Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN Tanaman hortikultura yang terdiri dari sayuran dan buah-buahan merupakan salah satu tanaman andalan bagi

masyarakat Indonesia sebagai bahan pangan, karena melalui buah dan sayuran masyarakat bisa memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan sehari-hari. Karena merupakan kebutuhan sehari-hari maka banyak masyarakat yang berusaha menanam tanaman tersebut disekitar pekarangan rumah atau di kebun, tetapi seringkali apa yang di tanam menjadi rusak atau bahkan tidak dapat dimakan sama sekali karena gangguan hama. Masalah kerusakan tanaman akibat adanya gangguan dari pesaing-pesaing yang berupa binatang yang ikut memakan tanaman yang diusahakan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas makanan yang dihasilkan, secara kualitas misalnya lalat buah menyebabkan buah jambu menjadi berulat sehingga tidak dapat dimakan, sedangkan secara kuantitas lalat buah menyebabkan kerontokan buah sehingga hasil yang didapatkan menjadi berkurang. Karena itu binatang pesaing yang memakan tanaman tersebut kita sebut hama yang merugikan dan keberadaannya tidak diinginkan. STRUKTUR TUBUH LALAT BUAH Menurut Nugroho S.P (1997:15), ciri-ciri lalat buah (Bactrocera sp) adalah sebagai berikut: a. Lalat buah mempunyai tubuh yang berbuku-buku, baik ruas tubuh utama maupun alat tambahan, misalnya kaki dan antena. Sebagai anggota kelas serangga, lalat buah mempunyai tiga bagian tubuh, yaitu kepala, rongga dada (torak), dan perut (abdomen). Lalat buah juga mempunyai tiga pasang kaki yang muncul pada ruas-ruas toraksnyA b. Sebagai anggota ordo Diptera, lalat buah hanya mempunyai dua buah sayap. Sayap yang berkembang adalah sayap bagian depan. Sayap belakang mengecil dan berubah bentuk menjadi alat keseimbangan yang disebut halter. Halter ini berbentuk kepala korek api. Pada permukaannya terdapat bulu-bulu halus yang berfungsi sebagai indera penerima rangsang dari lingkungan, terutama kekuatan aliran udara. c. Lalat buah mengalami perubahan bentuk tubuh atau metamorfosis secara sempurna (holometabola). Pada tipe metamorfosis ini, lalat buah akan melalui tahap telur, larva, pupa (kepompong), dan lalat dewasa dalam satu siklus kehidupannya.

d. Alat mulut tipe lalat buah dewasa bertipe penjilat-penyerap. Apabila dilihat sepintas, bentuknya menyerupai alat penyedot debu, berupa suatu saluran yang bagian ujungnya melebar. Sementara, alat mulut larva lalat buah berupa mandibula yang berbentuk kait berlubang. Lebih lanjut dijelaskan Oleh Baga Kalie (1992:108), yaitu sebagai berikut: Lalat dewasa memiliki bercak-bercak atau bintik-bintik hiasan berwarna hitam, putih, atau kekuningan pada sayapnya. Sayapnya sendiri transparan. Badannya pada beberapa bagian berwarna hitam, kemerah-merahan, atau kekuning-kuningan. Pada ruas belakang badan terdapat alat peletak telur atau ovipositor sama seperti serangga lain, namun bentuknya pipih.
Feromon merupakan senyawa kimia yang bersifat alami, ramah lingkungan dan spesifik spesies serta mencegah terjadinya resistensi terhadap serangga hama sehingga menjadikan pilihan alternatif yang tepat dalam pengelolaan hama. Feromon sebagai alat monitoring dan penangkapan secara masal telah diaplikasikan pada hama-hama di perkebunan kelapa sawit. Sebagai alat monitoring, dengan feromon timbulnya hama dapat diprediksi dan sebagai alat penangkap secara masal, populasi hama dapat diturunkan pada posisi di bawah ambang ekonomi. Penelitian Feromon di Pusat penelitian Kelapa Sawit difokuskan untuk mensintesis dan memproduksi feromon untuk hama-hama dari golongan Coleoptera, Lepidoptera dan Isoptera di perkebunan kelapa sawit. Dua feromon untuk Oryctes rhinoceros dan Rhyncophorus ferrugineus telah berhasil disintesis dan diproduksi secara komersial, sedangkan feromon-feromon lainnya masih dalam evaluasi dan pengujian di lapangan untuk uji efektivitas terhadap hama-hama target.

Kata kunci: kelapa sawit, feromon, hama, perangkap

Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, 2007, 15(2): 69-82

Lalat Buah (Bactrocera sp.)


Ordo : Diptera Famili : Tephritidae Lalat buah (Bactrocera spp.) merupakan salah satu hama yang banyak menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan secara luas maupun tanaman pekarangan seperti mangga, belimbing, jambu, nangka, semangka, melon, pare, cabai, dll. Akibat serangan hama ini produksi dan mutu buah menjadi rendah, bahkan tidak jarang mengakibatkan gagal panen, karena buah berjatuhan sebelum masak atau buah menjadi rusak saat dipanen sehingga tidak layak jual atau tidak layak konsumsi. Gejala Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila

dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil dengan ukuran antara 4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini mencapai 3060%. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan. Pengendalian Fase kritis tanaman dan saat pemantauan populasi adalah saat buah menjelang masak. Lalat buah dapat dikendalikan dengan berbagai cara mulai dari biologi, mekanis, kultur teknis dan kimia. Di alam lalat buah mempunyai musuh alami berupa parasitoid dari genus Biosteres dan Opius dan beberapa predator seperti semut, sayap jala (Chrysopidae va. (ordo Neuroptera)), kepik Pentatomide (ordo Hemiptera) dan beberapa kumbang tanah (ordo Coleoptera). Peran musuh alami belum banyak dimanfaatkan mengingat populasinya yang rendah dan banyaknya petani yang mengendalikan hama menggunakan insektisida. Parasitoid dan predator ini lebih rentan terhadap insektisida daripada hama yang diserangnya. Cara mekanis: 1. Pengumpulan dan pemungutan sisa buah yang tidak dipanen terutama buah sotiran untuk menghindarkan hama tersebut menjadi inang potensial, akan menjadi sumber serangan berikutnya. Pengendalian mekanis juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan buah yang busuk atau sudah terserang kemudian dibenamkan kedalam tanah atau dibakar. 2. Pembungkusan buah mulai umur 1,5 bulan untuk mencegah peletakan telur (oviposisi), merupakan cara mekanik yang paling baik untuk diterapkan sebagai antisipasi terhadap serangan lalat buah. Bahan pembungkus Petani biasanya menggunakan kertas, kertas karbon, plastik hitam, daun pisang, daun jati, atau kain untuk membungkus buah yang tidak terlalu besar seperti belimbing dan jambu. Untuk buah yang berukuran besar, seperti nangka, petani biasa menggunakan anyaman daun kelapa, karung plastik, atau kertas semen. Setiap jenis pembungkus memiliki kelebihan dan kekurangan. Syarat bahan pembungkus Apa pun bahan pembungkus yang digunakan harus memenuhi persyaratan: bahan tidak mudah rusak, bahan berwarna gelap, dan bahan membantu menjaga kelembaban dalam bungkusan. Waktu pembungkusan Kapan buah harus dibungkus tergantung dari jenis buahnya. Misalnya, buah belimbing harus sedini mungkin dibungkus. Buah mangga dibungkus sebelum buah memasuki stadium pemasakan. Lalat buah tertarik pada warna kuning dan aroma buah masak atau aroma amonia

yang dikeluarkan oleh beberapa jenis bunga dan buah, jadi membungkus buah sedini mungkin bisa efektif mengurangi serangan lalat buah. 3. Pengasapan. Upaya membungkus buah untuk menghindari serangan lalat buah akan semakin efektif jika dibarengi dengan pengasapan. Tujuan pengasapan adalah mengusir lalat buah dari kebun. Pengasapan dilakukan dengan membakar serasah atau jerami sampai menjadi bara yang cukup besar. Kemudian bara dimatikan dan di atas bara ditaruh dahan kayu yang masih lembab. Pengasapan di sekitar pohon dapat mengusi lalat buah dan efektif selama tiga hari. Pengasapan selama 13 jam bisa membunuh lalat buah yang tidak sempat menghindar 4. Kotak perangkap yang di dalamnya diletakkan bahan pemikat lalat buah, antara lain menggunakan daun Selasih (Ocimum sp.) yang banyak tumbuh di ladang atau di tempat terbuka lainnya. Tanaman selasih mengandung minyak asiri, saponin, flavanoid, tanin, dan senyawa geranoil, methyl eugenol (ME), linalol serta senyawa lain yang bersifat menguap. Minyak selasih dilaporkan mengandung ME > 65 %. Cara penggunaan Untuk menarik/mengendalikan lalat buah, selasih dapat dimanfaatkan secara langsung atau disuling dulu untuk mendapatkan minyaknya. Penggunaan secara langsung caranya : 1) daun selasih 10 20 helai dibungkus dengan kain strimin, kemudian diremas-remas, lalu masukkan ke dalam perangkap; 2) daun selasih dicincang dengan pisau 2 3 cm, selanjutnya dibungkus kain strimin dan dimasukkan pada alat perangkap. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pengolahan tanah (membalik tanah) di bawah pohon/tajuk tanaman dengan tujuan agar pupa terangkat ke permukaan tanah sehingga terkena sinar matahari dan akhirnya mati. ***(Dari berbagai sumber)

Anda mungkin juga menyukai