Anda di halaman 1dari 62

No.

49, 1988

International Standard Serial Number: 0125 – 913X

Diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma

Daftar Isi :
2. Editorial

Artikel:

3. Masalah Penyakit Tidak Menular serta Kebijaksanaan


Penanganannya dalam Pelita IV
8. Registrasi Kanker
13. Karsinogen Kimiawi dan Mikokarsinogen
18. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan terjadinya Kanker
Payudara Pada Wanita di Beberapa Rumah Sakit di Jakarta
Karya Sriwidodo 22. Pengukuran "Output" Radiasi Pesawat Radioterapi Pada
Rumah Sakit di Seluruh Indonesia
Alamat redaksi: 25. Penelitian Radiasi dan Kesehatan
Majalah CERMIN DUNIA KEDOKTERAN
P.O. Box 3105 Jakarta 10002 Telp.4892808
27. Penelitian Bidang Radiologi dan Kesehatan
Penanggung jawab/Pimpinan umum:
Dr. Oen L.H.
Pemimpin redaksi : Dr. Krismartha Gani, Dr.
30. Aktivitas Iodium Sebagai Germisida
Budi Riyanto W. 33. Taman Penitipan Anak
Dewan redaksi : DR. B. Setiawan, Dr. Bam-
bang Suharto, Drs. Oka Wangsaputra, DR.
37. Kelainan Jantung Pada Penyakit Kawasaki
Rantiatmodjo, DR. Arini Setiawati, Drs. Victor 41. Ilmu Kedokteran Pencegahan dalam Upaya Pemberantasan
Siringoringo.
Redaksi Kehormatan: Prof. DR. Kusumanto
Diare di Puskesmas Kabupaten Malang
Setyonegoro, Dr. R.P. Sidabutar, Prof. DR. 44. Malaria Berat
B.Chandra, Prof. DR. R. Budhi Darmojo, Prof.
Dr. Sudarto Pringgoutomo, Drg. I. Sadrach.
47. Pengamatan Virus Dengue di Beberapa Kota di Indonesia,
No. Ijin : 151/SK/Dit Jen PPG/STT/1976, tgl.3 1986
Juli 1976.
Pencetak : PT. Temprint.
49. Pehanganan, Pengelolaan dan Pengembangbiakan Hewan
Percobaan
55. Pengalaman Praktek
Tulisan dalam majalah ini merupakan pandang- 57. Humor Ilmu Kedokteran
an/pendapat masing-masing penulis dan tidak 59. Ruang Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran
selalu merupakan pandangan atau kebijakan
instansi/lembaga/bagian tempat kerja si penulis 60. Abstrak-abstrak
Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan yang terpenting di
negara-negara sedang berkembang, termasuk di Indonesia. Akan tetapi,
dengan berubahnya pola kehidupan masyarakat yang berwujud sebagai
urbanisasi, meningkatnya sarana pendidikan; disertai tindakan-tindakan di
bidang kesehatan seperti perbaikan transportasi antara desa dan kota, masuk-
nya listrik ke desa, makin efektifnya usaha-usaha pencegahan seperti imuni-
sasi, perbaikan gizi dan pencegahan lingkungan; maim kasus-kasus penyakit
menular secara relatif akan berkurang, dan penyakit penyakit yang tergolong
tidak menular cenderung untuk meningkat.
Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular, Badan Penelitian dan Pengem-
bangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, telah
mengadakan Seminar Penyakit Tidak Menular selama enam hari, yaitu dari
tanggal 5 Oktober 1987 sampai dengan 7 Oktober 1987, dan dari tanggal 21
Oktober 1987 sampai dengan 14 Oktober 1987. Topik-topik yang diseminar-
kan itu akan dimuat dalam majalah Cermin Dunia Kedokteran secara ber-
sambung.
Untuk bagian pertama ini, akan dibahas tujuh topik, antara lain
– Masalah Penyakit Tidak Menular serta Kebijaksanaan Penanganannya
dalam Pelita IV
– Registrasi Kanker
– Karsinogen Kimiawi dan Mikokarsinogen
– Faktor-faktor yang berhubungan dengan Terjadinya Kanker Payudara
Pada Wanita di Beberapa Rumah Sakit di Jakarta
– Pengukuran "Output" Radiasi Pēsawat Radioterapi Pada Rumah Sakit di
Seluruh Indonesia
– Penelitian Radiasi dan Kesehatan
– Penelitian Bidang Radiologi dan Kesehatan.
Selamat membaca !
Redaksi

2 Cermin Dunia Kedokteran No. 49, 1988


Artikel

Perkembangan Masalah AIDS


Suriadi Gunawan
Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat.


Kesehatan merupakan salah satu segi dari kualitas hidup 3) Penyelenggara upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan
yang tercermin pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia dilakukan secara serasi dan seimbang oleh pemerintah dan
yang meliputi sandang, pangan, perumahan, kesehatan, ke- masyarakat, serta dilaksanakan terutama melalui upaya
sempatan memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang layak, peningkatari dan pencegahan yang dilakukan secara terpadu
kebebasan dari rasa takut dan rasa tidak tentram, kebebasan dengan upaya penyembuhan dan pemulihan yang diperlukan.
memeluk agama/kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, 4) Setiap bentuk upaya kesehatan harus berasaskan peri-
kesempatan untuk mengembangkan daya cipta serta berkreasi, kemanusiaan yang berdasarkan -Ketuhanan Yang Maha Esa,
yang sesungguhnya merupakan tujuan dan sasaran pokok dengan mengutamakan kepentingan nasional, rakyat banyak
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. dan bukan semata-mata kepentingan golongan atau perorangan.
Derajat kesehatan merupakan hasil interaksi dari empat 5) Sikap, suasana kekeluargaan, kegotong-royongan serta
faktor: yakni faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan semua potensi yang ada diarahkan dan dimanfaatkan sejauh
dan keturunan. mungkin untuk pembangunan di bidang kesehatan.
Upaya kesehatan yang semula berupa upaya penyembuhan 6) Sesuai- dengan asas adil dan merata, hasil-hasil yang
penderita, secara berangsur-angsur berkembang ke arah dicapai dalam pembangunan kesehatan harus dapat dinikmati
kesatuan upaya kesehatan yang mencakup upaya peningkatan secara merata oleh seluruh penduduk.
(promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan 7) Semua warga negara sama kedudukannya dalam hukum
pemulihan (rehabilitatif) yang terpadu dan berkesinambungan. dan wajib menjunjung tinggi dan mentaati segala ketentuan
Upaya kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perundang-undangan dalam bidang kesehatan.
social budaya, ekonomi dan biologik yang bersifat dinamis dan 8) Pembangunan kesehatan nasional berlandaskan pada ke-
kompleks. percayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, serta ber-
Untuk menghadapi tanīangan upaya kesehatan ini, perlu sendikan kepribadian bangsa.
disusun Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang merupakan
tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk POLA PENYAKIT DAN KECENDERUNGANNYA MEN-
meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan yang JELANG TAHUN 2000
optimal, sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti Menurut survai kesehatan rumah tangga 1980, sebab-
dimaksud dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. sebab kematian yang terpenting ialah radang saluran per-
Dasar-dasar pembangunan kesehatan nasional menurut nafasan, diare, tetanus, tuberkulosis dan penyakit kardio--
SKN adalah: vaskulerr .
1) Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan Kurang lebih separuh dari semua kematian di Indonesia
yang optimal, agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan terjadi pada bayi dan anak di bawah lima tahun (balita).
martabat manusia. Angka kematian bayi di Indonesia telah menurun. akan
2) Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam tetapi masih cukup tinggi, kira-kira 90 per 1000 kelahiran

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 3


hidup. Sedangkan angka kematian balita umur 1–4 tahun masih Tabel 2. Perbandingan pola penyakit yang prevalen menurut Survai
Kesehatan Ruttish Tangga dalam Tahun 1972 dan 1980.
kira-kira 20 per 1000.
Lebih dari 70% kematian bayi disebabkan radang saluran 1972 1980
nafas, diare dan tetanus yang sebenarnya dapat dihindar kan' No. Penyakit Jumlah
per
Jumlah
Per
Pende- Pende-
dengan usaha preventif yang lebih efektif, antara lain meliputi rita
100
rita
100
imunisasi, perbaikan gizi dan penyehatan lingkungan. 1. Radang saluran pernafasan
Pelayanan kuratif/pengobatan dalam hal ini sangat ter-baths bagian atas 980 0,9 3.796 3,1
peranannya. ` 2. Penyakit kulit 721 0,6 1.013 0,8
Usaha-usaha menurunkan angka kematian telah mulai 3. Radang saluran pernafasan
menunjukkan hasilnya dan hal ini antara lain dilihat dari bagian bawah 422 0,4 1.041 0,9
4. Penyakit diare 297 0,3 947 0,8
meningkatnya umur harapan hidup waktu lahir yang kini 5. Tuberkulosis 577 0,5 732 0,6
mencapai 55,5 tahun pada pria dan 57,2 tahun untuk wanita. 6. Radang mata 244 0,2 451 0,4
Faktor penting yang akan mempengaruhi kesehatan ialah 7. Penyakit kardiovaskuler 120 0,1 717 .0,6
terjadinya perubahan pola kehidupan masyarakat yang makin 8. Penyakit susunan otot rangka
4cepat. Listrik dan televisi sudah/akan masuk desa, transportasi dan jaringan ikat lain 26 0,0 442 0,4
yang lebih baik akan mendekatkan desa dengan kota dan 9. Malaria 279 0,2 219 0,2
kesempatan memperoleh pendidikan menimbulkan harapan- 10. Anemia 182 0,2 250 0,2
harapan buru. 11. Penyakit susunan saraf 74 0,1 254 0,2
12. Penyakit rematik 94 0,1 321 0,3
Pulau Jawa dalam tahun 2000 akan menyerupai Island 13. Penyakit gigi dan jaringan
City. Ditambah dengan pusat-pusat urbanisasi di luar Jawa, penyangga 70 0,1 293 0,2
Indonesia akan mengalami pengaruh urbanisasi. Perubahan 14. Penyakit infeksi dan parasit 170 0,1 268 0,2
gaya hidup yang terjadi akibat urbanisasi dan meningkatnya 15. Kecelakaan 55 0,1 248 0,2
umur harapan hidup waktu lahir akan merubah polapenyakit. 16. Lain-lain 1.319 1,2 2.937 2,4
Penyakit menular secara relatif akan berkurang, tetapi penyakit Jumlah 5.547 13.929
tidak menular antara lain penyakit kardiovaskuler, kw-ricer,
diabetes, kecelakaan, keracunan, penyakit jiwa, penyakit - 1980 diperkirakan terdapat 855.000 penderita penyakit
sendi, degeneratif cenderung untuk meningkat. kardiovaskuler dan 177.000 kematian. Sejak tahun 1970 terjadi
Menurut survai kesehatan rumah tangga, dalam kurun perubahan pola penyakit kardiovaskuler, di mana penyakit
waktu tersebut telah terjadi kenaikan yang nyata dari penyakit jantung iskemik menggeser penyakit jantung rematik pada
tidak menular (tabel 1 dan 2). tempat pertama. Di suatu desa di Jawa Tengah, prevalensi
penyakit jantung 1,8% dari penduduk; 46,4% penyakit jantung
Tabel 1. Pola sebab kematian penduduk menurut survai Kesehatan
Ramah Tangga tahun 1972 dan 1980. iskemik; 17,9% penyakit jantung rematik; 14,3% penyakit
jantung hipertensi; 10,7% Penyakit jantung bawaan dan 7,1%
No. DIAGNOSA 1972 (%) 1980 (%) penyakit jantung pulmonik .
1. Radang akut saluran pernapasan bagian Faktor risiko penting untuk penyakit jantung iskemik ialah
bawah 12,0 19,9 merokok, hipertensi, hiperkolesterolemi, obesitas, diabetes dan
. 2. Penyakit diare 16,9 18,8 ketegangan jiwa/stres. Faktor-faktor tersebut di atas cenderung
3. Penyakit kardiovaskuler 5,1 9,9
meningkat dhnasa yang akan datang. Hipertensi cukup luas
terdapat di Indonesia, di man berbagai survai menghasilkan
4. Tuberkulosis 6,0 8,4
prevalensi yang berkisar antara 6 – 15%. Prevalensi tersebut
5. Tetanus 4,6 6,5
meningkat dengan umur, sehingga pada golongan usia di atas
6. Penyakit susunan saraf 5,1 5,0 50 tahun mencapai lebih dari 20%. Diabetes mellitus juga
7. Kelainan hati – 4,2 menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung. Survai
8. Cedcra dan kecelakaan 2,1 3,5 Universitas Diponegoro menunjukkan, 1,46% dari penduduk di
9. Neoplasma/kanker 1,3 3,4 atas 14 tahun di Semarang menderita diabetes3. Penyakit
10. Tifus perut 2,1 3,3 jantung pulmonik masih sering dijumpai dan faktor
11. Penyakit tnfeksi dan parasit lain – 3,0 pen3iebabnya ialah penyakit paru-paru menahun, merokok dan
12. Komplikasi kehamilan dan persalinan 2,2 2,5
polusi udara. Penyakit jantung bawaan diperkirakan
mempunyai insidensi sebesar 0,8% dari jumlah kelahiran.
11. Penyakit neonatal 2,4
Diperkirakan setiap tahun lahir sekitar 45.000 bayi dengan
14. Lain-lain 40,0 6,8
kelainan jantung bawaan.
15. Tidak jelas – 4,8 • Penyakit kanker, mempunyai insidensi minimal 50 per
Jumlah 100,0 100,0 100.000 penduduk. Insidensi yang lebih realistik untuk
Indonesia diperkirakan 100 per 100.000 penduduk4. Di-
• Penyakit kardiovaskuler,. menyebabkan 9,9% dari semua perkirakan akan terjadi 10.000 kasus kanker baru dalam tahun
kematian, dan prevalensinya 5,9 per 1000 penduduk. Tahun 1985. Jumlah kasus seluruhnya diperkirakan sekitar

4 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


400.000 orang. Dalam survai kesehatan rumah tangga tahun d. Yang terutama menyerang daerah-daerah pembangunan
1972, ditemukan 1,4% dari kematian disebabkan kanker, sosial ekonomi
sedangkan dalam tahun 1980 angka tersebut mencapai 3,9%. e. Adanya metode dan teknologi efektif
Lokasi kanker yang paling sering ditemukan ialah: leher rahim, f. Adanya ikatan internasional.
payudara, kulit, nasofaring, hati, kelenjar getah bening, paru- Tujuan dan sasaran upaya pemberantasan penyakit tidak me-
paru, indung telur, usus besar/rektum dan kelenjar gondok. nular dalam Repelita IV ialahll
Dengan perkembangan sisio-ekonomi dan peningkatan umur 1) Mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat penyakit
harapan hidup, pola penyakit 1 anker akan berubah. Secara kardiovaskuler, kanker, kecelakaan dan penyakit tidak menular
relatif kanker paru, payudara, indung telur, badan rahim, usus lainnya.
besar, pankreas dan prostat akan bertambah. Sebaliknya kanker 2) Meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat
hati, leher rahim, mulut dan kulit akan berkurang. Di Rumah untuk hidup sehat dan menolong dirinya sendiri dalam bidang
Sakit Soetomo Surabaya penderita kanker merupakan 2,3% kesehatan.
dari semua penderita yang dirawat dan dalam tahun 1974 – 3) Peningkatan sarana kesehatan untuk mengatasi penyakit
1978 terjadi kenaikan rata-rata 20% pertahun. Sebagian besar tidak menular.
penderita datang dalam stadium lanjut, dan. yang datang 4) Perbaikan mutu lingkungan hidup yang menjamin kesehat-
stadium dini (stadium II ke bawah) hanya 17,4% untuk kanker an/mencegah penyakit.
payudara dan 23,3% untuk kanker leher rahims. Kebijaksanaan yang perlu ditempuh ialah sebagai berikut:
• Kecelakaan/cedera, prevalensinya diperkirakan 2 per 1) Upaya didasarkan pada preventif dan promotif.
1000 penduduk, sedangkan kematian akibat kecelakaan/ cedera 2) Kegiatan pelayanan kuratif dan rehabilitatif diutamakan
merupakan 3,5% dari semua kematianl. Kecelakaan lalu lintas pada pengobatan jalan.
terus bertambah setiap tahun antara 9,1% sampai 13,8% (1970– 3) Upaya kesehatan dilakukan dengan menggunakan hasil
.
1980). Dalam tahun 1980 terjadi 51.387 kecelakaan lalu lintas pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat
yang mengakibatkan 11.456 kematian dan 59.771 luka-luka6. guna, dan biayanya dapat dipikul oleh masyarakat dan negara.
Penderita kecelakaan/cedera yang dirawat di Rumah Sakit 4) Pelayanan kesehatan diutamakan untuk golongan masya-
merupakan 10% dari semua pen: derita yang dirawat dalam rakat yang berpenghasilan rendah dengan peran serta aktif dari
tahun 1980 dan 4% dari morbiditas di Lombok dan 7% di masyarakat.
Yogjakarta disebabkan kecelakaan. 5) Upaya dilaksanakan dalam kerjasama lintas sektoral dengan
Penderita yang dirawat di bagian bedah rumah-sakit semua bidang yang berkaitan dengan kesehatan/masalah pe-
Karyadi Semarang akibat kecelakaan lalu lintas adalah : cedera nyakit tidak menular.
otak 60%, patah lengan atas 9%, patah tulang tengkorak/ Langkah-langkah yang perlu diambil meliputi :
punggung/dada 7,5% dan cedera bagian dada/perut/pinggul 1) Pengumpulan data dan penelitian tentang masalah penyakit
2%7. Penelitian di 11 rumah sakit di Jakarta dalam tahun 1972 tidak menular.
menemukan 437 kasus keracunan dengan case fatality rate 2) Menyiapkan wadah dalam struktur Departemen Kesehatan
4,2%. Sebab-sebab keracunan terpenting yang ditemukan ialah untuk menanggulangi masalah penyakit tidak menular.
jenf,kol, minyak tanah, barbiturat, singkong, salisilat dan 3) Pengaturan dan koordinasi berbagai kegiatan penyuluhan
pestisida . untuk memberantas penyakit tidak menular, antara lain usaha
• Psikosis, diperkirakan prevalensinya 1–3 per 1000 pen- untuk mengurangi kebiasaan merokok, mengurangi kecelakaan
duduk dan Neurosis 40–60 per 1000 penduduk9. Penelitian di dan sebagainya.
Kecamatan Tambora, Jakarta menunjukkan sekitar 20% dari 4) Peningkatan sarana untuk menanggulangi penyakit tidak
pengunjung Puskesmas menderita gangguan mental emosi- menular.
onal. 5) Mengadakanpilot project screeningselektif untuk menemu-
• Karies dentis, sangat tinggi prevalensinya, 57% pada kan golongan risiko tinggi antara lain untuk hipertensi, kanker
penduduk berumur 8 tahun (DMFT rata-rata 1,23) dan tertentu, diabetes dan penyakit lainnya pada Puskesmas di
meningkat menjadi 83% pada penduduk usia 35–44 tahun daerah tertentu.
(DMFT rata-rata 5,27)9. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
Upaya penelitian dan pengembangan kesehatan bertujuan
UPAYA PEMBERANTASAN PENYAKIT TIDAK MENULAR untuk memberikan sarana cipta ilmiah dan teknologi yang di-
Salah satu pokok upaya kesehatan menurut SKN ialah pen- perlukan dalam pembangunan kesehatan dan diharapkan
cogahan dan pemberantasan penyakit yang bertujuan untuk mampu memberi masukan berupa :
menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah 1) Pengertian yang lebih baik mengenai masalah-masalah ke-
akibat buruk lebih .lanjut dari penyakit10. Dalam menentukan sehatan di negara kita.
penyakit mana yang diberantas dipertimbangkan halhal sebagai 2) Saran mengenai kebijaksanaan untuk mengatasi masalah-
berikut : masalah kesehatan yang ada atau yang mungkin timbul.
a. Angka kesakitan atau angka kematian yang tinggi 3) Teknologi yang lebih efisien dan efektif dari pada yang
b. Yang dapat menimbulkan wabah dipakai sekarang.
c. Yang terutama menyerang anak-anak, ibu dan angkatan 4) Pemikiran yang inovatif di bidang pemberian pelayanan
kerja kesehatan supaya lebih merata dan terjangkau oleh masyarakat.

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 5


5) Informasi mengenai segala sesuatu yang akan menghambat 1. Penyakit kanker.
atau dapat mempercepat pencapaian tujuan dan sarana pem- 2. Penyakit kardiovaskuler.
bangunan kesehatan. 3. Penyakit endokrin dan metabolik antara lain diabetes
Upaya litbang kesehatan juga merupakan salah satu dan penyakit kelenjar tiroid.
komponen sistem ilmu pengetahuan dan teknologi nasional. 4. Penyakit gigidan mulut.
Semua langkah yang diambil harus searah dengan kebijaksana- 5. Kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan.
an Menteri Negara Riset dan teknologi dalam mengembangkan 6. Penyakit jiwa dan syaraf.
kemampuan nasional di bidang riset dan teknologi dalam 7. Penyakit alatpancaindera.
rangka menunjang transformasi masyarakat agraris menuju 8. Penyakit respiratorik kronik.
industrialisasit 2 9. Penyakit sendi dan rernatik.
Masalah penelitian yang perlu ditangani dapat dikelom- 10. Penyakit bawaan & keturunan.
pokkan dalam permasalahan yang menyangkut derajat ke- 11. Penyakit akibat radiasi.
sehatan, upaya kesehatan- serta manajemen upaya kesehatan 12. Lain-lain penyakit dan gangguan kesehatan kronik.
dan partisipasi masyarakat, yang meliputi antara lain : Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular (PPPTM) di-
1)1Conseptualisasi dan pengertian kualitas hidup dalam bentuk dengan SK Menteri Kesehatan No. 558/Menkes/SK/
konteks pembangunan kesehatan. 1984 tanggal 31 Oktober 1984 sebagai lanjutan dari Pusat
2) Monitoring derajat kesehatan untuk mengetahui kecen- Penelitian Kanker dan Pengembangan Radiologi.
derungannya. PPPTM bertugas melaksanakan penelitian penyakit tidak
3) Perkiraan masalah dan gangguan kesehatan pada waktu ini menular berdasarkan kebijaksanaan. teknis Kepala Badan
dan masa yang akan datang dan perumusan strategi pe- Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan peraturan per-
nanggulangannya. undang-undangan yang bt:rlaku. Pada saat ini PPPTM mem-
4) Pengembangan berbagai teknologi atau metode untuk punyai lima puluh orang pegawai yang setengahnya adalah
menanggulangi masalah kesehatan yang menyangkut rakyat tenaga teknis (sarjana dan sarja muda) tetapi baru tiga orang
banyak. yang berstatus fungsional peneliti.
5) Pengkajian cara-cara tradisional mengenai penggunaan obat Anggaran rutin PPPTM tahun 1985/1986 berjumlah Rp.
dan pengobatan untuk dipadukan dengan ilmu pengetahuan dan 81,8 juta dan Rp. 58,8 juta di antaranya ialah untuk belanja
teknologi modern guna mempercepat tercapainya sasaran pegawai.
pembanguhan kesehatan. Anggaran pembangunan (proyek penelitian penyakit tidak
6) Pengkajian mengenai kondisi sosial budaya dan potensi menular) tahun 1985/1986 berjumlah Rp. 45.887.000,00 dan
swadaya masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatannya ini merupakan 5% dari DIP Badan Litbang Kesehatan sebesar
sendiri. Rp. 841.275.000,00.
7) Penelitian untuk memperoleh pengertian tentang proses Untuk meningkatkan kegiatan penelitian penyakit tidak
pengambilan keputusan di berbagai tingkat pemerintahan menular perlu dikembangkan suatu jaringan kerjasama antara
maupun masyarakat. Departemen Kesehatan, Universitas/Konsorsium Ilmu Kesehat-
8) Penelitian mengenai sistem pelayanan kesehatan serta an, dan badan-badan lain, baik pemerintah maupun swasta.
pembiayaannya.
9) Telaah mengenai peranan hukum di bidang kesehatan yang Lampiran
meliputi hak, kewajiban dan keadilan yang menyangkut Proyek Penelitian 1982–1985
kesehatan. Pusat Penelitian penyakit Tidak Menular
10) Pengembangan usaha preventif/promotif dan cara-cara Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
hidup sehat yang dapat dilakukan sendiri oleh masyarakatl3.
PENELITIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR 1. Penelitian epidemiologi kecelakaan lalu lintas di Jakarta.
Penelitian penyakit tidak menular diarahkan untuk me- 2. Penelitian 131–I uptake dan scanning normal kelenjar gondok di
Sukabumi.
ngetahui besarnya masalah dan mengembangkan metodologi 3. Survai penyakit periodontal pada penduduk usia produktif di
penanggulangannya yang dilaksanakan dengan mengutamakan Jawa Barat.
pertibahan perilaku masyarakat, perbaikan lingkungan hidup 4. Penelitian registrasi kanker Population Based di Yogjakarta.
dan periggunaan teknologi secara tepat guna. 5. Survai beberapa• faktor risiko dari penyakit jantung koroner di
Jakarta.
Langkah-langkah yang perlu diambil meli puti antara lain: 6. Penelitian kalibrasi output pesawat radioterapi.
1) Mengembangkan standardisasi, klasifikasi dan registrasi 7. Penelitian kesehatan pegawai negeri yang menduduki jabatan
penyakit. eselon I, II dan III di Jakarta.
2) Melaksanakan studi epidemiologi (deskriptif dan analitik). 8. Survai kesehatan kerja pada industri kecil dan petani di wilayah Jabotabek.
9. Penelitian frekuensi dan jenis gangguan mental emosional pada
3) Mengembangkan studi intervensi misalnya dalam bentuk pengunjung Puskesmas Tambora, Jakarta.
proyek panduan. 10. Penelitian pola penyakit pada penduduk di daerah slum Jakarta.
4) Mengembangkan studi evaluatif program dan kegiatan yang 11. Penelitian gangguan metabolisme pada pasien retardasi mental
dilaksanakan. di Jakarta.
12. Survai kesehatan gigi pada anak SD UKGS dan Non UKGS di
Beberapa kelompok penyakit yang perlu mendapat per- Jawa Tengah dan di DKI Jakarta.
hatian ialah :

6 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


13. Survai penyakit jantung pada masyarakat pedesaan di Ungaran Jawa 1985.
Tengah. 5. Loedin AA. Pendekatan baru dalam penelitian kesehatan badan
14. Penelitian pengobatan otitis media akutadengan H2O2 di Surabaya. Litbangkes. Jakarta, 1981.
15. Penelitian prevalensi hipertensi di Depok. 6. Ratna P Budiarso click. Laporan Survai Kesehatan Rumah Tangga
16. Penelitian pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga mengenai 1980. Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan,
kanker di Cimanggis, Jawa Barat. Jakarta, 1981.
17. Penelitian eksplorasi terhadap sebab-sebab terjadinya kebiasaan 7. Djokomoeljanto R et al. A Community study of diabetes mellitus
merokok pada masyarakat Surakarta. in an urban population in Semarang, Indonesia Second Symposium of
18. Penelitian registrasi kanker Hospital Based di Bandung, Jogjakarta Diabetes in Asia, Japan, 1975.
dan Surabaya. 8. Boedhi Darmojo R. Penyakit Kardiovaskuler di Indonesia Makalah
19. Penelitian registrasi kanker di 17 laboratorium patologi. Seminar. Penyakit Kardiovaskuler, Badan Litbang Kesehatan, Jakarta,
20. Penelitian pengaruh erobik terhadap derajat kesehatan jasmani 28 – 29 September 1981.
pada beberapa kelompok masyarakat di Surakarta. 9. Suriadi Gunawan; Laporan Hasil Penelitian Bidang Penyakit Tidak
21. Penelitian penyakit jantung koroner pada dokter RSCM/FKUI. Menular dan Radiologi 1975 – 1983. Pusat Penelitian Kanker dan
Pengembangan Radiologi Badan Litbang Kesehatan, Jakarta,
1983.
10. Sistem Kesehatan Nasional. Departemen Kesehatan R.I. Jakarta,
KEPUSTAKAAN
1982.
11. Suriadi Gunawan. Program Penelitian Penyakit Tidak Menular. Makalah
1. Rencana pokok Program Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Penataran Tenaga Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Badan
Kesehatan 1983/1984 – 1988/1989: Departemen Kesehatan RI
Litbang Kesehatan, 10 Februari – 1 Maret 1986.
Jakarta, 1983.
12. Munir R dkk. Morbiditas dan Mortalitas di Indonsia; Suatu penelitian pada
2. Rencana Pembangunan 5 tahun ke empat 1984/1985 – 1988/
6 desa di Yogjakarta dan Lombok, 1980. Lembaga Demografi FEUI,
1989. Buku III khususnya Bab. 22 (Ilmu Pengetahuan, teknologi
Jakarta.
dan penelitian) dan Bab. 23 (kesehatan). Departemen Penerangan
13. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran : Penelitian sebab sebab
RI, Jakarta 1984.
kematian di masyarakat, Kotamadya Bandung. Laporan
3. Kebijaksanaan dan rencana Jangka Panjang Pengembangan Penelitian
Penelitian Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Universitas
bidang Kesehatan, Konsorsium Ilmu Kedokteran. Departemen Pendidikan
Padjadjaran 1981/1982, Bandung.
dan Kebudayaan RI Jakarta, 1982.
4. Pola Dasar Pengembangan Kemampuan Badan Penelitian dan 14. Sukarja IDG. Masalah Kanker di Rumah Sakit Dr. Sutomo, Surabaya.
Pengembangan Kesehatan. Badan Litbang Kesehatan, Jakarta Naskah Seminar Kanker Badan Litbangkes., tanggal 28–29
Agustus 1980, Jakarta.

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 7


Registrasi Kanker
Dr Marwoto Partoatmodjo
Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular Badan Penelitfan dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Jakarta.

Penanggulangan penyakit kanker di Indonsia belum di- tahil jika nanti dijumpai variasi pola kanker yang berbeda-
masukkan dalam program yang diprioritaskan dalam upaya beda untuk daerah-daerah di Inaonesia.
kesehatan nasional, karena masih banyak masalah-masalah lain Suatu registrasi yang dapat mencerminkan insidensi se-
yang lebih mendesak yang harus ditanggulangi seperti penyakit benarnya dari suatu penyakit adalah suatu Population Based
infeksi, angka kematian yang tinggi pada anak balita, dan lain Registration. Suatu Population Based Cancer Registration di
sebagainya. Indonesia yang bersifat nasional masih terlalu sulit pe-
Ini tidak berarti bahwa masalah kanker tidak ada di Indo- laksanaannya, baik yang menyangkut segi biaya, tenaga
nesia, sebab di kemudian hari bila masalah-masalah penyakit maupun sarana.
infeksi, dan lain-lainnya sudah dapat diatasi, maka masalah Suatu Hospital Based Cancer Registration tampaknya
kanker akan tampak lebih menonjol. Tidaklah benar anggapan lebih mudah dikerjakan karena biayanya akan lebih sedikit
yang berpendapat, kanker adalah suatu penyakit di negara- namun, masih diperlukan tenaga yang berdedikasi dan kerja-
negara industri Barat saja. Diperkirakan setengah dari insidensi sama yang baik. Bagian Catatan Medik suatu rumah sakit akan
kanker setiap tahun, yang.berjumlah 5,8 juta kasus di seluruh dapat membantu banyak dalam pelaksanaan registrasi ini, bila
dunia, berasal dari negara sedang berkembang dan bagian ini mendapat tambahan tenaga tersebut dan ada kerja sama yang
dperkirakan akan terus bertambah, antara lain karena per- baik antara bagian-bagian dengan bagian Catatan Medik dari
ubahan demografik (pertambahan penduduk, pertambahan rumah sakit. Namun angka yang diperoleh bukanlah angka
golongan manula) dan'perubahan lingkungan (bertambahnya insidensi nasional. Data yang diperoleh lebih banyak dipakai
urbanisasi dan meniru-niru cara hidup dan kebiasaan Barat). untuk keperluan rumah sakit itu sendiri, antara lain untuk
Sebelum dapat direncanakan suatu program penanggulang- memudahkan follow up, memperoleh data mengenai penderita
an penyakit kanker yang lebih baik, pertama-tama hells ada yang sembuh mengenai cara pengobatan dan riwayat
gambaran dari pola penyakit tersebut untuk itu perlu data penyakitnya, untuk merencanakan rumah sakit itu sendiri,
statistik dari penyakit kanker yang diperoleh dari registrasi. namun juga untuk membantu penyelenggaraan registrasi yang
Statistik yang baik dapat membantu menentukan program- lebih luas (Population Based Registries) dan sebagainya.
program mana yang harus diprioritaskan dalam menanggulangi Registrasi yang lebih sederhana ialah Pathology Based
masalah kesehatan, apakah itu penyakit kanker atau masalah Cancer Registration. Lebih sederhana karena jumlah laborato-
kesehatan yang lain. Sedangkan untuk masalah kanker sendiri, rium masih terbatas, dan data hasil pemeriksaannya telah ter-
jenis jenis mana yang harus diprioritaskan dalam penang- sedia. Namiin, kegunaannya juga terbatas yaitu minimum
gulangannya. Selain itu juga dipakai untuk mengidentifikasi insidensi frekuensi relatif, distribusi geografis jenis-jenis
kelompok-kelompok masyarakat yang menanggung risiko tumor, dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi masalah
tinggiuntuk suatu jenis kanker tertentu, yang perlu program kanker di suatu daerah atau untuk menilai hasil dari suatu
penanggulangan khusus. Juga dapat dipakai sebagai dasar program penanggulangannya. Agar diperoleh-hasil yang lebih
dalam penilaian keberhasilan suatu program penanggulang- baikperlu diikutsertakan juga bagian-bagian sitologi dan
an. hematologi.
Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular Badan Penelitian
Variasi pola penyakit kanker sangat dipengaruhi oleh dan Pengembangan Kesehatan, bekerja sama dengan peneliti
lingkungan, masyarakat (manusianya) dan waktu. Maka bila. dari bagian lain di luar Badan Litbang telah melakukan
registrasi sudah dapat dilakukan dengan baik, tidaklah mus- penelitian registrasi kanker, baik Population Based maupun

8 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


Hospital Based dan Pathology Based. Tabel 1. Jumlah kasus kanker berdasarkan jenis kelamin di 17 Rumah
Sakit di Jakarta tahun 1987.
REGISTRASI KANKER DI RUMAH SAKIT CIPTO MA-
Jumlah penderita
NGUNKUSUMO TAHUN 1975–1978 Nama rumah sakit Jumlah
Penelitian registrasi ini bersifat prospektif dan dilakukan Wanita Pria
selama 3 tahun. Data diambil dari flap Bagian atau Unit di 1. Cipto Mangunkusumo 520 237 757
RSCM. Untuk melaksanakan tugas tersebut telah dibentuk 2. St. Carolus 117 108 225
suatu panitya yang susunannya ditentukan oleh Kepala RSCM 3. Kanker 129 72 201
dan Dekan FKUI. Oleh panitia dibuat suatu forn}ulir registrasi 4. Sumber Waras 82 109 191
5. Persahabatan 54 100 154
yang mencatat 30 variabel mengenai kasus kanker. Formulir 6. Husada 54 76 130
dikumpulkan sebulan sekali. 7. Cikini 65 53 118
Hasilnya adalah sebagai berikut : 8. Gatot Subroto 72 37 110
9. Fatmawati 28 27 55
– Tahun 1975–1976 tercatat 492 kasus. 10. Pertamina 13 14 27
– Tahun 1976–1977 tercatat 962 kasus. 11. Pelni 11 11 22
– Tahun 1977–1978 tercatat 1152 kasus. 12. Islam 7 14 21
– Jumlah seluruhnya ada : 2606 kasus, laki-laki ada 846 dan 13. Budi Kemulyaan 13 0 13
14. Jakarta 7 4 11
perempuan 1760. 15. Mintoharjo 7 4 11
Urutan kelompok umur penderita adalah sebagai berikut umur 16. Koja 2 4 6
40-49 tahun (20,87%) umur 30-39 tahun (15,54%) dan umur 7. Atmajaya 1 3 4
50–59 tahun (13,28%). Jumlah 1.183 873 2.056
Berdasarkan lokasi urutannya adalah serviks uteri (ICD 180)
24,3%, payudara (ICD 174) 14,7% dan nasofaring (lCD 147) keterangan mengenai jenis pekerjaan, yang masih dicantumkan
4,8%. Data tersebut di atas belum lengkap, karena variabel sebagai status penderita, bukan jenis pekerjaan yang sebenar-
dalam formulir yang tersedia tidak dapat diisi sepenuhnya nya.
hanya sebagian saja dari data yang dapat diisi. Hal ini disebab-
kan karena data yang ada di catatan medik belum lengkap, PENELITIAN REGISTRASI "HOSPITAL BASED" DI
antara lain karena koordinasi antara Bagian-bagian dengan RUMAH SAKIT-RUMAH SAKIT KABUPATEN JAWA
Catatan Medik Pusat belum berjalan sebagaimana mestinya. BARAT.
Untuk registrasi kanker yang baik di rumah sakit-rumah saldt Penelitian ini bersifat retrospektif dengan mengumpulkan
perlu sarana yang lengkap di Catatan Medik Pusat dengan penderita kanker yang dirawat di 7 rumah sakit selama tahun
petugas-petugas yang dididik/terlatih, penuh dedikasi dan biaya 1978.
yang cukup.
Hasilnya adalah sebagai berikut :
SURVEI KANKER DI 17 RUMAH SAKIT DI JAKARTA 1. RSU Bekasi (Kabupaten Bekasi) 7 kasus
Telah dilakukan survei penyakit kanker yang bersifat 2. RSU Kerawang (Kabupaten Kerawang) 65 kasus
retrospektif pada tahun 1978 di 17 rumah sakit di Jakarta 3. RSU PMI (Kabupaten Bogor) 115 kasus
untuk penderita yang dirawat selama tahun 1977 berdasar data 4. RSU Syamsudin (Kabupaten Sukabumi) 83 kasus
dari Catatan Medik Pusat dan dilakukan di bawah pengawasan 5. RSU Serang (Kabupaten Serang) 15 kasus
dokter (Lihat Tabel 1). 6. RSU Kebon Jati (Kabupaten Bandung) 39 kasus
Hasilnya adalah sebagai berikut : 7. RSU Tasikmalaya (Kabupaten Tasikmalaya) 42 kasus'
Variabel yang dapat diisi hanya 30–40%. Kasus yang di- Jumlah kasus 367 kasus
laporkan berjumlah 2056 kasus, ini merupakan 1,2% dari
semua penderita, untuk semua penyakit yang dirawat. Per- Kanker terbanyak yang dilaporkan berdasarkan lokasi adalah
bandingan penderita wanita : pria, kurang lebih 3 : 2 (1183 : 1. Payudara (ICD 174) 16,3%
873). Kelompok umur berkisar antara 0 . sampai lebih dari 80 2. Serviks uteri (ICD 180) 8,9%
tahun. Kasus terbanyak, pada kelompok umur 30 sampai 59 3. Kulit (ICD 173) 5,1%
tahun, dengan puncak pada umur 45 sampai 50 tahun (Lihat 4. H a t i (ICD 155) 4,9%
Tabel 2). Dari semua kasus hanya 747 kasus mendapat 5. Jaringan lunak (ICD 171) 5,1%
pemeriksaan histopatologik, 202 kasus sitologik dan 147 Berdasarkan umur penderita, kanker terbanyak pada wanita
kasus hematologik. Pada wanita, kanker serviks uteri merupa- adalah kelompok umur 40–49 tahun dan pria umur 50–59
kan yang terbanyak 36.5%, payudara 15,3%, dan ovarium tahun. Pengisian variabel dalam formulir hanya sekitar 35%
5,6%. Sedang pada pria kanker paru menduduki tempat ter- saja.
atas 18,1%, hati 17.9%, dan nasofaring 14,3%. Urutan sepuluh
macam kanker terbanyak berdasarkan lokasi dan umur dapat PENELITIAN REGISTRASI KANKER "PATHOLOGY
dilihat pada Tabel 2. BASED" PADA TAHUN 1979 DI 13 PUSAT PATOLOGI
Dari 45 kelompok lokasi, kasus di sepuluh lokasi terbanyak DI INDONESIA
berjumlah 75% (1577/2056) dari seluruh kasus kanker yang
dilaporkan. Dari 1577 kasus ini, 454 penderita tidak ditantum- Data yang diinginkan dikelompokkan menjadi 3 golongan
kan suku bangsa (Lihat tabel 3). I. Data umum penderita,
Berdasarkan pekerjaan dari 1577 kasus, 647 penderita disertai II. Data klinis,

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 9


Tabel 2. Jumlah kasus kanker terbanyak berdasarkan lokasi dan umur di 17 rumah sakit di Jakarta tahun
1977.
Umur
ICD
No. Lokasi Total
IX 0 10– 20– 30– 40– 50– 60– 70– 80+ N.S.

1. 180 Serviks Uteri – – 10 109 136 105 56 8 8. 3 432


2. 162 Paru-paru 4 5 15 50 66 57 19 6 – 222
3. 155 Hati 3 4, 10 46 39 55 36 16 2 3 214
4. 174 Payudara 1 2 5 47 56 45 18 6 2 – 182
175
5. 147 Nasofaring 2 5 13 34 60 44 11 4 – – 173
6. 154 Rektum – – 6 18 17 19 17 5 – 2 84
7. 208 Lekemia 7 1-7- 16 8 18 8 5 4 – – 77
8. 200 Limfosarkoma 1 4 6 17 20 18 3 6 1 – 76
dst
9.
183 Ovarium – 7 10 9 18 15 6 1 1 67
10. 153 Kolon – – 9 7 5 10 11 6 2 – 50
Total 14 37 90 310 419 282 220 75 22 8 1577

N.S.: Not Specified (Tanpa keterangan). Tempat penelitian adalah Kotamadya Jogjakarta dan Kabu-
2 Kanker payudara pada pria.
10 kasus terbanyak 1577 3
paten Bantul. Semua Rumah sakit (6 buah) dokter praktek
semua kasus =
2056 =
4 swasta, Puskesmas-puskesmas, Laboratorium patologi anato-
mik (2 buah) dan fasilitas kesehatan lainnya diikutsertakan
dalam penelitian ini.
Tabel 3. Jumlah kasus kanker terbanyak berdasarkan golongan etnik Di Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul (26.641 jiwa)
di 17 rumah sakit di Jakarta tahun 1977. dilakukan survai dari rumah ke rumah terhadap semua
penduduk dengan mengerahkan tenaga mahasiswa Fakultas
Lokasi Etnik Kedokteran tingkat akhir, dengan menggunakan formulir bagi
No. Jumlah
ICD IX Jawa Sumatra Cina Lain N.S. semua orang yang diperiksa. Bagi penduduk yang dicurigai
1. Cerviks Uteri 186 22 110 23 91 432
sebagai penderita kanker yang diketemukan di rumah sakit,
2. Paru-paru 99 23 50 10 40 222
puskesmas, praktek swasta dokter dan fasilitas pelayanan
3. Hati 97 18 33 8 58 214 kesehatan yang lain, disiapkan pula formulir tersendiri untuk
4. Payudara 49 8 18 4 103 182 diteliti lebih Ianjut. Pada mass persiapan diberikan penjelasan
5. Nasofaring 81 18 26 9 39 173 dan latihan cara pengisian formulir pada semua pelaksana
6. Rektum 26 3 15 6 34 84
7. Lekemia 28 6 15 7 21 77
registrasi ini.
8. Limposarkoma 24 8 5 6 33 76 Tujuan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
dst 1. menentukan insidensi di Kabupaten Bantul dan Jogjakarta
9. Qvarium 45 2 12 – 8 67 2. menentukan insidensi di Kecamatan Srandakan
10. Kolon 6 3 14 – 27 50
3. menentukan insidensi secara intensif dengan mengikut
Jumlah 641 111 1 298 73 454 1577 sertakan instansi formal dan informal.
Hasil yang diperoleh selama 1½ tahun adalah 19 kasus
N.S.: Not Specified (Tanpa keterangan). kanker baru di Kotamadya Jogjakarta dan 384 kasus di Kabu-
454 Tanpa keterangan = 29%.
paten Bantul. Dengan perhitungan ASR dikemukakan kesim-
pulan sebagai berikut (Soeripte et al) .
Insidensi Aged Standardised Rate (ASR) kanker wilayah
III. Data Bagian Patologi Anatomik, dengan kurang lebih 35
Kodya Jogjakarta dan Kabupaten Bantul (Hospital Based)
variabel.
mempunyai pola distribusi yang tidak berbeda dengan di
Penelitian ini merupakan survei retrospektif untuk kasus-
Daerah Istimewa Jogjakarta.
kasus kanker tahun 1977; 1978 dan 1979. Jumlah kasus yang
Inidensi ASR kanker di Kecamatan Srandakan yang di-
terkumpul 24711 dengan perincian seperti tercantum dalam
dapat dari survai Population Based mempunyai distribusi
Tabel 5.
mendekati pola kanker di wilayah Kotamadya Jogjakarta dan
Jumlah kasus terbanyak di 10 lokasi dapat dilihat pada
Kabupaten Bantul (Tabel 7).
rabel 6. Pengisian formulir dinilai kurang, walaupun data
Studi intensif Population Based menunjukkan bahwa
mengenai laboratorium asal, tahun diagnosa, jenis kelamin,
insidensi ASR yang didapat jauh lebih tinggi dari pada yang
umur dan No.mor ICD dapat dilengkapi. Dari data ini masih
didapat dari studi Hospital Based (2 sampai 4 kali lebih tinggi).
dapat diketahui frekuensi relatif dan insidensi minimum di
masingmasing daerah.
TAHUN 1983 REGISTRASI KANKER "PATHOLOGY
Suatu registrasi kanker population based pernah dilakukan
BASED"
oleh Suripto dkk. dari Universitas Gajah Mada Jogjakarta
Formulir yang digunakan lebih sederhana sesuai petunjuk
dengan Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan.
UICC (Lyon) yang terdiri atas 7 variabel , 1. nomor registrasi,

10 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


Tabel 4. Sepuluh jenis kanker terbanyak berdasarkan Surabaya 51 9 3 6 3 6 23
pekerjaan penerita di 17 rumah sakit di Jakarta tahun Malang 83 2 1 4 1 4 15
Denpasar 11 1 9 1 1 1 85
1977. Ujung 11 1 1 2 2 4 12
Jenis Pekerjaan Manado 62 9 7 1 4 1 50
Lokasi I P S B P T D L N Ju Jakarta 10 1 1 1 1 1 84
o. bu ak. was- u- ela- ani ok- ain- .S. mlah Jumlah 29 4 2 5 3 5 24
R k t r j t l * Angka-angka 99ini adalah
829 829
jumlah034data432
dari585 711
3 tahun.
Serviks 1 1 2 – – – – 1 2 4322. jenis kelamin, 3. umur, 4. golongan etnik, 5. lokasi
Ut Paru-
i 62 – 4 3 1 2 . – – – 9 1 16 1 kanker,
222 6. diagnosa patologi dan 7. sifat/penyebaran.
Hati – 3 1 7 – – – 2 1 214Ikut serta dalam penelitian ini 15 Laboratorium Patologi
Payudar 1 1 1 – – – – 1 1 Ana
182 tomik : 12 dari Fakultas Kedokteran Negeri, dan 3
Nasofari – 2 2 – – 2 – 3 7 Laboratoriurn
173 Patologi Anatomik lain yang tidak terkait dengan
Rektum – 8 7 2 – – – 2 6 84
Lekemia – 8 9 – 9 6 4 rumah
77 sakit pendidikan Fakultas Kedokteran Negeri. Ke 12
Limfosar – 1 8 – 2 – 2 5 Bagian
76 Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Negeri menjadi
koma 1 3 koordinator dalam pengumpulan data di wilayah masing-
Ovarium 2 3 3 ; 3 masing.
67 Tidak semua laboratorium swasta ikutserta, yaitu dari
Kolon 2 – 2 – – – 3 4 3 50
0 laboratorium swasta Medan, Bandung, dan Ujung Pandang.
Jumlah 2 1 1 1 1 2 3 1 9 9 Demikian
157 pula tidak diperoleh data dari Laboratorium Patologi
N.S. :05 52 23 Tanpa
(Not Specified) 5 keterangan.
1 1 17 30 7 Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan
930 Tanpa keterangan : 59%.
R.T.: Rumah tangga.

Laboratorium swasta di Jakarta.


Lokasi Jumlah Frekuensi
o. Relatif
Semula, tujuan penelitian diharapkan dapat berlangsung Serviks uteri 4161 16,8%
terus untuk memperoleh data kanker yang dapat Payudara 3152 12,8%
dipergunakan antara lain mengetahui insidens mini-mum, Kulit 1954 7,9%
frekuensi relatif, perubahan pola kanker dari tahun ke Nasofaring 1397 5,6%
tahun, menentukan daerah dengan masalah kanker Limfosarkoma 1243 . 4,7%
Ovarium din 1150 3,9%
tertentu dan juga untuk mengetahui hasil usaha Limfe sekunder 960 3,7%
penanggulangan kanker di suatu daerah. Rektum dan 911 3,7%
Dalam Tabel 8 dapat dilihat 10 lokasi kasus kanker Hati . 900
.
3,6%
Jaringan ikat 476 1,9%
terbanyak pada pria dan wanita. Pada 13 kasus tidak Lain-lain 8407 34,1%
dicantumkan jenis kelaminnya. Jumlah semua kasus 6386
Jumlah 24711 100,0%
dan 13 kasus yang tidak dicantumkan jenis kelaminnya
(6399). Tabel 7. Age Standardised Rate (ASR) Kanker di
Dui Surabaya baru diterima data satu triwulan, kecamatan Srandakan (Population Based) dibandingkan
sebanyak 419 kasus, jika pada triwulan-triwulan dengan ASR kanker di wilayah Kotamadya Jogjakarta dan
berikutnya jumlah ka - .susnya sama karenayang belum Kabupaten Bantul (Hospital Based) di Propinsi Daerah
diterima adalah 1257 (3 x 419). Dengan demikian Istimewa Jogjakarta 1980-1981.
Tabel 6. Lokasi terbanyak pada _hasil registrasi tahun ICD Lokasi ASR ASR ASR
1977–1979 dari 13 Laboratorium Patologi di Indonesia. Kanker Kanker Kanker
di Kodya di
label S. Jumlah penderita kanker yang telah kan Kabu Jogjakart
diregistrasi pada laboratorium Patologi menurut tempat paten a
dan jenis kelamin pada tahun 1977 – 1979* Pria Nasofa 9,21 3,01 4,95
147 ring ,
1977 1978 1979
153 Kolon 9,21 2,08 0,85
154 Rektu 9,13 3,94 3,11
Tempat P W P W P W Ju 173 Kulit 18,26 4,54 4,70
o mlah Wani Kulit " 8,17 3,41 3,71
Medan 46 8 2 8 5 1 39
ta
Padang 10 3 17 11 16 1 01 14 85 174 Payud
Palemba 11 1 1 2 1 1 87 Wanit 24,55 13,97 6,67
Bandung 29 5 2 6 2 5 26 180 Servik
Jogjakart 12 1 1 1 1 1 78 uteri 8,17 11,32 7,69
Semaran 33 5 2 4 2 4 22 183 Ovariu 5,42 6,53 2,89
Solo 28 1 1 2 1 3 94

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 11


12 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992
Tabel 8. Registrasi kanker Pathology Based di Indonesia 1983 Tabel 10. Registrasi kanker Pathology Based 1983 dengan 10 urutan
dengan 20 urutan terbanyak jenis kanker berdasarkan lokasi. jenis kanker terbanyak berdasarkan lokasi pada pria di
Indonesia
No. Lokasi Jumlah ICD
1052 180 No. Lokasi Jumlah ICD
1. Serviks uteri
2. Payudara 754 174
532 .173 1. Limfe sekunder 306 196
3. Kulit
4. Limfe sekunder 505 190 2. Nasofaring 287 147
5. Nasofaring 406 147 3. Kulit 258 173
6. Ovarium 307 183 4. Limfosarkoma dst 144 200
7. Rektum 257 154 5. Rektum 140 154
8. Limfo sarkoma dst 247 200 6. Hati 109 155
191 171 7. Jaringan ikat 94 171
9. Jaringan ikat
189 193 8. Melanoma 64 172
10. Tiroid
145 155 9. Hidung 59 160
11. Hati
12. Korpus uteri 142 182 10. Kandung kemih 59 188
13. Melanoma 127 172
14. Tulang 106 170
103 160 KESIMPULAN
15. Hidung
16. Usus besai 92 153 Secara keseluruhan terlihat bahwa (diluar kanker kulit)
17. Mata 90 190 kanker serviks dan payudara masih merupakan kanker yang
86 181
18. Plasenta paling banyak diketemukan, baik dengan penelitian Pathology
19: Orofaring 78 146
Based, Hospital Based maupun penelitian Population Based,
20. Kandung kemih 69 188 sedang kanker nasofaring, termasuk dalam 5 jenis tumor ter-
banyak. Tetapi ada perbadaan dalam urutan dari kanker hati
jumlah semua kasus dalam 1 tahun ada 7643 kecuali yang 13. pada penelitian Pathology Based dan Hospital Based. Pada
Kanker terbanyak berdasarkan lokasi pada wanita ialah: serviks penelitian Hospital Based kanker ini menempati urutan ke 3,
uteri (ICD 180) : 1052, payudara (ICD 174) : 754 dan ovārium sedang pada Pathology Based, kanker hati secara keseluruhan
(ICD 183) : 307. Pada pria urutannya ada-I'ah sebagai berikut : tidak termasuk dalam 5 jenis tumor terbanyak. Perbedaan ini
limfe sekunder (ICD '196) 306, nasofaring (ICD 147) : 287 dan tampak lebih nyata pada tumor ganas paru-paru, yang me-
kulit (ICD 173) : 285. (Tabel 9 dan 10). Hal yang menarik dari nempati urutan ke 2 di 17 rumah sakit di Jakarta, tetapi tidak
hasil registrasi ml antara lain ialah tingginya kasus nasofaring termasuk dalam 10 jenis tumor terbanyak pada penelitian
pada wanita yang menempati urutan pertama di Medan. Data Pathology Based.
dari Medan ini.belum termasuk data'laboratorium swasta. Mengingat keterbatasannya pada saat ini, penggunaan data
penelitian Pathology Based harus dilakukan dengan hatihati.
Tabel 9. Registrasi kanker Pathology Based 1983 dengan 10 urutan Banyak hambatan dijumpai dalam upaya mengumpulkan
jenis kanker terbanyak berdasarkan lokasi pada wanita di
Indonesia. data kanker ini. Bila penelitian tersebut akan ditingkatkan
menjadi suatu registrasi, perlu adanya biaya yang memadai,
No. Lokasi Jumlah ICD kemauan dan kerjasama yang baik.
1. Serviks uteri 1052 180
2. Payudara wanita 754 174 KEPUSTAKAAN
3. Ovarium 307 183
4. Kulit 274 173
5. Limfe sekunder 199 196 1. Didit Tjindarbumi dkk. Registrasi Kanker di Rumah Sakit Cipto
6. Tiroid' 142 193 Mangunkusumo tahun 1975-1978. Rumah Sakit Ciptomangun-
7. Korpus uteri 140 182 kusumo/Pusat Penelitian dan Pengembangan Radiologi, Jakarta 1980.
8. Nasofaring 119 147 2. Soeripto dkk. Penelitian • Registrasi Kanker Population Based di Daerah
9. Rektum 117 154 Istimewa Jogyakarta. l,akultas Kedokteran Universitas Gajah Mada &
10. Limfo sarkoma dst 103 200 Kanwil Departemen Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Jogyakarta.
1985

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 13


Karsinogen Kimiawi
dan Mikokarsinogen
DR. Iwan T. Budiarso DVM., M.Sc *
Staf Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I, Jakarta

karsinogenik yang terkandung di dalam teer.


PENDAHULUAN Tahun 1981 kelompok keija dari IARC/WHO melaporkan,
Telah diketahui, tubuh manusia atau hewan terdiri dari sampai mat ini telah ditemukan lebih dari 500 bahan yang
berbagai alat tubuh dan jaringan. Alat tubuh atau jaringan ter- bersifat karsinogenik pada hewan percobaan (IARC Mono-
sebut tersusun dari unit-unit yang sangat kecil, disebut sel. Sel- graphs on the Evaluation of the Carsinogenic Risk of Chemi-
sel ini mempunyai fungsi yang berlainan, akan tetapi mereka cals to Humans Volume 1 – 28). Walaupun tidak mungkin
memperbanyak jumlahnya dengan cara pembelahan yang sama. untuk mengekstrapolasikan hasil penelitian ini untuk meng-
Dalam keadaan normal, proses pembelahan itu diatur hitung risikonya terhadap manusia, akan tetapi ini adalah cukup
sedemikian rupa sehingga jumlah sel barn yang dibentuk ada- betalasan untuk mengambil kesimpulan bahwa sesuatu bahan
lah sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk menggantikan yang sudah menunjukkan sifat karsinogenik pada lebih dari
sel-sel yang sudah usang atau mati, agar bentuk alat tubuh atau satu jenis hewan percobaan, dapat juga bersifat karsinogenik
jaringan tersebut tetap tersusun dalam proporsi yang seimbang pada manusia.
dan serasi. Bilamana proses pembelahan sel itu menyimpang Antara 1971 dan 1981, kelompok kerja dari IARC telah
dan tidak dapat dikendalikan, akan menimbulkan pertumbuhan dapat mengumpulkan berbagai data hasil penelitian mengeiiai
yang abnormal. Pertumbuhan abnormal ini disebut neoplasia beberapa jenis bahan kimiawi dan hasil ikutan industri yang
atau tumbuh ganda. Penyebab dan/atau faktor-faktor dapat bersifat karsinogenik pada manusia. Data tersebut setelah
penyelewengan proses pembelahan sel itu banyak macamnya, dianalisis dan dikaji secara seksama, menunjukkan, dari jumlah
di antaranya yang sekarang sering diperbincangkan ialah yang 5672 bahan kimia yang dievaluasi ternyata 43 macam di
disebabkan oleh bahan-bahan bersifat kimia dan mikotoksin. antaranya diduga kemungkinan besar berhubungan erat dengan
timbulnya kanker pada manusia. Ke 43 bahan tersebut terdapat
Karsinogen Kimiawi dalam tabel yang terlampir. Kebanyakan bahanbahan tersebut
1) Teer di atas (label 1) diidentifikasikan berdasarkan padā penelitian
Tahun 1775, Percival Pott dengan sangat jeli dalam peng- epidemiologik atau laporan kasus.
amatannya dapat menghubungkan bahwa karsinoma skrotum 2) Sakarin (Saccharin)
tukang pembersih cerobong asap rumah'adalah akibat debu Sakarin adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan sangat
jelaga cerobong yang menempel pada kulit skrotum, sehingga manis, kira-kira 550 kali lebih manis dari pada gula biasa. Oleh
ia adalah orang yang pertama mengetahui tentang bahan karena itu ia sangat populer dipakai sebagai bahan pengganti
karsinogenik. gula.l
Tahun 1918, Yamagiwa dan Ichikawa adalah tim peneliti Tikus-tikus percobaan yang diberi makan 5% sakarin se-
pertama yang melaporkan bahwa bila teer dioleskan pada te- lama lebih dari 2 tahun, menunjukkan kanker mukosa kandung
linga kelinci akan mengakibatkan karsinoma kulit. kemih (dosisnya kira-kira setara 175 gram sakarin sehari untuk
Tahun 1933, Cook, Hewett dan Hieger dapat mengidentifi- orang dewasa seumur hidup).
kasikan bahwa 3,4 Benzopyrene adalah salah satu konstituen Sekalipun hasil penelitian ini masih kontroversial, namun
kebanyakan para epidemiolog dan peneliti berpendapat, sakarin
memang meningkatkan derajat kejadian kanker kandung kemih
ƒ Staf Peneliti/Dosen Part Time, Bagian Patologi Anatomi, Fakultas pada manusia kira-kira 60% lebih tinggi pada para pemakai,
Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta khususnya p.ada lcaum laki-laki. Oleh karena itu,

14 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


Tabel 1 Chemicals. Groups of chemicals, industrial processes and 3) Siklamat (Cyclamate)
occupational exposures associated with (or strongly suspected Siklamat adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan kira-
to be associated with) the induction of cancer in humans
(compiled from Volume 1–28 of the IARC Monographs on kira 30 kali lebih mains dari pada gula tebu (dengan kadar siklamat
the Evaluation of the -Carcinogenic Risk of Chemicvals to kira-kira 0,17%). Bilamana kactar larutan dinaikkan sampai dengan
Humans). 0,5%, maka akan terasa getir dan pahit.2
Siklamat dengan kadar 200 u gram per ml dalam medium
I. Chemicals, group of chemicals, industrial processes and occupational biakan sel leukosit dan monolayer manusia (in vitro) dapat
exposures that are carcinogenic for humans. -.
1. Aminobiphenyl
mengakibatkan krbmosom sel-sel tersebut pecah. Tetapi hewan
2. Arsenic and arsenic compounds percobaan yang diberi sikiamat dalam jangka lama tidak me
3. Asbestos nunjukkan pertumbuhan ganda.
4. Auramino (manufacture of) Barkin dkk., disiter oleh Reynolds dan Prasod melapor kan
5. Benzene bahwa pada 3 orang laki-laki yang konsumsi sodium Siklamat
6. Benzidine
7. N.N. Nis (2-chlorocthyl)–2 daphtylamina dengan dosis 50–75 mg/kg bb setiap han selama 18 bulan sampai
8. Bis (chioromethyl) other and technical grade chloromethyl 6 tahun mengakibatkan kanker kandung kemth dan tumor
methyl ether multipel lain.
9. Bood and shoe manefacture and repair (certain occupations) Di Inggris penggunaan Siklamat untuk makanan dan minum
10. Chromium and certain chromium compounds
11. Conjugated oestrogens
an sudah dilarang, demikian pula di beberapa negara Eropah dan
12. Diethylstilbestrol Amerika Serikat.
13. The furniture and cabinet making industry (certain occu pations) 4) Nitrosamin
14. Haematite mining (radon?) Sodium nitrit adalah bahan kristal yang tak berwama atau
15. Isopropyl alcohol (manufacture of using the strong acid process)
16. Melphalan
sedikit semu kuning. ra dapat berbentuk sebagal bubuk, butir
17. Mopp butir atau bongkahan dan tidak berbau. Garam mi sangat di
18. Mustard gas gemari sebagai bahan p dan untuk mempertahankan warna ash
19. 2 – Naphthylamine daging serta memberikan aroma yang khas umpama nya seperti
20. Nickel refming sosis, keju, kornet, dendeng, ham d11
21. Rubber manufacturing industry (certain occupations)
22. Soots, tars and oils Untuk pembuatan keju dianjurkan supaya kandungan sodium
23. Vinylchloride nitrit tidak melampaui 50 ppm, sedangkan untuk bahan pengawet
II. Chemicals or groups of chemicals that are probably carcinogenic for daging dan pemberi aroma yang khas ber variasi antara 150 – 500
humans SUB GROUP A – HIGHER DEGREE OF HUMAN EVIDENCE. ppm.
1. Alflatoxins
2. Azathioprine
Sodium nitrit adahah precursor dan nitrosamines, dan
3. Cadmium and certain cadmium compounds nitrosammes sudah dibuktikan bersifat karsinogenik pada
4. Chlorambucil berbagai jenis hewan percobaan. Oleh karena itu, pemakaian
5. Nickel and certain nickel compounds sodium nitrit harus hati-hati dan tidak boleh melampaui 500 ppm.
6. Tris (1–aziridinyl) phosphine sulphide (thiotepa) Makanan bayi sama sekali dilarang mengandung sodium nitrit.
7. Treosulphan
SUB GROUP B – LOWER DEGREE OF HUMAN EVIDENCE 5) Zat Pewarna Sintetis
1. Acryloritrile Dari hasil pengamatan di pasar-pasar ditemukan 5 zat pe-
2. Amitrc ie warna sintetis yang paling banyak digemari di Indonesia adalah
3. Auraminc warna merah, kuning, jingga, hijau dan coklat. Dua dari lima4
4. Beryllium and certain beryllium compounds
5. Carbon tetrachloride zat pewarna tersebut, yaitu merah dan kuning adalah
6. Dimethyl carbamoyl chloride Rhodamine-B dan metanil yellow. Kedua zat pewarna ini ter-
7. Dimethyl sulphate masuk golongan zat pewarna industri untuk mewarnai kertas,
8. Ethylene oxide tekstil, cat, kulit dsb. dan bukan untuk makanan dan minuman. -
9. Iron dextran complex
10. Oxymetholone Hasil penelitian Sihombing–Nainggolan dkk4,5 menunjuk-
11. Phenacetin kan bahwa pemberian kedua zat warna tersebut kepada tikus
12. Polychlorinated biphenyls dan mencit mengakibatkan limfoma.
a. This table does not include known human carcinogens such an is 6) Monosodium Glutamat
tobacco smoke, betel quid and alcoholic never a go since they have
not yet been included within the Monographs diagramme. Monosodium glutamat (MSG) atau vetsin adalah penyedap
b. Added by the secretariat subsequent to the ad hoc IARC Working masakan dan sangat populer di kalangan para ibu rumahtangga,
Group held in January 1979. waning nasi dan rumah makan. Hampir setiap jenis makanan
c. Nitrogen mustard, vincristine and procarbasine. masa kini dari mulai mil-milan untuk anak-anak seperti chiki,
taro dan sejenisnya, mie bakso, masakan cina sampai makanan
tradisional sayur asam, lodeh dan bahkan sebagian masakan
Food and Drug Administation (FDA), AS menganjurkan untuk padang sudah dibubuhi MSG/vetsin.
membatasi penggunaan sakarin hanya bagi para penderita MSG/Vetsin pertama kali dilaporkan oleh DR. Hob dapat
kencing manis dan obesitas. Dosisnya agar tidak melampaui 1 menyebabkan Chinese Restaurant Syndrome. Sejak itu bet-
gram setiap harinya.' puluh-puluh laporan, baik bersifat anekdot maupun penelitian

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 15


menunjang laporan tersebut.7,8,9 Aflatoksin di samping dihasilkan oleh A. flavus, ia juga
MSG/Vetsin secara konsisten mengakibatkan degenerasi dapat dihasilkan oleh A. oryzea, A. ochraceus, A. niger, Peni-
dan nekrosi sel-sel neuron di dalam hipotalamus pada bayi cillium pubarum dan rhizopus sp.
mencit, tikus, kera dan ayaml0-18. Ia juga mengakibatkan Dari hasil penelitian epidemiologi di Mosambik27, Swazi-
retinopati pada mencit dan juga mengakibatkan degenerasi dan lan , Thailand29,30 dan Uganda menunjukkan, jumlah afla-
28

nekrosis sel-sel syaraf lapisan dalam retina secara in vitro19,20. toksin yang termakan penduduk berkorelasi positif dengan
Di samping itu, yang lebih penting dan berbahaya ialah bahwa kejadian kanker hati. Umpamanya di Uganda di mana telah
hasil- pirolisa MSG/vetsin menghasilkan 2 zat kimia baru, dikumpulkan 480 contoh makanan rakyat dan setelah dianalisa
yakni 2-amino 6 metil-dipirido-imidazole (Glu-P-1) dan 2 terhadap aflatoksinnya, 30% dari contoh tersebut adalah positif
amino dipirido-imidazole (Glu-P-2)21. Kedua zat ini dibuktikan aflatoksin dan di antaranya 4% kadarnya melebihi 400 ppm
oleh Matsumoto dkk22 menyebabkan mutagenik dengan uji (part.per million). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
Ames pada strain Salmonella typhimurium TA 98. bahwa distribusi kejadian kanker hati di antara penduduk
Takayama dkk23 melaporkan, kedua zat tersebut dapat berbanding lurus dengan derajat pencemaran aflatoksin di
mengakibatkan terutama kanker koloh dan hati, di samping dalam makanan mereka. Di Indonesia, Pang31,32,33 telah
kanker ginjal, otak dan jaringan lemak pada tikus dan mencit. melaporkan mengenai hubungan pencemaran aflatoksin dalam
makanan terhadap kejadian kanker hati. Ia menyatakan, derajat
Micokarsinogen kontaminasi racun ini berbanding lurus dengan kejadian kanker
1) Islanditoksin dan Luteoskirin pada hati. Hasil analisa beberapa contoh bahan makanan yang
Setelah perang dunia II selesai, Jepang sebagai negara dikumpulkan dad beberapa pasar di Bogor (Tabel 2) dan
kalah perang terpaksa menerima bantuan dari negara tempat lain (Tabel 3 dan 4) menunjukkan bahwa makanan yang
tetangganya, dan beras- bantuan yang diterima Jepang mengandung aflatoksin kadarnya sering kali jauh melampaui
seringkali kualitasnya kurang baik karena tercemar cendawan safety margin. Safety margin di Indonesia belum diadakan,
sehingga berwarna kuning, dan disebut dengan nama Yellow akan tetapi di negara-negara barat ditetapkan berkisar antara 5–
Rice Disease. Cendawan penyebabnya ialah Penicellium 20 ppb.
islandicum. Bilamana tikus-tikus diberi makan beras kuning 3) Sterigmatosistin
ini, dalam waktu satu bulan saja akan mengalami radang hati. Mikotoksin ini dihasilkan oleh Aspergilies versicolor, A.
Bila dibiarkan terus makan lebih lama, setelah lewat 4 bulan nidurans dan Bipolaris sp. Racun ini kira-kira berkekuatan
banyak hewan percobaan tersebut mengidap kanker hati24. sepersepuluh aflatoksin. Hasil eksperimen menunjukkan,
P. Islandicum menghasilkan 2 macam metabolit beracun sterigmatosistin dapat menimbulkan kanker hati pada berbagai
dan diberi nama masing-masing islanditoksin dan luteoskirin. jenis hewan percobaan dalam waktu kira-kira 42 minggu,
Islanditoksin adalah siklopeptida yang mengandung gugusan dengan dosis berkisar antara 0,3 sampai 0,5 mg/kg/hari 4.
khlorin (cyclochloretin). Toksin ini menyebabkan degenerasi 4) Patulin dan Penicillic Acid
perilobuler dan nekrosis pada hati. Sedangkan luteoskirin Kedua mikotoksin ini dihasilkan oleh berbagai jenis Peni-
adalah derivat hidroksiantrasinon dan mengakibatkan cillium dan Aspergillus. LD 50-nya berkisar antara 10–25
degenerasi lemak dan nekrosi sentrolobuler. Dan kedua-duanya mg/kg berat badan dan disuntikkan secara intravenus. Bilamana
dapat menimbulkan kanker hati. toksin ini disuntikkan dengan dosis berulang secara subkutan
2) Aflatoksin pada tikus, maka ia akan menimbulkan sarkoma di tern-pat
Pada tahun 1960 di Inggris tiba-tiba dilanda suatu wabah bekas suntikan35
keracunan, makanan pada peternakan ayam kalkun dan me- 5) Rugulosin
nelan korban tidak kurang dari 100.000 ekor. Lancaster dkk.25 Mikotoksin ini dihasilkan Penicillium rugulosum dan P.
menemukan, penyebabnya adalah racun cendawan Aspergillus Brunneum36
flavus. Kemudian Nesbitt dkk.26 dapat mengisolir dan Rumus bangun kimia dan sifat toksinnya mirip sekali
memumikan racun tersebut dan diberi nama aflatoksin. luteoskirin yang dihasilkan P. islandicium. Bilamana diberikan
Aflatoksin terdiri dari 4 macam komponen, yaitu : B1, B2,,G 1 pada hewan percobaan ia dapat menimbulkan kanker hati.
dan G2. Tiap-tiap komponen dapat dipisahkan satu sama lain 6) Griseofulvin
secara murni. Aflatoksin B disebut demikian karena meman- Griseofulvin adalah metabolit Penicillium griseofulvum. Ia
carkan warna biru (blue) dan G karena bersinar hijau (green) berkhasiat sebagai antibiotika dan sampai sekarang ' masih di-
bila disinari dengan sinar ultra-violet. Struktur kimianya terdiri gunakan sebagai obat pemberantas infeksi cendawan superfisial
dari inti counmarin yang disenyawakan dengan cincin bifuran. (superfical mycosis) terutama yang disebabkan trichophyta
Dari ke-4 komponen, BI adalah yang paling beracun dan pada jari jari kuku. Di lain pihak ia juga bersifat mikokarsino-
juga bersifat karsinogen yang ekstrim. Bilamana 15 ppb (part gen, karena bila disuntikkan secara subkutan atau dicampurkan
per billion) B1 diberikan pada tikus, setelah 7–70 minggu akan dalam makanan dan diberikan pada mencit-mencit dalam
timbul kanker , haM. Hampir semua hewan percobaan seperti jangka lama, akan menimbulkan kanker hati dengan incedence
bebek, kalkun, marmot, kelinci, anjing dan bahkan ikan sangat rate tinggi37,38.
peka terhadap aflatoksin. Mencit pun dapat kena, akan tetapi ia 7) Penicillium viridicatum
jauh lebih resisten bila dibandingkan hewan lain. P. viridicatum strain Purdue di samping dapat mengakibat-

16 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


Tabel 2 Kadar Aflatoksin pada beberapa jenis Bahan Makanan & Jamu melakukan tindakan preventif mulai sekarang dan jangan
menunggu-nunggu kalau sudah ada korban. Bahan-bahan kimia
Jenis Bahan Kadar Aflatoksin (ppb)*
yang dikemukakan .umumnya adalah bersifat hepato-
1. Kacang tanah 40–4100 karsinogenik, jadi tidak mustahil dalam 2 dasawarsa yang akan
2. Oncom 5–1300 datang kasus-kasus hematoma akibat food additives akan
3. Tempe 0–28 sangat meningkat.
4. Kecap 0–43
5. Tahu 0
Hal lain yang perlu diingatkan, cara pemakaian MSG/
vetsin yang sudah sangat meluas dan berlebihan pada saat ini
6. Jamu 0–1190
perlu mendapat perhatian khusus, karena hasil pirolisa MSG
t ppb = part per billion menghasilkan 2 zat kimia barn; Glu–P–I dan Glu-P-2, adalah
sangat mutagenik dan karsinogenik, khusus terhadap hati dan
Data Label ini diperoleh dari Pusat Penelitlan dan Pengembangan Gizi, Sedan
Litbang Kesehatan, Dep. Kes. Jalan Semboja, Bogor.
kolon, disamping terhadap ginjal, otak dan lain-lain.
Demikian pula dengan beberapa contoh tentang mikokar-
Tabel 3 Kadar Aflatoksin pada kacang tanah, bungkil kacang, minyak sinogen, dapatlah dimengerti bahwa makanan yang diolah dan
kacang dan oncom Bandung* disimpan secara sembarangan akan dicemari oleh berbagai
jenis cendawan. Hal ini disamping dapat membahayakan
Jenis Bahan Jumlah Contoh B1 G1 manusia dan ternak, ia jugs dapat mengakibatkān kerugian
1. Kacang Tanah 20 180 353 ekonomi dan man power yang besar.
2. Būngkil Kacang 20 126 174 Banyak kejadian tumbuh ganda di beberapa negara,
3. Minyak Kacang 20 61 82 khiisusnya di daerah tropik, yang dahulu tidak diketahui
4. Oncom Mentah 39 67 120 sebabnya, kemungkinan besar sekarang ialah akibat golongan
5. Oncom Goreng 16 41 – mikotoksin, apabila kausa agen lain seperti bakteri, virus, kimia
dan nutrisi sudah dapat disingkirkan.
Tabel 4. Kadar Aflatoksin pada makanan asal kacang tanah* Bilamana kita memperhatikan adat kebiasaan dan ke-
gemaran di Indonsia akan makanan yang berasal daripada hasil
Jenis Makanan Jumlah Contoh B1 G1 proses peragian seperti tempe, oncom, tauco, tape, dan
sebagainya dan hasil pengawetan makanan seperti trasi, ikan
1. Kacang Goreng 4 0 0
asin, dendeng dan sebagainya, dimana seringkali cara peng-
2. Kacang Goreng olahannya begitu sederhana dan kurang memperhatikan soal
3 0 3
Tepung
3. Enting-enting
kebersihan, sehingga tidak mustahil bahwa makanan dan hasil
2 170 93 pengolahan tersebut tercemari oleh berbagai jenis cendawan
Kacang
4. Tauco 5 83 49 saprofit. Begitu juga cara proses pengeringan dan penyimpanan
5. Pindakaas 3 13 0 hasil pertanian dan ikutannya seperti kacang tanah, bungkil
kacang, kopra, bungkil kopra, gaplek dan sebagainya, biasanya
* Data pada Tabel 3 dan 4 berasal dari laporan Joint FAO/WHO/ UNDP kurang kering, sehingga bahan makanan yang demikian di-
Cont. on Mycotxin. Kenyatta Center, Nairobi, Kenya 1977 makan oleh manusia dan hewan dapat membahayakan kesehat-
annya.
Dengan demikian bila penelitian dapat diarahkan ke bahan
kan hepatorenopati, bila ia dimakankan pada mencit-mencit kimia khusus food additives dan mikotoksin, tidak mustahil
dalam kadar rendah dan jangka panjang (52–55 minggu) akan dalam waktu yang tidak lama akan ditemukan, bahwa kelainan
menimbulkan adenoma dan adenokarsinoma pada paru-paru tumbuh ganda yang dahulu tidak tahu apa faktornya, sekarang
dengan incidence rate lebih dari 50%3? P. viridicatum. strain mungkin dapat diterangkan.
Purdue adalah tidak sama seperti strain Denmark, karena ia
tidak menghasilkan okratoksin A,aflatoksin atau sterigmatoistin
Jadi toksin yang dihasilkan strain Purdue pasti Jens ksin lain KEPUSTAKAAN
dan sampai sekarang belum diketahui identitasnya.
1. Reynolds JEF and Prasad AB. Saccharin, dalam buku: Martindale the
Extra Pharmacopocia, 28 th Ed. 1982. hal. 429 – 430.
2. Reynolds JEF and Prasad AB. Sodium Syclamate, dalam; buku:
KESIMPULAN Martindale the Extra Pharmacopoeia, 28 ch, ed. 1982 hal. 430 – 431.
dengan hanya menyajikan beberapa contoh bahan kimia 3. Reynolds JEF and Prasad AB. Sodium Nitrite, dalam buku: Martindale the
rsinogenik, disamping bahan kimia industri lain, yang sehari- Extra Pharmacopocia, 28 ch ed. 1982. hal. 392:
4. Sihombing G. .An Exploratory study on three Synthetie colouring matters
hari dipergunakan sebagai zat tambahan makanan (food commonly used as food colours in Jakarta. M.Sc. thesis. Seameo and
Meditives) dan dipakai secara meluas di kalangan masyarakat Faculty of medicine, University of Indonesia, Jakarta, 1978.
banyak (karena harganya relatif sangat murah), maka bahaya 5. Budiarso IT, Nainggolan Sihombing G, Oey Kam Nio. Kelainan Patologi
dalam jangka panjang sudah dapat diramalkan. Untuk pen- Pada Mencit dan tikus disebabkan zat warn Rhodamine-B dan Metanil
Yellow, Bulletin Penelitian Kesehatan, 1983; 11 = 36 – 43.
cegahan hal ini, lembaga yang berwenang harus sudah berani 6. Ho Man Kwok R. Chinese restaurant sysdrome. New Engl J Med,

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 17


1968; 278 : 296. ted at the 4th Asian Pacific Conprase of Gestroenterologi, 5–12
7. KenneyRA & Tridball CS. Human susceptibility to oral monosodium Februaria.
glutamate. AM J Clin Nurt. 1972; 25 : 140–146. 32. Pang RTL, Huseini and Karyadi F. Aflatoxin and primary hepatic cancer
8. Schaumburg hh & Byck R. Sin cib-syn Accent on glutamate. New Engl J in Indonesia. Paper presented at the V World Congress of
Med 1968; 279: 105. Gestroenterology, 13 – 19 October 1974, Mexico.
9. Schaumburg HH, Byck, Gerstl R. & Mashman JH. Monosodium glutamate 33. Pang RTL. Aflatoxin dalam epidemiologi karsinoma hati primer. Kertas
: its Pharmacology and role in the chinese restaurant syndrome. Science, kerja yang disajikan pada Simposium Nasional Kanker Saluran Makanan,
1969; 163 : 828. Jakarta, 24 – 26 Nopember 1977.
10. Burde RM, B & J. Acute effect of oral and subcutaneous administration of 34. Kurata H. Carcinogenic mycotoxin and sterigmatocyctin. Modern Media
monosodium glutamate on the arcuate nucleus of the hypothalamus in 1972; 18 : 546.
mice and rats. Nature, 1971; 233s: 58 – 60. 35. Dickens F and Jones HEH. Carcinogenic activity of series of reactive
11. Lemkey–Johnson N, Reynold WA. Nature and extent of brain lesions lactones and related substaances, Brit J Cancer, 1961; 51: 85.
ingestion of monosodium glutamate. A light and electron microscope 36. Breen J. Studies in the biochemistry of microorganisme. XIV. Rugulasin a
study. J neuropath Exp Neuro. 1974; 33 : 74–97. crustalline coloring matter of Penicillium rugulosum. Biochem J. 1955; 60
12. Mushahwar IK. & Koeppe RE. The texiciy of monosodium glutamate in : 618 – 626.
young rats. Biochem Biophys Acta, 1971; 244 : 318-321. 37. - Epstein SS, Andreas J, Joshi S and Mantel N. Hepato carcinogenicity of
13. Onley JW & Sharpe LG. Brain lesion in an infant rhesus monkey treated griseofulvin following parenteral administration to infanct mice. Cancer
with monosidium glutamate. Science, 1969; 166–386–388. Res 1967; 27 : 1900.
14. Onley JW. Brain lesions, obesity and other distrubances in mice treated 38. Hurst EW and Paget GE. Protoporphyrin, cirrhosis and hepatoma in the
with monosodium gluta mate. Science. 1969; 164 : 719–721. livers of mice givin griseofulvin. Brit J Derm. 1963; 75:105.
15. Onley JW & Ho OL. Brain damage in infanct mice following oral intake 39. Zwicker GM and Carlton WW. Prolonged administration of Penicillium
of glutamate, aspartate or cysteine. Natural, 1970; 277 : 609–610. viridicatum to mice Prelimanary report of carcinogenicity. fd. Cosmet
16. Onley JW, Sharpe LG & Feigin RD. Glutamate–induced brain damage in Toxicol. 1973; 11 : 989 – 994.
infant primates. J Neuropath Exp Neuro, 1972; 31 : 464–488. 40. Forgac .1 and Carll WT. Mycotoxicoses, Adv Vet Sci,1962; 7 : 273-382.
17. Robinson B, Snapir N & Perek M. Age–bependent sensitivity to 41. Greenberg SR. The Vascular effect of monosodium glutamate. Am J Clin
monosodium gluta nate including brain damage in the chicken. Poultry Nutr, 1973; 26 : 1 – 2.
Science. 1974; 53 : 1539 – 1542. 42. Shibata S and Udagawa S. Metabolic products of fungi. XII Isolation of
18. Snapir N, Robinson B & Perek M. Development of brain damage in the rugulosin from Penicillium brunneum Udegawa. Chain. Pharm Bul.
male domestic fowl injected with monosodium glutamate at five days of 1963;11: 402 – 403.
age. Path Europ. 1973; 8 : 265 – 275.
19. Lucas DR & Newhouse JP. The toxic effect of monosodium glutamate on Ucapan Terima Kasih.
the inner layers of the retina. AMA Opth, 1957; 58 : 193 – 201. Penulis mengucapkan ban yak terima kasih kepada Bapak Kepala
20. Onley JW. Glutamate–induced ratinal degeneration in neonatal mice. Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara,
Electron microscopy of the acute evolving lesion. J Neuropath Expl Neuro. yang telah menyediakan dana untuk pengumpulan rufukanrujukan untuk
1969; 28 : 455 – 474. penulisan naskah inf.
21. Yamamoto T. Tsuji K Kosuge T, et al. Isolation and Structure
determination of mutagenic substance in L–glutamic acid pyrolysate, Prec,
Japan Acad 54. Ser. B, 1978.
22. Matsumoto T Yoshida, D Migusaki S and Okamoto H. Mutagenic Activity
of amino Acid Pyrolyrates in salmonella typhimurium TA 98. Mutation
Research, 1977; 48 : 279 – 286.
23. Takaya S, Masuda M,-Mogami M, Ohgaji H, Sato S and Sugimura T.
Induction of cancers in the intestine, liver and various other Organs of
Rats' by feeding mutagens from glutamic acid pyrolysate. Gann 1984; 75 :
207 213.
24. Miyake M,. and Saito M. Liver injury and liver tumors induced by toxins
of Penicillium islandicium Sopp. growing on yellowed rice. Dalam buku
Mycotoxins in foods tuffs ED GN. Wogen the MIJ Press : 1965; Hal. 133
– 146.
25. Lancester MC, Jenkins FP and Philp JM. Toxicity associated with certain
samples of groundnuts. Nature, 1981; 192 : 1095.
26. Nesbitt BFL, Kolly. A Toxic metabolites of Aspergillus flevus. Nature,
1962; 195 : 1063.
27. Van Rensburg SJ, Vander Watt JJ, Purchase P, Cuotinbo L and Markam fl.
Primary liver cancer rate and aflatoxin in cake in a high area. So Afr Med
J. 1974; 48 : 2508a–2508d.
28. Keen P and Martin P. Is aflatoxin carcinogenic in man The avidence in
Swaziland. Trop Geog Med. 1971; 23 : 44–53.
29. Shank RC, Bourgeois CH, Keschamras N and Chedavimol P. Aflatoxins in
autopsy specimens from Thai children with an acute disease of unknown
aetiology, Fd Cosmet Toxicol, 1971; 9 : 501–607.
30. Shank RC, Bhamarapravati N, Gordon JE and Wogen GM. Dietery
aflatoxins and human liver. cancer In Incidence of primary liver cancer in
two municipal population of Thailand. Fd Cosmet, Toxicol 1972; 10 : 171
– 179.
31. Pang RTL, Purwokoesoemo SH and Karyadi D. Aflatoxin and primary
cancer of liver in men. A study on 9 cases. Paper presen-

18 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Terjadinya Kanker Payudara pada Wanita
di Beberapa Rumah Sakit di Jakarta
Dra. Reflinar Rosfein, MSc
Staf Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN dapat dilihat pada tabel 1.


Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang Tabel 1 : Data kanker payudara pada wanita di beberapa Pusat Patologi
Anatomi
penting dibandingkan dengan kanker lain yang banyak terdapat
pada wanita.
Pusat Patologi Urutan Terbanyak
Di Amerilca Serikat, menurut the American Cancer No. Tahun
Anatomi
Society Inc. dalam tahun 1957 terdapat 22.459 wanita yang 1 2 3 4
meninggal karena kanker payudara dan pada tahun 1958 1. FK-UNAND Padang 1978 1 – – –
terdapat 60.000 yang menderita kanker tersebut. Dalam tahun 2. FK-UI Jakarta 1968–1976 1 – – –
1980 lebih dari 108.000 wanita didiagnosa menderita kanker 3. FK-UNHAS Ujung 1977–1981 1 – – –
Pandang
payudara dan lebih dari 35.000 wanita meninggal disebabkan 4. FK-UNPAD Bandung 1970–1973 – 1 – –
kanker tersebut. 5. FK-UNDIP Semarang 1977–1981 – 1 – –
Angka insidensi kanker payudara (carcinoma mammae) 6. FK -UNBRAW Malang 1977–1981 – 1 – –
7. FK-UGM Yogyakarta 1970–1973 – 1 –
yang umurnya telah disesuaikan dengan penduduk dunia (age- 8. FK-UNUD Bali 1977–1979 1 – –
adjusted world insidence) tidak sama pada semua negara; 9. FK-UNSTRATManado 1977–1981 – 1 – –
seperti di Hawaii,Manitoba, Connecticut, 60 per 100.000 pen- 10. FK-USU Medan 1977–1981 – – – 1
duduk wanita, dan di Jepang di bawah 20 per 100.000 pen-
duduk. Data tersebut di atas hanya menggambarkan frekuensi
Kematian karena kanker payudara yang paling tinggi adalah relatif kanker payudara pada wanita dan belum menggambar-
di Inggris, Belanda, Irlandia, Americka Serikat, sedangkan di kan keadaan sebenarnya di masyarakat. Sampai saat ini belum
Asia Tenggara angka kematian rendah, kurang dan 10 per diketahui penyebab yang pasti kanker payudara, tetapi David
100.0001. et. al menyebutkan beberapa faktor yang berhubungan dengan
Di Uni Soviet, kanker payudara wanita pada tahun 1979 etiologi kanker antara lain suku bangsa, status perkawinan,
menduduki urutan kedua terbanyak2, dan di Singapura me- umur melahirkan anak pertama, riwayat keluarga, status sosial
rupakan urutan pertama dari 10 kanker terbanyak pada wanita3. ekonomi, obesitas, usia haid pertama dan tumor jinak payu-
Di Indonesia angka insidensi kanker yang sesungguhnya dara6.
belum diketahui dengan pasti, namun data yang telah dikum- Penelitian yang pernah diadakan di negara-negara lain, se-
pulkan di Rumah Sakit-Rumah Sakit besar menunjukkan pe- cara deskriptif, studi kasus kontrol (retrospektif) dan prospek-
ningkatan prevalensi 2–8% penderita kanker setahun4. tif, menunjukkan faktor-faktor yang diduga berhubungan
Hasil penelitian yang diadakan oleh Pusat Penelitian dengan terjadinya kanker payudara antara lain ialah hormonal,
Penyakit Tidak Menular (d/h. Pusat Penelitian Kanker dan reproduktif, genetik/riwayat keluarga, riwayat tumor jinak
Radiologi), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di payudara, radiasi pengion, trauma payudara, terpapar pada zat-
17 Rumah Sakit di Jakarta tahun 1977 menunjukkan, kanker zat karsinogenik, virus, obesitas dan status sosial ekonomi.
payudara menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak Maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mempelajari
pada wanitas . apakah faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi wanita
Data kanker payudara di beberapa Bagian Patologi Anatomi Indonesia.

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 19


TUJUAN PENELITIAN ratio dari masing-masing variabel bebas berdasarkan nilai
Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui beberapa faktor koefisien regresi yang diperoleh untuk melihat dengan jelas
yang berhubungan dengan terjadinya kanker payudara pada pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap terjadinya
wanita dan faktor-faktor mana yang penting. kanker payudara.
Definisi kasus
Kasus adalah semua penderita kanker payudara yang di- Tabel 2 : Hull Analisa Odds ratio dan Uji Mc Memar Untuk Seluruh
Variabel Penderita Kanker Payudara Wanita Dari 12 Rumah
kumpulkan atas dasar pemeriksaan klinik dan patologi anato-
sakit di Jakarta 1984–1985
mik baik yang dirawat maupun berobat jalan dan yang masih
hidup serta bertempat tinggal di wilayah D.K.I. Keterangan Risiko
odds Ratio
Definisi kontrol No. Varlabel X2
Rendah Tinggi (Range)
Kontrol adalah penderita wanita yang pernah sakit
penyakit lain tetapi bukan kanker payudara yang sedang 1. Menarche > 13 th < 13 th 0,67
dirawat atau berobat jalan di bagian bedah rumah sakit-rumah (Umur
sakit tersebut. Penderita dijodohkan menurut umur dengan (0,24–1,9) 0,27
haid I)
interval 5 tahun dan jenis kelamin. 2. Status Kawin Tak kawin 2,33
Perkawinan (0,60–8,99) 0
Bahan dan Metoda 3. Melahirkan Pemah Tak pernah 1,67
Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol yang anak (0,60–4,63) 0,56
dilakukan di 12 rumah sakit di Jakarta dengan data yang di- 4. Jumlah anak Banyak Sedikit 0,7
kumpulkan antara Januari 1984 – Juli 1985. Perhitungan (0,35–1,30) 0,74
5. Usia <18 th 18–35 th 5
jumlah sampel dipakai rumus Two Sample Case Study' . melahirkan (3,31–7,55) 4,08*
Setelah dilakukan perhitungan jumlah sampel yang 6. Usia 18–35 th > 35 th 1
diperlukan berdasarkan penelitian terdahulu, maka jumlah melahirkan (0,14–7,10) 0
7. Menyusukan Ya Tidak 1,25
sampel minimum untuk masing-masing kelompok kasus dan
(0,50–3,14) 0,06
kontrol sebanyak 194 orang. Pengumpulan data dilakukan 8. Pil KB Tidak Ya 1,375
dengan cara wawancara melalui penggunaan kuesioner. (0,55–3,41) 0,21
Analisa data dilakukan dengan Odds ratio, Mc Nemar Chi 9. Operasi Ya Tidak 1
indung telur (0,32–3,13) 0
Square Test dan regresi ganda binair menurut Feld-stein. 10. Riwayat Tidak ada Ada 8
Keluarga (1,00–64,0) 4*
HASIL PENELITIAN 11. Tumor Tak pernah Pernah 5,2
Dari Bagian Medical Record di 12 Rumah sakit (Januari payudara (2,00–13,6) 12*
1984 - Juli 1985) diperoleh sebanyak 236 kasus. Kasus yang 12. Obesitas Negatif Positif 1,13
berhasil ditemui di lapangan hanya - 77 orang (32,6%). Pen- (0,42–2,85) 0
13. Sosial Rendah Tinggi 0,94
derita yang tidak berhasil ditemukan karena rtieninggal dunia ekonomi (0,47–1,87) 0
87, pindah alamat 32, tidak dikenal sama sekali oleh Rt. 38 dan 14. Trauma Tak pernah Pernah 0,71
tidak bersedia diwawancarai 2 orang. Untuk melihat (0,23–2,22) 0,08
karakteristik sampel yang "hilang" dilakukan pengujian me- 15. Radiasi Tak pernah Pernah 0,34
(0,18–0,65) 10,03*
nurut umur, agama dan pekerjaan, dengan uji Chi Square. Hal
ini penting supaya sampel yang diperoleh dapat ,digeneralisir * = Bermakna.
untuk seluruh sampel. Karakteristik kasus yang ditemukan dan
"hilang" menurut umur, agama dan pekerjaan dengan uji Chi
Square tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. PEMBAHASAN
Dari hasil uji kemaknaan Mc Nemar's test dari 15 faktor Dari 12 Rumah Sakit jumlah kasus yang tercatat dari
yang diuji dan diperkirakan mempunyai hubungan atau pe- catatan medik sebanyak 236 penderita kanker payudara dan
ngaruh yang bermakna terhadap terjadinya kanker payudara yang ditemui_ sebanyak 77 kasus dan cukup representatif
ternyata hanya ada 4 faktor saja (Tabel 2) yaitu : untuk jumlah sampel minimum.
1. Umur antara 18–35 tahun mempunyai risiko tinggi dari- Dari 15 variabel dalam penelitian ini hanya 4 variabel yang
pada umur melahirkan di bawah 18 tahun. mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian kanker
2. Riwayat keluarga yang pernah menderita kanker payudara. payudara yaitu :
3. Riwayat menderita tumōr jinak payudara, 1) Usia melahirkan anak pertama merupakan salah satu
4. Riwayat pernah mengalami radiasi pengion. faktor terjadinya kanker payudara.
Selanjutnya dilakukan analisa regresi ganda binair (Full model, Dari perhitungan adjusted rate dan ratio dari nilai-nilai
α = 0,05). koefisien regresi, dapat dilihat, melahirkan anak pertama pada
Hasil yang menunjukkan mempunyai hubungan yang bermakna umur 18–35 tahun mempunyai risiko 2,15 kali lebih besar dari
dengan kejadian kanker payudara adalah : pada yang melahirkan anak pertama pada usia di bawah 18
1. Usia melahirkan anak 18–35 tahun tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulus.
2. Riwayat trauma Sastrawinata dan Bratakoesoema9 menemukan, perkawin-
3. Riwayat tumor jinak an dan kehamilan pada usia di bawah 18 tahun mengakibatkan
4. Radiasi pengion antara lain : anemia, hipertensi, meningkatnya frekuensi
Juga dilakukan perhitungan nilai ajusted rate, dan adjusted partus lama, meningkatnya frekuensi partus buatan dan tinggi-

20 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


Tabel 3 : Perhitungan Adjusted Rate dan Ratio dari Koefisien Regresi 77
Penderita Kanker Payudara Wanita di 12 Rumah Sakit di Keterangan : Crude rate = = 0,5
154
Jakarta 1984-1985
n l = frekwensi faktor penyebab ke/adian kanker payudara.
b1 = nilai regresi masing-masing faktor
Adjusted
Jl. b1n1 = /umlah b1 dikalikan n1
Jl. b1n1 Rate =
Variabel . n1 bl Jl. b1n1 (3)–(5) Ratio N = jumlah seluruh kejadian kanker dan kontrol 154 orang.
N Crude
Rate + 6
nya angka kematian pada ibu. Dari penelitian ini diperoleh
1 2 3 4 5 6, 7 8 juga hasil ibu-ibu yang melahirkan di atas 35 tahun
Haid mempunyai risiko kanker payudara lebih rendah 1,51 kali,
pertama melahirkan pada usia 18-35 tahun risiko 2,15 kali.
X14 = 1 15 –0,3917 –5,8755 –0,0382 –0,3535 0,1465 0,27 2) Riwayat menderita tumor jinak payudara merupakan
X34 = 0 139 0 0,0382 0,8382 faktor terpenting untuk terjadinya kanker payudara pada
Status
perkawinan
wanita dibandingkan variabel-variabel lainnya(Tabel 3).
X1 = 1 10 0,0435 –0,435 0,0029 0,0424 0,0424 1,10 Dari perhitungan adjusted rate dan ratio, terlihat, wanita
X1 = 0 144 0 –0,0029 0,4971 yang pernah menderita tumor jinak payudara mempunyai
Melahirkan risiko 2,10 kali lebih besar daripada wanita yang tak pernah
anak
X15 = 1 18 0,4622 8,3196 0,0542 0,4082 0,9082 2,02
menderita tumor jinak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
X15 = 0 136 0 –0,054 0,45 di luar negeril .
Jumlah anak 3) Trauma pada payudara memberi kontribusi kurang lebih
56 0,028 5,7568 0,0374 0,0654 0,0654 1,22
X2 = 1 34% terjadinya kanker payudara bila nilai variabelvariabel
X2 = 0 98 0 –0,0374 0,4626 independen lainnya tetap (koefisien regresi -0,3391). Dalam
Usia
melahirkan penelitian ini ternyata trauma memperkecil risiko terjadinya
119 0,3041 36,1879 0,2349 0,0692 0,8382 2,15 kanker payudara, hal ini mungkin karena dari hitungan
18–35 tahun
X3 = 1 adjusted rate dan ratio wanita yang pernah mendapat trauma
0,0701 pada payudara mempunyai risiko 0,38 kali lebih kecil
–0,2382
X3 = 0 35 0 –0,2349 0,265 1 daripada wanita yang tidak pernah mendapatkan trauma.
Usia Akan tetapi para ahli m_asih berbeda pendapat tentang hal
melahirkan ] ini, bahwa trauma dapat memperbesar risiko terjadinya
> 35 tahun kanker payudara'' . Mungkin definisi operasional trauma
X4 = 1 2 0,2546 0,5092 0,0033 0,2513 0,7513 1,51
X4 = 0 152 0 –0,0033 0,4967
kurang tepat dan jelas karena trauma bisa berbentuk macam-
Menyusukan macam.
anak 4) Radiasi pengion memberikan kontribusi kurang lebih
X5 = 1 24 0,2202 –5,2848 –0,0343 –0,1879 0,3121 0,67 30% terjadinya kanker payudara bila nilai variabelvariabel
X5 = 0 130 0 –0,0343 0,4657 lainnya tetap (koefisien regresi -0,30001). Dari perhitungan
Makan pil
X6 = 1 21 –0,0106 –0,2226 –0,0145 –0,0915 0,49085 0,98
adjusted rate dan ratio, bahwa wanita yang pernah
X6 = 0 133 0 +0,0145 0,50145
mendapat radiasi pengion mempunyai risiko 0,51 kali lebih
Operasi
kecil untuk mendapatkan kanker payudara daripada wanita
indung telur yang tidak pernah diradiasi. Hal ini tidak sesuai dengan hasil
X7 = 1 142 –0,0206 –2,9252 0,019 –0,0016 0,4984 0,96 penelitian di luar negeri, di mana kenaikan frekuensi kanker
X7 = 0 12 0 0,019 0,519 payudara barn terlihat setelah masa laten kurang lebih 16
Riwayat tahun12. Dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang
keluarga
X11 = 1 11 0,1834 2,0174 0,0131 0,1703 0,6703 1,38 bermakna antara kasus dan kontrol, karena tidak diketahui
X11 = 0 143 0 –0,0131 0,4869 kapan penderita dan kontrol diradiasi dan berapa kali.
Tumor jinak
X12 = 1 35 0,4390 15,365 0,0998 0,3392 0,8392 2,10 KESIMPULAN
X12 = 0 119 0 –0,0998 0,4002
Obesitas
Dari 12 Rumah sakit jumlah kasus yang tercatat dari
X10 = 1 . 17 0,1862 3,1654 0,0206 0,1656 0,6656 1,39 catatan medik sebanyak 236 penderita kanker payudara dan
X 10 = 0 137 0 –0,0029 0,4794 yang ditemui.sebanyak 77 kasus.
Sosial ekonomi Hanya ditemukan 4 faktor yang.terbukti mempunyai
X9 = 1 91 –0,0598 –5,44186 0,0353 –0,0245 0,4755 0,89 hubungan yang bermakna terjadinya kanker payudara, yaitu
X9 = 0 63 0 +0,0353 0,5353
Trauma usia melahirkan anak, riwayat menderita trauma payudara,
X8 = 1 14 –0,3391 –4,7474 –0,0308 –0,2983 0,2017 0,38 riwayat tumor jinak payudara dan riwayat radiasi pengion.
X8 = 0 140 0 +0,0308 0,5308
Radiasi pengion KEPUSTAKAAN
X13 = 1 65 –0,3001 19,5065 –0,1267 –0,1834 0,3166 0,51
X13 = 0 89 0 +0,1267 0,627 1. Doll R, Muir C, Waterhouse J. Cancer incidence in five

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 21


1. continents. Vol IL Springer-Verlag Berlin-Heidelberg-New York, faktōr dan Implikasi dari perkawinan dan kehamilan pada wanita
1970. muda usia di •Indonesia, ditinjau dari sudut kesehatan ibu. IAKMI.
2. Parkin DM, M. Smans cs Muir, Cancer Incidence in the US SR, Jakarta, 1982.
International Agency for Research on Cancer Lion, 1962, Edited 10. Commbs LJ, Lilienfeld AM. A prospective study of the relation-
in Lyon. ship between benign breast diseases and breast carcinoma. Prev
3. Shanmugaratnam KHP, Lee & NE Day W. Davis. Cancer Incidence Med 1979; 8 : 40-52.
in Singapore 1958-1977. 11. Lane-Claypon JE. A futher report on cancer of the breast, with
4. Hoepoedio, RS. Penanggulangan kanker terpadu, Medika, Nomor special reference to its assosiated antecedent condition. Report on the
4, Tahun 11, April 1985. Ministry of Health, London, No. 32, 1926.
5. Saleh, Soekoyo. Registrasi kanker di 17 Rumah Sakit di Jakarta 12. Tokunaga M Norman JE, Asano M et al. Malignant breast tumors among
Tahun 1977, Pusat -Penelitian Kanker dan Radiologi Badan Peneli- atomic bomb survivor, Hiroshima and Nagasaki. J. Natl Cancer Inst
tian dan Pengembangan Kesehatan. 1979:62 : 1347-1359.
6. David, L. Levin, et. al. Cancer Rates and Risks, 2nd ED. US. De-
partment of Health, Enducation and Welfare Public Health Service. Ucapan terima kasih
National Institutes of Health, 1974. Terima kasih ban yak saya ucapkan kepada Dr. Suriadi Gunawan,
7. Sutrisna, Bambang MHS. Kuliah Epidemiologi Penyakit Kronis DPI!, Kepala Pusat penelitian Penyakit Tidak Menular, Badan Litbang
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia 1984. Kesehatan, kepada DR. ,Bucharl Lapau, Dr. Bambang Sutrisna, MHSc
8. Mac Mahon, et al. Age at First Birth and Breast Cancer Risk, Bull yang telah memberi izin dan membimbing saya sehingga penelitian ini
World Health Org. 1970, 43, p. 208. dapat terlaksana, dan juga kepada seluruh staf FKM-UI, serta semua
9. Sastrawinata, Sulaiman dan Dinan S. Bratakoesoemah. Faktor- pihak yang telah membantu saya sampai selesainya penelitian ini.

22 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


Pengukuran "Output" Radiasi
Pesawat Radioterapi
pada Rumah Sakit di Seluruh Indonesia
Wasono Sumosastro*, Mulyadi Rachmad**
*) Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
**) Badan Tenaga A torn Nasional, Pusat Dosimetri dan Standardisasi.

PENDAHULUAN nesia, yang dapat menghasilkan. dua macam radiasi bertenaga


Radioterapi, dewasa ini hampir digunakan dalam peng- tinggi secara bergantian, yaitu elektron dan sinar–X.
obatan kanker dan mempunyai daya penyembuh cukup tinggi Pesawat teleterapi Co–60 dan Cs–137 setiap tahun terjadi
jika digunakan secara tepat dan dalam stadium dini. Sebagian penyimpangan/error sebesar 5%. Selzab itu perlu di kalibrasi
besar penderita kanker di negara-negara berkembang jenisnya setiap 6 bulan. Pesawat sinar–X penyimpangannya lebih besar
radiosensitif dan banyak pasien mendapat manfaat. Maka, lagi, maka perlu dikalibrasi sekurang-kurangnya satu bulan
radioterapi merupakan satu keharusan dalam program penyakit sekali.
kanker. Penyimpangan output radiasi pesawat teleterapi Co–60 dan
Pengobatan- kanker dengan radioterapi diperlukan upaya Cs–137 terjadi karena .
untuk memperoleh hasil secara maksimal, dengan komplikasi a. Geometri dari isotop berbentuk silinder, bukan bola.
sekecil mungkin. Faktor-faktor yang perlu diketahui secara b. Berkas radiasi yang digunakan ialah berkas terkolimasi.
tepat, ialah distribusi dosis, laju dosis, fraksi penyinaran, lama Penyimpangan yang terjadi pada pesawat sinar–X disebabkan
pengobatan, macam jaringan/organ, volume tumor dan kualitas oleh umur tabung pesawat yang menyebabkan berkurangnya
radiasi. arus elektron dari filament akibat pemanasan terus-menerus.
Pengobatan kanker dengan radioterapi perlu data output Problema yang dihadapi oleh fasilitas-fasilitas radioterapi
(keluaran) radiasi yang tepat dari setiap pesawat yang diguna- di Indonsia, ialah tidak dilakukan kalibrasi rutin, tidak ada
kan dan ini diperoleh melalui kalibrasi (peneraan) dengan sarana dosimeter yang terkalibrasi dan tidak tersedianya ahli
menggunakan dosimeter yang telah diukur terhadap alat acuan yang mampu melakukan kalibrasi. Maka, dipertanyakan apakah
tingkat nasional. selama ini tidak terjadi penyimpangan dosis penyinaran?
Pesawat radioterapi di Indonsia pada saat ini ada tiga Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut, perlu
jenis,. dilakukan pengukuran output radiasi terhadap semua pesawat
1) sinar–X, radioterapi di rumah sakit-rumah sakit yang memiliki fasilitas
2) teleterapi gamma dan radioterapi.
3) accelerator (Linac).
CARA PENGUKURAN
Pesawat radioterapi sinar–X, menurut energi yang dihasil-
Pengukuran keluaran radiasi setiap pesawat radioterapi
kan ada 2 jenis
harus disesuaikan dengan kondisi tabel penyinaran yang ada di
1) sinar–X dengan energi rendah, (10 – 125 KV) ini disebut
setiap fasilitas, misalnya, Kv, mA, filter, jarak sumber ke per-
kontak terapi dan,
mukaan fantom (SSD), dan luas lapangan.
2) sinar–X energi menengah, (125 – 300 KV) dan dinamakan
sinar–X orthovoltage. • Pengukuran Output Radiasi Pesawat Sinar–X Orthovoltage
Menurut jenis isotop sebagai sumber sinar gamma, Nilai output radiasi yang dihasilkan pesawat sinar–X ber-
pesawat telerapi gamma ada dua jenis: energi menengah (orthovoltage), digunakan bagan eksperimen
1) teleterapi Co–60 dengan energi gamma, 1,33 Mev dan 1,17 seperti di bawah ini s (Lihat Gambar 1)
Mev. dan Selama pengukuran tabung detektor diletakkan di dalam
2) teleterapi Cs–137. dengan energi gamma : 0,662 Mev. air. Penyinaran dilakukan pada kondisi harga KV, mA, filter
Linac merupakan pesawat radioterapi tercanggih di Indo- dan SSD, seperti tercantum pada tabel penyinaran yang ada

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 23


dan 4 MV dengan pengukuran pada SSD = 80 cm dan luas
lapangan 10 x 10 cm2.
Pengecekan energi berkas elektron pada pesawat Mevatron
. 74 di RSCM dilakukan pada energi 5 Mev, 6 Mev, 7 Mev dan
8 Mev, dan dilaksanakan dalam medium fantom fleksi glas
dengan cara menentukan bentang (range) energi elektron di
dalam fantom tersebut. Dari bentang energi elektron tersebut,
Gambar 1. Skema pengukuran keluaran radiasi untuk pesawat radio-
ditetapkan energi elektron rata-rata dengan menggunakan
terapi sinar X berenergi menengah. rumus
Ro . (Z/A)eff = 0,285 Eo-0,37 dan
a = pusat sumber E = Eo–3,51 . (Z/A)eff . t
b = fantom' air sebagai medium tempat pengukuran Ro = jangkauan energi elektron makstmum (range energy) dalam
c = posisi tabung detektor ionisasi dalam fantom air fantom padat (cm).
d = Iarak antara permukaan fantom air dengan tabung detektor (Z/A)eff = perbandingan harga efektif Z dengan A medium fantom
SSD = jarak sumber/pesawat dengan permukaan fantom air padat.
E = energi rata-rata elektron (Mev)
pada fasilitas bersangkutan. Pengukuran dilakukan sekurang- Eo = energi elektron pada permukaan fantom padat (Mev)
t = kedalaman elektron pada permukaan fantom padat (cm).
kurangnya 3 kali ulangan. Pada awal dan akhir pengukuran
dicatat kondisi temperatur, tekanan dan kelembaban udara. Sedangkan pada pesawat Linac Varian di RSGS tidak
Data tersebut digunakan untuk menetapkan nilai faktor koreksi dapat dilakukan pengukuran energi berkas elektron maupun
Kpt dan fh pada hasil bacaan alat ukur. nilai keluarannya, karena kondisi pesawat dalam keadaan
Kpt = faktor koreksi perbedaan temperatur dan tekanan rusak.
udara tempat pengukuran output radiasi dengan tem- Penetapan. nilai keluaran berkas radiasi foton sinar–X
pat mengkalibarasi tabung detektor bertenaga tinggi dipergunakan metode seperti pesawat sinar–X
fh = faktor koreksi perbedaan kelembaban udara tempat orthovoltage, hanya saja ada sedikit perbedaan,. yaitu letak
pengukuran keluaran radiasi dengan tempat meng- tabung detektor di dalam fantom air. Pada berkas foton dengan
kalibrasi tabung detektor. tenaga kurang dari 11 MV, dilakukan pengukuran pada ke
• Pengukuran Keluaran Radiasi pesawat radioterapi Cobalt- dalaman detektor 5 cm di bawah permukaan fantom air. Sedang
60 dan Caesium-137 untuk berkas foton dengan energi 11 MV s/d 25 MV dan 26
Pengukuran output radiasi pesawat radioterapi Co-60 dan MV s/d 50 MV dilakukan pengukuran pada kedalaman detektor
Cs-137 digunakan bagan eksperimen seperti Gambar 1. 7 cm dan 10 cm.
Penyinaran tabung detektor dilakukan dengan dua variasi, Penetapan nilai keluaran berkas elektron dari pesawat
yaitu 1) luas lapangan dan 2) SSD. Pengambilan luas lapangan Linac dilakukan pengukuran dosis serap pada energi elektron
dan SSD disesuaikan dengan tabel penyinaran yang tersedia. 5 Mev, 6 Mev, 7 Mev dan 8 Mev. Pengukuran nilai
Pengukuran keluaran radiasi dilakukan 3 kali ulangan. keluaran, tabung detektor diletakkan pada kedalaman 9 mm
Pada awal dan akhir pengukuran dilakukan pencatatan tem- untuk energi elektron 5 Mev, 11 mm untuk energi elektron 6
peratur, tekanan dan kelembaban udara. Data ini digunakan Mev, 15 mm untuk energi elektron 7 Mev dan 166 mm untuk
untuk menetapkan nilai faktor koreksi Kpt dan fh pada hasil energi elektron 8 Mev.
pembacaan ukur. PEMBAHASAN
• Pengukuran Keluaran Radiasi Pesawat Radioterapi LINAC A. Pesawat Sinar–X
Pesawat Linac menghasilkan berkas radiasi elektron yang Harga output hasil pengukuran dari pesawat di Rumah
dipercepat atau foton sinar–X bertenaga tinggi. Sebelum me- Sakit Cikini lebih kecil dari tabel penyinaran karena umur tabel
lakukan pengukuran output perlu diketahui berkas mana akan penyinaran lebih dad 5,5 tahun.
diukur, karena cara pengukuran kedua berkas tersebut tidak Menurut Waldeskog dan Seelentag, pesawat sinar-.X dapat
sama, dalam metode maupun peralatan yang digunakan untuk merubah nilai keluaran lebih dari 5% per tahunnya. Karena itu
pengukuran. dianjurkan agar pesawat sinar–X selalu dikalibrasi (minimal)
Sebelum dilakukan pengukuran, perlu dilakukan pengece- sekali dalam satu bulan. Data hasil kalibrasi tersebut
kan energi berkas, apakah sama dengan energi berkas pada digunakan untuk penyusunan tabel penyinaran pesawat yang
panel kontrol. Jika terdapat perbedaan maka perlu dilakukan bersangkutan.
penyesuaian energi dengan memutar tombol pengatur. Perubahan nilai keluaran pada pesawat sinar--X terjadi
Pengecekan energi foton yang dihasilkan pesawat Linac, akibat umur tabung pesawat, yaitu target makin lama makin
perlu dilakukan pengukuran dosis pada kedalaman 10 dan 20 aus, akibat ditembaki elektron berkecepatan tinggi, dan ber-
cm dalam fantom air. Dari hasil pengukuran ini ditetapkan kurangnya arus filamen dari proses pemanasan yang terus-
nilai perbandingan D10/D20-nya, lalu dicari energi fotonnya menerus.
melalu kurva D10/D20 vs energi foton. B. Pesawat Caesium–137
Pengukuran energi foton dilakukan pada 3 buah pesawat a) Hash pengukuran keluaran radiasi dari pesawat Caesium-
Linac, 1 pesawat Varian di RS Gatot Subroto dengan energi 137 di Rumah Sakit Elisabeth, Medan, Rumah Sakit Yauri
foton 10 MV dengan pengukuran pada SSD = 100 cm dan luas Yusuf Putra, Ujung Pandang dan Rumah Sakit Cikini, Jakarta,
lapangan 10 x 10 cm2 dan 2 buah pesawat Linac -di RSCM nilai keluaran lebth kecil dari pada tabel penyinaran. Menurut
(Mevatron 74 dan Mevatron 60), dengan energi foton 10 MV buku acuan Waldeskog dan Seelentag, untuk pesawat radio-

24 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


terapi Co-60 dan Cs-137 dalam satu tahunnya dapat merubah 74, didapat energi elektron hasil pengukuran tidak sama de-
nilai keluaran kurang dari 5%, ternyata hasil nilai perbedaan ngan energi elektron pada panel kontrol.
yang ditimbulkan pada 3 Rumah Sakit tersebut di atas melebihi Pengukuran keluaran radiasi (baik radiasi foton maupun
5% per tahun.Kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa elektron), diperoleh nilai keluaran yang tidak sama antara hasil
faktor sebagai berikut pengukuran dengan tabel penyinaran. Perbedaan energi berkas
1. Penyusunan tabel penyinaran tidak,didasarkan pada data (baik foton ataupun. elektron) dan juga nilai keluaran pesawat
hasil pengukuran tetapi hanya secara perhitungan, dengan antara hasil pengukuran dengan panel kontrol/tabel
menggunakan nilai faktor koreksi peluruhan isotop sewak- penyinaran, disebabkan oleh adanya perubahan nilai frekuensi
tu penginstalasian pesawat, atau nilai faktor koreksi gelombang radio penggetar elektron dalam tabung pemercepat
peluruhan isotop berdasarkan data sertifikat. elektron, sebagai akibat tidak dipenuhinya persyaratan tern-
2. Penyusunan tabel mungkin dilakukan dari data hasil peng- peratur bagi pesawat tersebut.
ukuran keluaran pesawat, tetapi dalam pengukurannya
menggunakan tabung detektor dengan masa kalibrasi yang KESIMPULAN
telah kadaluwarsa. Untuk mendapatkan nilai keluaran pesawat yang benar,
3. Pengukuran nilai keluaran pesawat mungkin tidak meng- perlu dilakukan pengukuran keluaran pesawat dengan meng-
gunakan metode yang baik, dengan menggunakan faktor- gunakan cara/metode yang baik serta menggunakan tabung
faktor koreksi yang dapat mempengaruhi hasil selama di detektor yang telah terkalibrasi dan niasa kalibrasinya masih
lakukan pengukuran..Seperti di Rumah Sakit Cikini Jakarta, berlaku. Disamping itu, perlu disediakan peralatan barometer,
di man dalam 10 bulan saja telah te,jadi perbedaan nilai termometer dan hygrometer untuk dipakai menentukan faktor
keluaran antara hasil pengukuran dengan tabel penyinaran koreksi udara tempat pengukuran; Data tabel penyinaran
antara 22,3% s/d 99,5%. sebaiknya disusun dari data hasil pengukuran. Pengukuran
b) Untuk Rumah Sakit Umum Surakarta, Rumah Sakit Dr. keluaran pesawat, untuk pesawat sinar–X sebaiknya dilakukan
Sutomo dan Rumah Sakit Dr. Sardjito, nilai keluaran hasil satu minggu sekali, pesawat caesium dan Cobalt satu bulan
pengukuran lebih besar dari nilai keluaran tabel penyinaran. Ke sekali dan pesawat linac sebelum digunakan untuk penyinaran.
jadian ini mungkin disebabkan oleh penyusunan tabel penyi Fasilitas-fasilitas radioterapi hendaknya memiliki alat pengukur
naran yang tidak benar, yaitu menyusun tabel penyinaran dad (dosimeter) sendiri dan harus selalu dikalibrasi ulang. Di
data hasil pengukuran, dengan menggunakan tabung detektor samping itu tempat penyimpanan dosimeter perlu mendapat
yang telah kadaluwarsa masa kalibrasinya. perhatian yang serius, agar terjamin keandalan dari alat
C. Pesawat Cobalt-60 tersebut.
Dari hasil pengukuran keluaran pesawat radioterapi Co-60
di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang dan Rumah Sakit Dr.
Sutomo Surabaya, data keluaran pesawat menurut tabel pe-
nyinaran pada kedua rumah sakit tersebut, lebih besar dad data
hasil pengukuran.
Hal ini mungkin disebabkan oleh :
1. Dalam melakukan pengukuran untuk menyusun tabel pe
nyinaran, tidak pernah dilakukan koreksi temperatur, te-
kanan dan kelembaban udara, karena pada setiap fasilitas
radioterapi tidak tersedia barometer, termometer dan
hygrometer.
2. Mungkin sebab yang lain adalah kondisi pengukuran yang
tidak benar, misalnya dalam menentukanjarak antara pusat
sumber dengan detektor, posisi detektor dalam medan
radiasi, jarak sumber dengan dinding/lantai sewaktu peng-
ukuran keluaran pesawat dan juga pemakai data faktor kali-
brasi untuk kondisi luas medan yang bervariasi kurang
diperhatikan.
D. Pesawat Linac
Pada pengukuran energi berkas, baik berkas foton maupun
elektron, ternyata berkas foton pada pesawat Varian (RSGS)
din Mevatron 74 (RSCM), terdapat kesamaan. energi antara
energi foton hasil pengukuran dengan energi foton pada panel
kontrol pesawat, yaitu sebesar 10 MV. Sedang untūk peng-
ukuran energi foton pada pesawat Mevatron 60, diperoleh
energi foton yang tidak sama antara hasil pengukuran (3 MV)
dengan panel kontrol (4 MV).
Pengukuran energi berkas elektron pada pesawat Mevatron
Penelitian Radiasi dan Kesehatan
C.J. Sugiarto Danusupadmo
Badan Tenaga Atom Nasional, Pusat Standardisasi Penelitian Kesehatan Radiasi, Jakarta.

PENDAHULUAN Tabel 1 : Paparan radiasi terhadap rata-rata anggota penduduk


di Amerika Utaxa akibat beberapa aktivitas hldupnya.
Sumber radiasi pengion utama yang memapari penduduk (MARKO, 1982).
adalah
Dosis radius rata-rata
• Radiasi latar alamiah, dengan dosis seluruh tubuh ~ 100 Aktivitas
dalam mrem/th
mrem/tahun (= 1 mSv/tahun), sedang pada individu tertentu
dosisnya bervariasi dalam fungsi altitude maupun latitude.
Satu kali naik pesawat jet p.p./ tahun
Terdiri dari ~ 30% radiasi kosmik, ~ 30% radiasi tanah (k-40, Washington – San Pransisco 3,0
nuklida anak uranium dan torium), dan ~ 40% unsur radioaktif Hidup kurang dari 500 km dad stasiun
penyusun tubuh manusia (BEIR, 1980). pembangkit daya berkekuatan 1000 MW
dengan bahan bakar batu bara 0,1
• Radiasi buatan manusia natara lain dipakai dalam ke- Menggunakan fosfat di USA untuk
dokteran, fasilitas nuklir dan industri tertentu, pekerjanya – pupuk 0,0004
secara profesi terpapari radiasi boleh jadi melampaui dosis – bahan bangunan 0,2
latas beberapa kali lipat (BEIR, 1980) (Tabel4). Mengunakan mated radioaktif untuk
jarum jam, keramik, detektor asap 1,0
• Radiasi dan radionuklida akibat ledakan nuklir, pe- Menggunakan alat elektronik mis. TV 1,0
perangan dan uji cobi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Masalah yang dihadapi di Indonesia Tabel 2 : Paparan radiasi rata-rata pada epitel bonkhus (MARKO,.
1982)
Masalah yang dihadapi di Indonesia, yang berhubungan dengan
Dosis radiasi rata-rata
keselamatan adalah : Sumber radiasi
dalam mrem/tahun
• Instalasi penelitian dan industri nuklir
Penggunaan radiasi maupun radionuklida dalam penelitian Sinai kosmik 31
(Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi = PAIR; Pusat Penelitian Radiasi tanah (terestrial) 32
Teknik Nuklir = PPTN; Pusat Penelitian Nuklir Yogyakarta = Menghirup nuklida anak radon
– 5 jam/hari di luar rumah 0,005 WLM
PPNYJ dan operasi reaktor serta produksi isotop di pusat – 19 jam/hari di dalam rumah 0,16 WLM
industri nuklir Serpong, Pusat Reaktor Serba Guna = PRSG; K–40 dan radionuklida intern lain 25
Pusat Elemen Bahan N.uklir = PEBN; Pusat Produksi Radio-
isotop = PPR; Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif 88 mrem +
Total
= PTPLR), sudah diatur sehingga paparan radiasi berlebih dan 0,165 WLM
cemaran radionuklida sangat kecil.
Apabila terjadi kecelakaan nuklir, khususnya yang
berkaitan dengan kompleks RSG di Serpong dan Pusat-pusat WLM = "Working level month" ditentukan dalam fungsi konsentrasi
pendukungnya, perlu mendapat perhatian khusus, sehingga nuklida anak randon dalam udara, penghiru pan udara yang
keadaan darurat nuklir tersebut dapat diatasi. Kecelakaan nuklir mengandung nuklida anak radon yang setara dengan >3,7 Bq
randon/1 oleh pekerja dewasaselama 170 jam.
yang mungkin terjadi adalah:

26 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


1. Kegagalan operasi reaktor ƒ Aplikasi dalam kedokteran dan industri
Umpamanya gangguan pada pendinginan salah satu pe- Menurut data yang dikumpulkan para inspektur BATAN
rangkat elemen bahan bakar terjadi, mengakibatkan terlepasnya (sebagai Ahli Proteksi Radiasi) pada rumah sakit-rumah sakit
sejumlah kecil radionuklida. yang melakukan radioterapi sering terdapat kekurangan dalam
2. Gangguan produksi isotop hal:
Dapat terjadi karena kegagalan pengambilan Mo–99 dan 1) Fasilitas (ruangan sinar X yang kurang luas, dinding kurang
hasil fisi lainnya dari U–235 di hot cell, sehingga sejumlah tebal atau dengan bahan bangunan yang kurang memadai, flow
radionuklida hasil fisi akan terlepas. Andaikata pada saat yang of personnel dan pasien tidak memenuhi syarat), dan
sama sistem penyaring ventilasi tidak berfungsi, maka sejumlah sebagainya.
radionuklida akan keluar, khususnya radionuklida yang 2) Personil: kenyataannya para Petugas Proteksi Radiasi adalah
lamban, yodium dan partikel lainnya. para operator pesawat itu sandhi yang kurang memenuhi
3) Kegagalan operasi pengolahan limbah persyaratan teknis. Sehingga perlu ada medical/hospital
Dapat terjadi karena kegagalan antara lain akibat tangki physicist yang khusus.
evaporasi mengalami kebocoran atau pecah. 3) Peralatan, khususnya peralatan keselamatan (survey meter,
4) Kegagalan operasi fabrikasi elemen bakar. alat ukur output) pada umumnya tidak ada.
Dapat terjadi karena terjadi reaksi fisi spontan dalam Timbul pertanyaan, apakah sampai demikian jauh belum
waktu singkat sehingga menghasilkan radiasi gamma dan ada keluhan dari para petugas pekerja radiasi?
neutron. Secara keseluruhan fabrikasi elemen bakar tidak Dari kalangan pasien yang memperoleh radioterapi apakah
melepaskan radionuklida hasil fisi atau buatan. Keduanya tidak tidak timbul ekses, atau apakah ekses tersebut hanya dianggap
memberi dampak yang berarti secara ekstern, tetapi dampak sebagai risiko yang tidak dapat dihindarkan?
radiasi intern cukup tinggi. Tetapi dari sudut pandang proteksi radiasi, kiranya, bila
5) Kegagalan pengangkutan limbah radioaktif. ada, hārus mendapat perhatian yang cukup.
Kecelakaan dapat terjadi pada pengangkutan limbah cair, Dalam hubungan ini, kerjasama antara BATAN – DEP-
sehingga zat radioaktif sebagian terlepas ke udara (aerosol/gas) KES dalam Komisi Karma yang sudah ada perlu mendapatkan
dan sebagian lain tersebar pada permukaan atau meresap ke perhatian yang lebih besar, sehingga dapat berhasil guna, di-
dalam tanah. samping status radiologi yang lebih ditingkatkan.
Aplikasi dalam industri adalah: penggunaan torium oksid
Tabel 3 . Paparan rata-rata radiasi dari unsur-unsur radioaktif pe- dalam produksi kaos lampu, krom radioaktif untuk studi
nyusun tubuh (MARKO, 1982).
hidrologi (pendangkalan pelabuhan, arus sungai, erosi, air
T 0,5 Dosis radiasi dalam mrem/ tanah, air dam), radiografi (uji talc merusak) dalam industri.
Radionuklida
(dalam tahun
Sekalipun para petugas sudah dilatih dan diberitahu per-
Sumsum tahun) Sumsum Gonad aturan-peraturan yang harus ditaati, tetapi kecelakaan karena
K-40 (primordia) kelalaian pernah terjadi sehingga harus dijaga agar tidak ter-
1,3 x 109 27 15
U-238 (primordia)
ulang lagi.
dart niklida anak
Th-232 (primordia)
4,5 x 109 19 15 ƒ Industri non-nuklir
dan nuklida anak 14,0 x 109 7 1,4 Diketahui bahwa fosfat alam yang diimpor dari Maroko,
Rb-87 (primordia) 60,0 x 109 0,4 0,8 USA, yang digunakan dalam produksi pupuk mengandung
C-14 (kosmogenik) 5700 2,2 0,5 radioaktivitas, begitu pula batubara. Penghirupan debu fosfat,
Na-22 (kosmogenik) 2,6 0,002 0,02
khususnya dalam bentuk tepung gips dan radon dari batubara
H3 (kosmogenik) 12 0,001 0,001
oleh para pekerja perlu mendapat perhatian.
ƒ Sumber lain = Radioaktivitas alam
Tabel 4 : Paparan radiasi (di atas latar) yang berhubungan dengan
pelaksanaan tugas (MARKO, 1982) KESIMPULAN
Paparan rata-rata radiasi pertahun 1. PSPKR khususnya dan BATAN umumnya tetap beranggap-
(negara-negara barat)
Pekerjaan an, keselamatan pekerja radiasi dan penduduk harus secara
seluruh tubuh Epitel bronkhus
(mrem) (WLM)
berkelanjutan diperhatikan, sekalipitn telah ada peraturan-
peraturan yang mencoba mengurangi paparan radiasi sampai
Pekerja tambang uranium 1000 1 –4
Pckcrja tambang bukan uranium rendah 0,4 – 4
batas yang serendah-rendahnya.
Pckcrja reaktor nuklir 600 – 1000 – 2. Kerjasama BATAN–DEPKES–DEPNAKER sangat diperlu-
Pekcrja industri arloji yang kan sekali.
menggunakan tritium 400 – 1500 –
Pekerja litbang nuklir 100 – 750 – KEPUSTAKAAN
Penerbang jet dan awak pesawat 250 – 500 – 1. BATAN--PPIN. Pedoman penanggulangan kedaruratan nuklir di RSGLP
Radiografi industri 40 – 600 – di kawasan Puspitek Serpong, 1987 p. 73
Pekerja medik (radiologi, terapi, 2. Committee on The Biological Effects of Ionizing Radiations (BEIR). The
kedokteran nuklir) 10 – 500 – effects on population of exposure to low levers of ionizing radiation.
Dari tabel, paparan. < 5 rem = 5000 mrem/th, artinya sesuai dengan Washington: Nat Acad Press 1980 p. 524.
ketentuan ICRP. 3. Marko AM (ed). Biological effects of ionizing radiation. AECL, 1982.

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 27


Penelitian Bidang Radiologi di
Indonesia
Marnansjah Daini Rachman, Sudarmo S. Purwohudoyo
dan Iwan Ekayuda
Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN data ini dibuatlah suatu interprestasi sehingga dapat ditarik


Penelitian berperanan sangat panting dalam usaha mening- kesimpulan yang menunjang atau menolak hipotesa yang telah
katkan kesejahteraan manusia. Bila dibandingkan kehidupan dibuat. Seorang peneliti yang baik harus mempunyai daya
beberapa puluh tahun yang lalu dengan kehidupan sekarang kreativitas atau inovasi yang kuat.
dirasakan ada perbedaan yang besar sekali. Kreativitas adalah suatu proses mental, proses berfikir
Beberapa puluh tahun yang lalu life expectancy di berbagai yang mengakibatkan timbulnya berbagai macam ide-ide
negara rata-rata antara 40 – 50 tahun, tetapi sekarang di negara- dengan gagasan-gagasan yang orisinil.
negara maju life expectancy naik sampai di atas 70 tahun. Inovasi adalah aplikasi praktis dari gagasan-gagasan
Sebelum tahun 1930, apabila seseorang menderita luka sehingga menghasilkan produk-produk atau cara kerja yang
infeksi, kemungkinan besar ia meninggal karena septikemia, lebih efisien. Sebagai contoh : orang yang sangat kreatif adalah
karena belum ada obat yang dapat membunuh kuman-kuman Leonardo da Vinci, ia sekaligus seorang seniman, ahli mate-
patogen. Dengan ditemukannya sulfonamide tahun 1932 dan matika, pelukis dan pemahat, ahli teknik mekanik dan seorang
penisilin tahun 1928, maka penderita septikemia dapat ter- pemikir.
tolong. Orang-orang Jepang adalah inovatif, tetapi kurang kreatif.
Penghidupan manusia terus makin sejahtera, tetapi masih Mereka mengambil ide-ide yang dicetuskan oleh dunia barat
juga banyak masalah yang menyebabkan penderitaan. Hal ini dalam berbagai produk misalnya alat potret, mobil dan lain-
terasa sekali di negara-negara berkembang. Untuk mengatasi- lain. Melalui proses inovasi, mereka dapat menghasilkan pro-
nya diperlukan orang-orang yang cerdas, berdedikasi, penuh duk-produk yang lebih sempurna, praktis, lebih mungil, lebih
tanggung jawab, kreatif dan inovatif yang diberi tugas melak- efisien dan lebih murah.
sanakan penelitian untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut Penelitian di bidang radiologi di Indonsia masih dalam
di atas. Dan disinilah terletak tantangan yang dihadapi oleh taraf permulaan, karena terbatasnya tenaga peneliti, fasilitas
para peneliti. radiologi, fasilitas alat-alat peneliti radiologi dan dana yang
Di dalam bidang kedokteran dan kesehatan, khususnya tersedia.
bidang radiologi masih banyak hal yang harus diselidiki dan Salah satu program Tri Darma Perguruan Tinggi adalah
dikembangkan. penelitian, dan banyak aktivitas penelitian yang dilakukan oleh
Lloyd. menulis sebagai berikut : "Research is mental, ahli bidang radiologi baikyang bekerja di fakultas-fakultas
laboratory work is the lesser important step in research. kedokteran negeri atau swasta.
Creative thinking, the conceiving of a new idea, is the essence Data dikumpulkan dengan bekerjasama Ikatan Ahli Radio-
of research". logi Indonesia (IKARI)–Pusat, untuk menelaah hasil penelitian
Penelitian dimulai di otak, bukan di perpustakaan maupun dalam bidang ilmu radiologi sebagai bahan analisa dan tolok
di laboratorium. Penelitian dimulai dengan observasi suatu ukur dalam penyusunan makalah ini.
fenomena yang menimbulkan suatu pertanyaan. Berdasarkan MATERI DAN METODA
pertanyaan ini kemudian disusun suatu hipotesis atau beberapa Telah disusun kuesioner singkat dan dibagikan ke seluruh
hipotesis, yang merupakan dasar untuk menyusun suatu ahli radiologi di Indonesia untuk mendapat data penelitian serta
rancangan percobaan. Setelah kita memilih rancangan per- dilakukan wawancara para ahli-ahli dan peneliti radiologi,
cobaan yang paling sesuai, kita mulai melakukan eksperimen- khususnya di fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Dalam
eksperimen untuk mengumpulkan data. Data yang terkumpul angket kuesioner diperinci jabatan peneliti dalam 6 kelompok,
ditata secara sistemik dan diolah secara statistik. Berdasarkan yaitu :

28 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


A. Ahli Radiologi : – Ahli radiologi 36 orang
– Bidang radiodiagnostik – Dokter spesialis lainnya 12 orang
– Bidang radioterapi – Dokter umum, termasuk asisten ahli radiologi 18 orang
– Bidang ultrasonografi – Penata rontgen 8 orang
– Bidang kedokteran nuklir – Ahli fisika 2 orang
– Bidang CT-Scan dan imaging lainnya. – Tenaga paramedis lainnya 4 orang
B. Ahli fisika – Lain-lain 2 orang
C Penata rontgen Jabatan peneliti utama umumnya ahli radiologi, sedangkan
D. Tenaga dokter bukan ahli radiologi asisten peneliti adalah dokter spesialis, dokter umum, pinata .
E. Tenaga paramedis bukan penata rontgen rontgen, ahli fisika, tenaga paramedis dan tenaga-tenaga lain.
F. Tenaga lainnya Jenis penelitian, dibagi 2 kelompok, yaitu :
Penelitian tersebut dibagi dalam 3 kelompok : a. Penelitian retrbspektif
a. Penelitian yang sudah dilaksanakan b. Penelitian prospektif.
b. Penelitian yang sedang dilaksanakan Dari 39 kelompok peneliti telah dilaporkan 154 penelitian,
c. Penelitian yang akan dilaksanakan. baik yang sudah, sedang dan akan dikerjakan, di mana peneliti-
Setiap penelitian diperinci dengan mencantumkan : an dalam bidang radiodiagnostik dan bidang radioterapi men-
1. Judul penelitian dapat perhatian cukup banyak.
2. Katagori penelitian yang meliputi : KENDALA
Radiodiagnostik (d) Kendala yang sering dikemukakan responden adalah :
Radioterapi (Th) 1. Masalah tenaga peneliti dan asistēn peneliti :
Kedokteran Nuklir (KN) a. waktu terbatas
Ultrasonografi (U) b. peminat penelitian kurang
CT-Scan dan imaging (CT) c. pengetahuan metode penelitian masih kurang
3. Peneliti dan asisten peneliti d. tenaga pengunjung pasien terbatas.
4. Jabatan peneliti; baik di fakultas Kedokteran atau di rumah 2. Masalah manajemen & fasilitas :
sakit-rumah sakit lainnya a. terbatasnya fasilitas penelitian seperti : film rontgen
5. Jumlah dana yang dibutuhkan habis, peralatan yang rusak, zat kontras terbatas, zat
6. Sumber keuangan radioaktif sukar didapat dli.
7. Kendala (hambatan-hambatan) b. data pasien (medical record) tidak lengkap
8. Keterangan tambahan lainnya. c. administrasi rumah sakit kurang memadai.
HASIL PENGUMPULAN DATA 3. Masalah penderita :
Responden diambil secara acak sebanyak 200 orang. a. penderita tidak mau melakukan pemeriksaan ulang
Responden adalah orang-orang yang diduga melakukan peneli- (kontrol)
tian di bidang radiologi. b. penderita kontrol tidak teratur
Sistem pengumpulan data dilakukan 3 macam, yaitu : c. penderita tidak sanggup membayar biaya pemeriksaan
a. Dengan sistem angket kuesioner d. alamat penderita berubah-ubah, sehingga menyulitkan
b. Dengan sistem wawancara, baik wawancara berhadapan kontrol ulang.
muka atau melalui telepon 4. Masalah dana :
c. Kombinasi sistem a & b. a. kurang tersedia dana penelitian
Angket kuesioner dikirimkan melalui pos pada urinal 5 b. penghentian dana sebelum proyek selesai
September dan-tanggal 27 September 1987 mendapat jawaban c. kurang informasi mengenai pusat-pusat yang menyedia-
kembali. Karena jawaban yang kembali hanya 35 buah, maka kan dana
dilakukan teknik wawancara, khususnya terhadap responden d. penderita minta imbalan dana
yang berada di Jakarta. e. dana penelitian pribadi terbatas.
Sistem pengumpulan data kombinasi (c) hanya dilakukan 5. Sumber dana :
di Jakarta tanggal 1 Oktober 1987 sampai 8 Oktober 1987 Sumber dana responden didapat dari :
dengarl jawaban 20 responden. a. Dana pribadi 62%
Dari 200 responden yang dihubungi, jawaban yang b. W.H.O 4%
diterima kembali 87 responden (43,5%), di mana responden c. Litbang P & K 9%
yang meiakukan penelitian 39 responden (29,5%) dan yang d. Litbang DepKes 5%
tidak memkukan penelitian 58 responden (24%). e. Fakultas Kedokteran setempat 10%
Dari 39 kelompok peneliti dapat dibagi menjadi 2 kelompok : f. BATAN 4%
a Penelitian yang dilakukan sendiri (peneliti tunggal) : 12 g. Sponsor lainnya (Perusahaan Film, dll) 6%
bran& PEMBICARAAN
b. Penelitian yang dilakukan berkelompok : 27 kelompok. Tinjauan hasil-hasil penelitian
Analisa dari jabatan peneliti baik peneliti tunggal maupun pe- Dari 200 responden yang memberikan jawaban kembali 87,
neliti kelompok : mungkin karena formulir yang dikirim tidak/terlambat sampai

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 29


ke alamat responden. 6) Menyediakan sarana (fasilitas) penelitian antara lain me-
Sebagian responden yang tidak melakukan penelitian tidak ngembangkan sebuah rumah sakit penelitian baik yang di-
membalas kuesioner. Dari 87 responden ada 39 yang melaku- Iola oleh pemerintah maupun swasta.
kan penelitian baik sebagai peneliti tunggal maupun peneliti 7) Mencari dan menghimpun dana untuk membiayai proyek-
berkelompok. Dari seluruh hasil penelitian radiodiagnostik dan proyek penelitian.
radioterapi lebih banyak diteliti dibandingkan dengan
kedokteran nuklir, ultrasonografi dan CT-Scan, karena fasilitas-
fasilitas masih sangat terbatas. Ultrasonogrrafi meskipun sudah
banyak, tetapi penempatan alat tersebut di Bagian Radiologi
belum banyak dilakukan, terutama di rumah sakitrumah sakit KEPUSTAKAAN
swasta.
1. Hadi S. Metodologi Research, Jilid I, Gajah Mada Universitas Press,
Penelitian restrospektif sebanyak 84,41% sisanya 15,59% Yogyakarta, 1978.
penelitian prospektif. Dari 62% dana adalah dana pribcdi, 2. Koento I. Dasar Metodologi Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas
karena keterbatasan dana ini hanya penelitian retrospektif yang Airlangga, Surabaya, 1978.
dapat dilakukan. Karena ini cukup murah, sebab hanya 3. Oemijati S, Setiabudy, Budijanto A. Pedoman Etik Penelitian Kedokteran
Indonesia, Jakarta, 1987.
menganalisa film rontgen dari filing yang telah ada. 4. Santoso SI. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Sinai Hudaya,
Kendala-kendala (hambatan) yang ditemukan antara lain Jakarta, 1977.
ialah: 5. Surakhmad W. Dasar dan Teknik Research. Tarsito, Bandung, 1978.
1) Tenaga peneliti, khususnya dalam bidang ilmu radiology 6. Tjokronegoro A, Sudarsono S. Metodologi Penelitian Bidang Ke-
dokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1987.
masih sangat kurang, karena harus merangkap tugas-tugas
lain seperti tersurat dalam konsep Tridarma Perguruan
Tinggi.
2) Manajemen (pengelolaan) dan fasilitas penelitian masih ter-
gantung pada rumah sakit-rumah sakit baik bagi alat-alat
biaya untuk maintenence pesawat dan pembelian maupun
tenaganya,. sehingga prioritas penelitian menempati urutan
kedua.
Untuk lebih meningkatkan pengorganisasian yang rapi antara
lain mencakup 3 aspek yaitu :
a. Bagian yang menghimpun para pemikir supaya melahirkan
ide-ide baru yang segar.
b. Bagian yang menghimpun para pekerja laboratorium dan di
lapangan.
c. Bagian yang mencari dana.
Materi penelitian adalah pasien yang umumnya golongan
ekonomi lemah yang banyak yang sering tidak disiplin untuk
melakukan kontrol ulang, dan alamatnya berubah-ubah dan
lain-lain. Untuk mengatasinya perlu dicarikan jalan keluar ter-
sendiri. Dana merupakan suatu kendala yang cukup berat,
terlihat dari banyak ,proyek penelitian yang menggunakan dana
pribadi dengan nilainya tidak sampai 1 juta rupiah. Sedangkan
penggunaan dana dari sumber-sumber lain masih sangat
terbatas, karena : informasi yang disampaikan pada peneliti
sangat sedikit atau keterbatasan dana dari lembagalembaga
tersebut:
Kebutuhan penelitian pada mass yang akan datang
Dalam menghadapi penelitian pada masa-masa yang akan
datang diperlukan peningkatan-peningkatan berbagai faktor
antara lain .
1) Meningkatkan tenaga-tenaga peneliti khususnya tenaga
tenaga peneliti ilmu radiologi agar menjadi lebih profesio
nal :
– meningkatkan kualitas peneliti
– mengembangkan bakat kreatif & inovatif
2) Meningkatkan komunikasi antara Badan/Lembaga peneliti-
an (baik pemerintah maupun swasta) dengan para peneliti.
3) Menata kembali jenjang karier para peneliti
4) Memberi penghargaan bagi para peneliti yang terbaik
5) Meningkatkan management intern Badan/Lembaga peneliti-
an
Aktivitas lodium Sebagai Germisida
Sarkoidosis

Drs Usman Suwandi


Pusat Penelitian dan Pengembangan PT Kalbe Farma, Jakarta

PENDAHULUAN sida antara lain, kurang selektifnya mereka memusnahkan


Germisida merupakan substansi yang mampu membunuh bakteri yang berbeda, sehingga hampir semua bakteri mati pada
mikroorganisme, sehingga substansi yang bersifat Germisida konsentrasi yang hampir sama. Seperti pernah disebutkan oleh
harus mempunyai aktivitas anti mikroba. Banyak substansi McCulloch (1945), bahwa konsentrasi iodium yang dibutuhkan
yang mempunyai kemampuan antimikroba, salah satu di sebagai desinfektan tidak terlalu bervariasi terhadap spesies
antaranya yaitu Iodium. Atas dasar sifat-sifat antimikroba yang microorganisme yang berbeda, Ini telah dibuktikan dalam
dimilikinya, iodium banyak dipakai untuk berbagai ma-cam penelitian Gershenfeld dan Witlin, (1949a), dengan
tujuan. Seperti dikatakan oleh Gershenfeld (1968) bahwa menggunakan larutan iodium babas 2% (1 ml) mampu memati-
iodium telah digunakan dalam berbagai hal, yaitu : kan secara efektif dalam waktu 1 menit terhadap staphylococ-
1. Antiseptik pada kulit, luka danmukosa permukaan tubuh. cus aureus, Salmonella typhosa, Escherichia coli dan Pseudo-
2. Untuk sterilisasi udara dan benda-benda lain. monas aeruginosa volume 20 ml serta Bacillus mesentericus
3. Sebagai pencegah dan terapi penyakit yang disebabkan volume 10 ml dalam biakan "FDA broth" yang berumur 24
oleh bakteri; fungi dan virus. jam3.
4. Untuk disinfeksi berbagai pemakaian air seperti air minum Walaupun banyak senyawa-senyawa yang mempunyai
dan air kolam renang. aktivitas antibakteri, namun hanya beberapa saja yang mem-
5. Untuk sanitasi alat-alat makan dan minum. punyai aktivitas antibakteri memadai. Iodium merupakan salah
Sebagai Antiseptik, Iodium mempunyai peranan dalam satu antibakteri yang baik, seperti telah dibuktikan oleh
menciptakan kondisi aseptik, hal ini disebabkan oleh aktivi- Lebduska dan Pidra (1940), mereka telah memeriksa 128
tasnya sebagai antimikroba. Iodium merupakan antiseptik yang senyawa untuk mengetahui kemampuan mereka menghambat
diunggulkan, karena sifat-sifat yang dimilikinya. Seperti yang pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang
telah dikemukakan oleh Harvey S.C. (1980), Iodium sebagai diinokulasikan pada plate agar. Hasilnya didapatkan bahwa
antiseptik merupakan agen yang sangat berharga karena iodium, trikhlorofenol dan salisilaldehide mampu menekan
efektivitasnya, nilai ekonomisnya dan toksisitasnya rendah pertumbuhan bakteri dengan sempurna. Sedangkan fenol, O–
terhadap jaringan. Selain itu, larutan yang mengandung elemen kresol, timol, khloralhidrat, hidroksikuinolin dan karvakrol
iodium merupakan antiseptik dengan aktivitas antimikroba hanya mampu menghambat sebagian2.
berspektrum luas, walaupun aktivitas mereka akan berkurang AKTIVITAS IODIUM SEBAGAI ANTI–FUNGI
dengan adanya substansi lain yang bersifat alkali dan adanya Iodium sebagai antifungi telah ditunjukkan oleh banyak
zat organikl . peneliti. Mereka telah mencoba menggunakan berbagai spesies
Aktivitas Iodium pada beberapa kulit cenderung me- fungi untuk menguji efektifitas. Iodium sebagai antifungi. Se-
nyebabkan rasa panas dan membakar , apabila penanganannya bagai antifungi, Iodium ternyata efektip terhadap Trichophyton
kurang hati-hati, akan dapat menyebabkan rasa panas sekali. gypseum, Monflia albicans, Epidermophyton inguinale,
Disamping itu iodium berisfāt iritan terhadap inemb ran yang Monilia, Torula dan fungi lainnya. Konsentrasi letal lodium
halus. Walaupun demikian, beberapa penelitian yang telah terhadap setiap spesies sedikit bervariasi. Sebagai contoh kon-
dilakukan dengan teknik biakan, pada kulit dan membran sentrasi iodium yang diperlukan memusnahkan berbagai jenis
manusia dan binatang, memperlihatkan bahwa iodium relatif fungi yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti dapat dilihat
tidak toksik2. pada tabel 1.
AKTIVITAS IODIUM SEBAGAI ANTI–BAKTERI Atas dasar kemampuannya sebagai antifungi, claim bidang
Karakteristik yang menyolok dari Iodium sebagai bakteri- medis, iodium sering dipakai untuk pengbbatan infeksi

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 31


Tabel 1. Konsentrasi iodium sebagai antifungi3. devirat dan kombinasinya telah digunakan terhadap amoeba,
Konsentrasi
trichomonad dan terhadap berbagai jenis cacing seperti
Iodium
Fungi Peneliti Strongyloides, trichuris dan oxyuris3.
CARA BEKERJANYA IODIUM DAN PENGHAMBAT
1 : 3000 Trichophytin gypseum Emmons, 1933 AKTIVITAS IODIUM
Monilia albicans Banyak bukti-bukti yang menunjukkan iodium sebagai anti
1: 85000 Epidermophyton inguinale Schamberget, 1931
mikroba yang efektip. Namun adanya zat-zat tertentu akan
1 : 715 Monilia
Comez–vega, 1935 dapat menghambat aktivitas iodium sebagai anti mikroba.
Tortilla
Epidermaphyton Seperti dikatakanoleh Kojima (1940), adanya zat-zat organik
Tricophyton dan anorganik tertentu akan menetralisir efek iodium. Senyawa
1: 1430 Saccharomycetes Gomes–vega, 1935 organik penetralisir efek iodium antara lain : serum, gliserin,
syrup, feses, telur, susu, urine, dahak dan sebagainya, sedang
substansi anorganik penetralisir efek iodium antara lain sodium
jamur. Seperti yang dikatakan oleh Harvey S.C., (1980), bahwa
tiosulfat, logam merkuri dan ammonia. Selain zatzat tersebut,
-tincture iodium dapat digunakan untuk pengobatan berbagai
keefektifan iodium juga dapat berubah dengan adanya protein
bentuk mycoses superficial cutaneous4 kering dan larutan
atau zat-zat organik yang lain3 .
iodium dapat dipakai untuk bentuk basah. Bahkan Vilanova
Dengan adanya zat organik, iodium berikatan secara
(1953), lebih spesifik lagi menyebutkan, larutan 1% iodium
kovalen, tetapi kebanyakan berikatan tidak kuat, sehingga
dalam alkohol dapat dipakai untuk pengobatan Tinea versicolor
iodium dapat dilepaskan denan lambat. Oleh karena itu
atau Panus .
efektifitasnya sedikit berkurang .
Cara bekerjanya Iodium membunuh bakteri belum dapat
AKTIVITAS IODIUM SEBAGAI GERMISIDA LAINNYA
diketahui dengan pasti. Namun demikian, McCulloch (1932)
Selain dapat membunuh bakteri dan fungi dari berbagai
percaya, iodium tnemusnahkan mikroorganisme dengan cara
macam jenis dengan konsentrasi bervariasi, iodium juga mem-
membentuk garam dengan protein melalui halogenasi langsung.
punyai sifat sporasida, virusida, protozoasida dan metazoasida.
Sedangkan Sollman (1948)mengatakan,elemen iodium akan
Sebagai sporasida iodium termasuk efektip. Bahkan karena
mempresipitasi protein sebagian iodium akan diabsorpsi,
aktivitasnya sebagai sporasida dan bakterisida yang efektip,
sebagian iodium berikatan tidak kuat dan sebagian akan di-
iodium pernah dianjurkan sebagai Emergency sterilizing Agent
ubah menjadi ion-ion iodida. Karena ia berikatan tidak kuat, ia
untuk alat-alat bedah3. Banyak bukti aktivitas sporasida telah
akan terus menetrasi sehingga aktivitasnya meluas ke dalam3 .
ditunjukkan dengan berbagai percobaan. Beberapa peneliti
PENGGUNAAN IODIUM SEBAGAI ANTIMIKROBA
telah menggunakān beberapa jenis spora dan konsentrasi
Sebagai antiseptit kulit
iodium yang bervariasi. Untuk melihat aktivitas sporasida
Penggunaan iodium sebagai antiseptik kulit, merupakan
iodium dapat dilihat pada tabel 2.
salah satu pemanfaatan sifat antimikroba yang dimilikinya.
Tabel 2. Waktu yang diperlukan untuk mem~asnahkan Sebagai antiseptik kulit, sediaan iodium digunakan untuk
beberapa spora dengan berbagai konsentrasi Iodium . mendukung . keadaan aseptik yang dikehendaki, seperti di-
katakan oleh Walter (1948). Sediaan tincture atau larutan
Konsentrasi Jenis waktu untuk
Peneliti iodium merupakan antipseptik yang ideal dan aman untuk
Iodium Spora Mematikan Spora
keperluan disenfeksi kulit sebelum pengambilan darah untuk
40 ppm B. metiens 2,2 – 5 menit Wyss & strands-
transfusi atau tujuan penelitian3.
kov (1945). Selain itu larutan iodium 0,1% atau 0,05% telah digunakan
288 ppm B. metiens 5,1 menit Allawala & Rie- secara efektip sebagai antiseptik mouthwashes, gargling the
gelman (1953). throat, Vaginal douch dan pencuci daerah badan lainnya.
67 ppm B. metiens 18 menit
35 ppm B. metiens 33 menit
Bahkan tincture atau larutan iodium juga dapat dipakai pada
2% B. subtilis 90 menit s/d Gershenfeld & waktu akan memberikan obat secara ' parenteral terutama
`lebih 5,5 jam Witlin (1949 a). intravena, intrateka dan intramuscular3.
B. anthracis Pemakaian tunggal iodium 2% dalam alkohol 70% sebagai
B. mesentericus
B. megatherium
disinfeksi kulit dapat dicapai dalam 15 - 20 detik. Bahkan
Clostiridum iodium 0,5% dalam air atau alkohol yang dipakai untuk meng-
tetani usap kulit (swabbing) dan dibiarkan sampai kering, ternyata
masih bersifat lethal terhadap staphilococcus aureus setelah 2
jam2
Sebagai virusida Iodium telah digunakan sebagai pencegah Iodium tersedia dalam berbagai macam bentuk. Di antara
terhadap virus influenza dan herpes, serta sebagai terapi bentuk-bentuk sediaan Iodium, tingtur alkohol merupakan
terhadap variola (small pox)dan varicela (chicken pox)3. Demi- sediaan yang paling baik, seperti disebutkan oleh Harvey S.C.
. 'kin juga chang dan Morris (1953) telah mengatakan, (1980)s bahwa iodium dalam bentuk tingtur dengan vehicle
beberapa PPM iodium akan mampu menginaktivasi virus polio alkohol adalah sediaan yang paling baik, ini disebabkan sifat
myelitis dalam waktu 5–10 menit2. penetrasi dan penyebarannya. Sebagai contoh sediaan yang
Sebagai protozoasida dan metazoasida, Iodium beserta digunakan untuk menangani infeksi kutan (kulit) yang di-

32 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


sebabkan oleh bakteri dan fungi dapat digunakan larutan saluran pencernaan2. Kebanyakan iodium bila diberikan pada
iodium atau tinctur iodium USP. kulit, akan menimbulkan rasa panas, apalagi pemakaian tingtur
Potensi iodium sebagai anti mikroba selain tergantung Iodium pada permukaan yang lecet, akan menimbulkan rasa
pada bentuk sediaannya, juga tergantung pada konsentrasinya. sangat lnenyengat.
Pada kulit, tingtur iodium 1% akan membunuh 90% bakteri
dalam waktu 90 detik, sedang larutan iodium 5% akan KEPUSTAKAAN
membunuh dalam waktu 60 detik dan untuk tincture iodium
1. AMA Division Of Drugs, Dermatologic preparations dalam : AMA drug
7% dalam waktu 15 detik4 . Evaluation 5 th. ed. Philadelphia WB Saunders Company, 1983 : 1385 –
Iodium sebagai disinfeksi air dan alat-alat lain 1386.
Sebagai desinfeksi air, Chang & Morris (1953)2 meng- 2. Sykes G. Disinfection and Sterilization. London , D. Van Nostrand
anjurkan kandungan Iodium 8 ppm, karena dalam waktu 10 Company, Inc. 1958. 325 – 333.
3. Gershenfeld L. Iodine dalam Disinfection, sterilization and Preservation.
menit sudah mampu membunuh patogen water-borne, Editors Lawrence CA and SS Block. Philadelphia : Lea & Febiger 1968 :
termasuk amuba dan virus pada temperatur normal. Kemam- 529 – 343.
puan iodium sebagai disenfeksi air, telah dimanfaatkan untuk 4. Harvey *SC. Antiseptics and Disinfectans Fungicides . Ectoparasiticides
disinfeksi kolam renang. Penelitian yang pernah dilakukan dalam The Pharmacological Basic of Therapeutics 6 th. ed. editor : Gilman
AG et. at. New York . Memillian Publishing Co. Inc. 1980. 964 – 987.
Campbell et. al. (1961) melaporkan iritasi mata menjadi 5. Vilanova X and Cardenal C. Tinea versicolor dalam Handbook of Tropical
berkurang dari 80,2% pada air yang diklorinasi menjadi 23,4% Dermatology and medical Mycology vol II. editor : RDG. Simons.,
pada air yang diiodinasi. Selain itu dari penelitian Favero & Elsevier Publishing Company 1953. 1103 – 1112.
Drake (1964) mengatakan, iodium kelihatan lebih efektip dari 6. Farmakope Indonesia 3 ed., Departemen Kesehatan Republik Indonesia
1979.
pada klorin terhadap indikator standar bakteri fekal, Coliform, 7. DEPARTMEN OF PHARMACEUTICAL SCIENCES Iodine dalam
Enterococci dan Staphylococi3. Martindale Extra Pharmacopoeia 28 th. ed., Editor : Reynolds, JEF The
Sebagai disinfeksi air minum, iodium dapat digunakan Pharmaceutical Press. 1982: 862 – 863.
untuk membuat air minum menjadi aman untuk diminum,
seperti yang dikatakan oleh Harvey (1980), dengan menambah
3 tetes tingtur iodium per quart air, sudah mampu membunuh
amuba dan bakteri dalam 15 menit, tanpa menyebabkan air
menjadi tidak enak"4
Untuk peralatan tertentu, terutama alat-alat yang di-
pengaruhi oleh panas; iodium pernah dianjurkan sebagai
emergency sterilizing agent, karena efisiensi dan kecepatan
bakterisidanya. Untuk sterilisasi dingin termometer klinis
Gershetife'ld (1968) menyebutkan, tingtur iodium USP XIV
atau larutan iodium NF IX ternyata lebih efektip dari pada etil
alkohol atau isopropil alkohol4 .
PENUTUP
Sebagai Germisida, iodium telah terbukti efektip sebagai
bakterisida, fungisida, sporasida, virusida, protozoasida dan
metazoasida.
Iodium sebagai antimikroba memang dapat diandalkan dan
telah banyak dibuktikan dalam berbagai penelitian. Ke-
mamptian tersebut telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai
tujuan, di antaranya untuk pencegahan atau terapi berbagai
infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri dan fungi. Bahkan
dengan memanfaatkan sifat Fungisidanya, tingtur iodium telah
digunakan untuk pengobatan infeksi jamur superfisial seperti
panu' atau tinea versikolor.
Larutan iodium lemah sering digunakan untuk petolongan
pertama luka-luka kecil atau lecet, namun bekerjanya akan
cepat diinaktifkan oleh substansi-substansi jaringan.
Pada saat ini, banyak sediaan yang mengandung iodium,
derivat atau kombinasinya secara resmi dicantumkan dalam
monograp berbagai farmakope. Sediaan tersebut biasanya
bertujuan sebagai antibakteri, antifungi, antiseptik ekstern dam
sebagainya6 .
Efek toksik iodium relatif rendah. Karena iodium mem-
punyai sifat korosif, maka efek toksik tersebut sebagian besar
mungkin disebabkan kegiatan lokal elemen-elemen dalam

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 33


Taman Penitipan Anak

Dr Husain Albar dan Dr P. Palada


Lembaga 1/mu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/
RSU Ujung Pandang, Ujung Pandang

PENDAHULUAN DEFINISI, MAKSUD DAN TUJUAN


Dalam tahun 1965 di Amerika Serikat, dari 1 juta anak di TPA adalah suatu lembaga pelayanan kesejahteraan sosial
bawah umur 14 tahun, 40.000 balita tinggal di rumah tanpa yang memberikan pelayanan kepada anak-anak ibu pekerja
pēngasuh karena ibunya bekerja. Selama periode 1970–1980, dalam bentuk asuhan, bimbingan dan perawatan agar anak
pekerja wanita mencakup ibu-ibu anak balita meningkat men- terhindar dari keterlantaran serta terhambatnya perkembangan
jadi 2x lipat sehingga jumlah anak yang memerlukan tempat fisik, mental dan sosial, dan memberikan bimbingan dan
penitipan sebagai sarana pengganti sementara peranan ibu ber- konsultasi pada ibu pekerja2,5,6,7
tambah sekitar 11 juta1,2. Pengertian tersebut mencerminkan, pelayanan TPA tidak
Indonesia mempunyai angka kematian bayi dan anak yang saja untuk anak tetapi juga ibu sebagai suatu kesatuan keluarga
tinggi dan angka harapan hidup yang rendah. Hasil survey dalam mencapai kesejahteraan.
Depkes RI (1980) menunjukkan angka kematian kasar berkisar
21,1 per 1000 penduduk dalam kurun waktu 1 tahun, di MAKSUD DAN TUJUAN TPA5,6,8,9
antaranya 41,7% anak balita. Ini berarti kemungkinan balita 1) Merawat dan melindungi anak ibu pekerja sebagai pelayan-
meninggal tiap tahun 3x lebih banyak daripada kelompok umur an pengganti untuk meningkatkan kesejahteraan anak dalam
lain3. perkembangan fisik, mental dan sosial menuju pembentukan
Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan anak sekali- kepribadian.
gus menurunkan angka kematian, pemerintah berusaha me- 2) Membantu ibu pekerja agar memperoleh ketenangan kerja
ningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan, antara dan mencapai prestasi kerja yang optimal.
lain: program pengembangan imunisasi, kesejahteraan ibu dan 3) Memberikan pelayanan pada anak sedemikian rupa
anak, peningkatan gizi, penanggulangan diare, keluarga sehingga merasa berada dalam keluarganya sendiri.
berencana dan lain-lain yang dilakukan secara tervadu melalui 4) Menumbuhkan dan memantapkan kerjasama masyarakat
pos pelayanan kesehatan terpadu (pos yandu)4. sekitar TPA.
Dengan meningkatnya tenaga kerja wanita khusus ibu-ibu
anak balita, timbul kendala baru dalam upaya peningkatan ke- JENIS-JENIS TPA
sejahteraan anak. Peter dan Mayling Gardiner (1980) .melapor- TPA dapat digolongkan menurut status dan lokasi6°',a
kan, peran serta wanita Indonesia pada pendidikan dan tenaga A. Menurut status, TPA terdiri atas 3 jenis:
kerja berdasarkan standar Asia tergolong tinggi.. 1. TPA Pemerintah
Sekitar 25% pegawai negeri dan 4,5 juta kepala keluarga Pengelolaan dan pembiayaan oleh pemerintah pusat dan
adalah wanitas . Sedangkan dari hasil sensus Biro Pusat Statis- daerah.
tik (1981) terdapat tenaga kerja wanita umur 20–40 tahun 2. TPA swasta-bersubsidi
sebanyak 7.637.493 orang, sebagian besar ibu rumah tangga6 . Pengelolaan oleh lembaga swasta dan pembiayaan
Selma kerja, kesempatan mengasuh dan membimbing anak sebagian dibantu pemerintah.
tersita sehingga anak akan tumbuh dan berkembang tanpa 3. TPA swasta
asuhan, bhnbingan dan kasih sayang yang sangat diperlukan Pengelolaan dan pembiayaan secara penuh oleh lembaga
dalam masa balita untuk pembentukan kepribadian6 . swasta yang menaunginya.
Tulisan ini menguraikan sekedar perihal Taman Penitipan B. Pembagian TPA menurut lokasi
Anak (TPA). 1. TPA Kantor

34 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


Lokasi di gedung perkatoran atau sekitarnya untuk melayani d. Bimbingan dan konsultasi kepada ibu penitip untuk me-
anak ibu pekerja kantor. ningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pembinaan
2. TPA Pasar kesejahteraan keluarga terutama pengembangan
Terdapat di sekitar pasar, melayani anak ibu pedagang kepribadian anak.
yang membawa anaknya ke pasar. 3) Pusat pengembangan ketrampilan :
3. TPA Industri TPA berfungsi untuk pengembangan fisik dan kepribadian
Lokasi di sekitar industri untuk anak-anak pekerja industri. anak, meningkatkan ketrampilan keluarga dalam pembinaan
4. TPA Perkebunan dan pelaksanaan kesejahteraan anak serta menumbuhkan peran
Bertempat di daerah perkebunan, melayani anak ibu buruh serta aktif masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan
perkebunan yang membawa anaknya ke tempat kerja. sosial, terutama anak.
5. TPA Lingkungan
Terdapat di daerah pemukiman penduduk, melayani anak SASARAN TPA
anak pekerja di sekitar lokasi tersebut, misalnya pabrik TPA bertujuan untuk pelayanan kesejahteraan sosial anak-
dan lain-lain. anak ibu pekerja dari umur 3 bulan sampai 5 tahun5,6,8
6. TPA Keluarga
TPA yang bertempat di rumah pengasuh sendiri, khusus me- CARA DAN PELAKSANAAN PELAYANAN
layani 1–6 anak dan diasuh oleh ibu tidak terlatih. Selain Prinsip dasar TPA yaitu memberikan pelayanan kepada
TPA ini, umumnya melayani 10–75 anak balita. anak sebagai sarana penunjang dalam menutupi kesenjangan
FUNGSI TPA asuhan selama ibunya bekerja dan ibu agar memperoleh ke-
TPA merupakan sarana pembinaan kesejahteraan anak tenangan kerja. Dalam proses pelayanan anak dan ibu diguna-
yang berfungsi sebagai6 : kan beberapa cara yang meliputi fase pendekatan awal, pe-
1) Pusat pelayanan kesejahteraan anak: nerimaan .dan bimbingan sosials,6,10
a. Pencegahan 1) Fase pendekatan awal:
Ditujukan untuk pembinaan lingkungan sosial anak agar Selama fase dilakukan pengamatan terhadap masalah
terhindar dari pola tingkah laku agresif dan tercapai tingkah keluarga, keadaan ekonomi dan sosial para calon penitip;
laku yang wajar. konsultasi dengan instansi berwenang; pengenalan masalah
b. Perlindungan anak dan ibu, keadaan dan tempat tinggal keluarga; motivasi
Melindungi anak dari keterlantaran, perlakuan kejam dan keluarga agar mengikuti pertemuan dan anjangsana yang bet-
eksploitasi orang tua serta meningkatkan kemampuan ke- hubungan dengan masalah sosial anak; dan pertemuan calon
luarga dalam mengasuh dan melindungi perpecahan anak penitip yang diterima. Penitip selanjutnya mengisi formulir
dalam keluarga. pendaftaran, keterangan kesehatan anak, penghasilan dan ke-
c. Pengembangan adaān lingkungan keluarga.
Mengembangkan kepribadian anak mencakup peranan, 2) Fase penerimaan:
tanggung jawab dan kepuasan anak karena kegiatan yang Rangkaian kegiatan yang dilakukan setelah anak diterima:
dilakukannya. a. Registrasi.
d. Pengganti b. Penelahaan/pengungkapan masalah anak dan ibu.
Sebagai pengganti sementara peranan ibu dalam mengasuh c. Penempatan anak dan ibu dalam sistem pelayanan yang
anak meliputi perlindungan, perawatan, pengawasan dan sesuai dengan masalah yang dihadapi.
pemeliharaan anak. 3) Fase bimbingan sosial:
2) Pusat informasi dan konsultasi kesejahteraan anak: Selama fase ini dilakukan bimbingan sosial perorangan
Ini merupakan fungsi jangka panjang yang bersifat mem- atau kelompok terhadap:
berikan informasi dan konsultasi mengenai kesejahteraan a. Anak agar terhindar dari keterlantaran dan dapat mengem-
sosial anak. bangkan kepribadian yang wajar.
Kegiatan yang dilakukan: b. Ibu dan keluarga agar terjamin ketenangan kerja, serta ter-
a. Pengumpulan data cipta kondisi keluarga harmonis dan sejahtera.
Meliputi pendataan secara menyeluruh keperluan anak, c. Masyarakat agar aktif berperan serta .dalam menumbuhkan
masalah yang dihadapi dan peranannya dalam suatu ke- minat dan meningkatkan pengetahuan dalam usaha kesejah-
giatan. teraan sosial.
b. Penyebaran informasi tentang usaha kesejahteraan anak
Informasi yang disebarkan berkaitan erat dengan pelayanan PELAKSANAAN PELAYANAN TPA MELIPUTI5,6,10:
anak dan sumber pelayanan dalam masyarakat sekitarnya.
Maksud informasi untuk penyempurnaan kebijakan pro- 1) Pendidikan anak
gram pelayanan 'kesejahteraan anak di dalam maupun luar Meningkatkan kemampuan anak dalam berinteraksi secara
TPA, pengembangan pengetahuan, ketrampilan dan pening- verbal, penghayatan nilai-nilai sosial, pengembangan tingkah
katan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam upaya laku dan sikap disiplin melalui kegiatan terjadwal.
ppningkatan kesejahteraan anak, baik perorangan, kelom- 2) Pekerjaan sosial
pok maupun lembaga sosial swasta. Meliputi bimbingan sosial perorangan, kelompok maupun
c. Peran serta aktif. dalam pemecahan masalah kerawanan masyarakat, agar dapat memahami masalah anak atau keluarga
sosial lingkungan melalui pertemuan di dalam dan luar TPA. untuk peningkatan penyesuaian sosial antar keluarga, mem-

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 35


berikan kesempatan saling menukar pengalaman para ibu pe- an kesehatan dalam bentuk pencegahan/imunisasi dan pe-
nitip melalui diskusi kelompok dan dapat menciptakan jalur ngobatan penyakit ringan. Dokter Anak sangat penting tetapi
hubungan saling menunjang melalui bantuan sosial dan pe- tidak selalu harus diperlukan. Tenaganya dapat dipenuhi
nanggulangan dengan rujukan. melalui konsultasi.
7. Tenaga pembantu
PELAYANAN TERHADAP ANAK DAN IBU Terdiri atas tukang masak, tukang cuci, tukang kebun,
1) Pelayanan terhadap anak pesuruh, penaga malam dan pengemudi. Jumlah dan tugas-
a. Asuhan nya diatur oleh pirnpinan.
Pemenuhan keperluan fisik dan psikik serta penanaman Untuk mencapai daya dan tepat guna dalam pelayanan
disiplin hidup sehat, tertib pribadi dan sosialisasi. TPA, perlu diperhatikan perbandingan antara jumlah pe-
b. Perawatan ngasuh/petugas dan bayi/anak. Misalnya seorang pengasuh
Usaha mencegah dan pengobatan penyakit ringan. untuk 4 orang bayi atau 10 anak, seorang pendidik untuk 20
c. Bimbingan sosial anak dan seorang perawat untuk 10 bayi atau 25 anak.
Usaha peningkatan daya motorik, pengembangan inteli- B. Sarana dan Prasarana TPA2,3,4,5,7
gensia dan kepribadian anak serta penciptaan kelompok Sarana fisik sebuah TPA meliputi luas bangunan sekitar
bermain. 400–500 m2 di atas tanah seluas 1000–2000 m2. Lokasinya
2) Pelayanan terhadap ibu disesuaikan dengan pemukiman yang mempunyai tenaga kerja
Pelayanan ini dilakukan dalam bentuk konsultasi, ceramah dan wanita padat khususnya ibu-ibu anak balita. Bangunan TPA
pertemuan atau tukar informasi antar ibu penitip, keluarga dan harus cukup luas yang terdiri atas ruang kantor berupa ruang
masyarakat agar mampu mengetahui masalah kesehatan anak pimpinan, tata-usaha dan ruang tamu, :uang dokter termasuk
seutuhnya maupun mengasuh bayi dan anak di rumah sebagai- kamar periksa, ruang konsultasi, ruang serba guna atau per-
mana cara TPA sehingga tercapai keseimbangan antara pe- temuan, ruang istirahat bayi dan anak, ruang makan, kamar
layanan di rumah dan TPA yang akan memantapkan tumbuh mandi dan WC, dapur dan gudang. Selanjutnya diperlukan pula
kembang anak. lapangan, perlengkapan bermain, air, tilpon dan mobil. Venti-
lasi dan peneranganruangan harus memenuhi syarat kesehatan.
ORGANISASI, SARANA DAN PRASARANA
Jam kerja pelayanan umumnya dimulai pk 07.00 sampai pk.
A. Struktur Organisasi dan Sistem Pelayanan TPA5-8,10 :
17.00 tiap hari kecuali jumat din sabtu berturut-turut sampai pk
Sistem pelayanan TPA bersifat terbuka karena anak berada
11.30 dan 14.00, hari raya dan minggu tutup.
di TPA hanya dalam waktu relatif singkat dan perlunya
Biaya diperoleh dari pemerintah, uang pangkal dan iuran
penggunaan fasilitas diluar TPA. Juga dapat memberikan ke-
bulanan penitip bagi TPA pemerintah. TPA swasta-bersubsidi
sempatan pada masyarakat memakai fasilitas TPA, seperti
memperoleh biaya selain bantuan pemerintah juga uang pang-
ruang pertemuan.
kal dan iuran bulanan penitip serta sumbangan lembaga sosial
Struktur Organisasi TPA terdiri atas:
atau donatur syah yang tidak bertentangan dengan ketentuan
1. Pimpinan
lembaga sosial yang menaunginya dan TPA swasta penuh
Pimpinan harus mengetahui aspek perkembangan, pendidik-
mendapat dana dari lembaga sosial yang menaunginya, donatur
an dan keperluan bayi dan anak serta bertanggung jawab
tetap dan pungutan dari ibu penitip.
terhadap terlaksananya seluruh proses pelayanan TPA.
Syarat-syarat untuk mendirikan sebuah TPA ialah:
2. Petugas Tata-Usaha
• Harus ada izin tertulis Departemen Sosial daerah berwenang.
Mengurus tata-usaha, kepegawaian, keuangan Ian rumah
tangga. • Luas bangunan 400–500 m2, di atas tanah seluas 1000 –
3. Pengasuh dan Pendidik 2000 m2.
Bertugas dalam pengembangan fisik, perawatan dan pen- • Bangunan harus memenuhi syarat kesehatan dan tidak
didikan anak. mudah terbakar.
4. Pekerja Sosial • Mempunyai organisasi lengkap dan peralatan/perlengkapan
Melakukan bimbingan dan konsultasi dalam pemecahan cukup.
masalah serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan • Perbandingan antara petugas dan jumlah bayi atau anak
ibu dalam mengasuh anak. harus sesuai, misalnya seorang petugas untuk 6 anak umur
5. Psikolog kurang dari 2 tahun, 10 anak umur 2–4 tahun dan 15 anak
Mengawasi tingkah laku dan menangani masalah perkem- umur 4–5 tahun.
bangan anak sehingga anak mampu menumbuhkan kepri- HAMBATAN-HAMBATAN TPA
badian, rasa percaya diri dan tertip pribadi/disiplin sesudah Selain manfaat yang diperoleh baik anak maupun ibu pe-
keluar TPA. Selain itu, memberikan konsultasi pada ibu nitip, ditemukan pula hambatan dan kerugian dalam pelayanan
penitip tentang tumbuh kembang anak agar mampu meng- TPA terutama bila diasuh oleh tenaga tidak terlatih. Hambatan
asuh dan merawat bayi dan anak sebagaimana mestinya. dan kerugian yang dapat dialami seorang anak dalam TPA
Tenaga ini penting namun tidak berarti harus tetap berada ialah1,7,,10,11 :
dalam TPA. Tenaganya bisa dipenuhi melalui kerjasama 1) Anak akan tumbuh dan berkembang dengan respons emosi-
dengan instansi lain. onal yang salah sehingga mengganggu pembentukan kepribadi-
6. Tenaga medis annya.
Terdiri atas dokter, perawat dan bidan. Melakukan perawat 2) Meskipun trampil petugas dan sempurna organisasi TPA

36 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


ini tidak sama dengan asuhan ibunya sendiri.
3) Anak akan mempunyai risiko relatif tinggi mendapat pe- KEPUSTAKAAN
nularan penyakit yang biasanya terjadi karena petugas kurang/
1. Bartlett AV. Public Health Consideration of Infectious Diseases. in Child
tidak terlatih, kerja berlebihan dan tidak memperhatikan Day Cace Centers. J Pediatr 1984; 105 : 683. 697.
higiene. 2. Peters AD. Day Care: A Child Development Service In: Maternal and
Yang pernah dilaporkan mewabah di lingkungan TPA Child. Health Practices. Springfield Illinois, USA: Charles C Thomas
ialah diare ,oleh shigella/salmonella, virus dan giardia lamblia, Publisher 1973; pp 744, 749, 753, 757.
3. Sampoerno D. Tolok Ukur Pelaksanaan Kesejahteraan Ibu dan Anak.
hepatitis virus A, radang saluran napas bagian atas oleh Majalah Kesehatan Masyarakat 1985; 3 : 170.
Haemophilus influenzae dan streptokok grup A, juga batuk 4. Utomo B dan Iskandar WB. Masalah Utama Kesehatan dan Penyebab
rejan, campak, cacar air dan mumps. Kematiana Anak di Indonesia. Majalah Kesehatan Masyarakat 1985; 3 :
155.
5. Farid Kaspan M. Taman Pentipan Anak. Kursus Khusus Ilmu Kesehatan
PROSPEK MASA DEPAN TPA Anak I FK–UNAIR/RSUD Dr. Soetomo Surabaya 1985, hal 73–77, 87–
Dengan bertambahnya tenaga kerja wanita oleh faktor- 88.
faktor, antara lain demografik dan sosiologik, kesempatan ibu 6. Direktorat Bina Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Usia Lanjut Dirjen
dalam mengasuh anak makin berkurang terutama dalam era Bina Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial R.I.: Petunjuk Teknik
Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan Sosial Keluarga Melalui Sarana
perkembangan teknologi yang pesat. Hal inilah yang me- Penitipan Anak, Jakarta 1986.
nyebabkan animo masyarakat terhadap TPA makin meningkat 7. Li Ki, Dashefsky B and Wald ER. Haemophilus influenzae type B
Colonization in Household Contacts of Infected and Colonized Children
RINGKASAN Enrolled in Day Care Pediatr 1986; 78 : 15–16.
8. BIKA FK–UI. Kumpulan Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, cetakan ke-2,
TPA mempunyai peranan penting dalam membantu ibu- Bagian I 1974; hal 109–110.
ibu pekerja sebagai sarana pengganti sementara asuhan anak 9. Helmy D. Taman Penitipan Anak adalah satu cara untuk Mendukung
titipan sehingga tercipta suasana kerja relaks dan bergairah. Program Tahun Anak-anak PBB. Majalah Kesehatan 1979; 77 26–27,40.
Selain manfaat terdapat pula kerugian pada anak titipan ter- 10. Fernandez JA. The Medical Day Care Centers. Kursus Khusus Ilmu
Kesehatan Anak I FK–UNAIR/RSUD Dr. Soetomo Surabaya 1985; hal.
utama dalam asuhan petugas tidak terlatih, seperti gangguan 61–66.
pembentukan kepribadian dan penyebaran penyakit menular. 11. Pickering LK, Woodward WE, Dupont HL and Sullivan P. Occurrence of
Meskipun sarana TPA sudah sempurna, namun ini tidak Giardia Lamblia in Children in Day Care Centers J Pediatr 1984; 104 :
dapat menggantikan kedudukan ibu sendiri dalam hal asuhan. 522.
Kelainan Jantung Pada Penyakit Kawasaki

Dr Candra K. Siregar dan Dr J.M.Ch. Pelupessy


Lembaga Emu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/
RS Ujung Pandang, Ujung Pandang

PENDAHULUAN negatif, demikian pula biakan negatif. Penyebab lain yang juga
Penyakit Kawasaki (PK) atau mucocutaneous lymphnodes menjadi perkiraan antara lain strain Pro pionibacterium acnes
syndrome (MCLS) ialah suatu penyakit peradangan pada anak yang dipindahkan oleh tungau ke manusia, reaksi imun
yang ditandai oleh demam persisten, peradangan mucocuta- abnormal terhadap virus Epstein-Barr, rubeola, rubella, hepa-
neous dan adenopati servikalis' . Tomisaku Kawasaki yang per- titis, parainfluensa, toksin yang diproduksi oleh atau reaksi
tama kali melaporkan di Jepang dalam tahun 1967. Sejak 1974, imunologik terhadap streptokokus sanguis, treponema palli-
penyakit ini sudah banyak dikenal di Amerika Serikat, Jerman dum, leptospira, brucella atau mycoplasma2.
Barat, Kanada dan beberapa daerah Asia Timur2'3. Di Indonesia Karena gambaran klinik dan hispopatologik PK hampir
belum pernah dilaporkan. sama dengan penyakit autoimun yang lain, maka telah di-
PK umumnya menyerang anak berusia kurang dari 5 lakukan uji serologik terhadap antinuklear-antibodi, namun
tahun, terutama 1–2 tahun dan lebih sering pada lelaki daripada hasilnya negatif, demikian pula 'tidak ditemukan peninggian
perempuan, 1,5 : 12,3,4. Anak Jepang berpredisposisi untuk titer antistreptolisin ()I's .
penyakit ini2,3. Pengaruh faktor lain seperti polusi, toksin, bahan kimia,
Di Jepang, insidensi lebih dari 15 kasus per 100.000 anak pestisida, logam berat dan lain-lain belum dapat dibuktikan2 .
di bawah umur 5 tahun. Di Amerika Serikat 1,6–5,6 kasus
PATOLOGI
(pada epidemi 13,5 – 16,4 kasus per 100.000 anak). Pada umur
Pada _PK dijumpai radang akut dengan angitis kapiler,
kurang dari 8 tahun, ternyata anak Amerika–Asia lebih sering
arteri kecil dan sedang. Pada otopsi biasanya ditemukan
diserang daripada anak kulit hutam (3:1), demikian pula lebih
aneurisma dan trombosiskoronaria dengan atau tanpa disertai
sering daripada anak kulit putih, 6 : 12,3,5
kelainan arteri sistemik6.
Penyakit ini banyak menarik perhatian,. karena meng-
Pada pemeriksaan biopsi jaringan yang meradang tidak
akibatkan lesi arteri koronaria asimtomatik sebagai sekuele
terdapat bakteri, hanya infiltrasi sel-sel radang polimorfo-
pada 5–10% kasus. Demikian pula, meskipun PK tidak disertai
nuklear9.
sekuele iskhemik koronaria, namun dapat menjadi predisposisi
untuk mengalami obstruksi arteri koronaria pada usia dewasa6. GAMBARAN KLINIK
Makalah ini membahas secara singkat beberapa aspek,PK Pada prinsipnya PK mempunyai 6 gejala karakteristik,
serta kelainan jantung yang diakibatkannya. yaitu3 :
1. demam lebih dari 5 hari (38–40°C) tanpa respon terhadap
ETIOLOGI antibiotika.
Penyebab PK belum diketahui dengan pasti. Karena PK 2. kongesti bilateral konyungtiva bulbi.
tidak dapat menular dari, orang ke orang, maka bila penyebab- 3. kelainan bibir dan rongga mulut.
nya agen infeksi, mungkin berhubungan dengan toksin atau • bibir kering, kemerahan dan pecah-pecah.
sebagai reaksi abnormal sistem imunolōgik terhadap agen • strawberry tonzue.
infeksi2. • hiperemi mukosa mulut dan farings.
Walaupun Rickettsia-like bodies telah ditemukan pada 4. perubahan bagian perifer anggota gerak.
jaringan beberapa penderita, tetapi uji serologik urnumnya • telapak tangan dan kaki kemerahan (stadium awal).

38 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


• udem dan indurasi (stadium awal). ekokardiografi 2 dimensi atau angiografi6. Pada stadium akut,
• deskuamasi membrana ujung jari-jari tangan dan kaki lebih dari setengah penderita PK menunjukkan dilatasi koro-
(stadium rekonvalesen). naria, namun hanya 10–20% yang mendapat AK pada akhir
5. Eksantema polimorf tanpa bentuk vesikel dan krusta pada stadium akut. Timbulnya AK tidak berarti menyebabkan
badan. gangguan iskhemik atau disfungsi jantung. Di antara penderita
6. Pembesaran kelenjar limfa servikalis yang akut, non-puru- AK tersebut, setengahnya menunjukkan perbaikan pada pe-
len, besar diameter ≥ 1,5 cm. meriksaan angiografi berulang-ulang setelah 1–2 tahun. Hanya
Beberapa gejala lain yang sering ditemukan, ialah3,9: 3% yang mendapat sekuele dengan kemungkinan penyakit
a. Karditis terutama miokarditis dan perikarditis. jantung iskhemik .
b. Arthralgia atau arthritis. Bentuk AK yang dapat menjadi faktor risiko obstruksi koro-
Nyeri sendi terutama kalau berjalan atau banyak bergerak, naria ialah:
sering mengenai sendi siku, pergelangan tangan, lutut; sendi • ukuran aneurisma (diameter lebih 8 mm).
tidak bengkak & eritema tidak ditemukan. • bentuk bola, sausage atau aneurisma multipel.
c. Diare. • kasus yang tidak diobati antitrombosis sejak stadium akut.
d. Proteinuria dan peninggian lekosit dalam urin. 2) Obstruksi Arteri Koronaria (OK)
e. Laboratorium darah: Kliniknya sangat bervariasi, dari asimtomatik sampai
• lekositosis dengan pergeseran ke kiri. gejala angina, infark miokard atau mati mendadak6. Kelainan
• penurunan kadar Hb dan jumlah eritrosit. ini dapat dideteksi dengan ekokardiografi atau angiografi' koro-
• laju endapan darah meninggi. naria6. Pada angiografi ternyata kebanyakan penderita infark
• protein C-reaktif positif. miokard yang meninggal menunjukkan obstruksi pada arteri
• peninggian alpha-2 globulin. koronaria kiri atau kanan dan desendens anterior. Pada kasus
• titer antistreptolisin 0 negatif. yang hidup obstruksi seringkali mengenai satu pembuluh darah,
f. Kadang-kadang dijumpai: terutama arteri koronaria kanan12 .
– Meningitis aseptik. 3) Infark Miokard (IM)
Selain tanda-tanda rangsang menigs dapat juga ditemukan IM biasanya timbul dalam tahun pertama "onset" penyakit6
paresis saraf kranialis yang akan menghilang bila tetapi dapat juga setiap saat dan berhubungan dengan stenosis
penyakit sembuh. Kadar protein dan glukosa dalam likuor A.koronaria6. Seringkali serangan IM timbul waktu tidur
normal, sel sedikit meninggi (12-43/mm3) dengan sel malam atau istirahat, disertai tanda-tanda renjatan, pucat,
polimorfonuklear yang dominan. muntah-muntah, nyeri perut, sesak napas dan nyeri dada.
– Ikterus ringan atau transaminase serum sedikit meninggi. Sekitar 37% kasus IM tidak bergejala12.
Peninggian kadar bilirubin dalam darah karena gangguan Pada foto toraks dapat ditemukan pembesaran jantung.
fungsi hati, kandung empedu atau penyumbatan saluran EKG dapat menunjukkan perubanan gelombang Q dan lokasi
empedu. Peninggian transaminase serum di-. sebabkan IM13. Pada ekokardiografi 2 dimensi dapat ditemukan gerakan
oleh gangguan fungsi hati. abnormal dinding ventrikel kiri13. Kateterisasi jantung dan
g. Manifestasi klinik yang lain: angiokardiografi merupakan pemeriksaan yang paling tepat
– Sebagian penderita mengeluh batuk-batuk pada stadium untuk mendeteksi lesi koronaria dan evaluasi fungsi ventrikel
demam akut, tetapi padu foto toraks tidak dijumpai kiri. Pada angiografi koronaria dapat dijumpai obstruksi arteri
tanda-tanda infiltrat. koronaria. Kebanyakan penderita IM menunjukkan pembesaran
– Otitis media. dan berkurangnya fungsi ventrikel kiri13
Membrana timpani normal tanpa cairan di belakangnya Dengan "thallium 201 myocardial scintigraphy" dapat
dan pertumbuhan bakteri. diperlihatkan defek perfusi miokardium13. Pemeriksaan ensim
– Pankreatitis. jantung seperti kreatin kinase menunjukkan kadar yang me-
Pernah dilaporkan Stoler dkk dengan gejala-gejala ninggi 2.
muntah, nyeri perut dan punggung serta peninggian Angka kematian IM akut ialah 20-30%, kematian terjadi
amilase serum. Kelainan ini dapat dibuktikan dengan terutama pada kasus dengan obstruksi arteri koronaria kiri atau
ultrasonografil0 stenosis berat pada arteri koronaria desendens anterior kiri dan
KELAINAN JANTUNG SEBAGAI SEKUELE PK arteri koronaria kanan6.
Kematian mendadak dan gangguan fungsi jantung serta 4) Kelainan Katup Jantung
pembuluh darah yang berat merupakan masalah serius pada Pada PK k-adang-kadang ditemukan kelainan katup seperti
anak6. Kelainan jantung yang paling serius ialah aneurisma, regurgitasi mitial (RM) dan aorta; yang terakhir ini sangat
obstruksi koronaria, infark miokard dan kelainan katup yang jarang6,13 Insidensi RM 1%. RM yang ringan terdapat pada
berat. stadium akut umumnya sembuh, sedangkan yang berat dapat
1) Aneurisma Koronaria (AK) berakhir dengan payah jantung yang disertai gangguan miokard
Insidensi AK pada PK 7–40%1. Frekuensi sama pada anak dan koroner6.
lelaki: dan perempuan, dapat ditemukan pada semua umur11 Penyebab RM ialah valvulitis, peradangan atau iskhemik
Timbulnya AK biasanya pada hari ke 8–15 perjalanan pe- otot-otot papilla dan dilatasi ventrikel kiri.
nyakitl. Demam pada penderita AK yang mendapat AK ber- 5) Miokarditis
langsung lebih lamal,11 Kelainan ini dapat dideteksi dengan Kebanyakan penderita PK menunjukkan tanda-tanda

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 39


miokarditis pada stadium akut, terutama pada minggu per-tams PENGOBATAN
dan kedua serta tidak bergantung kepada ada. tidaknya kelainan Salisilat sangat bermanfaat untuk PK. Obat ini efektif se-
arteri koronaria6. bagai anti–piretik dan anti–inflamasi pada stadium akut dan
Pada kelainan ini dijumpai irama gallop, bunyi jantung sebagai anti–koagulasi dengan menghambat agregasi trombosit
melemah, aritmia pada EKG, ekografk yang abnormal dan pada masa subakut dan konvalesen15 . Ternyata komplikasi AK
peninggian kreatin kinase dalam serum. Umumnya kelainan ini kurang pada penderita yang diobati salisilat dari pada kortikos-
akan sembuh sendiri sesudah stadium akut dan jarang menetap teroid atau antikoagulasi3.
atau bertambah berat6. Masih belum ada kesepakatan tentang dosis salisilat. Di
6) Perikarditis Jepang diberikan 30–50 mg/kg BB/hari pada masa demam
Tigapuluh persen semua penderita PK mendapat perikar- akut, kemudian dikurangi menjadi 10–30 mg/kg BB/hari
ditis pada minggu pertama dan kedua. Pada kebanyakan pen- sampai hasil pemeriksaan darah dan EKG menjadi normal. Bila
derita terdapat efusi perikard yang ringan dengan ekokardio- terdapat vaskulitis koronaria, salisilat dilanjutkan 30 mg/ kg
grafi. Tamponade jantung jarang ditemukan6. BB tiap 2 hari atau 10 mg/kg BB/Ix/hari selama 4–6 minggu3.
7) Aneurisma Arteri Yang Lain Salisilat dosis tinggi dapat memperpendek masa demam,
Aneurisms dapat pula terjadi pada arteri sistemik yang sedangkan dosis rendah tidak menunjukkan efek anti–
lain. Insidensi kurang 3% dan predisposisi pada arteri axillaris, inflamasi.
iliaka, renalis, mammaria interna, femoralis dan subskapula- Salisilat dosis anti–inflamasi dapat mengurangi komplikasi
ris6''4. Umumnya gejala-gejala sangat kurang. Bila mengenai pada jantung' . Selain itu telah dipakai pub obat-obat anti–
arteri renalis, hal ini dapat menimbulkan hipertensi renalis6. trombotik seperti flurbiprofen, dipiridamol secara luas3. Akhir-
akhir ini gammaglobulin (GG) telah digunakan pada
DIAGNOSIS pengobatan PK berdasarkan efek anti–inflamasi. Diberikan
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik. Diag- dosis tinggi imunoglobulin sulfonat 400 mg/kg BB/hari se-
nosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang disusun oleh lama 2–5 hari pada masa dini untuk memperoleh perbaikan
"MCLS Research Committee 1980", yaitu: demam lebih 5 hari, gejala dengan cepat serta mencegah AK yang berat15
kongesti bilateral konyungtiva bulbi, kelainan bibir dan rongga Mekanisme kerja GG dosis tinggi untuk mencegah vasku-
mulut; perubahan bagian perifer anggota gerak, eksantem litis belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga dengan cara
polimorf tanpa vesikel dan krusta pada badan, pembesaran menghambat aktivasi imunologik atau reaksi radang yang
kelenjar limfa servikalis, harus terdapat sekurangkurangnya 5 langsung terhadap permukaan pembuluh darah, saturasi re-
dad 6 gejala utama3. septor Fc pada trombosit atau sel-sel retikuloendotelial atau
Sebagai diagnosis banding dipertimbangkan beberapa menyiapkan suatu antibodi spesifik terhadap bahan penyebab
penyakit infeksi laih seperti pascastreptokokus, pascastafi- PK yang belum diketahui, GG dapat juga menurunkan demam
lokokus dan sindroma Stevens–Johnson3. Untuk mengetahui dengan cepat, mungkin karena sekurang-kurangnya bekerja
apakah ada kelainan kardiovaskuler dilakukan pemeriksaan mengubah sistem imun.
fisik, foto toraks, EKG, ekokardiografi, angiografi, kateterisasi, Leung dkk telah menunjukkan bahwa sesudah infus GG
thallium 201 myocardial scintigraphy dan ensim'"3'12 dosis tinggi terjadi aktivasi balik sel–T dan sel–B. Keadaan
Bila dengan ekokardiografi kelainan arteri koronaria tidak tidak terjadi sesudah pemberian salisilat15
dapat ditentukan, dipakai sistem skor jantung menurut Asai & Bila ditemukan tanda-tanda IM, dianjurkan istirahat dan
Kusakawa atau modifikasinya (tabel 1). Menurut penelitian di diberikan 02, heparin 300–400 unit/kg BB/hari iv atau uro-
Jepang, pemeriksaan ekokardiografi labih dipercayai dari pada kinase 10.000 unit/kg BB/hari3,6
sistem skor jantung untuk mendeteksi AK3. Untuk mengatasi renjatan kardiogendc dan gagal jantung,
katekolamin (dopamine, dobutamine), vasodilator (nitro-
Tabel 1. Modifikasi Sistem Skor Jantung menurut Asai & Kusakawa11 gleserin, nitroprussid) dan diuretik dapat digunakan. Aritmia
yang berat dapat diatasi dengan infus lidocaine6.
Skor
gejala RM dengan gagal jantung dapat diobati dengan digitalis,
2 1 0 diuretik & vasodilator. Perikarditis ditanggulangi dengan di-
uretik atau perikardiosentesis6. Aortocoronary bypass merupa-
umur < 1 tahun – + – kan tindakan bedah yang efektif terhadap obstruksi berat atau
kelamin – laki-laki –
demam (hari) > 16 14–15 < 13
lesi progresif pada bagian proksimal arteri koronaria. Operasi
LED (mm/jam) > 101 60-100 <60 plastik valvula dapat dilakukan.pada RM yang berat. Tindakan
kenaikan LED (hari) > 30 – – bedah dapat Fula dikerjakan pada aneurisma ventrikel kiri dan
Hb<100 g/1 – + – obstruksi arteri perifer yang lain6.
lekosit (x 10./L) > 30 26–30 <26
aritmia + – –
PROGNOSIS
kardiomegali (CTR > 50%) – + – PK ialah suatu penyak# yang dapat sembuh sendiri jika
kelainan EKG + – – tidak berkomplikasi. Biasanya penyakit itu berlangsung antara
2 minggu sampai beberapa minggu dengan kemungkinan re-
skor ≥ 6 : kemungkinan risiko tinggi AK kuren 2–3%. Angka kematian 1–2% oleh komplikasi pada
arteri koronaria dan jantung3 .

40 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


RINGKASAN 4. Farmer K. Kawasaki ,Disease Mucocutaneous Lymph Nodes Syndrome J
Pediatr Obst Gynaecol 1987; 13 : 37–40.
Penyakit Kawasaki ialah suatu penyakit peradangan multi- 4. Takahashi M, Mason W. Kawasaki Syndrome, Reye Syndrome, and
sistem yang penyebabnya belum diketahui. Gejala-gejala utama Aspirin Pediatrics 1986; 77 : 616–617.
terdiri atās demam lebih 5 had, kongesti bilateral konyungtiva 5. Takao A. Kawasaki Disease: Introduction, International Survey and
bulbi, kelainan bibir dan rongga mulut, perubahan bagian Therapeutic Guidelina Naskah Lengkap Simposium dan Seminar
Kardiologi Anak Semarang 1986.
perifer anggota gerak, eksantem polimorf tanpa vesikel dan 6. Dean AG,, Melish ME, Hicks R, Palumbo NE. An Epidemic of Kawasaki
krusta pada badan, dan limfadenopati servikalis. Syndrome in Hawai J Pediatr 1982; 100 : 552–557.
Untuk diagnosis harus terdapat sekurang-kurangnya 5 dari 7. Lee AL, Burns J, Glode M, Harmon C. No Autoantibodies to Nuclear
6 gejala tersebut ("MCLS Research Committee"). Antigens in the Kawasaki Syndrome New Engl J Med 1983; 308 : 1034.
8. Meade R, Brandt L. Manifestations of Kawasaki Disease in New England
AK, OK, IM dari kelainan katup jantung yang berat me- Outbreak of 1980 J Pediatr 1982; 100 : 558–562.
rupakan komplikasi yang paling serius. Penderita yang diobati 9. Stoler J, Biller JA, Grand RJ. Pancreatitis in Kawasaki Disease Am J Dis
dengan salisilat dan GG dosis tinggi kurang mendapat Child 1987; 141 : 306–308.
komplikasi kardiovaskuler. Tindakan bedah dapat dikerjakan 10. Koren G, Lavi S, Rose V, Rowe R. Kawasaki Disease: Review of Risk
Factors for Corpnary Aneurysms J Pediatr 1986; 108 : 338-392.
pada kasus tertentu. Yang tidak disertai komplikasi, mem- 11. Kato H, Inhinose E, Kawasaki T. Myocardial Infarction in Kawasaki
punyai prognosis baik. Disease: Clinical Analysis in 195 Cases J Pediatr 1986; 108 : 923–927.
12. Kato H, Inhinose E, Kawasaki T. Myocardial Infarction in Ka wasaki
KEPUSTAKAAN Disease: Clinical Analysis in 195 Cases J Pediatr 1986; 108 : 923–927.
13. Nakano H. Saito A, Ueda K, Nojima K. Clinical Characteristics of
1. Daniels SR, Specker B, Capannani TE. Correlates of Coronary Artery Myocardial Infarction Following Kawasaki Disease: Report of 11 Cases J
Aneurysm Formation in Patients with Kawasaki Disease Am J Dis Child Pediatr 1986; 108 : 198–203.
1987; 141 : 205–207. 14. Sasaguni Y, Kato H. Regression of Aneurysms in Kawasal i Disease A
2. Feigin RD, Barron KS. Treatment of Kawasaki Syndrome New Engl J Pathological Study J Pediatr 1982; 100 : 225–231.
Med 1986; 7 : 388–390. 15. Newberger JW, Takahashi M, Burns J. The Treatment of Kawasaki
3. Lee DB. Kawasaki’s Disease: Symptoms, Diagnosis and Manage ment J Syndrome with Intravenous Gammaglobulin New Engi I Med 1986; 315 :
Pediatr Obat Gynaecol 1984; 10 : 7–10. 341–347.
Ilmu Kedokteran Pencegahan Dalam Upaya
Pemberantasan Diare di Puskesmas
Kabupaten Malang

Dr. H. Bachtiar Azhari


Pegawai Dinas Kesehatan Daerah Tiingkat II, Kabupaten Malang

PENDAHULUAN yang ada. Data diagnosis penyakit di Puskesmas disalin pada


Ilmu kedokteran pencegahan telah berkembang lama dan tabulasi dan dilakukan pengolahan data sederhana dan disaji-
dikembangkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Pada ta- kan dalam bentuk tabel.
hap awal di Indonesia sebagai sarana pelayanan kesehatan me-
manfaatkan Puskesmas. Salah satu fungsi pokok puskesmas HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah pemberantasan penyakit diare. Di Indonesia, penyakit Lokasi Puskesmas Pakisaji terletak ± 11 km ke arah
diare merupakan penyakit endemis dan menjadi masalah ke- selatan kota Malang terletak di jalan arteri Surabaya – Blitar
sehatan. Upaya pemberantasan yang telah dilakukan meng dengan luas wilayah 39.458.357 m2 terdiri 75.7% dataran
alami beberapa hambatan, khususnya yang berkaitan dengan rendah dan 24.3% dataran tinggi, dengan kepadatan penduduk
lingkungan dan perilaku masyarakat. Pendekatan yang dilaku- 1393 jiwa/ Km2. Sampai tahun 1986 jangkauan air bersih di
kan secara epidemiologi ditujukan pada penjamu = host, agent bawah 60%, karena sulitnya sumber atau air tanah. Air bersih
= bibit penyakit dan lingkungan. saat ini berasal dari sumber di luar kecamatan Pakisaji dialirkan
Menurut survey tahun 1980, angka kesakitan diare di melalui perpipaan didistribusi pada konsumen, dan saat ini
Indonesia 10.000 per 100.000 penduduk, dan 70–90% pen- telah dikelola PDAM. Pada kedaan sebelum 1985 penyakit'
derita banyak menyerang anak balita, dan 24.5% anak balita diare merupakan urutan pertama sedangkan mulai tahun 1985
meninggal karena diare.l Di Jawa Timur, upaya pemberantasan menempati urutan kedua dan selanjutnya pada tahun 1986
dengan memanfaatkan semua sumber daya khususnya unsur penyakit diare menempati urutan keempat dari 10 penyakit.
manusia meliputi upaya penemuan dan pengobatan secara dini,
peningkatan kesehatan dengan melibatkan unsur sektoral, tabel 1. PoLA 10 besar penyakit di Puskesmas Pakisaji.
penyuluhan kesehatan berperilaku sehat, memasyarakatkan
penggunaan garam oralit, peningkatan jangkauan pelayanan Tahun 1985 1986
lebih mantap melalui posyandu, peningkatan mutu pelayanan,
Jenis Jumlah Rank Jumlah Rank
meningkatkan kualitas lingkungan dengan penyediaan air
bersih dan sarana jamban keluarga. Harapan yang akan dicapai Influenza 10.065 1 8549 1
dapat menurunkan angka kesakitan dan menurunkan angka Diare 3.777 2 2499 4
Scabies 2.086 3 2752 3
kematian di bawah 1%.2
Penyakit pulpa & jaringan
Studi ini untuk melihat secara diskriptip pendaya gunaan apikal 2.086 4 2312 5
amber daya manusia disalah satu Puskesmas Kabupaten Dati Ii Penyakit kulit & jaringan 5 1859 6
Malang secara retrospektif3 . bawah kulit 1.594
Conjunctivitis 1.517 6 1368 7
Penyakit lain pada sistem 7 1307 8
BAHAN DAN CARA pencernaan 1.230
Bahan tulisan ini diambil dari data sekunder di Puskesmas Karies gigi 550 8 676 10
Pakisaji Kabupaten Dati II Malang pada tahun 1985dan 1986 Penyakit Gusi & Jaringan
periodental 396 9 307 9
ewaktu penulis bekerja di Puskesmas tersebut. Data sekunder
Penyakit-penyakit lain/ke-
tersebut meliputi kasus diare dari semua umur dan penanggu- adaan lain 5.770 10 7667 2
langannya di Puskesmas melalui pemanfaatan sumber daya
Sumber data ktporan tahunan Puskesmas. Tabel 3. Kader aktip dan jumlah posyandu.

Jumlah tahun 1985 tahun 1986


Penurunan penyakit diare melalui suatu konsep ihnu kedok-
teran pencegahan sebagai berikut 1. Kader 360 360
1) Penjamu (=host) dalam hal ini yang berperan adalah ma- 2. Kader aktip 296 159
nusia, sehingga upaya kegiatannya berupa 3. Kader drop out 17,7% 55.83%
4. Posyandu 24 24
a) Penyuluhan yang ditujukan pada perorangan dan keluarga.
Perorangan agar penderita mampu menolong dirinya sendiri Sumber data Laporan Puskesmas Pakisaji.
dan dapat membantu masyarakat. Keluarga agar membiasa- Tabel 4. Penyuluhan kesehatan masyarakat tahun 1985–1986.
kan menolong dan memasyarakatkan penggunaan garam
Kegiatan tahun 1985 tahun 1986
oralit dalam keluarga.
b) Simulasi yang ditujukan pada kader kesehatan desa secara 1. Lintas sektoral 14 X 14 X
langsung, sedangkan yang tidak langsung melalui lintas 2. Metode Indiidu/Kelompok Individu/Kelom-
sektoral. pok
3. Lokasi Posyandu 19 X 76 X
2) Sumber infeksi dengan kegiatan menghilangkan sumber 4. Pameran 4X 4X
infeksi dengan meningkatkan kebersihan lingkungan. 5. Siaran keliling 24 X 33 X
3) Lingkungan melalui peningkatan sarana air bersih atau 6. Sasaran:
sarana jamban keluarga dan menghilangkan kebiasaan mem- – Masyarakat umum 15.423 (Frek=40X) 11.439 (Frek =
– Penduduk dengan 37X)
buang kotoran di setiap tempat misalnya di sungai. resiko =
4.271 (Frek 101X) 5.165 (Frek =
Kecenderungan penurunan pada tabel 1 di atas, menurut 112X)
Bachtiar Azhari, T. Haryanto dkk (1985), bahwa ketepatan Sumber data laporan Puskesmas Pakisafi.
informasi tentang penyakit menular dan upaya pencegahannya
didapat dari tokoh informal : formal:68.72% : 31.28% nyak, akan tetapi cenderung sasaran masyarakat pada yang
khususnya di pēdesaan lebih menonjol dan keterlibatan unsur- risiko terkena diare. Metode yang dilakukan terhadap kader
unsur masyarakat dalam merujuk bila didapatkan kasus secara berupa simulasi mengenai pencegahan diare, dengan penyedia-
dini ke Puskesmas` . an paket oralit pada setiap pos kesehatan desa dengan formulir
Pada tabel 2 nampak menurunnya rawat tinggal dari rujukan dan catatan penderita diare di pedesaan, sehingga
33.75% BOR menjadi 14.86% BOR dengan memperpendek mempercepat pelacakan secara dini dan tindakan pemberan-
hari perawatan dengan cara rehidrasi yang cepat dan tepat tasannyaa. Perbaikan kesehatan lingkungan lebih mengupaya-
dalam meningkatkan mutu pelayanan rawat tinggal sebagai kan peningkatan sarana fisik yang mendukung kebersihan
upaya rujukan pertama penderita diare dan pelayanan dasar lingkungan melalui dua arah, berupa pemberian sarana secara
yang diberikan Puskesmas. Lama perawatan pada tahun 1985 inpres, tetapi kemudian dengan menurunnya pembiayaan
rata-rata 5–6 hari, sedangkan pada tahun 1986 menjadi 4 hari berupa inpres, maka lebih diprioritaskan melalui peran serta
perawatan, sehingga nampak penggunaan RL yang lebih me- masyarakat untuk mengembangkan jumlah sarana bantuan
ningkat pada tahun 19865. dengan cara swadaya melalui pendekatan edukatip, sehingga
Tabel 2. Penderita dime dan pemanfaatan sarana di Puskesmas Pakisaji masyarakat dapat memenuhi kebutuhan yang mendasar dalam
Macam tahun 1985 tahun 1986 upaya peningkatan kesehatan perorangan maupun keluarga,
khususnya agar angka kesakitan karena diare dapat menurun.
1. Prevalensi 4.3% 3.5%
2. C.F.R. <1% <1%
Dalam mengembangkan pendekatan edukatip peranan lintas
3. Cholera positip 0.03% 0.04% sektoral sangat berperan disamping peranan tokoh informal
4. Rawat tinggal 33.75% BOR 14.86%,BOR yang ada di dalam. masyarakat, dengan demikian masyarakat
5. Pemakaian RL 40 315 mampu mengidentifikasi kebutuhan serta mengorganisasi
6. Oralit 1129 989
kegiatan masyarakat serta mampu menumbuhkan kegiatan-
Sumber data laporan Puskesmas tahun 1985 dan 1986. kegiatan kesehatan yang menunjang pembangunan desa secara
Dari tabel 3 nampak penurunan kader aktip tetapi mempunyai keseluruhan yang pada akhirnya mampu meningkatkan
daya guna yang optimal maka berarti kader makin sedikit tetapi kesehatan lingkungan yang lebih baik9.
Penderita diare ternyata banyak diderita anak balita di-
mempunyai daya guna maksimal. (Tabel 3).
keluaran 1 keluaran 2
perkirakan 70–90% dari angka kesakitan diare, dan 24.5%
Daya guna = ––––––––– : –––––––––– anak balita meninggal karena diare. Tetapi di daerah penulis
sarana 1 sarana 2 CFR kurang dari 1% karena catatan ini kurang terekam secara
Sedangkan penyuluhan yang effektip bila melalui penyuluhan baik, hal ini disebabkan penderita diare kalau meninggal
melalui kelompok at risk diare yang mencakup sasaran maupun biasanya di rumah atau di rumah sakit dengan pulang paksa,
frekuensi penyuluhannya6,7. sehingga sering terjadi tidak tercatat. Penanganan diare pada
Dukungan penyuluhan ditingkakan pada lintas sektoral anak balita dalam upaya penurunan angka kesakitan melalui
secara terpadu dengan metode lebih ditujukan pada penyuluhan pendekatan posyandu dengan peran serta aktip PKK, agar ibu
perorangan atau kelompok dengan jumlah frekwensi lebih ba- balita mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 43


serta perilaku mengutamakan ASI sebagai makanan bayi 2) Kegiatan ini harus simultan dengan penanganan peningkat-
sampai dengan umur 2 tahun10 an kualitas lingkungan secara terpadu, keterlibatan lintas
sēktoral dan peranan tokoh informasi masyarakat.
Tabel 5. Saran kesehatan lingkungan.
3) Masyarakat diharap mampu mendeteksi secara dini
Sarana tahun 1985 tahun 1986 kejadian diare, sehingga terhindar dari kejadian luar biasa atau
letupan penyakit diare, dengan memasyarakatkan penggunaan
1. Jaga
garam oralit.
1.1. Inpres 123 10 4) Peranan rujukan oleh kader sedini mungkin bila didapatkan
1.2. Pengembangan 289 127
2. SPAL
kasus diare untuk segera dikirim be,robat di Puskesmas,
2.1. Inpres 11 14 sedangkan rujukan pengetahuan. kader berupa upaya tepat guna
2.2. Pembangunan 123 16 dengan menggunakan sumberdaya yang ada pada masyarakat.
3. SABER
3.1. Inpres 28 28 Saran
3.2. Pembangunan 3 •) 1) Perlu dipikirkan adanya pos kesehatan yang menyediakan
Sumber data lapdran kes. lingkungan Puskesmas Pakisaji. oralit disetiap RT dan PKK persepuluhan dapat berperanserta
*) Pengembangan mulai kenurun karena masuknya sarana air bersih dalam pemberantasan diare.
perpipaan yang dikelola PDAM Kabupaten Malang. 2) Untuk pemerataan, oralit pack yang saat ini beredar dapat
dibuat untuk 200 cc air matang.
Lingkungan biologis yang berhubungan dengan iklim atau
cuaca maka nampak meningkat penderita diare pada bulan- KEPUSTAKAAN
bulan Januari – Pebruari dan bulan Juni – Juli, sedangkan
1. Adiyatma. Berita Epidemiologi Departemen Kesehatan. Jakarta Dirjen P–
gambaran secara Nasional pada bulan Nopember – Desember- 2M dan PLP, 1986.
Januari dan pada bulan Mei Juni – Juli ( z <–1.44 atau z 1.44 2. Jawa Timur. Dinas Kesehatan Daerah Tingkat I. Berita Epidemiologi.
atau p = 0.0793) sangat berarti, sehingga pada saat bulan yang Surabaya ; Sub Dins pemberantasan penyakit menular, 1986.
bersangkutan kewaspadaan perlu mendapat perhatian, 3. Malang. Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II. Pencatatan dan Pelaporan
Puskesmas Pakisaji. Sie P–2M, 1986.
khususnya tim gerak cepat di tingkat kecamatan, serta 4. Azhari B, Haryanto T dkk. Faktor kepemimpinan masyarakat desa dalam
persiapan-persiapan pembagian oralit pada pos kesehatan desa program pencegahan penyakit menular di Puskesmas Pakisaji. Seminar
melalui ketua atau koordinator kader didesa yang di pantau Penelitian laboratorium ilmu kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran.
melalui Lembaga Kesehatan Masyarakat Desa (LKMD)" . Malang Universitas Brawijaya, 198S.
5. Moeloek FA dkk. Seminar ketrampilan klinik. (Ed. I) Jakarta PB IDI
Upaya pemberantasan berpedoman petunjuk Dinas Kesehatan Yayasan penerbit, 1985.36–39.
Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur sebāgai berikut 6. Jawa Timur. Dinas Kesehatan Daerah Tingkat I. Pembangunan Kesehatan
a) Upaya penemuan dan pengobatan secara dini. Masyarakat Desa. Surabaya : Proyek penyuluhan kesehatan masyarakat I–
b) Peningkatan kewaspadaan terjdinya letupan diare dengan II, 1981.
7. Lapau B. Peranan Epidemiologi dan Pelayanan Kesehatan. Majalah Ilmu
melibatkan unsur sektoral dan pamong desa. Kesehatan Masyarakat Indonesia; XV (19) Pebruari 1986.
c) Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat agar berperilaku 8. Indonesia. Departemen Kesehatan. Pedoman pengamatan dan pe-
sehat untuk dirinya, keluarga dan masyarakat. nanggulangan kejadian luar biasa di Indonsia. Jakarta : Depkes RI, 1985.
d) Pencegahan terjadinya dehidrasi dengan program rehidrasi 9. Solita Sarwono dkk. Pengantar pendidikan kesehatan masyarakat.
Disunting sebagai bahan kuliah fakultas pasca sarjana program studi
dengan memasyarakatkan pemakaian garam oralit, didukung kesehatan masyarakat dan anthropologi kesehatan. Jakarta : FKMUI, 1984.
dengan penyediaan yang cukup, mudah didapat dan cepat 10. Ranuh IGN Gde. Pediatri sosial, suatu pendekatan yang tepat. dalam
dimanfaatkan. menanggulangi infeksi pada anak. Continuing education ilmu kesehatan
e) Strategi pendekatan keterpaduan program dan sektoral, anak. I. Surabaya . Bagian IKA–FK Unair, 1980; 33-39.
11. Azhari B, Haryanto T dkk. Evaluasi sistem distribusi bubuk oralit
lebih diarahkan pada kelompok sasaran umur rawan melalui dipedesaan, suatu studikasus kecamatan Pakisaji. Seminar penelitian lab.
posyandu. ilmu kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran. Malang : Universitas
f) Peningkatan jangkauan pelayanan melalui peningkatan Brawijaya, 1985.
mobilitas pelayanan dan sarana pelayanan yang merata.
g) Meningkatkan kualitas lingkungan dengan penyediaan air
bersih dan kebersihan lingkungan, termasuk rumah, pembuang-
an kotoran hewan/manusia atau sampak sesuai dengan tempat
atau sarana yang tersedia.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit diare di-
tujukan pada manusianya dengan sasaran perorangan, keluarga
dan masyarakat, khususnya yang dengan risiko pada anak di
bawah lima tahun atau anak balita.
Malaria Berat

Dr Emiliana Tjitra, MSc


Pusat Penelitian PenyakitMenular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

sistem organ yang terkena.


PENDAHULUAN Malaria otak
Di Indonesia sudah banyak ditulis makalah-makalah Malaria otak sering timbul sebagai malaria berat yang me-
tentang malaria yang meliputi segi epidemiologi, entomologi, nyebabkan kematian. Gejala yang timbul dapat tampak sebagai
resistensi terhadap obat-obat malaria atau insektisidanya, dan penurunan kesadaran dari somnolen sampai koma, kejang-
lain-lain, tetapi tidak banyak yang membicarakan malaria klinis kejang atau psikosis organik (Chipman dkk, 1967). Penyebab
terutama bentuk dari malaria berat. Selama ini mungkin banyak malaria otak masih merupakan hipotesa yaitu akibat eritrosit
kasus malaria berat yang terlupakan atau tak diketahui yang yang mengandung parasit menjadi lebih mudah melekat pada
sebenarnya tak perlu terjadi karena kekurang-telitian dan dinding pembuluh kapiler (Miller, _ 1972). Hal ini disebabkan
keterbatasan pengetahuan kita. Oleh sebab itu malaria berat karena menurunnya muatan listrik permukaan eritrosit (Conrad,
perlu diketahui untuk dapat dibuat diagnosa sendini mungkin 1969) dan pembentukan tonjolan-tonjolan kecil dipermukaan
sehingga tindakan yang tepat dapat segera dilakukan untuk eritrosit sehingga terjadi bendungan di pembuluh darah otak
mencegah kematian. Hal ini penting terutama untuk tenaga kecil (Miller, 1972). Semakin matang parasit dalam eritrosit
medis yang bekerja di daerah endemis malaria dan dirumah semakin besar daya lekat eritrosit tersebut, terutama di organ
sakit rujukan. dalam tetapi tidak di peredaran darah, yang memungkinkan
penyakit menjadi berat walaupun konsentrasi eritrosit yang
Definisi malaria berat terinfeksidi peredarandarah rendah (Hall, 1977). Melekatnya
Menurut Hall (1977) malaria berat adalah malaria yang eritrosit yang terinfeksi pada pembuluh darah kapiler dapat
menyebabkan kematian atau yang akan berakibat fatal jika mengakibatkan terhambatnya aliran darah otak dan oedema
tidak diberi pengobatan yang cepat. Sedangkan menurut (Maegraith, 1974). Oedema otak ini sering ditemukan pada
Garnham (1980) malaria falsiparum adalah penyebab kesakitan waktu otopsi, tetapi gejala klinik dari peningkatan tekanan
dan kematian tertinggi diantara jenis malaria lain. Jadi intrakranial jarang sekali ditemukan (Harinasuta dkk, 1982)
umumnya malaria berat berhubt ngan dengan malaria dan CT scan tidak menyokong oedema sebagai gambaran
falsiparum. primer dari malaria otak (Looareesuwan dkk, 1983).
Dalam beberapa buku dinyatakan bahwa malaria berat Sedangkan Schmutzhard dkk (1984) menemukan gejala sisa
merupakan komplikasi" malaria falsiparum (Manson dkk, saraf yang cukup lama dari sindroma psikosaorganik,
1983; Miller, 1984; dan WHO. 1986) atau sebagai malaria per- heminaresia atau hemihipestesia dan epilepsi.
nisiosa (Maegraith, 1980). Secara laboratorik malaria perni- Kelainan darah
siosa biasanya terjadi bila dari 5% eritrosit terinfeksi parasit Hemolisis dapat disebabkan oleh malaria dan obat anti malaria.
malaria, atau bila 10% dari eritrosit yang terinfeksi me- Hemolisis dapat juga disebabkan karena meningkatnya fragili-
ngandung lebih dari satu parasit dalam satu eritrosit, atau bila tas osmotik dari eritrosit yang terinfeksi dan tidak terinfeksi,
banyak sison dalam peredaran darah tepi (Maegraith, 1980). sehingga umur eritrosit menurun (Fogel, 1966). Pada penderita
dengan defisiensi glukosa–6–pospat dehidrogenase dan hemo-
Bentuk-bentuk malaria berat globin abnormal, hemolisis yang terjadi meningkat dalam peng-
Menurut Chongsuphajaisiddhi (198f), patofisiologi dari obatan dengan anti malaria (Pinder, 1973). Sedangkan Black
malaria falsiparum berat adalah komplek dan tergantung Water Fever yang sebenarnya yaitu hemolisis tanpa adanya

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 45


defisiensi G6PD, jarang terjadi dan selalu disertai adanya Abortus, Kelahiran prematur, stillbirth dan bayi berat lahir
hemoglobinuria, hemolisis intravaskuler, kegagalan ginjal dan rendah
infeksi berat malaria (Bell, 1983). Keadaan-keadaan ini mungkin disebabkan karena berkurang-
Anemia terjadi akibat meningkatnya eritrosit yang rusak nya aliran darah plasenta akibat kongesti dan timbunan eritrosit
(hemolisis), fagositosis eritrosit dan penurunan pembentukan yang terinfeksi serta makrofag di dalam villus-villus plasenta
eritrosit oleh sumsum tulang (Srichaikul dkk, 1967). dan sinus-sinus vena (McGregor dkk, 1983). Eritrosit yang
Trombositopenia mungkin disebabkan oleh memendeknya mengandung parasit banyak terdapat pada aliran darah bagian
umur platelet (Skudowitz dkk, 1973), juga didūga karena maternal dan biasanya talc terlihat pada bagian fetal (Hall,
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) akibat 1977). Menurut McGregor (1984) hiperpireksia dapat juga
hemolisis (Fletcher dkk, 1972) sehingga menimbulkgn mengakibatkan terjadinya abortus.
perdarahan pada kulit, mukosa dan kadang-kadang pida retina Cara penanggulangan malaria bent
(Harinasuta, dkk, 1982). Perdarahan dapat jugs disebabkan Mashaal (1986) membuat pedoman cara penanggulangan
karena kerusakan berat_hati yang terinfeksi malaria sehingga malaria berat sebagai berikut :
timbul gangguan koagulopati. • Penanggulangan malaria berat pada saat penderita datang.
1. Bila diperlukan dirawatdi ruanglntensive Care Unit.
Edema paru 2. Berikan kina (quinine dihidrochloride) 10 mg basa/kgBB
Edema paru merupakan komplikasi yang sering dan hampir (maksimal 500 mg) dalam cairan garam isotonis 10 ml/
selalu menyebabkan kematian. Patogenesisnya belum jelas, kgBB (maksmal 500 ml), intravena, dalam waktu 2–4
mungkin berhubungan dengan menurunnya volume aliran jam.
darah yang efektif, tidak berfungsinya aliran pembuluh, darah 3. Ukur cairan yang masuk dan keluar, jika perlu dipasang
kecil paru-paru, meningkatnya permeabilitas kapiler, volume kateter dan diukur berat jenis urin.
cairan intravena yang berlebihan (Brooks dkk, 1968) DIC atau 4. Transfusi darah diberikan bila :
uremia (Punyagupta dkk, 1974). – parasitemia > 10%, sebanyak 5–10 unit darah.
Kegagalan hati – parasitemia > 50%, exchange blood transfusion.
Pembesaran hati, jaundice, dan kelainan fungsi hati sering ter- 5. Hemodialisa atau dialisa peritoneal dilakukan bila terjadi
jadi pāda malaria falsiparum (Ramachandran dkk, 1976). gagal ginjal anuri.
Jaundice yang timbul umumnya karena kelainan sel hati, 6. IPPR (Intermittent Positive Pressure Respiration) dengan
biasanya ringan, kadang-kadang berat. Transaminase yang intubasi endotrakea, bila terjadi koma yang dalam.
meningkat jarang melebihi 200 IU (WHO, 1980). Peningkatan 7. Infus plasma dan platelet bits terjadi perdarahan hebat.
yang cukup tinggi dari beberapa kadar ensim serum dan Yang perlu diperhatikan pada pengobatan tahap ini, tidak
bilirubin mungkin sebagian disebabkan karena hemolisis (Hall diperkenankan memberi deksametason, karena akan mem-
dkk, 1975). Sedangkan perpanjangan masa protrombin periambat penyembuhan dan meningkatkan komplikasi
disebabkan karena. DIC atau akibat efek dari kina (Pirk dkk, (Warren dkk, 1982), dan juga pemberian antikoagulan tidak
1945). dianjurkan.
Kegagabn ginjal • Penanggulangan malaria berat selanjutnya.
Kelainan fungsi ginjal sering ditemui pada malaria falsiparum 1. Pengobatan dengan kina
berat seperti proteinuria, oliguria, anuria dan uremia. Kef Diberikan 5–10 mg&kgBB (maksimal 500 mg) setiap 12–
gagalan ginjal hampir selalu disebabkan oleh nekrosis tubulus 24 jam tergantung pada :
akut yang diperkirakan akibat kelainan perfusi ginjal karena – penurunan parasitemia, dimana perhitungan parasit darah
hipovolemi atau berkurangnya peredaran darah pada pembuluh dilakukan dua kali sehari.
darah kapiler ginjal (Sitprija dkk, 1967). Glomerulonefritis akut – efek samping atau keracunan kina, seperti tuli, tinitus,
terjadi sebagai komplikasi malaria falsiparum karena'terjadi muntah-muntah, sakit perut, penglihatan berkurang dan
nefritis imun kompleks (Bhamarapravati dkk, 1973). koma.
Diare – konsentrasi kina di dalam plasma, dibandingkan sebelum
Kurang berfungsinya penyerapan usus pada malaria disebabkan dan sesudah pemberian kina intravena.
karena adanya kelainan mukosa berupa edema, kongesti, – fungsi hati seperti kadar bilirubin, albumin dan transa-
perdarahan petechiae dan terdapat banyak eritrosit yang ter- minase.
infeksi sehingga terjadi nekrosis dan ulserasi usus (Hall, 1977). – fungsi ginjal seperti kadar ureum dan kreatinin.
Malabsorpsi diketemukan selama fase akut malaria falsiparum Jadi dosis kina intravena perlu dikurangi bila parasitemia telah
E oleh Karney dkk (1972). menurun, penderita masih dalam keadaan koma, ada kelainan
Hipoglikemia fungsi hati, atau kelainan fungsi ginjal. Jika keadaan tersebut
Sering ditemukan pada penderita malaria falsiparum sedang, sudah diatasi, pertimbangan untuk menaikkan dosis kina oral
berat dan tersering pada wanita hamil. Kemungkinan penyebab dari tiap 12 jam menjadi tiap 8 jam, untuk mengurangi terjadi-
hipoglikemi adalah karena konsumsi glukosa oleh parasit dan nya rekrudesen.
iangsangan pengeluaran insulin oleh obat anti malaria (White 2. Transfusi darah
dkk, 1983). Kelaparan yang timbul akibat tak mau makan dan Transfusi darah sebanyak 4 unit, dalam waktu lebih dari 12
muntah-muntah serta penggunaan glikogen hati memungkinkan jam bila, kadar I-lb < 7 g% dan parasitemia sudah negatif.
terjadinya hipoglikemia tersebut. 3. Bila hiperpireksia dikompres dan dianginkan.

46 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


4. Bila kejang-kejang dilakukan intubasi endotrakea dan 19. McGregor IA, Wilson ME, Billewicz WZ. Malaria infection of the
placenta in the Gambia, West Africa, its incidence and relation-ship to
suntikan diazepam. stillbirth, birthweight and placental weigth. Transanctions on the Royak
5. Bila terjadi edema paru akut, hentikan cairan infus, beri Society of Tropical Medicine and Hygiene, 1983; 77 : 232–244.
oksigen dan suntikan diuretika intravena. 20. McGregor IA. Epidemiologu, Malaria and Pregnancy. Am J Trop Med
6. Bila terjadi hipoglisemia beri suntikan dekstrosa 50% di- Hyg, 1984; 33 (4) : 517–525.
21. Miller LH, Chien S, Usami S. Decreased deformability of Plasmo-
lanjutkan dengan infus dekstrosa 5–10%. dium coatneyi-infected red cells and its possible realtion to cere-
bral malaria. Am J Trop Med Hyg, 1972; 21 : 133–137.
PENUTUP 22. Miller LH. Malaria. In:. 1st eds. Tropical and Geographical Medi-
Dengan mengetahui bentuk-bentuk dan cara penang cine. New York : Mc Graw-Hill Book Company, 1984; 223–239.
23. Pinder RM. Malaria Parasites. In: 1st ed. Malaria. Bristol : Scien-
gulangan malaria berat, diharapkan angka kematian karena technica Ltd, 1973; 38–40.
penyakit ini dapat diturunkan dengan menegakkan diagnosa 24. Pirk LA, Engelberg R. Hypoprothrombinemic action of quinine sulphate. J
sedini mungkin dan pemberian pengobatan yang tepat dan Am Med Ass 1945; 128: 1093.
adekwat. 25. Punyagupta S, Srichaikul T, Nitiyanat P, Petchclai B. Acute pul-
monary insufficency in falciparum malaria: summary 12 cases
with evidence of DIC. J Trop Med Hyg, 1974; 23 (4) : 551–559.
26. Ramachandran S, Perera MV. Jaundice and hevatomeealy in
KEPUSTAKAAN primary malaria. Am J Trop Med Hyg, 1999; 79: 207–210.
27. Schmutzhard E, Gerstenbrand F. Cerebral malaria in Tanzania.
1. Bell DR. Malaria In Lecture Notes on Tropical Medicine. ist ed. Oxford, Its epidemiology, clinical symptoms and neurological longterm
London, Edinburgh, Boston, Melbourne : Blackwell Scientific Publication, sequeleae in the light of 66 cases. Transanctions of the Royal of
1983; 9-10. Tropical Medicine and Hygiene 1984;'78 : 351-353.
2. Bhamarapravati N, Boonpuncknavig S, Boonpuncknavig V, Yaem- 28. Sitprija V. Renal involvement in malaria. Transactions of the Royal
boonruang C. Glomerular change in acute Plasmodium falciparum Society of Tropical Medicine and Hygiene, 1970; 64 (5): 695–699.
infection, an immunipathologic study.: Pathol 1973; 96: 289. 29. Skudowitz RB, Katz J, Lurie A, Levin J. dan Metz J. Mechanisms of
3. Brooks MH, Kiel FW, Sheehy TW, dan Barry KG. Acute pulmonary thrombocytopenia in Malignant tertian malaria. Br Med J, 1973;2 : 515–
edema in falciparum malaria. A Clinicopathological correlation. N Engl J 517.
Med 1968; 279 : 732–737. 30. Srichaikul T, Panikbutr N, dan Jeumtrakul P. Bone-marrow changes in
4. Chipman M, Cadigen FC, Benyapongse W. Involvement of the nervous human malaria. Ann Trop Med Parasitol, 1967; 61 : 40–51.
system in malaria in Thailand. Trop Geographi Med 1967; 19 : 8–14. 31. Warrel DA, Looareesuwan S. Warrel MJ, et al. Dexamethasone
5. Chongsuphajaisiddhi T. Pathophysiology of malaria, Southeast Asian proves deleterious in cerebral malaria. A double blind trial in
Journal of Tropical Medicine and Public Health 1981; 12: 298-307. 100 comatous patients. The N Eng J Med, 1982; 306 : 313–319.
6. Conrad ME. Pathophysiology of malaria : Hematologic observation in 32. White NJ, Warrel DA; Chanthavanich P, dkk. Severe hypoglycemia
human and animal studies. Ann Intern Med 1969; 70 : 134–141. and hyperinsulinemia in falciparum malaria. N Eng J Med, 1983;
7. Fletcher JR, Butler T, Kpriva CJ, dkk. Acute Plasmodium falciparum 309 : 61–66..
malaria : Vital capacity blood gases and coagulation. Arch Intern Med 33. WHO. The clinical management of acute malaria. WHO-SEARO 1980;9.
1972i 129 : 617–619. 34. WHO. The clinical management of acute malaria. 2nd eds. New Delhi:
8. Fogel BJ, Shields CE, dan Doenhoff VAER. The osmotic fragility of WHO Regional Publications, South-East Asia, 1986; 9 : 19–22.
erythrocytes in experimental malaria. Am J Trop Med Hyg, 1966; 15 :
269–274.
9. Garnham PCC. Plasmodium falciparum. In : Krier JP Malaria I, eds
Epidemiology, Chemotherapy, Morphology and Metabilism. New York,
London, Toronto, Sydney, San Francisco : Academic Press, 1980; 104–
109.
10. Hall AP, Schneider RJ, Nanakom A, West HJ. Jaundice in Falciparum
malaria. Annual Report SEATO Medical Research Labotarory, 1975; 234-
236. Kalender Kegiatan Ilmiah
11. Hall AP. The treatment of severe falciparum malaria. Transanction; of the
Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene, 1977; 71 : 367–379.
12. Harinasuta T, Dixon KE, Warrel DA, dan Doberstyn. Recent advance in International Hospital Federation Regional Conference,
malaria with special reference to Southeast Asia. Southeast Asia Journal of Indonesia Hospital Association 4th Congress, 5th Inter-
Tropical Medicine and Public Health, 1,982;13 : 1–34.
13. Karney WW, Tong MJ. Malabsorption in Plasmodium falciparum malaria. national Hospital Expo.
Am J Trop Med Hyg, 1972; 21 (1) : 1–5. Tanggal : .19 – 13 Juni 1988
14. Looareesuwan S. Cerebral malaria : Management and Care. Far East Tempat : Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta
Health, 1984; 16–18. Sekretariat: OC – RS PGI "TJIKINI"
15. Maegraith BG. Other pathological process in malaria. Bulletin of World
Health Organization, 1974; 50 : 187–193.
Jalan Raden Saleh 40
16. Maegraith BG. Malaria. In : Adams & Maegraith 7th ed. Clinical Tropical Jakarta 10330
Diseases. Oxford, London, Edinburgh, Melbourne : Blackwell Scientific Tel. 324663, 337104
Publications, 1980; 240. Hospex 88 – RS SUMBER WARAS
17. Manson–Bahr PEC & Apted FIC. Malaria and Babesiosin. In: .18th ed. Jalan Kyai Tapa, Grogol
Manson's Tropical Disease. London: The English Language Book Society
and Bailliere Tindall, 1983; 38–69. Jakarta 11440
18. Mashaal H. Clinical Malariology : Southeast Asian Medical Information Tel. 596011 ext. 138
Center. International Medical Foundation of Japan, 1986; 366-367.

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 47


Pengamatan Virus Dengue
Beberapa Kota di Indonesia, 1986

Drh Suharyono Wuryadi, MPH


Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan R.I., Jakarta

PENDAHULUAN (kurang dari 5 had) dari poliklinik-poliklinik.


Penyakit Demam Berdarah Dengue (PBD) yang pertama Untuk diagnosa klinik kasus-kasus di Jakarta dan Yogya
kali dilaporkan dari Jakarta dan Surabaya pada tahun 1969, saat dipakai kriteria WHO sedangkan untuk kasus-kasus panas yang
ini telah menyebar ke 26 dari 27 provinsi di Indonesia. Kalau tidak diketahui sebabnya (FUO, Fever of Unknown Origin)
mula-mula penyakit ini hanya dilaporkan dari kota-kota besar diambil dari kriteria untuk FUO.
saja, akhir-akhir ini penyakit DBD juga dilaporkan dari daerah- Contoh dari Jakarta dikirim langsung ke Puslit Penyakit
daerah pedesaan, bahkan dari daerah-daerah yang ter-pencil. Menular dalam bentuk darah dalam termos yang berisi es,
Jumlah kasus makin meningkat dari tahun ke tahun. Untuk sedang untuk Yogya dan Medan, setelah darah diambil dari
lima tahun terakhir kasus DBD dilaporkan antara 13.000 penderita, serumnya dipisahkan dan dimasukkan dalam vial
sampai 15.000 per tahunnya dengan angka kematian (CFR) dan disimpan dalam liquid nitrogen container, yang kemudian
sekitar 4%. dikirim dengan pesawat ke Jakarta.
Mekanisme terjadinya penyakit ini belum diketahui jelas. Contoh akut dan konvalesen dites secara bersama-sama
Demikian juga mekanisme terjadinya wabah, endemisitas, dan dengan metoda HI test (Haemagglutinasitnhibisi Test), dengan
daerah bebas (DBB), masih belum jelas. Satu-satunya hal yang menggunakan 4–8 unit antigen. Serum yang menunjukkan HI
diketahui dengan pasti adalah bahwa penyakit ini disebabkan positif dipakai untuk isolasi virus. Isolasi virus dilakukan
oleh virus Dengue dan ditularkan dari orang ke orang melalui dengan menggunakan teknik penyuntikan pada nyatnuk. Di sini
gigitan nyamuk Aedes egypti/Aedes albopictus, sehingga pem- dipakai nyamuk Toxorhynchites ambionensis. Identifikasi
berantasannya dapat dilakukan dengan membasmi kedua flavivirus dilakukan dengan Teknik fluorescein antibody secara
nyamuk tersebut, baik bentuk dewasanya maupun jentik- langsung.Sedang identifikasi serotype dilakukan dengan teknik
jentiknya. fluorescein antibody secara tidak langsung dengan
Per1u,diketahui pengamatan secara terus-menerus terhadap menggunakan antibodi monoklonal.
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit tersebut,
baik dari segi penderita, vektor, maupūn virusnya sendiri agar HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat membantu mengatasi masalah-masalah yang belum Selama periode 1986 dapat dikumpulkan sebanyak 875
diketahui. contoh dengan perincian: Jakarta 662, Yogya 123, dan Medan
Di slid kami akan melaporkan kegiatan pengamatan, ter- 90. (Lihat Tabel 1). Hasil Tes HI menunjukkan bahwa dari
hadap virus Dengue, dengan jalan mengisolasi virus tersebut Jakarta terdapat 310 yang positif, Yogya 61 dan Medan 22.
dari penderita-penderita DBD dari berbagai tempat di Indo- Dari yang positif Tes HI, dari Jakarta 1,3% adalah reaksi
nesia. Pengamatan ini merupakan lanjutan dari pengamatan
Tabel 1. Jumlah contoh DBD/FUO yang terkumpul dari Jakarta, Yogya
terhadap virus Dengue yang telah dilakukan sejak tahun 1975.
dan Medan serta hasil Tes HI-nya, tahun 1986

CARA KERJA Lokasi


Jumlah Tes HI lnfeksi
Untuk Jakarta contoh •dikumpulkan dari RSCM dan RS Contoh Positif Primer
Sumber Waras, bagian Ilmu Kesehatan Anak. Untuk Yogya Jakarta 662 310 4 ( 1,3%)
contoh dikumpulkan dari RS Dokter Sardjito juga Bagian Ilmu Yogya 123 61 2 ( 3,2%)
Kesehatan Anak. Sedang untuk Medan, mengingat sulitnya di Medan 90 22 4 (18,2%)
dapatkan kasus-kasus DBD, maka contoh diambil dari
penderita-penderita panas yang tidak diketahui sebabnya Total 875 393 10 ( 3,0%)

48 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


primer. Sedangkan Yogya 3,2% adalah reaksi primer dan Me- berumur 30 tahun ke atas, bahkan di atas 50 tahun. Meskipun
dan 18,9%. Hal ini menunjukkan bahwa endemisitas di Medan kasus-kasus dewasa meningkat, tetapi angka kematiannya
jauh lebih rendah. Mungkin hal ini pula yang menyebabkan relatif rendah.
mengapa di Medan tidak dijumpai banyak kasus DBD. Hasil isolasi virus dari penderita remaja/dewasa dari
Apabila kita lihat hasil isolasi virus, dari ketiga kota ter- wabah di Bandung dapat dilihat pada label .
sebut terisolasi sebanyak 80 virus Dengue (Lihat Tabel 2).
Terlihat bahwa untuk Jakarta, Dengue 3 masih lebih dominan Tabel 4. Hasil isolasi virus dan serotipe dad penderita DBD pada waktu
wabah di Bandung, Jawa Barat, 1986
dibanding serotipe yang lain, disusul oleh Dengue 2 dan ke-
mudian Dengue 1 dan terakhir Dengue 4. Untuk Yogya, Serotipe
Dengue 3 juga merupakan serotipe yang dominan, demikian Lokasi
juga Dengue 1, bare disusul oleh Dengue 2 dan yang terakhir DI D2 D3 D4 Total
Dengue 4. Sedangkan untuk Medan Dengue 2 merupakan
Kodya Bandung 1 6 5 1 13
serotipe yang dominan disusul oleh Dengue 3 dan Dengue 1.
Pada periode ini di Medan tidak terisolasi Dengue 4. Kalau kita
lihat secara keseluruhan Dengue 3 tetap merupakan serotipe Terliha bahwa keempat serotipe dapat diisolasi. Dengue 2
yang dominan, disusul oleh Dengue 2, Dengue 1 dan terakhir dan Dengue 3 merupakan serotipe yang dominan disusul oleh
Dengue 4. Dengue 1 dan Dengue 4. Berhubung data klinis tidak dapat
diperoleh maka hubungan antara serotipe dengan berat
Tabel 2. Hasil isolasi virus dan serotipe dad penderita DBD di Jakarta, ringannya penyakit tidak dapat dilihat.
Yogya dan Medan, 1986 Kalau kita bandingkan dengan hasil pengamatan pada
Serotipe kegiatan serupa dari tahun-tahun sebelumnya, temyata bahwa
Lokasi virus Dengue pada periode 1986 mempunyai pola yang sama
D1 D2 D3 D4 Total
dengan tallun-tahun sebelumnya, yaitu Dengue 3 merupakan
Jakarta 4 16 21 1 42 serotipe yang selalu dominan dibandingkan dengan serotipe
Yogya 11 8 11 2 32 yang lain, diikuti oleh Dengue 2, Dengue 1 dan kemudian
Medan 1 3 2 – 6 Dengue 4. Dengue 2 pada waktu-waktu tertentu menyamai
Dengue 3 dalam predominansi, bahkan kadang-kadang me-
Total 16 27 34 3 80
lebihi. Dengue 4 selama pengamatan selalu merupakan serotipe
yang paling tidak dominan. Hal ini kemungkinan disebabkan
Kalau kita lihat hubungan antara berat ringannya penyakit karena infeksi Dengue 4 memperlihatkan manifestasi klinik
dengan serotipe virus, kita dapati bahwa Dengue 3 dan Dengue yang ringan. Sedang kalau kita lihat hubungan antara berat
2 merupakan serotipe yang banyak berhubungan dengan kasus- ringannya penyakit dengan serotipe 'masih terlihat bahwa
kasus yang berat, sedang Dengue 4 hanya berhubungan dengan Dengue 3 paling banyak berhubungan dengan kasus-kasus
kasus-kasus yang ringan saja. (Lihat Tabel 3). yang berat, disusul oleh Dengue 2.
Tabel 3. Hubungan antara bent ringan penyakit dengan serotipe virus
dengue dad penderita DBD dari Jakarta, Yogya dan Medan, 1986
KESIMPULAN
1. Semua serotipe masih endemis di Indonesia.
Serotipe 2. Dengue 3 masih merupakan serotipe yang dominan disusul
Derajat/grade
D1 D2 D3 D4 Total Dengue 2, Dengue 1 dan kemudian Dengue 4.
3. Dengue 2 dan Dengue 3 juga masih merupakan serotipe
Derajat 1/DF 9 12 9 3 33 yang banyak berhubungan dengan kasus-kasus yang berat.
Derajat 2 3 11 16 – 30 4. Semua serotipe, dapat menyebabkan Demam Berdarah
Derajat 3 – 4 6 – 10
Derajat 4 – – 1 – 1 Dengue pada remaja/dewasa.

Total 12 27 32 3 74 KEPUSTAKAAN

Pada tahun 1986 terjadi kejadian luar biasa berupa wabah 1. Anon. Dengue Haemorrhagic Fever Diagnose, Treatment and Contro
WHO Geneve, 1986.
DBD di Kotamadya Bandung, Jawa Barat. Selama periode 2. Anon. Laporan Hasil Pemberantasan Vektor DBD di Kodya Ban-
wabah tersebut (8 bulan), 'dilaporkan sebanyak 1331 kasus dung. Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi Jawa Barat,
dengan kematian 3,2%. Satu hal yang menarik dari wabah 1986.
tersebut, adalah diketemukannya kasus-kasus dewasa/remaja 3. Suharyono W. Surveillance Virus Dengue di Beberapa Kota di
Indonesia, 1986. Laporan Penelitian Pusat Penelitian Penyakit Menular,
(di atas 15 tahun). Adanya kasus DBD pada remaja/dewasa Jakarta, 1987.
sudah lama dilaporkan tetapi pada wabah di Bandung pe- 4. Suharyono W. Sepuluh Tahun Pengamatan Virus Dengue di Indo-
ningkatan penderita remaja/dewasa sangat menyolok (505 nesia, 1975–1985. Simposium Demam Berdarah Dengue, Jakarta, 26 Juli
orang). Kasus-kasus dewasa banyak terdapat pada orang-orang 1986.

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 49


Peranan, Pengelolaan dan Pengembangbiakan
Hewan Percobaan
Edhie Sulaksono
Pusat Penelitian Penyalit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN sebut baik small laboratory animal maupun large laboratory


Keanekaragaman jenis hayati (hewan percobaan) yang animal dapat dimanfaatkan secara optimal.
1imiliki ataupun yang dipakai sebagai Animal model oleh suatu
laboratorium medis baik itu dibidang fannasi, phisiologi, MACAM HEWAN PERCOBAAN(Terlampir pada Lampiran)
ekologi, mikrobiologi, virologi, radiobiologi, kanker, biologi 1) Peranan Hewan Percobaan
dan sebagainya di negara manapun merupakan suatu "modal
dasar" dan "model hidup" yang mutlak dalam berbagai kegiatan Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah
penelitian (riset). Secara definitip hewan percobaan adalah telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola
yang digunakan sebagai alat penilai atau merupakan "model kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional,
hidup" dal= suatu kegiatan penelitian atau pemeriksaan dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia adalah
laboratorium baik medis maupun non medis secara in vivo. Di adanya Deklarasi Helsinki.
dalam hal keikutsertaan dan pemanfaatannya bagi pengem- Deklarasi ini berisi tentang segi etik percobaan yang meng-
bangan flint' dan teknologi, kebutuhan akan sumber hayati ini gunakan manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya di-
(hewan percobaan) makin hari makin meningkat terutama Lampiran I.
untuk kepentingan riset biomedis maupun pendidikan baik di Jenis hewan yang tergolong hewan percobaan
idalam maupun di luar negeri. Bahkan secara nasional negara
kita adalah salah satu negara pensuplai kebutuhan tersebut No. Jenis hewan percobaan Spesies
(misalnya kera). Dipihak lain belum banyak usaha yang ter- 1. Mencit (Laboratory mince) Mus musculus
padu & programatis dalam penanganan hewan percobaan baik 2. Tikus (Laboratory Rat) Rattus norvegicus
dalam kwalitas maupun kwantitas, kecuali pada phak yang 3. Golden (Syrian) Haruster Mescoricetus auratus
benar-benar mengerti dan sadar akan kepentingan ini. Salah 4. Chinese Haruster Cricetulus griseus
5. Marmut Cavia porcellus (Cavia cobaya)
satu hal yang nampaknya kontroversiil ialah pemanfaatan 6. Kelinci Oryctolagus cuniculus
hewan percobaan untuk kepentingan penejitian dan pendidikan 7. Mongolian gerbil Meriones unguiculatus
di Indonesia masih belum berkembang. Kera adalah alternatip 8. Forret Mustela putorius furo
terakhir sebagai animal model yang masih diperlukan 9. Tikus kapas (cotton rat) Sigmodon hispidus
10. Anjing Canis familiaris
penyempurnaan jaringan distribusi dart pengembangan-biakan- 11. Kucing Fells catus
nya melalui beberapa alternatip seperti program pembiakan di 12. Kera ekor panjang (Cynomolgus) Macaca fascicularis (Macaca
kandang (in captivity). Di negara yang sudah maju (Jepang, irus)
Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa), masalah hewan 13. Barak Macaca nemestrina
14. Lutung/monyet daun Presbytis ctistata
percobaan tidak hanya ditangani oleh pihak pemerintah tetapi 15. Kera rhesus Macaca mulata
juga swasta (dengan berdirinya commercial breeder). Hal yang 16. Chimpanzee Pan troglodytes
lain adalah adanya sementara pihak yang menggunakan hewan 17. Kera Sulawesi Macaca nigra
untuk percobaan, dimana hewan tersebut diperoleh dan pasar 18. Babi Sus scrofa domestica
19. Ayam Gallus domesticus
hewan yang tidak diketahui asal usulnya apalagi sistim pe- 20. Burung dara Columba livia domestica
ngembangbiakkannya.Oleh karena itu usaha di dalam melawan 21. Katak Rana sp.
hal-hal yang nampaknya kontroversiil tersebut, merupakan 22. Salamander Hynobius sp.
usaha yang mendesak dilakukan supaya sumber hayati ter- 23. Dan lain-lain

50 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


lakukan percobaan pada hewan, sebelum percobaan di bidang dengan insect proof screen (kawat nyamuk).
biomedis maupun riset lainnya dilakukan atau diperlakukan 2. Sanitasi. Dari bangunan tersebut diambil manfaatnya
terhadap manusia, sehingga dengan demikian jelas hewan per- dengan dapat terselenggaranya sistim sanitasi yang baik,
cobaan mempunyai mission di dalam keikutsertaannya me- sistim drainase yang baik, tersedianya fasilitas desinfektan,
nunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu misalnya dengan jalan menempatkan tempat khusus yang
penelitian biomedis. berisi desinfektan (lysol 3–5%) atau disebut dengan Foot
Selain itu berdasarkan deklarasi tersebut, cukup beralasan baths. (Macam bahan desinfektan lihat lampiran 2). Sanitasi
pula bila penelitian lain misalnya tentang aspek fisiologis, kandang atau peralatan lainnya dilakukan dengan teratiir.
patologis, dan penyakit pada manusia, nutrisi, virus, penelitian Disamping itu bagi tenaga pengelola perlu mengenakan lab
perilaku dan sebagainya, dapat dilakukan pada hewan jas (Protective clothing) atau peralatan proteksi lainnya
percobaan sebagai modelnya dengan segala persyaratan seperti masker dan sebagainya. Peralatan sanitasi lainnya
tertentu. seperti halnya autoclave pembakar bangkai, fumigator
Berdasrakan referensi data yang diperoleh dari National bahkan fasilitas shower dan toilet bila perlu diusahakan ada.
Institute of Health Primate Research centers, 1978, syarat 3. Tersedianya makanan hewan percobaan yang nitritiv dan
utama dalam pemilihan hewan percobaan yang sesuai dan dalam jumlah yang cukup. Penyimpanannya harus baik,
dapat dipakai sebagai model adalah bahwa proses yang terjadi terhindar dari lingkungan yang lembab, diusahakan bebas
pada hewan percobaan tersebut mirip atau banyak ke- dari insekta atau hewan penggerek lainnya, karena dengan
samaannya dengan proses yang terjadi pada manusia. Di-. adanya ini dapat merupakan petunjuk adanya kerusakan
samping itu mudah didapat , mudah dikembang-biakkan dan bahan makanan hewan dan sebagai usaha pencegahannya
relatip murah harganya. adalah makanan ditempatkan dalam kantong-kantong
Secara terperinci peranan hewan percobaan berorientasi plastik yang waterproof, bila perlu dalam kondisi anaerob
kepada kegiatan penelitian maupun pemeriksaan laboratorium (dengan menggunakan vaccum pump) dan tertutup rapat.
medis, misalnya dalam hal : Bentuk makanan bila perlu diusahakan berbentuk pellet
1. Bio assay dari produk biologi (vaksin, sera dan sebagainya) (cetakan seperti pil atau berbentuk silinder) dengan dia-
yaitu tentang dosis efektipnya, efek sampingannya (safety meter tertentu tergantung macam hewannya. Keuntungan-
test), pemeniksaan keracunan (toxicity test) dan lain se- nya adalah dapat disimpan lama (lebih-lebih bila anaerob),
bagainya. makanan bisa habis termakan (dibandingkan bila dalam
2. Pemeriksaan kemampuan suatu obat dan bahan makanan, bentuk mess atau powder) serta kontrol terhadap makan-
bahkan obat tradisionil. an yang dimakan lebih mudah dan lain-lain keuntungan.
3. Pembuatan vaksin dan produk biologi lainnya (antibiotik, 4. Kebutuhan air dapat diperoleh dengan mudah dan lancer
hormon, vitamin dan lain sebagainya). dan usahakan tidak terlalu tinggi kandungan mineralnya
4. Pemeriksaan penyakit (kanker). serta bersih.
5. Bahan praktek anatomi mahasiswa Kedokteran dan Biologi. 5. Sirkulasi udara. Dengan adanya sistim ventilasi yang baik,
Pada dasarnya hewan percobaan dapat merupakan suatu kunci sirkulasi udara dapat diatur lebih-lebih bila dipasang ex-
dalam mengembangkan suatu vaksin dan telah banyak berjasa haust fan.
bagi ilmu pengetahuan kedokteran, khususnya pengetahuan 6. Penerangan diperlukan sekali terutama dalam pengaturan
tentang berbagai macam penyakit seperti: malaria, filariasis, proses reproduksi hewan Haruster, karena siklus estrus
demam berdarah, TBC, gangguan jiwa dan semacam bentuk (siklus reproduksinya) sangat tergantung oleh penerangan
kanker. Hewan percobaan tersebut adalah kera (Macaca fas- dan bila tidak terdapat penerangan akan menyebabkan
cicularis) oleh karena sebagai alternatip terakhir sebagai animal terhambatnya proses reproduksi.
model. Kara memiliki kemiripan dengan manusia bail( 7. Kelembaban dan temperatur ruangan. Adapun kelembaban
anatomis maupun fisiologis. Satelah melihat beberapa ke- dan temperatur ruangan yang direkomendasikan bagi
mungkinan peranan hewan percobaan, maka dengan ber- maiing-masing hewan percobaan adalah sebagai berikut:
kurangnya atau bahkan tidak tersedianya hewan percobaan, (Lihat Tabel 1).
akan berakibat . penurunan standar keselamatan obat-obatan 8. Keamanan. Maksud dari pada keamanan ini adalah menjaga
dan vaksin, bahkan dapat melumpuhkan beberapa riset medis jangan sampai terjadi infeksi penyakit baik yang berasal
yang sangat dibutuhkan manusia. dari hewan maupun manusia. Sehingga sebagai usaha
Pengelolaan Hewan Percobaan pencegahan tidak diperkenankan semua orang keluar masuk
Pada dasamya pengelolaan hewan percobaan dititikberatkan ruangan hewan (lebih-lebih bila hewannya adalah bebas
pada: kuman atau yang disebut dengan Germ Free Animals tanpa
1. Kondisi bangunan. Persyaratan ini sangat menentukan suatu keperluan apapun.
kondisi hewan percobaan, karena bentuk, ukuran serta 9. Training/kursus bagi personiL Dalam program pemelihara-
bahan yang dipakai merupakan elemen dalam physical an hewan percobaan diperlukan tenaga yang terlatih dan
environment bagi hewan percobaan. Bangunan harus di- berpengalaman yang cukup, karena ilmu yang menyangkut
rancang sedemikian rupa sehingga hewan dapat hidup hewan percobaan dapat melibatkan banyak aspek ilmu,
dengan tenang, tidak terlalu lembab, dapat menghasilkan- sehingga diperlukan sekali adanya kursus baik tenaga
peredaran udara yang baik, suhu cocok, ventilasi lengkap administrasi maupun tenaga teknis.

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 51


Lampiran 2.
Desinfektan
(Zat kimia anti penularan penyakit)

Konsentrasi
Disinfektan Tingkat kemajuan Catatan dalam penggunaannya.
(ukuran kemampuan)

1 2 3 4

1. Formaldehyde 10–20% – Manjur terhadap bakteri, kuman – Dapat meracuni kulit.


tuberculi dan virus. – Rangsangan gatal.
– Penjeladan pada bahan-bahan or-
ganik.
2. Yodium tintur. Yodium 0,5% – Manjur terhadap bakteri dan virus – Timbul karat pada logam.
Alkohol 70% – Kurang manjur untuk kuman – Mewarnai padajaringan kulit dan
tuberculi. bahan-bahan lainnya.
3. Alkohol ethyle. 70–90% – Manjur terhadap bakteri, kuman- – Bekerja cepat.
kuman tuberculi dan beberapa – Mudah menguap.
macam virus. – Peka terhadap panas.
4. Isopropyl alkohol. 30–50% – s.d.a. – – Timbul rangsangan terhadap mata
dan kulit.
– Meracuni lewat udara pernafasan.
5. C h I o r i n e. 500–5000 p.p.m. – Manjur terhadap bakteri dan'virus – Kurang manjur bila bercampur
– Kurang manjur untuk pertumbuh- dengan bahan organik.
an bakteri dan jamur. – Timbul karat pada logam.
– Tidak manjur terhadap kuman – Timbul gatal pada kulit.
tuberculi. – Meinpunyai sifat memutihkan.
6. P h e n o 1 1–3% – Manjur terhadap bakteri dan ku- – Mempunyai kemampuan sebagai
man tuberculi. disinfeksi yang tetap.
– Kurang manjur terhadap jamur – Sedikit bau dan merangsang.
dan pertumbuhan bakteri. – Sangat manjur bila bercampur
– Tidak manjur terhadap virus. dengan bahan organik.
Timbul karat pada logam.
Timbul gatal pada kulit.
7. Benzolkonium chloride lebih – Manjur terhadap bakteri gram- – Makin ringan.
dari 0,01%. positip (+). – Daya racun yang rendah.
Benzethonium chloride lebih – Kurang manjur terhadap bakteri – Tidak manjur bila dicampur de-
dari 0,01%. gram negatif (–). ngan sabun.
Cetyl trimethylammonium – Tidak manjur terhadap pertumbu- – Tahan terhadap adanya serat.
bronide 0,1 – 0,5%. han bakteri dan kuman tuberculi.
8. Dan lain-lain.

Bidang Binatang Percobaan


Pusat Penelitian Penyakit Menula
Cara memegang hewan (handling) dan penentuan jenis kelamin

Masih dalam rangka pengelolaan hewan percobaan secara


keseluruhan, cara memegang hewan serta cara penentuan jenis
kelaminnya perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari
masing-masing jenis hewan adalah ber,eda-beda dan ditentukan
oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta
tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan
kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan
menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan
darah, misalnya) dan juga bagi orang yang memegangnya.
Adapun cara memegang dan penentuan jenis
kelamin untuk masing-masing hewan yang umum dipakai
dalam percobaan adalah seperti pada gambar berikut ini. (Lihat
gambar).

52 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


Tabel 1. Kelembaban dan temperatur ruangan yang direkomendasikan
bagi hewan percobaan

Recommended Range of

Species Relative Relative


Tempera- Tempera-
Humidity Humidity
ture, F ture, F
Percent Percent

Mouse (Mencit) 72 50 68-72 45-55


Rat (Tikus) 72 50 65-75 45-55
Cotton Rat 72 50 65-75 45-55
Mastomys 72 50 65-75 45-55
Gerbils 72 50 65-75 45-55
Haruster 72 50 65-75 45-55
Guinea pig (Marmut) 70 50 65-75 45-55
Ferret (Berang-berang) 63 50 60-65 45-55
Rabbit (Kelinci) 65 50 62-68 45-55
Cat (Kucing) 63 50 60-65 45-55
Dog (Anjing) 60 50 55-65 45-55
Monkeys (Kara)
From Afrika-
Identiftikasi (Pemberian tanda pada hewan). Cercopithecidae* 80 55 78-85 50-60
Tujuan dari pada pemberian tanda pada hewan adalah di- Baboons* 75 55 65-78 50-60
samping untuk mencegah kekeliruan hewan dalam sistim Chimpanzees* 80 58 78-82 55-60
From India and Far East-
pembiakannya juga untuk mempermudah pengamatan dalam Rhesus 70 50 68-72 45-55
percobaan. Bermacam-macam cara yang dipakai dalam iden- Cynamolgus* 80 58 78-85 55-60
tifikasi tergantung kepada selera dan juga lama tidaknya From the New World-
hewan tersebut terpaki atau dipelihara. (marking, ear punching, Spider monkey* 80 55 78-82 50-60
Capuchin* 80 55 78-82 50-60
too clipping, ear tags, tattocing, coat colors).
Berikut ini adalah contoh dari pada identifkasi dengan cara
Ear punch (melobangi telinga dengan alat khusus). (Short, D.J, 1963)

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 53


Pengembang Biakan (Breeding) Hewan Percobaan diprogramkan sebagai berikut :
Pada dasarnya cara pengembangbiakkan untuk semua jenis Hewan Terbagi 3 Kelompok (A, B dan C).
hewan percobaan ada dua macam :
1. Berdasarkan ratio hewan jantan dan betina dalam koloni.
Terdiri dari tiga macam :
a) Perkawinan 1 : 1 (monogamous pair mating), yaitu bila 1
ekor jantan dikawinkan dengan 1 ekor betina dalam satu
koloni.
b) Perkawinan 1 : 3 (trio mating), yaitu bila 1 ekor jantan
dikawinkan dengan 3 ekor betina dalam satu koloni.
c) Perkawinan harem (harem mating), yaitu satu ekor jantan
mengawini lebih dari 4 ekor betina dalam koloni. Pada cara ini
biasanya dilakukan untuk efisiensi tempat/box dan ruangan,
hanya lebih riskan terjadi kanibalisme lebih-lebih bila terjadi
malnutrisi. Adapun sebagai data reproduksi hewan-hewan percobaan
2. Berdasarkan sistim, dapat dibagi menjadi : (betina) seperti yang terlampir. (Lihat Lampiran 3).
a) Pengembangbiakkan secara random/acak (Random bree- b) Pengembangbiakkan secara garis murni (Inbreeding).
ding). Tujuan dari pada inbreeding ini adalah untuk mendapatkan
• Mencit hewan yang homozygote (yang unggul dalam salah satu sifat,
Misalnya suatu lab medis akan mendirikan lab hewan per- misalnya mempunyai kemampuan yang tinggi dalam kenaikan
cobaan sebanyak 3 (tiga) unit/grup baik monogamous pair berat badan dan sifat ini menurun). Untuk itu diperlukan sistim
mating, trio mating maupun harem mating. perkawinan yang sama sekali berlainan dengan random
Maka sistimnya adalah sebagai berikut : breeding, yaitu dengan cara mengawinkan hewan yang
Kemungkinan A sekandung (atau disebut brother sister mating) dan dalam 20
generasi sudah didapatkan hewan yang inbred. Untuk
mengetahui hewan yang didapatkan sudah inbred atau belum
salah satu cara adalah dengan skin graft test, yaitu dengan
memindahkan kulit dari hewan situ ke hewan lainnya yang
jenis kelaminnya sama. Adapun gambaran sistim ini adalah
sebagai berikut :
– Parallel line system.
Misalnya terdapat 5 kelompok hewan, masing-masing di-
Unit 1 adalah terisi oleh d yang berasal dari unit 3 dan 9 dari kawinkan monogamous pair mating dan dikembangbiakkan
unit 2, demikian seterusnya sehingga akan diperoleh randomi- menurut garis keturunan yang terpisah satu sama lainnya.
zed animals. Adapun pengertian unit 1, 2 dan 3 adalah unit
tersebut dapat dalam satu ruangan atau terpisah satu sama
lainnya. Bila terpisah satu sama lainnya, maka sebagai resiko-
nya dijaga jangan sampai terjadi kontaminasi penyakit dari unit
satu ke unit lainnya.
Kemungkinan B

dan seterusnya
20 gen

Berbeda dengan kemungkinan A, pada kemungkinan B ini – Single line system


hanya hewan betina saja yang berpindah dari ruangan/unit Dari ke 5 kelompok hewan dipilihi satu pasang yang me-
satu ke unit lainnya. nunjukkan sifat genetis yang baik, kemudian dari kelompok
• Marmut (Guinea Pig) dikembangkan menjadi 5 kelompok dimana masing-masing
Pada hewan marmut pada prinsipnya adalah sama dengan cara kelompok masih mempunyai hubui1gan saudara. Hal ini
yang dilakukan pada mencit. Hanya yang perlu diingat adalah bisa dilakukan bila hewannya mencukupi. (Lihat gambar )
dengan cara ini dapat dihindarkan kemungkinan terjadi per- c) Pengembangbiakkan secara silang (Cross breeding).
kawinan antara saudara sekandung (brother sister mating). Yaitu suatu sistim perkawinan dari 2 atau lebih hewan yang
Demikian pula pada kelinci atau hewan-hewan lainnya, dan berasal dari keluarga yang berbeda (tidak berkerabat). Tujuan-
agar produksi dapat diperoleh dengan teratur, maka harus nya adalah untuk mendapatkan hewan yang unggul pada ke-

54 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


Lampiran 3.
Data Breeding hewan percobaan (betina)

Saat kemungkin-
Umur saat Berat rata-rata Jumlah ke-
Lama kebun- Umur saat di Berat rata-rata an kawin kern-
Spesies dikawin- saat dikawin- lahiran
tingan disapih sapihan bali (setelah par-
kan kan (litter zise)
tus).

Mencit (Mus musculus) 6 minggu 18–20 g. 19 – 21 hari 8–11 21 hari 10 – 12 gr Estrus setelah ke
lahiran.
Rat (Rattus norwegicus). 70–80 hari 150 gr. - 20 – 22 hari 9–11 22 hari 35 – 40 gr – idem –
Cavia Porcellus (Marmut) 12 minggu 500–550 gr. 65 – 72 hari 3–4 14 hari 180 – 200 gr – idem –
Keānci (Dryctolgus) 9 bulan 2,5–3,5 kg 32 hari 6–8 8minggu 1.500 gr. 3 minggu me-
nyusui.
Kelinci (type kecil) 6 minggu 1.500–2.00 gr 30 hari 6–8 6 minggu 1.000 gr. – idem –
Golden Haruster (Mesocrice- 6 minggu 1.000 gr 16 hail 5–7 21 hail 40 gram 28–32 hari se-
tus auratus). sudah melahir-
kan (akhir lak-
tasi).

Chinese Haruster (Cricetulus- 8–12 ming 35–40 gr. 20 – 21 hari 4–8 25 hari 6 – 8 gr Estrus sesudah
griseus). gu kelahiran.

Anjing (Canis familiaris). 14 bulan Variable 60 hari 4–8 8 minggu Variable Musim kawin be-
rikutnya.
Kucing (Fells catus). 7–9 bulan 2,5 kg 64 – 66 hari 3–6 6 minggu 700 – 800 gr 4 minggu me-
Hp. Variable nyusui.
Monyet (Macaca fascicularis). 0–4 tahun 4 kg. 4 – 5 bulan 1
0–3 tahun 2,5 kg 3–4 bulan 700 – 800 gr 3 bulan.

Bidang Binatang Percobaan


Pusat Penelitian Penyakit Menular

turunan yang pertama, hal ini biasanya dilakukan pada hewan Kombinasi antara parallel dan single line system.
piaraan (livestock).

PENUTUP
Tanpa memalingkan perhatian sedikitpun dari waktu ke
waktu terasa cukup besar peranan hewan percobaan dalam
dunia ilmu dan teknologi khususnya dunia medis. Setelah
disadari benarbenar akan hal ini, maka kemungkinan akan
tercipta suatu hewan percobaan yang mempunyai bobot mutu
yang cukup tinggi apabila sistim pengelolaan maupun
pengembang biakannya dengan tersedianya sarana dan fasilitas
yang memadai, dapat dilakukan dengan baik (programatis),
sehingga secara dan seterusnya
Gambar : 20 gen.

tidak langsung akan diperoleh hasil percobaannya yang benar-


benar dapat dipercaya.

KEPUSTAKAAN

Daftar Kepustakaan dapat diminta pada penuils/redaksi

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 55


Pengalaman Praktek
Membanggakan Dosa
Pada suatu senja yang mendung sepasang merpati (dua remaja) yang nampaknya
tengah dimabuk kepayang dating ke tempat praktek saya. Keduanya adalah siswa pada
sebuah Sekolah Lanjutan Atas (SLA) Negeri di kota setempat.
Mereka memang mengaku sedang ngebet-ngebetnya berpacaran. Akibat hubungannya
yang terlalu intim maka sang putri kini terlambat haid 2 bulan. Dari hasil pemeriksaari
sementara dapat disimpulkan penderita sedang hmmil. Namun untuk memastikan
diagnosis, saya menganjurkan supaya penderita melakukan tes kehamilan.
Saya sudah menduganya, penderita akan menolak melakukan tes kehamilan bahkan
secara belak-belakan dia minta agar langsung disedot (istilah untuk MR). Walaupun
demikian, saya masih berusaha memberikan pengertian bahwa tindakan itu tidak
dibenarkan dari segi etika kedokteran ...
Belum selesai saya berbicara, penderita sudah menjegalnya.
"Rupanya dokter belum tahu bahwa saya sudah biasa melakukan hal seperti ini. Saya
pernah melakukan MR tiga kali. Yang mengerjakan adalah dokter 'X' langganan saya.
Sekarang beliau sedang cuti. Biasa-biasa saja, tidak ada apa-apanya, kok. Janganlah dokter
membesar-besarkan masalah yang sebenarnya kecil!"
Demikian gencarnya pasien menceracau kata-katanya meluncur seperti peluru meriam
menuju sasaran. Saya betul-betul merasa terpojok, .... dan belum sempat saya mengatur
napas untuk berbicara, penderita sudah memberondong lagi dengan pertanyaan.
"Apakah dokter tidak bisa membantu kami. Kalau memang tidak bisa, kami akan
mencari dokter lain yang dapat menolong kami !?"
"Saya bisa dan senang menolong orang .... tetapi maaf, kalau untuk urusan sedot-
menyedot ataupun isap-mengisap saya tidak bisa melayaninya!" kata saya rada berkelakar.
"Wah, jika begitu kami salah alamat" gerutunya sambil berdiri lalu ngeloyor keluar. Di
ambang pintu mereka masih sempat menoleh kepada saya serta mengucapkan permisi dan
selamat sore. Di wajahnya tidak terbayang rasa penyesalan sama sekali, tetapi justeru rasa
banggalah yang terlihat. Ya, barangkali mereka bangga dengan dosadosanya.

Dr. Ketut Ngurah


Laboratorium Parasitologi FK-Unud, Denpasar

Sehidup Semati
Malam tak berbintang disertai dingin yang mencekam, karena akan turun hujan
pada malam itu, tak ketinggalan pula kesunyiin yang sepi, begitulah malam tersebut di
komplek Puskesmas Taktakan yang kami tempati, mungkin hal ini juga dialami di
Puskesmas yang ada di Pedesaan di seluruh Indonesia dengan waktu yang berbeda.
Malam itu membuat kita tidur nyenyak, ditambah lagi kecapekan oleh karena
siangnya kita met bina Pos Yandu. Pada saat titik kulminasi nyenyaknya tidur, rumah
kita diketok beberapa kali dari luar disertai ucapan "Assalamu'alaikum" kita terjaga
sambil membalasnya dengan ucapan "Alaikum salam Warohmatullohi Wabarokatuh"
terlihat saat itu jam menunjukkan pukul 4,00 pagi, tepatnya pada tanggal 11 Desember
1985. Pintu biasanya tidak terus kita bukakan, tapi dibangunkan dulu isteri tersayang,
setelah diperhatika.n situasi di luar dari jendela, lalu kita bukakan pintu dan ada
beberapa orang yang mengharapkan bantuan dokter. Kita lakukan anamnesa tentang

56 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


penderita dan kita dapati 2 hal yang meragukan dari mereka :
– Menyatakan perlunya bantuan, akibat terjadinya keracunan suami isteri yang sudah
sangat krisis.
– Menyatakan ingin mengetahui atau ingin diperiksa apakah keracunan suami isteri itu
sudah meninggal atau belum.
Dari hasil Anamnesa singkat itu, mereka sangat mengharapkan bantuan dokter, lalu kita
persiapkan alat-alat untuk bantuan tersebut. Kampung Bojong desa Sayar yang letaknya
kira-kira 25 Km dari Komplek Puskesmas menjadi Tujuan kita, yang dapat dicapai kira-
kira 1 jam dengan kendaraan sepeda motor.
Sesampainya di desa tersebut masyarakat telah berkumpul menantikan kedatangan
dokter, lalu kita lakukan Anamnesa singkat dengan keluarga terdekat, kemudian kita
lakukan pula pemeriksaan, ternyata penderita telah meninggal dunia.
Kita kumpulkan keluarga terdekat almarhum, tokoh masyarakat, dan kepala desa serta
aparatnya dan kita jelaskan tentang mayat tersebut serta langkah-langkah yang akan
dijalankan :
– Pada pemeriksaan kedua penderita, kita jelaskan, bahwa penderita sudah meninggal
dunia.
– Kasus ini harus segera dilaporkan kepada Polisi setempat.
– Mayat sementara tidak boleh dirubah posisinya serta barang-barang yang ada di
sekitarnya, karena perlu untuk pemeriksaan polisi dan Visum Et Repertum.
Sekitar jam 8.00 pagi hadir Tripida dan Polies dari Serang, terus dilakukan pemeriksaan
Intensif dan Visum Et Repertum lebih kita lengkapi, setelah selesai semuanya dianjurkan
segera dikubur.
Proses kejadian ini dapat kita simpulkan, yang kita perkirakan kemungkinan besar
bahwa adanya sosial ekonomi yang membuat resah keluarga tersebut, yang akhirnya
memilih jalan yang tidak baik..
Pada malam kejadian tersebut suami isteri berangkat ke kota sekitar jam 20.00 wib dan
membeli susu dan i iangkok plastik, setelah mereka kembali dan di rumah mereka minum
susu yang telah bercampur racun, seberapa banyak yang diminum, tidak dapat ditentukan,
tapi jelas adalah susu yang dicampur dengan racun serangga, hal ini kita perkirakan dari
hasil pemeriksaan di lapangan.
Akhirnya kita terkesima buat kasus ini apakah mereka berdua dengan rencana sehidup –
semati dengan pengertian mati bersama atau apakah yang satu ingin mati dan sekaligus
sebagai si pembunuh. Kasus ini tidak terungkap secara tuntas, karena proses kejadian ini
tidak sampai ke pengadilan, di mana pihak keluarga suami isteri tidak ada tuntutan di
belakang hari tentang kasus ini, sehingga Allah Subahan Wata' ala yang maha mengetahui.
(Wallohu 'aklam bissowab).
Dr. A.M. Hasibuan
Taktakan, Serang
HUMOR
ILMU KEDOKTERAN

OBAT PILEK YANG DIKULTUR


Suatu ketika seorang pekerja laborato- Seorang ibu datang ke poliklinik pam sebuah rumah sakit. Ibu mi telah dua bulan men-
num meminta obat untuk menyem- dapat obat anti tuberkulosis.
buhkan penyakit pileknya pada TS. Dokter : “Ibu, mana hasil reak yang dikultur ?“
Seperti biasanya diambilnya satu bung- Pasien : “Maksud dokter bagaimana?”
kus sampel obat untuk keperluan ter- Dokter : “Kan dua bulan yang lalu, waktu mulai diobati, Ibu disuruh memeriksa
sebut. Namun TS tadi lupa bahwa reaknya, termasuk juga pemerlksaan reak yang ditanam yang dikultur.
sampel yang berisi obat, sekarang ini Nah, setelah dua bülan ini harusnya sudah ada hasilnya itu reak yang di-
sudah tidak ada lagi. Memang bungkus- tanam. Apa Ibu sudah ambil ke laboratorium ?“
nya masth persis seperti bungkus Pasien : “Memang dua bulan yang lalu dokter mengatakan bahwa reak saya harus
sampel obat seperti yang lalu. Se- ditanam. Tetapi ……..saya kira harus ditanam di rumah. Jadi sepulang
hingga pekeija laboratorium tersebut dan dokter dua bulan yang lalu langsung saya tanam reak saya di halaman
kembali pada teman sejawat dan me- rumah !!“
nanyakan: “Lho isinya kok plester, Dokter : (Maksud saya mau menjelaskan bahwa dikultur itu hampir sama dengan
bukan obat pilek ?“ ditanam, eh, malah ditanam di halaman).
TS tadi agak malu juga waktu itu, Dr. Tjandra Yoga Aditama
tetapi dengan agak diplomatis dia men- Jakarta
jawab: “Ya sudah itu, plesternya kan TARIP DOKTER
dapat dipergunakan untuk menutup Karena sudah agak lama usaha sang ayah untuk mengeluarkan biji jagung yang berada
lubang hidung, untuk mencegah pilek- di hidung anaknya tak berhasil, Sang anak montang-manting kesakitán, terpaksa di
nya keluar”. bawa ke Dokter Puskesmas. Setelah diperiksa sebentar, maka hidung yang tidak ke-
Adhi P. masukan biji jagung ditutup, mulut dibuka sedikit dan disebul (ditiup agak keras) blupp
Semarang biji jagung keluar.
PEMANASAN “Berapa pak dokter ?“ -
Ketika Dr Badrun sedang mempersiap- “Lima ribu”, jawab mas dokter kalem.
kan obat yang hendak disuntikkan ke- “Lho mak blupp gitu kok Rp. 5.000,– itu piye to”?.
pada penderita, tiba-tiba penderita “Ooo mak bluppnya cuma sepuluh rupiah, tapi yang Rp. 4.990,– adalah “ininya pak’
yang sedang berbaring ditempat tidur- kata pak dokter sambil menekan kernng dengan ujung jan.
nya berteriak keras-keras. Karena he- Pratomo
ran dr Badrun bertanya: “Lho kenapa Ulujami
berteriak-teriak? Apa takut disuntik?” YANG DIPILIH
Jawab penderita: “Tidak dok, saya Seorang dokter mata menyuruh pasiennya mencoba beberapa macam kaca mata:
berteriak sekedar untuk latthan pe- Mana yang paling cocok dan memuaskan hati nona ?‘
manasan saja, sehingga apabila nanti Jawab pasien: “Yang paling memuaskan ?......... waktu dokter memasangkan sendiri
disuntik tidak usah berteriak lagi.” kaca mata pada muka saya tadi
Dokter : ?!?? ????????????????????????????
Adhi P Juvelin
Semarang Jakarta

58 Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992


K.B. dan I.P. TARIP DOKTER I
Dalam diskusi akademik di Fakultas Karena kurang puas ditarik mahal oleh seorang dokter maka berkatakan pasien :
Kedokteran (F.K.) para dosen me- “Dok, kenapa sth anak saya ditarik Rp. 10.000,– padahal anak-anak yang lain tadi
ngeluh bahwa Indeks Prestasi (I.P.) cuma sekitar Rp. 5.000,–”. Sambil menyilahkan duduk berkatalah dokter tadi
mahasiswa F.K. sekarang mi agak “Begini pak, anak bapak saya tarik Rp. 10.000 perinciannya adalah sebagai berikut:
memprihatinkan. Namun salah satu – jasa saya Rp. 2.000,–
peserta diskusi dengan gaya humoris- – obat yang kental (AB) Rp. 1.500,–
tik menyeletuk bahwa K.B. dapat – obat turun panas Rp. 1.500,–
membatasi I.P. Lho kok bisa Keluarga – Tadi anak bapak menangis sehingga membuat resah pasien yang lain sehingga ter-
Berencana dthubungkan dengan Indeks paksa says menanik uang risih Rp. 1.500,–
Prestasi mahasiswa? Dengan sebagian – Tadi ketika saya peniksa anak bapaic ngompol, Iho in! kan bikin pembantu saya
besar peserta masih bengong dengan sewot maka terpaksa saya tambah Rp. 1.500,–
pemyataan itu, peserta tad! menerang- – Bapak macuk kesini tad! memakal sepatu sehingga ruang in! jadi kotor, padahal
kan bahwa yang dimaksud dengan IP kebersihan pangkal kesehatan, maka ditambah Rp. 1.000,–
olehnya bukan indeks prestasi, tetapi – Dan yang senbu saya tank karena bapak duduk di kursi depan saya mi
IP (baca: Ipe, Jawa), yang artinya Pasien ??????!!!!!XXXX??????.
adalah ipar. Yah memang K.B. dapat Pratomo
membatasi IP. Ada-ada saja! Ulujami
Adhi P. KILAH SEORANG DOKTER PUSKESMAS.
Semarang Pada waktu diadakan penutupan penataian ibu-ibu PKK mengenai gizi, maka dalam
sambutannya itu ketua team penggerak PKK berkata: “Ibu-ibu sekallan, tadi Dan
KALAU DITRAPKAN berbagal instansi telah menyanggupi untuk membenikan bantuan, maka kini Tiba
Di depan para mahasiswa kedokteran, giliran pak dokter selaku kepala puskesmas kami mohon untuk memberikan petuah
seorang dokter psikiatri memberi sekalian saya harap bantuannya.”
kuliah: Pak dokter yang memang saat itu betul-betul baru lulus, bahkan selain lulus dokter
Salah satu tanda-tanda sehat mental, juga lulus dani pondokan/alias betu1-b masth kere, maka dengan tergagap-gagap
orang harus mau menerima kekecewa- tanpa meninggalkan otak sarjananya, berkalah beliau:
an tapi untuk pelajaran dan mem- “Ibu-ibu, kalau tadi dari diperta membenikan bibit jeruk, dan llnas peternakan me-
perbaiki din di masa yang akan berii bibit ayam, dan dinas perikanan member! bibit ikan, maka dan! puskesmas ya
datang“ biasanya memberi bibit. - . - penyakit. Nah kalah mau silahkan ambil.”
Tiba-tiba seorang mahasiswa tunjuk Ibu-ibu dan para undangan: “Woooooooooooo kacau!”
jan menanyakan: . Pratomo.
Jadi dok misalkan seorang pasien, kita Pemalang
tarik rekening lima ribu rupiah, dan dia HARI SENIN
kecewa sekali karena merasa mahal, Sewaktu seorang dokter TKHI (Team Kesehatan Haji Indonesia) hendak mengirim
dia hams menerima keadaan rujukan ke numah sakit, lupa han! saat itu, karena kesibukannya. Untung saat itu ada
Kernudian untuk lain kali dia tidak jemaah yang didekatnya, maka berkatalah pak Dokter : “Pak, tolong numpang tanya,
mau datang berobat pada dokter ter- hari ini hari apa ya?”
sebut, . . . karena telah belajar ke- Yang dltanya kiranya samimawon (sama saja), tengok sana tengok sin! tiba-tiba dengan
adaan !“ wajah cerah berkata: “Han! Senin pak dokter.”
He????????????????????? “Apa betul ?“ tanya pak dokter. “Betul,. iha itu ada yang pakal KORPRI berarti kan
Juvelin hari Senin” jawab jemaah mantap.
Jakarta “Tobat-tobat, Pàk in! sih di Mekah bukan di Indonesia, mungkin saja baju Korpri
itulah yang masih banu buat Bapak tad!” kata pak Dokter sambil geli!.
Pratomo
Ulujami
ANDAIKAN DOK
Suatu ketika saya memeniksa pasien saya, stetoskop saya tempelkan di dadanya saya
snruh bemafas dalam-dalam. Baru saja saya mau menulis resep, tiba-tiba pasien
tersebut menanyakan:
“Apa dok sebabnya, stetoskop dokten wannanya hitam ?“ Saya berfikir sebentar baru
saya jawab:
“Oo, itu hanya kebiasaan saja, supaya kelihatap cakep.” Sambil melihat stetoskop saya t
ajam-tajam ia berkata:
“Andaikan dok coklat. ... . sudah saya makan habis !!!“ ?‘799999
.Juvelin
Jakarta

Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992 59


Ruang Penyegar dan
Penambah Ilmu Kedokteran
Dapatkah saudara menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini????

1. Tujuan dan sasaran upaya penyakit tidak menular dalam c) Sporasida


Repelita IV ialah: d) Protozoasida
a) Mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat penyakit e) Bukan salah satu di atas
kardiovaskuler, kanker, kecelakaan dan penyakit tidak 7. Pada penyakit Kawasaki, pilih satu pernyataan yang tidak
menular lainnya benar:
b) Meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat a) Merupakan penyakit peradangan pada arak yang di-
untuk hidup sehat dan menolong dirinya sendiri dalam tandai oleh demam persisten, peradangan mukokuta-
bidang kesehatan neus dan adenopati servikalis
c) Peningkatan sarana kesehatan untuk mengatasi pe- b) Terutama mengenai anak-anak usia kurang dari 5 tahun
nyakit tidak menular c) Wanita lebih sering daripada laid-laid
d) Perbaikan mutu lingkungan hidup yang menjamin ke- d) Anak-anak Jepang berpredisposisi untuk penyakit ini
sehatan/mencegah penyakit e) Dapat mengakibatkan lesi arteri koronaria asimtomatik
e) Semua benar sebagai sekuele
2. Yang tidak termasuk ke dalam jenis mikokarsinogen ada- 8. Syarat utama dalam pemilihan hewan percobaan yang se-
lah: suai dan dapat dipakai sebagai model adalah:
a) Islanditoksin dan luteoskirin a) Mirip atau banyak kesemaannya dengan proses yang
b) Aflatoksin terjadi pada manusia
c) Nitrosamin b) Tidak perlu mirip dengan manusia, asalkan harganya
d) Sterigmatosistin murah dan mudah didapat
e) Griseofulvin c) Mudah dikembangbiakkan
3. Zat yang diduga dapat menyebabkan kanker kandung d) A dan C benar
kemih, yaitu: e) B dan C benar
a) Teer 9. Di antara desinfektan berikut di bawah ini, yang manjur
b) Sakarin terhadap bakteri, kuman tuberkuli dan virus:
c) Siklamat a) Formaldehida
d) Zat pewarna sintetis b) Benzolkonium klorida
e) Monosodium glutamat c) Klorine
4. Dari hasil penelitian terhadap kanker payudara, pengaruh d) Tingtur iodium
yang bermakna terhadap terjadinya kanker payudara e) Semua benar
adalah sebagai berikut, kecuali: 10. Pada penyakit demam berdarah dengue:
a) Riwayat menderita tumor jinak payudara a) Hānya serotipe tertentu yang masih endemis di Indo-
b) Riwayat pernah mengalami radiasi pengion nesia
c) Riwayat trauma pada payudara b) Dengue 4 berhubungan dengan kasus-kasus yang berat
d) Riwayat minum pil KB c) Semua serotipe dapat menyebabkan demam berdarah
e) Usia melahirkan anak 18—35 tahun dengue pada remaja/dewasa
5. Aktivitas iodium sebagai antimikroba dapat dihambat oleh d) Dengue 2 dan 3 berhubungan dengan kasus-kasus yang
adanya zat-zat baik zat organik maupun zat anorganik, ringah
seperti di bawah ini: e) Bukan salah satu di atas
a) Urin
b) Dahak
c) Susu
d) Sodium tiosulfat
e) Semua benar
6. Iodium terbukti tidak efektif sebagai:
a) Germisida
b) Fungisida
ABSTRAK –ABSTRAK
AIR SUSU IBU TIDAK SELALU YANG TERBAIK
Sejumlah obat dapat masuk dengan bebas dari plasma ke dalam air susu, sehingga akan
membahayakan bayi yang meminumnya. Acebutolol suatu β— adrenergic blocking agent
dengan indikasi untuk hipertensi berat, moderat dan ringan, angina pektoris, aritmia
kardiak serta metabolit aktifnya diacetolol dapat masuk ke dalam air susu ibu. Suatu
penelitian yang dilakukan terhadap 7 orang ibu penderita hipertensi yang minum acebutolol
200. sampai 1200 mg per hari menunjukkan bahwa konsentrasi acebutolol dan diacetolol
dalam. air susu lebih tingngi dibandingkan dengan konsentrasinya dalam plasma, bahkan
sampai 3 hari setelah tidak minum obat tersebut (European Journal of Clinical
Phamacology 30 737, 1986). Salah satu dari bayi tersebut menunjukkan gejala-gejala /3—
blockade. (hipotensi, bradikardia, transient tachypnoe). Oleh karena itu tidak dianjurkan
untuk ibu-ibu yang rninum acebutolol 400 mg per hari, terutama dengan gangguan fungsi
ginjal menyusui bayinya. -
(Medical Progress October 1987)

PAKISTAN MELARANG INJEKSI MULTIDOSIS


Sejak tanggal 31 Desember 1987 produksi injeksi multidosis telah dilarang oleh Ke-
menterian Kesehatan Federal Pakistan. Larangan tersebut dimaksudkan untuk membantu
mencegah penyebaran penyakit AIDS, hepatitis dan penyakit-penyakit infeksi lainnya.
Adapun penjualan produk-produk tersebut mulai tanggal 30 Juni 1988 tidak akan diizinkan
lagi. Sementara itu Pakistan Chemist and Druggist Association (PCDA) dan Pakistan
Pharmaceutical Manufacturers Association (PPMA) telah mendesak pejabat yang
berwenang untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka. Menurut PCDA
keputusan tersebut dapat mengakibatkan Pakistan kekurangan injeksi, mengingat dewasa
ini kebutuhan akan ampul dosis tunggal per tahunnya mencapai 1000 juta, sedangkan
kapasitas produksi hanya 100 juta per tahunnya. Sejumlah produk seperti insulin diimpor
dandikemas dalam vial multidosis. Menurut PPMA dan PCDA untuk memproduksi injeksi
dalam kemasan dosis tunggal diperlukan biaya delapan sampai sembilan kali lebih tinggi
dibandingkan memproduksi injeksi dalam kemasan multidosis.
(SCRIP No. 1277, 1988)

TRANQUILLISER DARI JAMU TRADISIONAL CHINA


Menurut laporan dari South China Morning Post, peneliti pada Hong Kong Chinese
University's Chinese Medicinal Material Research Centre (CMMRC) telah berhasil
mengisolasi addiction free tranquilliser dari suatu jamu teradisional China yang nam-
paknya memiliki sifat-sifat yang sama dengan diazepam dan chlordiazepoxide, tetapi tanpa
efek samping seperti yang dimiliki oleh kedua obat tersebut. Selain tranquilliser, team yang
dipimpin oleh Dr Lee Chi-ming tersebut juga menemukan bahan yang berguna untuk
mengobati penyakit jantung koroner. Di RRC crude extracts tanaman tersebut telah
dipergunakan secara intra-vena untuk mengobati penyakit jantung koroner akut pads
sejumlah rumah sakit. Kedua bahan yang diketemukan di atas nampaknya mempunyai
prospek yang cerah untuk dikembangkan sebagai obat modern. Menurut Dr Lee sedang
dibicarakan tentang kemungkinan lisensi tranquilliser tersebut dengan sejumlah industri
faimasi. Penelitian lain yang sedang dilakukan terhadap jamu tradisionail yaifu
kemungkinan adanya bahan yang bekerja sebagai imunomodulator dan yang menurunkan
konsentrasi kolesterol darah.
(SCRIP No. 1278, 1988)

Anda mungkin juga menyukai