Anda di halaman 1dari 39

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Dalam upaya pembangunan manusia yang berkualitas, sejak manusia masih berada di dalam kandungan sudah dipantau pertumbuhan dan perkembangannya sehingga suatu kelainan bisa segera diketahui dan dicarikan upaya untuk mengatasinya. Oleh karena itu, dapat diciptakan anak yang berkualitas tinggi dan mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Teori perkembangan menurut Sigmund Freud, Erick Erikson, Jean Piaget, dan Robert Sears mengatakan bahwa proses perkembangan terjadi selangkah demi selangkah secara urut dan teratur (AH Markum, 1996). Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapatkan perhatian. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Bahkan dikatakan bahwa The Child is the father of man. Sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila

tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak di kemudian hari. Oleh karena itu, fungsi keluarga sangat penting sehingga dalam perkembangan seorang anak memerlukan perhatian terutama ibu karena ibu merupakan orang terdekat dengan anak (Soetjiningsih, 1995). Keluarga adalah langkah awal dari perkembangan anak, dengan demikian peranan orang tua, ayah dan ibu sebagai penanggung jawab keluarga sangat penting. Ibu pada umumnya merupakan orang yang paling peduli terhadap kualitas kehidupan, ibu juga merupakan orang terdekat dengan anak dengan demikian maka sangatlah penting peranan ibu dalam melatih anak dalam perkembangan motorik kasar anak yaitu melalui stimulasi kinetik yang dapat menimbulkan keberanian anak dalam perkembangan anak selanjutnya. Kurangnya stimulasi kinetik pada anak dapat menimbulkan hambatan perkembangan motorik selanjutnya, karena perkembangan motorik seorang anak berjalan secara teratur dan stimulasi kinetik merupakan sarana untuk melatih seorang anak untuk dapat melalui tahap perkembangan anak sesuai umur anak (Soetjiningsih, 1995). Interaksi antara anak dan orang tua, terutama peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan anaknya sedini mungkin dan memberikan stimulus pada tumbuh kembang anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental dan sosial (Hurlock, 1999).

Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program BKB (Bina Keluarga Berencana) untuk anak prasekolah (3-5 tahun) yang bertujuan menstimulasi perkembangan anak sedini mungkin dengan menggunakan APE (Alat Permainan Edukatif). Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Oleh karena itu, keluarga perlu mengetahui pentingnya stimulasi serta cara memberikan stimulasi yang efektif pada anak, karena sekarang ini banyak keluarga yang secara berlebihan memberikan alat permainan kepada anak yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995). Perkembangan motorik kasar pada anak prasekolah adalah penting, karena pada saat ini masih banyak ibu-ibu yang tidak mengetahui adanya keterlambatan kemampuan anak yang dapat mengakibatkan gangguan perkembangan pada anak, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Pada masa anak usia prasekolah merupakan masa menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang akan menjadi dasar terbentuknya manusia seutuhnya (Soetjiningsih, 1995). Berdasarkan hasil penelitian Eni Hidayati (2005) yang dilakukan di kelurahan Sarirejo Guntur Demak mengenai hubungan tingkat pengetahuan Ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun, hasil pengetahuan ibu baik (50.1%) dan tidak baik (49.9%), hasilnya

menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun tidak ada hubungan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 2

Februari 2006 di Puskesmas Gemuh didapatkan 50% dari 60 orang ibu-ibu yang datang ke posyandu menyatakan bahwa anaknya pada usia prasekolah mengalami keterlambatan dalam perkembangan, misalnya; berjinjit, berdiri dengan satu kaki, menangkap bola. Padahal puskesmas dan kader-kader dalam pelaksanaan posyandu telah bekerja sama mengadakan penyuluhan tentang pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Dalam penyuluhan tersebut telah menunjukan gambar-gambar atau poster-poster yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak melalui KMS. Hasil survei pendahuluan di Desa Pucangrejo wilayah kerja puskesmas Gemuh Kendal sebelum penelitian ini dilakukan bahwa ibu yang berpendidikan rendah masih relatif besar, hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan anak didaerah ini. Sementara itu, penelitian akan hal ini belum pernah dilakukan di desa Pucangrejo. B. Pertanyaan Penelitian Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal. 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan tingkat pengetahuan Ibu tentang stimulasi kinetik di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal. b. Menggambarkan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia

prasekolah di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal. c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di Desa Pucangrejo Gemuh Kendal. D. Manfaat Penelitian Untuk memberikan masukan data tentang pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dan tingkat perkembangan motorik kasar anak prasekolah serta mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah. E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang diteliti oleh peneliti adalah Keperawatan Anak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Perkembangan 1. Pengertian Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995). Perkembangan psikomotor, atau biasa disingkat menjadi perkembangan motor adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasikan antara susunan syaraf pusat, syaraf dan otot (Satoto, 1990). Perkembangan psikomotor adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan syaraf pusat, syaraf dan otot. Dimulai dengan gerakan kasar yang melibatkan bagian besar dari tubuh dari fungsi duduk, berjalan, berlari, meloncat dan lainlain. Kemudian dilanjutkan dengan koordinasi gerakan halus seperti meraih, memegang, melempar dan sebagainya. Pencapaian kemampuan tersebut mengarah pada pembentukan ketrampilan (Sakti, 2000).

Perkembangan sosial mengandung makna pencapaian suatu kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan harapan sosial yang ada. Proses dalam menuju kesesuaian ini paling tidak mencakup 3 komponen yaitu berperilaku dengan cara yang disetujui secara sosial, bermain dalam peranan dan perkembangan sikap sosial. Secara umum anak yang dikatakan perkembangan sosialnya baik adalah anak yang dapat melakukan kerjasama, persaingan sehat, kemampuan berbagi, simpati, empati dan bersahabat (Sakti, 2000). Perkembangan bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan (Soetjiningsih, 1995). 2. Aspek-aspek perkembangan Perkembangan pada masa usia toddler, petumbuhan fisiknya relatif lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya lebih cepat. Anak belajar berdiri, berlari, menaiki tangga, menggenggam dan memotong kertas, kemudian anak akan lebih perhatian terhadap lingkungannya

dibandingkan masa sebelumnya. Menurut Soetjiningsih perkembangan anak dibagi menjadi 4 kelompok yang disebut sektor perkembangan yang meliputi : a. Perkembangan motorik kasar Perkembangan motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar tubuh yang dilakuakan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga (Nursalam, 2005), kemampuan kontrol ini berasal dari berkembangannya reflek-reflek dan aktivitas otot yang telah

muncul sejak bayi dilahirkan. Jika kemampuan ini tidak berkembang, maka seorang anak akan tetap tinggal tidak berdaya (Gamayanti, 1997). 1) Usia 1 tahun Anak usia 1 tahun perkembangan motorik kasarnya seperti : dapat berdiri sendiri, merangkak naik tangga, berjalan belum mantap dengan kaki lebar, lengan agak tertekuk dan diletakkan di atas kepala atau setinggi bahu untuk keseimbangan. 2) Usia 18 bulan Anak usia 18 bulan perkembangan motorik kasarnya antara lain berjalan dengan baik dengan kaki sedikit merenggang. Mulai berjalan dan berhenti dengan aman, berjalan menaiki tangga dengan bimbingan, merangkak mundur menuruni tangga.. 3) Usia 2 tahun Anak usia 2 tahun perkembangan motorik kasarnya meliputi berjalan dengan aman, berjalan ke arah bola besar jika ingin menendangnya, menunggangi mainan besar yang berada dan

mendorong ke depan dengan kaki di lantai. 4) Usia 3 tahun Anak usia 3 tahun motorik kasarnya adalah naik sepeda roda tiga dan dapat membelok, dapat berjalan berjingkat. b. Perkembangan motorik halus

Perkembangan motorik halus adalah kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat, serta tidak memerlukan tenaga (Depkes, 1994). 1) Usia 1 tahun Perkembangan motorik halusnya antara lain anak mampu mengambil gula kecil antara ibu jari dan jari lain dengan gerakan menjepit, menunjuk dengan sabar pada obyek yang ingin dilihatnya, membenturkan kubus. 2) Usia 18 bulan Perkembangan motorik halusnya meliputi mencorat - coret dengan spontan bila diberi krayon dan kertas dengan tangan yang disenan, menyusun menara dari 3 kubus sesudah diajari 3) Usia 2 tahun Perkembangan motorik halusnya meliputi meniru garis tegak, lebih jelas tangan yang disukai, mengenali orang dewasa yang dikenal pada foto sesudah ditunjukkan sekali. 4) Usia 3 tahun Motorik halusnya meliputi memotong dengan gunting, membandingkan 2-3 warna dasar (biasanya menyebut merah dan kuning dengan benar tetapi masih bingung antara biru dan hijau).

c. Perkembangan bahasa Bahasa merupakan suatu aspek perkembangan yang erat kaitanya dengan berpikir, karena bahasa merupakan suatu hal yang dipakai untuk mempresentasikan ide - ide atau apa yang dipikirkanya. Bahasa merupakan suatu rangkaian kata yang disusun menggunakan tata bahasa yang komplek, yang merupakan suatu hal sifatnya dipelajari sekaligus dipengaruhi oleh faktor kematangan. Anak belajar berbahasa secara otomatis dan kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan latihan, karena pada dasarnya belajar bahasa adalah melalui peniruan maupun pengalaman sehingga anak bisa menyebut benda arau nama orang disekitarnya (Hurlock, 1985). 1) Usia 1 tahun Perkembangan yang dapat dicapai pada anak usia ini adalah menunjuk orang yang dikenal, binatang, mainan dan lain-lain bila disuruh, berbicara 2 - 6 kata dengan jelas dan mengerti beberapa kata lain. 2) Usia 18 bulan Perkembangan yang dicapai pada usia ini adala anak menggunakan 6 - 20 kata yang dimengerti dan mengerti lebih banyak kata, menunjuk rambut, sepatu, hidungnya sendiri atau milik bonekanya. 3) Usia 2 tahun

Perkembangan yang dapat dicapai pada usia ini adalah anak menyusun 2 kata atau lebih untuk membentuk kalimat tunggal, menggunakan 50 atau lebih kata yang jelas dan mengerti lebih banyak lagi. 4) Usia 3 tahun Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak menyebutkan nama lengkap dan jenis kelaminnya, menanyakan banyak pertanyaan yang dimulai dengan apa, dimana dan siapa. d. Perkembangan Sosial Perkembangan sosial anak sebenarnya sudah dimulai sejak awal, yaitu pada saat seorang bayi telah dapat bereaksi terhadap lingkungan sosialnya, walaupun masih sangat sederhana, yaitu dengan adanya reaksi terhadap suara dan mulai memperhatikan wajah orang. Dengan bertambahnya usia dan kesempatan untuk bersosialisasi bagi anak, maka tingkah laku lekat juga mengalami perubahan. Kebutuhan anak untuk berhubungan dengan orang lain akan bertambah. Adanya kontak sosial dengan lingkungannya akan menghasilkan beberapa tingkah laku sosial antara lain negatifisme, tingkah laku agresif, bertengkar, menggoda, mengganggu, persaingan, kerja sama, berkuasa, sikap mementingkan diri sendiri, sikap simpatik. Bentuk-bentuk tingkah laku ini nantinya akan besar sekali pengaruhnya dalam kemasakan sosial (Hurlock, 1985).

1) Usia 1 tahun Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak dapat minum dari cangkir dengan sedikit bantuan, mengunyah,

menaruh kotak kayu keluar masuk mangkuk atau kotak, menemukan mainan yang disembunyikan dengan cepat. 2) Usia 18 bulan Perkembangan dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak mengangkat dan memegang cangkir diantara 2 tangan dan minum tanpa menumpahkan, menunjukkan keinginan berak / BAB dengan gelisah atau bersuara. 3) Usia 2 tahun Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak dapat mengangkat dan minum dari cangkir dan mengembalikan ke meja, makan dengan sendok tanpa menumpahkan, tidak ngompol di siang hari. Bermain dekat anak lain tetapi tidak bermain bersama mereka. 4) Usia 3 tahun Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak dapat makan menggunakan sendok garpu, dapat menarik atau menaikkan celana, tidak ngompol malam hari, bergabung dalam permainan dengan anak lain di dalam atau di luar ruangan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Menurut Soetjiningsih (1995) faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah: a. Faktor genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak, yang termasuk faktor genetik antara lain berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. b. Faktor lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan

memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan biofisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya 1) Faktor pranatal Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir antara lain gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksin / zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres dan imunitas. 2) faktor natal

Faktor lingkungan natal adalah faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan anak selama kelahiran, antara lain: meningitis, distosia, asfiksia. 3) Faktor postnatal a) Lingkungan biologis, antara lain: ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, hormon (somatotropin, tiroid, glukokortikoid, hormon seks, insulin like growth factors (IGFs)). b) Faktor fisik antara lain: cuaca, musim, sanitasi dan keadaan rumah serta radiasi. c) Faktor psikososial antara lain: stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-orang tua. d) Faktor keluarga dan adat istiadat antara lain:

pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga., kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, agama dan urbanisasi. e) Karakteristik ibu Karakteristik merupakan akhlak yang membedakan seseorang daripada yang lain (Purwadarminta, 1982). Karakteristik ibu terdiri dari:

(1) Umur Umur / usia adalah lama seseorang sejak dilahirkan sampai sekarang. Umur / usia seorang ibu dapat karena

mempengaruhi

perkembangan

seorang

anak,

pemahaman seorang ibu dipengaruhi pengalamannya dalam memberikan perawatan dan stimulus terhadap perkembangan anaknya (Satoto, 1990). (2) Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mengembangkan secara aktif potensi dirinya dengan menggunakan metode-metode tertentu sehingga mendapatkan pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan

(Poerbawatja, 1984). Sedang dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Disebutkan dalam UU No 20 pendidikan dibagi atas:

tahun 2003 jenjang

(a) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang berbentuk Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. (b) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar yang meliputi: Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. (c) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program

pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi Berdasarkan UU tersebut dapat disimpulkan tingkat pendidikan meliputi: pendidikan rendah, pendidikan pendidikan yang dapat

menengah, dan pendidikan tinggi. Tingkat merupakan salah satu faktor penting

menggambarkan status sosial dan dapat menjadi modal dasar untuk pengambilan keputusan dan bertindak. Semakin tinggi

pendidikan semakin mudah seseorang menerima informasi serta lebih tanggap terhadap masalah yang dihadapi, sehingga dapat menentukan alternatif terbaik terhadap suatu hal (Suhardjo, 2003). Dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya

(Soetjiningsih, 1995). Pendidikan ibu banyak menentukan sikap dan tindakan dalam menghadapi berbagai masalah. Hal ini dapat

ditunjukkan oleh kenyataan bahwa bayi dari ibu yang mempunyai pendidikan tinggi mendapat kesempatan hidup, tumbuh, berkembang dengan baik (Kardjati, 1989). (3) Pekerjaan Peran ibu terhadap keluarga dapat dilihat dari waktu yang diberikan ibu untuk keluarga. Aspek lain yang berhubungan dengan alokasi waktu adalah jenis pekerjaan ibu, tempat ibu bekerja serta banyaknya waktu yang dipergunakan ibu untuk bekerja (Pudjiadi, 2001). Dampak ibu bekerja terhadap anak sangatlah luas, yaitu dapat menyangkut kesehatan, keamanan, kebahagiaan,

pendidikan anak dan sebagainya. Dalam masa pertumbuhan

dan perkembangan seharusnya anak mendapatkan rangsangan atau stimulasi yang tepat sesuai dengan tahap

perkembangannya. Jika ibu sebagai pengasuh utama banyak meninggalkannya untuk bekerja, maka kemungkinan akan terjadi kemunduran perkembangan kognitif dan perilaku anak yang berakibat pada gangguan jangka panjang (Sakti, 2000). (4) Pengetahuan (a) Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). (b) Tingkat pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003). (1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya (Notoatmodjo,2003). (2) Memahami (Comprehension) Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan diketahui, secara benar tentang objek yang materi

dan

dapat

mengintrepetasikan

tesebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyabutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2003). (3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 2003).

(4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain (Notoatmodjo,2003). (5) Sintetis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada (Notoatmodjo,2003). (6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada criteria yang ditentukan sendiri, telah atau ada

menggunakan

kriteria-kriteria

yang

(Notoatmodjo,2003).

B. Kerangka teori Menurut Soetjiningsih (1995), untuk mencapai tumbuh kembang tergantung pada potensi biologisnya, dan dalam proses perkembangan ini juga dipengaruhi oleh pendidikan ibu. Menurut Satoto (1990) dan Sakti (2000) status ibu

yang bekerja dan umur ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Berdasarkan landasan teori diatas maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut: Faktor lingkungan Genetik

Periode post natal : a) Lingkungan biologis b) Faktor fisik c) Faktor psikososial d) Keluarga/adat istiadat e) Karakteristik keluarga/ibu : 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pengetahuan

Periode prenatal

Perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosial).

Perkembangan anak baik

Anak sehat dan berkualitas

C. Kerangka Konsep Karakteristik ibu Pendidikan Pengetahuan Umur Pekerjaan Perkembangan anak yang meliputi : Motorik kasar, Motorik halus, Bahasa, Sosial Normal

Tidak normal

Keterangan : : diteliti --------------- : tidak diteliti D. Hipotesis Penelitian Ho: Tidak ada hubungan antara karakteristik ibu dengan perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun). Ha: Ada hubungan antara karakteristik ibu dengan perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun).

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2005). Di dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan komprehensif mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu mengukur variabel penelitian yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetic dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah (3-5 tahun) dalam waktu yang sama atau sesaat. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak prasekolah yang tinggal di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal, yaitu berjumlah 194 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia prasekolah (3-5 tahun) di Desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh

Kendal dan anak tidak mengalami gangguan kesehatan dan atau tidak mengalami cacat fisik atau mental. Besar sampel diperoleh dengan rumus : n=

N 1 + N(d 2 )

Keterangan : N n d2 : Populasi : Sampel : Tingkat ketepatan Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh jumlah sampel sebesar 130 orang. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling.

C. Definisi Operasional

Pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik adalah tingkat pemahaman ibu mengenai stimulasi kinetik pada anak prasekolah yang meliputi pengertian, tujuan, manfaat, cara stimulasi. Pengetahuan ibu diukur dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk multiple choice (pilihan ganda). Skala pengukuran pada variabel bebas ini adalah interval yaitu : dengan kemungkinan jawaban skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah sehingga rentang nilainya adalah 0-25. hasilnya kemudian dikategorikan tinggi bila skornya 18-25, sedang bila skornya 10-17 dan rendah bila skornya 0-9.

Tingkat perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) adalah kemampuan motorik kasar yang mampu dicapai anak usia prasekolah, yang diukur dengan lembar observasi KPSP (Kuesioner Pra Skrening Perkembangan). Skala pengukuran variabel terikat ini adalah interval yaitu nilai 1 bila anak bisa melakukan dan nilai 0 bila anak tidak bisa melakukan sehingga rentang nilainya adalah 1-6. Hasilnya kemudian dikategorikan baik bila skornya 5-6, cukup bila skornya 3-4 dan kurang bila skornya 1-2.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Metode pengumpulan data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan membagikan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dan lembar observasi KPSP (Kuesioner Pra Skrening Perkembangan) yang digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah. 2. Instrumen Penelitian Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian diantaranya bagian pertama untuk melengkapi data sosio demografi responden, bagian kedua untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik, bagian ketiga lembar observasi KPSP untuk mengukur tingkat

perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah.

Kuesioner yang digunakan dibuat sendiri oleh peneliti dan sesuai dengan referensi yang ada, oleh karena itu perlu diuji validitas dan reliabilitas dari kuesioner tersebut. 3. Uji validitas dan uji reliabilitas a. Uji validitas Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2003). Untuk menguji validitas dilakukan penghitungan dengan menggunakan berikut : r= N X Y N ( xy ) ( x y ) rumus korelasi Product Moment sebagai

( N x ( x 2 )(n y 2 ( y ) 2 ))
2

: Jumlah sampel : Nomer pertanyaan : Skore total

XY : Skore pertanyaan nomer dikalikan skore total Instrumen dikatakan valid apabila hasil penghitungan menunjukan nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel dengan taraf kesalahan = 0.05. Harga kritis product moment (r tabel) dengan jumlah 15 sampel dan taraf signifikan 0.05 adalah 0.514. Harga rxy atau r hitung 25 item

pertanyaan adalah antara 0.5200-0.8811 yang lebih besar dari r tabel (0.514), berarti 25 item tersebut valid. b. Uji reliabilitas Uji reliabilitas dalam penelitian ini dengan internal konsistensi dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekalian saja (Arikunto, 2002). Pengujian realibitas dengan tehnik Alfa Cronbach dengan rumus sebagai berikut : r2 = K Si St
2 K Si 1 2 (K + 1) St

: Mean kuadran antara obyek : Mean kuadran kesalahan : Variasi total Instrument penelitian telah dilakukan uji coba pada 15 sampel

dengan Alfa Cronbach, nilai alpha pada uji reliabilitas adalah 0.9624 dan lebih besar dari 0.60, berarti instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian. Sedangkan 5 soal yang tidak valid sudah dikeluarkan dari kuesioner.

E. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan data Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain :

Editing yaitu melakukan pengecekan jawaban kuesioner, apakah jawaban yang diberikan sudah lengkap. Editing dilakukan ditempat pengumpulan data, sehingga jika ada kekurangan data dapat segera dilengkapi. Coding yaitu merubah data berbentuk huruf menjadi angka untuk mempermudah dalam analisa data. Setelah data terkumpul masing-masing jawaban diberi kode untuk memudahkan dalam analisa data. Untuk variabel pengetahuan jika jawaban responden benar maka diberi kode 1 dan jika jawaban responden salah maka diberi kode 0, sehingga nilai berada pada rentang 0-30. Sedangkan pada variabel perkembangan jika responden dapat melakukan diberi kode 1 dan jika tidak bisa melakukan diberi kode 0. Tabulating yaitu menyusun data-data dalam bentuk tabel. Kegiatan mengelompokkan data-data hasil penelitian yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel. Entry data yaitu proses memasukkan data ke dalam komputer untuk dilakukan pengolahan data sesuai kriteria. 2. Analisa data Analisa Univariat diukur dengan menggunakan mean dan standar deviasi karena data berskala numerik (interval), sedangkan untuk analisa bivariat yaitu menggunakan uji Spearmen Correlation karena pada saat dilakukan uji kenormalan didapatkan bahwa data berdistribusi tidak normal. Berdasarkan uji tersebut, maka Ho diterima dan Ha ditolak, bila didapatkan

nilai p > 0,05 sebaliknya Ho ditolak dan Ha diterima bila diperoleh nilai p 0,05, dimana : Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah. Ho : tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimilasi kinetik dengan tingkat pekembangan motorik kasar anak usia prasekolah.
F. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti akan memperhatikan masalah etika penelitian yang meliputi: Informed Consent, yaitu lembar persetujuan penelitian yang diberikan kepada responden yang memenuhi kriteria yang sebelumnya telah diberi penjelasan secukupnya tentang tujuan penelitian dan bila bersedia dimohon untuk menandatangani surat persetujuan responden; Anonymity (kerahasiaan identitas), kerahasiaan identitas responden penelitian dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dengan cara memberikan kode atau tanda pada lembar kuesioner yang kode itu hanya diketahui oleh peneliti; dan Confidentiality (kerahasiaan informasi), dimana kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan secara cross sectional

terhadap 130 orang ibu dengan anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang tinggal di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal, yang dilakukan pada tanggal 12 April sampai dengan 8 Mei 2006. Adapun hasil-hasilnya adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik Responden (Ibu) Responden dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang tinggal di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal yang telah memenuhi kriteria sampel. Adapun jumlah populasi sebanyak 194 orang, sehingga didapatkan sampel sebanyak 130 orang.
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi Karakteristik Responden (Umur,Pendidikan, Pekerjaan). di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006. Karakteristik responden n % Umur Dewasa muda 33 25,4 Dewasa 73 56,2 Dewasa tua 24 18,5 Total 130 100 Pendidikan Tidak sekolah 5 3,8 Tamat SD 25 19,2 Tamat SLTP 53 40,8 Tamat SLTA 32 24,6 Tamat PT 15 11,5 Total 130 100 Pekerjaan PNS 19 14,6 Swasta 24 18,5

Buruh Tani Total

54 33 130

41,5 25,4 100

Berdasarkan tabel di atas, dari 130 jumlah responden dengan anak usia prasekolah (3-5 tahun), yang berumur dewasa muda sebesar 25,4%, dewasa 56,2%, dewasa tua 18,5%. Sedangkan responden yang tidak tamat sekolah sebesar 3,8%, tamat SD sebesar 19,2%, tamat SLTP sebesar 40,8%, tamat SLTA sebesar 24,6%, tamat PT sebesar 11,5%. Kemudian sebagian besar responden bekerja sebagai buruh yaitu sebesar (41,5%). 2. Karakteristik anak
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi Karakteristik Responden (Umur ibu).di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006. Variabel n % 3 tahun 48 36,9 4 tahun 60 46,2 5 tahun 22 16,9 Total 130 100

Berdasarkan tabel di atas, dari 130 anak yang menjadi sampel didapatkan jumlah anak yang berusia 3 tahun sebanyak 48 anak (36,9%), 4 tahun sebanyak 60 anak (46,2%), dan 5 tahun sebanyak 22 (16,9%). 3. Pengetahuan responden.
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi pengetahuan responden di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006. Variabel n % Rendah 42 32,3 Sedang 48 36,9 Tinggi 40 30,8 Total 130 100

Berdasarkan tabel diatas, dari 130 jumlah responden dengan anak usia prasekolah (3-5 tahun), yang tingkat pengetahuannya rendah sebanyak

42 orang (32,3%), berpengetahuan sedang sebanyak 49 orang (36,9%),dan yang berpengetahuan rendah sebanyak 39 orang (30,8%).

4. Perkembangan anak usia prasekolah (3-5 tahun).


Tabel 4.4. Distribusi frekuensi perkembangan anak usia prasekolah (3-5 Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006. Variabel n Kurang 39 Cukup 41 Baik 50 Total 130 tahun) di desa % 30,0 31,5 38,5 100

Berdasarkan tabel diatas, dari 130 jumlah responden dengan anak usia prasekolah (3-5 tahun), anak yang perkembangannya kurang sebanyak 39 orang (30,0%), perkembangan cukup sebanyak 41 orang (31,5%), sedang anak yang tingkat baik sebanyak 50 orang (38,5%). 5. Hubungan antara pengetahuan dengan perkembangan
Tabel 4.5. Analisa hubungan antara pengetahuan dengan perkembangan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006. Perkembangan Pengetahuan Rendah Sedang Tinggi Total Kurang n % 21 50,0 12 25,0 6 15,4 39 30,0 Cukup n % 16 38,1 20 41,7 5 12,5 41 31,5 Baik n % 5 11,9 16 33,3 29 72,5 50 38,5 n 42 48 40 130 % 100 100 100 Total p value

0,001

Berdasarkan tabel di atas, dari 130 jumlah responden dengan anak usia prasekolah (3-5 tahun) dari hasil analisa statistik dengan uji Spearman didapatkan p value sebesar 0,001. Hasil tersebut menunjukan bahwa P value

< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan perkembangan anak.
B. Pembahasan

Setelah dilakukan penelitian, kondisi anak yang tinggal di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal, ternyata sebagian besar perkembangannya normal atau baik. Dimana hasil pengukuran perkembangan ini dengan menggunakan pedoman Denver II yang sudah sesuai dengan standar internasional melalui lembar observasi Kuesioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP). Menurut Suganda (2002) Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, yang bersifat kualitatif sehinggga pengukurannya lebih sulit daripada pengukuran

pertumbuhan yang biasa dilakukan. Proses tumbuh kembang seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut akan saling berhubungan dengan proses perkembang baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah ibu, kondisi ibu pada saat mengasuh anaknya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang seorang anak. Dimana latarbelakang pendidikan ibu, pengetahuan, umur dan keadaaan ibu yang bekerja berakumulasi dalam membentuk perkembangan seorang anak (Anwar, 2005). Hasil penelitian di desa Puncangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal, menujukan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi sebagian besar

(71,8%) perkembangan anakya baik, sedangkan ibu yang berpengetahuan rendah separuh (50,0%) perkembangan anaknya kurang. Sebelum dilakukan uji hubungan antara pengetahuan dengan perkembangan dilakukan uji kenormalan, ini dilakukan untuk menentukan uji yang nantinya akan dilakukan. Dari hasil uji kenormalan didapatkan P value : 0,001, ini menunjukan bahwa data berdistribusi tidak normal. Dari hasil tersebut maka uji yang dilakukan adalah spearman, hasil yang didapat setelah dilakukan analisa adalah nilai p value sebesar 0.001. Hal ini menunjukan terdapat hubungan yang bermakna karena nilai p value < 0,05 . pada data awal sebelum dilakuakan penelitian peneliti melakukan studi pendahuluan, dimana 50% dari 60 orang ibu yang datang ke posyandu menyatakan bahwa anaknya mengalami keterlambantan dalam perkembangan sedangkan hasil yang didapatkan separuh lebih perkembangan anaknya baik, ini dimungkinkan karena ibu belum begitu mengetahui tingkat perkembangan yang harus dicapai oleh anaknya, dan didapatkan juga data saat studi pendahuluan bahwa ibu yang berpendidikan rendah masih relatif besar. Saat memberikan asuhan dan stimulus terhadap anak, ibu dipengaruhi oleh sikap dan kondisinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hurlock (1999), bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentang perkembangan anak dapat dilihat dari sikap ibu yang berpengalaman, luwes, aktif atau mempunyai rasa keingin tahuannya yang tinggi, tidak melindungi anak secara berlebihan, tidak permisivitas (tidak membiasakan anak untuk berbuat sesuka hati), tidak memanjakan, dapat menerima keadaan anak secara keseluruhan, dan dapat

berbuat sadar. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu tentang perkembangan anak, maka ibu akan mampu mendidik anaknya sesuai dengan usia dari tugas perkembangan anak. Keadaan ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentang perkembangan anak dapat dilihat dari sikapnya yang demokratis, dapat menerima keadaan anak atau dapat mengetahui sifat anak pada usia 3-5 tahun dalam pemberian pola asuh, sikap ini dalam bentuk seperti: sabar, penuh kasih sayang, dan konsisten dengan teguran halus terhadap larangan yang diberikan. Menurut Hariweni (2003) bahwa seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar dalam memberikan kebutuhan dasar pada anak untuk tumbuh kembangnya. Dimana orang tua (ibu) berperan sebagai panutan bagi anak dalam melakukan beberapa ketrampilan, dan anak akan beradaptasi dengan lingkungan serta melakukan interaksi dengan cepat bila anak mengalami kegagalan sesuai dengan tahap dan tugas perkembangannya. Perkembangan motorik kasar anak adalah hal yang penting, dan peran ibu sebagai seorang pengasuh sangat berpengaruh terhadap perkembangan anaknya. Dimana pengetahuan seorang ibu akan perkembangan sangat berpengaruh terhadap pola dan cara ibu dalam memberikan asuhan dan stimulasi terhadap anak, sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Menurut Hurlock (1999), kesempatan untuk menggerakkan semua anggota tubuh, rangsangan dan dorongan kepada anak mempercepat tercapainya kemampuan motorik. Perkembangan motorik yang kurang atau gagal meskipun ibunya mempunyai tingkat pengetahuan baik kemungkinan

disebabkan karena kurangnya kesempatan untuk berlatih menggunakan anggota tubuhnya, serta adanya perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan berkembangnya kemampuan motorik anak. Menurut pendapat Pramusinta (2002) agar orang tua mampu melakukan fungsinya dengan baik maka orang tua perlu memahami tingkat perkembangan anak dan mempunyai motivasi yang kuat untuk memajukan tumbuh kembang anak. Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor, dan faktor tersebut merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, dimana saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Peran orangtua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, terutama ibu. Keadaan ibu dalam memberikan asuhan dan stimulasi terkadang mengalami hambatan, keterbatasan ibu dalam memberikan asuhan ini karena kondisinya dalam pemahaman mengenai perkembangan anak kurang, yang menyebabkan ibu tidak bisa memberikan kebutuhan yang sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang dijalani oleh anaknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu tentang perkembangan psikomotor maka ibu akan mendidik anaknya sesuai dengan usia dari tugas perkembangan psikomotor anak, sehingga anak dapat memenuhi perkembangannya sesuai dengan harus dicapainya.
C. Keterbatasan Penelitian

tahap usia perkembangan yang

1. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan konsep teori, meskipun telah dilakukan uji coba untuk menguji

validitas dan realibilitas namun kuesioner yang digunakan tersebut tidak luput dari kekurangan. 2. Jumlah sampel yang sedikit sehingga penelitian tidak dapat

digeneralisasikan. 3. Faktor-faktor lain yang belum dapat diteliti, baik faktor internal maupun eksternalnya yang mempengaruhi perkembangan anak.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal adalah tinggi (71,8%) 2. Tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal adalah baik (38,5%) 3. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah (3-5 tahun).
B. Saran

Perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat (pengetahuan ibu) tentang pola asuh anak, cara stimulasi dan pemantauan

perkembangan anak sesuai usia, dalam hal ini perlu keterlibatan aktif dari tenaga kesehatan terutama perawat puskesmas untuk memberikan penyuluhan.

Anda mungkin juga menyukai