Anda di halaman 1dari 118

PENGONTROL LAYAR PROYEKSI DENGAN MENGGUNAKAN PC DAN BLUETOOTH

SKRIPSI

Oleh : STEVANUS MANIK 5103005006

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2009

PENGONTROL LAYAR PROYEKSI DENGAN MENGGUNAKAN PC DAN BLUETOOTH SKRIPSI


Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro

Oleh : STEVANUS MANIK 5103005006

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2009

LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul PENGONTROL LAYAR PROYEKSI DENGAN MENGGUNAKAN PC DAN BLUETOOTH yang disusun oleh mahasiswa: Nama : Stevanus Manik Nomor Pokok : 5103005006 Tanggal ujian : 14 Januari 2009 Dinyatakan telah memenuhi sebagian persyaratan kurikulum Jurusan Teknik Elektro guna memperoleh gelar Sarjana Teknik bidang Teknik Elektro. Surabaya, 14 Januari 2008 Pembimbing I, Pembimbing II,

Hartono Pranjoto, Ph.D NIK. 511.94.0218 Dewan Penguji, Ketua,

Antonius wibowo, ST, MT NIK. 511.02.0546

Sekretaris,

Andrew Joewono, ST.,MT. NIK. 511.97.0291 Anggota,

Hartono Pranjoto, Ph.D NIK. 511.94.0218 Anggota,

Drs. Peter R.Angka, M.Kom NIK. 511.88.0136

Ferry A. V. Toar, ST, MT NIK. 511.97.0272

Mengetahui / menyetujui, Dekan Fakultas Teknik, Ketua Jurusan Teknik Elektro,

Ir. Yohanes Sudaryanto, MT. NIK. 521.89.0151

Ferry A. V. Toar, ST, MT NIK. 511.97.0272

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugrahNya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memeproleh gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Atas segala bantuan, bimbingan, saran, dan dukungan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Hartono Pranjoto selaku dosen pembimbing I dalam skripsi ini yang memberikan ide awal kepada penulis serta pula banyak memberikan masukan dan saran. 2. Bapak Antonius Wibowo selaku dosen pembimbing II dalam skripsi ini yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan masukan dan saran yang membangun untuk menghadapi setiap permasalahan penulis. 3. Ibu Lanny Agustin, selaku kepala Laboratorium Mikroprosesor Jurusan Teknik Elektro Universitas Katolik Widya Mandala, tempat penulis mengerjakan alat dan memberikan dorongan semangat. 4. Bapak Andrew, selaku Sekertaris Jurusan yang juga memberi saran dalam pembuatan skripsi ini. 5. Keluarga saya, yang telah banyak memberikan dukungan baik materi,moral maupun doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Seluruh teman-teman seperjuangan di Jurusan Teknik Elektro, Yohanes Chandra Waju, serta Golongan X4, Ko Hendrik yang terus memberikan dorongan dan bantuan untuk penyelesaian skripsi ini. Mengingat ada pepatah tak ada gading yang tak retak, maka penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila terjadi kesalahan dalam penulisan buku skripsi ini. Surabaya, 2 Desember 2008

Penulis

iii

ABSTRAK
Dalam skripsi ini akan dibuat suatu alat yang berjudul PENGONTROL LAYAR PROYEKSI DENGAN MENGGUNAKAN PC DAN BLUETOOTH. Alat ini akan digunakan sebagai bagian dari kit presentasi untuk menaikan dan menurunkan layar proyeksi secara otomatis. Pengontrolan akan dilakukan dengan menggunakan piranti bluetooth yang terpasang pada PC (baik dengan dongle ataupun built-in) dan pada perangkat layar proyeksi. Sistem ini memiliki keunggulan karena dapat dikontrol secara manual dengan menggunakan tombol NAIK dan TURUN seandainya sistem yang menggunakan bluetooth tidak berfungsi.. Teknologi bluetooth dipergunakan untuk kebutuhan ini karena sistem komunikasi data ini sudah menjadi standar dan banyak dipergunakan pada sistem komputer untuk komunikasi nirkabel, mempunyai jangkauan area komunikasi yang lebih luas jika dibandingkan dengan pendahulunya misalnya infrared, serta memungkinkan untuk melakukan komunikasi tanpa harus face to face seperti halnya pada infrared. Sistem bluetooth ini sudah menjadi komponen standar pada komputer jinjing (notebook) karena merupakan sistem komunikasi wireless sehingga praktis sekali dan memfasilitasi mobilitas presenter dengan notebooknya dan dapat diperoleh dengan mudah dan ekonomis pada komputer desktop. Alasan lain dipergunakannya Bluetooth ini adalah komunikasi data dengan menggunakan Bluetooth ini bersifat personal, maksudnya komunikasi yang telah terjalin antara 2 peralatan Bluetooth tidak dapat dipengaruhi / diganggu oleh peralatan Bluetooth yang lainnya. Pengontrolan layar dilakukan dengan menggunakan sistem mikroprosesor yang telah dilengkapi dengan piranti bluetooth lewat komunikasi serial RS-232. Pada sistem mikroprosesor juga dilengkapi dengan piranti pendeteksi arus untuk memastikan bahwa motor penggerak layar berfungsi dengan baik atau tidak dan dapat mengirimkan kondisi tersebut kepada komputer pengontrol lewat komunikasi bluetooth yang sama. Sistem ini juga dilengkapi dengan sensor untuk mendeteksi bahwa layar proyeksi telah turun dengan penuh dan juga telah naik dengan penuh. Sensor ini digunakan sehingga pengguna layar tidak perlu memeriksa apakah layar proyeksi dapat dipergunakan dengan baik. Komunikasi bluetooth selain dipergunakan untuk memberikan perintah dari komputer ke mikroprosesor, juga difungsikan untuk komunikasi status sistem layar (mikroprosesor, layar, dan motor penggerak) dengan PC pengontrol sehingga pemakai dapat mengetahui status perangkat tersebut secara detail. Sistem menggunakan PC dengan sistem operasi Windows XP sebagai perangkat yang akan digunakan pengguna sebagai pengontrol. Sementara pada panel kontrol terdiri dari AVR Microcontroller dari keluarga AT90S2313 sebagai pengolah data yang diterima dari PC. Perangkat bluetooth yang dipergunakan pada sisi mikrokontroler adalah EmbeddedBlue Transceiver AppMod EB 500. Kata kunci: Motor, PC, AVR Microcontroller, Bluetooth, EmbeddedBlue Transceiver.

iv

ABSTRACT
In this tesis will be made an appliance titled "CONTROLLED SLIDE PROJECTOR WITH PC AND BLUETOOTH". This Appliance will be used as the part of presentation kit for turn up and turn down slide projector automatically. Control will be conducted by using bluetooth attached by PC (with dongle and or built-in) and slide projection. The excellence of this system is it can be controlled manually by using knob GO UP and GO DOWN if bluetooth system do not function properly.. Bluetooth technology utilized for this requirement because this data communications system have become standard and utilized by many computer system for wireless communications, having broader communications area reach in comparison with its ancestor for example infrared, and also enable to conduct communications without having face to face as does at infrared communication. This Bluetooth system have become standard component at notebook because representing practical wireless communications system so that more practice and facility mobile presenter and can be obtained easily and economic at desktop one. Other reason utilizing of this Bluetooth is data communications by using this Bluetooth have the character of personal, its intention communications which have intertwined between 2 Bluetooth equipments cannot influence / to be bothered by other Bluetooth equipments. Control of slide is conducted by using microprocessor system which have been provided with bluetooth apparatus pass RS-232 serial communications. At microprocessor system is also provided with current detection apparatus to ensure that the system is working properly and can communicate system status (microprocessor, slide and motor). This system is also provided with censor to detect that slide have gone down fully or gone up fully. This censor can be used, so that presenter dont need to check if the slide projector used properly or not. Bluetooth communication unless used for sending command from computer to microprocessor, also used for communicate status system with PC so that user can know the status of the system detailed. This System used PC with Windows XP operating system, for application that can be used by user for controller. By the side, the control panel is composed of AVR Microcontroller from AT90S2313 family for processing data receive by the PC. Bluetooth application that used in side with the microcontroller is EmbeddedBlue Transceiver AppMod EB 500.
Keywords : Motor, PC, AVR Microcontroller, Bluetooth, EmbeddedBlue Transceiver.

DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. ABSTRAK ................................................................................................... ABSTRACT ................................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................ BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... i ii iii iv v vi viii xi 1 1 1 3 3 4 4 6 6 9 10 13 14 15 17 19 19 20 21 25 26

1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 1.3. Tujuan ........................................................................................ 1.4. Relevansi .................................................................................... 1.5. Metodologi Perancangan ............................................................ 1.6. Sistematika Penulisan ................................................................ BAB II TEORI PENUNJANG ..............................................................

2.1. Mikrokontroler ATTINY2313 ................................................... 2.2. Optoisolator ............................................................................... 2.3. Transistor ................................................................................... 2.4. Relay ......................................................................................... 2.5. Sensor Photoreflektor ................................................................ 2.6. Motor DC .................................................................................. 2.7. Komunikasi Data Serial ............................................................. 2.8. Komunikasi Data Bluetooth ........................................................ 2.8.1. Sejarah Bluetooth .............................................................. 2.8.2. Network Topology ............................................................ 2.8.3. Bluetooth Protocol Architecture ........................................ 2.8.4. Wireless Technology Advantage and Disanvantage ........ 2.9. Pemrograman Komputer .............................................................

vi

2.10. EMBEDDED BLUE 500 ............................................................ BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ..............................

27 29 29 31 31 35 53 53 60 72 73 74 76 77 77 79 80 81 84 84 85

3.1. Pengantar Perancangan dan Implementasi Alat .......................... 3.2. Perancangan Perangkat Keras ..................................................... 3.2.1. Perancangan Mekanik ...................................................... 3.2.2. Perancangan Elektronik .................................................... 3.3. Perancangan Perangkat Lunak (software).................................... 3.3.1. Perancangan Software pada ATTiny2313 .......................... 3.3.2. Perancangan Software pada PC ......................................... BAB IV PENGUKURAN, PENGUJIAN DAN ANALISIS .....................

4.1. Pengukuran dan Pengujian Rangkaian Sensor Optoreflektor ....... 4.2. Pengukuran Bagian Pengkondisi Sinyal Rangkaian Driver I/O Umum 4.3. Pengukuran Bagian Optoisolator Rangkaian Driver I/O Umum... 4.4. Pengukuran Bagian Pendeteksi Arus Rangkaian Driver I/O Umum .... 4.5. Pengukuran dan Pengujian Rangkaian Driver Motor................... 4.6. Pengukuran dan Pengujian Rangkaian Switch manual................. 4.7. Pengukuran Modul Bluetooth EB500.......................................... 4.8. Pengujian Alat Keseluruhan ........................................................ BAB V 5.1 PENUTUP .................................................................................. Kesimpulan ................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN I LAMPIRAN II : Rangkaian Elektronik Lengkap : Listing Program Mikrokontroler

LAMPIRAN III : Listing Software PC LAMPIRAN IV : Pengukuran Rangkaian Elektronik Lengkap LAMPIRAN V BIODATA : Listing Program Pengukuran Modul Bluetooth EB500

vii

DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Koneksi antara PC dengan Sistem .................................................... 1 Perancangan Alat ............................................................................. 4 Konfigurasi Pin ATTiny2313 ........................................................... 7 Simbol Optoisolator dan Daftar Pin .................................................. 10 Simbol dan Diagram Transistor PNP ................................................ 11 Simbol dan Diagram Transistor NPN ............................................... 11 Penggunaan Transistor NPN Sebagai switch .................................... 12 Penampang Relay pada Kondisi Mati ............................................... 13 Penampang Relay pada Kondisi Aktif .............................................. 13 Simbol Sensor Photoreflektor dan daftar pin .................................... 15 BagianBagian Dasar Motor DC....................................................... 16

Gambar 2.10 Konstruksi Dasar Motor DC ............................................................. 16 Gambar 2.11 Komunikasi simplex ......................................................................... 18 Gambar 2.12 Komunikasi half duplex ................................................................... 19 Gambar 2.13 Komunikasi full duplex .................................................................... 19 Gambar 2.14 Logo Bluetooth ................................................................................ 20 Gambar 2.15 Ilustrasi terjadinya sebuah Piconet ................................................... 21 Gambar 2.16 Arsitektur Protokol Bluetooth............................................................ 22 Gambar 2.17 Bagan Host Controller Interface ....................................................... 24 Gambar 2.18 Embedded Blue 500 .......................................................................... 27 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Diagram Blok Alat ........................................................................... 29 Mekanik bagian kiri layar tampak samping ...................................... 32 Mekanik bagian kiri layar tampak depan .......................................... 32 Mekanik bagian kanan layar tampak samping .................................. 33 Mekanik bagian kanan layar tampak samping .................................. 33 Mekanik secara keseluruhan ............................................................. 34 Rangkaian Power Supply .................................................................. 36 Schematic Rangkaian Power Supply.................................................. 36 Rangkaian Sensor Optoreflektor ....................................................... 37

viii

Gambar 3.10 Schematic Rangkaian Sensor Optoreflektor ...................................... 38 Gambar 3.11 Schematic Bagian Pengkondisi Sinyal .............................................. 40 Gambar 3.12 Schematic Bagian Indikator Proses.................................................... 41 Gambar 3.13 Schematic Bagian Optoisolator ......................................................... 42 Gambar 3.14 Schematic Bagian Pendeteksi arus .................................................... 44 Gambar 3.15 Schematic Bagian Konektor EB500 .................................................. 44 Gambar 3.16 Rangkaian Driver I/O umum ............................................................ 45 Gambar 3.17 Schematic Rangkaian Driver I/O umum ............................................ 45 Gambar 3.18 Rangkaian Driver Motor .................................................................. 47 Gambar 3.19 Schematic Rangkaian Driver Motor .................................................. 48 Gambar 3.20 Tata Letak Jumper dan Konfigurasi Jumper ..................................... 49 Gambar 3.21 Minimum System Atiny2313 ............................................................. 50 Gambar 3.22 Pemasangan Modul EB500 .............................................................. 51 Gambar 3.23 Rangkaian Switch Manual ................................................................ 52 Gambar 3.24 Rangkaian Schematic Switch Manual ................................................ 53 Gambar 3.25 Flowchart Utama............................................................................... 54 Gambar 3.26 Flowchart Subrutin Receive Password............................................... 55 Gambar 3.27 Flowchart Subrutin Change Password ............................................... 56 Gambar 3.28 Flowchart Subrutin Naik ................................................................... 57 Gambar 3.29 Flowchart Subrutin Turun ................................................................. 58 Gambar 3.30 Flowchart Subrutin Unconnected ...................................................... 59 Gambar 3.31 Tampilan Software pada PC.............................................................. 60 Gambar 3.32 Kotak Dialog atur comport................................................................ 61 Gambar 3.33 Flowchart Tombol atur comport ........................................................ 61 Gambar 3.34 Flowchart Tombol aktif comport....................................................... 62 Gambar 3.35 Flowchart Tombol krm pswd ............................................................ 63 Gambar 3.36 Flowchart Tombol ubh pswd............................................................. 64 Gambar 3.37 Flowchart Tombol layar naik ............................................................ 64 Gambar 3.38 Flowchart Tombol layar turun ........................................................... 65 Gambar 3.39 Flowchart Feedback yang diterima PC.............................................. 66 Gambar 3.40 Tampilan Awal Software pada PC ................................................... 67 Gambar 3.41 Tampilan Kotak Dialog Pengaturan Comport .................................... 67

ix

Gambar 3.42 Tampilan Setelah Port Komunikasi Terhubung ................................. 68 Gambar 3.43 Tampilan Apabila Password Yang Dimasukkan Benar ...................... 68 Gambar 3.44 Tampilan Apabila Password Yang Dimasukkan Salah....................... 69 Gambar 3.45 Tampilan Password Berhasil Diganti................................................. 69 Gambar 3.46 Tampilan Password Gagal Diganti .................................................... 70 Gambar 3.47 Tampilan Setelah Perintah Naik/Turun Berhasil................................ 70 Gambar 3.48 Tampilan Jika Driver Motor Bermasalah........................................... 71 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Bentuk Alat Keseluruhan ................................................................. 73 Pengukuran Rangkaian Sensor Optoreflektor ................................... 74 Pengukuran Bagian Pengkondisi Sinyal ........................................... 75 Pengukuran Bagian Optoisolator ...................................................... 76 Pengukuran Bagian Pendeteksi Arus ................................................ 77 Pengukuran Rangkaian Driver Motor................................................ 78 Pengukuran Rangkaian Switch manual .............................................. 79 Pengukuran EB500 ........................................................................... 80 Hasil Pengukuran Modul Bluetooth EB500 ....................................... 81

DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Fungsi Khusus masing masing kaki Port A .................................... 8 Fungsi Khusus masing masing kaki Port B .................................... 8 Fungsi Khusus masing masing kaki Port D .................................... 9 Kelas Bluetooth Radio....................................................................... 22 Keutungan Dan Kerugian Teknologi Wireless................................... 26 Spesifikasi Embedded Blue 500......................................................... 28 Konfigurasi pin out EB500................................................................ 28 Perintah mikrokontroler ke bagian optoisolator ................................ 42 Konfigurasi Hubungan Antara Mikrokontroler Dengan EB500 ........ 51 Hasil Pengukuran Rangkaian Sensor Optoisolator ............................ 74 Hasil Pengukuran Bagian Pengkondisi Sinyal .................................. 75 Hasil Pengukuran Bagian Optoisolator.............................................. 76 Hasil Pengukuran Bagian Pendeteksi Arus ....................................... 77 Hasil Pengukuran Rangkaian Driver Motor....................................... 78 Hasil Pengukuran Rangkaian Switch manual ..................................... 79 Hasil Pengujian Alat Keseluruhan dengan Bluetooth......................... 82 Hasil Pengujian Alat Keseluruhan dengan Switch Manual ................. 82

xi

BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan tentang pembuatan skripsi ini. Selain itu juga akan dibahas mengenai metodologi perancangan alat dan sistematika penulisan dalam pembuatan buku ini.

1.1

Latar Belakang Kemudahan dan fungsionalitas adalah salah satu tujuan yang ingin dicapai dari

penciptaan sebuah perangkat baru yang akan digunakan untuk menggantikan fungsi dari sebuah perangkat yang telah ada. Kemudahan berkaitan erat dengan penggunaan dari sebuah perangkat yang akan menuju pada kenyamanan dari pengguna dalam menggunakan perangkat tersebut. Sementara fungsionalitas berkaitan erat dengan fungsi dari dari perangkat tersebut, apakah perangkat tersebut dapat bekerja sesuai dengan maksud dan tujuan dari pengguna. Saat ini masih ditemui banyak orang yang merasa repot jika meggunakan alat alat presentasi sebab mereka menggunakan peralatan yang seadanya dan belum terintegrasi. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka dibuatlah sebuah perangkat pengontrol layar proyeksi yang memungkinkan pengguna untuk mengontrol layar proyeksi melalui PC secara wireless dengan bluetooth. Untuk menaikkan atau menurunkan layar proyeksi maka pengguna cukup menekan tombol Up dan Down pada layar PC dengan menggunakan software yang telah dibuat. 1.2 Perumusan Masalah

Gambar 1.1 Koneksi antara PC dengan Sistem Gambar 1.1 tersebut menunjukkan koneksi antara PC dengan sistem pengontrol layar yang akan dibuat, PC digunakan sebagai sarana bagi user untuk mengirimkan

perintah yang dikehendaki ke sistem pengontrol layar secara wireless dengan bluetooth, bentuk perintah yang dikirimkan dapat berupa perintah untuk menaikkan/menurunkan layar proyeksi, mengganti password,dsb. Setelah perintah tersebut dikirimkan maka sistem pengontrol layar akan menganalisa perintah yang diterima, jika perintah tersebut dapat dijalankan maka sistem pengontrol layar akan menjalankan perintah tersebut, sebaliknya jika perintah yang diberikan tersebut oleh karena suatu hal, tidak memungkinkan untuk dijalankan maka sistem akan memberikan feedback kepada user secara wireless dengan memanfaatkan komunikasi bluetooth pula. Contoh sederhana dari hal ini misalnya jika user mengirimkan perintah menaikkan/menurunkan layar proyeksi, maka setelah sistem menerima perintah tersebut, sistem akan terlebih dahulu mengecek kondisi driver motor, jika kondisi driver motor bermasalah/rusak maka sistem akan mengirmkan kembali feedback kepada user yang menyatakan bahwa drver motor bermasalah, namun apabila driver motor dalam keadaan baik, maka sistem akan menjalankan perintah yang dikirimkan oleh user tersebut. Dalam membuat alat tersebut dijumpai permasalahan permasalahan, beberapa permasalahan yang ingin dipecahkan pada pengerjaan alat ini adalah : 1. Merancang sebuah rangkaian yang akan digunakan untuk menggantikan fungsi saklar secara manual dan dapat dikontrol dari jarak jauh. Rangkaian ini selanjutnya akan disebut dengan rangkaian switch otomatis untuk mengendalikan motor dalam menaikkan / menurunkan layar. 2. Merancang sebuah rangkaian yang akan digunakan untuk memberitahukan kondisi status dari alat yang digunakan untuk memudahkan troubleshooting. 3. Merancang software yang akan digunakan pada PC agar pengguna dapat mengirimkan data ke pengontrol layar dengan menggunakan bluetooth yang ada pada PC. 4. Merancang software yang akan digunakan pada microcontroller akan dapat memahami intruksi yang diberikan oleh pengguna dan dapat digunakan untuk mengatur kerja dari rangkaian switch otomatis.

5.

Merancang sebuah sistem komunikasi bluetooth sehingga pengiriman data antara pengguna dengan pengontrol layar proyeksi dapat terjadi.

6.

Merancang agar layar proyeksi tetap dapat dikendalikan dengan manual dengan switch jika pengendalian lewat PC tidak berfungsi/rusak

1.3

Tujuan Tujuan umum dari pembuatan pengontrol layar proyeksi ini adalah untuk membuat

peralatan presentasi yang lebih terintegrasi serta memberikan bantuan kemudahan bagi mereka yang melakukan presentasi dalam mengontrol layar proyeksi. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa syarat yang harus dapat dipenuhi terlebih dahulu, antara lain : 1. Perancangan software pada PC maupun pada microcontroller yang digunakan agar dapat saling bertukar data. 2. 3. Perancangan tampilan software pada PC yang mudah dipahami oleh pengguna. Perancangan rangkaian switch otomatis yang digunakan pada rangkaian motor untuk menaikkan/ menurunkan layar. 4. Perancangan rangkaian pendeteksi arus untuk dapat mengetahui bagian dari perangkat yang mengalami masalah pada sisi mikrokontroler dan

memberitahukannya kepada pemakai. 5. Layar Proyeksi tetap dapat dinaikkan/diturunkan secara manual seandainya sistem bluetooth ini tidak berfungsi dengan menggunakan rangkaian switch manual. 1.4 Relevansi Skripsi ini diharapkan mampu membantu para presenter (orang yang akan presentasi) agar dapat lebih mudah dan praktis dalam kaitannya dengan mengontrol layar proyeksi sehingga membuat presentasi menjadi lebih nyaman dan tidak ribet.

1.5

Metodologi Perancangan Alat

Gambar 1.2 Perancangan Alat Gambar 1.2 memperlihatkan langkah langkah perancangan alat yang akan dibuat, adapun langkah-langkah dalam metodologi perancangan alat tersebut adalah: 1. Studi Literatur Mengumpulkan bahanbahan literatur sebagai penunjang untuk pembuatan sistem ini, seperti mengenai Bluetooth module dan dongle bluetooth, rangkaian pendeteksi arus, magnetic stripe reader, sensor infra red, dsb. 2. Perancangan Alat Meliputi perancangan perangkat keras dan perangkat lunak berdasarkan blok diagram secara keseluruhan alat yang nantinya untuk mendukung pengoperasian sistem alat berdasarkan studi literature yang didapat. 3. Pengukuran Melakukan serangkaian percobaan guna mengetahui kehandalan sistem. 4. Pembuatan Buku Pembuatan buku yang berisi tentang Sistem Pengontrol Layar Proyeksi dengan menggunakan PC dan Bluetooth.

1.6

Sistematika Penulisan Sistematika dari penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I Pendahuluan: Membahas Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan, Relevansi, Metodologi Perancangan Alat, dan Sistematika Penulisan.

1.

2.

Bab II Teori Penunjang dan Tinjauan Pustaka: Membahas mengenai dasar teori penunjang dan cara kerja dari berbagai komponen yang dipakai dalam rangkaian yang digunakan dalam perencanaan dan pembuatan alat ini.

3.

Bab III

Metode Perancangan Alat: Membahas tentang perencanaan alat

kemudian dilanjutkan dengan pembuatan alat. Meliputi pembuatan rangkaian mekanik, elektronika dan software yang akan digunakan.. 4. Bab IV Pengukuran dan Pengujian Alat: Pengukuran dan pengujian alat

diperlukan untuk mengetahui fungsi kerja alat apakah sesuai dengan perancangan awal. 5. Bab V Kesimpulan: merupakan Kesimpulan dari kinerja alat setelah melalui

beragam proses pengukuran dan pengujian. 5. Daftar Pustaka dan Lampiran: Berisi referensi referensi yang digunakan dalam pembuatan alat dan penyusunan buku beserta skema lengkap rangkaian, program listing, dan datasheet, serta biodata penulis.

BAB II TEORI PENUNJANG


Bab ini akan membahas dasar teori penunjang yang digunakan dalam pembuatan alat meliputi dari komponen yang akan digunakan dalam perancangan rangkaian elektronika sampai dengan pembuatan program. Teori penunjang yang membantu penulis untuk memahami prinsip kerja dari komponen elektronika yang digunakan tersebut meliputi teori tentang Mikrokontroler ATTiny2313, Optoisolator, Transistor, Relay, Sensor photoreflektor, Motor DC, Komunikasi data serial, komunikasi data bluetooth, Pemrograman komputer, Embedded Blue 500. Beberapa teori penunjang tersebut akan dijelaskan lebih detail berikut ini. 2.1 MIKROKONTROLER ATTINY23131 Mikrokontroler adalah sebuah mikroprosesor yang dilengkapi dengan fasilitas I/O dan memori (secara umum dapat berupa RAM maupun ROM) serta dikemas dalam suatu chip tunggal. Mikrokontroler ATTiny2313 merupakan bagian dari keluarga meikrokontroler Atmel, yaitu termasuk keluarga AVR. Keluarga ini diawali oleh Intel yang mengenalkan mikrokontroler pada tahun 1980-an. Pada pembuatan sistem ini mikrokontroler yang digunakan adalah mikrokontroler ATTiny2313, sebab

Mikrokontroler tersebut mempunyai fasilitas In-System Programming (ISP), sehingga dapat diprogram melalui port paralel yang terdapat pada PC. Mikrokontroler ATTiny2313 ini merupakan bagian terpenting dari perancangan sistem ini. Beberapa fitur penting dari ATTiny2313 yang menjadikan mikrokontroler tersebut dipergunakan untuk perangkat ini adalah : 2 Kbytes In-System Programming (ISP) Flash memory yang dapat dihapus dan ditulis sampai 10000 kali. Full Duplex USART Konfigurasi pin ATTiny2313 dapat dilihat pada gambar 2.1. Seperti terlihat pada gambar tersebut maka mikrokontroler ini cukup kecil sehingga dapat diimplementasikan dengan mudah dan tidak membutuhkan tempat yang besar pada perangkat layar.
1

http://www.atmel/attiny2313.htm (Diakses pada tanggal 17 November 2008)

Mempunyai 15 pin I/O (Port B dan Port D) yang akan digunakan untuk keperluan sistem yang dibuat oleh penulis, hal ini disebabkan alat yang dibuat tidak membutuhkan pin I/O yang banyak

Gambar 2.1 Konfigurasi Pin ATTiny2313 Gambar 2.1 memperlihatkan konfigurasi pin pin ATTiny2313 yang mana akan digunakan dalam perancangan alat ini, Beberapa hal umum tentang ATTiny2313 : VCC : tegangan supply 5 V DC GND : ground 0 V DC Port A : 3 bit bidirectional I/O dengan internal pull up resistor, mempunyai beberapa fungsi khusus yang akan dijelaskan selanjutnya. Port B : 8 bit bidirectional I/O dengan internal pull up resistor, mempunyai beberapa fungsi khusus yang akan dijelaskan selanjutnya. Port D : 7 bit bidirectional I/O dengan internal pull up resistor, mempunyai beberapa fungsi khusus yang akan dijelaskan selanjutnya.

Tabel 2.1 Fungsi Khusus masing masing kaki Port A

Berdasarkan pada tabel 2.1, Port A0 dan Port A1 berfungsi sebagai input kristal osilator untuk menghasilkan pulsa clock pada mikrokontroler agar dapat bekerja dengan baik, sedangkan Port A2 berfungsi sebagai input reset bagi mikrokontroler. Jika Port A2 diberikan tegangan LOW maka mikrokontroler tersebut akan mengalami reset. Sistem ini tidak digunakan Port A sebagai I/O sebaliknya menggunakan fungsi khusus dari Port A.

Tabel 2.2 Fungsi Khusus masing masing kaki Port B

Berdasarkan tabel 2.2, Port B ini mempunyai beberapa fungsi khusus yang penting, yaitu Port B0 dan Port B1 masing masing berfungsi sebagai input positif dan input negatif dari internal analog comparator, Port B2 sampai dengan Port B7 dapat digunakan sebagai input untuk trigger interrupt mikrokontroler, Port B2 sampai dengan Port B4 juga merupakan output dari timer/counter mikrokontroler, selain itu Port B5, B6, dan B7 masing masing diguankan sebagai jalur DI (MOSI), DO(MISO), USCK dalam ISP. Jika Port B digunakan sebagai I/O maka buffer output Port B dapat mengalirkan arus 20 mA sehingga mampu untuk mengendalikan display LED, jika Port B ingin digunakan sebagai input maka internal pull up resistor harus diaktifkan terlebih dahulu.

Tabel 2.3 Fungsi Khusus masing masing kaki Port D

Berdasarkan tabel 2.3, Port D mempunyai beberapa fungsi khusus yang penting yaitu Port D0 dan D1 berfungsi sebagai pin TX dan RX yang dipergunakan dalam transmisi data secara serial antara mikrokontroler dengan device yang lain, Port D2 dan Port D3 digunakan sebagai input bagi interupt mikrokontroler, Port D4 dan Port D5 digunakan sebagai input eksternal clock untuk fungsi counter ke mikrokontroler. Jika Port D digunakan sebagai I/O maka buffer output Port D dapat mengalirkan arus 20 mA sehingga mampu untuk mengendalikan display LED, jika Port D ingin digunakan sebagai input maka internal pull up resistor harus diaktifkan terlebih dahulu. 2.2 OPTOISOLATOR2 Optoisolator merupakan komponen elektronika yang terdiri dari sedikitnya satu emitter (pemancar cahaya) yang mengkopel secara optik terhadap satu fotodetektor melalui semacam media terisolasi. Emitter pemancar cahaya dapat berupa sebuah lampu pijar, lampu neon, atau LED (Light Emitting Dioda). Medium isolasi dapat berupa udara, gelas, plastik maupun fiber optik. Detektor dapat berupa photoconductor, photodiode, phototransistor, photo-FET, photodiac, photo-SCR atau rangkaian photodioda amplifier. Pengaturan emiter dan detektor melalui medium terisolasi seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan perpindahan informasi dari satu rangkaian yang mengandung emitter ke rangkaian lain yang mengandung detektor. Pada perancangan alat ini, optoisolator yang digunakan adalah optoisolator yang menggunakan emitter LED infrared dan detektor phototransistor. Optoisolator tersebut
2

http://en.wikipedia.org/wiki/Optoisolator (Diakses pada tanggal 20 November 2008)

10

akan digunakan dalam Rangkaian Driver I./O Umum yang bertujuan untuk mengisolasi rangkaian mikrokontroler dengan rangkaian driver motor, hal ini akan dibahas lebih lanjut di Bab III. Cara kerja dari optoisolator ini adalah bila diberi tegangan antara kaki 1 dan 2 secara forward bias, maka emitter akan menyala dan phototransistor akan menerima cahaya infra merah dari LED. Pada saat phototransistor menerima cahaya infra merah maka phototransistor akan berfungsi sebagai saklar penghubung. Optoisolator yang digunakan dalam tugas akhir ini berbentuk Intergrated Circuit (IC) dengan tipe 4N26. IC ini digunakan pada rangkaian pendeteksi untuk memberikan umpan balik pada sistem mengenai kondisi dari beban apakah menyala atau tidak. Simbol dari optoisolator dapat dilihat pada gambar 2.2. Pin 1. LED anode 2. LED cahtode 3. N.C. 4. Emitter 5. Collector 6. Base

Gambar 2.2 Simbol Optoisolator dan Daftar Pin Pada gambar 2.2 terlihat bahwa pada kaki 1 dan 2 adalah kaki kaki dari LED yang akan mengkopel fototransistor yang mana terhubung pada kaki kaki 6,5 dan 4. 2.3. TRANSISTOR3 Transistor adalah serpihan kristal yang terdiri dari kombinasi semi konduktor yang berbeda jenis, berdasarkan jenis yang menyusunnya maka transistor dibedakan menjadi dua macam yaitu tipe PNP dan NPN. Transistor ini akan digunakan dalam rangkaian driver motor yang akan dijelaskan pada Bab III sebagai kunci utama dalam pengendalian gerakan motor penggulung layar Simbol dan diagram dari kedua jenis transistor tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3 dan gambar 2.4..
3

Malvino, Albert Paul, Ph.D. E.E., Prinsip Prinsip Elektronika, Buku Satu, Salemba Teknika, 2003 (Diakses pada tanggal 22 November 2008)

11

Gambar 2.3 Simbol dan Diagram Transistor PNP

Gambar 2.4 Simbol dan Diagram Transistor NPN Terdapat tiga daerah operasi dari transistor yaitu daerah cut-off, aktif, dan saturasi. Di wilayah cut-off, transistor mati atau arus tidak mencukupi untuk menyalakan dan kedua sambungan memiliki bias mundur (reverse biased). Dalam wilayah aktif arus bekerja stabil meskipun tegangan berubah dan keadaan saturasi merupakan keadaan dimana elektron elektron mengalir (emitor dengan kolektor terhubung). Penggunaan transistor yang paling sering ditemui adalah sebagai sebuah switch. Jika sebuah transistor berada dalam keadaan saturasi, transistor tersebut seperti sebuah switch yang tertutup dari kolektor ke emitor. Jika transistor tersumbat (cut-off), transistor seperti sebuah switch yang terbuka. Tiga daerah yang terdapat dalam transistor adalah : emitor, basis dan kolektor yang dapat dikombinasikan menjadi material tipe NPN atau tipe PNP yang digabung sebagai peralatan tiga terminal. Penggunaan transistor sebagai swtich dapat dilihat pada gambar 2.5 yang memperlihatkan penggunaan dari sebuah transistor NPN sebagai sebuah switch dalam rangkaian elektronika.

12

Gambar 2.5 Penggunaan Transistor NPN Sebagai switch (A). Transistor kondisi on (B). Transistor kondisi off Dalam rangkaian elektronika sinyal input (1 atau 0) biasanya diberikan ke basis transistor, yang menyebabkan sambungan kolektor-emitor menjadi short atau open. Kaidah switching adalah sebagai berikut: Pada transistor NPN, dengan memberikan tegangan positif dari basis ke emitor akan menyebabkan sambungan kolektor-emitor menjadi short (dinamakan turning on). Dengan memberi tegangan negatif atau 0V dari basis ke emitor akan menyebabkan sambungan kolektor-emitor open (dinamakan turning off). Sementara pada transistor PNP, dengan memberikan tegangan negatif dari basis ke emitor, transistor akan ON. Dengan memberikan tegangan positif atau 0V dari basis ke emitor, transistor akan OFF. Resistor RB dan RC digunakan untuk membatasi arus basis dan arus kolektor. Transistor akan ON pada saat tegangan basis lebih positif dibandingkan emitor. Ini menyebabkan sambungan kolektor-emitor menjadi short. Dalam gambar 2.5B sinyal input diubah, menyebabkan sambungan basis-emitor menjadi 0V, dan transistor OFF, sehingga tidak ada arus yang melewati RC, dengan demikian Vout = 5 V (0 A x RC) = 5 V, untuk mendapat harga resistor pada basis digunakan rumus sebagai berikut : Ib =Vbb-0.7/Rb

13

2.4. RELAY4 Relay akan digunakan dalam rangkaian driver motor yang akan dijelaskan pada Bab III, adapun kegunaan relay ini adalah sebagai komponen switching untuk mengendalikan gerakan motor. Relay merupakan komponen elektromagnetik yang dapat mengubah posisi lengan kontak input yang terhubung lengan output_1 pindah ke lengan kontak output_2 dengan memberikan medan elektromagnetik yang dibentuk dari kumparan kawat teraliri tegangan dan arus. Komponen relay terdiri dari : kumparan kawat, inti besi lunak, lengan kontak, penekan, engsel, dan armatur.

Gambar 2.6 Penampang Relay pada Kondisi Mati

Gambar 2.7 Penampang Relay pada Kondisi Aktif

Struktur relay dalam kondisi tidak teraliri arus listrik dapat dilihat pada gambar 2.6. Struktur relay dalam kondisi teraliri arus listrik dapat dilihat pada gambar 2.7. Cara kerja relay berupa kawat kumparan teraliri arus
4

http://electronics.howstuffworks.com/relay.htm (Diakses pada tanggal 21 November 2008)

14

listrik akan menimbulkan medan elektromagnetik dan membuat inti besi lunak termagnetisasi akibatnya armatur akan tertarik oleh inti besi (kutub magnet yang sama), armatur akan menggerakkan penekan (penekan memiliki engsel untuk memudahkan pergerakan) untuk mendorong lengan kontak input yang tersambung dengan lengan kontak output_1 ke lengan kontak output_2.
Relay mekanik pada umumnya digunakan sebagai interface antara kontrol digital, yang mempunyai level tegangan rendah DC (Direct Current) 5 volt, dengan aplikasi yang dikontrol menggunakan tegangan AC( Alternate Current) 220 volt. 2.5. SENSOR PHOTOREFLEKTOR5 Sensor photoreflektor adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya halangan, sensor photoreflektor ini pada dasarnya merupakan gabungan antara LED infrared dan phototransistor. LED infrared berfungsi sebagai pemancar cahaya infrared, jika cahaya tersebut memantul pada permukaan benda (ada halangan), maka phototransistor yang berfungsi sebagai penerima cahaya infrared tersebut akan meneruskan aliran arus listrik yang melaluinya (phototransistor saturasi), namun sebaliknya jika cahaya tersebut tidak memantul pada permukaan benda (tidak ada halangan), maka phototransistor tersebut tidak akan meneruskan aliran arus listrik tersebut (phototransistor cut off). Sensor photoreflektor ini akan digunakan pada rangkaian sensor yang mana berfungsi untuk mendeteksi batas atas maupun batas bawah dari layar proyeksi. Penjelasan lebih rinci dari sensor ini akan dibahas pada Bab III. Gambar 2.8 menunjukkan sensor photoreflektor beserta bagian bagiannya

www.innovativeelectronics.com/innovative_electronics/download_files/artikel/AN71.pdf (Diakses pada tanggal 25 november 2008)

15

Pin 1. 2. 3. 4. Anode Cathode Collector Emitor

Gambar 2.8 Simbol Sensor Photoreflektor dan daftar pin 2.6. MOTOR DC6 Motor adalah suatu perangkat elektronik yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik dalam bentuk gerakan mekanik memutar. Motor arus searah atau Direct Current Motor memerlukan arus listrik searah guna menghasilkan gerakan mekanik berputar. Dalam skripsi ini digunakan motor DC power window dengan tegangan kerja yang diperlukan antara 7V sampai dengan 9V, sedangkan arus kerja yang diperlukan antara 1,5 A sampai dengan 3,8 A. Motor DC memiliki bagian mendasar seperti pada Gambar 2.9, yaitu : 1. Sebuah stator, merupakan kerangka dari motor tersebut. 2. Sebuah rotor, merupakan batang yang berputar beserta komponen yang terhubung dengannya. 3. Komutator, merupakan bagian motor DC yang berfungsi sebagai konektor untuk memasukkan tegangan DC ke motor .

http://lancet.mit.edu/motors/motors3.html (Diakses pada tanggal 12 November 2008)

16

Gambar 2.9 BagianBagian Dasar Motor DC Pada skripsi ini digunakan motor DC power window untuk menggerakkan layar proyeksi. Konstruksi sederhana dari motor DC dapat dilihat pada gambar 2.10.

Gambar 2.10 Konstruksi Dasar Motor DC7 Cara kerja motor DC dimulai ketika catu daya dihubungkan dengan motor, arus dari catu daya akan mengalir menuju armatur melalui komutator (commutator) yang
7

http://www.coilwinder.com/motor%20Theory.htm (Diakses pada tanggal 29 November 2008)

17

terhubung dengan brush (sikat) dan arus akan mengalir kembali ke catu daya. Commutator akan berfungsi menjadi semacam saklar yang mengubah-ubah arah arus yang mengalir dalam commutator. Pada saat kumparan dialiri arus dan diletakkan di antara sepasang magnet permanen maka akan menghasilkan medan magnet yang menyebabkan bagian rotor menjadi berputar, karena adanya gaya tolak-menolak antar kutub sejenis dan gaya tarik-menarik antar kutub tidak sejenis. Selama catu daya masih terhubung dengan motor DC, proses perputaran rotor akan berlangsung secara terus menerus. Pada perancangan alat ini, motor DC akan berfungsi sebagai penggerak layar proyeksi dalam hubungannya dengan menaikkan/menurunkan layar proyeksi. KOMUNIKASI DATA SERIAL8 Komunikasi Data Serial penting untuk dibahas sebab jenis sistem komunikasi ini akan digunakan oleh mikrokontroler dan PC untuk dapat saling berinteraksi dan mengirimkan perintah melalui jalur komunikasi Bluetooth. Sistem komunikasi data serial merupakan sistem komunikasi yang biasa digunakan pada transmisi data jarak jauh. Port serial mengirim dan menerima data per 1 bit, melalui 1 kabel. Sehingga bila dibandingkan dengan port paralel yang mengirim data 8 bit dengan menggunakan 8 kabel bersamaan maka port serial akan membutuhkan waktu 8 kali lebih lama dalam mengirim data 8 bit, tetapi membutuhkan jumlah kabel yang lebih sedikit yaitu minimal 3 kabel ( kabel pengirim, kabel penerima, kabel ground). Kecepatan pengiriman data ditentukan oleh baudrate yaitu jumlah bit yang dikirim tiap detik. Nilai dari baudrate ditentukan dari UART (Universal Asynchronous Receiver Transmitter) dan USART (Universal Synchronous Asynchronous Receiver Transmitter). Terdapat perbedaan dalam mengatur nilai baudrate berdasarkan UART dan USART karena tergantung dari jenis pengiriman datanya. Berdasarkan jenisnya maka dapat dibedakan menjadi dua yaitu : A. Komunikasi serial asynchronous Pada sistem asynchronous, data akan dikirim per karakter, dimana pada setiap karakter akan diawali dengan start bit dan diakhiri dengan stop bit. Dengan metode seperti ini maka penerima (receiver) mengetahui kapan sebuah karakter
8

2.7

http://en.wikipedia.org/wiki/serial data (Diakses pada tanggal 29 November 2008)

18

masuk berdasarkan start bit-nya dan kapan berakhirnya berdasarkan stop bitnya. B. Komunikasi serial synchronous Pada sistem synchronous, data tidak dikirim per karakter melainkan per frame, dimana satu frame terdiri dari beberapa karakter sekaligus. Pada setiap pengiriman frame terdapat karakter karakter khusus yang akan digunakan sebagai penanda batas awal dan batas akhir dari sebuah frame. Komunikasi serial yang dipakai pada sistem bluetooth untuk perancangan alat yang dibuat adalah komunikasi serial asynchronous sebab protokol untuk pengiriman maupun penerimaan datanya sama dengan.protokol komunikasi serial asynchronous yang mana data dikirim setiap 8 bit (per karakter), serta diawali start bit dan diakhiri stop bit. Sementara berdasarkan dari arah komunikasi data, maka komunikasi data serial dibedakan menjadi dua yaitu : A. Sistem simplex Dalam sistem simplex, komunikasi data dilakukan dalam satu arah saja, yaitu dari transmitter ke receiver, oleh karena itu maka hanya dibutuhkan satu jalur transmisi saja. Sistem komunikasi simplex dapat dilihat pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Komunikasi simplex B. Sistem duplex Dalam sistem duplex, komunikasi data dilakukan dalam dua arah secara timbal balik. Pada sistem ini maka sebuah perangkat yang ada dapat berfungsi baik sebagai transmitter maupun receiver. Sistem duplex sendir terdiri daru dua macam, yaitu half duplex dan full duplex : 3. Sistem Half Duplex Dalam sistem half duplex, jalur transmisi yang digunakan hanya satu. Karena hanya ada satu jalur transmisi maka pengiriman data harus dilakukan secara bergantian, satu sebagai transmitter dan lainnya sebagai receiver. Adakalanya

19

pada waktu bersamaan kedua perangkat berfungsi sebagai transmitter, bila hal ini terjadi maka akan menimbulkan data collision. Sistem komunikasi half duplex dapat dilihat pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Komunikasi half duplex 4. Sistem Full Duplex Dalam sistem full duplex, jalur transmisi yang digunakan ada dua. Satu digunakan oleh transmitter dan satunya oleh receiver. Sistem komunikasi full duplex dapat dilihat pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Komunikasi full duplex Sistem komunikasi Bluetooth yang digunakan pada perancangan alat menggunakan sistem half duplex sebab pengiriman data bluetooth yang berasal dari mikrokontroler menuju ke PC maupun sebaliknya harus dilakukan bergantian serta tidak dapat dilakukan bersamaan dalam waktu yang sama. KOMUNIKASI DATA BLUETOOTH9

2.8

2.8.1 Sejarah Bluetooth Pada tahun 1994, Ericsson Mobile Communications memutuskan untuk mencari kemungkinan menghubungkan komputer dengan telepon genggam. Solusi yang diinginkan adalah sebuah perangkat yang membutuhkan daya kecil, biaya yang murah dan cukup kecil untuk dapat diimplementasikan ke dalam telepon genggam dan aksesoris pendukungnya. Selanjutnya peneliti menemukan kemungkinan bahwa bluetooth dapat digunakan tidak hanya menghubungkan antara komputer dengan telepon genggam tetapi sebagai juga digunakan sebagai standar universal wireless antar perangkat.
9

http://electronics.howstuffworks.com/bletooth.htm (Diakses pada tanggal 29 November 2008)

20

Pada tahun 1998 terbentuklah The Bluetooth Special Interest Group (SIG) yang diprakasai oleh Ericsson bersama dengan IBM, Intel, Nokia dan Toshiba. Saat ini jumlah perusahaan yang menjadi anggota semakin bertambah termasuk di dalamnya Agere, Microsoft dan perusahaan lainnya. Tujuan dari kelompok ini adalah untuk menemukan konsep standar dari teknologi yang digunakan dan agar teknologi ini tidak hanya menjadi hak dari sebuah perusahaan. Pada Juli 1999, hasil pertama yang diterbitkan yaitu first Bluetooth specification (1.0) yang mengandung informasi yang dibutuhkan untuk memastikan agar perangkat bluetooth yang diproduksi oleh perusahaan yang berbeda tetap dapat terhubung. Dan pada saat ini versi bluetooth yang terakhir adalah versi 2.00. Nama bluetooth sendiri berasal dari seorang raja Denmark dan Norwegia yang bernama Harald Bltand ( dimana Bltand berarti Bluetooth dalam bahasa inggris) yang berkuasa pada abad ke-10. Harald Bltand dikenal atas jasanya dalam mempersatukan berbagai macam suku yang ada pada Denmark (termasuk di dalamnya adalah Swedish Scania atau sekarang dikenal sebagai Swedia dimana teknologi Bluetooh diciptakan) dan Norwegia. Logo Bluetooth sendiri berasal dari singkatan nama Harald Bltand yang ditulis dalam bahasa scandivania kuno. Logo dari bluetooth dapat dilihat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14 Logo Bluetooth10 2.8.2 Network Topology Pada saat sebuah perangkat bluetooh berada pada daerah jangkauan dari perangkat bluetooth lainnya maka mereka dapat membentuk sebuah koneksi ad hoc point-point seperti terlihat pada gambar 2.16A atau koneksi point-to-multipoint. Dua atau lebih perangkat yang terhubung dalam sebuah daerah disebut dengan piconet. Beberapa piconet dapat terhubung bersama dalam ad hoc scatternets.

http://allaboutwebinnovations.com/wp-content/uploads/2008/05/bluetooth.jpg (Diakses pada tanggal 29 November 2008)

10

21

Untuk itulah pada teknologi bluetooth dikenal sebuah istilah Master and Slaves dimana untuk mengontrol lalu lintas komunikasi data pada sebuah piconet. Salah satu perangkat dari perangkat bluetooth yang terhubung menjadi master dan sisanya menjadi slave seperi terlihat pada gambar 2.15B . Pada Bluetooth specification 1.1 dapat terjadi komunikasi secara aktif antara sebuah master sampai dengan tujuh buah slave. Scatternets terbentuk bila master dari sebuah piconet menjadi slave pada piconet lainnya atau dapat pula terjadi bila sebuah slave memiliki dua master seperti pada gambar 2.15C. Dalam sebuah scatternet dapat terdiri sampai dengan 10 buah piconet. Pada gambar 2.15 akan diberikan ilustrasi mengenai hubungan yang terjadi antar perangkat bluetooth.

Gambar 2.15 Ilustrasi terjadinya sebuah Piconet11

2.8.3. Bluetooth Protocol Architecture Bluetooth didefinisikan sebagai sebuah arsitektur protokol berlayer yang mengandung protokol inti, pengganti kabel dan protokol telepon serta protokol adaptasi. Pada gambar 2.16 dapat dilihat arsitektur protokol dari bluetooth.

http://allaboutwebinnovations.com/wp-content/uploads/2008/05/piconet.jpg (Diakses pada tanggal 29 November 2008)

11

22

Gambar 2.16 Arsitektur Protokol Bluetooth12

Pada bagian selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai masing masing blok dari arsitektur protokol yang terlihat pada gambar 2.16.
B. Radio Layer paling dasar dari arsitektur bluetooh adalah Bluetooth Radio. Bluetooth beroperasi pada Industrial Scientific and Medical (ISM) band antara 2,40 sampai dengan 2,48 GHz. Terdapat tiga kelas dari transmitter yang dibedakan dari output power dan jangkauan transmisi yang dimiliki. Kelas yang ada dapat dilihat pada tabel 2.4. Tabel 2.4 Kelas Bluetooth Radio Power Class 1 2 3 Max Output Power 100 mW (+20 dBm) 2.5 mW (+4dBm) 1 mW (0 dBm) Min Output Power 1 mW (0 dBm) 0.25 mW (-6 dBm) N/A Range ~ 100 m ~ 10 m ~1m

http://allaboutwebinnovations.com/wp-content/uploads/2008/05/protocol.jpg (Diakses pada tanggal 29 November 2008)

12

23

Bluetooth radio menggunakan modulasi Gaussian Frequency Shift Keying (GFSK) dalam melakukan transmisinya. C. Baseband Layer Baseband layer adalah lapisan fisik dan berada di atas Bluetooth radio. Baseband layer menangani masalah channel. Untuk menghindari terjadinya interferensi dari sinyal lain yang berada pada band 2.4 GHz seperti WLAN, Bluetooth menggunakan prinsip frekuensi hopping. Setiap perangkat bluetooth mempunyai alamat hardware yang khusus dan sebuah bluetooth clock. Sebuah algoritma tertentu digunakan untuk menghitung frekuensi hopping yang digunakan berdasarkan pada hardware address dari perangkat yang menjadi master dan clock. Untuk komunikasi duplex, skema Time Division Duplex (TDD) digunakan sebagai sarana pengiriman dan penerimaan data. Di mana pada skema ini perangkat master melakukan transmisi pada slot waktu genap dan perangkat slave melakukan transmisi pada slot waktu ganjil. D. Link Manager Protocol Link Manager berfungsi untuk menjalankan link setup, authentication, link configuration dan aspek lainnya dari hubungan radio antara master dan slave. Selain itu juga berfungsi untuk menemukan link manager lainnya dan melakukan komunikasi dengan menggunakan link manager protocol. E. Host Controller Interface Untuk memastikan hardware yang berbeda dapat saling mendukung maka perangkat bluetooth menggunakan Host Controller Interface (HCI) sebagai tatap muka antara host bluetooth (contohnya komputer) dan Baseband dan Link Manager. HCI dipecah menjadi tiga bagian, dimana setiap bagian memiliki peranan yang berbeda, bagian bagian dari HCI yang dibelah menjadi tiga bagian tersebut adalah HCI firmware, HCI driver dan channel yang berada diantara keduanya. Susunan bagian bagian dari HCI tersebut dapat dilihat pada gambar 2.17.

24

Gambar 2.17 Bagan Host Controller Interface13 Penjelasan untuk masing masing bagian adalah sebagai berikut : A. HCI Firmware HCI Firmware merupakan bagian dari Host Controller 1, memungkinkan HCI command untuk digunakan oleh hardware dengan cara mengakses baseband commands, link manager commands, hardware status registers, control registers dan event registers. B. HCI Driver HCI driver berada pada host. Host menerima pemberitahuan mengenai kejadian HCI pada saat terjadi sesuatu yang kemudian menganalisa kejadian yang terjadi untuk menentukan apa yang terjadi. C. Host Controller Transport Layer Interaksi antara HCI driver dan firmware terjadi melalui host controller transport yang merupakan definisi dari beberapa layer yang ada di antara HCI driver dan firmware.

F. L2CAP The Logical Link Control and Adaption Protocol (L2CAP) adalah lapisan yang berada di atas baseband protocol dan melayani protokol yang di atasnya dengan kemampuan protocol multiplexing dan packet segmentation serta reassembly (SAR). Fungsi SAR diperlukan untuk mendukung protokol yang
http://allaboutwebinnovations.com/wp-content/uploads/2008/05/interface.jpg (Diakses pada tanggal 29 November 2008)
13

25

menggunakan paket data yang lebih besar dari yang dapat didukung oleh baseband. Paket L2CAP yang besar dibagi kedalam beberapa paket baseband yang lebih kecil sebelum dipancarkan dan paket paket tersebut akan disusun kembali setelah diterima menjadi paket L2CAP. G. Sevice Discovery Protocol Sevice Discovery Protocol pada dasarnya berfungsi untuk menyediakan perangkat (tools) yang dibutuhkan oleh sebuah aplikasi untuk memperoleh informasi dari sebuah perangkat bluetooth, layanan bluetooth apa saja yang tersedia dan untuk menentukan karakteristik dari layanan yang tersedia. H. RFCOMM Port serial adalah salah satu dari layanan komunikasi yang sering digunakan. RFCOMM adalah pengganti protokol kabel yang termasuk di dalam spesifikasi bluetooth. RFCOMM melakukan emulasi port serial RS-232 ke dalam protokol L2CAP dan menggantikan fungsi kabel serial. RFCOMM dapat menyediakan sampai dengan 60 port diantara dua perangkat bluetooth. I. Bluetooth Profile Bluetooth profile digunakan untuk memberikan gambaran bagaimana implementasi dari sebuah fungsi dapat dilakukan. Bluetooth profile ditujukan untuk mengurangi masalah yang mungkin timbul dari perbedaan produk yang diproduksi oleh perusahaan yang berbeda. Profile yang dimiliki bluetooth sampai saat ini antara lain, basic imaging, basic printing, cordless telephony, dial-up networking, file transfer, handsfree, headset, serial port, scynchronization.

2.8.4. Wireless technologies Advantage and Disadvantages Bluetooth sebagai salah satu teknologi wireless mempunyai pesaing lainnya yaitu, WLAN (Wireless LAN) atau banyak dikenal sebagai Wi-Fi (Wireless Fidelity) dan infrared yang pada saat ini sering ditemui. Masing masing teknologi memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing. Tabel 2.5 berikut membandingkan ketiganya.

26

Tabel 2.5 Keutungan Dan Kerugian Teknologi Wireless Typical Range Line-of-sight Bandwith Interfere Security Wireless LAN Long (<100m) No 11 Mbps shared Other RF devices Less secure than Insecure unless infrared. Uses protected with link-layer WEP & WPA authentication encryption High Very High Bluetooth Medium (<100m) No 1 Mbps shared Other RF devices Infrared Short (<1m) Yes 115 kbps None Very secure due to short range and line-of-sight requirement. Low

Power Consumption

Penggunaan Bluetooth pada sistem ini dirasa tepat karena fitur fitur yang dimiliki oleh Bluetooth telah mencukupi persyaratan yang dibutuhkan, antara lain : Jangkauan yang dibutuhkan telah sesuai dengan jangkauan maksimum yang dapat diperoleh oleh Bluetooth. Ukuran modul bluetooth (EB500) yang tidak terlalu besar. Daya yang dibutuhkan tidak terlalu mahal. Kecepatan data yang dihasilkan telah mencukupi karena data yang dikirimkan tidak terlalu besar.

2.9. PEMOGRAMAN KOMPUTER Pemrograman pada komputer ini dibedakan berdasarkan versi OS (Operating System) yang digunakan pada komputer itu sendiri. Software yang digunakan untuk pemrograman ada banyak sekali, diantaranya yang cukup terkenal adalah C Language, Borland Delphi, Microsoft Visual Basic. C++ Language biasanya digunakan untuk pemrograman pada OS yang underwindows, sedangkan Borland Delphi dan Microsoft Visual Basic biasanya digunakan untuk pemrograman pada OS yang telah support terhadap windows. Pemrograman dengan menggunakan Borland Delphi maupun Microsoft Visual Basic lebih digemari saat ini sebab keduanya adalah pemrograman visual yang berbasis objek sehingga lebih mudah dipelajari serta lebih user friendly jika

27

dibandingkan dengan pemrograman dengan C Language. Pemrograman komputer yang akan dipakai pada perancangan nantinya adalah Borland Delphi 7 Second Edition. EMBEDDED BLUE 50014 Embedded Blue 500 (EB500) adalah modul bluetooth yang digunakan untuk menghubungkan mikrokontroler dengan Pocket PC. Embedded Blue 500 mempunyai 2 modus operasi yaitu command mode dan data mode. Pada command mode, EB500 akan menerima perintah serial yang diberikan, tentu saja perintah tersebut berkaitan dengan proses pengaturan pada EB500 (perintah serial tersebut tidak dikirimkan), sedangkan pada data mode, EB500 akan berfungsi sebagai jalur komunikasi data serial antara device bluetooth yang berbeda (meneruskan pengiriman maupun penerimaan data serial) Gambar EB500 dapat dilihat pada gambar 2.18. Untuk spesifikasi dapat dilihat pada tabel 2.6 dan konfigurasi pin pada tabel 2.7.

2.10.

Gambar 2.18 Embedded Blue 500

www.innovativeelectronics.com/innovative_electronics/download_files/artikel/AN71.pdf (Diakses pada tanggal 14 November 2008)

14

28

Tabel 2.6 Spesifikasi Embedded Blue 500

Tabel 2.7 Konfigurasi pin out EB500

BAB III

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI


3.1 Pengantar Perancangan dan Implementasi Alat Dalam bab ini akan dijelaskan tentang perancangan dan implementasi alat, yang dalam pembahasannya meliputi perancangan dan implementasi perangkat keras (hardware) dan perancangan dan implementasi perangkat lunak (software). Perangkat keras yang dirancang untuk bagian elektroniknya berdasarkan blok diagram gambar 3.1 dibawah ini:

Gambar 3.1 Diagram blok Alat Berikut ini akan dijelaskan tentang diagram blok alat pada gambar 3.1 sehingga pembaca dapat lebih memahami tentang fungsi tiap bagian alat, Penjelasan dari diagram blok tersebut adalah sebagai berikut : 1. PC digunakan sebagai media perantara antara pengguna dengan sistem menggunakan bantuan software, perintah dapat dikirimkan/diterima dengan menggunakan sarana komunikasi bluetooth melalui bluetooth adapter atau yang biasa disebut dongle maupun internal bluetooth yang terdapat pada PC. Dongle yang dimaksud adalah suatu perangkat bluetooth eksternal (bukan komponen elektronik yang telah terpasang pada PC), berfungsi sebagai interface bagi PC untuk mengirim/menerima

29

30

data bluetooth, yang mana terhubung dengan PC melalui Port USB, sedangkan internal bluetooth yang dimaksud adalah suatu perangkat bluetooth yang terpasang pada PC, berfungsi sebagai interface bagi PC untuk mengirim/menerima data bluetooth, serta merupakan bagian dari keseluruhan komponen elektronik yang dirakit untuk PC 2. EB500 adalah modul bluetooth yang digunakan untuk menerima data dari PC untuk diteruskan ke mikrokontroler maupun sebaliknya, mengirimkan dari mikrokontroler ke PC. 3. Rangkaian mikrokontroler digunakan sebagai bagian utama sistem pengontrol layar proyeksi yang bekerja sepenuhnya berdasarkan perintah yang dikirimkan dari PC, dalam hal ini rangkaian mikrokontroler yang dimaksud adalah berupa minimum sistem ATTiny2313 4. Rangkaian driver I/O umum berfungsi sebagai rangkaian perantara hubungan mikrokontroler dengan rangkaian rangkaian yang lain, rangkaian ini terdiri atas bagian pengkondisi sinyal, bagian indikator proses, bagian optoisolator, bagian indikator arus serta konektor EB500. bagian pengkondisi sinyal berfungsi sebagai interface sensor

optoreflektor menuju ke mikrokontroler,

bagian indikator proses

berfungsi untuk memberitahukan user tentang proses yang dilakukan oleh mikrokontroler, bagian optoisolator berfungsi untuk mengisolasi rangkaian mikrokontroler dengan rangkaian driver motor, bagian indikator arus berfungsi untuk mendeteksi arus pada driver motor, serta konektor EB500 berfungsi sebagai penghubung antara mikrokontroler dengan Modul Bluetooth EB500. lebih jelas pada bagian ini akan dijelaskan kemudian. 5. Rangkaian optoreflektor berfungsi untuk memberitahu mikrokontroler status dari layar proyeksi (apakah layar proyeksi telah naik sepenuhnya atau telah turun sepenuhnya). 6. Rangkaian driver motor yang digunakan sebagai penghubung antara mikrokontroler dengan motor untuk menurunkan / menaikkan layar proyektor sesuai dengan perintah yang dikirimkan dari mikrokontroler.

31

7.

Motor DC berfungsi sebagai aktuator/penggerak yang menerima perintah dari mikrokontroller untuk menaikkan/ menurunkan layar proyeksi

8.

Rangkaian switch manual yang digunakan oleh pemakai untuk menaikkan/ menurunkan layar proyeksi secara manual jika sistem pengontrol layar tidak dapat bekerja dengan baik.

9.

Layar Proyeksi merupakan layar yang digunakan sebagai media tempat tampilan dari LCD projector.

3.2 Perancangan Perangkat Keras Pada perancangan perangkat keras yang akan dijelaskan terbagi menjadi perancangan mekanik dan perancangan elektronik. Perancangan elektronik terdiri atas beberapa perancangan rangkaian elektronik yang akan dibahas kemudian.. 3.2.1 Perancangan Mekanik Perancangan mekanik yang akan dijelaskan terbagi menjadi perancangan mekanik bagian kiri layar, perancangan mekanik bagian kanan layar, serta perancangan mekanik secara keseluruhan. Berikut akan dijelaskan lebih detail tentang perancangan mekanik tersebut Perancangan mekanik bagian kiri layar Perancangan mekanik bagian kiri layar ini membahas tentang penempatan tempat kedudukan motor dan transformator serta sensor bagian kiri, yang mana sensor bagian kiri ini berfungsi untuk mendeteksi batas atas layar. Tempat kedudukan tersebut dibuat dari bahan besi plat, hal ini ditujukan agar motor dan transformator tetap kokoh pada posisinya ketika sedang bekerja, yang mana diketahui apabila motor tersebut bekerja maka akan dihasilkan getaran cukup besar. Dengan membuat tempat kedudukan motor dari bahan metal, diharapkan dapat menahan posisi motor tetap pada tempatnya semula sehingga tidak roboh, selain itu juga agar posisi sensor tetap kokoh. Gambar 3.2 adalah mekanik bagian kiri tersebut tampak samping sedangkan gambar 3.3 adalah mekanik bagian kiri tersebut tampak depan.:

32

Motor Penggulung Layar

Gambar 3.2 Mekanik bagian kiri layar tampak samping

Transformator

Motor

Sensor batas atas Gambar 3.3 Mekanik bagian kiri layar tampak depan Motor penggulung layar yang ditunjuk pada gambar 3.2 adalah bagian yang bergerak (dinamis) yang berfungsi untuk menggulung naik/turun layar, sedangkan transformator yang ditunjuk pada gambar 3.3 berfungsi sebagai

33

tenaga supply utama untuk menggerakan sistem. Sensor batas atas yang ditunjuk pada gambar 3.3 berfungsi untuk mendeteksi batas atas layar proyeksi

Perancangan mekanik bagian kanan layar Perancangan mekanik bagian kanan layar ini membahas tentang penempatan penahan gulungan layar dan penenpatan sensor bagian kanan, yang mana berfungsi untuk mendeteksi batas bawah layar. Tempat kedudukan mekanik bagian kanan ini juga terbuat dari besi plat, hal itu dimaksudkan agar gulungan layar beserta sensor dapat kokoh pada posisinya.

Penahan gulungan layar Sensor batas bawah Gambar 3.4 Mekanik bagian kanan layar tampak samping

Sensor batas bawah

Penahan gulungan layar

Gambar 3.5 Mekanik bagian kanan layar tampak depan Sensor batas bawah yang ditunjuk pada gambar 3.4 berfungsi untuk mendeteksi batas bawah dari layar proyeksi, sedangkan penahan gulungan layar yang

34

ditunjuk pada gambar 3.4 dan gambar 3.5 berfungsi untuk menahan gulungan layar proyeksi sehingga tetap kokoh pada kedudukannya.

Perancangan mekanik secara keseluruhan Secara umum, perancangan mekanik ini bertujuan untuk memperkokoh alat, baik yang dinamis (yang bergerak), misalnya motor maupun yang statis (diam) misalnya transformator dan sensor.

Mekanik Bagian kiri

Mekanik Bagian kanan

Layar

Gambar 3.6 Mekanik secara keseluruhan Pada gambar 3.6 tampak mekanik bagian kiri maupun mekanik bagian kanan layar yang ditunjuk oleh anak panah, yang mana mempunyai bagian bagian

35

dan fungsi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, demikian juga terlihat layar proyeksi yang berupa screen putih, yang nantinya akan digulung naik/turun oleh motor penggerak.

3.2.2 Perancangan Elektronik Perancangan Elektronik terdiri dari Perancangan Rangkaian Power Supply, Rangkaian Sensor Optoreflektor, Rangkaian Driver I/O Umum, Rangkaian Driver Motor,

Rangkaian Mikrokontroler ATTiny2313, Pemasangan Tranceiver Bluetooth EB500 Perancangan Rangkaian Power Supply Power supply ini berfungsi untuk memberikan sumber daya bagi semua rangkaian elektronik yang ada di alat ini. Dalam skripsi ini penulis menggunakan 2 rangkaian power supply dengan sebuah transformator step down yang terdiri atas 2 macam kumparan yang saling terisolasi serta berbeda spesifikasinya (500 mA dan 5A). Sumber tegangan jala-jala (AC) dimasukkan ke transformator, kemudian output tegangan AC dari transformator menjadi input bagi rangkaian dioda bridge, dan kemudian distabilkan oleh IC regulator. Tegangan yang dihasilkan oleh power supply 500 mA adalah 5 V DC, sedangkan untuk power supply 5 A menghasilkan tegangan 15 V DC. Adapun kegunaan dari tegangan 5 V DC dari power supply 500 mA adalah untuk men-supply rangkaian Sensor Optoreflektor, driver I/O umum, dan rangkaian mikrokontroler ATTiny2313, yang mana kebutuhan akan arus listriknya tidak terlalu besar. Pada power supply 5 A, tegangan 15 V DC digunakan untuk men-supply driver motor, rangkaian switch manual, serta menggerakkan motor power window, yang mana membutuhkan arus listrik yang lebih besar. Gambar rangkaian yang digunakan dalam pembuatan power supply ini ditunjukkan pada gambar 3.7 sedangkan gambar schematic-nya dapat dilihat pada gambar 3.8.

36

Rangkaian Power Supply Transformator

Gambar 3.7 Rangkaian Power Supply


J1 2 1 Output traf o 5 A RS 803 3 2 + 4 + C1 4700 uF/50 V J3 1 2 15 V LOAD GND Load Power 1 D1

J2 2 1 Output traf o 500 mA RC 102 3 2 + 4 + C2 1000 uF/16 V 1

D2 U2 J4 VIN GND VOUT 3 5 V 1 2 CONTROL GND Control Power

L7805C-V

Gambar 3.8 Schematic Rangkaian Power Supply Pada gambar 3.7 diperlihatkan gambar transformator beserta dengan rangkaian power supply yang dibahas di atas, yang mana schematic rangkaian power supply tersebut dapat dilihat pada gambar 3.8.

Perancangan Rangkaian Sensor Optoreflektor Dalam sistem ini akan digunakan 2 rangkaian sensor Optoreflektor, yang mana setiap bentuknya adalah seperti terlihat pada gambar 3.9 di bawah ini

37

Resistor variabel

Sensor Photoreflektor

Gambar 3.9 Rangkaian Sensor Optoreflektor Gambar 3.9 adalah gambar rangkaian sensor optoreflektor yang mana akan digunakan dalam sistem pengontrol layar proyeksi ini. Pada sistem ini digunakan 2 rangkaian sensor optoreflektor, masing masing sebuah sensor untuk mendeteksi batas atas maupun batas bawah dari layar proyeksi. Rangkaian sensor optoreflektor ini berfungsi untuk mendeteksi status batas dari layar proyeksi, yaitu apabila layar proyeksi tersebut telah turun sepenuhnya maupun telah naik sepenuhnya maka output1 dari rangkaian sensor optoreflektor ini akan mengeluarkan nilai tegangan mendekati 0 V sebaliknya apabila layar proyeksi tersebut belum sepenuhnya naik atau turun sepenuhnya maka output1 dari sensor ini akan menghasilkan tegangan mendekati 5 V, sedangkan output2 merupakan tegangan trimmer yang akan dibandingkan dengan tegangan sensor infrared tersebut pada bagian pengkondisi sinyal yang terdapat dalam Rangkaian Driver I/O umum. Cara kerja rangkaian sensor ini secara umum adalah : Pertama tama LED infrared pada photoreflekor menyala disebabkan oleh adanya aliran arus listrik yang mengalir dari power supply 5 V Jika cahaya infrared yang dipancarkan oleh LED tersebut mengenai permukaan yang cerah (bersifat memantulkan cahaya) maka

phototransistor akan mengalami saturasi sehingga nilai tegangan pada output1 akan mendekati 0 V, akan tetapi Jika cahaya infrared yang dipancarkan oleh LED tersebut mengenai permukaan yang gelap (bersifat menyerap cahaya), maka phototransistor

38

akan mengalami keadaan cut off sehingga nilai tegangan pada output1 akan mendekati 5 V Dalam kaitannya dengan alat yang dibuat ini, photoreflektor tersebut akan mendeteksi bagian dari layar yang berwarna hitam, yang mana terdapat pada bagian atas dan bagian bawah permukaan belakang layar proyeksi, sedangkan bagian tengah layar proyeksi tersebut berwarna putih. Resistor variabel pada gambar rangkaian tersebut digunakan untuk mengatur tegangan yang keluar pada output2, yang mana tegangan trimmer ini akan digunakan dalam bagian pengkondisi sinyal Rangkaian Driver I/O umum

Gambar 3.10 Schematic Rangkaian Sensor Optoreflektor Gambar 3.10 di atas adalah gambar Schematic dari rangkaian sensor Optoreflektor yang digunakan pada sistem yang mana mempunyai cara kerja seperti yang telah dibahas di atas.

Perancangan Rangkaian Driver I/O Umum Rangkaian Driver I/O umum ini digunakan sebagai perangkat penghubung utama antara mikrokontroler dengan rangkaian rangkaian elektronik lainnya yang terdapat pada keseluruhan sistem, misalnya seperti rangkaian sensor,

39

rangkaian driver motor, rangkaian switch manual serta EB500. Rangkaian driver I/O ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: bagian pengkondisi sinyal, bagian indikator proses, bagian optoisolator, bagian pendeteksi arus, konektor EB500 Berikut akan dibahas lebih detail tentang bagian bagian rangkaian driver I/O umum.

Rangkaian Pengkondisi Sinyal (RPS) ini berfungsi untuk menyelaraskan pengiriman data sensing dari sensor optoreflektor menuju ke mikrokontroler. Jenis RPS yang dipakai adalah rangkaian komparator sederhana yang mempunyai bagian penting yaitu IC LM339 yang mana diperlukan untuk mempertegas data sensor berupa level tegangan yang diperoleh dari rangkaian sensor optoreflektor kiri(Sensor 1) dan sensor optoreflektor kanan (Sensor2), sehingga dapat kompatible dengan range tegangan input mikrokontroler (dihubungkan ke Port B0 dan B1 mikrokontroler). Sensor 1 digunakan sebagai sensor batas atas, sedangkan sensor 2 digunakan sebagai sensor batas bawah. Rangkaian ini juga dilengkapi dengan LED indikator D1 dan D2 yang menandakan bahwa layar telah mencapai batas atas maupun batas bawah. Cara kerja lebih detail dari rangkaian tersebut adalah sebagai berikut : Dalam perancangan ini diharuskan kaki 1 dan 2 jumper S1 dan S2 terhubung Jika tegangan photoransistor pada sensor optoreflektor (input negatif LM339) lebih kecil daripada tegangan resistor variabel (input positif LM339) maka output komparator LM339 akan benar benar mendapat logika LOW dengan lebih presisi, sebaliknya Jika tegangan photoransistor pada sensor optoreflektor (input negatif LM339) lebih besar daripada tegangan resistor variabel (input positif LM339) maka output komparator LM339 akan mendapat logika HI dengan lebih presisi. Output dari komparator selain dihubungkan sebagai input mikrokontroler pada Port B0 dan Port B1, juga dimanfaatkan untuk memberitahu

kepada user apakah batas atas maupun batas bawah layar telah

40

terlampaui atau belum, hal itu dilakukan dengan bantuan LED indikator D1 dan D2. Apabila tegangan output ke-2 komparator berlogika HI maka berarti batas atas maupun batas bawah layar belum tercapai, sehingga LED indikator mati Jika tegangan output komparator pertama LOW maka LED indikator D2 akan menyala menandakan batas atas telah tercapai, namun sebaliknya jika tegangan output komparator kedua LOW maka LED indikator D1 akan menyala menandakan batas bawah telah tercapai
J4 JP_S1 1 2 3 5V J3 JP_S2 1 2 3 R2 820 5V D2 3 J6 2 1 10K Sensor1 R6 R5 5 4 Skiri 3 U1B 2 LM339 J5 2 1 Sensor2 J14 1 T_Skiri 10K T_Skanan R3 R4 10K 10K 7 6 U1A 1 LM339 J15 1 R8 10K 5V D1 Skanan R1 820 5V

R7 10K

+ 12

+ 12

PB0

PB1

Gambar 3.11 Schematic Bagian Pengkondisi Sinyal Gambar 3.11 adalah gambar schematic bagian pengkondisi sinyal yang telah dibahas sebelumnya, dimana mempunyai bagian input berupa konektor sensor1 dan sensor2 serta output yang terhubung ke Port B0 dan B1.

Bagian indikator proses bertugas untuk memvisualisasikan apa yang dikerjakan oleh mikrokontroler, dengan cara menerima data proses yang sedang dilakukan oleh mikrokontroler dari Port B5 dan B4 serta memviusalisasikannya dalam bentuk nyala/mati cahaya LED D6 dan D5. Cara kerjanya lebih detail adalah sebagai berikut : Ketika mikrokontroler memerintahkan motor penggulung layar untuk menaikkan layar, maka LED indikator D5 akan menyala disertai dengan layar yang bergerak naik

41

Ketika mikrokontroler memerintahkan motor penggulung layar untuk menurunkan layar, maka LED indikator D6 akan menyala disertai dengan layar yang bergerak turun namun apabila mikrokontroler tidak memberikan perintah apapun ke motor penggulung layar atau jika perintah yang diberikan mikrokontroler telah selesai dikerjakan oleh motor penggulung layar (layar telah naik maksimum maupun turun maksimum) maka semua LED indikator proses akan mati.
R13 5V 560 R11 5V 560 Pnaik Pturun D5 PB4 D6 PB5

Gambar 3.12 Schematic Bagian Indikator Proses Gambar 3.12 adalah schematic bagian indikator proses yang terhubung pada mikrokontroler bagian Port B4 dan B5 yang mana berfungsi sebagai indikator proses naik maupun turun.

Bagian optoisolator ini berfungsi untuk mengisolasi secara fisik rangkaian mikrokontroler dengan rangkaian driver motor, namun rangkaian driver motor tersebut masih dapat dikendalikan oleh mikrokontroler secara optik, sehingga dengan adanya isolasi secara fisik terebut diharapkan jika terjadi kelebihan beban pada rangkaian driver motor (misalnya terjadi short circuit) maka rangkaian mikrokontroler tidak terganggu kinerjanya (tidak rusak). Cara kerja mikrokontroler untuk mengatur pergerakan layar proyeksi melalui bagian optoisolator tersebut akan dijelaskan lebih detail sebagai berikut : Mikrokontroler dapat mengirimkan perintah untuk menjalankan motor entah untuk menaikkan ataupun menurunkan layar dengan perantaraan Port B6 dan B7. Port B6 berfungsi sebagai bit enable motor (motor aktif/tidak aktif) sedangkan Port B7 berfungsi sebagai bit mode motor (mode naik/turun).

42

Tabel 3.1 Perintah mikrokontroler ke bagian optoisolator


Pin Mikrokontroler PB6 Logika HI HI LOW PB7 LOW HI LOW Motor turun Motor naik Motor berhenti Keterangan

Pada saat mikrokontroler mengirimkan HI pada Port B6 dan LOW pada Port B7, maka LED internal dalam optoisolator U3 akan mati sedangkan LED internal dalam optoisolator U4 akan menyala sehingga phototransistor dalam optoisaolator U3 akan cut off dan phototransistor dalam optoisolator U4 akan saturasi mengakibatkan kaki 1 dan 3

konektor RLY akan putus sebaliknya kaki 2 dan 3 konektor RLY akan terhubung. Pada saat mikrokontroler mengirimkan HI pada Port B6 dan HI pada Port B7, maka LED internal dalam optoisolator U3 dan optoisolator U4 akan mati sehingga phototransistor dalam optoisolator U3 dan optoisolator U4 akan cut off mengakibatkan semua kaki konektor RLY tak terhubung. Pada saat mikrokontroler mengirimkan LOW pada Port B6 dan LOW pada Port B7, maka LED internal dalam optoisolator U3 dan optoisolator U4 akan menyala sehingga phototransistor dalam

optoisaolator U3 dan optoisolator U4 akan saturasi mengakibatkan kaki 1, 2 dan 3 konektor RLY akan terhubung.
5V PB6 PB7 R9 560 U3 1 6 5 J17 1 T_RLY_EN 2 4N25 5V 4 J12 1 2 3 RLY

R10 560 U4 1 6 5 J18 1 T_RLY_MD 2 4N25 4

43

Gambar 3.13 Schematic Bagian Optoisolator Gambar 3.13 adalah schematic bagian optoisolator yang mana mempunyai fungsi utama untuk mengisolasi rangkaian mikrokontroler dengan rangkaian driver motor.

Bagian pendeteksi arus ini berfungsi untuk memberi feedback kepada mikrokontroler tentang kondisi driver motor (menyangkut arus yang mengalir pada driver), jika driver motor dalam keadaan baik dalam artian jika motor diperintahkan oleh mikrokontroler untuk aktif sehingga ada arus listrik yang mengalir ke motor, output bagian pendeteksi arus akan LOW, sedangkan sebaliknya jika driver motor dalam keadaan rusak dalam artian jika motor diperintahkan oleh mikrokontroler untuk aktif, namun tidak ada arus listrik yang mengalir ke motor, output bagian pendeteksi arus akan HI. Penjelasan lebih detail akan dibahas sebagai berikut : Konektor diode berfungsi sebagai input bagian pendeteksi arus dan akan berhubungan dengan bagian driver motor penggulung layar. Port B2 merupakan bagian input pendeteksi arus yang dihubungkan ke mikrokontroler untuk memberitahukan kondisi driver motor pada PC. Jika driver motor dalam keadaan baik, maka ketika mikrokontroler memerintahkan motor untuk aktif, konektor diode akan dialiri arus listrik menuju LED internal optoisolator U2 sehingga phototransistor dalam optoisolator U2 akan saturasi mengakibatkan Port B2 akan berlogika LOW, sehingga mikrokontroler kemudian akan mengirimkan pesan ke PC yang menandakan driver motor tidak bermasalah Jika driver motor dalam keadaan rusak, maka ketika mikrokontroler memerintahkan motor untuk aktif, konektor diode tidak akan dialiri arus listrik sehingga phototransistor dalam optoisolator U2 akan cut off mengakibatkan Port B2 akan berlogika HI, sehingga mikrokontroler kemudian akan mengirimkan pesan ke PC yang menandakan driver motor bermasalah

44

5V R12 560

PB2 J8 2 1 DIODE 2 4N25 1 D4 U2 6 5 4 LED

Gambar 3.14 Schematic Bagian Pendeteksi arus Gambar 3.14 adalah schematic bagian pendeteksi arus yang mana mempunyai fungsi utama untuk mendeteksi adanya arus listrik yang mengalir pada rangkaian driver motor.

Bagian konektor EB500 ini digunakan untuk menghubungkan komunikasi data antara modul EB500 dengan mikrokontroler, pin RX dan TX dari EB500 masing masing dihubungkan ke Port D0 dan D1 mikrokontroler (jalur komunikasi serial mikrokontroler), sedangkan pin STS dari EB500 dihubungkan ke Port D4 sebagai input bagi mikrokontroler, apabila telah terjalin koneksi bluetooth antara EB500 dengan mikrokontroler maka pin STS pada EB500 akan HI sehingga menyebabkan Port D4 pada mikrokontroler juga HI, sebaliknya jika tidak ada koneksi maka pin STS pada EB500 akan LOW sehingga nenyebabkan Port D4 pada mikrokontroler juga LOW.

Gambar 3.15 Schematic Bagian Konektor EB500 Gambar 3.15 adalah schematic bagian konektor EB500 yang mana berfungsi sebagai konektor penghubung Modul Bluetooth EB500 dan mikrokontroler..

45

Gambar rangkaian Driver I/O dapat dilihat pada gambar 3.16 sedangkan gambar schematic-nya secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.17 di bawah ini Bagian optoisolator Bagian pengkondisi sinyal Bagian indikator proses Gambar 3.16 Rangkaian Driver I/O umum
5V R11 560 5V R13 560 J4 JP_S1 1 2 3 5V J3 JP_S2 1 2 3 5V 5V J13 1 T_STS R2 820 5V R15 10K 5V D2 3 J6 2 1 10K Sensor1 J7 PB4 PB5 1 2 PD3 JP_IR 10K R6 R5 5 4 J5 2 1 Sensor2 J14 PB0 1 PB1 T_Skiri T_Skanan PD0 PD1 PD5 PD4 PB2 J12 5 CPower J17 1 T_RLY_EN 2 4N25 5V 4 1 2 3 RLY R3 R4 10K LM339 10K 7 6 3 U1B 2 Skiri U1A 1 LM339 J15 1 R8 10K 5V D1 Skanan J16 1 T_EB500MD 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 5V R12 560 D4 U2 2 1 5V 10K IRM8510 5V R9 560 U3 5V 1 6 DIODE 2 4N25 1 6 5 4 LED R10 560 U4 1 6 5 J18 1 T_RLY _MD 2 4N25 4 R1 820 R7 10K 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 J9 EB500

Bagian indikator arus

Konektor EB500

D5 Pnaik

D6 Pturun

+ 12

+ 12 J8

PD2

PD4 PD2 PD0

PB6 PB4 PB2 PB0

PB1

PB5 PB7

PD1 PD3 PD5

J11 PB

J19 PD

2 4 6 8

1 3 5 7

J10 R14 3 2 1

J20 2 1

Gambar 3.17 Schematic Rangkaian Driver I/O umum Pada gambar 3.16 di atas dijelaskan gambar rangkaian driver I/O umum yang mana mempunyai bagian bagian yang telah dibahas sebelumnya, bagian bagian tersebut ditunjukkan dengan anak panah, sedangkan gambar 3.17 menunjukkkan schematic dari rangkaian driver I/O umum.

1 3 5 7

2 4 6 8

PB6 PB7

46

Perancangan Rangkaian Driver Motor Driver motor power window digunakan sebagai perangkat penghubung antara mikrokontroler, melalui rangkaian driver I/O umum dengan motor penggerak layar, yang mana bertujuan untuk melanjutkan perintah dari mikrokontroler ke motor penggerak layar, selain itu juga untuk meyelaraskan level tegangan yang berbeda antara mikrokontroler (level tegangan 5 V) dengan motor power window penggerak layar proyeksi (level tegangan 15 V). Pada rangkaian driver motor di atas yang mana mempunyai input konektor J3 dan output berupa RLY_EN dan RLY_MD serta konektor J2, dapat dijumpai IC regulator tegangan 7812, yang mana berfungsi untuk men-supply tegangan ke relay relay kontrol motor. Selain itu, pada gambar tersebut juga dijumpai adanya hubungan paralel antara relay dengan dioda yang mana dihubungkan terbalik ( katoda dihubungkan ke tegangan supply 12 V), pemasangan dioda yang terbalik dalam perancangan ini dimaksudkan untuk meredam arus balik yang terjadi karena adanya induktansi balik relay. Arus balik tersebut harus diredam sebab dapat mengakibatkan kerusakan pada transistor yang mana digunakan untuk proses switching dalam perancangan. Konektor J5 dan J6 nantinya akan dihubungkan dengan rangkaian switch manual, yang mana akan mengatur pengendalian motor. Cara kerja lebih detail dari rangkaian ini adalah sebagai berikut : Jika kaki 2 dan kaki 3 konektor J3 dari output optoisolator terhubung, maka transistor Q1 akan saturasi sedangkan transistor Q2 akan cut off, hal ini menyebabkan RLY_EN akan aktif sedangkan RLY_MD akan tidak aktif, hal ini mengakibatkan motor berlawanan arah jarum jam sehingga layar proyeksi bergerak turun. Jika semua kaki konektor J3 dari output optoisolator tidak terhubung, maka transistor Q1 dan transistor Q2 akan saturasi, hal ini menyebabkan RLY_EN dan RLY_MD akan aktif, hal ini mengakibatkan motor berputar searah arah jarum jam sehingga layar proyeksi bergerak naik. Jika semua kaki konektor J3 dari output optoisolator terhubung, maka transistor Q1 dan transistor Q2 akan cut off, hal ini menyebabkan RLY_EN dan

47

RLY_MD tidak aktif, hal ini mengakibatkan motor berhenti berputar sehingga layar proyeksi juga berhenti bergerak. Jika driver motor dalam keadaan baik, ketika motor sedang aktif (bergerak naik/turun) maka D1 dan D2 akan dialiri arus listrik sehingga timbullah beda tegangan sebesar 1.4 V ( tegangan satu dioda sebesar 0.7 V) pada konektor J2, tegangan ini nantinya akan digunakan untuk men-trigger optoisolator pada bagian pendeteksi arus yang terdapat dalam rangkaian I/O umum.

Relay RLY_EN

Relay RLY_MD Gambar 3.18 Rangkaian Driver Motor

Gambar 3.19 Schematic Rangkaian Driver Motor

48

Pada gambar 3.18 diperlihatkan rangkaian driver motor yang mana telah dibahas secara detail di atas, sedangkan pada gambar 3.19 diperlihatkan schematic dari rangkaian driver motor yang dijelaskan tersebut.

Perancangan Rangkaian Mikrokontroler ATTiny2313 Mikrokontroler yang digunakan pada alat ini adalah Mikrokontroler keluaran ATMEL dengan seri ATTiny2313. Peran mikrokontroler pada alat ini adalah sebagai pusat pemroses data dan mengontrol fungsi dari rangkaian elektronik pendukung yang digunakan. Pada alat ini minimum sistem mikrokontroler ATTiny2313 yang digunakan adalah buatan innovative electronics yang memiliki spesifikasi hardware sebagai berikut : 1. Mikrokontroler ATTiny2313 dengan 2 KB Flash Memory dan sebuah analog comparator. 2. Mendukung varian AVR 20 pin, antara lain : ATTiny2313, AT Tiny26, AT90S2313, dll. 3. 4. 5. Memiliki jalur input / output hingga 15 pin. Terdapat Eksternal Brown Out Detector sebagai rangkaian reset. Konfigurasi jumper utnuk melaukan pemilihan beberapa model pengambilan tegangan referensi untuk tipe AVR dengan internal ADC. 6. 7. 8. 9. 10. LED Programming Indicator. Frekuensi Osilator sebesar 4 MHz. Tersedia jalur komnikasi serial UART RS-232 dengan konektor RJ11. Tersedia port untuk pemograman secara ISP. Tegangan input power supply 9 -12 VDC dan output teganan 5 VDC.

Sementara tata letak jumper dan konfigurasi jumper dari minimum system yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.20 dibawah ini.

49

Gambar 3.20 Tata Letak Jumper dan Konfigurasi Jumper15

www.innovativeelectronic.com/Supplies/Kits/tiny2313/manualavr.pdf (Diakses pada tanggal 28 November 2008)

15

50

Port yang digunakan pada pembuatan alat ini adalah Port B dan Port D. Dimana port D digunakan sebagai jalur komunikasi serial antara modul EB500 dengan mikrokontroler dan port B sebagai jalur I/O yang berhubungan dengan sensor, indikator proses, pendeteksi arus, dan bagian optoisolator. Penjelasan dari tugas dari masing masing port akan dijelaskan lebih jauh pada bagian pemograman software mikrokontroler. Gambar minimum system yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.21 dibawah ini.

Gambar 3.21 Minimum System Atiny2313

Pemasangan Transceiver Bluetooth EB500 Transceiver Bluetooth digunakan untuk menghubungkan antara motor penggerak layar dengan PC pengguna. Transceiver bluetooth yang digunakan adalah modul embedded blue EB500 buatan parallax. Modul EB500 yang digunakan terhubung dengan mikrokontroler ATTiny2313 dengan posisi pin RXD dan TXD dari EB500 terhubung dengan pin TXD dan RXD milik mikrokontroler. Pemasangan modul EB500 dapat dilihat pada gambar 3.22.

51

Gambar 3.22 Pemasangan Modul EB500 Konfigurasi hubungan pin antara modul bluetooth dengan minimum system dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2 Konfigurasi Hubungan Antara Mikrokontroler Dengan EB500 Minimum System ATTiny2313 Port D.4 Port D.0 Port D.1 EmbeddedBlue Transceiver AppMod STATUS (pin 8) TX (pin 4) RX (pin 3)

Perancangan Rangkaian Switch Manual Rangkaian switch manual ini digunakan sebagai rangkaian alternatif untuk menggerakkan layar naik/turun ketika rangkaian driver motor tidak berfungsi dengan baik (rusak), pada dasarnya rangkaian switch manual ini terdiri dari 2 macam saklar yang mempunyai fungsi berbeda, yaitu saklar 2 posisi (slide switch), yang berfungsi sebagai enable mode manual ini, selain itu juga terdapat saklar power window untuk menaikkan/menurunkan layar proyeksi. Slide switch

52

dibutuhkan sebagai enable untuk memastikan bahwa motor power window telah terlepas dari rangkaian driver motor yang dikendalikan oleh mikrokontroler. Cara kerja rangkaian switch manual ini cukup sederhana, yaitu sebagai berikut : Saklar 2 posisi berfungsi sebagai enable mode manual yang mana berarti pengendalian motor oleh rangkaian Driver motor ataupun oleh rangkaian switch manual ditentukan oleh saklar geser ini. Jika saklar tersebut menghubungkan kaki 4 dengan kaki 5 dan kaki 3 dengan kaki 2 berarti pengendalian motor sepenuhnya bergantung pada rangkaian Driver motor, namun jika saklar tersebut menghubungkan kaki 5 dengan kaki 6 dan kaki 2 dengan kaki 1 maka pengendalian motor sepenuhnya bergantung pada rangkaian switch manual Saklar power window dalam rangkaian ini berfungsi untuk mengendalikan motor penggerak layar untuk menaikkan/menurunkan layar proyeksi, dalam keadaan saklar power window tidak ditekan maka kaki 1 dan kaki 2 SW1 serta kaki 1 dan 2 SW2 akan terhubung menyebabkan motor berhenti berputar, sehingga layar proyeksi tidak bergerak. Jika kita menekan tanda panah naik pada saklar power window maka kaki 2 dan kaki 3 SW1 akan terhubung serta kaki 1 dan kaki 2 SW2 juga terhubung mengakibatkan motor berputar searah jarum jam sehingga layar proyeksi akan bergerak naik, sebaliknya apabila kita menekan tanda panah turun pada saklar power window maka kaki1 dan kaki 2 SW1 akan terhubung serta kaki 2 dan kaki 3 pada SW2 juga terhubung mengakibatkan motor berputar berlawanan jarum jam sehingga layar proyeksi akan bergerak turun.

Saklar Power Window Saklar 2 posisi

53

Gambar 3.23 Rangkaian Switch Manual

Gambar 3.24 Rangkaian Schematic Switch Manual Gambar 3.23 adalah gambar rangkaian switch manual yang mana telah dibahas detail di atas, sedangkan pada gambar 3.24 terlihat rangkaian schematic dari switch manual tersebut.

3.3 Perancangan Perangkat Lunak (software) .Dalam perancangan perangkat lunak digunakan 2 macam software yaitu CodeVision AVR versi 1.24.6 Pro dan Borland Delphi 7 Second Edition. CodeVision AVR digunakan untuk melakukan pemograman pada mikrokontroler ATTiny2313 dan Borland Delphi 7 Second Edition digunakan untuk melakukan pembuatan program yang akan digunakan pada PC.

3.3.1 Perancangan Software pada ATTiny2313 Mikrokontroler ATTiny2313 digunakan untuk melakukan komunikasi data dengan PC melalui transceiver bluetooth dan juga untuk mengontrol kerja dari motor sesuai dengan perintah yang dikirimkan dari PC serta untuk membaca output yang dikeluarkan oleh rangkaian pendeteksi arus yang digunakan untuk memberitahukan kondisi driver motor pada pengguna, selain itu juga digunakan untuk mengirimkan feedback kepada pemakai bahwa perintah yang diberikan telah dijalankan sepenuhnya. Untuk lebih jelasnya akan dibahas Flowchart Software pada ATTiny2313 tersebut yang terbagi menjadi Flowchart Utama,

54

Subrutin Naik, Subrutin Turun, Subrutin Receive Password, Subrutin Change Password, berikut akan dibahas satu persatu flowchart tersebut. Flowchart Subrutin Utama
Start

Penanda=0

Subrutin initial

Ada koneksi bluetooth ?

Tidak

Ya Penanda=1 Mematikan semua LED proses Apakah penanda=0 ? Ya

Tidak Penanda=0 Tidak Apakah ada data bluetooth ? Subrutin Unconnected

Ya

Tidak

Tidak

Tidak Tidak

Karakter=# ?

Karakter=$ ?

Karakter=& ?

Karakter=* ?

Ya Subrutin Receive Password

Ya Sbrutin Change Password

Ya

Ya

Subrutin Turun

Subrutin Naik

Gambar 3.25 Flowchart Utama Variabel penanda pada flowchart di atas digunakan sebagai tanda status koneksi mikrokontroler dan EB500, jika EB500 belum pernah terkoneksi dengan mikrokontroler maka penanda bernilai 0, namun apabila mikrokontroler sebelumnya pernah terkoneksi dengan EB500 maka penanda bernilai 1, penanda digunakan untuk mengakses subrutin Unconnected yang bertujuan untuk

menaikkan layar jika hubungan EB500 dengan mikrokontroler terputus, namun sebelumnya sudah pernah terkoneksi (dilakukan untuk mengantisipasi jika pemakai lupa menaikkan layar setelah presentasi selesai, maka layar akan naik dengan sendirinya jika status koneksi terputus).

55

Flowchart Subrutin Receive Password

Gambar 3.26 Flowchart Subrutin Receive Password Karakter ! yang dikirimkan ke PC selanjutnya akan diartikan sebagai tanda bahwa 4 karakter password yang dimasukkan tersebut adalah benar, sebaliknya karakter % yang dikirimkan ke PC maka akan diartikan sebagai tanda bahwa 4 karakter password yang dimasukkan tersebut tidak sesuai dengan password yang ada di mikrokontroler.

56

Flowchart Subrutin Change Password

Gambar 3.27 Flowchart Subrutin Change Password Karakter ) yang dikirimkan ke PC selanjutnya akan diartikan sebagai tanda bahwa 4 karakter password yang dimasukkan tersebut sama dengan yang disimpan oleh mikrokontroler (password error), sebaliknya karakter ( yang dikirimkan ke PC maka akan diartikan sebagai tanda bahwa 4 karakter password yang dimasukkan tersebut tidak sama dengan password yang disimpan di mikrokontroler (password berhasil diganti).

57

Flowchart Subrutin Naik

Gambar 3.28 Flowchart Subrutin Naik Pada flowchart di atas variabel x berfungsi sebagai penanda status driver motor dalam keadaaan baik ataukah rusak, jika x bernilai lebih dari toleransi kondisi rusak yang diberikan maka driver motor dinyatakan bermasalah, sedangkan jika

58

sebaliknya maka driver motor dinyatakan masih berkondisi baik. Kondisi driver motor ini kemudian di-feedback ke mikrokontroler dalam bentuk pengiriman karakter E maupun D ke PC, yang mana karakter E berarti kondisi driver bermasalah (driver motor error), sedangkan karakter D berarti kondisi driver motor baik serta perintah naik telah dijalankan. Flowchart Subrutin Turun

Gambar 3.29 Flowchart Subrutin Turun Pada flowchart di atas variabel x berfungsi sebagai penanda status driver motor dalam keadaaan baik ataukah rusak, jika x bernilai lebih dari toleransi kondisi rusak yang diberikan maka driver motor dinyatakan bermasalah, sedangkan jika

59

sebaliknya maka driver motor dinyatakan masih berkondisi baik. Kondisi driver motor ini kemudian di-feedback ke mikrokontroler dalam bentuk pengiriman karakter E maupun D ke PC, yang mana karakter E berarti kondisi driver bermasalah (driver motor error), sedangkan karakter D berarti kondisi driver motor baik serta perintah turun telah dijalankan. Flowchart Subrutin Unconnected

Gambar 3.30 Flowchart Subrutin Unconnected Flowchart di atas mirip dengan flowchart subrutin naik, namun perbedaannya adalah tidak disertai dengan pengiriman karakter tertentu ke PC yang mana menandakan status kondisi driver motor, hal ini tidak menjadi masalah sebab

60

subrutin ini berfungsi untuk menggulung layar kembali ke tempat semula (posisi layar di atas), jika user lupa menaikkan layar kembali setelah selesai presentasi sebelum koneksi bluetooth dimatikan, sehingga begitu koneksi bluetoth tersebut putus maka dengan sendirinya layar akan naik.

3.3.2 Perancangan Software pada PC PC digunakan sebagai perangkat untuk mengirimkan instruksi dan membaca data dari mikrokontroler. Software yang digunakan pada PC dibuat dengan menggunakan Borland Delphi 7 Second Edition. Software yang digunakan pada PC tersebut berikut dengan komponen komponen penyusunnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Comled1 Tombol aktif comport Kotak pswd lama Tombol atur comport Tombol krm pswd Tombol ubh pswd Kotak pswd baru Tombol layar turun Tombol layar naik

Gambar 3.31 Tampilan Software pada PC Berikut akan dijelaskan lebih detail tentang fungsi komponen komponen penyusun software tersebut, feedback yang diterima oleh PC berikut dengan cara pemakaian software tersebut pada PC.

Tombol atur comport Tombol ini berfungsi untuk mengatur setting comport yang akan digunakan untuk komunikasi bluetooth, jika tombol ini diklik maka akan muncul kotak dialog baru seperti pada gambar di bawah ini

61

Gambar 3.32 Kotak Dialog atur comport Melalui kotak dialog tersebut kita dapat melakukan pengaturan terhadap Port komunikasi yang akan digunakan, baud rate, data bits, stop bits, parity, flow control,dll. Dalam kaitannya dengan alat yang dibuat ini, akan menggunakan baud rate 9600 bps, 8 data bits, 1 stop bits, tidak menggunakan parity, serta tidak menggunakan flow control, sedangkan untuk Port komunikasi bluetooth bergantung pada Port yang disediakan PC untuk berkomunikasi dengan device yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat melihat flowchart tombol atur comport sebagai berikut :
Start

Menampilkan kotak dialog atur comport

End

Gambar 3.33 Flowchart Tombol atur comport

Tombol aktif comport Tombol ini digunakan untuk mengaktifkan maupun menonaktifkan Port komunikasi serial bluetooth yang telah diatur pada kotak dialog atur comport tersebut. Awalnya ketika Port komunikasi bluetooth tidak terhubung, jika tombol ini ditekan maka Port komunikasi bluetooth akan terhubung, sebaliknya

62

jika Port komunikasi telah terhubung maka penekanan pada tombol ini akan menonaktifkan Port komunikasi tersebut. Terhubung maupun putusnya Port komunikasi tersebut dapat dilihat pada nyala/mati-nya lampu indikator Comled1. Jika Port komunikasi terhubung, maka Comled1 akan menyala, sebaliknya jika Port komunikasi tersebut tidak terhubung maka Comled1 akan mati. Untuk lebih jelasnya dapat melihat flowchart tombol aktif comport sebagai berikut :

Gambar 3.34 Flowchart Tombol aktif comport

Tombol krm pswd Tombol ini ditekan jika kita ingin mengirimkan password ke mikrokontroler melalui jalur komunikasi bluetooth. Password tersebut diperlukan sebagai kode aktivasi untuk mengakses sistem pengontrol layar proyeksi. Selama password yang dimasukkan belum benar maka sistem pengontrol layar proyeksi tidak akan

63

aktif. Untuk lebih jelasnya dapat melihat flowchart tombol krm pswd sebagai berikut :
Start

Password terdiri dari 4 karakter ?

Tidak

Ya Kirimkan karakter #

Menampilkan kotak dialog password error

Kirimkan 4 karakter password

End

Gambar 3.35 Flowchart Tombol krm pswd Karakter # yang mengawali 4 karakter password, merupakan karakter penanda untuk memberitahu mikrokontroler bahwa data yang dikirimkan berikutnya adalah data password untuk proses aktivasi sistem pengontrol layar proyeksi tersebut. Tombol ubh pswd Tombol ini digunakan jika kita ingin merubah password aktivasi sistem pengontrol layar, tombol ini akan dapat diakses apabila sistem pengontrol layar sedang dalam keadaan aktif. Untuk lebih jelasnya dapat melihat flowchart tombol ubh pswd sebagai berikut

64

Start

Password terdiri dari 4 karakter ?

Tidak

Ya Kirimkan karakter $

Menampilkan kotak dialog password error

Kirimkan 4 karakter password

End

Gambar 3.36 Flowchart Tombol ubh pswd Karakter $ yang mengawali 4 karakter password, merupakan karakter penanda untuk memberitahu mikrokontroler bahwa data yang dikirimkan berikutnya adalah data password baru yang akan menggantikan data password lama, dan kelak akan digunakan untuk proses aktivasi sistem pengontrol layar proyeksi tersebut. Tombol layar naik Tombol ini ditekan jika kita ingin menaikkan layar proyeksi secara wireless melalui bluetooth. Tombol ini akan dapat diakses setelah sistem pengontrol layar proyeksi telah diaktifkan. Untuk lebih jelasnya dapat melihat flowchart tombol layar naik sebagai berikut
Start

Kirimkan karakter *

End

Gambar 3.37 Flowchart Tombol layar naik

65

Karakter * yang dikirimkan ke jalur komunikasi bluetooth merupakan suatu karakter penanda yang memerintahkan mikrokontroler untuk menaikkan layar proyeksi. Tombol layar turun Tombol ini ditekan jika kita ingin menurunkan layar proyeksi secara wireless melalui bluetooth. Tombol ini akan dapat diakses setelah sistem pengontrol layar proyeksi telah diaktifkan. Untuk lebih jelasnya dapat melihat flowchart tombol layar turun sebagai berikut
Start

Kirimkan karakter &

End

Gambar 3.38 Flowchart Tombol layar turun Karakter & yang dikirimkan ke jalur komunikasi bluetooth merupakan suatu karakter penanda yang memerintahkan mikrokontroler untuk menurunkan layar proyeksi. Feedback yang diterima oleh PC Software Pengontrol Layar Proyeksi tersebut selain digunakan untuk mengirimkan data ke mikrokontroler, juga digunakan untuk menerima sinyal feedback dari mikrokontroler. Sinyal sinyal feedback yang dikirimkan oleh mikrokontroler tersebut adalah : Sinyal yang menandakan bahwa driver motor mengalami masalah Sinyal yang menandakan bahwa perintah menaikkan/menurunkan layar berhasil dijalankan Sinyal yang menandakan bahwa password benar sehingga layar proyeksi dapat diakses Sinyal yang menandakan bahwa password salah sehingga layar proyeksi tidak dapat diakses Sinyal yang menandakan bahwa password berhasil diganti Sinyal yang menandakan bahwa password gagal diganti

66

User dapat mengetahui sinyal sinyal feedback tersebut melalui tampilan kotak dialog peringatan maupun konfirmasi kepada user. Proses tersebut dapat lebih dipahami dengan melihat flowchart berikut

Gambar 3.39 Flowchart Feedback yang diterima PC Karakter E pada flowchart di atas digunakan untuk memberitahukan kepada user bahwa driver motor bermasalah, karakter D digunakan untuk memberitahukan kepada user bahwa perintah yang diberikan oleh user untuk menaikkan/menurunkan layar telah berhasil dijalankan, karakter ! digunakan untuk memberitahukan bahwa password yang dimasukkan adalah benar, sehingga selanjutnya sistem dapat diakses, karakter % digunakan untuk memberitahukan bahwa password yang dimasukkan salah sehingga layar tidak dapat diakses, karakter ( digunakan untuk memberitahukan bahwa password berhasil diganti, dan karakter ) digunakan untuk memberitahukan bahwa password gagal diganti. Cara Penggunaan Software pada PC Agar user dapat menggunakan Software tersebut maka akan diperlihatkan langkah langkah pemakaian sebagai berikut : User yang akan mengakses layar proyeksi, harus terlebih dahulu mengakses software Pengontrol Layar Proyeksi.exe pada PC.

67

Setelah user mengakses software tersebut maka pertama kali user akan menjumpai tampilan seperti di bawah ini

Gambar 3.40 Tampilan Awal Software pada PC User pertama tama harus mengatur parameter komunikasi bluetooth yang akan digunakan, hal tersebut dapat dilakukan dengan menekan tombol Pengaturan Comport, sehingga muncul kotak dialog seperti berikut :

Gambar 3.41 Tampilan Kotak Dialog Pengaturan Comport Setelah memasukkan parameter komunikasi bluetooth sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya maka user harus mengaktifkan comport dengan cara menekan tombol Aktifkan Comport pada software ini, jika LED di samping tombol tersebut telah menyala, berarti Port komunikasi bluetooth telah terhubung, sedangkan jika belum menyala maka Port komunikasi bluetooth belum terhubung.

68

Gambar 3.42 Tampilan Setelah Port Komunikasi Terhubung User diharuskan memasukkan password sebelum dapat mengontrol layar proyeksi, setelah password dimasukkan, user harus menekan tombol kirim untuk mengirim password yang telah ditulis. Jika Password benar, maka user dapat langsung mengakses layar proyeksi sedangkan jika Password yang dimasukkan salah maka layar proyeksi tidak dapat diakses.

Gambar 3.43 Tampilan Apabila Password Yang Dimasukkan Benar

69

Gambar 3.44 Tampilan Apabila Password Yang Dimasukkan Salah Setelah password yang dimasukkan benar, maka user dapat mengakses fasilitas yang diberikan yakni dapat mengganti password, menaikkan ataupun menurunkan layar proyeksi, Untuk dapat mengganti password maka user harus mengisi password baru di kotak teks yang telah disediakan kemudian menekan tombol Rubah

Gambar 3.45 Tampilan Password Berhasil Diganti

70

Gambar 3.46 Tampilan Password Gagal Diganti Sedangkan untuk menaikkan maupun menurunkan layar proyeksi cukup dengan menekan tombol Layar Naik ataupun Layar Turun. Jika Driver motor bermasalah maka Software pada PC akan memberitahukannya kepada user melalui tampilan kotak dialog Driver motor error.

Gambar 3.47 Tampilan Setelah Perintah Naik/Turun Berhasil

71

Gambar 3.48 Tampilan Jika Driver Motor Bermasalah Untuk menutup software ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan menekan tombol Nonaktifkan Comport kemudian menekan tanda silang (tanda x) pada ujung kanan atas software maupun dengan cara langsung menekan tanda silang pada ujung kanan atas software tersebut. Begitu software tersebut ditutup maka mikrokontroler akan mengecek kondisi layar, apabila layar belum tergulung maka mikrokontroler akan memerintahkan motor penggerak untuk menggulung layar proyeksi tersebut.

BAB IV PENGUKURAN, PENGUJIAN DAN ANALISIS


Pengukuran dan pengujian alat dilakukan untuk mengetahui kinerja dari alat yang telah didesain dan dibuat. Pengukuran dan pengujian yang dilakukan antara lain meliputi : Pengukuran dan Pengujian Rangkaian Sensor Optoreflektor Pengukuran Bagian Pengkondisi Sinyal Rangkaian Driver I/O Umum Pengukuran Bagian Optoisolator Rangkaian Driver I/O Umum Pengukuran Bagian Pendeteksi Arus Rangkaian Driver I/O Umum Pengukuran dan Pengujian Rangkaian Driver Motor Pengukuran dan Pengujian Rangkaian Switch manual Pengukuran dan Pengujian Modul Bluetooth EB500 Pengujian Alat Keseluruhan Hasil dari pengujian diharapkan dapat mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan dan kesalahannya. Alat yang digunakan untuk melakukan pengujian meliputi: Multimeter Digital Helles Tipe UX37 Stopwatch Digital Q&Q Tipe HS45 Secara keseluruhan alat yang dibuat tersebut mempunyai dimensi panjang 170 cm, lebar 9 cm, dan tinggi 19 cm. Gambar alat yang dibuat secara keseluruhan dapat dilihat seperti pada gambar berikut ini :

72

73

Gambar 4.1 Bentuk Alat Keseluruhan

4.1 Pengukuran dan Pengujian Rangkaian Sensor Optoreflektor Pengukuran dilakukan terhadap masing masing rangkaian sensor optoreflektor dengan menggunakan multimeter digital untuk mengukur tegangan dan arus yang pemasangannya sesuai dengan gambar di bawah ini.

74

Gambar 4.2 Pengukuran Rangkaian Sensor Optoreflektor Hasil pengukuran Rangkaian Sensor Optoreflektor dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Rangkaian Sensor Optoisolator
Rangkaian Optoreflektor Bagian kiri Bagian kanan V diode ( V ) 1.65 1.65 1.59 1.59 I diode ( mA ) 19.43 19.43 19.35 19.35 V out1 ( V ) 0.02 0.06 0.01 0.05 Vout2 ( V ) 0.05 0.05 0.04 0.04 Warna Bagian Layar Hitam Putih Hitam Putih

Output1 dan Output2 dari setiap sensor optoreflektor ini nantinya akan menjadi input bagi bagian pengkondisi sinyal yang akan dibahas selanjutnya. Dari hasil pengukuran di atas maka diketahui bahwa rangkaian ini telah bekerja dengan baik sebab telah mampu membedakan warna bagian layar yang hitam dan yang putih, hal tersebut terlihat pada Vout1 (tegangan keluaran phototransistor) yang lebih kecil terhadap Vout2 (tegangan keluaran variabel resistor) pada saat terkena bagian layar yang hitam, sebaliknya Vout1 (tegangan keluaran phototransistor) akan lebih besar terhadap Vout2 (tegangan keluaran variabel resistor) pada saat terkena bagian layar yang putih.

4.2 Pengukuran Bagian Pengkondisi Sinyal Rangkaian Driver I/O Umum Pengukuran dilakukan terhadap bagian pengkondisi sinyal dengan menggunakan multimeter digital untuk mengukur tegangan pada kaki kaki konektor sensor1 dan sensor2 sebagai input dari rangkaian dilanjutkan dengan pengukuran tegangan pada Port

75

B0 dan Port B1 yang mana adalah output dari rangkaian ini. Pemasangannya sesuai dengan gambar di bawah ini.
J4 JP_S1 1 2 3 5V J3 JP_S2 1 2 3 R2 820 5V D2 3 J6 2 1 10K Sensor1 R6 R5 5 4 Skiri 3 U1B 2 LM339 J5 2 1 Sensor2 J14 1 T_Skiri 10K T_Skanan R3 R4 10K 10K 7 6 U1A 1 LM339 J15 1 R8 10K 5V D1 Skanan R1 820 5V

R7 10K

+ 12

+ 12

PB0

PB1

Gambar 4.3 Pengukuran Bagian Pengkondisi Sinyal Hasil pengukuran Bagian Pengkondisi Sinyal dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Bagian Pengkondisi Sinyal
Layar Atas Tengah Bawah Sensor1 ( V ) kaki 1 kaki 2 0.02 0.05 0.06 0.05 0.06 0.05 Sensor2 ( V ) kaki 1 kaki 2 0.05 0.04 0.05 0.04 0.01 0.04 PB0 ( V ) 0.18 5.00 5.00 PB1 ( V ) 5.00 5.00 0.18 LED Skiri nyala mati mati LED Skanan mati mati nyala

Sensor1 dan Sensor2 pada gambar di atas merupakan output dari rangkaian sensor optoreflektor, yang mana akan menjadi input bagi bagian pengkondisi sinyal ini, sedangkan PB0 dan PB1 nantinya akan menjadi input bagi mikrokontroler. Dari hasil pengukuran di atas dapat dilihat bahwa bagian pengkondisi sinyal telah bekerja dengan baik, sebab output tegangan dari Port B0 dan Port B1 ini telah memenuhi spesifikasi range tegangan input dari mikrokontroler sehingga mampu melakukan sensing terhadap posisi kedudukan layar proyeksi. Jika layar proyeksi telah mencapai batas atas, maka LED Skiri akan menyala dan LED Skanan akan mati, demikian juga Port B0 akan LOW dan Port B1 akan HI, sebaliknya jika layar proyeksi telah mencapai batas bawah, maka LED Skiri akan mati dan LED Skanan akan menyala, demikian Port B0 akan HI dan Port B1 akan LOW. Demikian pula halnya jika layar berada di antara batas atas maupun batas bawah maka LED Skiri dan LED Skanan akan mati serta Port B0 dan B1 pun juga akan HI.

76

4.3 Pengukuran Bagian Optoisolator Rangkaian Driver I/O Umum Pengukuran dilakukan terhadap bagian optoisolator dengan menggunakan multimeter digital untuk mengukur tegangan pada Port B6 dan Port B7 yang merupakan input dari bagian ini serta juga untuk mengukur hubungan pada kaki kaki konektor RLY yang mana adalah output dari bagian optoisolator ini.
5V PB6 PB7 R9 560 U3 1 6 J12 5 J17 1 T_RLY_EN 2 4N25 5V 4 1 2 3 RLY

R10 560 U4 1 6 5 J18 1 T_RLY_MD 2 4N25 4

Gambar 4.4 Pengukuran Bagian Optoisolator Hasil pengukuran Bagian Optoisolator dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Bagian Optoisolator
PB6 ( V ) 5.02 5.02 2.52 PB7 ( V ) 5.02 2.52 2.52 Konektor RLY ( J12 ) semua kaki konektor putus kaki 2 dan 3 terhubung kaki 1, 2 dan 3 terhubung

PoB6 dan PB7 tersebut merupakan output dari mikrokontroler yang dipakai dalam alat ini, sedangkan konektor RLY nantinya akan menjadi input bagi rangkaian driver motor. Dari hasil pengukuran tersebut dapat dilihat bahwa bagian optoisolator telah bekerja dengan baik sebab telah mampu mengendalikan kaki kaki konektor RLY sesuai tegangan masukan dari PB6 dan PB7 secara optik, di samping itu juga telah dapat mengisolasi secara fisik rangkaian mikrokontroler dengan rangkaian driver motor

77

4.4 Pengukuran Bagian Pendeteksi Arus Rangkaian Driver I/O Umum Pengukuran dilakukan terhadap bagian pendeteksi arus dengan menggunakan multimeter digital untuk mengukur tegangan pada konektor DIODE yang mana adalah input dari bagian pendeteksi arus ini serta tegangan pada Port B2 yang mana adalah output dari bagian pendeteksi arus, selain itu penulis juga mengecek gerakan motor berdasarkan penglihatan mata secara langsung.

Gambar 4.5 Pengukuran Bagian Pendeteksi Arus Hasil pengukuran Bagian Pendeteksi Arus dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Bagian Pendeteksi Arus
V diode ( V ) 0.05 1.61 1.61 PB2 ( V ) 4.99 0.1 0.1 Gerakan Motor berhenti CW CCW

PB2 nantinya akan menjadi input bagi mikrkontroler sedangkan V diode merupakan output dari rangkaian driver motor. Dari hasil pengukuran tersebut diketahui bahwa bagian pendeteksi arus telah bekerja dengan baik sebab telah mampu membedakan ada/tidak-nya arus yang mengalir ke motor, yang mana hal ini akan digunakan untuk memberikan feedback kepada user tentang kondisi driver motor, apakah masih dalam keadaan baik ataupun telah rusak.

4.5 Pengukuran dan Pengujian Rangkaian Driver Motor Pengukuran dilakukan terhadap Rangkaian Driver Motor dengan menggunakan multimeter digital untuk mengukur tegangan dan arus yang melalui motor, selain itu juga untuk mengukur tegangan pada dioda yang diseri dengan motor, serta untuk

78

mengecek hubungan pada kaki kaki output optoisolator, sedangkan untuk mengecek gerakan motor dan layar, penulis mengandalkan penglihatan mata secara langsung. Pengukuran dilakukan seperti gambar di bawah ini dengan asumsi konektor Pengendali Motor (J6) dan konektor Motor (J5) dihubungkan.

Gambar 4.6 Pengukuran Rangkaian Driver Motor Hasil pengukuran Rangkaian Driver Motor dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Rangkaian Driver Motor
Output optoisolator ( J3 ) semua kaki putus kaki 2 dan 3 terhubung kaki 1, 2 dan 3 terhubung V dioda ( V ) 1.61 1.61 0.05 V motor ( V ) 14.99 14.99 0 I motor ( A ) 3.57 3.30 0 Gerakan Motor CW CCW berhenti Gerakan Layar naik turun berhenti

Tegangan V dioda pada gambar di atas akan menjadi input bagi rangkaian pendeteksi arus, yang mana menandakan bahwa motor sedang aktif/tidak aktif, sedangkan konektor

79

J3 merupakan output dari rangkaian optoisolator. Dari hasil pengukuran tersebut, kita dapat menyatakan bahwa rangkaian driver motor telah bekerja dengan baik, sebab telah mampu menjadi perantara/interface mikrokontroler untuk mengatur gerakan motor, selain itu juga telah dapat menghasilkan V dioda yang berbeda pada saat motor sedang bergerak maupun motor dalam keadaan diam yang mana akan diolah oleh bagian pendeteksi arus.

4.6 Pengukuran dan Pengujian Rangkaian Switch manual Pengukuran dilakukan terhadap Rangkaian Switch Manual dengan menggunakan multimeter digital untuk mengukur tegangan dan arus pada motor. Pengukuran rangkaian ini dilakukan seperti pada gambar di bawah ini dengan asumsi konektor J1 dan konektor J5 terhubung.

Gambar 4.7 Pengukuran Rangkaian Switch manual Hasil pengukuran Rangkaian Switch Manual dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Rangkaian Switch manual
Posisi Saklar Saklar Power Window Atas Bawah Atas Bawah V motor I motor Gerakan Motor Gerakan Layar

Saklar 2 posisi Atas Atas Bawah Bawah

0 0 14.99 14.99

0 0 3.56 3.32

berhenti berhenti CW CCW

berhenti berhenti naik turun

80

Dari hasil pengukuran tersebut dapat dilihat bahwa rangkaian switch manual telah bekerja dengan baik, sebab telah mampu menggerakkan layar proyeksi sesuai dengan keinginan user sehingga dapat digunakan sebagai rangkaian alternatif yang dapat digunakan apabila rangkaian switch otomatis bermasalah/rusak.

4.7 Pengukuran Modul Bluetooth EB500 Pengukuran dilakukan terhadap Modul Bluetooth EB500 dengan menggunakan software terminal.exe yang sering dipakai untuk mengecek konektivitas Port Serial. Adapun hubungan antara PC, EB500 serta mikrokontroler dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Pengukuran dilakukan dengan mengirimkan beragam karakter kode dari PC yang telah ditentukan sebelumnya serta melihat karakter yang dikirimkan kembali ke PC oleh mikrokontroler melalui Modul Bluetooth EB500 tersebut dalam jarak 5 m, jarak tersebut dipilih karena ruangan presentasi tempat alat tersebut nantinya berada tidak terlalu besar, sehingga jarak antara user dan alat tersebut juga tidak telalu jauh..Komunikasi Bluetooth yang akan diuji ini menggunakan Port komunikasi COM4.

Gambar 4.8 Pengukuran EB500 Hasil pengukuran Modul Bluetooth EB500 dapat dilihat pada gambar tampilan software terminal.exe tersebut di bawah ini

81

Gambar 4.9 Hasil Pengukuran Modul Bluetooth EB500 Dari hasil pengukuran tersebut dapat dilihat bahwa Modul Bluetooth EB500 dapat bekerja dengan baik, karena dapat mengembalikan karakter sama dengan karakter yang diterima olehnya, sehingga dapat digunakan sebagai media komunikasi wireless untuk mengontrol rangkaian elektronik yang lain.

4.8 Pengujian Alat Keseluruhan Pengukuran alat secara keseluruhan ini akan menguji keseluruhan fitur dari sistem pengontrol layar proyeksi sebanyak 15 kali untuk mengetahui apakah sistem sudah berjalan sesuai dengan harapan, sekaligus untuk mengetahui rata-rata waktu yang diperlukan untuk menaikkan/menurukan layar proyeksi. Hasil pengujian keseluruhan alat ini dapat dilihat pada tabel percobaan berikut.

82

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Alat Keseluruhan dengan Bluetooth


Percobaan Masukkan Password berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil Ganti Password berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil Fitur Layar Naik ( s ) 21 20 21 0 19 18 23 25 23 21 22 21 21 22 21 Layar Turun ( s ) 15 14 17 0 16 16 15 16 15 16 16 17 16 16 16 Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Alat Keseluruhan dengan Switch Manual


Percobaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Layar Naik ( s ) 21 21 20 21 20 21 21 21 19 20 21 21 21 21 21 Layar Turun ( s ) 15 16 16 16 15 16 16 14 16 16 15 16 16 15 16 Keterangan berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil

Setelah melakukan pengujian alat secara keseluruhan dengan menggunakan jalur komunikasi bluetooth didapati bahwa tingkat keberhasilan alat mencapai 100 % sedangkan jika diuji dengan menggunakan rangkaian switch manual maka tingkat keberhasilan alat juga mencapai 100 %, serta waktu rata rata yang diperlukan untuk

83

menaikkan layar adalah 21 s, sedangkan lama waktu rata rata yang diperlukan untuk menurunkan layar adalah 16 s. Perbedaan waktu rata rata untuk menaikkna layar dan menurunkan layar tersebut disebabkan oleh kerja motor yang agak berat pada saat menaikkan layar daripada pada saat menurunkan layar.

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari hasil perancangan, pembuatan, pengujian, dan pengukuran yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sensor Optoreflektor telah bekerja dengan baik sehingga mampu membedakan warna gelap dan terang yang terdapat pada layar. 2. Bagian Pengkondisi Sinyal yang berupa rangkaian komparator telah bekerja dengan baik sehingga mampu mendeteksi batas atas maupun batas bawah layar dengan baik 3. Bagian Optoisolator telah bekerja dengan baik sehingga mampu meneruskan

perintah dari mikrokontroler yang ditujukan pada driver motor tanpa melalui sambungan/jalur fisik (rangkaian mikrokontroler terisolasi terhadap driver motor), melainkan penyampaian perintah tersebut dilakukan secara optik 4. Bagian Pendeteksi Arus telah bekerja dengan baik sehingga mampu mendeteksi kerusakan yang terjadi pada driver motor jika arus tidak mengalir ke motor. 5. Rangkaian Driver Motor telah bekerja dengan baik sehingga mampu mengendalikan gerakan motor penggulung layar berdasarkan perintah dari mikrokontroler 6. Rangkaian Switch Manual telah bekerja dengan baik sehingga mampu digunakan sebagai cadangan alternatif untuk mengendalikan layar proyeksi jika pengendalian layar secara wireless tidak dapat digunakan/rusak 7. Modul Bluetooth EB500 telah bekerja dengan baik sehingga mampu menjadi media perantara antara PC dan Mikrokontroler dalam menyampaikan perintah ke mikrokontoler maupun menerima feedback dari mikrokontroler dan meneruskan ke PC 8. Pengukuran dan Pengujian alat secara keseluruhan menyatakan bahwa tingkat keberhasilan alat jika dikendalikan melalui bluetooth maupun melalui Rangkaian Switch Manual mencapai 100 % sehingga dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan alat bekerja dengan baik

84

DAFTAR PUSTAKA

1) 2) 3)

http://www.atmel/attiny2313.htm http://en.wikipedia.org/wiki/Optoisolator Malvino, Albert Paul, Ph.D. E.E., Prinsip Prinsip Elektronika, Buku Satu, Salemba Teknika, 2003

4) 5)

http://electronics.howstuffworks.com/relay.htm www.innovativeelectronics.com/innovative_electronics/download_files/artikel/A N71.pdf

6) 7) 8) 9)

http://lancet.mit.edu/motors/motors3.html http://www.coilwinder.com/motor%20Theory.htm http://en.wikipedia.org/wiki/serial data http://electronics.howstuffworks.com/bletooth.htm

10) http://allaboutwebinnovations.com/wpcontent/uploads/2008/05/bluetooth.jpg 11) http://allaboutwebinnovations.com/wp-content/uploads/2008/05/piconet.jpg 12) http://allaboutwebinnovations.com/wp-content/uploads/2008/05/protocol.jpg 13) http://allaboutwebinnovations.com/wp-content/uploads/2008/05/interface.jpg 14) www.innovativeelectronics.com/innovative_electronics/download_files/artikel/A N71.pdf 15) www.innovativeelectronic.com/Supplies/Kits/tiny2313/manualavr.pdf

85

LAMPIRAN I RANGKAIAN ELEKTRONIK LENGKAP


Rangkaian Power Supply :
J1 2 1 Output traf o 5 A RS 803 3 2 + 4 + C1 4700 uF/50 V J3 1 2 15 V LOAD GND Load Power 1 D1

J2 2 1 Output traf o 500 mA RC 102 3 2 + 4 + C2 1000 uF/16 V 1

D2 U2 J4 VIN GND VOUT 3 5 V 1 2 CONTROL GND Control Power

L7805C-V

Rangkaian Sensor Optoreflektor :

Bagian Pengkondisi Sinyal Rangkaian Driver I/O Umum :

J4 JP_S1 1 2 3

5V

J3 JP_S2 1 2 3

5V

R2 820 5V D2 3 J6 2 1 10K Sensor1 R6 R5 5 4 Skiri

R8 10K 5V

R1 820 D1 3

R7 10K

U1B 2 LM339

J5 2 1 Sensor2 J14 1 T_Skiri

R3 R4 10K 10K 7 6

U1A 1 LM339

Skanan

+ 12

+ -

J15 1 T_Skanan

10K

PB0

12

PB1

Bagian Indikator Proses Rangkaian Driver I/O Umum :


R13 5V 560 R11 5V 560 Pnaik Pturun D5 PB4 D6 PB5

Bagian Optoisolator Rangkaian Driver I/O Umum :


5V PB6 PB7 R9 560 U3

6 5 J12 1 2 3 RLY 5V

J17 1 T_RLY_EN 2 4N25

R10 560 U4

6 5

J18 1 T_RLY_MD 2 4N25

Bagian Pendeteksi arus Rangkaian Driver I/O Umum :


5V R12 560

PB2 J8 2 1 DIODE 2 4N25 1 D4 U2 6 5 4 LED

Bagian Konektor EB500 Rangkaian Driver I/O Umum :

Rangkaian Driver I/O Umum keseluruhan :


5V R11 560 5V R13 560 J4 JP_S1 1 2 3 5V J3 JP_S2 1 2 3 5V 5V J13 1 R2 820 5V R15 10K 5V D2 3 J6 2 1 10K Sensor1 J7 PB4 PB5 1 2 PD3 JP_IR 10K R6 R5 5 4 J5 2 1 Sensor2 J14 PB0 1 PB1 T_Skiri T_Skanan PD0 PD1 PD5 PD4 PB2 J12 1 2 3 5V RLY R3 R4 10K LM339 10K 7 6 3 U1B 2 Skiri U1A 1 LM339 J15 1 R8 10K 5V D1 Skanan J16 1 T_EB500MD 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 J9 EB500 T_STS

D5 Pnaik

D6 Pturun R1 820 R7 10K

+ 12

+ 12

PD2

PD4 PD2 PD0

PB6 PB4 PB2 PB0

PB1

PB5 PB7

PD1 PD3 PD5

2 4 6 8

PB

2 4 6 8

J11

J19 PD

PB6 PB7

5V R12 560

1 3 5 7

1 3 5 7

J10 R14 3 2 1 10K IRM8510 5V 5V

J8 2 1 DIODE 2 1

D4 U2 6 5 4 4N25 LED

J20 2 1 CPower 5V 1

R9 560 U3 6 5 J17 1 T_RLY _EN 2 4N25 4

R10 560 U4

6 5

J18 1 T_RLY _MD 2 4N25

Rangkaian Driver Motor :

Rangkaian Switch Manual :

LAMPIRAN II LISTING PROGRAM MIKROKONTROLER


#include <tiny2313.h> #include <delay.h> #include <stdio.h> //output definition #define ENMtr #define MDMtr #define Turun #define Naik #define MDEB500 //input definition #define RSense #define LSense #define Arus #define RxIR #define MDIR #define STSEB500 PORTB.6 PORTB.7 PORTB.4 PORTB.5 PORTD.5

PINB.0 PINB.1 PINB.2 PIND.2 PIND.3 PIND.4

//serial code definition #define ChangePassworddone '(' #define ChangePassworderror ')' #define DriveMtrerror 'E' #define done 'D' #define PasswordDone '!' #define PasswordError '%' #define DownCommand '&' #define UpCommand '*' #define ChangePassword '$' #define ReceivePassword '#' #define toleransi 5

//////////////serial interrupt////////////////// #define RXB8 1 #define TXB8 0 #define UPE 2 #define OVR 3 #define FE 4 #define UDRE 5 #define RXC 7 #define FRAMING_ERROR (1<<FE) #define PARITY_ERROR (1<<UPE) #define DATA_OVERRUN (1<<OVR) #define DATA_REGISTER_EMPTY (1<<UDRE) #define RX_COMPLETE (1<<RXC) // USART Receiver buffer #define RX_BUFFER_SIZE 8 char rx_buffer[RX_BUFFER_SIZE]; #if RX_BUFFER_SIZE<256 unsigned char rx_wr_index,rx_rd_index,rx_counter; #else unsigned int rx_wr_index,rx_rd_index,rx_counter; #endif // This flag is set on USART Receiver buffer overflow bit rx_buffer_overflow;

// USART Receiver interrupt service routine interrupt [USART_RXC] void usart_rx_isr(void) { char status,data; status=UCSRA; data=UDR; if ((status & (FRAMING_ERROR | PARITY_ERROR | DATA_OVERRUN))==0) { rx_buffer[rx_wr_index]=data; if (++rx_wr_index == RX_BUFFER_SIZE) rx_wr_index=0; if (++rx_counter == RX_BUFFER_SIZE) { rx_counter=0; rx_buffer_overflow=1; }; }; } #ifndef _DEBUG_TERMINAL_IO_ // Get a character from the USART Receiver buffer #define _ALTERNATE_GETCHAR_ #pragma used+ char getchar(void) { char data; while (rx_counter==0); data=rx_buffer[rx_rd_index]; if (++rx_rd_index == RX_BUFFER_SIZE) rx_rd_index=0; #asm("cli") --rx_counter; #asm("sei") return data; } #pragma used#endif // USART Transmitter buffer #define TX_BUFFER_SIZE 8 char tx_buffer[TX_BUFFER_SIZE]; #if TX_BUFFER_SIZE<256 unsigned char tx_wr_index,tx_rd_index,tx_counter; #else unsigned int tx_wr_index,tx_rd_index,tx_counter; #endif // USART Transmitter interrupt service routine interrupt [USART_TXC] void usart_tx_isr(void) { if (tx_counter) { --tx_counter; UDR=tx_buffer[tx_rd_index]; if (++tx_rd_index == TX_BUFFER_SIZE) tx_rd_index=0; }; } #ifndef _DEBUG_TERMINAL_IO_ // Write a character to the USART Transmitter buffer #define _ALTERNATE_PUTCHAR_ #pragma used+ void putchar(char c) { while (tx_counter == TX_BUFFER_SIZE); #asm("cli") if (tx_counter || ((UCSRA & DATA_REGISTER_EMPTY)==0)) { tx_buffer[tx_wr_index]=c;

if (++tx_wr_index == TX_BUFFER_SIZE) tx_wr_index=0; ++tx_counter; } else UDR=c; #asm("sei") } #pragma used#endif //////////////////////////////////////////////////////////////////

unsigned char *pswd="1234"; unsigned char code=''; void Initial() { // input initialitation DDRB.0=0; PORTB.0=1; DDRB.1=0; PORTB.1=1; DDRB.2=0; PORTB.2=1; DDRD.2=0; PORTD.2=1; DDRD.3=0; PORTD.3=1; DDRD.4=0; PORTD.4=1; DDRD.5=0; PORTD.5=1; // output initialitation DDRB.6=1; PORTB.6=0; DDRB.7=1; PORTB.7=0; DDRB.4=1; PORTB.4=1; DDRB.5=1; PORTB.5=1; // USART initialization // Communication Parameters: 8 Data, 1 Stop, No Parity // USART Receiver: On // USART Transmitter: On // USART Mode: Asynchronous // USART Baud rate: 9600 UCSRA=0x00; UCSRB=0xD8; UCSRC=0x06; UBRRH=0x00; UBRRL=0x19; } void MoveMtr(unsigned char mode) dikehendaki { if(mode==1) // motor berhenti { ENMtr=0; MDMtr=1; } if(mode==0) // motor berhenti { ENMtr=0; MDMtr=0; } //fungsi untuk mengatur gerakan motor penggulung layar sesuai dengan arah yang // fungsi untuk inisialisasi I/O

if(mode==2) // motor putar CCW { ENMtr=1; MDMtr=0; } if(mode==3) // motor putar CW { ENMtr=1; MDMtr=1; } } void naik() // fungsi untuk menaikkan layar proyeksi { unsigned char x=0; if(RSense!=0) // sensor atas belum tersentuh { MoveMtr(3); // motor putar CW Naik=0; // lampu indikator proses naik nyala Turun=1; // lampu indikator proses turun mati delay_ms(100); while(RSense!=0) // sensor atas belum tersentuh { if(Arus==1) { x++; if(x>toleransi) break; } delay_ms(100); } if(x>0) { MoveMtr(0); // motor berhenti Naik=1; // lampu indikator proses naik mati Turun=1; // lampu indikator proses turun mati putchar(DriveMtrerror); // kirim feedback driver motor error } else { MoveMtr(0); // motor berhenti Naik=1; // lampu indikator proses naik mati Turun=1; // lampu indikator proses turun mati putchar(done); // kirim konfirmasi perintah berhasil dijalankan } } else { MoveMtr(0); // motor berhenti Naik=1; // lampu indikator proses naik mati Turun=1; // lampu indikator proses turun mati putchar(done); // kirim konfirmasi perintah berhasil dijalankan } } void turun() // fungsi untuk menurunkan layar proyeksi { unsigned char x=0; if(LSense!=0) // sensor bawah belum tersentuh { MoveMtr(2); // motor putar CCW Naik=1; // lampu indikator proses naik mati Turun=0; // lampu indikator proses turun nyala delay_ms(100); while(LSense!=0) // sensor bawah belum tersentuh { if(Arus==1) { //x=1;

x++; if(x>toleransi) break; } delay_ms(100); } if(x>0) { MoveMtr(0); Naik=1; Turun=1; putchar(DriveMtrerror); } else { MoveMtr(0); Naik=1; Turun=1; putchar(done); } } else { MoveMtr(0); Naik=1; Turun=1; putchar(done); } }

// motor berhenti // lampu indikator proses naik mati // lampu indikator proses turun mati // kirim feedback driver motor error

// motor berhenti // lampu indikator proses naik mati // lampu indikator proses turun mati // kirim konfirmasi perintah berhasil dijalankan

// motor berhenti // lampu indikator proses naik mati // lampu indikator proses turun mati // kirim konfirmasi perintah berhasil dijalankan

void unconnected() // fungsi yang akan diakses ketika status komunikasi bluetooth unconnected { bit x=0; if(RSense!=0) // sensor atas belum tersentuh { MoveMtr(3); // motor putar CW Naik=0; // lampu indikator proses naik nyala Turun=1; // lampu indikator proses turun mati delay_ms(100); while(RSense!=0) // sensor atas belum tersentuh { if(Arus==1) { //x=1; x++; if(x>toleransi) break; } delay_ms(100); } if(x>0) { MoveMtr(0); // motor berhenti Naik=1; // lampu indikator proses naik mati Turun=1; // lampu indikator proses turun mati } else { MoveMtr(0); // motor berhenti Naik=1; // lampu indikator proses naik mati Turun=1; // lampu indikator proses turun mati } } else { MoveMtr(0); // motor berhenti Naik=1; // lampu indikator proses naik mati Turun=1; // lampu indikator proses turun mati }

} void change_pswd() { unsigned char i,x=0; unsigned char *buffer=""; // fungsi untuk merubah password lama

for(i=0;i<4;i++) *(buffer+i)=getchar(); for(i=0;i<4;i++) { if(*(buffer+i)!=*(pswd+i)) // mengecek password yang diterima { x=1; break; } } if(x==1) { /////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// for(i=0;i<4;i++) // jika password baru tidak sama dengan password lama maka update password *(pswd+i)=*(buffer+i); putchar(ChangePassworddone); // kirimkan konfirmasi bahwa ganti password telah berhasil } //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// else putchar(ChangePassworderror); // jika password baru sama dengan password lama maka kirimkan konfirmasi update password gagal } void receive_pswd() { unsigned char i,x=0; unsigned char *buffer=""; for(i=0;i<4;i++) *(buffer+i)=getchar(); for(i=0;i<4;i++) { if(*(buffer+i)!=*(pswd+i)) { x=1; break; } } if(x==0) putchar(PasswordDone); else putchar(PasswordError); } // menerima password aktiivasi layar proyeksi yang dikirim user secara wireless // mengecek password yang diterima

// jika password benar maka konfirmasikan bahwa password telah benar // jika password salah maka konfirmasikan bahwa password yang dimasukkan salah

void main(void) { //local variable declaration bit penanda=0;

// program utama

// Crystal Oscillator division factor: 1 #pragma optsizeCLKPR=0x80; CLKPR=0x00; #ifdef _OPTIMIZE_SIZE_ #pragma optsize+ #endif Initial(); // inisialiasi I/O

// Global enable interrupts #asm("sei") while (1) { if(STSEB500==1) // akan dilakukan jika status komunikasi connectable { penanda=1; // menandakan status komunikasi pernah aktif Naik=1; // indikator proses naik mati Turun=1; // indikator proses turun mati if(rx_counter>0) // akan diakses jika ada data serial { code=getchar(); // terima data serial switch(code) // terjemahkan data { case(UpCommand): // akan diakses jika data adalah perintah naik { //printf("up\n"); naik(); break; } case(DownCommand): // akan diakses jika data adalah perintah turun { //printf("down\n"); turun(); break; } case(ChangePassword): // akan diakses jika data adalah perintah ganti password { change_pswd(); break; } case(ReceivePassword): // akan diakses jika data adalah perintah terima password { receive_pswd(); break; } default: // akan diakses jika data bukan semua kode di atas break; } } } if((STSEB500==0)&&(penanda==1)) // akan diakses jika status komunikasi unconnected serta sebelumnya sudah pernah aktif { penanda=0; // reset penanda unconnected(); } } }

LAMPIRAN III LISTING SOFTWARE PC


unit Unit1; interface uses Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms, Dialogs, StdCtrls, CPort, CPortCtl; type TPengontrol_Layar_Proyeksi = class(TForm) pswd_lama: TEdit; Password: TLabel; New_Password: TLabel; pswd_baru: TEdit; krm_pswd: TButton; rbh_pswd: TButton; layar_naik: TButton; layar_turun: TButton; aktif_comport: TButton; ComLed1: TComLed; ComPort1: TComPort; Atur_comport: TButton; procedure aktif_comportClick(Sender: TObject); procedure krm_pswdClick(Sender: TObject); procedure rbh_pswdClick(Sender: TObject); procedure layar_naikClick(Sender: TObject); procedure layar_turunClick(Sender: TObject); procedure ComPort1RxChar(Sender: TObject; Count: Integer); procedure Atur_comportClick(Sender: TObject); private { Private declarations } public { Public declarations } end; var Pengontrol_Layar_Proyeksi: TPengontrol_Layar_Proyeksi; implementation {$R *.dfm} procedure TPengontrol_Layar_Proyeksi.aktif_comportClick(Sender: TObject); begin if comport1.Connected then begin aktif_comport.Caption:='Aktifkan ComPort'; Password.Enabled:=false; New_Password.Enabled:=false; pswd_lama.Enabled:=false; pswd_baru.Text:=''; pswd_baru.Enabled:=false; krm_pswd.Enabled:=false; rbh_pswd.Enabled:=false; layar_naik.Enabled:=false; layar_turun.Enabled:=false; comport1.close; end else begin aktif_comport.Caption:='Nonaktifkan ComPort';

comport1.open; Password.Enabled:=true; pswd_lama.Enabled:=true; krm_pswd.Enabled:=true; end; end; procedure TPengontrol_Layar_Proyeksi.krm_pswdClick(Sender: TObject); var x:string; begin if length(pswd_lama.Text)=4 then begin x:='#'+pswd_lama.Text; comport1.WriteStr(x); end else MessageDlg('Password terdiri dari 4 karakter',mterror,[mbOK],0); end; procedure TPengontrol_Layar_Proyeksi.rbh_pswdClick(Sender: TObject); var x:string; begin if length(pswd_baru.Text)=4 then begin x:='$'+pswd_baru.Text; comport1.WriteStr(x); pswd_baru.Text:=''; end else MessageDlg('Password terdiri dari 4 karakter',mterror,[mbOK],0); end; procedure TPengontrol_Layar_Proyeksi.layar_naikClick(Sender: TObject); var x:string; begin x:='*'; comport1.WriteStr(x); end; procedure TPengontrol_Layar_Proyeksi.layar_turunClick(Sender: TObject); var x:string; begin x:='&'; comport1.WriteStr(x); end; procedure TPengontrol_Layar_Proyeksi.ComPort1RxChar(Sender: TObject; Count: Integer); var terima:string; begin comport1.ReadStr(terima,count); if terima='E' then MessageDlg('Driver motor error',mtError,[mbOK],0); if terima='D' then MessageDlg('Perintah berhasil dijalankan',mtInformation,[mbOK],0); if terima='!' then begin MessageDlg('Password sukses, layar dapat diakses',mtInformation,[mbOK],0); New_Password.Enabled:=true; pswd_baru.Enabled:=true; rbh_pswd.Enabled:=true; layar_naik.Enabled:=true; layar_turun.Enabled:=true; Password.Enabled:=false; pswd_lama.Text:=''; pswd_lama.Enabled:=false; krm_pswd.Enabled:=false; end;

if terima='%' then MessageDlg('Password gagal, layar tidak dapat diakses',mterror,[mbOK],0); if terima='(' then MessageDlg('Password berhasil diganti',mtInformation,[mbOK],0); if terima=')' then MessageDlg('Password gagal diganti',mterror,[mbOK],0); end; procedure TPengontrol_Layar_Proyeksi.Atur_comportClick(Sender: TObject); begin comport1.ShowSetupDialog; end; end.

LAMPIRAN IV PENGUKURAN RANGKAIAN ELEKTRONIK LENGKAP


Pengukuran Rangkaian Sensor Optoreflektor :

Pengukuran Bagian Pengkondisi Sinyal :


J4 JP_S1 1 2 3 5V J3 JP_S2 1 2 3 R2 820 5V D2 3 J6 2 1 10K Sensor1 R6 R5 5 4 J5 2 1 Sensor2 J14 1 T_Skiri 10K T_Skanan R3 R4 10K LM339 10K 7 6 3 U1B 2 Skiri U1A 1 LM339 J15 1 R8 10K 5V D1 Skanan R1 820 5V

R7 10K

+ 12

+ 12

PB0

PB1

Pengukuran Bagian Optoisolator :


5V PB6 PB7 R9 560 U3 1 6 J12 5 J17 1 T_RLY_EN 2 4N25 5V 4 1 2 3 RLY

R10 560 U4 1 6 5 J18 1 T_RLY_MD 2 4N25 4

Pengukuran Bagian Pendeteksi Arus :

Pengukuran Rangkaian Driver Motor :

Pengukuran Rangkaian Switch manual :

Pengukuran Modul Bluetooth EB500 :

LAMPIRAN V LISTING PROGRAM PENGUKURAN MODUL BLUETOOTH EB500


#include <tiny2313.h> #include <stdio.h> #define STSEB500 unsigned char code; void Initial() { // USART initialization // Communication Parameters: 8 Data, 1 Stop, No Parity // USART Receiver: On // USART Transmitter: On // USART Mode: Asynchronous // USART Baud rate: 9600 UCSRA=0x00; UCSRB=0x18; UCSRC=0x06; UBRRH=0x00; UBRRL=0x19; } void main() { Initial(); delay_ms(2000); while(1) { if(STSEB500==1) { code=getchar(); putchar(code); } } } // program utama PIND.4

// delay untuk power up EB500 // akan diakses jika status komunikasi connected // menerima data yang dikirim dari PC // mengirim kembali data yang dikirim tadi

LAMPIRAN VI SPESIFIKASI MODUL BLUETOOTH EB500

Anda mungkin juga menyukai