Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belelakang Kebijakan merupakan suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh seorang aktor atau beberapa aktor berkenaan dengan suatu masalah. Tindakan para aktor kebijakan dapat berupa pengambilan keputusan yang biasanya bukan merupakan keputusan tunggal, artinya kebijakan diambil dengan cara mengambil beberapa keputusan yang saling terkait dengan masalah yang ada. Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Didalam pengambilan sebuah kebijakan perlu adanya kesepakatan bersama atau secara musyawarah pengambilan keputusan alternatif yang terbaik di antara yang baik itu semua, memilih tujuan atau nilai-nilai mengarah kepada suatu alternatif yang ingin dicapai secara bersama. Didalam pengambilan sering kali adanya konflik antara yang satu dengan yang lain itulah dinamakan suatu ketidaksamaan, setiap individu didalam berbagai sebuah forum atau kelompok pasti sangat berbeda pemikirannya. Hanya saja perlu adanya suatu solusi dari pemacahan masalah dengan mempertimbangkan dampak yang positif nya. Apakah lebih banyak dampak positif atau negatif nya, maka perlu adanya pengambilan keputusan secara bersama atau secara kelompok. Pengambilan keputusan lebih mengarah kepada yang lebik banyak yang baik, dalam pengambilan keputusan tersebut lebih banyak menghindari dari pada masalah-masalah yang harus dipertimbangkan kedepannya. Memilih tujuan, sasaran, yang hendak dicapai saling terkait antara tujuan dengan jalannya yang akan di capai. Keputusan- keputusan yang hendak di ambil mewakili semua kelompok dan tidak mengabaikan keputusan yang lain sebelum dari kelompok tersebut. Keputusan atau kebijakan tersebut diambil berdasarkan analisis dan saling percaya antara yang satu dengan yang lain nya. Dengan adanya sebuah keputusan atau kebijakan maka dalam setiap yang hendak direncanakan maka perlu adanya kesepakatan antara individu yang satu dengan yang lainnya demi terwujud nya suatu kelompok yang baik baik dari organisasi atau pun sebuah instansi pemerintahan perlu adanya sebuah kebijakan yang tepat.

1.2. Rumusan Masalah Didalam latar belakang diatas dapat kita menyimpulkan berbagai suatu permasalahan yang ada di sutu pengambilan kebijakan atau keputusan. Dengan adanya sebuah kebijakan maka hal yang akan dituju dapat diambil titik mana yang dapat diambil kebijakannya atau yang satu itu mewakili dari semua kebijakan yang diambil. Dapat analisis Apakah harus ada musywarah di dalam pengambilan sebuah kebijakan atau keputusan?.

BAB II PEMBAHASAN Teori- Teori Didalam Pengambilan Suatu Keputusan

2.1. Defenisi Pembuatan kebijaksanaan Negara Didalam sebuah keputusan ada beberapa pendapat ahli tentang sebuah keputusan Menurut pendapat Charles Lindblom pada tahun 1968, dia menuturkan bahwa didalam suatu kebijaksanaan Negara atau Public policy making itu pada hakikatnya merupakan an extremely complex, analytical and political process to which there is no beginning set of forces that we call policy- making all taken together, produces effects called policies (merupakan proses politik yang amat kompleks dan analitis di mana tidak mengenal saat di mulai dan di akhirinya, serangkaian kekuatan- kekuatan yang agak kompleks yang kita sebut sebagai pembuatan sebuah kebijaksanaan Negara itulah yang yang kemudian memudahkan hasil yang disebut kebijaksanaan). Menurut pendapat Raymond Bouer, dalam tulisanya berjudul the study of policy formation, merumuskan pembuatan kebijaksanaan Negara sebagai proses trasformasi atau pengubah imput-imput politik menjadi output-output poliitik. Pandangan yang di tengahkan oleh Bauer ini Nampak amat di pengaruhi oleh teorianalisis sistem, sebagaimana dianjurkan oleh David Easton(1963) Proses Pakar lainnya, Don K.Price menyebutkan bahwa proses pembuatan kebijaksanaan yang bertanggung jawab ialah proses yang melibatkan interaksi antar kelompok-kelompok ilmuan, pemimpin-pemimpin organisasi professional, para administrator dan para politis. Amitai Etzioni(1968), dia menjelaskan bahwa melalui proses pembutan keputusan komitmen- komitmen masyarakat yang acap kali masih kabur dan abstrak, sebagaimana Nampak dalam nilai- nilai dan tujuan- tujuan masyarakat, diterjemahkan oleh pakar para actor (politik) kedalam komitmen masyarakat yang lebih spesifik yang menjadi tindakan dan tujuan yang konkrit.

Pada akhirnya seorang dari pamakar kebijaksanaan Negara afrika, J.O Udoji pada tahun 1981 merumuskan secara terperinci pembuatan sebuah kebijaksanaan Negara sebagai the whole process of articulating and defening nelling those demands into the political demands, into political systems, seeking sanctions or legitimation of the preferred course of action, legitimation and implementation, monitoring and review (feed back). (Keseluruhan proses yang menyangkut pengartikulasian dan pendifisian masalah, perumusan kemungkinan- kemungkinan pemecahan masalah dalam bentuk tuntutan- tuntutan tersebut kedalam sistem politik,

pengupayaan pemberian sanksi- sanksi atau legitimasi dari arah tindakan yang dipilih, pengesahan dan pelaksanaan atau implementasi, monitoring dan peninjauan kembali (umpan balik). Menurut pendapat udoji, siapa yang berpartisipasi dan apa peranannya dalam prose tersebut untuk sebagai besar akan tergantung pada struktur politik pengambilan keputusan itu sendiri. Para ilmuan politik dan ilmuan social pada umumnya telah banyak mengenbangkan model, pendekatan, konsep dan rancangan untuk menganalisis penbuatan kebijaksanaan Negara dan komponennya, yaitu mengambil/pembuatan keputusan. Sekalipun demikian, pada umum ahli-ahli ilmu politik lebih sering menunjukkan hasrat yang lebih besar dalam mengembangkan teori mengenai kebijaksanaan Negara dari pada menpelajari praktek kebijaksanaan Negara itu sendiri. Walau begitu, harus diakui bahwa konsp-konsep dan model-model tersebut amat penting dan bermanfaat guna dijadikan pedoman dalam analisis kebijaksanaan, karena konsep-konsep dan model-model tersebut dapat memperjelasdan mengarah kan pemahaman kita terhadap pembuatan sebuah kebijak sanaan Negara, mempermudah arus komunikasi dan memberikan penjelasan yang memadai bagi tindakan kebijaksanaan itu. Jelasnya jika kita bermaksut mempelajari atau nmemiliki kebujaksanaan tertentu maka kita menbutuhkan suatu pedoman dan kriteria yang relefan dengan apa yang sedang menjada pusat perhatian kita. Sebab apa yang kita temukan dalam realita sebetulnya bergantung kepda apa yang kita cari, dan dalan hubungan ini konsep-konsep dan teori-teori kebijaksanaan yang ada dapat memberikan arah pada penelitian yang sedang kita lakukan. Dapat diuraikan berikutnya akan dibahas sejumlah konsep dan model yang banyak dikembangkan dalam study kebijaksanaan nagara, tanpa pada saat yang sama bermaksut untuk memberikan penelitian, mana diantara konsup-konsep dan model-modelitu yang paling baik.

Sebelum sampai ada uraian tersebut, \maka akan sedikit akan sedikit disinggung perbedaan antara pembuatan keputusa dan pembuatan kebijaksanaan suatu perbedaan yang acap kali kurang diperhatikan oleh mereka yang baru mempelajari kebujaksanaan Negara. Pengambilan keputusan mengandung arti alterative terbaik dari sejumlah alternative yang tersedia.teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut denagn masalah bagaimana pilihanpilihan semacam itu di buat sebuah kebijaksanaan,sebagai telah kita rumus kan di muka,adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu yang di lakukan oleh seseorang actor atau sejumlah actor berkenaan dengan suatu masalah atau persoaalan tertentu. Secara tipial di dalam pembuatan suatu kebijaksanaan merupakan tindakan yang berpolah yang di lakukan sepanjang waktu dan melibatkan banyak keputusan yang di antara nya ada yang merupakan keputusan rutin,ada yang tidak rutin. Dalam praktek pembuatan kebijaksanaan sehari-hari amat jarang kita jumpai suatu kebijaksanaan dalam pengambilan suatu keputusan tunggal,dalam tulisan ini akan di bahas 3 teori pengambilan keputusan kebijaksanaan yang di anggap paling sering di bicarakan dalam dalam berbagai kepustakaan kebijaksanaan Negara. Teori- teori yang dimaksud adalah: Teori rasional komprehensif Teori incremental Teori pengamatan terpadu.

2.2. Teori rasional komprhensif Barang kali teori pengambilan keputusan yang paliang dikenal dan mungkin pula yang banyak di terima oleh kalangan luas yaitu teori rasional komprhensif.unsur- unsur yang utama dari teori ini dapat di kemukakan sebagai berikut: 1. Pembuatan keputusan di hadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat di bedakan dari masalah-masalah lain.atau setidaknya nilai sebagai masalah- masalah yang dapat di perbandingkan satu dengan lainnya 2. Tujuan- tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan rangking nya sesuai dengan urutan kepentingann nya.

3. Berbagai alternative untuk memecahkan suatu permasalahan perlu di teliti sacara seksama. 4. Akibat- akibat atau biaya dan manfaat yang di timbulkan oleh setiap alternative yang di pilih diteliti. 5. Setiap dari alternative dan masing-masing akibat yang menyertai nya,dapat di perbandingkan dengan alternative lain nya. 6. Pembuatan keputusan akan memilih alternative, dan akibat-akibat nya yang dapat memaksimalkan tercapai nya tujuan, nilai atau sasaran yang di gariskan. Hasil dari proses tersebut di atas adalah keputusan yang rasional, yakni suatu keputusan yang dapat mencapai suatu tujuan yang paling efektif. Teori komprehensif ini banayak mendapatkan kritik, dan kritikan yang paling tajam berasal dari seorang ahli ekonomi dan matematika Charles Lindblom (1965, 1964, 1959). Lindblom secara tegas menyatakan bahwa para pembuatan suatu keputusan itu sebetulnya tidaklah berhadapan dengan masalah- masalah yang konkrit dan terumuskan dengan jelas. Sebaliknya mereka pertama- tama haruslah mengidentifikasikan dan merumuskan masalah- masalah itu dan dari sinilah mereka kemudian mengambil keputusan. Sebagai contoh, pada saat harga bahan- bahan pokok menjunjung tinggi seakan tak terkendalikan, semua orang mungkin akan mengatakan kita harus segera berbuat ssesuatu terhadap masalah inflasi, lalu apakah masalah yang sebenarnya?tidak Apakah permintaan yang berlebihan? Ataukah tidak memadainya produksi barang- barang dan jasa? Apakah permintaan harga yang harus dilakukan oleh perusahaan- perusahaan besar beserta serikat- serikat mereka? Ataukah rasa takut terhadap inflasi? Atau justru gabungan dari dengan masalah dari semua masalah tersebut diatas? Dalam hal ini orang sebetulnya tidaklah memerangi masalah inflasi melainkan sebab- sebab inflasi, dan dengan demikian sering kali justu merupakan kesulitan terbesar bagi kebanyakan pembuat keputusan. Kritik yang lainnya dapat menyebutkan bahwa teori rasional komprehnsif ini menuntut di hal-hal yang tidak rasional pada diri pembuat suatu keputusan.hal yang biasa nya di asumsikan bahwa seorang pembuat keputusan akan memiliki cukup imformasi mengenai berbagai alternative yang berkaitan dengan masalah yang di hadapi sekarang, dan selanjut nya ia akan sanggup untuk meramalkan secara tepat akibat-akibat dari pilhan alternative tersebut di samping

ini sanggup untuk menyusun sacara tetap suatu perbandingan biaya dan manfaat dari alternattifalternatif tersebut. Pada kasus inflasi tersebut dapat menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat informasi dan kercedasan tertentu ternyata amat sulit untuk bertindak secara rasional.contoh tersebut juga dapat membuktikan bahwa banyak hambatan yang di jumpai untuk bertindak secara rasional. Semisalnya kurang ada nya waktu, sulit nya mengumpulkan informasi dan meramalkan masa depan selain betapa konpleksnya membuat perhitungan-perhitungan yang rasiional tersebut. Meskipun kini kita telah kita gunakan dan dapat menfaatkan jasa computer. Alat ini tidak akan dapat di pergunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Nilai-nilai yang terkandung dalam teori rasional komprehensif ini juga menampakkan pukulan yang cukup telak. Dalam hubungan ini dapat di katakan bahwat para pembuat keputusan biasanya

dihadapkan pada sintuasi yang syarat dengan nilai=nilai yang saling bertantangang, bukannya nilai-nilai yang saling bersesuaian yang satu dengan yang lain. Dan nilai-nilai yang bersesuian hal ini bertentangan tidak dapat memungkinkan untuk adanya suatu perbandingan atau diberikan suatu pembobotan. Lebih lanjut dalam pembuat keputusan kemungkinan juga sulit untuk memilah-milah secara tegas antara tegas antara nilai- nilainya sendiri dengan nilai- nilai yang diyakini oleh masyarakat. Asumsi penganjur model rasional bahwa antara fakta- fakta an nilai- nilai dapat dengan mudah dibedakan , bahakan dengan dipisahkan tidak pernah ada masalah yang disebut sunk- cost. Sebuah keputusan- keputusan, kesepakatan- kesepakatan dan insventasi terdahulu dalam kebijaksanaan dan program- program yang ada sekarang kemungkinan akan mencegah pembuat keputusan yang berbeda sama sekali dari yang sudah ada. Untuk konteks Negara- nagara yang sedang berkembang, menurut R.S Milne tahun 1972, modelrasional komprehensif ini jelas tidak akan mudah diterapkan. Sebab ialah: informasi atau data statistic tidak memadainya perangkat teori yang siap dipakai untuk kondisi- kondisi Negara yang sedang berkembang, ekologi budaya di mana sistem pembuatan keputusan ini beroperasi juga tidak mendukung birokrasi di Negara sedabg berkembang umumnya dikenal amat lemah dan tidak sanggup memasok unsur- unsur yang rasional dalam pengambilan keputusan.

Ada beberapa masalah diperbagai negara berkembang seperti Indonesia untuk menerapkan teori rasional komprehensif ini karena beberapa alasan yaitu: a. Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak bisa dipakai untuk dasar pengambilan keputusan. Kalau dipaksakan maka akan terjadi sebuah keputusan yang kurang tepat. b. Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan nagara berkembang ekologi budanyanya berbeda. c. Birokrasi dinegara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur rasional dalam pengambilan keputusan, karena dalam birokrasi negara berkembang kebanyakan korup sehingga menciptakan hal-hal yang tidak rasional.

2.3. Teori Inkremental Teori incremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori pengambilan keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus di pertimbangkan/ seperti dalam teori rasional komprehensif. Dan pada saat yang sama merupakan teori yang lebih banyak menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat- pejabat pemerintahan dalam pangambilan suatu keputusan sehari- hari. Pokok- pokok teori incremental ini dapat diuraiakan sebagai berikut: 1. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang di perlukan untuk mencapainya di pandang sebagai sesuatu hal yang saling terkait dari pada sebagai sesuatu hal yang terpisah 2. Pembuat keputusan di anggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yng langsung berhubungan dengan pokok suatu permasalahan. Dan dengan ada nya alternatif- alternatif ini hanya di pandang berbeda secara inkremental atau marginal dapat kita bandingkan dengan kebijaksanaan yang ada pada saat sekarang. 3. Bagi tiap alternatif hanya sejumlah kecil akibat- akibat yang menjadi dasar yang akan di evaluasikan.

4. Masalah yang di hadapi oleh pembuat keputusan akan di redifinasikan secara teratur. Dalam pandangan inkrementalisme akan dapat memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan terhadap tujuan dan sarana serta prasarana dan tujuan sehingga menjadikan dampak dari masalah itu lebih dapat di tanggulangi. 5. Bahwa tidak ada dalam suatu keputusan atau cara dalam pemecahan yang tepat bagi tiap masalah-masalah. Baru akan di uji dalam suatu keputusan yang baik terletak pada keyakinan bahwa berbagai analisis pada akhirnya akan sepakat pada keputusan tersebut,meskipun tanpa ada kesepakatan terhadap keputusan ini adalah yang paling tepat sebagai sarana untuk mencapai tujuan. 6. Di dalam pembuatan suatu keputusan yang incremental pada hakikat nya bersifat perbaikan-perbaikan kecil dan hal ini dapat lebih di arah kan untuk memperbaiki ke tidak sempurnaan dari upaya-upaya yang konkrit dalam mengatasi masalah sosial yang ada pada saat sekarang dari pada sebagai upaya untuk menyodorkan tujuan-tujuan sosial yang sama sekali dari masa yang akan datang. Lindblom yakin bahwa incremental ini merupakan cirri khas dari proses pembuatan keputusan dalam masyarakat yang strukturnya majemuk, seperti Amerika serikat, keputusankeputusan dan kebijaksanaan- kebijaksanaan pada hakikatnya merupakan produk dari saling member dan menerima dan saling percaya diantara berbagai pihak yang terlibat didalam proses keputusan. Dalam masyarakat yang struktuknya majemuk, maka paham incremental ini secara politis lebih aman. Karena akan lebih mudah untuk mencapai kesepakatan apabila masalah- masalah yang diperdebatkan oleh berbagai kelompok yang trlibat hanyalah bersifat upaya untuk memodifikasi terhadaf program- program yagn sudah ada dari pada jika hal tersebut menyangkut isu- isu kebijaksanaan mengenai perubahan- perubahan yang radikal yang memiliki sifat ambil semua atau tidak sama sekali. Karena para pembuat keputusan itu berada dalam keadaan yang serba tidak pasti khususnya yang menyangkut akibat- akibat dari tindakan- tindakan mereka dimasa datang, maka keputuasan yang bersifat incremental ini akan dapat mengurangi resiko dan biaya yang ditimbulkan oleh suasana yang ketidakpastian itu.

Paham incremental ini juga cukup realistis karena ia menyadari bahwa para pembuat keputusan sebenarnya kurang waktu, kurang pengalaman dan kurang sumber- sumber lain yang diperlukan utuk melakukan analisis yang komprehensif terhadap semua alternatif terhadap semua alternatif untuk memecahkan suau masalah- masalah yang ada. Tambahan pula, orang pada dasarnya bersikap pragramatis, yakni tidak selalu berusaha menemukan satu- satunya cara yang terbaik untuk mengatasi masalah, melainkan berisaha menemukan cara- cara dalam pemecahan masalah- masalah yang sekiranya dpat dilaksanakan. Dengans singkat membuahkan hasil yang terbatas, pandangan singkat dapat dikatakan bahwa pandangan incremental adalah model pembuatan keputusan yang membuahkan hasil yang terbatas, praktis, dan dapat diterima. Ada beberapa kelemahan dalam teori inkremental ini: keputusankeputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan dari kelompok yang kuat dan mapan sehingga kepentingan kelompok lemah terabaikan. Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak memperhatikan berbagai macam kebijakan lain Dinegara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang inkremental tidak tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan perubahan yang besar dan mendasar. Menurut Yehezkel Dror (1968) gaya inkremental dalam membuat keputusan cenderung mengahsilkan kelambanan dan terpeliharanya status qu.

Keputusan- keputusan yang bersifat fundamental dan dapat menimbulkan perubahanprtubahan besar- besaran, seperti pernyataan perang, tidak akan pernah terpikirkan dalam model incremental. Walaupun jumlah nya terbatas, keputusan- keputusan fundamental sebenarnya sangatlah penting dan sering kali memberikan sumbangan yang berharga. Keputusan dan kebijaksanaan pada hakikatnya adalah produk yang saling memberi dan menerima antara yang satu dengan yang lain nya dan saling percaya diantara berbagai pihak

yang terlibat didalam nya pengambilan keputusan tersebut. Dalam masyarat yang strukturnya paham incremental ini scara politis lebih aman karena lebih gampang mencapai kesepakatan-kesepakatan apabila masalah-masalah yang diperdebatkan diberbagai

kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi yang terlibat hanyalah memodifikasi dari program-program yang sudah ada dari jika hal tersebut menyangkut hal- hal kebijaksanaan terhadap perubahan- perubahan yang radika yang memiliki sifat ambil semua atau tidak sama sekali. Karena para pembuat keputusan itu berada dalam keadaan yang serba tidak pasti khususnya yang menyangkut akibat-akibat dari tindakan-tindakan mereka di masa datang, maka keputusan yang bersifat inkremental ini akan dapat mengurangi resiko dan biaya yang ditimbulkan oleh suasana ketidakpastian itu Paham inkremental ini juga cukup rcalistis karena ia menyadari bahwa para pembuat keputusan sebenamya kurang waktu, kurang pengalaman dan kurang sumber-sumber lain yang diperlukan untuk melakukan analisis yang komprehensif terhadap semua altematif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada.

2.4. Teori pengamatan terpadu (Mixed Scanning Theroy) Penganjur teori ini adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Etzioni setuju terhadap kritik- kritik para teoritis incremental yang diarahkan pada teori rasional komprehensif, akan tetapi ia juga menunjukkan adanya beberapa kelemahan yang terdapat pada teori incremental. Misalnaya, keputusan- keputusan yang keputusan dibuat oleh pembuat keputusankeputusan penganut model inkremental akan lebih akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan- kepentingan dari kelompok- kelompok yang kuat dan mapan serta kelompokkelompok yang mampu mengorganisikan kepentingannya dalam masayarakat, sementara itu kepentingan- kepentingan dari kelompok- kelompok yang lemah yang lemah dan yang secara politis tidak mampu mengorganisasikan kepentingan yang praktis akan terabaikan. Lebih lanjut, denagan memusatkan perhatiannya pada kepentingan tujuan dalam jangka pendek dan hanya berusaha untuk memperhatikan variasi yang terbatas dalam

kebijaksanaan- kebijaksanaan yang ada pada saat sekarang, maka model incremental cenderung mengabaikan peluang bagi perlunya pembaharuan social (social innovation) yang mendasar. Oleh karena itu, menurut Yehezkel Dror (1968) gaya incremental dalam pembuatan sebuah keputusan cendrung menghasilkan kelambanan dan terpeliharanya status quo, sehingga merintangi upaya menyempurnakan proses pembuatan kputusan itu sendiri. Bagi sarjana seperti dorongan pada dasarnya merupakan salah seorang penganjur teori rasional yang terkemuka dari model incremental ini justru dianggapnya merupakan strategi yang tidak cocok untuk diterapakan dinegara- Negara sedang berkembang, sebab di NegaraNegara ini perubahan yang kecil- kecilan atau incremental tidaklah memadai guna tercapainya hasil berupa perbaikan- perbaiakan besar- besaran. Mixed Scanning (Pengamatan terpadu) sebagai suatu pendekatan untuk pengambilan keputusan, yang memperhitungkan baik keputusan- keputusan yang bersifat incremental dan memberikan urutan teratas bagi prose pembuatan dari yang bersifat incremental yang

memberikan kebijaksanaan yang fundamental yang memberikan arahan dasar dan prosesproses pembuatan kebijaksanaan yang incremental sesudah keputusan- keputusan ini tercapai. etizoni (967, halaman 389) memberikan ilustrasi mengenai teori pengamatan terpadu ini sebagai berikut: Assume we are about to set up a worldwide weather observation system using weather satellites. The rationalistic approach woculd seek an exhaustive survey of weather

conditions by using cameresd capable of detailed observavations oftions and by scheduling reviews of the entire sky as possible. This would yield an avalance capacities (e.g seeding areas). Incrementalism would focus on those areas in which similar patterns developed in the recent past and, perhaps, on a few nearby regions; it would thus ignore all formations which might deserattentionf they arose in unexpected areas. A mixed- scanning strategy would include elements of both approaches by employing to cameras: a broad angle awould zero in on those areas revealed by the first camera to require a more in- depth examination. Andaikan kita akan membentuk suatu sistem pengamatan cuaca yang berskala dunia dengan menggunakan satelit- satelit cuaca. Pendekatan yang rasional komperehensif akan berupaya melakukan survey yang besar- besaran mengenai keadaan cuaca dengan

menggunakan kamera- kamera yang mampu mengadakan peninjauan dan penjelajahan secara terjadwal terhadap seluruh permukaan langit sesering mungkin. Upaya semacam ini akan menghasilkan data yang rinci mengenai kemungkinan turun nya salju, akan tetapi untuk daneng analisis data semacam itu (misalnya bintik- bintik dari formasi awan yang dapat berkembang menjadi badai dan mengantarkan hujan kedaerah- daerah yang kering) dengan jelas sangat membutuhkan biaya, waktu, dan tenaga yang besar. Sementara itu pendekatan inkremental akan berusaha untuk memfokuskan perhatiannya pada daerah- daerah yang di mana pola- pola yang serupa pernah mempunyai keterbentukan pada masa yang belum lama poal- pola yang serupa pernah terbentuk pada masa belum lama ini dan barangkali, pada daerah- daerah yang brdekatan. Dengan demikian, pengamatan seperti ini akan mengabaikan seluruh bentuk atau formasiStrategi pengamatan terpadu akan mencakup unsur- unsure yang terdapat pada kedua pendekatan tersebut di atas dengan cara menggunakan di antara 2 dua kamera. Kamera yang pertama adalah kamera yang memiliki sudut yang lebar dan yang sanggup untuk menjelajahi seluruh permukaan langit, tetapi tidak terlampau rinci. Keputusan dan kebijaksanaan pada hakikatnya adalah produk yang saling memberi dan menerima antara yang satu dengan yang lain nya dan saling percaya diantara berbagai pihak yang terlibat didalam nya pengambilan keputusan tersebut.

2.5. Kriteria pengambilan Keputusan Menurut konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman perilaku para pembuat keputusan itu dapat dikelompokkan berbagai kategori, yaitu: a. Nilai-nilaiPolitik. Pembuat keputusan mungkin melakukan penilaian atas altematif kebijaksanaan yang

dipilihnya dari sudut pentingnya altematif-altematil itu bagi partai politiknya atau bagi kelompok-kelompok klien dari badan atau organisasi yang dipimpinnya. b. Nilai-nilaiorganisasi. Para pembuat kepurusan, khususnya birokrat (sipil atau militer), mungkin dalam mengambil keputusan dipengaruhi oleh nilai-nilai organisasi di mana ia terlibat di dalamnya Organisasi, semisal badan-badan administrasi, menggunakan berbagai bentuk ganjaran dan sanksi dalam usahanya untuk memaksa para anggotanya menerima, dan bertindak sejalan dengan nilai-nilai yang telah digariskan oleh organisasi. c. Nilai-nitaiPribadi. Hasrat untuk melindungi atau memenuhi kesejateraan atau kebutuhan fisik atau kebutuhan finansial reputasi diri, atau posisi historis kemungkinan juga digunakan- oleh para pembuat teputusan sebagai kriteria dalam pengambilan keputusan.

Para politisi yang menerima uang sogok untuk membuat kepurusan tertentu yang menguntungkan si pemberi uang sogok, misalnya sebagai hadiah pemberian perizinan atau penandatanganan kontrak pembangunan proyek tertentu, jelas mempunyai kepentingan pribadi dalam benaknya. Seorang presiden yang mengatakan di depan para wartawan bahwa ia akan menggebut siapa saja yang bertindak inkonstirusional, jelas juga dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan pribadinyamisalnya agar ia mendapat tempat terhormat dalam sejarah bangsa sebagai seseorang yang konsisten dan nasionalis. d. Nilai-nilaiKebijaksanaan. Dari perbincangan di atas, satu hal hendaklah dicamkan, yakni janganlah kita mempunyai anggapan yang sinis dan kemudian menarik kesimpulan bahwa para pengambil keputusan politik inr semata-mata hanyalah dipengaruhi oleh pertimbangan-penimbangan demi keuntungan politik, organisasi atau pribadi. Sebab, para pembuat keputusan mungkin pula bertindak berdasarkan atas penepsi mereka terhadap kepentingan umum atau keyakinan tertentu mengenai kebijaksanaan negara apa yang sekiranya secara moral tepat dan benar. Seorang wakil rakyat yang mempejuangkan undang-undang hak kebebasan sipil mungkin akan bertindak sejalan dengan itu karena ia yakin bahwa tindakan itulah yang secara moral benar, dan bahwa persamaan hak-hak sipil itu memang merupakan tujuan kebijaksanaan negara yang diinginkan, tanpa mempedulikan bahwa perjuangan itu mungkin akan menyebabkannya mengalami resiko-resiko politik yang fatal.

e. Nilai-nilaiIdeologis. Ideologi pada hakikatnya merupakan serangkaian nilai-nilai dan keyakinan yang secara logis saling berkaitan yang mencerminkan gambaran sederhana mengenai dunia serta berfungsi sebagai pedoman benindak bagi masyarakat yang meyakininya.

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Definisi Pembuatan Kebijaksanaan Negara sebagai keseluruhan proses yang menyangkut pengartikulasian dan pendefinisiaan masalah, perumusan kemungkinan-kemungkinan

pemecahan masalah dalam bentuk tuntutan-tuntutan politik, penyaluran tuntutan-tuntutan tersebut ke dalam sistem politik, pengupayaan pemberian sanksi-sanksi atau legitimasi dari arah tindakan yang dipilih, pengesahan dan pelaksanaan /implementasi, monitoring dan peninjauankembali. 2. Terdapat adat beberapa teori pengambilan keputusan yang dianggap paling sering dibicarakan dalam pelbagai kepustakaan kebijakan negara diantaranya: Teori Rasional Komprehensif, Teori Inkremental,TeoriPengamatanTerpadu. 3. Menurut konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman perilaku para pembuat keputusan itu dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu : Nilai-nilai Politik, Nilai-nilai organisasi, Nilai-nitai Pribadi, Nilai-nilai Kebijaksanaan, Nilai-nilai Ideologis. 4. Dalam proses kebijaksanaan, menurut Charles O. Jones, sedikitnya ada 4 (empat) golongan atau tipe aktor (pelaku) yang terlibat, yakni : golongan rasionalis, golongan teknisi, golongan inkrementalis, dan golongan reformis.

3.2. Saran 1. Dengan adanya sebuah kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan dapat menentukan tujuan yang di inginkan. 2. Kebijakan-kebijakan atau sebuah keputusan-keputusan akan dapat mengarah kepada yang lebih baik dari pada yang sebelumnya.

3. Untuk membuat suatu keputusan-keputusan atau sebuah kebijakan-kebijakan perlu adanya pertimbangan manfaat nya bagi banyak kalangan dari ketimbang ketidak manfaatnya. 4. Dalam menentukan kebijakan-kebijakan atau sebuah keputusan-keputusan perlu adanya jalan keluar dari sebuah permasalahan yang hendak di capai. 5. Untuk menentukan sebuah kebijakan-kabijakan atau keputusan-keputusan perlu adanya musyawarah atau kesepakatan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Muhammad. Teori Pengambilan Keputusan (Pokok-Pokok Materi). Ghali Indonesia. Jakarta. 2002. Mulyono, Sri. Teori Pengambilan Keputusan. Edisi Revisi. LPFE-UI. Jakarta.1996. http://astaqauliyah.com/2005/04/teori-teori-pengambilan-keputusan/

Anda mungkin juga menyukai