Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

MODUL 1 MODUL PENGUKURAN SUDUT

Kelompok 39 Muhammad Ridho Rika Yunitasari Yudhistira Achmad 1106139512 1106139746 1106139922

Waktu Praktikum : 10 Oktober 2011 Asisten Praktikum : Gloria Patricia Manurung Tanggal Disetujui : 17 Oktober 2011 Nilai Paraf : :

LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2011

A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mengetahui besar sudut horizontal 2. Menentukan koordinat suatu titik 3. Menghitung azimuth suatu arah 4. Menghitung kesalahan relatif

B. PERALATAN 1. Theodolit 2. Rambu 3. Meteran 4. Patok 5. Payung 6. Statip 1 buah 1 buah 1 buah 5 buah 2 buah 1 buah

7. Unting-unting 1 buah

C. TEORI DASAR Theodolit merupakan alat ukur tanah yang universal. Selain digunakan untuk mengukur sudut horisontal dan sudut vertikal, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur jarak secara optis, membuat garis lurus dan sipat datar orde rendah. Dalam hal ini theodolit alat utama dalam pengukuran sudut.

Gambar 1.1. Teodolith Digital

Lokasi titik-titik dan orientasi garis-garis sering tergantung pada pengukuran sudut dan arah. Dalam pengukuran sebidang tanah, arah ditentukan oleh sudut arah dan azimuth. Sudut yang diukur dalam pengukuran tanah digolongkan sebagai sudut horizontal dan vertikal, tergantung pada bidang datar dimana sudut diukur.

Sudut vertikal adalah sudut yang terdapat di bidang yz atau sudut yang diukur dari kemiringan tanah terdapat titik bidik awal. Sudut horizontal adalah sudut yang terbentuk dalam bidang horizontal oleh dua bidang vertikal yang saling berpotongan. Sudut azimuth adalah sudut putar pada arah horizontal, diukur dengan menggunakan sudut dari 0 - 360 dan mengikuti arah jarum jam. Jenis-jenis sudut horizontal yang paling biasa diukur dalam pengukuran tanah adalah 1) sudut dalam, 2) sudut ke kanan, dan 3) sudut belokan. Tiga persyaratan dasar menentukan sebuah sudut yaitu 1) garis awal atau acuan, 2) arah perputaran, dan 3) jarak sudut (harga sudut). Ada empat cara untuk menentukan sudut antara dua jurusan, yaitu 1. Cara reiterasi 2. Cara repetisi 3. Cara dengan mengukur jurusan 4. Cara dengan mengukur sektor-sektor Rumus-rumus yang digunakan adalah: XA = XT +dTAsinTA YA = YT +dTAcosTA Keterangan : 1. 2. 3. TA T dTA = Azimuth TA = titik referensi = jarak antara titik A dan B d = 100 (BA-BB) cos2 (90-) Beda tinggi dapat dihitung dengan rumus ( Keterangan : BA = pembacaan benang atas BB = pembacaan benang bawah = Sudut vertikal Sudut vertikal dapat diketahui dengan cara sebagai berikut : )

d dapat dihitung dengan rumus:

1. Ukur tinggi theodolit dari as teropong (sumbu II) sampai permukaan tanah misalnya y meter . 2. Arahkan teropong ke rambu pada ketinggian y meter.

3. Baca besar sudut vertikal.

D. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Menentukan suatu titik misalnya x, mengusahakan agar tempatnya berada pada bidang yang datar. 2. Memasang tripod pada tempat tersebut, mengatur kaki tripod agar kedudukan plat tripod datar. 3. Meletakan theodolite pada tripod tersebut, mengunci theodolite dengan memasang teropong pada anting optis. 4. Mengukur ketinggian teropong theodolit. 5. Memutar sekrup yang berada di sekitar pelat dasar untuk mengatur agar gelembung pada nivo kotak berada di pusat. 6. Mengusahakan agar gelembung pada nivo alhidade berada di pusat bersamaan dengan nivo kotak. 7. Menyalakan theodolite. 8. Mengatur teropong mencapai sudut VA 900000, memutar klem penyetel tinggi untuk mencapai hasil yang akurat, dan kemudian mengunci teropong dengan memutar sekrup penyetel tinggi. 9. Menempatkan 5 titik sasaran di sekitar theodolite. 10. Menentukan sasaran pertama sebagai titik permulaan (A). 11. Mereset koordinat horizontal sehingga sasaran A memiliki koordinat HA 000000. 12. Mendirikan rambu ukur pada posisi A tidak lebih rendah dari kedudukan teropong theodolite. Kemudian mencatat tinggi pada rambu ukur yang terbaca dari teropong, yang terdiri dari benang atas, benang tengah, dan benang bawah. 13. Membidik sasaran dengan urutan titik B, C, D, dan E. 14. Mencatat tiap perubahan nilai pada lingkaran berskala pada tiap pembidikan. Mencatat besar sudut yang terbaca pada theodolit, Batas Bawah, Batas tengah, Batas Atas, dan jarak titik pembidik ke sasaran. 15. Sesudah mencatat sasaran terakhir (E), memutar kedudukan teropong pada posisi Luar Biasa (LB), dengan cara memutar teropong 270 lalu memutar horizontal sebesar 180. 16. Memulai pembacaan dari sudut E, D, C, B, dan A.

E. DATA PRAKTIKUM
Letak teropong Titik bidik A 0 VA 900000 B C D E BA (cm) BB (cm) BT (cm) Sudut HA Biasa (SB) 00000 191020 320710 500540 605220 Sudut HA Luar Biasa (SLB) Dlapangan (m)

141,0 125,5 78,0 91,0 131,0

134,0 116,5 67,0 79,0 121,0

137,5 121,0 72,5 85,0 126,25

6,94 9,13 11,12 11,17 9,46

A 0 VA 2700000 B C D E

140,5 125,5 78,0 91,0 131,0

133,5 116,5 67,0 79,0 121,5

137,0 121,0 72,5 85,0 126,25

1800010 1990750 2120210 2301600 2403424

6,94 9,13 11,12 11,17 9,46

Tabel 1. Tabel data praktikum

Tinggi alat 150 cm = 15,0 dm = 1,50 m.

F. PENGOLAHAN DATA
Titik Alat Titik Bidik a b 1 c d e a b 1' c d e BA 141.00 125.50 78.00 91.00 131.00 140.50 125.50 78.00 91.00 131.00 Pembacaan BT 137.50 121.00 72.50 85.00 126.25 137.00 121.00 72.50 85.00 126.25 BB 134.00 116.50 67.00 79.00 121.50 133.50 116.50 67.00 79.00 121.50 Jarak optis (d) meter 7.00 9.00 11.00 12.00 9.50 7.00 9.00 11.00 12.00 9.50 Jarak Lapangan (m) 6.94 9.13 11.12 11.17 9.46 6.94 9.13 11.12 11.17 9.46 Kesalahan Relatif (%) 0.86 1.42 1.08 7.43 0.42 0.86 1.42 1.08 7.43 0.42 Beda Tinggi (t) cm 2.50 19 67.5 55 13.75 3.00 19 67.5 55 13.75

Tabel 2. Tabel pengolahan data 1

D = 100 (BA-BB) Kr = [(jarak lap - jarak optis) / jarak optis] x 100% H = tinggi alat BT Keterangan : D = jarak optis (m) BA = batas atas (cm) BB = batas bawah (cm) BT = batas tengah (cm) Kr = kesalahan relatif
Titik Bidik Sudut Biasa (SB) SLB - 180 Sudut Rata-rata () 00'05" 1909'05" 3204'25" 5010'35" 6043'22" Titik Koordinat X a b c d e 00000 191020 320710 500540 605220 00010 190750 320210 501600 603424 Y

0.00 2.95 5.84 9.22 8.29

7.00 8.50 9.32 7.68 4.65

Tabel 3. Tabel pengolahan data 2

X = Doptis sin Y = Doptis cos Keterangan : X = koordinat X Y = koordinat Y

Gambar 1. Gambar titik sasaran

Perletakkan patok
10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 arah x Gambar 2. Gambar titik koordinat

Arah y

Perletakkan patok

G. ANALISIS Analisis praktikum Praktikum pengukuran sudut ini bertujuan untuk 1) mengetahui besar sudut horizontal, 2) menentukan koordinat suatu titik, dan 3) menghitung azimuth suatu arah. Praktikum dimulai dengan menentukan suatu tempat misalnya x, mengusahakan agar tempatnya berada pada bidang yang datar agar memudahkan mengatur posisi theodolite agar sejajar dengan permukaan bumi atau berada pada posisi datar. Hal ini

dimaksudkan supaya ketinggian yang dibaca dari theodolite pada rambu ukur berada pada titik ketinggian yang sama, karena jika tidak datar, teropong akan mengarah tidak pada garis lurus. Kemudian memasang tripod pada tempat tersebut, mengatur ketinggian kaki tripod sedemikian sehingga kedudukan tripod kokoh dan seimbang dan juga agar kedudukan plat tripod berada pada kedudukan yang datar. Setelah itu, theodolite diletakan pada tripod tersebut, mengunci theodolite dengan memasangkan teropong yang terdapat di bawah plat tripod pada anting optis pada theodolite. Kemudian mengukur ketinggian teropong theodolit sebagai titik acuan tinggi untuk nantinya digunakan untuk mengukur perbedaan level antara posisi theodolite dengan titik bidik. Setelah itu, mengusahakan agar gelembung pada nivo kotak berada di pusat dengan memutar sekrup yang berada di sekitar pelat dasar, di sisi lain mengusahakan juga agar gelembung pada nivo alalhidade juga berada di pusat. Dengan posisi gelembung nivo kotak dan nivo alhidade berada di pusat menandakan posisi theodolite pada kedudukan datar. Setelah selesai mengatur kedudukan theodolite, menyalakan theodolite. Kemudian mengatur teropong mencapai sudut VA 900000 dengan memutar klem penyetel tinggi untuk mencapai hasil yang akurat, dan kemudian mengunci teropong dengan memutar sekrup penyetel tinggi agar kedudukan theodolite secara vertikal tidak berubah. Theodolite sudah siap untuk digunakan untuk pengukuran sudut horizontal. Kemudian praktikan menempatkan 5 titik sasaran di sekitar theodolite. Sasaran pertama dijadikan sebagai titik permulaan (A) sebagai acuan. Mereset koordinat horizontal sehingga sasaran A memiliki koordinat HA 000000. Salah seorang praktikan mendirikan rambu ukur pada posisi A tidak lebih rendah dari kedudukan teropong theodolite, sementara praktikan yang lainnya mengunakan teropong untuk melihat rambu ukur dan juga mencatat tinggi pada rambu ukur yang terbaca dari teropong, yang terdiri dari benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Praktikum dilanjutkan dengan membidik sasaran dengan urutan titik B, C, D, dan E. Mencatat setiap perubahan nilai pada lingkaran berskala pada tiap pembidikan. Mencatat besar sudut yang terbaca pada theodolit, Batas Bawah, Batas tengah, Batas Atas, dan jarak titik pembidik ke sasaran. Sesudah mencatat sasaran terakhir (E), memutar kedudukan teropong pada posisi Luar Biasa (LB), dengan cara memutar teropong 270 lalu memutar horizontal sebesar 180. Memulai pembacaan dari sudut E, D, C, B, dan A. Pada saat praktikum usahakan theodolit tidak terkena sinar matahari secara langsung karena akan mempengaruhi kinerja dari alat tersebut. Antisipasi dilakukan dengan menggunakan payung.

Analisis hasil Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat sipat datar (waterpass). Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu yang berdiri vertical. Maka beda tinggi dapat dicari dengan menggunkan pengurangan antara bacaan muka dan bacaan belakang. Rumus beda tinggi antara dua titik : Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu pembacaan benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus : BT = (BA + BB)/2 Keterangan : BT = bacaan benang tengah; BA = bacaan benang atas; BB = bacaan benang bawah. Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai berikut : J = (BA-BB)x100 Keterangan : J = jarak datar optis BA = bacaan benang atas; BB = bacaan benang bawah; 100 = konstanta pesawat.

Kemudian untuk mendapatkan nilai kesalahan relatif, menggunakan rumus Krelatif = Jarak lapangan didapat melalui pengukuran langsung secara manual menggunakan meteran dari titik theodolite ke posisi titik bidik. Jarak optis didapat dari pembacaan benang atas dan benang bawah menggunakan rumus di atas (J).

Gambar 3. Gambar cara menghitung koordinat

Xt= Xo + d sin Yt= Yo + d cos Dengan Xo dan Yo merupakan koordinat acuan, yaitu koordinat tempat theodolite diletakkan. Theodolite dianggap berada di koordinat (0,0). Xt dan Yt sebagai koordinat titik bidik. Kesalahan relatif jangan dimasukin di analisa hasil. Masukinnya di analisa kesalahan. Trus, hasilnya itu yg diemengin dikit. Angka2nya dianalisa dikit aja.
Titik Alat Titik Bidik a b 1 c d e a b 1' c d e BA 141.00 125.50 78.00 91.00 131.00 140.50 125.50 78.00 91.00 131.00 Pembacaan BT 137.50 121.00 72.50 85.00 126.25 137.00 121.00 72.50 85.00 126.25 BB 134.00 116.50 67.00 79.00 121.50 133.50 116.50 67.00 79.00 121.50 Jarak optis (d) meter 7.00 9.00 11.00 12.00 9.50 7.00 9.00 11.00 12.00 9.50 Jarak Lapangan (m) 6.94 9.13 11.12 11.17 9.46 6.94 9.13 11.12 11.17 9.46 Beda Tinggi (t) cm 2.50 19 67.5 55 13.75 3.00 19 67.5 55 13.75

Jarak optis dan jarak taping memiliki perbedaan sebab pada jarak optis adalah menggunakan pembacaan benang pada theodolite yang pembacaan benangnya tidak akurat. Perbedaan tinggi didapat dengan selisih benang tengah dan tinggi alat, pembacaan benang tengah ini cukup akurat sebab benang yang dibaca hanya satu saja.

Titik Bidik

Sudut Biasa (SB)

SLB - 180

Sudut Rata-Rata () 00'05" 1909'05" 3204'25" 5010'35" 6043'22"

Titik Koordinat X Y

a b c d e

00000 191020 320710 500540 605220

00010 190750 320210 501600 603424

0.00 2.95 5.84 9.22 8.29

7.00 8.50 9.32 7.68 4.65

Koordinat (x,y) didapat dari hasil sin atau cos yang dikalikan dengan jarak taping dilapangan. Kesalahan koordinat ini pada umumnya memiliki kesalahan pada pembacaan sudut horizontal yang akan mempengaruhi sudut .

Analisis kesalahan Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan pada praktikum pengukuran sudut yang telah dilakukan antara lain: 1. Kesalahan pembacaan Kesalahan pembacaan pada skala rambu ukur oleh praktikan dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pada data yang didapat. Hal ini disebabkan karena pada sela antara skala satu dengan skala lain pada rambu ukur tidak ada skala kecil. Jadi pada rambu ukur yang digunakan, skala satu dengan yang lain hanya dipisahkan oleh kotak-kotak. Hal tersebut dapat menyebabkan masingmasing pengamat menetapkan pembacaan skala terkecil pada rambu ukur dengan berbeda-beda sehingga data yang didapat kurang akurat. Selain itu dimungkinkan praktikan tidak meletakan rambu ukur tegak lurus terhadap permukaan tanah dikarenakan perletakan pada bidang datar secara rata dengan sempurna susah untuk diwujudkan. 2. Kesalahan kasar (blunders) Kesalahan ini terjadi karena kurang hati-hati, kurang pengalaman , dan kurang perhatian. Seperti salah mencatat, salah menempatkan data pengamatan, salah baca, atau salah dengar. Salah mencatat dikarenakan karena banyaknya data yang harus ditempatkan, salah baca ketika kita sudah terlalu banyak membaca pengukuran sehingga bertambahnya waktu akan ada waktu buram untuk melihat. Salah dengar ketika jarak dari pengukur di lokasi sasaran kurang diperhatikan.

H. KESIMPULAN 1. Sudut horizontal yang terbentuk dari praktikum pengukuran sudut ini terhadap titik acuan awal yaitu 1 - A = 00'05" 1 - B = 1909'05" 1 - C = 3204'25" 1 - D = 5010'35" 1 - E = 6043'22"

2. Koordinat titik sasaran yaitu: A (0.00 , 7.00) B (2.95 , 8.50) C (5.84 , 9.32) D (9.22 , 7.68) E (8.29 , 4.65) 3. Sudut azimuth suatu arah 1 - A = 00'5" 1 - B = 1909'05" 1 - C = 3204'25" 1 - D = 5010'35" 1 - E = 6043'22" 4. Kesalahan relatif terhadap jarak 1 - A = 0,86% 1 - B = 1,42% 1 - C = 1,08% 1 - D = 7,43% 1 - E = 0,42% 5. Kesalahan-kesalahan ini mungkin terjadi karena kondisi fisik lapangan yang kurang menunjang, kesalahan paralaks seperti pengukuran rambu, dan kesalahan pembacaan oleh praktikan.

Anda mungkin juga menyukai