Anda di halaman 1dari 11

ALARIA VIVAX

LabeL: Get A Project Di Pos_kan Oleh Kelinci Orange Responsi Umum MALARIA VIVAX Oleh: Reviera Y. Lalusu 040111021 Silvani G. Hangewa 040111027 Patricia O. Tampi 040111045 Masa KKM: 19 April 2010 - 27 Juni 2010 Pembimbing: dr. Agung Nugroho, Sp.PD BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2010 BAB I PENDAHULUAN Malaria adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Dapat berlangsung akut atau kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sitemik yang dikenal sebagai malaria berat.1,2 Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium. Plasmodium pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana (Benign malaria) dan plasmodium falciparum yangmenyebabkan malaria tropika ( Maligna malaria). Selain itu terdapat plasmodium malariae dan plasmodium ovale.1 Malaria masih merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia khususnya di luar Jawa dan Bali, tetapi akhir-akhir ini di Jawa terutama Jawa Tengah terjadi peningkatan kasus malaria. Lebih dari separo penduduk Indonesia hidup atau bertempat tinggal di daerah dengan transmisi malaria sehingga berisiko tertular malaria. Berdasarkan laporam dari Sub Direktorat Malaria Departemen Ksehatan RI, terjadi peningkatan kasus malaria dari 0,51 (1999) menjadi 0,60 per 100.000 penduduk pada tahun 2001.3 Di daerah Jawa dan Bali angka kasus malaria yang sudah dikonfirmasi per 1000 penduduk yang dikenal dengan Annual Parasite Incidence (API) selama tahun 2006 sebesar 0,19 %o atau menurun dibandingkan dengan API tahun 2000-2003 sedangkan di luar Jawa dan Bali angka klinis malaria selama tahun 2006 sebesar 23,98%o.2 P. vivax mempunyai distribusi geographis yang paling luas, mulai dari daerah yang beriklim

dingin, sub tropik sampai ke daerah tropik.4 Plasmodium vivax, memiliki dampak merugikan yang besar terhadap kesehatan global dengan 7-80 kasus klinis setiap tahunnya. Termasuk lebih dari 50% malaria di luar Afrika, khususnya di Asia Tenggara dan Amerika Tengah dan Selatan, dan terutama di India. Selain itu terdapat 10% dari kasus di Afrika Timur dan Selatan, tetapi hanya memiliki prevalensi terbatas di Afrika Barat. Seperti dengan Plasmodium falciparum, P. vivax dapat menyebabkan anemia berat, tetapi komplikasi utama seperti malaria serebral, hipoglikemia, asidosis metabolik dan gangguan pernapasan seperti pada malaria P. falciparum, tidak terjadi .5 Masa inkubasi malaria vivax yaitu 12-17 hari. Pada hari pertama panas iregular, kadang-kadang remiten atau intermiten, pada saat tersebut perasaan dingin atau menggigil jarang terjadi. Panas dapat mencapai puncak hingga 40,50C. Pada akhir minggu tipe panas menjadi intermiten dan periodik setiap 48 jam dengan gejala klasik trias malaria. Serangan paroksismal biasanya pada sore hari dan berlangsung 4-8 jam. Kepadatan parasit mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari. Pada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari. Pada malaria vivax manifestasi klinis dapat berlangsung berat tapi kurang membahayakan. Malaria karena P. vivax berbeda dengan P. falciparum tanpa komplikasi pada pasien nonimmun, dimana gejala paroxismal kurang dan gejala demam lebih sering. 1,6 Diagnosis malaria dapat ditegakan dengan pemeriksaan penunjang untuk menemukan parasit seperti pemeriksaan mikroskopik darah tepi (DDR), mikroskop fluoresensi, rapid test malaria, Polymerase Chain Reaction (PCR), selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan alat FBC (full blood count).2 Plasmodium falciparum bertanggung jawab atas mayoritas terjadinya malaria berat.Namun, di luar Afrika, terdapat Plasmodium vivax untuk hampir separuh dari kasus malaria, dengan 390.000.000 infeksi klinis setiap tahun. Dalam beberapa dekade terakhir, P. vivax biasanya dianggap sebagai infeksi jinak; laporan malaria vivax berat terbatas pada laporan kasus dalam jumlah kecil. Pada malaria vivax yang berat dapat menyebabkan anemia berat, distress pernapasan, acute lung injury, bahkan koma tapi sangat jarang terjadi. Selain itu bisa menyebabkan malnutrisi, splenic rupture, trombositopenia, gagal ginjal akut dan syok. Mortalitas malaria vivax rendah tetapi morbiditas tinggi karena sering terjadinya relaps. Resistensi terhadap kloroquin pada malaria vivaks juga dilaporkan di Papua dan daerah lainnya. Relaps sering terjadi karena keluarnya bentuk hipnozoit yang tertinggal di hati pada status imun tubuh menurun.1,7 BAB II LAPORAN KASUS 1.CATATAN IDENTITAS Nama : ML Umur : 37 tahun Kelamin : Perempuan Pendidikan : SLTA Alamat : Paal 4 Agama : Kristen Protestan Bangsa : Indonesia Suku : Minahasa Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2.ANAMNESIS UTAMA Keluhan Utama : Panas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Riwayat Penyakit Sekarang : Panas dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Panas bersifat hilang timbul, biasanya timbul tiap 1-2 hari sekali, tinggi pada perabaan, hilang dengan obat penurun panas kemudian panas naik lagi. Ada menggigil. Penderita berkeringat banyak saat panas turun. Ada mual. Ada muntah, satu kali saat empat hari sebelum masuk rumah sakit, banyaknya kurang lebih setengah gelas aqua berisi cairan dan makanan yang dimakan, darah tidak ada. Nyeri perut tidak ada. Sakit kepala ada, bersifat hilang timbul, sakit kepala seperti di tusuk-tusuk, timbul bersamaan dengan timbulnya panas. Batuk tidak ada, sesak tidak ada. Riwayat bepergian ke luar daerah sebelum sakit disangkal. BAB terakhir 5 hari sebelum masuk rumah sakit. BAK: biasa. Riwayat Penyakti Dahulu : Riwayat malaria kurang lebih 9 tahun yang lalu. Hipertensi; 2 bulan yang lalu, tidak terkontrol Riwayat penyakit gula, ginjal, jantung, asam urat disangkal. Riwayat Penyakit Keluarga : Hanya penderita yang sakit seperti ini di keluarga Riwayat Sosial Tidak merokok, Tidak minum-minuman beralkohol. 3.PEMERIKSAAN FISIK Umum KU : Sedang Kesadaran : Compos Mentis Tanda Vital Tek. Darah : 110/60 mmHg Nadi : 84 x/menit, regular, isi cukup. Respirasi : 24 x/menit, abdomino-torakal. Suhu : 36,6C Kepala Ekspresi muka : Wajar Simetris muka : Simetris ki = ka Rambut : Tidak mudah dicabut Nyeri tekan : Deformitas : UUB : Tertutup Mata Tek. Bola Mata : Normal/palpasi Kelopak : edema -/Konjungtiva : anemis -/Sclera : ikterik -/Kornea : Refleks +/+ Pupil : 2mm ki=ka

Telinga Tophi : (-) Lubang : Cerumen (-) Cairan : (-) Hidung Septum : Deviasi (-) Ingus : (-) Perdarahan : (-) Mulut Bibir : Sianosis (-) Gigi-geligi : Caries (-) Gusi : Hipertrofi (-), Perdarahan (-) Faring : Hiperemi (-) Selaput Lendir : Basah (+) Lidah : Normal Tonsil : T1/T1 Leher KGB : pembesaran (-) Kel. Gondok : pembesaran (-) Trakea : ditengah (+) Tek. V, Jugularis : 5 0 Kaku kuduk : (-) Tumor : (-) Dada Bentuk : Simetris Ki = Ka Buah Dada : Normal ICS : Retraksi (-) Paru Paru Inspeksi : Simetris Ki = Ka Palpasi : Stem fremitus ki = ka Perkusi : Sonor ki = ka, BPH ICS VI Lin. Minclavicula dekstra Auskultasi : Sp. Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-. Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak Palpasi : Ictus cordis tidak teraba Perkusi : ki = ICS V Lin. Midclavicula sinistra Ka = ICS IV Lin. Parasternalis dekstra Auskultasi : M1>M2, T1>T2, P1P2. Perut Inspeksi : Datar Palpasi : Lemas Hepar : Tidak teraba Lien : Tidak teraba Ginjal : Ballotemen (-) Perkusi : Pekak Auskultasi : BU normal

Ekstremitas Otot : Eutrofi Sendi : Tophi (-) Gerakan : Aktif Tremor : (-) Kelainan jari : (-) Ujung jari : Clubing finger (-) Kuku : CRT < 2 Suhu Raba : hangat Oedema : (-) Refleks : Refleks Biseps (+), Refleks Babinski (-) Lain-lain : Rumple leed test (-) 4.RESUME MASUK Perempuan, 37, MRS tanggal 07/05/10 dengan keluhan utama panas. Panas dirasakan sejak 1 minggu SMRS, hilang timbul, tinggi pada perabaan, hilang dengan obat penurun panas lau panas naik lagi. Menggigil (+). Berkeringat (+) banyak saat panas turun. Mual (+). Muntah (+) 1X, 4 hari SMRS, gelas aqua, berisi cairan & makanan, darah (-). Nyeri perut (-). Sakit kepala (+), hilang timbul, seperti ditusuk-tusuk, timbul bersamaan dengan panas. Batuk (-). Sesak (-). Riw. Bepergian (-). BAB (-) 5 hari SMRS. BAK: Biasa. RPD: Malaria (+) 9 tahun yang lalu, HPT (+) 2 bulan lalu tidak terkontrol. RPK:RS: Alkohol (-), Merokok (-) PF: KU: sedang, Kes: CM T: 110/60 mmHg, N: 84 x/m, R: 24 x/m, S: 36,6C Kep: Conj an (-), Skl ikt (-) Tho: Simetris, Retraksi (-) C : I : Ictus cordis tidak tampak P : Ictus cordis tidak teraba P : ki = ICS V Lin. Midclavicula sinistra ka = ICS IV Lin. Parasternalis dekstra A : Bj I-II normal, Bising (-) P : I : Simetris Ki = Ka P : Stem fremitus ki = ka P : Sonor ki = ka, BPH ICS VI Lin. Minclavicula dekstra A : Sp. Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-. Abd: Datar, lemas, NT (-), H/L: ttb, BU normal. Eks: Akral hangat, edema (-), Rumple leed test (-) Lab: Hb : 12,6 PCV : 36,4 % MCHC : 34,8 Eri : 4,22 Leu : 9100 Tro : 37000 Ur : 38,4 Cr : 1,5

GDS : 191 Widal : ( - ) DDR : Malaria Vivax (+) Wdx: Malaria Vivax Uncomplicated Thx: - Artesuamoon 1 X 8 tab selama 3 hari Primaquin 1 X 1 tab selama 14 hari Domperidon 3 X 1 tab Plan: GDS Na, K, Cl DDR serial SGOT, SGPT Bilirubin Total, Bilirubin Direct, Bilirubin Indirect 5.FOLLOW UP 08/05/10 S : Panas (+) tadi malam, Mual (+), Muntah (-) O : KU: tampak sakit sedang, Kes: CM T: 100/60 mmHg, N: 80 x/m, R: 22x/m, S: 36,8C Kep: Conj an (-), Skl ikt (-) Tho: Simetris, Retraksi (-) C : Bj I-II normal, Bising (-) P : Sp. Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-. Abd: Datar, lemas, NT (-), H/L: ttb, BU normal. Eks: Akral hangat, edema (-). A : Malaria Vivax Uncomplicated P : - Artesuamoon 1 X 8 tab selama 3 hari (hari ke-2) Primaquin 1 X 1 tab selama 14 hari (hari ke-2) Domperidon 3 X 1 tab (k/p) 09/05/10 Panas (-), Mual (+), Muntah (-) O : KU: tampak sakit sedang, Kes: CM T: 100/60 mmHg, N: 80 x/m, R: 22x/m, S: 36,8C Kep: Conj an (-), Skl ikt (-) Tho: Simetris, Retraksi (-) C : Bj I-II normal, Bising (-) P : Sp. Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-. Abd: Datar, lemas, NT (-), H/L: ttb, BU normal. Eks: Akral hangat, edema (-). Hasil Lab: Hb : 11 PCV : 31,8 MCHC: 34,8 Eri : 3,78 Leu : 7100 Tro : 112.000 S :

DDR P

: (-)

A : Malaria Vivax Uncomplicated : - Artesuamoon 1 X 8 tab selama 3 hari (hari ke-3) Primaquin 1 X 1 tab selama 14 hari (hari ke-3) Domperidon 3 X 1 tab (k/p) 10/05/10 S : Panas (-) hari ke-2, Mual (+), Muntah (-) O : KU: tampak sakit sedang, Kes: CM T: 100/60 mmHg, N: 70 x/m, R: 20x/m, S: 36,3C Kep: Conj an (-), Skl ikt (-) Tho: Simetris, Retraksi (-) C : Bj I-II normal, Bising (-) P : Sp. Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-. Abd: Datar, lemas, NT (-), H/L: ttb, BU normal. Eks: Akral hangat, edema (-). Hasil Lab : Hb : 11,4 PCV : 34,4 Eri : 3,88 Leu : 8100 Tro : 227.000 Ur : 19 Cr : 1,0 GDS : 153 Bil. Tot : 0,59 Bil. Direk : 0,22 SGOT : 29 SGPT : 62 Na : 138 K : 3,3 Cl : 102 DDR : (-) 2X

A : Malaria Vivax Uncomplicated : - Primaquin 1 X 1 tab selama 14 hari (hari ke-4) Domperidon 3 X 1 tab (k/p) KSR 1 X 1 tab S 11/05/10 : Panas (-) hari ke-3, Mual (-), Muntah (-) O : KU: Cukup, Kes: CM T: 120/80 mmHg, N: 72 x/m, R: 18x/m, S: 36,3C Kep: Conj an (-), Skl ikt (-) Tho: Simetris, Retraksi (-) C : Bj I-II normal, Bising (-)

P : Sp. Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-. Abd: Datar, lemas, NT (-), H/L: ttb, BU normal. Eks: Akral hangat, edema (-). Hasil Lab : DDR : (-) 3X A : Malaria Vivax Uncomplicated Hipokalemia : - Primaquin 1 X 1 tab selama 14 hari (hari ke-5) Domperidon 3 X 1 tab (k/p) KSR 1 X 1 tab 12/05/10 S : Panas (-) hari ke-4 O : KU: tampak sakit sedang, Kes: CM T: 110/70 mmHg, N: 72 x/m, R: 22x/m, S: 36,4C Kep: Conj an (-), Skl ikt (-) Tho: Simetris, Retraksi (-) C : Bj I-II normal, Bising (-) P : Sp. Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-. Abd: Datar, lemas, NT (-), H/L: ttb, BU normal. Eks: Akral hangat, edema (-). A : Malaria Vivax Uncomplicated Hipokalemia : - Primaquin 1 X 1 tab selama 14 hari (hari ke-6) KSR 1 X 1 tab Rencana pulang hari ini. BAB III PEMBAHASAN 1.DIAGNOSIS Diagnosis pasien ini ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan anamnesis, penderita mengalami panas dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, bersifat hilang timbul, biasanya timbul tiap 1-2 hari sekali, tinggi pada perabaan, hilang dengan obat penurun panas kemudian panas naik lagi. Ada menggigil sebelum penderita merasa panas dan penderita berkeringat banyak saat panas turun. hal ini sesuai dengan trias malaria secara berurutan; periode dingin: mulai menggigil, diikuti dengan meningkatnya temperatur; diikuti dengan periode panas: panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat; kemudian periode berkeringat: penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi plasmodium Vivax, pada plasmodium falciparum menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 36 jam pada plasmodium vivax dan ovale, 12 jam plasmodium falciparum, 60 jam pada plasmodium malariae.1 Selain demam periodik, dapat terjadi anemia. Pada plasmodium vivax paling sering menyababkan amemia berat di daerah endemic vivax. Anemia yang progresif disebabkan oleh

hemolisis dan diseritropoeisis. Adanya parasit dalam jumlah rendah mengidikasikan bahwa anemia berat tidak dihasilkan dari penghancuran eritrosit yang terinfeksi sendiri. Dalam suatu study menunjukkan bahwa setiap eritrosit yang terinfeksi dihancurkan selama malaria vivax sedangkan eritrosit yang tidak terinfeksi dikeluarkan dari sirkulasi. Studi terakhir menunjukkan peningkatan fragilitas eritrosit terhadap P. vivax: 50% eritrosit yang terinfeksi dan 15 % eritrosit yang tidak terinfeksi. Hebatnya hemolisis tergantung pada jenis plasmodium dan status imunitas pejamu. Walaupun plasmodium vivax paling sering menyebabkan anemia berat tapi pada pasien ini tidak ditemukan anemia.2,7 Pada pasien ini juga tidak ditemukan pembesaran limpa, karena panasnya baru berlangsung 1 minggu SMRS dan limpa membesar dan dapat diraba pada minggu ke dua. Limpa akan membesar setiap periode demam dan menurun dengan interval. Pembesaran disertai nyeri pada perabaan, walaupun kadang-kadang tidak teraba.2 Sakit kepala ada, bersifat hilang timbul, sakit kepala seperti di tusuk-tusuk, timbul bersamaan dengan timbulnya panas. Ada mual. Ada muntah, satu kali saat empat hari sebelum masuk rumah sakit, banyaknya kurang lebih setengah gelas aqua berisi cairan dan makanan yang dimakan, darah tidak ada. Berdasarkan kepustakaan keluhan sakit kepala, perut tidak enak, muntah, diare ringan, kelesuan, nyeri sendi dan tulang, merasa dingin di punggung, dan anoreksia merupakan keluhan prodormal yang dapat terjadi pada pasien malaria. Keluhan prodormal sering terjadi pada plasmodium vivax dan ovale, sedang pada plasmodium falciparum dan malariae keluhan prodormal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak. 1,2 Penderita pernah sakit malaria pada 9 tahun yang lalu. Pada plasmodium vivax dan ovale, sebagian parasit malaria dalam sel hati membentuk hipnozoit yang dapat bertahun-tahun, dan bentuk ini yang akan menyebabkan relaps pada malaria.1 Dari pemeriksaan fisik awal suhu badan penderita 36,6 atau sedang tidak panas. Sedangkan pada pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakan diagnosis. Pemeriksaan 1 kali dengan hasil negatif tidak mengenyampingkan diagnosis malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif maka diagnosis malaria dapat dikesampingkan. Pada pemeriksaan laboratorium mikroskopik darah tepi pada pasien ini didapati adanya Plasmodium Vivax. 2.PENATALAKSANAAN Secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria dengan memakai obat ACT ( Artemisinin Base Combination Therapy). Golongan artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Selain itu artemisini juga bekerja membunuh plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit. Juga efektif terhadap semua spesies plasmodium. Penggunaan artemisinin secara monoterapi akan mengakibatkan terjadinya rekrudensi. Karenanya WHO memberikan petunjuk penggunaan artemisinin mengkombinasikan dengan obat antimalaria yang lain. Hal ini disebut ACT ( Artemisinin Base Combination Therapy). Kombinasi obat ini dapat berupa kombinasi dosis tetap (fixed dose) atau kombinasi tidak tetap (non-fixed dose). Kombinasi dosis tetap lebih memudahkan pemberian pengobatan.

Di Indonesia saat ini yang digunakan adalah kombinasi ACT yang tidak tetap yaitu kombinasi artesunate + amodiaquin dengan nama dagang artesdiaquine atau artesumoon. Dosis untuk orang dewas yaitu artesunate (50 mg/tablet) 200 mg pada hari I sampai III (4 tablet). Untuk amodiaquin (200 mg/tablet) yaitu 3 tablet hari I dan II dan 1 tablet hari III Pada pasien ini diberikan artesumoon 1x 8 tablet selama 3 hari. Artesumoon adalah kombinasi yang dikemas sebagai blister dengan aturan pakai tiap blister /hari (artesunate +amodiakuin) diminum selama 3 hari. Untuk pemakaian golongan artemisinin harus disertai atau dibuktikan dengan pemeriksaan parasit yang positif. Bila malaria klinis atau tidak ada hasil pemeriksaan parasitologi tetap menggunakan obat non-ACT. Pada pasien ini selain artesuamoon juga diberikan obat malaria non-ACT yaitu primakuin selama 15 hari. Primakuin dipakai sebagai obat pelengkap atau pengobatan radikal terhadap plasmodium falciparum atau falciparum vivax. Pada plasmodium vivax dosisnya 15 mg/ hari selama 14 hari itu untuk membunuh gamet dan hipnozoit ( anti relaps).1 Pada pasien juga diberikan domperidon karena pada pasien ini didapati keluhan mual dan muntah. 3.KOMPLIKASI Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena plasmodium falciparum. Pada malaria vivax bisa terjadi malaria serebral walaupun jarang (pada P. vivax multinucleatum). Edema tungkai disebabkan oleh hipoalbuminemia mortalitas malaria vivax rendah tapi morbiditas tinggi karena seringnya terjadi relaps. Pada semua definisi masih dinyatakan bahwa malaria berat, yaitu ditemukannya plasmodium falcifarum bentuk aseksual sedangkan sekarang telah dilaporkan bahwa malaria berat juga dapat disebabkan oleh P. vivax. Komplikasi pada malaria berat dapat berupa malaria serebral, gagal ginjal akut, kelainan hati (malaria biliosa), hipoglikemia, hemoglobinuria malaria, edema paru, ARDS, trombositopeni, asidosis metabolik, anemia, hiperpireksia, ruptur limpa, dan kelainan neuropsikiatri.1,2 Pada pasien ini tidak ditemukan komplikasi-komplikasi tersebut. 4.PROGNOSIS Prognosis pasien adalah bonam. Karena setelah dirawat selama 6 hari keadaan pasien menunjukan ke arah perbaikan. Pasien sudah tidak pernah panas selama 4 hari dan hasil pemeriksaan mikroskopik darah tepi sebanyak 3 kali didapatkan hasil negatif. Pada penatalaksanaan pasien ini selain diberikan artesumoon juga ditambahkan obat primakuin sebagai anti-relaps. BAB IV PENUTUP 1.KESIMPULAN a.Malaria adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah. b.Pada kasus ini pasien didiagnosa dengan malaria vivax uncomplicated, karena tidak ditemukan

adanya tanda- tanda komplikasi penyerta. Diagnose ditegakkan berdasarkan gejala trias malaria dan pemeriksaan DDR malaria vivax (+). c.Pada pasien ini diberikan artesumoon 1x 8 tablet selama 3 hari, juga diberikan obat malaria non-ACT yaitu primakuin selama 14 hari yaitu untuk membunuh gamet dan hipnozoit (antirelaps). d.Prognosis pasien ini adalah bonam karena adanya tanda perbaikan pada pasien selama terapi di rumah sakit. 2. SARAN Untuk menghindari gigitan nyamuk Anopheles melalui proteksi pribadi seperti menggunakan insektisida, gaun lengan panjang dan celana panjang, menggunakan air conditioning, menggunakan kelambu pada saat tidur. Dan modifikasi lingkungan dengan menghilangkan tempat pembiakan nyamuk seperti kaleng, bak mandi dan ban bekas. DAFTAR PUSTAKA 1.Sudoyo A.W, Setiyohadi B,Alwi I, Sinmadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed. V. Malaria. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Diponegoro 71. 2009 2.Harijanto P. N, Nugroho A, Gunawan C.A. Malaria Dari Molekuler ke Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009 3.Parasit. Available from: www.fk.undip.ac.id/unduhan/category/12-parasitologi.html? download. Access 23 May 2010 4.Sari C.I. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Penyakit Malaria dan Demam Berdarah Dengue. Available from: http://www.rudyct.com/PPS702ipb/09145/cut_irsanya_ns.pdf. 2004. Access 20 May 2010 5.Mhlberger N, Jelinek T , Gascon J. Epidemiology and clinical features of vivax malaria imported to Europe: Sentinel surveillance data from TropNetEurop. Available from: http://www.malariajournal.com/content/3/1/5. 2004. Access 20 May 2010 6.Mendis K, Sina J.B. The Neglected Nurden of Plasmodium Vivax Malaria. Available from: http://www.ajtmh.org/cgi/reprint/64/1_suppl/97.pdf. 2001. Access 23 May 2010 7.Anstey N, Russel B. The Pathophysiology of Vivax Malaria. Available from: http://www.naramed-u.ac.jp/~para/18.pdf. 2009. Access 18 May 2010

Anda mungkin juga menyukai