Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KULIAH KIMIA LINGKUNGAN

PENANGANAN LlMBAH YANG DITIMBULKAN DARI OPERASI PUSAT LlSTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Lingkungan

Oleh: Khamdan Ali Wiwit Wulan Yuniati Bara

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam Universitas Diponegoro September, 2010

LlMBAH RADIOAKTIF PADAT YANG DITIMBULKAN DARI OPERASI PUSAT LlSTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

1. Gambaran Umum Limbah radioaktif padat yang ditimbulkan dari operasi Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Telah dipelajari tentang berbagai limbah radioaktif padat dari operasi PLTN. Jumlah dan karakteristik limbah yang dihasilkan pada operasi PLTN tergantung pada tipe, daya, dan kondisi operasinya. Jumlah limbah padat yang ditimbulkan dari operasi PLTN 1000 Mwe dalam setahun adalah sekitar 1200 m3 atau 300 - 400 drum 200 I. Radionuklida-radionuklida penyusun limbah tersebut tidak ada yang mempunyai umur paruh lebih dari 30 tahun. 2. Latar Belakang Adanya rencana memasukkan energi nuklir dalam sistem pemasok energi nasional melalui pembangunan Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) maka akan mulailah era industri nuklir di Indonesia. Sebagaimana industri lainnya, industri nuklir juga menimbulkan sejumlah limbah yang terkontaminasi dengan zat radioaktif dalam batas yang dapat menimbulkan potensi dampak radiologi bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sesuai dengan azas keselamatan yang dianut oleh teknologi nuklir maka limbah radioaktif ini harus dikelola dengan baik untuk melindungi lingkungan dan masyarakat dari potensi dampak radiologi yang dapat ditimbulkan. Berbagai usaha pengamanan dilakukan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat, para pekerja reaktor dan lingkungan PLTN. Usaha ini dilakukan untuk menjamin agar radioaktif yang dihasilkan reaktor nuklir tidak terlepas ke lingkungan baik selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan diperlukan reaktor,selain itu diperlukan adanya pengolahan limbah yang dihasilkan olah PLTN.

3. Identifikasi Masalah Berbagai jenis limbah padat yang mengandung zat radioaktif secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua yaitu limbah basah (wet solid waste) dan kering (dry solid waste). Klasifikasi limbah radioaktif pada digunakan untuk memudahkan pengelolaan lebih lanjut. Asal utama limbah radioaktif dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu : nuclear power plant (NPP), daur bahan bakar nuklir dan limbah radioaktif dari laboratorium penunjang. Studi ini dititikberatkan pada limbah yang ditimbulkan dari NPP dan daur bahan bakar nuklir yang jumlahnya cukup signifikan. 4. Tinjauan Pustaka 4.1. Pengertian Limbah atau Sampah Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis. 4.2. Definisi Limbah Padat Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll. Sumber-sumber dari limbah padat sendiri meliputi seperti pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, limbah nuklir, pengawetan buah, ikan, atau daging. Secara garis besar limbah padat terdiri dari : 1) Limbah padat yang mudah terbakar.

2) Limbah padat yang sukar terbakar. 3) Limbah padat yang mudah membusuk. 4) Limbah yang dapat di daur ulang. 5) Limbah radioaktif. 6) Bongkaran bangunan. 7) Lumpur. 4.3. Reaktor Nuklir Disamping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan energi nuklir secara besar-besaran adalah dalam bentuk pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Energi nuklir di sini digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Reaktor nuklir adalah tempat terjadinya reaksi inti berantai terkendali, baik pembelahan inti (fisi) atau penggabungan inti (fusi). Fungsi reaktor fisi dibedakan menjadi dua, yaitu reaktor penelitian dan reaktor daya. Pada reaktor penelitian, yang diutamakan adalah pemanfaatan netron hasil pembelahan untuk berbagai penelitian dan iradiasi serta produksi radioisotop. Panas yang ditimbulkan dirancang sekecil mungkin sehingga panas tersebut dapat dibuang ke lingkungan. Pengambilan panas pada reaktor penelitian dilakukan dengan sistem pendingin,yang terdiri dari sistem pendingin primer dan sistem pendingin sekunder. Panas yang berasal dari teras reaktor diangkut oleh air di sekitar teras reaktor (sistem pendingin primer) dan dipompa oleh pompa primer menuju alat penukar panas. Selanjutnya panas dibuang ke lingkungan melalui menara pendingin (alat penukar panas pada sistem pendingin sekunder). Perlu diketahui bahwa antara alat penukar panas, sistem pendingin primer atau sekunder tidak terjadi kontak langsung. Sementara, pada reaktor daya, panas yang timbul dari pembelahan dimanfaatkan untuk menghasilkan uap yang bersuhu dan bertekanan tinggi untuk memutar turbin. 4.4. Komponen Reaktor Nuklir
Reaktor nuklir pertama kali dibangun oleh Enrico Fermi pada tahun 1942 di Universitas Chicago. Hingga sat ini telah ada berbagai jenis dan ukuran rekator nuklir, tetapi semua reaktor atom tersebut memiliki lima komponen dasar yang sama,

yaitu: elemen bahan bakar, moderator netron, batang kendali, pendingin dan perisai beton.

Gambar 4.4.1 Skema Dasar Reaktor Nuklir

4.4.1. Elemen Bahan Bakar Elemen bahan bakar ini berbentuk batang-batang tipis dengan diameter kirakira 1 cm. Dalam suatu reaktor daya besar, ada ribuan elemen bahan bakar yang diletakkan saling berdekatan. Seluruh elemen bahan bakar dan daerah sekitarnya dinamakan teras reaktor. Umumnya, bahan bakar reaktor adalah uranium-235. oleh karena isotop ini hanya kira-kira 0,7% terdapat dalam uranium alam, maka diperlukan proses khusus untuk memperkaya (menaikkan prosentase) isotop ini. Kebanyakan reaktor atom komersial menggunakan uranium-235 yang telah diperkaya sekitar 3%. 4.4.2. Moderator Netron Netron yang mudah membelah inti adalah netron lambat yang memiliki energi sekitar 0,04 eV (atau leih kecil), sedangkan netron-netron yang dilepaskan selama proses pembelahan inti (fisi) memiliki energi sekitar 2 MeV. Oleh karena itu , sebuah raktor atom harus memiliki materaial yang dapat mengurangi kelajuan netron-netron yang energinya sangat besar sehingga netron-netron ini dapat dengan mudah membelah inti. Material yang memperlambat kelajuan netron dinamakan moderator. Moderator yang umum digunakan adalah air. Ketika netron berenergi tinggi keluar keluar dari sebuah elemen bahan bakar, netron tersebut memasuki air di

sekitarnya dan bertumbukan dengan molekul-molekul air. Netron cepat akan kehilangan sebagian enrginya selama menumbuk molekula air (moderator) terutama dengan atom-atom hidrogen. Sebagai hasilnya netron tersebut diperlambat. 4.4.3. Batang Kendali Jika keluaran daya dari sebuah reaktor dikehendaki konstan, maka jumlah netron yang dihasilkan harus dikendalikan. Sebagaimana diketahui, setiap terjadi proses fisi ada sekitar 2 sampai 3 netron baru terbentuk yang selanjutnya menyebakan proses berantai. Jika netron yang dihasilkan selalu konstan dari waktu ke waktu (faktor multiplikasinya berniali 1), maka reaktor dikatakan berada pada kondisi kritis. Sebuah reaktor normal bekerja pada kondisi kritis. Pada kondisi ini reaktor menghasilkan keluaran energi yang stabil. Jika netron yang dihasilkan semakin berkurang (multiplikasinya kurang dari 1), maka reaktor dikatakan berada pada kondisi subkritis dan daya yang dihasilkan semakin menurun. Sebaliknya jika setiap saat netron yang dihasilkan meningkat (multiplikasinya lebih besar dari 1), reaktor dikatakan dalam keadaan superkritis. Selama kondisi superkritis, energi yang dibebaskan oleh sebuah reaktor meningkat. Jika kondisi ini tidak dikendalikan, meningkatnya energi dapat mengakibatkan mencairkan sebagain atau seluruh teras reaktor, dan pelepasan bahan radioaktif ke lingkungan sekitar. Jelas bahwa sebuah mekanisme kendali sangat diperlukan untuk menjaga reaktor pada keadaan normal atau kondisi kritis. Kendali ini dilakukan oleh sejumlah batang kendali yang dapat bergerak keluar-masuk teras reaktor. Batang kendali terbuat dari bahan-bahan penyerap netron, seperti boron dan kadmium. Jika reaktor menjadi superkritis, batang kendali secara otomatis bergerak masuk lebih dalam ke dalam teras reaktor untuk menyerap kelebihan netron yang menyebabkan kondisi itu kembali ke kondisi kritis. Sebaliknya, jika reaktor menjadi subkritis, batang kendali sebagian ditarik menjauhi teras reaktor sehingga lebih sedikit netron yang diserap. Dengan demikian, lebih banyak netron tersedia untuk reaksi fisi dan reaktor kembali ke kondisi kritis. Untuk

menghentikan operasi reaktor (misal untuk perawatan), batang kendali turun penuh sehingga seluruh netron diserap dan reaksi fisi berhenti. 4.4.4. Pendingin Energi yang dihasilkan oleh reaksi fisi meningkatkan suhu reaktor. Suhu ini dipindahkan dari reaktor dengan menggunakan bahan pendingin, misalnya air atau karbon dioksida. Bahan pendingin (air) disirkulasikan melalui sistem pompa, sehingga air yang keluar dari bagian atas teras reaktor digantikan air dingin yang masuk melalui bagin bawah teras reaktor. 4.4.5. Perisai Beton Inti-inti atom hasil pembelahan dapat menghasilkan radiasi. Untuk menahan radiasi ini (radiasi sinar gamma, netron dan yang lain), agar keamanan orang yang bekerja di sekitar reaktor terjamin, maka umumnya reaktor dikungkungi oleh perisai beton. 4.5. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir 4.5.1. PLTN Berdasarkan jenis pendinginnya, ada beberapa jenis reaktor. Dalam pembahasan ini akan dibahas pembakit listrik tenaga nuklir yang menggunakan reaktor air bertekanan (Pressurized Water Reactor = PWR). Dalam PWR, kalor yang dihasilkan dalam batang-batang bahan bakar diangkut keluar dari teras reaktor oleh air yang terdapat di sekitarnya (sistem pendingin primer). Air ini secara terus-menerus dipompakan oleh pompa primer ke dalam reaktor melalui saluran pendingin reaktor (sistem pendingin primer).

Gambar 12.2. Digram PLTN Jenis PWR

Untuk mengangkut kalor sebesar mungkin, suhu air dikondisikan


0

mencapai 300 C. Untuk menjaga air tidak mendidih (yang dapat terjadi pada suhu
0

100 C pada tekanan 1 atm), air diberi tekanan 160 atm. Air panas diangkut melalui suatu alat penukar panas (heat exchanger), dan kalor dari air panas dipindahkan ke air yang mengalir di sekitar alat penukar panas (sistem pendingin sekunder). Kalor yang dipindahkan ke sistem pendingin sekunder memproduksi uap yang memutar turbin. Turbin dikopel dengan suatu generator listrik, tempat daya keluaran listrik menuju konsumen melalui kawat transmisi tegangan tinggi. Setelah keluar dari turbin, uap didinginkan kembali menjadi air oleh pengembun (condenser) dan kemudian dikembalikan lagi ke alat penukar panas oleh pompa sekuder. 4.5.2. Limbah Radioaktif Limbah radioaktif merupakan hasil samping dari kegiatan pemanfaatan teknologi nuklir. Dalam limbah radioaktif ini terdapat unsur-unsur radioaktif yang masih memancarkan radiasi. Limbah radioaktif tidak boleh dibuang ke lingkungan karena radiasi yang dipancarkan berpotensi memberikan efek merugikan terhadap kesehatan manusia. Program pengelolaan limbah radioaktif ditujukan untuk menjamin agar tidak seorang pun akan menerima paparan radiasi melebihi nilai batas yang dizinkan. Terdapat hal-hal unik yang menguntungkan dalam rangka pengelolaan limbah radioaktif: 1. Sifat fisika dari zat radioaktif yang selalu meluruh menjadi zat stabil (tidak radioaktif lagi). Karena terjadi peluruhan, maka jumlah zat radioaktif akan selalu berkurang oleh waktu. Sifat ini sangat menguntungkan karena cukup hanya dengan meyimpan secara aman, zat radioaktif sudah berkurang dengan sendirinya. 2. Sebagian besar zat radioaktif yang terbentuk dalam teras reaktor nuklir umumnya memiliki waktu paro yang sangat pendek, mulai orde beberapa detik hingga beberapa hari. Hal ini menyebabkan peluruhan zat radioaktif

yang sangat cepat yang berarti terjadi pengurangan volume limbah yang sangat besar dalam waktu relatif singkat. 3. Saat ini telah berhasil dikembangkan berbagai jenis alat ukur yang sangat peka terhadap radiasi. Dengan alat ukur ini keberadaan zat radioaktif skecil apa pun selalu dapat dipantau. 4.5.3. Kategorisasi Limbah Radioaktif Padat Berdasarkan tingkat radiasinya, limbah radioaktif padat terbagi menjadi dua, yaitu: limbah radioaktif padat tingkat rendah-sedang dan limbah radioaktif padat tingkat tinggi. Limbah radioaktif padat tingkat rendah-sedang, yaitu limbah yang terdiri dari bahan yang terkontaminasi seperti kertas, sarung tangan, dan alat-alat laboratorium nuklir yang kontak langsung (terkontaminasi). Limbah radioaktif padat tingkat tinggi, yaitu limbah yang terdiri dari bahan-bahan sisa perlengkapan pabrik proses olah ulang, terutama bekas selongsong elemen bahan bakar nuklir yang diolah ulang dan dari laboratorium yang menggunakan radionuklida dengan aktivitas tinggi. Bermacam-macam sistem klasifikasi digunakan untuk

mengkategorisasikan limbah radioaktif pada tingkat rendah-sedang. Sistem klasifikasi ini biasanya didasarkan pada aktivitas spesifik, laju dosis ataupun radioaktivitas. Sistem klasifikasi yang lain mungkin berupa asal limbah, sifat fisika kimianya, tipe radiasinya, dan waktu paroh radionuklidanya. Masingmasing sistem klasifikasi ini mempunyai keuntungan dan kerugian tergantung dari maksud dan dasar yang digunakan. Salah satu dasar untuk mengklasifikaskan limbah yang biasa dikenal dan diterima oleh umum adalah didasarkan pada cara pembuangannya atau cara pengolahannya. Untuk maksud pembuangan, limbah radioaktif padat aktivitas rendah-sedang secara umum dikategorikan seperti terlihat pada tabel 1 sebagai berikut :

4.5.4. Macam-Macam Limbah Radioaktif a. Limbah radioaktif padat terbakar/terkompaksi. - Tidak mengandung alpha - Mengandung alpha b. Limbah radioaktif padat tak terbakar, terkompaksi - Tidak mengandung alpha - Mengandung alpha c. Limbah radioaktif padat tak terbakar dan tak terkompaksi - Tidak mengandung alpha - Mengandung alpha d. Limbah padat khusus Material terirradiasi yang mempunyai ukuran besar. Macam-macam material yang diiradiasi dalam teras reaktor akan selalu bergantiganti dan akhirnya akan menjadi limbah, sebagai contoh : bahan bakar bekas, batang kendali, in-core detector dan grafit slurry , tetapi kebanyakan dari limbah ini tergolong aktivitas tingkat tinggi.

5. Pembahasan Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian dahsyatnya akibat yang ditimbulkan oleh bom tersebut sehingga pengaruhnya masih dapat dirasakan sampai sekarang. Di samping sebagai senjata pamungkas yang dahsyat, sejak lama orang telah memikirkan bagaimana cara memanfaatkan tenaga nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Sampai saat ini tenaga nuklir, khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang antara lain bidang industri, kesehatan, pertanian, peternakan, sterilisasi produk farmasi dan alat kedokteran, pengawetan bahan makanan, bidang hidrologi, yang merupakan aplikasi teknik nuklir untuk non energi. Salah satu pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang energi saat ini sudah berkembang dan dimanfaatkan secara besar-besaran dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga nuklir (PLTN), dimana tenaga nuklir digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah, aman dan tidak mencemari lingkungan. Pemanfaatan tenaga nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara komersial sejak tahun 1954. Pada waktu itu di Rusia (USSR), dibangun dan dioperasikan satu unit PLTN air ringan bertekanan tinggi (VVER = PWR) yang setahun kemudian mencapai daya 5 Mwe. Pada tahun 1956 di Inggris dikembangkan PLTN jenis Gas Cooled Reactor (GCR + Reaktor berpendingin gas) dengan daya 100 Mwe. Pada tahun 1997 di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara sedang berkembang telah dioperasikan sebanyak 443 unit PLTN yang tersebar di 31 negara dengan kontribusi sekitar 18 % dari pasokan tenaga listrik dunia dengan total pembangkitan dayanya mencapai 351.000 Mwe dan 36 unit PLTN sedang dalam tahap kontruksi di 18 negara. Perbedaan Pembangkit Listrik Konvensional (PLK) dengan PLTN Dalam pembangkit listrik konvensional, air diuapkan di dalam suatu ketel melalui pembakaran bahan fosil (minyak, batubara dan gas). Uang yang dihasilkan dialirkan ke turbin uap yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin selanjutnya digunakan untuk menggerakkan

generator, sehingga akan dihasilkan tenaga listrik. Pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara, minyak dan gas mempunyai potensi yang dapat menimbulkan dampak lingkungan dan masalah transportasi bahan bakar dari tambang menuju lokasi pembangkitan. Dampak lingkungan akibat pembakaran bahan fosil tersebut dapat berupa CO2 (karbon dioksida), SO2 (sulfur dioksida) dan NOx (nitrogen oksida), serta debu yang mengandung logam berat. Kekhawatiran terbesar dalam pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil adalah dapat menimbulkan hujan asam dan peningkatan pemanasan global. Proses pembangkitan listrik pada PLTN tidak membebaskan asap atau debu yang mengandung logam berat yang dibuang ke lingkungan atau melepaskan partikel yang berbahaya seperti CO2, SO2, NOx ke lingkungan, sehingga PLTN ini merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian PLTN adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Elemen bakar bekas ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN sebelum dilakukan penyimpanan secara lestari. Reaktor yang dioperasikan di dunia hingga saat ini, yang menggunakan pendingin air digolongkan menjadi dua, yaitu Reactor air ringan (Light Water Reactor/LWR) menggunakan pending in H20 dan reaktor air berat (Heavy Water Reactor/HWR) menggunakan pendingin DlO. Reaktor yang menggunakan pendingin air ringan terdapat 2 jenis reaktor daya, yaitu reaktor air tekan ( Pressure Water Reactor/PWR) dan reaktor air mendidih (Boiling Water Reactor/BWR). Keduanya menggunakan bahan bakar uranium yang diperkaya hingga sekitar 3% U23S. Limbah yang mempunyai aktivitas di atas ambang batas aktivitas ILW sudah tentu termasuk kategori limbah aktivitas tinggi (HLW). Limbah radioaktif pada terbakar tetapi tidak mengandung alpha yang ditimbulkan dari instalasi nuklir jumlahnya cukup besar, biasanya berupa : PVC dan kantong-kantong polyethylene, protective clothing (macam-macam plastik, tekstil, barang dari kulit, celulose, karet, neoprene, dsb), bahan pembungkus (kardus, kertas, plastik, kayu) bahan pembersih (kain bekas, tisue) dan filter (celulose tekstil dengan fiber glass atau filter mineral dengan kerangka kayu, dsb).

Pengolahan Limbah Hasil PLTN Selama operasi PLTN, pencemaran yang disebabkan oleh zat radioaktif terhadap lingkungan dapat dikatakan tidak ada. Air laut atau sungai yang dipergunakan untuk membawa panas dari kondensor sama sekali tidak mengandung zat radioaktif, karena tidak bercampur dengan air pendingin yang bersirkulasi di dalam reaktor. Gas radioaktif yang dapat keluar dari sistem reaktor tetap terkungkung di dalam sistem pengungkung PLTN dan sudah melalui sistem ventilasi dengan filter yang berlapis-lapis. Gas yang dilepas melalui cerobong aktivitasnya sangat kecil (sekitar 2 milicurie/tahun), sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Pada PLTN sebagian besar limbah yang dihasilkan adalah limbah aktivitas rendah (70 80%). Sedangkan limbah aktivitas tinggi dihasilkan pada proses daur ulang elemen bakar nuklir bekas, sehingga apabila elemen bakar bekasnya tidak didaur ulang, limbah aktivitas tinggi ini jumlahnya sangat sedikit. Penangan limbah radioaktif aktivitas rendah, sedang maupun aktivitas tinggi pada umumnya mengikuti tiga prinsip, yaitu : Memperkecil volumenya dengan cara evaporasi, insenerasi,

kompaksi/ditekan. - Mengolah menjadi bentuk stabil (baik fisik maupun kimia) untuk memudahkan dalam transportasi dan penyimpanan. - Menyimpan limbah yang telah diolah, di tempat yang terisolasi. Pengolahan limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk memperkecil volume, kemudian dipadatkan dengan semen (sementasi) atau dengan gelas masif (vitrifikasi) di dalam wadah yang kedap air, tahan banting, misalnya terbuat dari beton bertulang atau dari baja tahan karat. Pengolahan limbah padat adalah dengan cara diperkecil volumenya melalui proses insenerasi/pembakaran, selanjutnya abunya disementasi.

Sedangkan limbah yang tidak dapat dibakar diperkecil volumenya dengan kompaksi/penekanan dan dipadatkan di dalam drum/beton dengan semen. Sedangkan limbah padat yang tidak dapat dibakar atau tidak dapat dikompaksi, harus dipotong-potong dan dimasukkan dalam beton kemudian dipadatkan dengan semen atau gelas masif. Selanjutnya limbah radioaktif yang telah diolah disimpan

secara sementara (10-50 tahun) digudang penyimpanan limbah yang kedap air sebelum disimpan secara lestari. Tempat penyimpanan lembah lestari dipilih di tempat/lokasi khusus, dengan kondisi geologi yang stabil dan secara ekonomi tidak bermanfaat. 6.1. Kesimpulan Pencemaran yang disebabkan oleh zat radioaktif terhadap lingkungan dapat dikatakan tidak ada, karena pada air laut atau sungai yang dipergunakan untuk membawa panas dari kondesnsor sama sekali tidak mengandung zat radioaktif, Gas radioaktif yang dapat keluar dari sistem reaktor tetap terkungkung di dalam sistem pengungkung PLTN dan sudah melalui sistem ventilasi dengan filter yang berlapis-lapis sehingga gas yang dilepas melalui cerobong aktivitasnya sangat kecil (sekitar 2 milicurie/tahun), sedangkan limbah padat yang dihasilkan dibakar ataupun disimpan secara lestari. 6.2. Saran Perlu dilakukan pengelolaan untuk mengatasi limbah radioaktif aktivitas limbah radioaktif yang lepas ke lingkungan sama dengan aktivitas zat radioaktif yang secara alamiah sudah ada pada lingkungan. Dengan cara itu faktor keselamatan manusia dan lingkungan tetap merupakan prioritas utama dalam pemanfaatn teknologi nuklir. 7. Daftar Pustaka Anonim, Pengenalan Pembangkit listrik Tenaga Nuklir (online), Diakses pada tanggal 18 September 2010. Anonim, Reaktor Nuklir (online), Diakses pada tanggal 18 September 2010. Wati, 2006, Limbah Radioaktif Padat Yang Ditimbulkan Dari Operasi Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Batan.

Anda mungkin juga menyukai