya untuk disambar petir. Ini terjadi karena udara disekitar ujung penangkal petir mengalami ionisasi, sehingga berakibat mempunyai sifat konduktor yang dapat dialiri loncatan listrik.

Sedangkan pangkal ujung bawah penangkal petir idealnya merupakan lapisan yang mempunyai sifat penghantar listrik. Ini akan membuat daya serap tanah dari ujung penangkal petir akan tersebar lebih merata. Dalam penghantaran listrik petir, yang harus diperhatikan ialah hambatan listrik pada konduktor perantara antara ujung atas (air terminal) dan pembumian. Harus dirancang jalur terpendek dari air terminal menuju pembumian dan setiap belokan harus mempunyai radius yang cukup besar. Bila hal ini tidak diperhatikan, maka sambaran petir akan mencari penghantar terpendek menuju pembumian, meskipun tidak melalui jalur penangkal petir (seperti melalui jaringan kabel rumah atau pipa plumbing). Ini dapat menyebabkan kebakaran dan bencana lain.

Setelah pemasangan penangkal petir, maka harus dianalisa faktor kemampuan tanah untuk menahan aliran listrik dalam radius tertentu. Pengetesan harus dilakukan untuk menjamin bahwa semua listrik yang menyambar dapat didistribusikan dengan baik. Ini menyebabkan pemasangan penangkal petir harus diserahkan kepada ahli pemasang penangkal petir.

Grounding / Pembumian Kelayakan Grounding / Pembumian harus bisa memiliki nilai Tahanan sebaran Maksimal 5 Ohm (bila bibawah 5 Ohm lebih baik), untuk nilai grounding seperti ini tidak semua areal bisa memenuhinya tergantung oleh berbagai macam aspek :
1. Kadar Air bila air tanah dangkal / penghujan maka nilai tahanan

sebaran mudah didapatkan. 2. Mineral/garam kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan karena semakin berlogam maka listrik semakin mudah menghantarkan 3. Keasaman semakin asam PH tanah maka arus listrik semakin mudah menghantarkan 4. Tekstur tanah untuk daerah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk mendapatkan tahana sebaran yang baik karena untukjenis tanah ini air dan mineral akan mudah hanyut Single Grounding yakni penancapan sebuah stick arus pelepas ke tanah dengan kedalaman tertentu (misl. 6 mtr) Paralel Grounding Bila sistem single masih mendapatkan hasil yang kurang baik ( diatas 5 Ohm ) maka perlu ditambahkan stick arus pelepas dengan minimal jarak antar stick 2 mtr dan di sambung , hal ini dilakukan berulang sampai menghasilkan nilai tahanan tanah dibawah 5 Ohm Maximal Grounding Bila pada daerah yang memiliki ciri 1. kering/air tanah dalam 2. kandungan logam sedikit 3. Basa (berkapur) 4. Pasir dan Porous. maka penggunaan 2 cara diatas bisa gagal maka bisa digunakan cara penggantian tanah pada daerah titik grounding tersebut

Grounding

Anda mungkin juga menyukai