Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I PENDAHULUAN Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982) Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994) gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia

BAB II

KONSEP DASAR MEDIS Defenisi. Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur klain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik termasuk penyakit jaringan ikat. Klasifikasi. Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu : 1. 2. 3. 4. Osteoartritis. Artritis rematoid. Polimialgia Reumatik. Artritis Gout (Pirai).

1. Osteoartritis. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. 2. Artritis Rematoid. Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis pasien progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini Terlibatnya sendi pada

berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah. 3. Polimialgia Reumatik. Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas. dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul.

4. Artritis Gout (Pirai). Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause. OSTEOARTRITIS Defenisi Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. Etiologi Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah : 1. Umur. Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. 2. Jenis Kelamin. Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis. 3. Genetic Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anakanaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.

4. Suku. Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan. 5. Kegemukan Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Patofisiologi. UMUR JENIS KELAMIN GENETIK SUKU KEGEMUKAN

Kerusakan fokal tulang rawan sendi yang progresif

pembentukan tulang baru pada tulang rawan, sendi dan tepi sendi

Perubahan metabolisme tulang

Peningkatan aktivitas enzim yang merusak makro molekul matriks tulang rawan sendi

Penurunan kadar proteoglikan

Berkurangnya kadar proteoglikan

Perubahan sifat sifat kolagen

Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi

Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan

Timbul laserasi

OSTEOARTRITIS Menifestasi klinis Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Penatalaksanaan Obat obatan Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis. Perlindungan sendi Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).

Diet Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan. Dukungan psikososial Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alatalat pembantu karena faktor-faktor psikologis. Persoalan Seksual Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya. Fisioterapi Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting. Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

I. Biodata Tgl. Pengkajian : 20 Februari 2004 Nama Usia Agama Pekerjaan Tgl masuk : Ny. S : 67 tahun : Islam : Tidak ada : Tahun 200 Jenis Kelamin Status Perkawinan Pendidikan Alamat Wisma / kamar : Perempuan : : : Petisah : Anggrek 1 Janda SPG

Diagnosa medis : Penanggung jawab Nama Pekerjaan Alamat II. Keluhan Utama Nenek S. mengatakan

Rematik (Artritis Reumatoid) : : Tn. P : Wiraswasta : Binjai

Hubungan dengan Klien : Anak abang Klien (keponakan)

bahwa kaki kanan dan kirinya sering sakit, dan dahulu

pernah bengkak dari lutut ke bawah. III. Riwayat Kesehatan Sekarang Provocative / Palliative Apa Penyebabnya Klien mengatakan bahwa pernah dibawa ke praktek dokter dan sakitnya itu asam urat. Hal-hal yang memperbaiki keadaan Dengan berobat kedokter dan juga memakai ramuan yaitu daun ubi, pala, jahe, kemudian ditumbuk dan airnya di sapukan di kaki yang benkak dan

katanya, dan juga terlihat memang kempes. Tapi nyerinya masih selalu kambuh. Quantity / Quality A. Bagaimana dirasakan Nenek S. mengatakan kaki kanan dan kiri terasa sakit apalagi dibawa berjalan skala : 4 6. B. Bagaimana dilihat Nenek S. memijat-mijat kakinya dan wajahnya terlihat meringis. Region A. Dimana Reaksinya Pada bagian kedua kakinya yaitu kanan dan kiri. B. Apakah menyebar Nenek S. mengatakan sakitnya menyebar ke paha. Severity (Mengganggu Aktivitas) Nenek S. mengatakan sakitnya sangat mengganggu aktivitas karena pernah membuat klien tidak bisa berjalan (pernah bengkak). Bila sakit ini klien tidak mempunyai aktivitas yang rutin karena keadaan kakinya yang tidak bisa dibawa berjalan jauh. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya) Klien mengatakan sakitnya sejak tahun 2002. IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Penyakit Yang Pernah Dialami Klien mengatakan tidak pernah rawat inap di RS karena tidak pernah mengalami penyakit yang parah sebelumnya, paling hanya sakit ringan yaitu demam, flu, batuk ringan. Pengobatan / Tindakan Yang Dilakukan Klien mengatakan paling hanya dengan obat-obat warung dan kebetulan cocok (2 sampai 3 hari sembuh). Pernah Dirawat / Dioperasi Klien mengatakan tidak pernah dirawat / di operasi, biasanya hanya 4 tahun terakhir ini, dan pernah kedua

kakinya bengkak sehingga membuat tidak bisa berjalan selama 5 bulan pada

menggunakan obat-obat warung. Alergi Klien mengatakan tidak mempunyai pantangan apapun, tetapi sekarang punya pantangan karena penyakitnya yang sekarang, seperti jeroan, bayam. Imunisasi Klien mengatakan tidak pernah di imunisasi. V. Riwayat Kesehatan Keluarga Orang tua : Klien mengatakan orang tuanya tidak mempunyai penyakit reumatik seperti klien saudara kandung. Klien mengatakan saudaranya ada yang memiliki penyakit seperti klien yaitu abang ke-2 dan kini meninggal dunia. Penyakit keturunan tidak ada Anggota keluarga yang meninggal Klien mengatakan suami, 2 orang tua, dan 6 saudaranya telah dunia. Penyebab meninggal Klien mengatakan orang tua meniggal karena usianya yang sudah tua, suami karena kecelakaan, dan 6 saudaranya, klien tidak mengingatnya.

Ny.S 67 thn Reumatik Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Meninggal : klien

Nenek S. anak ke-6 dari 7 bersaudara, 6 saudara klien sudah meninggal semua, suami klien juga telah meninggal. Klien tidak memiliki anak dari pernikahannya.

VI. Riwayat / Keadaan Psikososial A. Bahasa yang digunakan Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. B. Persepsi klien tentang penyakitnya Klien menganggap penyakitnya sulit disembuhkan / tidak mungkin sembuh dan membuat berat badannya semakin menurun. Klien mengatakan telah berobat dimana-mana. Namun klien tetap bersukur masih bisa berjalan walau lambat dan memakai tongkat dari lumpuhnya. C. Konsep diri 1. Body image Klien mengatakan berat badannya makin lama makin turun dan sekarang makin cepat lelah 2. Ideal diri Klien mengharapkan dan selalu berdoa kepada Tuhan YME agar diberikan ketabahan dalam menghadapi penyakitnya dan kesembuhan walau tidak terlalu mengharap 3. Harga diri Klien senang tinggal di panti karena tercukupi semua kebutuhannya, dan bebas melakukan apa saja yang diinginkan. 4. Peran diri Klien seorang janda yang telah ditinggal suaminya karena meninggal kurang lebih 10 tahun lalu. Dari perkawinannya klien tidak memiliki anak. 5. personal identity Klien merupakan anggota Panti Tresna Werdha Abdi di wisma Teratai. Klien merupakan janda tanpa anak. D. Keadaan emosi Keadaan emosi klien dalam keadaan stabil. E. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara Klien tampak memperhatikan dan menanggapi setiap pertanyaan yang di berikan kepadanya. F. Hubungan dengan keluarga Harmonis dengan keluarga yang ada (keponakan-keponakannya) dan masuk ke

panti karena keinginan klien sendiri / tidak mau menyusahkan keluarga. G. Hubungan dengan orang lain Baik, klien mau bergaul dengan sesama warga panti teruatama dengan sesama anggota satu wisma. H. Kegemaran = menonoton tv dan duduk,duduk di ruang tamu wisma. I. Daya Adaptasi. Klien dapat beradaptasi dengan warga di pantai walaupun warga kurang mengikuti kegiatan yang ada di pantai seperti pengajian, gotong royang dan senam pagi karena keterbatasan grakakibat penyakitnya. J. .Mekanisme Pertahanan diri. Klien memiliki pertahanan diri yang efektif. VII. Pemeriksaan Fisik. A. Keadaan Umum. = Klien dalam kondisi baik namun terlihat kondisi kaki lemah sehingga perlu bantuan tongkat untuk berjalan dan berat badan ,klien masih terlihat overweight sehingga memperberat beban kaki saat berjalan. B. Tanda Tanda Vital. TD = 150 / 90 mmhg HR = 80 kali / menit C. Pemeriksaan Head to Toe. 1. Kepala dan Rambut. 1. Kepala. Bentuk Kulit Kepala 2. Rambut. Penyebaran dan keadaan rambut= rambut sudah banyak uban. Bau = rambut seperti bau keringat. 3. Wajah. Warna kulit = hitam. 2. Mata. Bentuk Ketajaman penglihatan = simetris terhadap wajah. = kurang baik sehingga = Simetris = bentuk kepala tampak bersih dan R = 24 kali /menit. TB = 159 cm.

BB = tidak dilakukan karena kurangnya fasilitas di Panti.

menggunakan Sklera. Pupil

alat

bantu

penglihatan. = tidak anemia. = tidak ikterus. = isokor (kanan dan kiri). = memakai kacamata baik membaca ataupun tidak membaca.

Konjungtiva.

Pemakaian alat bantu. 3. Hidung. Bentuk Fungsi penciuman Pendarahan 4.Telinga. Bentuk telinga Lubang telinga

= simetris = baik,dapat membedakan bau. = tidank megalami pendarahan. = simetris antara kanan dan kiri. = terdapat serumen tapi dalam batas normal.

Ketajaman pendengaran

= kurang mendengar karena sudah tua.

5. Mulut dan Faring. Keadaan bibir Keadaan gusi dan gigi Keadaan lidah 6. Leher. Tyroid Suara Vena jugularis D. Pemeriksaan integumen. Kebersihan klien Warn Turgor Kelembaban = klien tampak bersih. = kulit hitam = turgor kulit baik (kulit cepat kembali). = kulit tampak sedang (tidak kering ) agak Keriput. E. Pemeriksaan Payudara dan ketiak. Klien tidak bersedia karena merasa malu. = tidak terdapat pembesaran KGB = Klien mengeluarka dengan kata kata jelas. = teraba. = bibir klien kering = tidak ada pendarahan gusi dan gigi. Gigi terlihat bersih dan tidak lengkap. = tidak ada tanda pendaarahan.

Denyut nadi karotis = teraba.

F. Pemeriksan Tharax / Dada. 1. Inspeksi. Bentuk Thorax. Pernafasan = simetris antara kanan dan kiri. = frekuensi 24 kali / menit. Irama teratur dan tidak ada suara tambahan. Tidak ada tanda kesulitan bernafas. G. Pemeriksaan Paru. Palpasi getaran suara Rerkusi = terdengar dan teratur. Auskultasi

= bunyi resonan.

= suara nafas teratur.

H. Pemeriksaan Abdomen. 1. Inspeksi. Bentuk Abdomen Benjolan 2. Palpasi. Tanda nyeri tekan Benjolan Tanda ascites Hepar = tidak ada nyeri. = tidak ada. = tidak ada. = tidak ada pembengkakan. = simetris antara kanan dan kiri. = tidak ada benjolan.

I. Pemeriksaan Kelamin dan Sekitarnya. Klien tidak bersedia melakukannya karena merasa malu.

J. Pemeriksaan Mulkusskletal / Ekstremitas. Kesimetrian otot Pemeriksaan edema Kekuatan otot = simetris kanan dan kiri. = tidak ada edema = kekuatan otot telah berkurang.

Dimana klien lebih banyak duduk (tidak ada aktivitas rutin ),bila berjalan menggunakan alat bantu yaitu tongkat dan berjalan lambat.Klien berjalan lambat dan berhati hati karena klien mengatakna takut jatuh , apalagi berjalan jauh. Kelainan pada Ekstremitas dan kuku. K. Pemeriksaan Neurologis 1. Tingkat kesadaran GCS = 15 : 2. Status Mental E = 6, M=4, V=5 Kondisi Emosi / Perasaan Dalam keadaan stabil Orientasi Klien masih dapat berorientasi dengan baik, baik waktu, tempat dan orang Proses Berfikir Ingatan klienmasih kuat, klien masih ingat masa lalunya Perhitungan = klien dapat berhitung agar cepat sembuh Motivasi : Klien berkeinginan agar cepat sembuh Persepsi Bahasa : Klien menganggap / kurang yakin penyakit dapat sembuh total : Klien menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa 3. Fungsi Motorik Cara berjalan : Klien sulit berjalan Test jari hidung : Klien dapat menyentuh hidung Promosi dan supinasi test : Klinik mampu membalik-balikkan tangan

Romberg test : Klien mampu berdiri walau dengan bantuan. 4. Fungsi Sensori Test tajam tumpul : klien dapat membedakan benda tajam dan tumpul Test panas dinding : Klien dapat membedakan benda panas dan dingin Membedakan dua titik : Klien dapat membedakan dua titik Identifikasi sentuhan ringan Reflek Pada pemeriksaan reflek tidak dilakukan karena tidak tersedianya alat.

III. Pola Kebiasaan sehari-hari a. Pola tidur dan kebiasaan Waktu tidur : siang jam dan malam 6 -7 jam Waktu bangun : klien bangun umumnya/seringnya jam 05.00 Wib Masalah tidur : tidak ada masalah Hal-hal yang mempermudah tidur: bila tidur malam akan mudah bila tidak tidur siang Hal-hal yang mempermudah tidur : bila menghidupkan jam beker b. Pola Eliminasi a. Pada BAB : 1X sehari dan tidak ada penggunaan laktasi Riwayat perdarahan, tidak ada dan saat mengkaji tidak terjadi diare Karakter feses : klien mengatakan tidak terlalu keras dan tidak encer/sedang b. BAK : Pola BAK : 6 7 x/hari dan tidak terjadi inkontinensia Karakter urin : kuning tidak terlalu pekat dan tidak terjadi retensi urin Tidak ada rasa nyeri / rasa terbakar/kesulitan BAK Tidak ada penggunaan diuretik Tidak ada riwayat penyakit ginjal

c.

Pola makan dan minum 1. Gejala (subjektif) Diit type : Jenis makanan yaitu makanan biasa dan jumlah makanan per hari 3 piring dalam per hari. Nyeri ulu hati tidak ada Kehilangan selera makan : kadang-kadang dan lausea, vomite (mual, muntah tidak ada Alergi terhadap makanan tidak ada. Tapi semenjak mengalami penyakir tematik klien mempunyai makanan pantang, antara lain Jeroan, kerangkerangan, sayur bayam Berat badan klien jarang menimbangnya sehingga tidak mengetahuinya, sedangkan alat tidak tersedia 2. Tanda Obyektif TB = 156 cm, bentuk tubuh : Over wight 3. Waktu pemberian makanan yaitu : pagi, siang dan sore 4. Jumlah dan jenis makanan : 1 piring sekali makan dan jenis makanan adalah makanan biasa 5. Waktu pemberian minuman : Pengambilan air putih terserah/sukahati, dan bila the manis atau susu 2x/hari pagi dan sore hari

c.

Kebersihan / Personal hygiene Pemeliharaan tubuh / mandi 2x/hari Pemeliharaan gigi/gosok gigi 2x/hari Pemeliharaan kuku/pemotongan kuku kalau panjang c. Pola

Kegiatan / Aktivitas Klien tidak memiliki kegiatan rutin karena penyakitnya, paling hanya jalanjalan sebentar dan kadang-kadang menyiram bunga.

ANALISA DATA DATA Data Subjektif: Klien mengatakan bahwa kaki kanan dan kirinya sakit apalagi berjalan dibantu Penaikan enzim yang merusak tulang rawan sandi Data Objektif: Penurunan - Klien memijat-mijat kakinya pengkajian - Wajahnya terlihat meringis - Skala nyeri 46,sedang tulang nyeri Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi saat kadar proteologlikan ETIOLOGI Penaikan metabolisme tulang MASALAH Nyeri.

Data Subjektif: Klien mengatakan tidak sanggup berjalan jauh.

Usia yang lanjut

Intoleransi aktivitas

Penurunan fungsi tulang

Data Objektif: Klien berjalan menggunakan alat bantu tongkat. - Klien lebih banyak duduk. - Klien berjalan lambat. Data Subjektif: Klien jauh. mengatakan Penurunan tulang fungsi Lansia Resti cedera fisik. Meningkatnya nyeri saat berjalan Kekuatan otot melemah

takut untuk berjalan

Data Objektif: Klien tampak berhati hati saat berjalan.

Resiko tinggi cedera.

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN. 1. Nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang ditandai dengan wajah meringis dan skala nyeri 4-6. 2. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan perubahan otot lemah ditandai dengan klien mengunakan alat bantu. 3. Resti cedera fisik berhubungan dengan mobilitas menurun ditandai dengan klien tampak berhati hati saat berjalan. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN

: Ny.S

UMUR

: 67 tahun

TGL PENGKAJIAN : 20 Februari 2004 WISMA / KAMAR : Teratai / 4

DX. MEDIS : Reumatik (Artritis Reumatoid) NO DIAGNOSA KEPERAWAT 1. Nyeri sendi b/d penurunan fungsi (skala tulang Kriteri hasil : Pasien istirahat/ dengan pasien rileks. dapat tidur tenang, tampak 2. Anjurkan klien 2. untuk air hangat. sakit. 3. Berikan posisi nyaman waktu klien 3. yang pada tidur / Tirah baring mungkin diperlukan membatasi cedera sendi. untuk nyeri / mandi / panas Panas letak meningkatkan sisi otak dan rasa nyeri=6), jika d/d nyeri sendi wajah meringis, kaki sakit berjalan. TUJUAN/ KRITERIA Nyeri terkontrol hilang/ INTERVENSI 1. Kaji nyeri, 1. catat derajat 0-10) lokasi, (skala karakteristik, RASIONAL Membantu dalam menentukan managemen nyeri. RENCANA PERAWATAN

mobilitas, menurunkan

duduk di kursi. 4. Berikan masase lembut. 5. Berikan obat sesuai indikasi. NO DIAGNOSA KEPERAWAT TUJUAN/ KRITERIA yang 5. 4. Menaikkan relaksasi atau regangan otot. Menaikkan relaksasi dan sebagai terapi pengobatan.

RENCANA PERAWATAN INTERVENSI RASIONAL

2.

Intoleran aktivitas b/d usia lanjut dan perubahan d/d sanggup berjalan lebih duduk. jauh, banyak otot tidak

Klien aktivitas diinginkan.

mampu yang

1.

Pertahankan tirah

1.

Untuk

mencegah dan

berpartisipasi pada

istirahat

kelelahan mempertahankan kekuatan.

baring / duduk jika diperlukan. 2. bantuan seminimal mungkin. 3. Dorong klien mempertahank an tegak, tinggi, berjalan 4. Berikan postur duduk dan Bantu

2. Menaikkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.

bergerak dengan

3.

Memaksimalkan sendi dan

fungsi

mempertahankan mobilitas.

4. cedera

Menghindari akibat

lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu. 5. Berikan obat obat sesuai dengan indikasi.

kecelakaan.

5. Untuk menekan inflamasi sistemik akut.

3. Resti b/d d/d

cedera

fisik Klien mempertahankan

dapat

.Kendalikan 1. Lingkaran yang bebas bahaya akan mengurangi resiko yang cedera. pada 2. Mengetahui tahapan pengobatan. 3. Mengurangi resiko cedera.

penurunan hati-hati saat alat

lingkungan dengan menyingkirkan bahaya pencahayaan malam hari. 2. Membantu regimen medikasi. 3. Anjurkan untuk berjalan atau bangkit dari duduk dan tidur dengan perlahan-lahan. tampak jelas seperti

fungsi tulang lansia berjalan, menggunakan bantu tongkat.

keselamatan fisik.

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Dx 1 Hari Tanggal Selasa / / 24 Februari 04 Implementasi Pukul 15.00 WIB Mengkaji keluhan nyeri dan catat lokasi nyeri = 6 Menganjurkan klien untuk mandi air panas/hangat Memberikan klien posisi yang nyaman pada waktu duduk di kursi Memberikan massage yang lembut pada kaki/lutut O: skala nyeri. Skala S : Evaluasi Klien menyatakan masih di sakit bawa

bahwa kaki kanan dan kirinya apalagi berjalan. Klien kaki-nya Wajah me-ringis - Nyeri = 6 A : Masalah belum teratasi P : R/T dilanjutkan klien terlihat memijat-mijat

Pukul 15.15 WIB Mempertahankan istirahat duduk jika diperlukan Membantu bergerak dengan

S : Klien menyatakan masih tidak sanggup berjalan lama O: Klien berjalan

bantuan seminimal mungkin Mendorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan

mengguna-kan tongkat - Klien lebih banyak duduk - Klien berjalan lambat A : Masalah belum teratasi P : R/T dilanjutkan

Pukul 15.25 WIB Mengendalikan lingkungan dengan menyarankan untuk menggunakan penyangga tempat tidur. Menganjurkan untuk berjalan atau bangkit dari duduk dan tidur dengan perlahan-lahan

S : Klien menyatakan masih takut jauh O : Klien tampak berhati- hati saat berjalan, klien menggunakan saat berjalan A : Masalah belum teratasi P : R/T dilanjutkan tongkat untuk berjalan

No. Dx 1 Hari / Februari Rabu / 25 Tanggal 04 Implementasi Pukul 16.00 WIB Menganjurkan klien untuk mandi air panas/hangat Menganjurkan klien untuk meminum obat sesuai intruksi/indikasi Memberikan masage yang lembut A: Evaluasi S : Klien menyatakan kaki kanannya sakitnya sudah berkurang, tetapi kaki kirinya masih sakit. O : Klien masih memijat kaki kirinya - Wajah sedikit meringis Masalah sebagian P : R/T dilanjutkan teratasi

Pukul 16.10 WIB Menganjurkan memindahkan Membantu Menyarankan mempertahankan istirahat benda bergerak mengganggu saat berjalan dengan untuk bantuan seminimal mungkin untuk yang

S : Klien menyatakan dapat berjalan tapi tidak sanggup lama-lama O : Klien masih menggunakan tongkat untuk berjalan - Klien berjalan lambat sebagian P : R/T dilanjutkan duduk A : Masalah teratasi

atau tirah baring jika diperlukan

Pukul 16.20 WIB menyebabkan cedera (usahakan

S : Klien menyatakan masih O : Klien tampak berhatihati -Klien tetap A: klien untuk tongkat Masalah teratasi sebagian P : R/T dilanjutkan menggunakan

Menyingkirkan bahaya yang dapat takut untuk berjalan kursi selalu berada di tempatnya jangan dipindah-pindahkan) Mendorong klien latihan berjalan Menjelaskan pada tetap menggerakan sendi untuk meminimalkan kekakuan untuk

No. Dx 1 Hari / Tanggal Kamis / 26 Februari 04 Implementasi Pukul 11.00 WIB Memberikan injeksi Neuropiton 1 cc Menganjurkan minimal obat setelah makan 3x / hari Memberikan posisi yang nyaman yaitu posisi duduk bersandar Menganjurkan obat gosok 2 Pukul 11.15 WIB Menjelaskan untuk tidak berjalan di tempat yang licin Membantu klien bangkit dari duduk saat akan pulang Menganjurkan klien untuk banyak A istirahat teratasi P : R/T dilanjutkan 3 Pukul 15.30 WIB Membantu klien bergerak dengan cara menuntunnya Menganjurkan klien untuk menggerakkan sendinya walaupun dalam keadaan duduk Menganjurkan klien tetap menggunakan berjalan tongkatnya saatnya A: S : Klien menyatakan dapat berjalan, dari tidak sang-gup jauh O : Klien berjalan lambat dan tetap menggunakan tong-kat Masalah sebagian P : R/T dilanjutkan BAB IV teratasi berjalan S : Klien menyatakan masih takut untuk berjalan O: Klien datang ke poliklinik bersama wis-manya : Masalah belum teman satu untuk memijat nya - Wajah sedikit meringis A : Masalah teratasi seba-gian Evaluasi S : Klien menyatakan kaki kirinya masih sakit O: Klien memijat kaki kiri-

bagian sendi yang sakit dengan P : R/T dilanjutkan

KESIMPULAN Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien arthritis rematoid terjadi setelah penyaki ini. berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah. Wanita lebih sering terkena osteoartritis pada lutut dan sendi, sedang pria lebih sering terkena osteoartritis pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada pria dan wanita, tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta. Prince, Sylvia Anderson, 1999., Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Anda mungkin juga menyukai