Anda di halaman 1dari 44

MENGHITUNG BESAR KEPINGAN SEL DARAH MERAH PADA MANUSIA

Sel darah merah


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sel darah merah manusia Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte)[1] adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paruparu dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.[2] Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel).

Eritrosit Vertebrata

Dari kiri ke kanan: eritrosit, trombosit, dan leukosit

Eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metalloprotein kompleks yang mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk

buangan seperti CO2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir keseluruhan molekul CO2 tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa oksigen di jaringan otot.[3] Warna dari eritrosit berasal dari gugus heme yang terdapat pada hemoglobin. Sedangkan cairan plasma darah sendiri berwarna kuning kecoklatan, tetapi eritrosit akan berubah warna tergantung pada kondisi hemoglobin. Ketika terikat pada oksigen, eritrosit akan berwarna merah terang dan ketika oksigen dilepas maka warna erirosit akan berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru-biruan pada pembuluh darah dan kulit. Metode tekanan oksimetri mendapat keuntungan dari perubahan warna ini dengan mengukur kejenuhan oksigen pada darah arterial dengan memakai teknik kolorimetri. Pengurangan jumlah oksigen yang membawa protein di beberapa sel tertentu (daripada larut dalam cairan tubuh) adalah satu tahap penting dalam evolusi makhluk hidup bertulang belakang (vertebratae). Proses ini menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang memiliki viskositas rendah, dengan kadar oksigen yang tinggi, dan difusi oksigen yang lebih baik dari sel darah ke jaringan tubuh. Ukuran eritrosit berbeda-beda pada tiap spesies vertebrata. Lebar eritrosit kurang lebih 25% lebih besar daripada diameter pembuluh kapiler dan telah disimpulkan bahwa hal ini meningkatkan pertukaran oksigen dari eritrosit dan jaringan tubuh.[4] Vertebrata yang diketahui tidak memiliki eritrosit adalah ikan dari familia Channichthyidae. Ikan dari familia Channichtyidae hidup di lingkungan air dingin yang mengandung kadar oksigen yang tinggi dan oksigen secara bebas terlarut dalam darah mereka..[5] Walaupun mereka tidak memakai hemoglobin lagi, sisa-sisa hemoglobin dapat ditemui di genom mereka.[6]
Nukleus

Pada mamalia, eritrosit dewasa tidak memiliki nukleus di dalamnya (disebut anukleat), kecuali pada hewan vertebrata non mamalia tertentu seperti salamander dari genus Batrachoseps.[7] Konsentransi asam askorbat di dalam sitoplasma eritrosit anukleat tidak berbeda dengan konsentrasi vitamin C yang terdapat di dalam plasma darah.[8] Hal ini berbeda dengan sel darah yang dilengkapi inti sel atau sel jaringan, sehingga memiliki konsentrasi asam askorbat yang jauh lebih tinggi di dalam sitoplasmanya. Rendahnya daya tampung eritrosit terhadap asam askorbat disebabkan karena sirnanya transporter SVCT2 ketika eritoblas mulai beranjak dewasa menjadi eritrosit. Meskipun demikian, eritrosit memiliki daya cerap yang tinggi terhadap DHA melalui transporter GLUT1 dan mereduksinya menjadi asam askorbat.
[sunting] Fungsi lain

Ketika eritrosit berada dalam tegangan di pembuluh yang sempit, eritrosit akan melepaskan ATP yang akan menyebabkan dinding jaringan untuk berelaksasi dan melebar.[9]

Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, yang juga berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah supaya darah menuju ke daerah tubuh yang kekurangan oksigen.[10] Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta membunuhnya.[11][12]

Eritrosit Mamalia
Pada awal pembentukannya, eritrosit mamalia memiliki nuklei, tapi nuklei tersebut akan perlahan-lahan menghilang karena tekanan saat eritrosit menjadi dewasa untuk memberikan ruangan kepada hemoglobin. Eritrosit mamalia juga kehilangan organel sel lainnya seperti mitokondria. Maka, eritrosit tidak pernah memakai oksigen yang mereka antarkan, tetapi cenderung menghasilkan pembawa energi ATP lewat proses fermentasi yang diadakan dengan proses glikolisis pada glukosa yang diikuti pembuatan asam laktat. Lebih lanjut lagi bahwa eritrosit tidak memiliki reseptor insulin dan pengambilan glukosa pada eritrosit tidak dikontrol oleh insulin. Karena tidak adanya nuklei dan organel lainnya, eritrosit dewasa tidak mengandung DNA dan tidak dapat mensintesa RNA, dan hal ini membuat eritrosit tidak bisa membelah atau memperbaiki diri mereka sendiri. Eritrosit mamalia berbentuk kepingan bikonkaf yang diratakan dan diberikan tekanan di bagian tengahnya, dengan bentuk seperti "barbel" jika dilihat secara melintang. Bentuk ini (setelah nuklei dan organelnya dihilangkan) akan mengoptimisasi sel dalam proses pertukaran oksigen dengan jaringan tubuh di sekitarnya. Bentuk sel sangat fleksibel sehingga muat ketika masuk ke dalam pembuluh kapiler yang kecil. Eritrosit biasanya berbentuk bundar, kecuali pada eritrosit di keluarga Camelidae (unta), yang berbentuk oval. Pada jaringan darah yang besar, eritrosit kadang-kadang muncul dalam tumpukan, tersusun bersampingan. Formasi ini biasa disebut roleaux formation, dan akan muncul lebih banyak ketika tingkat serum protein dinaikkan, seperti contoh ketika peradangan terjadi. Limpa berperan sebagai waduk eritrosit, tapi hal ini dibatasi dalam tubuh manusia. Di beberapa hewan mamalia, seperti anjing dan kuda, limpa mengurangi eritrosit dalam jumlah besar, yang akan dibuang pada keadaan bertekanan, dimana proses ini akan menghasilkan kapasitas transpor oksigen yang tinggi.

Eritrosit pada manusia


Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 m dan ketebalan 2 m, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. [13] Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 fL (9 femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme. Orang dewasa memiliki 23 1013 eritrosit setiap waktu (wanita memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah merah yang lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi

dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia. Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk mengantarkan lebih dari 98% oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut dalam plasma darah. Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram besi, mewakili sekitar 65% kandungan besi di dalam tubuh manusia.[14][15]
Daur hidup

Proses dimana eritrosit diproduksi dinamakan eritropoiesis. Secara terus-menerus, eritrosit diproduksi di sumsum tulang merah, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik (Pada embrio, hati berperan sebagai pusat produksi eritrosit utama). Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa oleh ginjal. Hormon ini sering digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari seluruh darah yang beredar. Eritrosit dikembangkan dari sel punca melalui retikulosit untuk mendewasakan eritrosit dalam waktu sekitar 7 hari dan eritrosit dewasa akan hidup selama 100-120 hari.
[sunting] Polimorfisme dan kelainan

Morfologi sel darah merah yang normal adalah bikonkaf. Cekungan (konkaf) pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin yang akan mengikat oksigen. Tetapi, polimorfisme yang mengakibatkan abnormalitas pada eritrosit dapat menyebabkan munculnya banyak penyakit. Umumnya, polimorfisme disebabkan oleh mutasi gen pengkode hemoglobin, gen pengkode protein transmembran, ataupun gen pengkode protein sitoskeleton. Polimorfisme yang mungkin terjadi antara lain adalah anemia sel sabit, Duffy negatif, Glucose-6-phosphatase deficiency (defisiensi G6PD), talasemia, kelainan glikoporin, dan South-East Asian Ovalocytosis (SAO).[16] http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_merah

http://www.scribd.com/doc/55620042/6/Sel-Darah-Merah-Manusia BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Hematologi adalah cabang kedokteran internal, fisiologi, patologi, pekerjaan laboratorium klinis, dan pediatri yang berkaitan dengan studi tentang darah, organ pembentuk darah, dan penyakit darah. Hematologi meliputi studi tentang etiologi, diagnosis, pengobatan, prognosis, dan pencegahan penyakit darah. Pekerjaan laboratology yang masuk ke studi tentang darah sering dilakukan oleh teknolog medis. Dokter ahli darah juga sangat sering melakukan studi lebih lanjut di onkologi-pengobatan medis kanker. Darah penyakit mempengaruhi produksi darah dan komponen-komponennya, seperti sel-sel darah, hemoglobin, protein darah, mekanisme koagulasi, dll. Dokter spesialis dalam hematologi dikenal sebagai Ahli Darah. pekerjaan rutin mereka terutama mencakup perawatan dan pengobatan pasien dengan penyakit hematologi, meskipun beberapa juga dapat bekerja di laboratorium hematologi darah dan melihat film slide sumsum tulang di bawah mikroskop, menafsirkan berbagai hasil tes hematologi. Di beberapa lembaga, Ahli Darah juga mengelola laboratorium hematologi. Dokter yang bekerja di laboratorium hematologi, dan paling sering mengelola mereka, adalah patolog spesialis dalam diagnosis penyakit hematologi, disebut sebagai hematopathologists. Ahli Darah dan hematopathologists umumnya bekerja bersama untuk merumuskan diagnosa dan memberikan terapi yang paling tepat jika diperlukan. Hematologi adalah subspesialisasi berbeda penyakit dalam, yang terpisah dari terapi tumpang tindih dengan subspesialisasi onkologi medis. Ahli Darah mungkin spesialisasi lebih lanjut atau memiliki kepentingan khusus, misalnya dalam: Mengobati gangguan perdarahan seperti hemofilia dan purpura idiopatik thrombocytopenic Mengobati malignacies hematologi seperti limfoma dan leukemia

Mengobati hemoglobinopathies

Dalam ilmu transfusi darah dan pekerjaan bank darah

Dalam sumsum tulang dan transplantasi sel induk

Setiap makhluk hidup memerlukan oksigen dan zat makanan serta mengeluarkan zat sisa metabolisme. Berbagai proses metobolisme menghasilkan sampah (sisa) yang harus dikeluarkan oleh tubuh. Peredaran materi, baik berupa bahan-bahan yang diperlukan tubuh seperti oksigen maupun hasil metabolisme dan sisa-sisanya dilakukan oleh sistem peredaran atau sistem sirkulasi. Hasil pencernaan makanan dan oksigen diangkut dan diedarkan keseluruh jaringan tubuh, sedangkan sisa-sisa metabolisme diangkut dari seluruh jaringan tubuh menuju organorgan pembuangan oleh darah. Darah adalah cairan berwarna merah yang terdapat di dalam pembuluh darah. Warna merah tersebut tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah karena pengaruh zat kandungannya, terutama kadar oksigen dan karbondioksida. Apabila kadar oksigen tinggi maka warna daranya menjadi merah muda, tetapi bila kadar karbondioksidanya tinggi maka warna darahnya menjadi merah tua. Volume darah pada manusia adalah 8% berat badannya.

1.2

Rumusan Masalah

1. Komposisi dan Struktur Sel Darah Manusia

2. Elemen Pembentuk Darah Manusia

3. Golongan Darah

4.

Hemostatis dan Pembekuan Darah

1.3

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan kami menyusun makalah IDK III ini adalah sebagai berikut: 1. Membahas mengenai materi tentang Hematologi

1.4

Sistematika Penulisan

a. Cover b. Kata Pengantar c. Daftar Isi d. Bab I Pendahuluan e. Bab II Pembahasan f. Bab III Penutup g. Daftar Pustaka

1.5

Metode Penulisan

Dalam menyusun resume ini kami menggunakan metode Kepustakaan. BAB II LANDASAN TEORI Darah berasal dari kata haima, yang berasal dari akar kata hemo atau hemato. Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah terdiri dari 45% korpuskula dan 55% plasma darah. Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas, serta PH 7,4 (7,35 - 7,45). Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata- rata, dan kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai dengan perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya. 2.1 Komposisi dan Struktur Sel Darah Manusia

Darah memiliki komposisi yang terdiri atas sekitar 55% cairan darah (plasma) dan 45% selsel darah. Elemen pembentuk darah meliputi tiga macam sel darah, yaitu sel darah merah

(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Ketiga sel-sel darah tersebut tergolong dalam unsur padat yang disebut korpuskuler. A. Plasma Darah 1. Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran kmpleks zat organik dan anorganik. a. Protein plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran kapiler untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein plasma yang utama yaitu: (1) Albumin adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55% sampai dengan

60%, tetapi ukurannya paling kecil. Albumin disintesis dalam hati dan bertanggung jawab untuk Tekanan Osmotik koloid darah. (a) Koloid adalah zat yang berdiameter 1nm sampai 100nm, sedangkan kristaloid adalah zat yang berdiameter kurang dari 1nm. Plasma mengandung koloid dan kristaloid. (b) Tekanan osmotik koloid (tekanan onkotik) ditentukan berdasarkan jumlah partikel koloid dalam larutan. Tekanan ini merupakan suatu ukuran daya tarik plasma terhadap difusi air dari cairan ekstraseluler yang melewati membran kapiler.

(2) Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. (a) Alfa dan beta globulin disintesis dihati, dengan fungsi utama sebagai molekul pembawa lipid, beberapa hormon, berbagai substrat, dan zat penting tubuh lainnya. (b) Gamma globulin (imunoglobulin) adalah antibodi. Ada 5 jenis imunoglobulin yang diproduksi jaringan limfoid dan berfungsi dalam imunitas. (3) Fibrinogen membentuk 4% protein plasma, disintesis dihati dan merupakan komponen essensial dalam mekanisme pembentukan darah.

b. Plasma juga mengandung nutrien, gas darah, elektrolit, mineral, hormon, vitamin dan zatzat sisa. (a) Nutrien meliputi asam amino, gula, dan lipid yang diabsorpsi dari

saluran pencernaan.

(b) Gas darah meliputi oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen.

(c) Elektrolit plasma meliputi ion natrium, kalium, magnesium, klorida, kalsium, bikarbonat, fosfat, dan ion sulfat.

Plasma darah Terdiri dari air dan protein darah Albumin, Globulin dan Fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah. Protein dalam serum inilah yang bertindak sebagai Antibodi terhadap adanya benda asing (Antigen). Zat antibodi adalah senyawa Gama Globulin. Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam. Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen Presipitin. Antibodi yang dapat menguraikan antigen Lisin. Antibodi yang dapat menawarkan racun Antitoksin.

Contohnya adalah sifat golongan darah (Blood Groups). Yang umum adalah penentuan cara ABO (ABO System) oleh Landsteiner. Aglutinogen = antigen; aglutinin = antibodi

Jika aglutinogen dan aglutinin yang sesuai bercampur Reaksi Aglutinasi.

Donor Universal golongan darah yang dapat memberikan darahnya pada semua jenis golongan darah yang lain Golongan Darah O.

Resipien Universal golongan darah yang dapat memberikan darah dari semua jcnis golongan darah yang lain Golongan Darah AB. Sistem golongan darah yang lain adalah Sistem Rhesus yang dikemukakan oleh

Landsteiner.

Nama Rhesus diambil dari sejenis kera Macacca rhesus (di India). Prinsipnya adalah terdapatnya antibodi terhadap antigen D (anti-D). Sistem rhesus mengenal dua jenis golongan darah yaitu: 1. Rhesus POSITIF 2. Rhesus NEGATIF (diturunkan secara genetis, Rh+ dominan terhadap Rh-) Eritroblastosis Foetalis adalah kelainan pada bayi di mana telah terjadi ketidaksesuaian faktor rhesus (bayi Rh + dan ibu Rh -). Gejala penyakit ini adalah Ikterik ditemukan oleh Levine. Pertolongan pada bayi tersebut adalah dengan cara Transfusi Eksanguinasi (Exchange Transfussion). Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan, merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan sel pembeku darah juga sebagai media transportasi bahan organik dan anorganik dari suatu jaringan atau organ. Pada penyakit ginjal plasma albumin turun sehingga terdapat kebocoran albumin yang besar melalui glomerulus ginjal. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, di samping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya. Fungsi Darah 1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air) Sebagai alat pengangkut yaitu: Mengambil oksigen/ zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh. Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan/ alat tubuh. Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit. 2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh) Menyebarkan panas keseluruh tubuh. 3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh)

Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi/ zatzat anti racun. 4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator) Zat-zat yang diangkut oleh darah diantaranya: a. Zat makanan seperti: Glukosa, asam lemak dan vitamin b. Hasil-hasil metabolisme c. Gas-gas pernafasan d. Hormon Komposisi Darah dan Fungsinya : Plasma 55% Jenis & Sel-sel darah

Kandungan

Fungsi utama

Air

Pelarut bagi zat-zat lain

jumlah/

mm3 Sel darah merah (4,5 sampai

5 juta)

Fungsi utama

Mengangkut O2 dan CO2 (pertukaran gas) Garam

Sodium Kalium Kalsium Magnesium Klorida Mempertahankan tekanan osmotik Mempertahankan PH dan regulasi Permeabilitas membrane mempertahankan

tekanan osmotik dan

Sel

darah putih (5000

10.000)

Pertahanan tubuh Plasma protein

dan kekebalan

Albumin Imunoglobulin Fibrinogen

PH

proses pembekuan darah pertahanan tubuh

(antibodi) Keping

darah

(250.000

400.000)

Pembekuan darah

a. Plasma Darah

Sekitar 91% plasma darah terdiri atas air. Selebihnya adalah zat terlarut yang terdiri dari protein plasma (albumin, protrombin, fibrinogen, dan antibodi), garam mineral, dan zat-zat yang diangkut darah (zat makanan, sisa metabolisme gas-gas, dan hormon). Fibrinogen yang ada dalam plasma darah merupakan bahan penting untuk pembekuan darah jika terjadi luka.

b. Sel-Sel Darah

Sel-sel darah pada manusia, terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Dalam sel-sel darah, kandungan sel darah putih dan keping darah sebanyak 1%, sedangkan sel darah merah sebanyak 99%.

B. Kandungan Darah

Kandungan dalam darah:

6 Air: 91%

Protein: 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinigen)

Mineral: 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium, kalsium, dan zat besi).

Bahan organik: 0,1% (glukosa, lemak asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino). 2.2 Sel-sel Darah

B. Elemen Pembentuk Darah

1) Sel Darah Merah (Eritrosit)

Darah berwarna merah karena adanya sel-sel darah merah. Sel darah merah berbentuk bulat gepeng yang kedua permukaannya cekung. Sel darah merah tidak memiliki inti sel dan mengandung hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan protein yang mengandung zat besi. Fungsi hemoglobin adalah untuk mengikat oksigen dan karbondioksida dalam darah. Hemoglobin berwarna merah, karena itu sel darah merah berwarna merah. Jumlah sel darah merah yang normal kurang lebih adalah 5 juta sel/mm3 darah. Sel darah merah dibentuk pada tulang pipih di sumsum tulang dan dapat hidup hingga 120 hari. Jika sel darah merah rusak atau sudah tua maka sel ini akan dirombak dalam limfa. Hemoglobin dari sel darah merah yang dirombak akan terlepas dan dibawa ke dalam hati untuk dijadikan zat warna empedu. Sel darah merah baru akan dibentuk kembali dengan bahan zat besi yang berasal dari hemoglobin yang terlepas. Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya dan berdiameter 7,65 m Erirosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas yang tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler (pembuluh darah terkecil). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin sejenis pigmen pernafasan yang mengikat oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga volume sel. (1) Struktur kimia hemoglobin

a. Hemoglobin adalah molekul yang tersusun dari suatu protein, globin. Globin terdiri dari 4 rantai polipeptida yang melekat pada 4 gugus hem yang mengandung zat besi. Hem berperan dalam pewarnaan darah. b. Pada hemoglobin orang dewasa (HgA), rantai polipeptidanya terdiri dari 2

rantai alfa dan 2 rantai beta yang identik. Masing-masing membawa gugus hemnya.

c. Hemoglobin janin (Hgf) terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai ngamma. HgF

memiliki afinitas yang sangat besar terhadap oksigen dibandingkan HgA. (2) hemoglobin

Fungsi

Jika hemoglobin terpajan oksigen, maka molekul oksigen akan bergabung dengan rantai alfa dan beta, untuk membentuk oksihemoglobin. (a) Oksihemoglobin berwarna merah terang. Jika oksigen dilepas ke jaringan, maka hemoglobinnya disebut deoksihemoglobin atau hemoglobin tereduksi. Hemoglobin ini terlihat lebih gelap atau bahkan kebiruan, saat vena terlihat dari permukaan kulit. (b) Setiap gram HgA membawa 1,3ml oksigen. Sekitar 97% oksigen dalam darah yang dibawa dari paru-paru bergabung dengan hemoglobin, sisanya yang 3% larut dalam plasma. Hemoglobin berikatan dengan karbondioksida dibagian asam amino pada globin. Karbaminohemoglobin yang terbentuk hanya memakai 20% karbondioksida yang terkandung dalam darah, 80% sisanya dibawa dalam bentuk ion bikarbonat. 1. Jumlah a. Jumlah sel darah merah pada laki-laki sehat berukuran rata-rata adalah

4,2 sampai 5,5 juta sel permilimeter kubik (mm3). Pada perempuan sehat rat-rata, jumlah sel darah merahnya antara 3,2 sampai 5,2 juta sel per mm3. b. Hematokrit adalah persentase volume darah total yang mengandung eritrosit. Persentase ini ditentukan dengan melakukan sentrifugasi sebuah sampel darah dalam tabung khusus dan mengukur kerapatan sel pada bagian dasar tabung. (a) Hematokrit pada laki-laki berkisar antara 42% sampai 54% dan pada perempuan 38% samapai 48%. (b) Hematokrit dapat bertambah atau berkurang, bergantung pada jumlah eritrosit atau faktorfaktor yang mempengaruhi volume darah, seperti asupan cairan atau air yang hilang. (c) Kecepatan sedimentasi adalah kecepatan sel darah merah untuk sampai kedasar tabung tanpa melalui sentrifugasi. 2. Fungsi

a. Sel-sel darah merah menstransfor oksigen keseluruh jaringan melalui pengikatan hemoglobin terhadap oksigen.

b. Hemoglobin sel darh merah berikatan dengan karbon dioksida untuk ditransfor ke paruparu, tetapi sebagian besar karbon dioksida yang dibawa plasma berada dalam bentuk ion bikarbonat. Suatu enzim (karbonat anhidrase) dalam eritrosit memungkinkan sel darah merah bereaksi dengan karbon dioksida untuk membentuk ion bikarbonat. Ion bikarbonat berdifusi keluar dari sel darah merah dan masuk ke dalam plasma.

c. Sel darah merah berperan penting dalam pengaturan PH darah karena ion bikarbonat dan hemoglobin merupakan buffer asam-basa. 3. Pengaturan produksi sel darah merah

a. Produksi eritrosit diatur eritropoietin, suatu hormon glikoprotein yang diproduksi terutama oleh ginjal. Kecepatan produksi eritropoietin berbanding terbalik dengan persediaan oksigen dalam jaringan. b. Faktor apapun yang menyebabkan jarinagan menerima volume oksigen yang kurang (anoksia) akan mengakibatkan peningkatan produksi eritropoietin, sehingga semakin menstimulasi produksi sel darah merah. Sebagai berikut : (1) Kehilangan darah akibat hemoragi mengakibatkan peningkatan produksi sel darh merah. (2) Tinggal didataran tinggi dengan kandungan oksigen yang rendah dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan peningkatan produksi sel dara merah. (3) Gagal jantung, yang mengurangi darah ke jaringan, atau penyakit paru, yang mengurangi volume oksigen yang diabsorpsi darah, mengakibatkan peningkatan produksi sel darh merah. c. Hormon lain, seperti kortison, hormon tiroid, dan hormon pertumbuhan, juga mempengaruhi produksi sel darh merah. 4. Faktor diet esensial untuk produksi sel darah merah

a. Zat besi penting untuk sintesis hemoglobin oleh eritrosit. Zat ini diabsorpsi dari makanan sehari-hari dan disimpan diberbagai jaringan, terutama dihati. b. Tembaga merupakan bagian esensial dari protein yang diperlukan untuk

mengubah besi feri (Fe3=-) menjadi besi fero (Fe2=).

c. Vitamin tertentu, seperti asam folat, vitamin c, dan vitamin B12+, berperan penting dalam pertumbuhan normal dan pematangan sel darah merah. (1) Vitamin B12+ tidak dapat disintesis dalam tubuh dan harus didapat dari

makanan. Agar vitamin B12 tidak dapat diabsorpsi dari saluran pencernaan, lapisan lambung harus memproduksi faktor instrinsik. (2) Jika faktor instrinsik tidak ada, maka vitamin B12 tidak dapat diabsorpsi,

sel darah merah tidak matang dengan sempurna, dan mengakibatkan anemia pernicious

(defisiensi sel darah merah), injeksi vitamin B12 digunakan untuk pengobatan.

5. Umur dan destruksi eritrosit

a. Sel darah merah biasanya bersikulasi selama 120 hari sebelum menjadi rapuh dan mudah pecah. Walaupun sel darah merah matang tidak memiliki nuklei, mitokondria ataupun retikulum endoplasma, enzim sitoplasmanya mampu memproduksi ATP untuk waktu yang terbatas ini. b. Fragmen sel darah merah yang rusak atau terdisintegrasi akan mengalami fagositosis oleh makrofag dalam limpa, hati, sumsum tulang, dan jaringan tubuh lain. (1) Globin (bagian protein) HgA terdegradasi menjadi asam amino, yang kemudian akan diperbaharui untuk sintetis protein selular. (2) Hem (bagian yang mengandung zat besi) diubah menjadi Biliverdin (pigmen hijau) dan kemudian menjadi bilirubin (pigmen kuning), yang dilepas kedalam plasma. Bilirubin diserap hati dan disekresi dalam empedu. (3) Sebagian besar Zat besi yang dilepas oleh Hem akan diambil untuk diperbaharui dalam proses sintesis HgA selanjutnya. 6. Pertimbangan klinis

a. Anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah sel darh merah cept normal

tetapi jumlah hemoglobinnya subnormal. Karena kemampuan darh untuk membawa oksigen berkurang. Maka individu akan terliht pucat atau kurang tenaga. Berikut merupakan beberapa jenis anemia : (1) Anemia hemografi terjadi akibat kehilangan darh akut. Sumsum tulang secara bertahap akan memproduksi sel darh merah baru untuk kembali ke kondisi normal.

(2) Anemia defisiensi zat besi terjadi akibat penurunan asupan makanan, penurunan daya absorpsi, atau kehilangan zat besi secara berlebihan. (3) Anemia aplastik (sumsum tulang tidak aktif), ditandai dengan penurunan sel darah merah secara besar-besaran. Hal ini dapat terjadi karena pajanan radiasi yang berlebihan, keracunan zat kimia atau kanker. (4) Anemia pernicious karena tidak ada vitamin B12. (5) Anemia sel sabit (sickle cel anemia) adalah penyakit keturunan diman molekul hemoglobin yang berbeda dari hemoglobin normalnya karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya, sel darah merah terdistorsi menjadi berbentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang rendah. Sel-sel terdistorsi ini menutup kapiler dan mengganggu aliran darah. b. Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi, yang mengakibatkan peningkatan viskositas dan volume darah. Aliran darah yang mengalir melalui pembuluh darah terhalang dan aliran kapiler dapat tertutup. a. Polisitemia kompensatori (sekunder) dapat terjadi akibat hipoksida

(kekurangan oksigen) karena hal berikut: (1) kediaman permanen didataran tinggi (2) aktivitas fisik berkepanjangan (3) penyakit paru atau penyakit jantung. Polisitemia vera adalah gangguan pada sumsum tulang Eritrosit (Sel Darah Merah) Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Berbentuk Bikonkaf, warna merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen. Kadar 1 Hb inilah yang dijadikan patokan dalain menentukan penyakit Anemia. Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa 4. Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu).

Sel darah merah (Eritrosit) Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat bergerak. Banyaknya kirakira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2 juta). Warnanya kuning kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung oksigen. Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen dari paruparu untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paruparu. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut oksihemoglobin (Hb + oksigen 4 Hb-oksigen) jadi oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepaskan: Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya. Hb tadi akan bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut karbon dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hb-karbon dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru. Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang merah, limpa dan hati. Proses pembentukannya dalam sumsum tulang melalui beberapa tahap. Mula-mula besar dan berisi nukleus dan tidak berisi hemoglobin kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan siap diedarkan dalam sirkulasi darah yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama kebih kurang 114 - 115 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang mengandung Fe yang berguna untuk membuat eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat didalam eritrisit yang berguna untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida. Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5 15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehingga diperlukan diit seimbang zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit terganggu. Sel Darah Merah Sel Darah Merah Manusia

Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paruparu dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa

Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel)

Eritrosit Vertebrata Dari kiri ke kanan: eritrosit, trombosit, dan leukosit

Eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metalloprotein kompleks yang mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk buangan seperti CO2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir keseluruhan molekul CO2 tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa oksigen di jaringan otot. Warna dari eritrosit berasal dari gugus heme yang terdapat pada hemoglobin. Sedangkan cairan plasma darah sendiri berwarna kuning kecoklatan, tetapi eritrosit akan berubah warna tergantung pada kondisi hemoglobin. Ketika terikat pada oksigen, eritrosit akan berwarna merah terang dan ketika oksigen dilepas maka warna erirosit akan berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru-biruan pada pembuluh darah dan kulit. Metode tekanan oksimetri mendapat keuntungan dari perubahan warna ini dengan mengukur kejenuhan oksigen pada darah arterial dengan memakai teknik kolorimetri. Pengurangan jumlah oksigen yang membawa protein di beberapa sel tertentu (daripada larut dalam cairan tubuh) adalah satu tahap penting dalam evolusi makhluk hidup bertulang belakang (vertebratae). Proses ini menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang memiliki viskositas rendah, dengan kadar oksigen yang tinggi, dan difusi oksigen yang lebih baik dari sel darah ke jaringan tubuh. Ukuran eritrosit berbeda-beda pada tiap spesies vertebrata. Lebar eritrosit kurang lebih 25% lebih besar daripada diameter pembuluh kapiler dan telah disimpulkan bahwa hal ini meningkatkan pertukaran oksigen dari eritrosit dan jaringan tubuh. Vertebrata yang diketahui tidak memiliki eritrosit adalah ikan dari familia Channichthyidae. Ikan dari familia Channichtyidae hidup di lingkungan air dingin yang mengandung kadar oksigen yang tinggi dan oksigen secara bebas terlarut dalam darah mereka. Walaupun mereka tidak memakai hemoglobin lagi, sisa-sisa hemoglobin dapat ditemui di genom mereka. Nukleus Pada mamalia, eritrosit dewasa tidak memiliki nukleus di dalamnya (disebut anukleat), kecuali pada hewan vertebrata non mamalia tertentu seperti salamander dari genus Batrachoseps. Konsentransi asam askorbat di dalam sitoplasma eritrosit anukleat tidak berbeda dengan konsentrasi vitamin C yang terdapat di dalam plasma darah.[8] Hal ini berbeda dengan sel darah yang dilengkapi inti sel atau sel jaringan, sehingga memiliki konsentrasi asam askorbat yang jauh lebih tinggi di dalam sitoplasmanya. Rendahnya daya tampung eritrosit terhadap asam askorbat disebabkan karena sirnanya transporter SVCT2 ketika eritoblas mulai beranjak dewasa menjadi eritrosit. Meskipun

demikian, eritrosit memiliki daya cerap yang tinggi terhadap DHA melalui transporter GLUT1 dan mereduksinya menjadi asam askorbat.

Fungsi lain Ketika eritrosit berada dalam tegangan di pembuluh yang sempit, eritrosit akan melepaskan ATP yang akan menyebabkan dinding jaringan untuk berelaksasi dan melebar. Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, yang juga berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah supaya darah menuju ke daerah tubuh yang kekurangan oksigen. Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta membunuhnya.

Eritrosit Mamalia Pada awal pembentukannya, eritrosit mamalia memiliki nuklei, tapi nuklei tersebut akan perlahan-lahan menghilang karena tekanan saat eritrosit menjadi dewasa untuk memberikan ruangan kepada hemoglobin. Eritrosit mamalia juga kehilangan organel sel lainnya seperti mitokondria. Maka, eritrosit tidak pernah memakai oksigen yang mereka antarkan, tetapi cenderung menghasilkan pembawa energi ATP lewat proses fermentasi yang diadakan dengan proses glikolisis pada glukosa yang diikuti pembuatan asam laktat. Lebih lanjut lagi bahwa eritrosit tidak memiliki reseptor insulin dan pengambilan glukosa pada eritrosit tidak dikontrol oleh insulin. Karena tidak adanya nuklei dan organel lainnya, eritrosit dewasa tidak mengandung DNA dan tidak dapat mensintesa RNA, dan hal ini membuat eritrosit tidak bisa membelah atau memperbaiki diri mereka sendiri. Eritrosit mamalia berbentuk kepingan bikonkaf yang diratakan dan diberikan tekanan di bagian tengahnya, dengan bentuk seperti "barbel" jika dilihat secara melintang. Bentuk ini (setelah nuklei dan organelnya dihilangkan) akan mengoptimisasi sel dalam proses pertukaran oksigen dengan jaringan tubuh di sekitarnya. Bentuk sel sangat fleksibel sehingga muat ketika masuk ke dalam pembuluh kapiler yang kecil. Eritrosit biasanya berbentuk bundar, kecuali pada eritrosit di keluarga Camelidae (unta), yang berbentuk oval. Pada jaringan darah yang besar, eritrosit kadang-kadang muncul dalam tumpukan, tersusun bersampingan. Formasi ini biasa disebut roleaux formation, dan akan muncul lebih banyak ketika tingkat serum protein dinaikkan, seperti contoh ketika peradangan terjadi. Limpa berperan sebagai waduk eritrosit, tapi hal ini dibatasi dalam tubuh manusia. Di beberapa hewan mamalia, seperti anjing dan kuda, limpa mengurangi eritrosit dalam jumlah besar, yang akan dibuang pada keadaan bertekanan, dimana proses ini akan menghasilkan kapasitas transpor oksigen yang tinggi.

Eritrosit pada manusia Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 m dan ketebalan 2 m, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. [13] Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 fL (9 femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme. Orang dewasa memiliki 23 1013 eritrosit setiap waktu (wanita memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah merah yang lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia. Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk mengantarkan lebih dari 98% oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut dalam plasma darah. Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram besi, mewakili sekitar 65% kandungan besi di dalam tubuh manusia.

Daur Hidup Proses dimana eritrosit diproduksi dinamakan eritropoiesis. Secara terus- menerus, eritrosit diproduksi di sumsum tulang merah, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik (Pada embrio, hati berperan sebagai pusat produksi eritrosit utama). Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa oleh ginjal. Hormon ini sering digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari seluruh darah yang beredar. Eritrosit dikembangkan dari sel punca melalui retikulosit untuk mendewasakan eritrosit dalam waktu sekitar 7 hari dan eritrosit dewasa akan hidup selama 100-120 hari. Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.

Penyebab Anemia

Penyebab umum dari anemia:

o Perdarahan hebat o Akut (mendadak) o Kecelakaan o Pembedahan

o Persalinan

o Pecah pembuluh darah

o Kronik (menahun) o Perdarahan hidung o Wasir (hemoroid) o Ulkus peptikum

o Kanker atau polip di saluran pencernaan

o Tumor ginjal atau kandung kemih

o Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

Berkurangnya pembentukan sel darah merah

o Kekurangan zat besi

o Kekurangan vitamin B12

o Kekurangan asam folat

o Kekurangan vitamin C

o Penyakit kronik

o Meningkatnya penghancuran sel darah merah

o Pembesaran limpa o Kerusakan mekanik pada sel darah merah

o Reaksi autoimun terhadap sel darah merah:

o Kekurangan G6PD

o Penyakit sel sabit

o Penyakit hemoglobin C

o Penyakit hemoglobin S-C

o Penyakit hemoglobin E

o Thalasemia

Gejala Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.

Diagnosa Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Persentase sel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).

POLISITEMIA Polisitemia adalah peningkatan sel darah merah dalam sirkulasi, yang mengakibatkan peningkatan viskositas dan volume darah. Aliran darah yang mengalir melalui pembuluh darah terhalang dan aliran kapilar dapat tertutup. 1). Polisitemia kompensatori (sekunder) dapat terjadi akibat hipoksia (kekurangan oksigen) karena hal berikut ini: (a) kediaman permanen dataran tinggi (b) aktifitas fifik berkepanjangan (c) penyakit paru atau penyakit jantung 2). Polisitemia Vera adalah gangguan pada sum-sum tulang

2) Sel Darah Putih (Leukosit) Sel darah putih sesungguhnya tidaklah berwarna putih, tetapi jernih. Disebut sel darah putih untuk membedakannya dari sel darah merah yang berwarna merah. Sel darah putih bentuknya tidak teratur atau tidak tetap. Tidak seperti sel darah merah yang selalu berada di dalam pembuluh darah, sel darah putih dapat keluar dari pembuluh darah. Kemampuan untuk bergerak bebas diperlukan sel darah putih agar dapat menjalankan fungsinya untuk menjaga tubuh. Sel darah putih memiliki inti sel tetapi tidak berwarna atau tidak memiliki pigmen. Berdasarkan zat warna yang diserapnya dan bentuk intinya sel darah putih dibagi menjadi lima jenis, yaitu basofil, neutrofil, monosit, eosinofil, dan limfosit. Secara normal jumlah sel darah putih pada tubuh kita adalah kurang lebih

8.000 pada tiap 1 mm3 darah. Sel darah putih hanya hidup sekitar 12-13 hari. Fungsi sel darah putih sebagai pertahanan tubuh dari serangan penyakit. Jika tubuh terluka dan ada kuman yang masuk, sel-sel darah putih akan menyerang atau memakan kuman-kuman tersebut. Ibarat sebuah negara, sel darah putih adalah pasukan tempur. Jika seseorang diserang penyakit, tubuh akan memproduksi lebih banyak sel-sel darah putih untuk melawan bibit penyakit tersebut. Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 9000 sel/cc darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh. Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi misalnya radang paru-paru. Lekopeni adalah berkurangnya jumlah lekosit sampai di bawah 6000 sel/cc darah. Lekositosis adalah bertambahnya jumlah lekosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah). Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman jauh di luar pembuluh darah. Kemampuan lekosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk mencapai daerah tertentu disebut Diapedesis. Gerakan lekosit mirip dengan amoeba Gerak Amuboid. Jenis Leukosit

1. Granulosit Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar

(granula). Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil.

2. Agranulosit Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granola. Jenisnya adalah limfosit dan monosit. 3. Eosinofil mengandung granola berwama merah (Warna Eosin) disebut juga

Asidofil. Berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing).

4. Basofil mengandung granula berwarna biru (Warna Basa). Berfungsi pada reaksi alergi. 5. Netrofil (ada dua jenis sel yaitu Netrofil Batang dan Netrofil Segmen). Disebut juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear). Berfungsi sebagai fagosit. 6. Limfosit (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B). Keduanya berfungsi untuk menyelenggarakan imunitas (kekebalan) tubuh. Sel T4 imunitas seluler sel B4 imunitas humoral. 7. Monosit merupakan lekosit dengan ukuran paling besar

1. Karakteristik :

a. Jumlah 1. Rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar daripada sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. 2. Dalam setiap millimeter kubik darah terdapat 6.000 10.000 (rata

rata 8.000) sel darah putih.

3. Infeksi atau kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total leukosit. b. Fungsi

Granulosit dan monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme. Dengan kemampuannya sebagai fagosit, kedua sel darah itu memakan

bakteri bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10 20 mikroorganisme tertelan sebutir granulosit. Pada waktu menjalankan fungsi ini, sel darah itu disebut fagosit. Dengan kekuatan gerakan amuboidnya, sel darah itu dapat bergerak bebas di dalam dan dapat keluar pembuluh darah serta berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. Dengan cara ini sel darah dapat: Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera, Menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran - kotoran, serpihan kayu, benang jahitan (catgut), dan sebagainya, dengan cara yang sama, dan sebagai tambahan granulosit memiliki enzim yang dapat memcah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan, dan membuangnya. Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhan dimungkinkan. Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan hampir 75 % dari seluruh

jumlah sel darah putih. Granulosit terbentuk dalam sumsum merah tulang. Sel itu berisi sebuah nucleus yang berbelah benyak dan protoplasmanya berbulir, sehingga disebut sel berbulir atau granulosit. Kekurangan granulosit disebut granulositopenia. Tidak adanya granulosit disebut agranulositosis, yang dapat timbul setelah makan obat tertentu, termasuk juga beberapa antibiotika. Oleh karena itu, apabila makan obat - obat tersebut, pemeriksaan darah sebaiknya sering dilakukan untuk mengetahui keadaan ini seawal mungkin. Sebagian besar aktivitas leukosit berlangsung dalam jaringan dan bukan dalam aliran darah. 2. Klasifikasi Leukosit a. Granulosit (Neutrofil, eusinofil, dan basofil, berdasarkan warna granula sitoplasmanya saat dilakukan pewarnaan dengan zat warna darah wright 1. Neutrofil mencapai 60 % dari jumlah sel darah putih Struktur. Neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki 3 5 lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis. Diameternya mencapai 9 12 m. Fungsi. Neutrofil sangat fagositik dan sangat aktif. Sel sel ini sampai di jaringan terinfeksi untuk menyerang, menghancurkan bakteri, virus, atau agen penyebab cedera lainnya. 2. Eosinofil mencapai 1 3 % jumlah sel darah putih.

Struktur. Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan pewarnaan orange kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus 2, dan berdiameter 12 15 m. Fungsi.

- Eosinofil adalah fagosit lemah. Jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang selama stress berkepanjangan. - Sel ini berfungsi dalam detoksitasi histamin yang diproduksi sel mast dan jaringan yang cedera saat implamasi berlangsung - Eosinofil mengandung feroksidase dan fosfatase, yaitu enzim yang mampu menguraikan protein. Enzim ini mungkin terlibat dalam detoksifikasi bakteri dan pemindahan kompleks antigen antibody, tetapi fungsi pastinya belum diketahui. 3. Basofil mencapai kurang dari 1 % jumlah leukosit.

a. Struktur. Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan dan akan bewarna keunguan sampai hitam serta memperlihatkan nukleus berbentuk S. Diameternya sekitar 12 - 15 m. b. Fungsi. Basofil menyerupai fungsi sel mast. Ini mengandung histamin, mungkin untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera dan juga antikoagulan heparin, mungkin untuk membantu mencegah penggumpalan darah intravaskular. Fungsi sebenarnya belum diketahui. b. Agranulosit adalah leukosit tanpa granula sitoplasma yaitu limfosit dan monosit. 1. Limfosit mencapai 30 % jumlah total leukosit dalam darah sebagian besar limfosit dalam tubuh ditemukan di jaringan limfatik. Rentang hidupnya dapat mencapai beberapa tahun. Struktur. Limfosit mengandung nukleus bulat berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma. Ukurannya bervariasi : ukuran terkecil 5- 8 ukuran terbesar 15 m Asal dan Fungsi. Limfosit berasal dari sel sel batang, sumsum tulang merah, tetapi melanjutkan diferensiasi dan proliferasinya dalam organ lain. Sel ini berfungsi dalam reaksi imulogis. 2. Monosit mencapai 3-8% jumlah total leukosit. Struktur. Monosit adalah sel darah terbesar diameternya rata-rata berukuran 12-18 m. Nukleusnya besar, berbentuk seperti telur atau seperti ginjal, yang dikelilingi sitoplasma berwarna biru keabuan pucat.

Fungsi. Monosit sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini bermigrasi melalui pemuluh darah. Jika monosit telah meninggalkan aliran darah, maka sel ini menjadi histiosit jaringan (makrofag tetap). 3. Pertimbangan klinis a. Leukimia adalah sejenis kanker yang ditandai dengan ploriferasi sel darah putih yang tidak terkendali. Jenis leukemia ditentukan berdasarkan jenis sel yang dominan, seperti mielositik (granulosit), limfositik, atau leukemia monositik, dan berdasarkan durasi penyakit dari awitannya, seperti leukemia kronik atau akut. b. Mononukleosis infeksius, disebabkan oleh virus Epstein-Barr, yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah limfosit dan ketidakseimbangan jumlah sel yang abnormal dan tidak matang. c. Acquired immunae deficiency syndrome (AIDS), disebabkan human immunodeficiency virus (HIV), merusak system kekebalan tubuh dengan cara menyerang rangkaian limfosit tertentu yang disebut sel T.

1.Karakteristik a. Jumlah 1. Normal sel darah putih adalah 7000 sampai 9000 per mm3 2. Infeksi atau kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total

Leukosit b. Fungsi 1. Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh tehadap invasi benda asing, termasuk bakteri dan virus 2. Sebagian besar aktivitas leukosit berlangsung dalam jaringan dan bukan dalam aliran darah. c. Diapedesis. Leukosit mempunyai sifat biapedesis, yaitu kemampuan untuk menembus pori- pori membran kapilar dan masuk kedalam jaringan. d.Gerakan Amuboid. Leukosit bergerak sendiri dengan gerakan Amuboid (gerakan seperti gerakan amoeba). beberapa sel mampu bergerak tiga kali panjang tubuhnya dan 1 menit. e.Kemampuan Kemotaksis. Pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak menyebabkan leukosit bergerak mendekati (Kemotaksis positif) atau menjauhi (Kemotaksis negative) sumber zat.

f. Fagositosis.

Semua leukosit adalah fagositik, tetapi kemampuan ini lebih berkembang pada neutrofil dan monosit. g. Rentang kehidupan.

Setelah diproduksi di sumsum tulang, leukosit bertahan kurang lebih 1 hari dalam sirkulasi sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama beberapa hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan, tergantung jenis leukositnya. Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan sifat eritrosit apabila kita lihat di bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam- macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6000-9000. Fungsinya sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat pembiakannya didalam limpa dan kelenjar limfe; sebagai pengangkut yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah. Sel leukosit disamping berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10000/mm3 disebut leukositosis dan kurang dari 6000 disebut leukopenia.

Macam-macam leukosit meliputi: a. Agranulosit Sel leukosit yang tidak mempunyai granula didalamnya, yang terdiri dari: Limposit, macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat glandula dan intinya besar, banyaknya kira- kira 20%-15% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jarigan tubuh. Monosit. Terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%. Dibawah mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warna biru abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya bulat dan panjang, warnanya lembayung muda. b. Granulosit

Disebut juga leukosit granular terdiri dari: - Neutrofil Atau disebut juga polimorfonuklear leukosit, mempunyai inti sel yang kadang- kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus / glandula, banyaknya 60%-50%. - Eusinofil Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil tetapi granula dan sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 24%. - Basofil Sel ini kecil dari eusinofil tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Banyaknya setengah bagian dari sumsum merah, fungsinya tidak diketahui.

3) Keping Darah (Trombosit) Keping darah berbentuk bulat atau lonjong. Ukuran keping darah lebih kecil daripada sel darah merah. Jumlahnya kurang lebih 300.000 pada tiap 1 mm3 darah. Keping darah hidupnya singkat, hanya 8 hari. Keping darah berfungsi pada proses pembekuan darah. Saat terjadi luka, darah keluar melalui luka tersebut. Keping darah menyentuh permukaan luka, lalu pecah dan mengeluarkan trombokinase. Plasma darah yang mengandung zat untuk proses pembekuan darah, yaitu protrombin dan fibrinogen. Trombokinase dibantu dengan ion kalsium akan mengubah protrombin menjadi trombin. Trombin diperlukan untuk mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin. Luka akan ditutup oleh benang fibrin yang berupa benang-benang halus, sehingga darah berhenti keluar. Trombosit disebut pula sel darah pembeku. Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 500.000 sel/cc. Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor) Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita Hemofili. Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacammacam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya putih, normal pada orang dewasa 200.000300.000/mm3. Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan yang terus- menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. ketika kita luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan

mengeluarkan zat yang dinamakan trombokinase. Trombokinasi ini akan bertemu dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin di buat didalam hati dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K, dengan demikian vitamin K penting untuk pembekuan darah. Keping darah (trombosit) berjumlah 250.000 sampai 400.000 per mm. Bagian ini merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari megakariosit raksasa multinukleus dalam sumsum tulang. Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses koagulasi darah. Trombosit berfungsi dalam hemostatis (penghentian perdarahan) dan perbagian pembuluh darah yang robek. Mekanisme homeostatis dan pembekuan darah melibatkan suatu rangkaian proses yang cepat.

Vasokonstriksi Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi yang rusak melepas serotonin dan tromboksan A (prostaglandin), yang menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah berkonstriksi. Hal ini pada awalnya akan mengurangi darah yang hilang. Plug Trombosit Trombosit membengkak, menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk plug trombosit. Trombosit melepas ADP untuk mengaktivasi trombosit lain, sehingga mengakibatkan agregasi trombosit untuk memperkuat plug. Jika kerusakan pembuluh darah sedikit, maka plug trombosit mampu menghentikan perdarahan. Jika kerusakannya besar, maka plug trombosit dapat mengurangi perdarahan, sampai proses pembekuan terbentuk.

2.3

Pembentukan Bekuan Darah

Mekanisme ekstrinsik pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal pembuluh darah itu sendiri. Tromboplastin (membran lipoprotein) yang dilepas oleh sel-sel jaringan yang rusak mengaktivasi protrombin (protein plasma) dengan bantuan ion kalsium untuk membentuk thrombin. Trombin mengubah fibrinogen yang dapat larut, menjadi fibrin yang tidak dapat larut. Benang-benang fibrin membentuk bekuan, atau jarring-jaring fibrin, yang menangkap sel

darah merah trombosit serta menutup aliran darah yang melalui pembuluh yang rusak. Mekanisme instrinsik untuk pembekuan darah berlangsung dalam cara yang lebih sederhana. Setiap faktor protein berada dalam kondisi tidak aktif; jika salah satu diaktivasi, maka aktivitas enzimatiknya akan mengaktivasi faktor selanjutnya dalam rangkaian, dengan demikian akan terjadi suatu rangkaian reaksi (cascade of reaction) untuk membentuk bekuan.

Penguraian bekuan darah Setelah terbentuk, bekuan akan beretraksi (menyusut) akibat kerja protein kontraktil dalam trombosit. Jaring-jaring fibrin dikontraksi untuk menarik permulakaan yang terpotong agar saling mendekat dan untuk menyediakan kerangka kerja untuk perbaikan jaringan. Bersamaan dengan retraksi bekuan, suatu cairan yang disebut serum keluar dari bekuan. Serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen dan tanpa faktor lain yang terlibat dalam mekanisme pembekuan.

Sumber-sumber faktor pembekuan Hati mensintesis sebagian besar faktor pembekuan, sehingga berperan penting dalam pembekuan darah. Penyakit hati yang mengganggu sintesis ini dapat menimbulkan kesulitan pembekuan. Vitamin K sangat penting dalam sintesis protrombin dan faktor pembekuan lainnya dalam hati. Absorpsi vitamin ini dari usus bergantung pada garama empedu yang diproduksi hati. Jika duktus empedu tersumbat (misalnya, oleh batu empedu), maka kemampuan untuk membentuk bekuan akan berkurang.

Pencegahan terjadinya bekuan darah pada pembuluh yang tidak cedera Antikoagulan, antitrombin, dan heparin yang ada dalam sirkulasi darah menghalangi pembekuan. Heparin, yang disekresi basofil dan sel mast, mengaktivasi antitrombin. Antitrombin kemudian menghalangi kerja thrombin terhadap fibrinogen. Lapisan endothelial halus pada pembuluh darah menolak trombosit dan faktor- faktor koagulasi. Prostasiklin (PGI) adalah sejenis prostaglandin yang menghambat agregasi trombosit. Prostasiklin merupakan antagonis tromboksan, suatu jenis prostaglandin ini membantu mengatur proses pembekuan darah. Abnormalitas pemebekuan

Bekuan yang abnormal disebut thrombus. Trombus yang terlepas, dan ikut dalam aliran darah disebut embolus. Kedua jenis bekuan ini dapat menyumbat aliran darah.

Kondisi yang menunjang pembentukan thrombus Pembuluh dengan permukaan kasar akibat plak-plak kolesterol (arterosklerosis), mungkin akan menangkap trombosit untuk memulai pemebkuan. Aliran darah yang lambat memungkinkan terjadinya akumulasi tromboplastin. Karena aliran darah menurun setara dengan immobilitas, maka pasien tirah baring harus sering bergerak atau digerakkan. Pengobatan bagi orang yang rentan terhadap pembentukkan thrombus a. Antikoagulan seperti senyawa coumarin menghambat aktivitas vitamin K, sehingga menghalangi sintesis protrombin. b. Aspirin menghalangi agregasi trombosit dan mengganggu sintesis prostasiklin. Trombositopenia adalah suatu kondisi di mana terdapat sejumlah kecil trombosit abnormal dalam darah yang bersirkulasi (di bawah 100.000 per mm). Ini akan memperlama waktu koagulasi dan memperbesar resiko terjadinya perdarahan dalam pembuluh darah kecil di seluruh tubuh. Trombositopenia dapat disebabkan oleh reaksi awal terhadap obat-obatan, maglinansi sumsum tulang, atau radiasi ion yang merusak sumsum tulang. Hemofilia adalah gangguan berkaitan dengan jenis kelamin secara herediter, akibat tidak adanya beberapa faktor pemebkuan. Transfusi perlu dilakukan untuk mengganti faktor- faktor yang hilang jika terjadi cedera ringan yang diikuti dengan perdarahan yang berlebihan.

Proses Pembekuan Darah Trombosit yang menyentuh permukaan yang kasar akan pecah dan mengeluarkan enzim Trombokinase (Tromboplastin). Prosesnya adalah sebagai berikut; TROMBOSIT pecah TROMBOPLASTIN ion Ca PROTROMBIN TROMBIN Vitamin K FIBRINOGEN FIBRIN. Pada masa embrio (janin) sel-sel darah dibuat di dalam Limpa dan Hati (extra medullary haemopoiesis). Setelah embrio sudah cukup usia, fungsi itu diambil alih oleh Sumsum Tulang.

2.4

Golongan Darah dan Tipe Darah

Sebelum lahir, molekul protein yang ditentukan secara genetic disebut antigen muncul di permukaan membran sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B bereaksi dengan antibodi pasangannya, yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir.

a. Karena reaksi antigen-antibodi menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) sel darah merah, maka antigen disebut aglutinogen dan antibodi pasangannya disebut agglutinin. b. Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A, maupun B, atau hanya mewarisi salah satunya, atau bahkan keduanya sekaligus. Klasifikasi golongan darah ABO ditentukan berdasarkan ada tidaknya aglutinogen (antigen tipe A dan tipe B) yang ditentukan pada permukaan eritrosit dan aglutinin (antibodi), anti-A dan anti-B yang ditemukan dalam plasma darah. a. Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B b. Darah golongan B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin anti-A c. Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan tipe B, tetapi tidak mengandung agglutinin anti-A dan anti-B d. Darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutinin antiA dan anti-B

Penggolongan darah penting dilakukan sebelum transfuse darah karena pencampuran golongan darah yang tidak cocok menyebabkan aglutinasi dan destruksi sel darah merah. a. Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan darah ABO, dua tetes darah yang terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan darahnya diletakkan pada sebuah slide mikroskop. b. Setets serum yang mengandung agglutinin anti-A (dari darah golongan B) diteteskan pada salah satu tetes darah, sedangkan setets serum yang mengandung aglutinin antiB (dari darah golongan A) diteteskan pada tetes darah lainnya. Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A). Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B (golongan darah B). Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB). Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi, maka individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O). Transfusi Darah Saat transfusi darah diberikan, plasma donor akan diencerkan oleh plasma resipien, sehingga agglutinin donor tidak dapat menyebabkan aglutinasi.

Walaupun demikian, aglutinogen pada sel donor penting untuk transfusi. Jika golongan darah donor berbeda dengan golongan darah resipien, maka aglutinin dalam plasma resipien akan mengalugtinasi sel darah merah asing donor. Reaksi transfusi disebabkan oleh aglutinasi sel darah merah donor. a. Aliran darah dalam pembuluh kecil terhalang oleh gumpalan sel. b. Hemolisis (ruptur) sel darah merah menyebabkan terlepasnya hemoglobin ke dalam aliran darah. c. Hemoglobin yang terbawa ke tubulus ginjal mengendap, menutup tubulus, dan mengakibatkan ginjal tidak berfungsi.

Pencocokan silang pada golongan darah resipien dan donor dilakukan sebelum pemebrian transfusi untuk memastikan kecocokan darah.

Konsep donor universal dan resipien universal a. Donor universal. Darah golongan O tidak memiliki aglutinogen untuk diaglutinasi sehingga dapat diberikan pada resipien manapun, asalkan volume transfusinya sedikit. Golongan O disebut donor universal. b. Resipien universal. Individudengan golongan darah AB tidak memiliki aglutinin dalam plasmanya sehingga dapat menerima eritrosit donor apapun. Darah golongan AB disebut resipien universal. Sistem Rh adalah kelompok antigen lain yang diwariskan dalam tubuh manusia. Sistem ini ditemukan dan diberi nama berdasarkan Rhesus monyet. Antigen RhD adalah antigen terpenting dalam reaksi imunitas tubuh. Jika faktor RhD ditemukan, individu yang memiliknya disebut Rh positif. Jika faktor tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh negative. Individu dengan Rh positif lebih banyak dibandingkan yang ber-Rh negative.s Sistem ini berbeda dengan golongan ABO di mana individu ber-Rh negative tidak memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya. Jika seseorang dengan Rh negative diberikan darah ber-Rh positif maka agglutinin anti-Rh akan diproduksi. Walaupun transfuse awal biasanya tidak membahayakan, pemberian darah Rh positif selanjutnya akan mengakibatkan aglutinasi sel darah merah donor. Eritoblastosis fetalis atau penyakit hemolisis pada bayi baru lahir dapat terjadi setelah kehamilan pertama ibu ber-Rh negatif dengan janin ber-Rh positif. Pada saat lahir (atau abortus spontan atau induksi), ibu akan terpapar beberapa antigen Rh positif janin sehingga ibu akan membentuk antibodi untuk menolak antigen tersebut.

Jika antibodi lawan faktor Rh telah diproduksi ibu maka pada kehamilan selanjutnya, antibodi tersebut akan menembus plasenta menuju aliran darah janin dan menyebabkan hemolisis sel darah merah janin. Bayi yang mengalaminya akan terlahir dengan anemia. Jika ibu ber-Rh negative mendapat injeksi antibodi berlawanan dengan faktor Rh positif dalam waktu 72 jam setelah melahirkan, keguguran, atau setelah abortus janin ber-Rh positif, maka antigen tidak akan teraktivasi. Ibu tidak akan memproduksi antibodi lawannya.

Hematopoieses (Produk) Elemen Pembentuk 1. Area pembentukan a. Selama perkembangan embrio, hematopoieses pertama kali berlangsung dalam kantong kuning telur dan berlanjut dihati, limfa, nodus limfe, dan seluruh sumsum jani yang sedang berkembang. b. Setelah lahir dan masa kanak-kanak, sel-sel darah terbentuk dalam sumsum semua tulang. c. Pada orang dewasa, sel darah hanya terbentuk pada sumsum tulang merah yang ditemukan dalam tulang membranosa seperti sternum, iga, vertebrata, dan tulang ilia girdel pelvis. Sel-sel darah yang sudah matang masuk kesirkulasi utama dari sumsum tulang melalui vena rangka. 2. Diferensiasi sel darah. Semua sel darah diturunkan dari Hemositoblas (sel batang primitif) pada sumsum tulang, yang dibagi dan dibedakan menjadi 5 jenis sel yaitu: a. Proeritroblas mengalir melalui sejumlah tahapan (eritoblas basofilik, eritroblas kromatofilik, normoblas, dan retikulosit), dan setelah matang menjadi eritrosit. 1. Selama masa perkembangan, eritrosit mensintesis hemoglobin. Suatu pigmen pembawa oksigen, dan melepas organelnya. Nukleus mengecil dan akhirnya keluar dari sel. 2. Setelah nukleus hilang, eritrosit tetap berada dalam sumsum tulang selama beberapa hari sampai matang dan kemudian dilepas kedalam sirkulasi. b. Mieloblas merupakan asal promielosit, yang mengalami penyimpangan dalam perkembangannya dan menjadi 3 jenis sel darah yang disebut Granulosit: neutrofil, eosinofil, dan basofil c. Limfoblas merupakan asal limfosit, monoblas merupakan asal monosit.

Monosit dan limfosit disebut agranulosit. d. Megakarioblas, membentuk megakariosit, yang merupakan asal trombosit.

Jantung Terdiri dari tiga lapisan 1. Perikardium (lapisan luar) 2. Miokardium (lapisan tengah/otot jantung) 3. Endokardium (lapisan dalam) Jantung terdiri dari 4 ruang 1. Atrium Sinister (Serambi Kiri) 2. Atrium Dekster (Serambi Kanan) 3. Ventrikel Sinister (Bilik Kiri) 4. Ventrikel Dekater (Bilik Kanan) Antara Atrium Sinister (Serambi Kiri) dengan Ventrikel Sinister (Bilik Kiri) terdapat katup dua daun (Valvula Bicuspidalis), sedangkan antara Atrium Dekster (Serambi Kanan) dengan Ventrikel Dekster (Bilik Kanan) dihubungkan katup tiga daun (Valvula Tricuspidalis). Jantung mendapat makanan (oksigenasi) melalui pembuluh Arteri Koronaria. Peredaran darah terbagi dua bagian yang bekerja sekaligus yaitu: 1. Peredaran darah Pulmona/Peredaran darah pendek (jantung - paru-paru - jantung). 2. Peredaran darah Sistemik/Peredaran darah panjang (jantung - seluruh tubuh - jantung)

Denyut jatung terbagi dua fase yaitu: 1. Fase Sistolik (kontraksi). 2. Fase Diastolik (relaksasi).

Pembuluh Darah Terdiri dari: 1. Pembuluh darah yang meninggalkan jantung Arteri terdiri dari Aorta, Arteri, Arteriol. 2. Pembuluh darah yang menuju jantung Vena terdiri dari Vena Kava, Vena, Venula. 3. Pembuluh antara arteri dan vena Kapiler.

Struktur darah manusia berdasarkan perasaan kita (Sedih, senang, takut, dll) Ternyata struktur sel-sel darah kita bisa berubah-ubah sesuai perasaan yang kita alami. Sebuah penelitian dilakukan oleh pakar EFT untuk menunjukkan bagaimana kondisi darah manusia disaat normal, sedih, gembira, jatuh cinta dan saat berdoa. Pakar EFT tersebut mengambil sampel darah seorang pasien (Rebecca) kemudian memotretnya dengan menggunakan darkfield microscope yang dihubungkan dengan monitor komputer. Dan tampaklah perubahan drastis pada darah Rebecca tersebut setiap kali emosinya berubah. Sebelum melakukan EFT (sel darah merah menggumpal oleh Lectin yang didapat dari alergi ayam dan alpukat). Sesudah melakukan EFT (sel darah merah menjadi normal kembali ). Kemudian Rebecca melakukan EFT lagi dan mengundang emosi sedih. Caranya, Rebecca memikirkan saat-saat sedih sampai dia menangis. Lalu sang pakar EFT ( Dr. Felicy) mengambil sampel darahnya lagi.

Struktur Sel Darah Saat Sedih Struktur sel darah saat kita sedih. Selanjutnya, Rebecca menggunakan EFT untuk mengundang energi cinta untuk memasuki tubuh dan darahnya. Dan seketika darahnya kembali normal, dan sel-sel darah bergerak dengan indah dan timbul substansi yang berkilauan dalam cairan darah.

Saat Jatuh Cinta Struktur sel darah saat kita jatuh cinta. Satu kenyataan menarik pada sampel darah saat sedih terjadi perubahan seperti pada sampel darah saat merasakan cinta. Jadi walaupun darah itu sudah meninggalkan tubuh Rebecca ia tetap masih berhubungan dengan pemiliknya. Kemudian seorang Rebecca mengundang rasa takut dan memikirkan kejadian menakutkan yang pernah ia alami. Dan sel-sel dalam darahnya bergerak tidak beraturan dengan sangat cepat. Mungkin ini adalah akibat dari produksi adrenalin sebagai reaksi normal atas rasa takut. Saat Ketakutan Struktur sel darah saat kita ketakutan. Lalu Rebecca mecoba untuk memikirkan sifat feminine Tuhan. Dalam keyakinan agamanya ia sebut divine mother, sifat penyayang, penyantun dan pemelihara (dalam islam disebut sifat Jamaliah Allah). Dan memohon kepada-Nya untuk menyalurkan energi feminine itu kedalam tubuh dan darahnya. Saat berdoa tersebut, Rebecca merasakan seperti ini. Saya merasakan gelombang energi yang begitu besarnya menyelimuti diri saya, saya sampai menangis bahagia karenanya, begitu Rebecca tersebut menggambarkan pengalamannya. Saat sampel darah Rebecca diambil setelah berdoa dan merasakan pengalaman religius itu, kemudian

dilihatkan dibawah mikroskop yang dihubungkan dengan computer. Semua yang hadir dilaboratorium itu seketika terdiam dan terpana karena melihat kondisi darah yang sama sekali berbeda dengan yang lain, cairah darahnya sangat cerah, gerakan sel darah sangat tenang seakan bergerak dengan penuh kedamaian, muncul banyak substansi yang berkilauan. Di dalam sel darah terdapat substansi yang bercahaya dan berdenyut seperti denyutan jantung mini.

Saat Berdoa Mengenal Secara Singkat Fungsi dan Bagian-bagian Darah Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnannya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya kadar oksigen dan karbondioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon diogsida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah di ambil dengan cara bernapas, dan zat tersebut sangat berguna pada peristiwa pembakaran/ metabolisme di dalam tubuh. Vikositas/ kekentalan darah lebih kental dari pada air yang mempunyai BJ 1,041-1,065, temperatur 380C, dan PH 7,37-7,45. Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung. Selama darah beredar dalam pembuluh maka darah akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ke dalam darah tersebut sedikit obat anti- pembekuan/ sitrus natrikus. Dan keadaan ini akan sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung, atau pembuluh darah. Bila setetes darah diletakan di atas kaca objek dan ditambahkan dua macam pewarna untuk menghitung jenis sel-sel darah, sel darah putih ini dikenal menurut sifatnya dalam pewarnaan. Sel netrofil paling bayak dijumpai. Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan pewarna nertal, atau campuran pewarna asam dan basa, dan tampak bewarna ungu. Sel eosinofil. Sel golongan ini hanya sedikit dijumpai. Sel ini menyerap pewarna yang bersifat asam (eosin) dan kelihatan merah. Sel basofil menyerap pewarna basa menjadi biru. Limfosit membentuk 25 % dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini dibentuk di dalam kelenjar limfe dan dalam sumsum tulang. Sel ini nongranuler dan tidak memiliki kemampuan bergerak seperti amuba. Sel ini dibagi ladi dalam limfosit kecil dan besar. Selain itu ada sejumlah kecil sel yang berukuran lebih besar (kira-kira sebanyak 5%) yang disebut monosit. Sel ini mampu mengadakan gerakan amuboid dan mempunyai sifat fagosit (pemakan) Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah berisi jenazah kawan dan lawan fagosit yang terbunuh dalam perjuangannya melawan kuman yang menyerbu masuk disebut sel nanah. Demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu, dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang telah mencair. Sementara pertempuran berlangsung, kalau sel darah putih dapat mengalahkan organisme

penyerbu itu, semua bekas karusakan, bakteri- bakteri yang hidup maupun yang mati, sel nanah dan jaringan yang meleleh, akan disingkirkan granulosit sehat yang bekerja sebagai fagosit. Mengenal fungsi limfosit sedikit yang diketahui. Limfosit tidak memiliki gerakan amuboid terapung-apung di dalam aliran darah, dan juga terdapat dalam jaringan limfe dari semua bagian badan. Limfosit tidak memakan bakteri, tetapi diduga membentuk antibody (bahan penangkis) penting yang melindungi tubuh terhadap infeksi kronis dan mempertahankan tingkat kekbalan (imunitas) tertentu terhadap infeksi. Leukosit ialah istilah untuk menunjukan penambahan jumlah keseluruhan sel putih dalam darah, yaitu kalau penambahan melampaui 10.000 butir per millimeter kubik. Leucopenia berarti berkurangnya jumlah sel darah putih sampai 5.000 atau kurang. Limfositosis adalah pertambahan jumlah limfosit sedangkan Agranulositosis adalah suatu penurunan jumlah granulosit atau sel polimorfonuklear secara mencolok.

BAB III PENUTUP

Resume ini disusun sebagai pedoman dalam pembelajaran kami sebagaimana telah dijelaskan diatas. Penyusun sangat menyadari bahwa keberhasilan kami dalam belajar tidak akan terwujud tanpa adanya rasa ingin tahu dan bekerja keras serta kerjasama yang baik dengan berbagai pihak. Melalui resume ini, kami mengharap pencerahan ilmu dari dosen demi kelancaran dan kesuksesan kami di masa yang akan datang. Atas waktu dan perhatiannya, penyusun mengucapkan banyak terima kasih. Semoga resume ini dapat bermanfaat. AMIN.

Anda mungkin juga menyukai