Anda di halaman 1dari 4

Ekonomi Politik Global Krisis Finansial Yunani Tahun 2010

Tahun 2010 merupakan tahun krisis bagi kawasan Eropa. Sebelumnya, krisis utang biasa melanda negara negara berkembang seperti kawasan Amerika Latin, Asia dan Afrika. Namun di tahun 2010, Uni Eropa terperangkap krisis utang, dan negara negara di Asia justru lebih dulu berhasil bangkit dari krisis ekonomi global 2008 lalu. Krisis ekonomi global 2008 yang bermula dari Amerika Serikat berbeda dengan krisis utang yang terjadi di Yunani. Krisis Amerika dipicu oleh sektor perbankan yang terlalu banyak memberikan kredit perumahan standar rendah (subprime loans). Sedangkan penyebab utama krisis Yunani adalah manipulasi laporan keuangan dan korupsi yang terjadi di pemerintahan. 1. Penyebab Krisis Semenjak triwulan ke IV tahun 2009, sudah ada kekhawatiran mengenai kondisi fiskal Yunani, ketika pemerintah Yunani melaporkan revisi perkiraan defisit fiskal negara tersebut kepada Eurostat. Defisit fiskal tahun 2009 semula dilaporkan hanya akan mencapai 3,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), tetapi kemudian melonjak naik menjadi lebih dari 12 persen. Sebelumnya, pada tahun 2004, Eurostat menemukan bahwa Yunani juga melakukan kesalahan serupa terkait laporan keuangan mereka dari tahun 1997 2003. Akibatnya, banyak pihak mulai mempertanyakan aspek transparansi dan kredibilitas metodologi penghimpunan data yang dijalankan pemerintah Yunani. Tidak adanya data yang akurat, mempersulit penentuan kondisi perekonomian Yunani yang sebenarnya. Kekhawatiran lebih besar yang mengemuka adalah Yunani akan mengalami gagal bayar (default) apabila tidak mendapatkan bantuan. kekhawatiran serupa mulai ditujukan kepada beberapa negara Eropa lain yang memiliki profil fiskal menyerupai Yunani, antara lain Portugal, Irlandia, dan Spanyol. Krisis Yunani berawal dari defisit anggaran belanja negara dan hutang negara yang sangat besar. Penyebab krisis defisit anggaran Yunani adalah lemahnya disiplin anggaran serta buruknya administrasi perpajakan negara. Lemahnya disiplin anggaran terlihat dari pemborosan, korupsi, dan manipulasi pembukuan. Ketentuan Uni Eropa yang menetapkan defisit anggaran negara maksimum sebesar 3% dari PDB dilanggar dengan dengan memanipulasi pembukuan. Krisis fiskal di Yunani merupakan akumulasi dari defisit anggaran yang terjadi terus menerus selama 30 tahun terakhir, dengan rata-rata sebesar 6% dari PDB.

Besarnya defisit anggaran Yunani tersebut telah melanggar ketentuan Uni Eropa (UE), dimana defisit anggaran maksimum sebesar 3%. Yunani memiliki defisit fiskal yang tinggi (12,2 % produk domestik bruto/PDB), utang pemerintah sebesar 124 % PDB, utang luar negeri sebesar 77 % PDB, dan defisit neraca ekspor-impor sebesar 10 % PDB). Hal ini melanggar aturan yang berlaku di Uni Eropa, yaitu defisit anggaran dan defisit neraca ekspor impor barang/jasa tidak boleh lebih dari 3% PDB, dan utang pemerintah tidak boleh lebih dari 60 % PDB. Yunani menjual SUN-nya (Surat Utang Negara) pada investor asing, terutama Prancis, Swiss, dan Jerman karena pasar obligasi di dalam negerinya masih dangkal dan sempit, dan juga memanfaatkan tingkat suku bunga yang lebih rendah. 2. Aktor aktor yang Terlibat Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Sentral Eropa (ECB) dan Uni Eropa (UE)

Bentuk bantuan dari IMF dan UE melalui persetujuan para petinggi Uni Eropa dan IMF menyetujui pembentukan dana bantuan senilai 1 triliun dolar AS untuk mempertahankan stabilitasi pasar keuangan global dan mencegah krisis Yunani menyebar ke negara-negara lain di kawasan Eropa dan menghancurkan nilai tukar euro. para petinggi Uni Eropa, ECB, dan IMF selaku aktor-aktor yang terlibat dalam krisis Yunani melakukan pertemuan untuk membahas kondisi kawasan tersebut. Hasil dari pertemuannya adalah pembentukan dana darurat senilai 750 miliar euro (962 miliar dolar AS). Dana darurat ini ditujukan untuk menangkis serangan para spekulan terhadap mata uang euro. Di samping itu juga ditujukan untuk menghindari krisis Yunani menyebar ke negara-negara lain di kawasan Eropa. Keputusan ini telah membawa euro rebound dari posisi terendah. Keputusan pembentukan dana darurat senilai 750 miliar euro ini jauh melampaui ekspektasi pasar. Sebelumnya pasar hanya memprediksi dana darurat sebesar 500 miliar euro. Menurut Komisioner Monetary Affairs Uni Eropa Olli Rehn dan Menteri Keuangan Perancis Christine Legarde, jumlah fantastis pembentukan dana bantuan tersebut merupakan komitmen sungguh-sungguh dari Uni Eropa untuk membela mata uangnya. Pembentukan dana darurat, IMF dan Uni Eropa telah menyetujui penyaluran dana bantuan kepada Yunani yang telah mengalami defisit anggaran mencapai 13.6% dari GDP. Sebagai balasan dari bantuan tersebut Yunani telah berkomitmen mempertahakan kebijakan pemotongan anggaran yang sebelumnya telah menyulut protes keras dan kerusuhan di negara tersebut. Pemerintah Yunani Investor di Prancis, Swiss, dan Jerman

3. Dampak Krisis Krisis yang terjadi di Yunani ini tidaklah separah krisis finansial Amerika ditahun 2008. Krisis ini bersifat sementara, dan tidak berdampak dalam jangka panjang. Namun begitu, keadaan ini berpotensi menyeret keseluruhan Eropa kedalam krisis finansial. Beberapa negara eropa lainnya juga dikhawatirkan akan mengikuti jejak Yunani, seperti Spanyol, Siprus, Lithuania, Latvia, Irlandia dan Portugal.

Sumber : http://www.danareksa-research.com/economy/media-newspaper/500-tetap-waspadai-krisis-yunani.

Beberapa dampak nyata dari krisis ini adalah: Krisis di Yunani membuat USD terus melambung tinggi Krisis fiskal Yunani dapat menjalar ke negara-negara lainnya di Eropa, dan berpotensi menyeret keseluruhan eropa dalam krisis. Bahkan, krisis ini dapat mengancam Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Stok utang Jepang sudah mencapai 200% dari PDB-nya sedangkan Amerika Serikat setara dengan PDB-nya. Krisis Yunani memberikan dampak netralisir yaitu likuiditas global yang masih sangat banyak dan proses pengetatan kebijakan ekonomi dari negara-negara maju yang akan dijaga secara hati hati. Imbas krisis bukan hanya ke negara negara yang ada di Eropa melainkan juga Emerging Market atau negara berkembang seperti Indonesia. Krisis Yunani menyebabkan pelemahan rupiah. Pelemahan rupiah ini terjadi karena sentimen negatif dari Eropa, karena mata uang mereka mengalami pelemahan akibat krisis. Krisis ini memberikan sentiment negatif terhadap pasar saham dunia, dimana beberapa indeks mengalami penurunan, seperti yang terjadi di bursa New York, bursa Asia dan Eropa.

4. The Leader of Last Resort / Pemberi Pinjaman Pada bulan Mei 2010, Uni Eropa (UE) dan Dana Moneter Internasional (IMF) berkomitmen untuk memberi kucuran dana talangan yang mencapai sekitar 145 miliar USD bagi Yunani. UE dan IMF kemudian juga sepakat untuk menyediakan dana stabilisasi keuangan yang mencapai 950 miliar dollar AS bagi zona euro. Bank Sentral Eropa (ECB) membeli surat utang pemerintah negara UE di pasar sekunder (mencetak dan memompa uang ke dalam sistem keuangan) sekaligus membuka line kredit khusus. Tertanggal 22 Mei 2010, ECB setidaknya telah membeli surat utang pemerintah UE sebesar 20,4 miliar dollar AS.

Referensi
http://www.danareksa-research.com/economy/media-newspaper/500-tetap-waspadai-krisisyunani http://www.vibiznews.com/news/business/2010/05/10/eu-dan-imf-bentuk-dana-daruratsenilai-1-triliun-dolar-as

Anda mungkin juga menyukai