Anda di halaman 1dari 22

BANI UMAYAH PENDAHULUAN Permulaan perpecahan umat Islam boleh dikatakan sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Perpecahan memuncak setelah terpilihnya Ali sebagai khalifah keempat. Sebagian orang-orang turut membaiat Ali menghianati janji-janji mereka, maka timbullah huru-hara perang saudara di kalangan kaum muslimin sampai pemerintah dipegang oleh Bani Umayah. Tetapi pembinaan masyarakat Islam telah hancur berantakan dan tali kesatuan yang mengikat mereka telah putus. Perselisihan paham memperebutkan kursi kekhalifahan selalu ada. Masing-masing golongan memperkuat pendirian mereka dan berusaha keras mengalahkan lawannya baik dengan kata-kata maupun dengan langkah dan perbuatan. Dalam pertempuran antara golongan Ali dengan golongan Muawiyah, tentara Ali dapat mendesak tentara Muawiyah sehingga tentara Muawiyah bersedia untuk lari. Tetapi tangan kanan Muawiyah yaitu Amr bin Al-Ash yang terkenal orang yang licik meminta berdamai dengan mengangkat Al-Quran ke atas. Dengan demikian dicarilah perdamaian dengan mengadakan arbitrase. Amr bin Al-Ash dari pihak Muawiyah dan Abu Musa Al-Asyary dari pihak Ali. Sejarah mengatakan bahwa diantara keduanya mendapat kesepakatan untuk menjatuhkan pemuka yang bertentangan. Abu Musa Al-Asyary sebagai yang tertua berdiri mengemukakan kepada orang-orang ramai memutuskan menjatuhkan pemuka itu. Sedangkan Amr bin Ash hanya menyetujui penjatuhan Ali. Sejak peristiwa itu maka lahirlah dinasti Bani Umayah. Bani Umayah merupakan kekhalifahan setelah berakhirnya masa khulafaurrasyidin yaitu sampai Ali bin Abi Thalib. Bani Umayah terdiri dari dua masa peradaban yaitu peradaban Islam pada masa Umayah di Timur atas rintisan Muawiyah (661-680 M) yang berpusat di Damaskus dan bani Umayah Barat atau terkenal dengan Bani Umayah II yang berpusat di Andalusia di bawah pimpinan Abdurrahman Ad-Dakhil.

Daulah Bani Umayah Timur merupakan fase ketiga kekuasaan Islam berlangsung selama kurang lebih satu abad (661-750 M). Fase ini bukan saja merupakan adanya perubahan system kekuasaan dari masa sebelumnya (masa Nabi dan khulafaurrasyidin), tetapi terjadi juga perubahan di bidang polotik, social, budaya dan ekonomi. Ciri yang paling menonjol danya: 1. 2. 3. 4. Sistem pemerintahan secara depotisme, yaitu pemerintahan yang dipegang oleh satu tangan kaisar atau raja. Pemindahan ibu kota kekuasaan Islam dari Madinah ke Damaskus. kekuasaan dikuasaioleh militer arab dari lapisan bangsawan. Expansi kekuasaan secara besar-besaran ke spanyol, afrika utara, timur tengah samai ke tiongkok. Dengan demikian selama periode initelah berlangsung langkah-langkah baru untuk merekonstruksi otoritas dan sekaligus kekuaaan khalifah, dan merupakan faham golongan bersama dengan elit pemerintahan. Kekuasaan arab menjadi sebuah sentralisasi monarkis. Dinasti Umayah dalam melakukan expansinya telah menunjukkan satu kekuasaan besar yang melebihi imperium Roma, keberhasilan expansinya ditunjang oleh kehalusan agama Islam yang menarik minat masyarakat yang dibelenggu oleh kekuasaan Romawi pada saat itu untuk lepas merdeka dapat terasa telah adanya expansi daulah yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan Islam. A. 1. KELAHIRAN BANI UMAYAH Silsilah Bani Umayah Umayah adalah salah satu putra Abdi Syam Abdi Manaf yang merupakan bangsawan arab yang sangat terkenal karena memimpin kabilah Quraisy di zaman jahiliyah, Umayah selalu bersaing dengan pamannya Hasyim ibn Abdi Manaf dalam memperebutkan pimpinan dan kehormatan pada masyarakat dan bangsanya. Dalam persaingan ini keluarga Umayah

lebih unggul karena secara adat masa itu ia memiliki persyaratan cukup sebagai pimpinan Quraisy.1 Sesudah Islam datang, persaingan antara Bani Umayah dan Bani Hasyim mengarah pada persaingan yang bersifat konfrontasi (permusuhan). Dua keluarga ini berpegang teguh pada fahamnya yang bertentangan. Keluarga Bani Hasyim adalah pendukung Rasulullah sedangkan keluarga Umayah menentang Rasulullah kecuali Usman bin Affan RA. Dari silsilah di bawah ini dapat dilihat hubungan yang erat antasa Rasulullah dengan keluarga Bani Umayah yang bersatu di Abdul Manaf.

SILSILAH BANI UMAYAH

1 2

Prof. Dr. A. Syalaby, Sejarah kebudayaan Islam, Pustaka Al-Husna Jakarta, 2003 hlm. 21 Dudung Abdurrahman, Peradaban Islam Masa Umayyah Timur cet. 2002, hlm. 83

2.

Siapakah Muawiyah itu? Dari silsilah diatas dapat dilihat bahwa Muawiyah adalah putra Abu

Sofyan Ibn Harb dan Putra Muawiyah menikah dengan Hindun Ibnu Syaibah putra Rabiah yang bertemu dengan Syam. Yang masih satu keturunan puncak yaitu Abdul Manaf. Muawiyah lahir 15 tahun sebelum Hijrah tepatnya Mekkah 602 M, dan meninggal di Damaskus rajab 60 Apal 680 M, sebagai keturunan Abdul Manaf Muawiyah mempunyai hubungan keluarga dengan Nabi Muhammad SAW. Ia menganut Islam pada saat Fathu Mekkah tahun 629 M.3 Pada saat fathu mekkah, Rasulullah ingin sekali mendekatkan orangorang yang masuk Islam, agar perasaan mereka pada Islam lebih terjamin, dan ajaran Islam lebih tenteram di hati mereka. Sebab itu, Rasulullah berusaha supaya Muawiyah lebih akrab dengan Rasulullah. Diantaranya dengan mengangkat nama bapaknya yaitu Abu Sofyan pada saat penaklukan kota Mekkah dengan ancaman rasulullah: Barang siapa masuk Islam ke rumah Abu Sofyan maka amanlah.4 Karir politik Muawiyah dimuali pada zaman khulafaurrasyidin diantaranya: 1. 2. 3. 4. Pada masa khalifah Abu Bakar Shidiq, Muawiyah ikut menumpas Nabi-Nabi palsu. Umar bin Khattab mengangkat Muawiyah sebagai gubernur Yordania. Usman bin Affan mengangkat Muawiyah sebagai gubernur Syam. sebagai panglima perang yang ditugaskan merebut wilayah Palestina, Sunna, Mesir dan Roma 632 M. Ambisi politiknya sudah terlihat ketika ia nasuk Islam. Ia selalu bersaing dengan pamannya Hasyim sebagai keturunan bangsawan Quraisy Muawiyah masih punya pengaruh di Mekkah pada saat itu. Sepeninggal Rasulullah, muawiyah sudah menginginkan jabatan khalifah tetapi tidak menampakkannya pada masa Abu Bakar
3 4

dan Umar. Baru setelah Umar

Ensiklopedi Islam hl. 247, PT Ichar Baru Van Hoeve Jakarta, Jld 3 Prof. Dr. A. Syalaby, Sejarah kebudayaan Islam, Pustaka Al-Husna Jakarta, 2003 hlm. 23

meninggal, Muawiyah menyokong pencalonan Usman sehingga akhirnya Usman terpilih. Mulai saat itulah Muawiyah meletakkan dasar-dasar untuk menegakkan khalifah Bani Umayah. Pada masa khalifah Usman inilah Muawiyah mencurahkan segala tenaganya untuk memperkuat dirinya dengan menyiapkan dan menyiapkan daerah Syam sebagai pusas kekuasaannya di kemudian hari.5 3. Peranan Muawiyah Dalam Membangun Bani Umayah Pemerintahan Usman bin Affan merupakan pintu bagi Muawiyah untuk meniti karirnya di bidang pemerintahan dengan didukung oleh kepribadian kuat, jujur, demawan derta ahli dalam bidang politik. Muawiyah yang pada saat itu memegang jabatan gubernur Syam dengan diberi kekuasaan penuh oleh Usman bin Affan berhasil memanfaatkan peluangnya, dengan cara: a. wilayah Syam b. c. Negara d. Meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ketika Ali bin Abi Thalib naik menggantikan khalifah Usman bin Affan yang dibunuh oleh al-Ghafiki. Muawiyah selaku gubernur Syam membentuk partai yang kuat dan menolak memenuhi perintah-perintah Ali. Dia mendesaknya untuk membalas kemarahan khalifah Usman atau kalau tidak dia akan menyerang Ali bersama tentara Syiria. Desakan Muawiyah ini akhirnya tertumpah pada perang Shiffin (37 H). Dalam pertempuran sengit antara pasukan Ali dan pasulkan Muawiyah itu, hamper-hampir pasukan Muawiyah terkalahkan. Tetapi pada saat Muawiyah dalam keadaan terdesak, Amr bin Ash menasehati Muawiyah agar
5

Meletakkan dasar-dasar pemerintahan yang kuat di Menata administrasi pemerintahan yang baik Membentuk Angkatan Bersenjata Professional yang digaji

Dr. A. Syalaby, Sejarah kebudayaan Islam, Pustaka Al-Husna Jakarta, 1983 hlm. 27

pasukannya mengangkat mushaf-mushaf Al-Quran di ujung lembing-lembing mereka sebagai seruan damai. Ali emenasihati pasukannya agar terus berperang secara sempurna sehingga mencapai kemenangan, tapi di lain pihak sebagian pasukannya menginginkan Ali berperang. Dengan demikian pasaukan Ali pecah menjadi dua golongan dan akhirnya menghentikan peperangan dan berjanji untuk menerima.6 Ali dan Muawiyah mengadakan perundingan dengan ketentuansebagai berikut: 1. 2. 3. Perundingan diadakan di Daumatul Jandal, sebuah kota kecil dekat Masing-masing pihak diwakili 100 utusan. dari pihak Ali dipimpin oleh Abu Musa Al-Asyary dari pihak Perundingan ini berlangsung pada bulan Ramadhan th 34 H terkenal dengan sebutan Tahkim Daumatul Jandal. Peristiwa tahkim itu justru merugikan Ali, mengakibatkan banyak pengikut Ali telah ingkar yang kemudian disebut Kaum Khawarij, pada saat itu ummat Islam terbagi ke dalam 3 golongan: 1. Bani Umayah dipimpin oleh Muawiyah 2. Syiah atau pendukung Ali yaitu golongan yang mendukung kekhalifahan Ali. 3. Khawarij yang menjadi lawan kedua golongan.7 Kaum Khawarij bukan saja meninggalkan Ali, tapi lebih dari itu membentuk komplotan pembunuh yang akan dilakukan pada Ali, Muawiyah, dan Amr binAsh yang mereka anggap sebagai pemecah belah umat Islam. Dari ketiganya Ali-lah yang berhasil dibunuh oleh Ibnu Muljam, ketika sedang memanggil orang untuk shalat Shubuh tanggal 20 Ramadhan 40 H terusan Suez.

muawiyah dipimpin oleh Amr Bin Ash.

6 7

Abdul Ala Al Maududi, Khalifah dan Kerajaan, terj. Bandung, Mizan 1984, hlm 179 Hasan Ibrahim Hassa, Sejarah Kebudayaan Islam, terj. Jahdan Ibnu Humam, Yogyakarta, Kota Kembang, hal. 63

(66 M) di Mesjid Kuffah wafatnya Ali maka berakhirlah masa pemerintahan Khulafaurrasyidin. Semula ada upaya pihak Hasan, putra Ali untuk menuntut balas kematian ayahnya. Selain itu ada yang mengusulkan agar Hasan menggantikan posisi ayahnya, tetapi Hasan tidak punya kekuatan pengikutnya dari segi peralatan perang dan Hasan tidak mengizinkan adanya pertumpahan darah lagi, akhirnya dia bersedia mengakui Muawiyah sebagai khalifah dengan syarat-syarat sebagai berikut: 1. Muawiyah tidak menaruh dendam terhadap penduduk Irak. 2. Muawiyah menjamin keamanan dan memaafkan penduduk Irak dan tidak menjelek-jelekan nama Ali dalam Khutbah dan pidatonya. 3. Pajak tanah Negara Ahwaz diserahkan pada Hasan tiap tahun. 4. Muawiyah membayar kepada saudaranya Husain 2 Dirham. 5. setelah muawiyah wafat, penentu kekhalifahan diserahkan musyawarah kaum muslimin untuk menentukan penggantinya. Bagi Muawiyah syarat itu bukan hal yang penting, karena pengakuan Hasan dan Husain sebagai cucu Rasul akhirnya membawa Muawiyah sebagai Khalifah bersama penduduk Kuffah bulan Rabiul Awwal 41 H. peristiwa tersebut terkenal dengan sebutan Ammil Jammaah atau Tahun Persatuan.8 B. 1. KHALIFAH YANG POPULER PADA BANI UMAYAH Muawiyah bin Abi Sofyan (40-60 H/661-680 M) Muawiyah dilahirkan kira-kira 15 tahub sebelum hijrah, dan masuk Islam pada saat penaklukan kota Mekkah waktu berusia 23 tahun. Pada masa Rasul Muawiyah diangkat sebagai anggota dari siding penulis wahyu dan banyak meriwayatkan hadits, pada masa Abu Bakar muawiyah dikirim ke Damaskus untuk membantu Yazid ibn Abi Sufyan. Setelah kaum muslimin mencapai kemenangan yang gemilang di masa Usman RA, Muawiyah diangkat oleh Umar menjadi gubernur Yordania disinilah dia membuktikan
8

Ensiklopedi Islam Jld. 3 hal. 248 Diknas Th. 2003

sebagai seorang pemimpin yang berkepribadian kuat, jujur serta ahli dalam bidang politik. Pada masa Usman Muawiyah memegang jabatan gubernur Syam selama 20 tahun dengan kekuasaan penuh sampai pada saat terbunuhnya Usman. Langkah-langkah Muawiyah dalam membangun politiknya dan pemerintahannya: 1. 2. 3. 4. Menjalin hubungan baik dengan keluarga Ali bin Abi Thalib Menetapkan pejabat pemerintahan secara tepat sesuai keahliannya. bersifat lapang dada tidak emosional dalam menghadapi persoalan bersikap toleransi pada agama Lain, sehingga mereka mengakui Di masa pemerintahannya, Muawiyah telah menciptakan hal-hal yang baru, diantaranya: 1. Prajurit harus mengangkat tombak bila mereka berhadapan. 2. Membuat anjungan di mesjid. 3. Mengadakan dinas pos. 4. Mendirikan kantor Cap (percetakan uang) 5. mendirikan Istana untuk Khalifah.10 Masa kekuasaan khalifah Ibnu katsir berkata bahwa Muawiyah telah mengganti Rasul SAW dan khulafaurrasyidin dalam masalah diyat. Muawiyah juga telah bertindak mewariskan orang-orang muslim dari seorang kafir.11 Berkuasanya Muawiyah atas kendali pemerintahan merupakan tahapan peralihan yang menyimpangkan Negara Islam atau daulah Islamiyah dari sistem kekhalifahan ke sistem kerajaan adatu dari sistem dimokrat ke sistem

keadilan Muawiyah.9

Prof. Dr. A. Syalaby, Sejarah kebudayaan Islam, jld. II cet. 10 Pustaka Al-Husna Jakarta, 2003 hlm. 26-27 10 A. Hasymy, Sejarah Kebudayaan Islam, Bulan Bintang Jakarta, 1993 cet. IV hal 243 11 Ibnu Katsir, Al Bidayan Wan Nihayan, jld VIII hal. 139

depotisme. Masa kekhalifahan telah habis dengan turunnya Ali RA dan menyerahkannya pada Muawiyah. Ciri sistem pemerintahan depotisme: 1. 2. 3. Raja adalah penguasa tunggal yang wajib ditaati Raja memiliki hak penuh untuk menetapkan hukum Rakyat berfungsi pengabdi pada raja.12 Perluasan Kekuasaan Pada Masa Muawiyah 1. 2. 3. ke Timur, yaitu Afganistan, Pakistan dan India ke Barat, Romawi dan Byzantium ke Afrika Utara perluasan ke daerah selatan. Kepribadian Muawiyah yang menimbulkan kontroversional, tidak terlepas dari jasa-jasa beliau, beliau sebagian sahabat Rasulullah SAW harus pula diakui beliau menyatukan umat Islam dalam bendera yang satu, memperluas daerah expansi dakwah. 2. Abdul Malik bin Marwan (65 86 H) Abdul Malik bin Marwan di pandang sebagai pendiri kedua bani umayah, ketika dia diangkat sebagai khalifah, dunia Islam dalam kondisi yang terpecah belah. Ibnu Zubair di hizaj telah memproklamirkan diri sebagai khalifah, kaum syiah dan khawarij mengadakan pemberontakan. Namun berkat kepiawaiannya akhirnya sedikit demi sedikit Abdul Malik bin Marwan dapat memudahkan kondisi kekhalifahan. Abdul Malik bin Marwan memperoleh pendidikan yang tinggi, seorang ahli fiqih yang kenamaan, tampaknya abdul Malik orang yang tepat yang diangkat pada masa itu, ia tabah dan dapat menahan goncangan dan kesukaran yang dihadapi saat itu. Sehingga daulah bani Umayah kembali bersatu dibawah kekuasaannya. Jasa-jasa besar Abdul Malik bin Marwan
12

Abdul Ala Al Maududi, Khalifah dan Kerajaan, terj. Bandung, Mizan 1984, hlm 190-191

1. Berhasil mempersatukan umat Islam yang terpecah-pecah 2. menetapkan bahasa arab sebagai bahasa resmi sehingga besar pengaruhnya bagi perkembangan: a. Dunia ilmu pengetahuan b. Berkembang pesatnya sastra arab c. Terbinanya persatuan umat Islam 3. mendirikan percetakan mata uang yang menggunakan tulisan arab 4. mendirikan lembaga mahkamah tinggi 5. berkembangnya seni arsitektur 6. mendirikan berbagai industri.13 3. Al-Walid bin Abdul Malik (86 -96 H) Al-Walid lahir tahun 50 H. ketika ayahnya wafat, al-Walid diwarisi kerejaan stabil, tenteram dan bersatu. Al-Walid terkenal sangat pengasih terhadap rakyat kecil, beliau sangat menjunjung tinggi nasib rakyat di bawah kepemimpinannya. Maka terkenallah semboyan Abdul Walid Malik Bin Marwan sebagai arsitektur, maka al-Walib sebagai dekorator.14 Karya-Karya Besar Al-Walid Beberapa pembangunan yang dilakukan al-Walid menunjukkan jelas, petapa tinggi Islam dan betapa murni prinsip-prinsip dan bimbingannya, karya al-Walid antara lain: 1. Mendirikan lembaga pemeliharaan anak yatim dan orang jompo 2. mengangkat pegawai khusus untuk menuntun orang buta 3. mendirikan rumah sakit kusta 4. membangun jalan raya yang teratur 5. membangun tempat minum di pinggir jalan 6. membangun mesjid Umair di Damaskus15

13 14

Prof. Dr. A. Syilabi-sama, hal 58-59 Prof. Dr. A. Syilabi-sama, hal 71-73 15 Prof. Dr. Hamka, Sejarah Umat Islam cet II Bulan Bintang Jakarta 1975 Hal. 85

10

Al-Walid dengan penuh arif dan bijaksana sehingga sangat dicintai oleh rakyatnya, maka berkembanglah Islam ke penjuru dunia diantaranya: 1. dakwah ke wilayah Timur yaitu Samarkand, Turkistan dan Tiongkok 2. dakwah ke afrika ke daerah maroko 3. dakwah ke Andalusia dipimpin oleh Musa Bin Nusair dan Thariq Bin Jiad yang terkenal dengan penakluk selat Gilbartar.16 4. Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-101 H) Setelah khalifah walid bin Abdul Malik, wafat, pemerintah umayah dipegang saudaranya Sulaiman bin Abdul Maul (96-99 H) dan sejak 717 Masehi pemerintahan dipegang Umar bin Abdul Aziz yang secara keturunan dari garis ibu bersambung ke Umar bin Khattab. Ia menghabiskan masa kecilnya bersama paman-pamannya dari pihak ibu di Madinah, pendidikannya yang begitu baik dimasa kecil mempengaruhi sifat istimewanya setelah jadi khalifah. Pada saat remaja Umar menikah dengan Fatimah putrid Abdul Malik pamannya pada masa pemerintahan al-Walid Umar menjadi gubernur di Madinah. Ketika khalifah Sulaiman sakit, beliau meminta nasehatnya kepada wazirnya yaitu raja bin halwan tentang siapakah yang dianggap cocok untuk menggantikan artinya sebagai khalifah Bani Umayah tanpa diketahui oleh Umar raja halwan meunjuk dirinya sebagai khalifah. Terpilihnya Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah adalah hal yang tepat, dia merupakan khalifah yang dipilih oleh rakyat, dia juga di juluki Umar Bin Khatab2, tampilnya Umar Ibnu Aziz telah membuka kembali cakrawala dunia islam. Ia berhasil mengelola pemerintahannya sesuai dengan ajaran islam seperti yang dilakukan pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khatab Umar bin Abdul Aziz telah membatalkan ketentuan-ketentuan mengenai praktek Depohsme yang diangkat Muawiah. Ketentuan-ketentuan

16

Hasar, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Kota Kembang 1989 hal. 83-84

11

yang tidak sesuai dengan hokum Agama di batalkan oleh Umar bin Abdul Aziz . pada masa itupun mencaci keluarga Ali bin Abi Thalib dihentikan. Kelebihan-kelebihan Umar dalam mengembalikan pemerintahan hamper mendekati kehalifahan pada saat khulafaurrasyidin semuanya berfungsi lagi termasuk Baitul Maal. Ia juga membebaskan jizyah yang di tetapkan pada orang yang akan masuk Islam. 17 Riwayat singkat di atas menggambarkan tugas pemimpin yang memiliki tanggung jawab yang tinggi dan luar biasa, dan dalam pelaksanaannya pun Umar bin Abdul Aziz. 1. Pengangkatannya sebagai khalifah atas kehendak rakyat 2. Menjual kekayaan pribadinya dan dimasukkan ke Baitul Maal 3. Meninggalkan kemewahan dan berpola hidup sederhana 4. Bertindak adil terhadap semua pihak, tanpa membedakan Agama 5. Lebih mengutamakan Agama dari pada politik 6. Mengutamakan persatuan Umat Islam dari pada golongan Umar berusaha keras untuk pemerintahannya sesuai dengan ajaran Agama Islam . untuk mencapai keinginannya itu, maka Umar melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mengangkat pejabat Negara yang cakap setra menempatkan sesuai Mengajak seluruh masyarakat meningkatkan wawasan keislaman Mengajak rakyatnya untuk berpola hidup sederhana Menghentikan sikap permusuhan kepada keturunan Ali,syiar baik Menghentikan segala bentuk peperangan Dakwah Islam dilakukan dengan hikmah bijaksana serta pelajaran dengan keahliannya setra taat kepada Alloh.

ditempat umum atau pada khutbah-khutbah

nasihat-nasihat yang baik.18


17 18

Abdul Ala Al Maududi, Khalifah dan Kerajaan, terj. Bandung, Mizan 1984, hlm 246-247 Prof. Dr. A. Syalaby, Sejarah kebudayaan Islam, Pustaka Al-Husna Jakarta, 2003 hlm. 81-82

12

Bentuk Dakwah Islam ke Luar Negeri Umar memperlihatkan kepada dunia Internasional bahwa Islam sebagai Rohmatan Lil Alamin. Sehingga bentuk-bentuk dakwah yang dilakukan Umar berbeda dengan khalifah yang lain. Bentuk dakwah yang dilakukan Umar: 1. Afrika 2. daerah 3. dakwah Jasa-jasa Umar bin Abdul Aziz: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Menciptakan perdamaian yang dilandasi Islam Membukukan hadits Rosululloh SAW. Melindungi hak-hak azasi manusia Melindungi perbedaan suku,bangsa dan agama Menyusun undang-undang tentang ghonimah Membagun mesjid-mesjid Membangun tanah pertanian dan irigasi Membangun jalan-jalan raya Membangun rumah sakit Meskipun pemerintah Umar hanya 2,5 tahun waktu yang sangat pendek sekali memulihkan harta emas kejayaan Islam setelah masa Khulafaurrasyidin 5. Hisyam Bin Abdul Malik (105-125 H) Hisyam naik tahta setelah wafatnya Yazid bin Abdul Malik yang menggantikan Umar bin Abdul Aziz. Masa pemerintahan Hisyam cukup lama yang itu kira-kira 20 tahun. Ia termasuk khalifah yang arif bijaksana dan Menarik pasukan dari konstantinopel diganti dengan juru Mengirim buku-buku Islam dan ilmu pengetahuan ke berbagai Mengirim mubalig serta misi perdamaian ke India,Turki dan

10. Menyediakan rumah khusus orang sakit

13

berkepribadian kuat sehingga banyak sekali pembangunan yang di lakukan pada masa Hisyam bin Abdul Malik. Diantara jasa Hisyam bin Abdul Malik: 1. 2. 3. 4. 5. 6. C. Menata administrasi pemerintahan dan keuangan yang sangat stabil Membangun irigasi untuk pertanian Membangun pusat kerajinan sutra Membangun pabrik pembuatan pakaian tentara Membangun pabrik senjata Mengembangkan usaha peternakan19 SISTEM PEMERINTAHAN Pemindahan kekuasaan kepada Muawiyah mengakhiri bentuk demokrasi kekhalifahan menjadi monarki heidehs (kerajaan turun menurun) yang diperoleh tidak dengan tangan pemilihan atau suara terbanyak.20 Penggantian khalifah secara turun menurun dimulai dari sikap Muawiyah yang mengangkat anaknya Yazid, sebagai putra walikota. Sikap muawiyah seperti ini dipengaruhi oleh keadaan syiria selama dia menjadi gubernur di sana.dia memang bermaksud mencontoh monarki heidehs di Persia dan kerajaan Byzantium. Pada masa Muawiyah mulai diadakan perubahan-perubahan administrasi pemerintahan, dibentuk pasukan bertombak, pengawal raja dan dibangun bagian khusus di dalam mesjid untuk pengamanan tatkala dia menjalankan shalat. Muawiyah juga memperkenalkan materai resmi untuk pengiriman memorandum yang berasal dari khalifah. Muawiyahlah yang pertama kali mendirikan balaibalai pendaftaran dan menaruh perhatian atas jawatan pos yang tidak lama kemudian berkembang menjadi suatu susunan teratur, yang menghubungkan berbagai unsure kepemerintahan, yang terdiri dasi lima orang sekretaris, yaitu: 1.
19 20

Katib Ar-Rosail

Drs.H. Meriyana Dkk. Syarah Islam untuk madrasah Tsanawiyah, Muhan Jakarta 1982 hal. 82 Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Kota Kembang, 1989 hal 86

14

2. 3. 4. 5.

katib al-Kharraj katib al Jund katib Asy-Syurtah Katib Al-Qodi Untuk mengurusi administrasi pemerintahan di daerah, diangkat seorang

Amir AL-Umara (gubernur Jenderal) yang membawahi beberapa Amir sebagai penguasa satu wilayah.21 Pada masa Abdul Malik bin Marwan, terdapat departemen (kementrian) itu adalah: 1. Kementrian Pajak Tanah (Diwan al-Kharraj) yang tegasnya mengawasi departemen keuangan. 2. kementrian Khatami (Diwan al-Khattam) yang bertugas mereancang dan mengesahkan ordinasi pemerintah. Sebagaimana masa Muawiyah telah diperkenalkan materai resmi untuk memorandum dari khalifah maka setiap tiruan dari memorandum itu dibuat. Kemudian ditembus dengan benang segel dengan lilin. Yang akhirnya dipres dengan segel kantor. 3. kementrian surat menyurat (Diwan al-Mustagallat) 22 D. ORIENTASI KEBIJAKAN POLITIK DAN EKONOMI Kebijakan politik Umayah, selain usaha-usaha pengamanan di dalam negeri yang sering dilakukan oleh saingan-saingan politiknya. Serta pertentengan diantara suku-suku arab, adalah upaya-upaya memperluas wilayah kekuasaan. Pada zaman Muawiyah, Uqbah ibn Nati berhasil menguasai Tunisi dan kemudian mendirikan kota Qoirawan tahun 760 M yang kemudian menjadi kebudayaan Islam. Expansi ke timur maupun ke barat mencapai keberhasiilan yang gemilang pada zaman Walid I. Selama pemerintahanya, terdapat tiga orang pimpinan pasukan terkemuka sebagai penakluk. Qutaibah Ibnu Muslim, Muhammad Ibn

21 22

A. Hasymy, Sejarah Kebudayaan Islam, Bulan Bintang Jakarta, 1975 hal 151 Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Kota Kembang, 1989 hal 85

15

Al-Qasim, Musa bin Mushair, Thariq bin Ziyad akhirnya dapat menundukkan pasukan tentara Spanyol dibawah pimpinan Redorick. Kemenangan-kemenangan yang diperoleh umat Islam secara luas itu, menjadikan orang-orang arab menjadi tuan tanah. Prinsip keuangan Negara yang diberlakukan mengikuti apa yang ada pada masa khulafaurrasidin yaitu penetapan pajak tanah (kharraj) dan pajak perorangan (jijyah) ini merupakan income bagi pemerintah Umayah.23 E. STRUKTUR MASYARAKAT DAN TALI IKATAN

PERSAUDARAAN Keanggotaan masyarakat dalam pemerintahan Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW cenderung dibatasi pada pengertian yang berdasarkan pada keagamaan apalagi dihubungkan dengan politik keanggotaannya dibatasi oleh pengertian religius maka secara garis besar masyarakat tersebut terdiri dari muslim dan non muslim. Orang-orang Islam sebagai penduduk mayoritas dapat dibedakan menurut dua kriteria. Kriteria pertama menjurus pada hal-hal yang praktis dan sering diterapkan pada kelompok, seperti pelaksanaan ibadah shalat dan pembayaran zakat, sedangkan kriteria kedua tampaknya berupa suatu tindakan pengabdian pada masyarakat yang sifatnya lebih personal. Sebagai tambahan atas kedua kriteria ini, pada periode Umayah syarat keanggotaan masyarakat harus berasal dari orang arab, sedangkan orang non arab setelah menjadi muslim harus menjadi pendukung (mawali) bangsa arab. Dengan demikian masyarakat muslim pada masa umayah terdiri dari kelompok arab dan mawali.24 Adapun orang-orang nonmuslim yang merupakan masyarakat minoritas yang dilindungi, atau secara kolektif dikenal sebagai ahl ad-dimmah (almusamin) terutama yahudi dan Kristen. Kebiasaan melindungi orang-orang Djimi ini bias berjalan baik karena di kalangan orang-orang arab pra Islam
23 24

Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Kota Kembang, 1989 hal 90-92 W. Montgomery Watt, Pergolakan Pemikiran Politik Islam, hal. 57

16

terdapat satu kebiasaan untuk melindungi orang lain sebagai sikap yang dihormati. Bagaimanapun posisi mereka dalam kenyataannya selalu dianggap sebagai warga Negara kelas dua, dan keberadaan mereka selalu didorong agar menjadi muslim. Tindakan kaum muslimin melalui dakwah atau politik pada akhirnya banyak membawa orang-orang Dzimmi itu untuk berpindah agama karena mereka ingin tetap bertahan di Negara Islam. Hal ini sangat menguntungkan orang-orang Islam dalam membentuk mayoritas yang lebih luas, homogenitas masyarakat pada masa umayah, menimbulkan ambisi para penguasa daulah ini untuk mempersatukan masyarakat dengan politik arabisme. Mereka membangun bangsa arab yang besar yang sekaligus membangun kaum muslimin. Organisasi Militer Pada masa Muawiyah organisasi militer terdiri dari angkatan darat (alJund), angkatan laut (al-Bahriyah) dan angkatan kepolisian (As-Syirtah). Berbeda pada masa Usman, bala tentara pada masa ini bukan muncul atas kesadaran sendiri untuk melakukan perjuangan, tetapi semacam dipaksakan. Sesuai dengan politik arabnya, angkatan bersenjata terdiri dari orang-orang arab atau unsur arab. Setelah wilayah kekuasaan meluas sampai ke Afrika Utara, orang luar pun terutama bangsa Barbar turut ambil bagian dalam kemiliteran ini. Pada masa Abdul Malik bin Marwan diberlakukan undang-undang wajib militer (Nidam atTajdid al-Ijbari). Pada waktu aktivitas bala tentara dilegkapi dengan kuda, baju besi, pedang dan panah.25 Angkatan laut yang sesungguhnya telah dirintis oleh Muawiyah sejak masa umar tatkala ia akan melakukan penyerangan ke negeri Romawi melalui jalan laut, kemudian pada masa Usman usahanya itu dilanjutkan dengan pembentukan angkatan musim panas dan musim dingin. Maka semenjak ia resmi menjadi khalifah, Muawiyah mulai usahakan pembuatan kapal-kapal perang guna menangkis serangan armada Byzantium serta keperluan sarana transportasi dalam

25

Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Kota Kembang, 1989 hal 478

17

usaha perluasan Islam ke daerah-daerah lain. Waktu itu armada laut Muawiyah mencapai di Raudah.26 Adapun organisasi kepolisian pada mulanya merupakan bagian dari organisasi kehakiman. Tetapi kemudian bersifat independent, dengan tugas mengawasi dan mengurus soal kejahatan. Pada masa Hisyam bin Abdul Malik, di dalam organisasi kepolisian dibentuk Nimada al-Ahdas (Brigade Mobil) yang bertugas serupa dengan tugas-tugas tentara.27 Perdagangan Setelah daulah Umayah berhasil menguasai wilayah yang cukup luas maka lalu lintas perdagangan mendapat jaminan yang layak. Lalulintas darat melalui jalan sutera Tiongkok guna memperlancar perdagangan sutera, kramiki, permata, logam mulia, gading dan bulu-buluan. Keadaan demikian membawa ibu kota Basrah di teluk Persia menjadi pelabuhan dagang yang sangat ramai dan makmur, begitu pula dengan kota Aden. Dari kedua kota pelabuhan itu iringiringan kafilah dengan hamper tak putus menuju Syam dan Mesir kapal-kapal dagang dibawah lindungan armada Islam mengangkatnya lagi ke kota-kota dagang di laut tengah. Perkembangan perdagangan itu telah mendorong meningkatnya kemakmuran bagi daulah Umayah. Kerajinan Pada masa khalifah Abdul Malik mulai dirintis pembuatan tiraz (semacam bordiran) yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan. Format tiraz yang mula-mula merupakan terjemahan dari rumus Kristen, kemudian Abdul Aziz (gubernur Mesir) digandi dengan rumus Islam, lafadz La Ilaaha Illa Allah. Guna memperlancar produktifitas pakaian resmi kerajaan, maka Abdul Malik mendirikan pabrik-pabrik kain. Setiap pabrik

26 27

Ibid. hal. 483 Ibid. hal. 460

18

diawasi oleh Sihab at-Tiraz yang bertujuan mengawasi tukang emas dan penjahit, menyelidiki hasil karya dan membayar gaji mereka.28 Di bidang seni lukis, sejak khalifah Muawiyah sudah mendapatkan perhatian masyarakat. Seni lukis tersebut selain terdapat di mesjid-mesjid, juga timbuh di luar mesjid. Adanya lukisan dalam istana Bani Umayah, merupakan langkah baru yang muncul di kalangan bangsawan arab. Sebuah lukisan berbagai gambar binatang. Adapun corak dan warna lukisan masih bersifat helennisme murni, tetapi kemudian dimodifikasi menurut cara-cara Islam, sehingga sangat menarik perhatian para penulis Eropa.29 Reformasi Fiskal Selama pemerintahan Umayah hampir semua pemilik tanah baik muslim atau nonmuslim diwajibkan membayar pajak tanah. Sementara itu pajak kepala yang tidak berlaku bagi penduduk muslim, sehingga banyaknya penduduk yang masuk Islam secara ekonomis merupakan latar belakang berkurangnya penghasilan Negara. Namun demikian, dengan banyaknya dengan banyaknya keberhasilan umayah dalam menaklukan imperium Sassani (persi) beserta wilayah kepunyaan imperium Byzantium, sesungguhnya kemakmuran bagi daulah ini melimpah-limpah yang mengalir ke dalam pembendaharaan Negara. Bagi golongan Dzimmi, sebagaimana pada masa Rasul mereka tidak memperkenankan andil dalam mengangkat senjata, tetapi harus membayar upeti sebagai ganti perlindungan muslimin kepada mereka. Dalam kondisi demikian, kaum dzimmi hidup dalam kemerdekaan dengan jalan membayar pajak tanah dan pajak kepala.30 Disamping itu, memang masih ada perbedaan beban pajak antara muslim arab dan muslim non arab maupun yang nonmuslim. Muslim arab menikmati kelapangan-kelapangan yang istimewa dalam perpajakan. Muslim arab Cuma diwajibkan membayar pajak kekayaan beserta sumbangan wajib atas hak milik
28 29

Ibid. Hal. 448 Husen. Kultur Islam Hal. 356 30 Hitti, Dunia Arab. Hal. 98-99

19

tanah, sedangkan yang lain mendapatkan beban pajak-pajak yang teramat penting. Sistem yang berbeda itu pada gilirannya menyebabkan keresahan dan ketidakpuasan dalam lingkungan muslim non arab, sehingga pada gilirannya menimbulkan gerakan untuk menumbangkan kekuasaan dari pihak Umayah.31

Kesimpulan Demikian kekuasaan Islam dalam kepemimpinan Bani Umayyah di Timur meskipun berlangsung dalam pembentukan monarki arab dengan mengandalkan panglima-panglima arab lapisan aristokrasi yang sesungguhnya berlawanan dengan kebijaksanaan Nabi dan para Khalifah sebelumnya. Bagaimanapun ia telah memperkenalkan dan memperkembangkan lembaga-lembaga istimewa dari pemerintahan Islam. Hal demikian didukung pula oleh sumbangan para khalifahnya terhadap pembentukan dan pengembangan peradaban Islam, sekalipun belum cukup sebanding dengan kegiatan kebudayaan yang dibangun oleh pemerintahan Islam sesudahnya. Daulah Abasyiyah yang berhasil mengembangkan kebudayaan terbesar dalam perkembangan peradaban Islam itu. Hal itu barangkali karena selama pemerintahan Umayah seringkali dilanda konflik-konflik internal ummat Islam yang muncul akibat perselisihan politik antar golongan umat Islam sendiri.

31

John. Esposito, Islam dan Politik, Terj. H.M. Joesoef Souyb, Jakarta Bulan Bintang, 1990 hal. 19

20

DAFTAR PUSTAKA Syalaby, Ahmad 2003 Ibrahim, Hasan 1989 Al Maududi, Abu Ala 1984 Nasution, Harun 1978 Hasjmy, A, 1975 Hitti, Philip K Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta, Pustaka Al-Husna Baru Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta, Kota Kembang Khilafiyah dan Kerajaan, Terj. Bandung, Mizan Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta, UI Press Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta, Bulan Bintang Dunia Arab, terj. Ushuludin Hutagulung dan ODP Sihombing, Bandung, Sumur Bandung. Watt, W. Montgomerry, 1985 Pergolakan Pemikiran Politik Islam, Jakarta, Bennabi Cipta

21

22

Anda mungkin juga menyukai