Anda di halaman 1dari 10

Kamis, 05 Mei 2011

Sejarah Sistem Standar Emas dan Bretton Woods serta Keruntuhannya


Sistem standar emas muncul pada tahun 1870, dimana pemerintah Inggris menetapkan nilai poundsterling dengan emas. Karena perkembangan industri dan perdagangan dunia yang berkembang pada abad 19 serta diperkuat dengan ditemukannya tambang emas di Amerika dan Afrika, maka sistem standar emas dipakai oleh banyak negara hingga Perang Dunia I. Dengan dibentuknya sistem keuangan berstandar emas pada 1870 menandai salah satu kejadian penting dalam sejarah pasar mata uang. Sebelum standar emas diberlakukan, negara-negara di dunia menggunakan emas dan perak sebagai alat pembayaran internasional. Masalah utama dalam penggunaan emas dan perak ini adalah nilainya yang dipengaruhi oleh external supply and demand. Sebagai contoh, penemuan tambang emas baru akan menarik harga emas turun. Akan tetapi, pembentukan standar emas terlebih dahulu dibentuk di inggris. Pada sekitar tahun 1790an Inggris mengalami sebuah kerugian besar-besaran karena kekurangan uang logam perak dan dihentikannya percetakan uang logam emas yang lebih besar. Lalu dikeluarkanlah "token" uang logam perak dan memukul telak uang logam asing. Dengan berakhirnya Perang Napoleonic, Inggris mulai melakukan program besar-besaran dalam mengembalikan uang logam yang menciptakan kekuasaan tertinggi standar emas dan mensirkulasikan mahkota, setengah mahkota, dan secepatnya juga mengeluarkan uang logam sen pada tahun 1821. Pada tahun 1833, uang kertas dari Bank of England notes dibuat menjadi alat pembayaran yang sah, dan penebusan dari bank-bank lain sangat mengecilkan hati. Pada tahun 1844 didirikanlah Bank Charter Act yang uang kertas keluaran Banks of England, berlapis penuh emas, yang merupakan standar yang sah. Sehubungan dengan interpretasi yang keras pada standar mata uang emas, tahun 1844 ini ditandai sebagai berdirinya standar penuh mata uang emas untuk uang Inggris. Sebenarnya, pemikiran dasar di balik standar emas yaitu adanya intervensi dari pemerintah pada setiap negara untuk menjamin pertukaran mata uang dapat dilakukan dengan emas. Dengan kata lain, mata uang akan didukung oleh emas (backed by gold). Akibatnya, pemerintah membutuhkan cadangan emas yang cukup untuk memenuhi permintaan pertukaran mata uang. Ketika Jerman menjadi sebuah negara bersatu mengikuti perang Franco-Prussian (19 Juli 1870 10 Mei 1871), hal itu menjadi tonggak berdirinya dan mempertegas nilainya emas. Kebanyakan negara lain mengikutinya dengan cepat. Emas menjadi dapat diangkut, digunakan secara universal dan merupakan unit penilaian yang stabil. Ekonomi dunia yang dominan saat itu berada di Inggris, yang telah memiliki ikatan yang sudah berdiri lama pada standar emas. Sehingga di akhir abad 19, seluruh negara telah menentukan nilai mata uang dalam ons emas. Perbedaan nilai ons emas antara dua mata uang menjadi nilai tukar (exchange rate) bagi dua mata uang tersebut, sehingga hal itu dijadikan sebagai alat standardisasi pertama mata uang.

Standar emas mulai runtuh di awal Perang Dunia I. Sehubungan dengan ketegangan politik yang terjadi di Jerman, maka negara-negara di Eropa membuat proyek-proyek militer raksasa. Akan tetapi, dengan adanya pembangunan proyek-proyek tersebut mengakibatkan beban finansial sangat besar. Sehingga, pada saat itu negara-negara di eropa tidak mempunyai cukup emas untuk menutupi beban financial itu. Meskipun standar emas sempat kembali setelah PD I, banyak negara akhirnya mengabaikannya lagi saat pecah Perang Dunia II. Sebelum PD II berakhir, negaranegara sekutu melihat adanya kebutuhan untuk memperbaiki sistem keuangan yang porak-poranda akibat dicampakkannya sistem standar emas. Pada Juli 1944, lebih dari 700 perwakilan dari negara sekutu berkumpul di Bretton Woods, New Hampshire. Pertemuan tersebut menghasilkan apa yang sekarang disebut dengan Sistem Bretton Woods. Bretton Wood membentuk sistem seperti berikut : Metode nilai tukar tetap (Fixed Exchange Rate), USD menggantikan standar emas dan menjadi mata uang cadangan utama, Pembentukan 3 badan internasional untuk aktivitas ekonomi internasional yaitu IMF (International Monetery Fund), International Bank for Reconstruction and Development, dan General Aggrement on Tariffs and Trade (GATT). Salah satu fungsi utama Bretton Woods adalah USD menggantikan emas sebagai standar utama pertukaran mata uang dunia. Lebih jauh lagi, USD menjadi satu-satunya mata uang yang didukung oleh emas. Bretton Woods System juga mengijinkan negara bertindak sesuai dengan kebijakan moneter yang diinginkan dalam rangka menciptakan perekonomian yang lebih stabil dan kondusif. Sehingga Pemerintah menjadi lebih confident dalam merencanakan dan melakukan program kerja, bahkan melanjutkan guna mendorong laju perekonomian. Kebijakan politik ini mencakup menaikkan dan menurunkan suku bunga, menekan pengangguran, dan perekonomian yang relatif stabil. Akan tetapi di sisi lain sangat berisiko mengundang inflasi sekaligus menurunkan kuota investasi jangka panjang dan cenderung menerbitkan investasi yang bersifat jangka pendek yang rentan menciptakan ketidakstabilan ekonomi antarnegara. Sebagaimana dicontohkan oleh Perancis dan Italia yang melakukan kebijakan untuk menurunkan suku bunga 1-2 % sehingga mampu menekan tingkat pengangguran serendah mungkin, terbukti menjaga kestabilan ekonomi tetapi mengakibatkan inflasi lebih tinggi 1-2% dari Jerman yang saat itu menaikkan suku bunga dengan level yang sama (Frieden, 2006: 291). Bretton Wood juga mendorong nilai tukar tetap stabil dan pasar nilai tukar tetap terbuka untuk memicu perdaganan dan investasi jangka panjang, tetapi sistem moneter Bretton Wood mengharuskan batasan aliran keuangan untuk memperbolehkan pemerintah mengikuti kebijakan yang mereka pilih. Sistem Bretton Wood terbukti menjaga kestabilan dan kemajuan pesat ekonomi internasional dan mendukung pemerintahan secara nasional untuk mengembangkan kebijakan ekonomi makro selaras dengan kondisi domestik (Frieden, 2006: 292). Berbeda dengan Gold Standard yang cenderung membatasi peran pemerintah untuk mengikuti kebijakan yang dipilih demi menjaga kestabilan dan siklus jumlah mata uang yang beredar di pasar. Ketika uang banyak beredar di masyarakat, pemerintah tidak bisa mengatur kestabilan harga dan ekonomi melalui kebijakan devaluasi maupun revaluasi untuk menyesuaikan dengan kondisi ekonomi domestik. Untuk pertama kalinya Bretton Wood mengijinkan

setiap pemerintahan nasional untuk mengikuti kebijakan yang dipilih sesuai dengan kondisi ekonomi nasional masing-masing. Awal tahun 1970-an, cadangan emas US sudah sangat menipis sehingga tidak bisa lagi menutupi seluruh dollar yg disimpan di bank-bank asing. Akhirnya, pada tanggal 15 Agustus 1971, US mengumumnkan kepada dunia bahwa tidak akan ada lagi pertukaran emas untuk dollar. Hal ini menjadi tanda berakhirnya Bretton Woods. Meskipun Bretton Woods tidak berlaku lagi, warisannya masih berlangsung hingga sekarang dalam dunia ekonomi internasional. Warisan ini masih ada dalam bentuk 3 organisasi yg dibentuk thn 1940an: IMF, the International Bank of Reconstruction and Development (sekarang menjadi bagian dalam Bank Dunia), dan GTT, pendahulunya World Trade Organization. Setelah Bretton Woods runtuh, dunia akhirnya menerima penggunaaan nilai tukar mengambang (floating rate) melalui Jamaica Agreement tahun 1976. Ini artinya penggunaan standar emas akan dihilangkan permanen. Tapi, ini bukan berarti bahwa para pemerintahan mengadopsi secara murni sistem flating yang bebas. Kebanyakan pemerintah menerapkan salah satu dari tiga sistem tukar berikut: 1. Dollarization Dollarization diterapkan apabila negara yg bersangkutan tidak bermasalah untuk menggantikan mata uangnya dengan mata uang negara lain. Dollarization biasanya membuat sebuah negara terlihat lebih stabil untuk tempat investasi, tp sisi lainnya adalah bank sentral negara yg bersangkutan tidak bisa lagi mencetak uang dan membuat kebijakan keuangan. Contoh dollarization adalah penggunaan USD di El Savador. 2. Pegged rate Pegged rate terjadi saat sebuah negara secara langsung menetapkan nilai tukarnya terhadap mata uang asing sehingga negara itu punya stabilitas yg lebih daripada kalau pakai normal float. Sebagai contoh, Cina menetapkan nilai Yuan thd USD adalah 8.28 yuan per dollar antara 1997 dan juli 2005. Kerugiannya adalah nilai mata uang bergantung pada kondisi eknomi mata uang yg di-pegged. Contoh: Kalo USD menguat terhadap smua mata uang lain, yuan juga akan menguat, yang mana mungkin tidak diinginkan oleh bank sentral Cina. 3. Managed floating rate Nilai tukar mata uang diperbolehkan berubah sesuai tekanan jual dan beli. Akan tetapi, bank sentral boleh mengintervensi untuk menstabilkan fluktuasi nilai tukar yg ekstrim. Contoh, Jika mata uang sebuah negara turun melampaui level yg dapat diterima pemerintah dapat menaikkan suku bunga. Menaikkan bunga dapat membantu menaikkan mata uang. Tapi ini cuma contoh yg sgt sederhana. Biasanya bank sentral punya sejumlah cara untuk mengatur mata uang. DAFTAR PUSTAKA 1 ___, Standar emas (gold standard) : sejarah dan dampaknya terhadap perekonomian. Tersedia dalam www. jurnalskripsi.com

___, Sejarah Forex. Tersedia dalam www.forexindo.com ___, Standar Emas menuju Sistem Bretton Wood. Tersedia dalam www. koranus.com ___, Ekonomi Internasional. Tersedia dalam www.SHVOONG.com

Sistem Bretton Woods


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa

Sistem Bretton Woods (1944-1976) (bahasa Inggris: Bretton Woods System) adalah sebuah sistem perekonomian dunia yang dihasilkan dari konferensi yang diselenggarakan di Bretton Woods, New Hampshire pada tahun 1944[1]. Konferensi ini merupakan produk kerjasama antara Amerika Serikat dan Inggris yang memiliki beberapa fitur kunci yang melahirkan tiga institusi keuangan dunia yaitu Dana Moneter Internasional, Bank Dunia, dan Organisasi Perdagangan Dunia[1]. Sistem Bretton Woods dibentuk dalam rangka menyelesaikan pertarungan yang terjadi antara otonomi yang dimiliki oleh domestik dan stabilitas internasional, namun dasar yang terdapat dalam sistem-otonomi kebijakan nasional, nilai tukar tetap, dan kemampuan untuk mengubah mata uang-satu sama lain saling bertolak belakang[1].

[sunting] Sejarah
Pada akhir abad ke-19, sistem perdagangan internasional didasari atas sistem perekonomian merkantilisme.[2] Tujuan ekonomi kaum merkantilis adalah dengan memakmurkan negara dengan memasukkan sebanyak mungkin pendapatan ke dalam kas negara.[3] Aktor utama dalam sistem perekonomian menurut kaum merkantilis adalah negara di mana merkantilisme sangat populer bagi pemerintah yang sedang melakukan pembinaan kekuatan negara, karena tujuannya yang lebih fokus pada pencapaian kepentingan nasional negara secara maksimal.[3] Namun sistem perdagangan ini hancur seiring dengan pecahnya Perang Dunia I yang berdampak negaranegara menjadi proteksionis terhadap komoditas atau barang-barang dari luar serta tidak stabilnya sistem mata uang selama perang terjadi. [4] Dilatarbelakangi oleh semangat liberalisme, ide tersebut didukung oleh Amerika Serikat dan Inggris, yang bertujuan untuk meningkatkan transaksi ekonomi yang berdasarkan atas kondisi akses yang sama terhadap pasar.[4]. Dan semangat liberalisme tersebut mendorong diselenggarakannya konferensi di Bretton Woods pada tahun 1944[4].

[sunting] Tujuan Konferensi Bretton Woods


Terdapat dua tujuan utama konferensi Bretton Woods [4], yaitu:
1. mendorong pengurangan tarif dan hambatan lain dalam perdagangan internasional dan 2. menciptakan kerangka ekonomi global untuk meminimalisir konflik ekonomi yang terjadi di antara negara-negara, yang salah satu bagiannya adalah mencegah terjadinya Perang Dunia II.

[sunting] Institusi-institusi keuangan dunia

Selain tujuan yang telah disebutkan di atas, Konferensi Bretton Woods juga menghasilkan tiga badan ekonomi internasional [4], yaitu:

[sunting] Dana Moneter Internasional


Dana Moneter Internasional (bahasa inggris: International Monetary Fund) didirikan pada tahun 1945, dengan ditandatanganinya pasal-pasal di dalam perjanjian yang merupakan hasil dari Konferensi Bretton Woods tahun 1944 oleh 29 negara, dan mulai beroperasi pada tahun 1947[2] Mandat yang diberikan kepada institusi ini sesuai dengan yang tertera di dalam Pasal 1 dari Pasal Asli Perjanjian [2] adalah:

pertama, meningkatkan kerjasama moneter internasional menuju institusi yang permanen yang menyediakan jasa pelayanan konsultasi dan kolaborasi bagi masalah moneter internasional; kedua, memfasilitasi upaya perluasan dan pertumbuhan yang seimbang dari perdagangan internasional dan mendorong peningkatan derajat buruh dan pemasukan sektor riil dan mendorong sumber daya yang produktif sebagai objek utama bagi kebijakan ekonomi setiap anggota; ketiga, meningkatkan stabilitas nilai tukar dengan tujuan mengatur nilai tukar di antara para anggota, serta mencegah terjadinya persaingan untuk melakukan depresiasi terhadap nilai tukar; keempat, membantu pembentukan sistem pembayaran yang bersifat multilateral yang bertujuan untuk memudahkan transaksi antar negara anggota serta menghapus hambatan pertukaran asing yang akan mencegah pertumbuhan terhadap perdagangan dunia; kelima, mereka kesempatan untuk memperbaiki persoalan dalam neraca pembayaran tanpa menggunakan langkah-langkah yang memperburuk kesejahteraan nasional maupun internasional; *keenam, berdasarkan hal-hal tersebut di atas, IMF bertujuan untuk mempercepat penyelesaian krisis yang disebabkan oleh ketidakseimbangan neraca pembayaran negara-negara anggota.

[sunting] Bank Dunia


Bank Dunia (bahasa inggris: World Bank)merupakan institusi keuangan yang semula bernama (Inggris) International Bank fo Reconstruction and Development yang didirikan bersama-sama dengan institusi Dana Moneter Internasional pada Konferensi Bretton Woods tahun 1944. Adapun tujuan dari dibentuknya Bank Dunia [4]adalah:

pertama, membantu negara-negara anggota dalam hal pembangunan dan rekonstruksi; kedua, meningkatkan investasi swasta asing dalam lingkup peningkatan garansi atau partisipasi dalam peminjaman dan investasi jenis lain yang dibuat oleh investor swasta; *ketiga, menyediakan (di bawah keadaan tertentu) keuangan yang diperuntukkan bagi tujuan produktif; keempat, meningkatkan keseimbangan pertumbuhan jangka panjang dalam perdagangan internasional dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran; kelima, mengatur kebijakan dasar dalam rangka memberikan prioritas kepada proyek yang memiliki lebih banyak nilai manfaat dan nilai kepentingan; keenam, membangun operasi yang bertujuan untuk efek investasi internasional dalam hal kondisi bisnis di negara-negara anggota.

[sunting] Perjanjian Umum mengenai Tarif dan Perdagangan


Logo WTO

Perjanjian Umum mengenai Tarif dan Perdagangan (bahasa inggris: General Agreement on Tariffs and Trade) adalah sebuah institusi yang dihasilkan melalui Konferensi Bretton Woods namun tidak pernah memasuki masa pemberlakuan (bahasa inggris: enter into force) dan beroperasi di bawah naungan Protokol mengenai Provisi Aplikasi yang ditandatangani oleh 23 negara pada tahun 1947 [4] Namun, institusi ini berubah nama menjadi Organisasi Perdagangan Dunia (bahasa inggris: World Trade Organization) yang merupakan institusi resmi yang didirikan pada 1 januari 1995 melalui Putaran Uruguay ((bahasa inggris:Uruguay Round) setelah melalui serangkaian negosiasi panjang selama kurang lebih 7 tahun [2] Tujuan dari didirkannya institusi ini adalah untuk membuat prinsip-prinsip umum dan aturan-aturan dalam rangka meliberalisasi perdagangan internasional melalui perjanjian multilateral dengan mereduksi hambatan-hambatan yang dibuat oleh masing-masing negara yang berkaitan dengan perdagangan dan mengeliminasi segala bentuk diskriminasi di antara negara-negara anggota [4] Berbeda dengan institusi lainnya yang dihasilkan memalui Konferensi Bretton Woods, institusi ini memiliki 3 prinsip utama [5], yaitu:

Non-diskriminasi, di mana pembatasan perdagangan tidak boleh dilakukan dengan mengistimewakan satu rekanan dan mengabaikan rekanan yang lain. Penghapusan hambatan perdagangan, jika suatu industri memerlukan proteksi maka tidak boleh dengan menggunakan hambatan kuantitaif, seperti kuota dan hambatan-hambatan non-tarif lainnya. Konsultasi di kalangan negara-negara anggota untuk menyelesaikan pertikaian yang mungkin timbul.

[sunting] Keruntuhan Sistem Bretton Woods


Sistem Bretton Woods bubar pada tahun 1976 setelah beberapa negara di Eropa mengalami kehancuran ekonomi sehingga tidak lagi bisa menjadi partner perdagangan Amerika Serikat, disamping itu resesi ekonomi dunia yang berlangsung besar-besaran pada periode waktu itu telah mendorong negara-negara di dunia untuk mengedepankan kepentingan nasionalnya masingmasing [5]

[sunting] Rujukan
1. ^ a b c (Inggris) Robert Gilpin dan Jean M. Gilpin. The Political Economy of International Relations. 1987. Princeton University Press. New Jersey. Page 131. ISBN 0-691-07732-0/ISBN 0-691-022623 2. ^ a b c d Richard Peet. Unholy Trinity The IMF, World Bank, and WTO. Zed Books. 2003. New York. Page 4-8. ISBN 1-84277-072-1 cased 3. ^ a b Mohtar Mas'oed. Ekonomi-Politik Internasional dan Pembangunan. 1994. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

4. ^ a b c d e f g h (Inggris) Peter Malanczuk. Akehurst's Modern Introduction to International Law. 1997. Routledge. New York. Page 223. ISBN 0-415-16553-9 (hbk) 5. ^ a b Budi Winarno. Pertarungan Negara vs Pasar. 2009. Media Pressindo. Yogyakarta. Page 96. ISBN (10) 979-788-102-4

http://einvesting.wordpress.com/2008/11/17/sekilas-tentang-sistem-bretton-woods/

Sekilas Tentang Sistem Bretton Woods


17 11 2008

John Maynard Keynes (kanan) dan Harry Dexter White pada Konferensi the Bretton Woods HARI-hari ini kita mengetahui hasil pertemuan puncak Kelompok 20 (G-20), di mana Indonesia ikut berpartisipasi di dalamnya. Pertemuan yang digagas para pemimpin Eropa itu untuk membahas langkah-langkah yang diperlukan demi mengatasi krisis keuangan global. Mengingat salah satu faktor perusak dari krisis yang terjadi dewasa ini adalah tingkat fluktuasi nilai tukar antar mata uang global, jadi bukan hanya rupiah, banyak pihak yang terpikir kembali untuk menghidupkan Sistem Bretton Woods yang sudah bubar pada 1971 lalu. Untuk mengetahui efektivitas sistem ini dalam mengatasi krisis, perlu dicermati terlebih dulu apa yang dimaksud dengan sistem tersebut dan bagaimana cara bekerjanya? Sistem Bretton Woods lahir karena kebutuhan adanya sistem moneter yang handal untuk mengatasi dampak berakhirnya Perang Dunia II. Berdasarkan pengalaman Perang Dunia I,

sesudah perang adalah masa yang sangat berat bagi perekonomian dunia. Kebangkitan perekonomian negara-negara yang terlibat perang, seperti peningkatan produksi bahan makanan dan industri, akan membuat produksi global meningkat cepat, jauh melebihi kebutuhan. Keadaan inilah yang melahirkan terjadinya proteksi dan devaluasi yang bergantian terus-menerus (competitive devaluation). Kebijakan suatu negara pada akhirnya hanyalah ingin melindungi negaranya sendiri dan tidak memedulikan dampaknya bagi perekonomian negara lain. Istilah yang tepat untuk menggambarkan itu adalah Beggar they neighbor policy. Berdasarkan pengalaman tersebut, sebelum Perang Dunia II selesai, sebanyak 44 negara berkumpul di Desa Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat (AS), tepatnya pada 1-22 Juni 1944. Pertemuan panjang tersebut, yang antara lain dihadiri John Maynard Keynes dari Inggris dan Harry Dexter White dari AS, akhirnya mengambil putusan untuk membangun Sistem Bretton Woods, di mana pendirian Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF) menjadi salah satu pilarnya. Sistem moneter baru tersebut mendasarkan diri pada sistem nilai tukar tetap terhadap dolar AS, sedangkan dolar AS dikaitkan dengan emas, di mana setiap 1 ons emas (sekira 30 gram) ditetapkan harganya kira-kira sebesar USD28.35. Dengan cara ini, nilai tukar antarmata uang di luar dolar AS juga menjadi tetap. Konferensi tersebut juga melahirkan Bank Dunia dalam bentuk International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) serta organisasi perdagangan dunia (semula dirancang dalam bentuk International Trade Organization), yang kemudian muncul dalam bentuk General Agreement in Tariffs and Trades (GATT) pada 1947. Baru pada 1995, World Trade Organization (WTO ) terbentuk. Sistem nilai tukar yang sedemikian mendasarkan diri pada premis bahwa setiap negara harus menjaga keseimbangan neraca pembayarannya. Jika terjadi ketidakseimbangan neraca pembayaran (terutama eksporimpor), perlu dilakukan langkah perbaikan, baik yang sifatnya sementara (misalnya dengan bantuan IMF) maupun bersifat lebih struktural, yaitu melalui devaluasi atau revaluasi. Sistem ini pada akhirnya memang membawa stabilitas yang lebih baik dalam perekonomian dunia, meskipun di sana-sini terjadi penyesuaian nilai tukar maupun penyesuaian struktural perekonomian berbagai negara. Selama dua puluh lima tahun setelah berlakunya sistem tersebut, terjadilah apa yang disebut dengan the golden years, atau masa keemasan perekonomian global, kecuali Inggris yang menderita sakit parah karena berubahnya peran dari semula sebagai jangkar perekonomian dunia, di mana poundsterling sebelumnya dipergunakan sebagai mata uang utama dunia, menjadi hanya sekadar anggota dari sistem.

Lebih dari dua puluh tahun, perekonomian Inggris sakit dan harus menjadi pasien IMF berkalikali. (Inggris juga merupakan pasien IMF pertama kali pada September 1947). Hancurnya Sistem Bretton Woods Namun, sistem ini pada akhirnya terpaksa ditinggalkan setelah terjadi ketidakseimbangan neraca pembayaran yang sangat akut dalam perekonomian AS. Terutama karena perang Vietnam yang menyebabkan pengeluaran besar-besaran di AS, perekonomian Amerika harus menanggung defisit neraca pembayaran yang besar. Lantaran sistemnya mengaitkan dolar AS dengan harga emas, kenaikan harga emas global (di luar sistem moneter) menyebabkan terjadinya proses arbitrase dari dolar AS ke emas. Negaranegara Eropa yang memiliki banyak cadangan devisa, kemudian menukarkan dolar AS-nya dengan emas ke AS, lalu emas tersebut dijual ke pasar dengan harga yang jauh lebih tinggi. Akibatnya, persediaan emas di Fort Knox, AS menjadi turun drastis dan bukan tidak mungkin akan habis sama sekali dalam waktu yang tidak terlalu lama. Melihat kekhawatiran tersebut, AS terpaksa meminta bantuan IMF sebanyak dua kali, yaitu pada 1966 dan 1968. Kendati demikian, proses arbitrase emas tersebut berlangsung dengan deras. Pada akhirnya, Presiden Nixon memutuskan untuk tidak mengaitkan nilai dolar AS dengan emas, dalam arti AS tidak lagi berkewajiban untuk menukar dolar AS yang dimiliki negara lain dengan emas. Putusan ini dilakukan pada 15 Agustus 1971, yang secara resmi berarti mengakhiri sistem Bretton Woods. Prospek untuk Hidup Kembali Setiap orang yang berpikir bahwa sistem Bretton Woods tersebut dapat dihidupkan kembali, tentunya didorong romantisme masa-masa keemasan tersebut. Sistem yang dipergunakan untuk mengatasi perekonomian global yang bakal saling menjegal, barangkali bisa diterapkan dalam keadaan dewasa ini, di mana ancaman terjadinya proteksi yang bersaing akan tinggi sekali. Kendati demikian, banyak orang tidak melihat bagaimana hancurnya sistem tersebut lantaran tidak sempurnanya perekonomian negara yang menjadi jangkarnya, dalam hal ini AS. Jika sistem semacam itu ingin dicoba lagi, beberapa hal barangkali harus dijawab terlebih dahulu. Siapakah yang akan menjadi jangkar sistem ini? Amerika Serikat dengan dolar AS jelas tidak lagi mungkin untuk menjadi jangkar. Perbaikan perekonomian negara tersebut membutuhkan waktu lama. Lalu, apakah akan ditunjuk Uni Eropa dengan euronya? Jika ini terjadi, masih akan banyak permasalahan yang timbul, termasuk disrupsi yang akan terjadi dengan perekonomian AS (sebagaimana terjadi dengan Inggris saat penerapan sistem tersebut pada 1945.) Apakah sistem ini tetap cocok di tengah maraknya lembaga keuangan dunia yang sangat spekulatif, seperti hedge funds dan sebagainya?

Jika terjadi potensi ketidakstabilan, hedge funds justru akan memanfaatkan keadaan tersebut dengan bertaruh bahwa suatu mata uang akan mengalami devaluasi. Inilah yang terjadi pada 1991 ketika Soros berspekulasi atas mata uang poundsterling. Apakah negara atau kelompok perekonomian, terutama yang menjadi jangkar tersebut, akan memiliki disiplin yang diharapkan sehingga pada akhirnya sistem tersebut dapat berjalan langgeng (sustainable)? Dengan melihat itu semua, perlu pemikiran yang lebih dalam jika kita ingin menempuh jalan tersebut kembali. Namun, waktu justru menjadi komoditas yang sangat langka dewasa ini lantaran krisis keuangan global dewasa ini justru memerlukan langkah yang cepat dan efektif.

Anda mungkin juga menyukai