Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PENGAJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

IDENTIFIKASI RAPTOR DI TAMAN HUTAN RAYA R. SOERYO KAWASAN CANGAR-GAJAHMUNGKUR

Oleh : Dewi Sasmita Nurul Ayu D. 080914061 080914092

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2011

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Nama & NIM Jurusan Fakultas Universitas

: Dewi Sasmita Nurul Ayu D. : Biologi

(080914061) (080914092)

: Sains dan Teknologi (FST) : Airlangga Gajah Mungkur

Tempat Pelaksanaan : Taman Hutan Raya R. Soeryo Kawasan CangarTopik PKL Tujuan Kegiatan : Identifikasi Raptor di Taman Hutan Raya R. Soeryo Kawasan Cangar-Gajah Mungkur : Mahasiswa dapat mengetahui dan melaksanakan sistem kerja yang ada di Taman Hutan Raya R. Soeryo dalam rangka konservasi Raptor di kawasan Cangar-Gajah Mungkur Waktu Pelaksanaan : 16-29 Januari 2012

Malang, 20 Desember 2011 Mengetahui, Ketua Departemen Biologi FST Universitas Airlangga Dosen Koordinator Praktek Kerja Lapangan

Dr. Alfiah Hayati NIP. 19640418 198810 2 001

Drs. Agus Supriyanto, M. Kes NIP. 19620824 198903 1 002

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang membentang sejauh 5.200 km sepanjang garis khatulistiwa dan terletak diantara dua samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, dan menjadi dua penghubung dua daerah biogeografis yang sangat berbeda, yaitu Asia dan Australia. Karena posisi ilmiah inilah Indonesia merupakan negara yang paling kaya akan jenis flora dan fauna di Asia. Disamping itu Indonesia memiliki berbagai tipe habitat mulai dari gunung yang sangat tinggi sampai palung laut yang sangat dalam (Nirarita, 1996). Salah satu fauna hutan tropis yang memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi adalah burung. Burung atau Aves merupakan salah satu kelas dari Vertebrata yang jumlah spesiesnya jauh melebihi kelas-kelas Vertebrata lain kecuali ikan (Peterson, 1986). Indonesia memiliki jumlah jenis- jenis burung terbesar keempat di dunia ini dengan jumlah 1519 jenis (Nugroho dan Bahri, 1994). Jawa dan Bali memiliki avifauna yang kaya, terdapat lebih kurang 500 jenis spesies (mewakili setengahnya dari suku burung di dunia) (Shannaz et al., 1995). Dari 1519 spesies burung yang terdapat di Indonesia terebut, jumlah spesies burung yang tidak terdapat di negara lain di dunia (endemik negara) mencapai 381 spesies dan jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar di dunia (Holmes dan Nash, 1999). Jenis burung pemangsa (raptor) adalah salah satu kekayaan akan keanekaragaman burung di Indonesia. Asia menempati jumlah tertinggi dengan 90 jenis raptor dan sekitar 70 spesies raptor diurnal ini bisa ditemukan di Indonesia (Sukmantoro dkk. 2007) Sekitar 10 spesies merupakan spesies yang endemik di Indonesia bahkan di antaranya sebagai spesies endemik pulau, seperti Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), Elang Sulawesi (Spizaetus lanceolatus) dan beberapa spesies lainnya. Semua spesies raptor diurnal dilindungi peraturan negara yaitu melalui undang-undang No. 5 tahun 1990, tentang konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya, serta PP 7 dan 8. Selain itu, semua jenis raptor telah masuk dalam kategori satwa yang dilindungi oleh undang-undang yang berlaku di Indonesia

serta di lindungi oleh beberapa peraturan perundang-undangan international seperti IUCN yaitu badan konvensi international yang menangani tentang konservasi jenis. Saat ini, di Indonesia di perkirakan ada sekitar 71 jenis terdiri dari berbagai jenis elang, elang rawa, rajawali, alap-alap yang disebut sebagai Raptor diurnal (yang umum aktif di siang hari) dan 45 spesies burung hantu, celepuk, pungguk dan sejenisnya untuk jenis nocturnal (beraktivitas di malam hari pada umumnya). Dalam sebuah ekosistem, Raptor mempunyai peranan penting sebagai pemangsa puncak (top predator) bagi mangsanya. Selain itu, raptor juga bisa menjadi sebuah indikator kondisi sebuah ekosistem karena jenis ini peka terhadap kondisi perubahan lingkungan. Oleh karena itu, melihat pentingnya peranan dari jenis raptor ini di alam maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah dan perundang-undangan untuk melindungi jenis raptor ini seperti PP No.7 dan 8 serta UU No. 5 Tahun 1990. Untuk menahan laju kepunahan keanekaragaman hayati akibat ulah manusia perlu adanya upaya pengelolaan yang berkesinambungan. Salah satunya dengan pendekatan Biologi konservasi. Biologi konservasi adalah ilmu lintas disiplin yang di kembangkan untuk menghadapi tantangan demi melindungi spesies dan ekosistem. Untuk itu Biologi Konservasi bertujuan: 1. Menyelediki dampak manusia terhadap keberadaan dan kelangsungan hidup spesies, komunitas dan ekosistem. 2. Mengembangkan pendekatan praktis untuk mencegah kepunahan spesies, menjaga, variasi genetik dalam spesies serta melindungi dan memperbaiki komunitas biologi dan fungsi ekosistem terkait. 3. Mempelajari dan mendokumentasikan seluruh aspek keanekaragaman hayati di bumi. Ironisnya, saat ini hampir sebagian besar permasalahan yang dihadapi oleh dunia konservasi adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran burung pemangsa serta habitatnya bagi kehidupan. Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

Kawasan taman hutan raya dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman wisata alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Rencana pengelolaan taman hutan raya sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Sebagai salah satu wilayah taman hutan raya di Indonesia, Taman Hutan Raya R. Soeryo secara keseluruhan memiliki konfigurasi huatn bervariasi antara datar, berbukit dan gunung-gunung dengan ketinggian antara 1.000-3.000 meter diatas permukaan laut. mempunyai potensi yang besar sebagai habitat jenis burung raptor. Dengan asumsi tersebut, maka diperlukan suatu studi untuk mengidentifikasi jenis burung raptor yang terdapat di Taman Hutan Raya R. Soeryo. Identifikasi tersebut sangat penting untuk menunjang upaya konservasi raptor yang terdapat Taman Hutan Raya R. Soeryo. Pada studi kali ini, ruang lingkup penelitian dikhususkan pada kawasan Cangar-Gajah Mungkur. Kawasan Cangar-Gajah Mungkur merupakan bagian dari Taman Hutan Raya R. Soeryo yang memiliki tipe vegetasi yang berpotensi sebagai habitat raptor. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, rumusan masalah yang dapat diajukan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah keanekaragaman jenis burung raptor di Taman Hutan Raya R. Soeryo Kawasan Cangar-Gajah Mungkur ? 2. Jenis burung raptor apa sajakah yang mendominasi di Taman Hutan Raya R. Soeryo Kawasan Cangar-Gajah Mungkur ? 3. Bagaimanakah karakteristik burung raptor di Taman Hutan Raya R. Soeryo Kawasan Cangar-Gajah Mungkur ?

1.3.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui nilai indeks keanekaragaman jenis burung raptor di Taman Hutan Raya R. Soeryo Kawasan Cangar-Gajah Mungkur. 2. Mengetahui jenis burung raptor yang mendominasi di Taman Hutan Raya R. Soeryo Kawasan Cangar-Gajah Mungkur. 3. Mengetahui karakteristik burung raptor di Taman Hutan Raya R. Soeryo Kawasan Cangar-Gajah Mungkur.

1.4.

Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Memberikan informasi tentang keanekaragaman jenis burung raptor di Taman Hutan Raya R. Soeryo Cangar Kawasan Cangar-Gajah Mungkur. Menjadi data penunjang untuk status perlindungan dan konservasi sert avitourism terkait kelimpahan dan karakteristik burung raptor di Taman Hutan Raya R. Soeryo Cangar Kawasan Cangar-Gajah Mungkur.

BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya R. Soeryo dengan cara menentukan jalur pengamatan dan di setiap jalurnya ditentukan pula stasiun pengamatan. Pengamatan dilakukan pada tanggal 16-29 Januari 2012 di kawasan Cangar-Gajah Mungkur. 2.2. Bahan dan Alat Peralatan yang diperlukan untuk menunjang kegiatan pengamatan adalah teropong binokuler, buku panduan lapangan pengamatan burung (John

MacKinnon), jam tangan, catatan, kamera, kompas, tali rafia dan label untuk menandai setiap stasiun pengamatan. Bahan dalam penelitian ini adalah komunitas burung raptor yang berada di Taman Hutan Raya R. Soeryo kawasan Cangar-Gajah Mungkur.

2.3. Prosedur Penelitian Studi mengenai identifikasi raptor ini menggunakan metode point count. Stasiun ditetapkan pada area yang berpotensi sebagai habitat raptor. Setiap stasiun dilakukan tiga kali pengulangan dengan mencatat segala macam jenis dan karakteristik serta kegiatan burung yang teramati di dalam stasiun. Jenis burung raptor yang teramati dari stasiun pengamatan dicatat jenis dan jumlahnya. Identifikasi raptor dilakukan dari berbagai cara mulai dari identifikasi visual sampai dengan suara. Data yang diperlukan dalam mengidentifikasi jenis adalah karakter seperti warna kepala, dada, sayap, punggung, ekor, warna mata, kaki, dan paruh; ukuran-ukuran tubuh (perkiraan panjang tubuh, rentang sayap,panjang ekor), bentuk sayap saat terbang (lebar-panjang-ujung menjari, sempit-pendek, ujung runcing) dan ciri-ciri khusus lainnya yang dianggap penting. Selain itu datadata penunjang seperti suara, habitat, makanan dan musim juga dapat menjadi data penguat untuk identifikasi. BAB III PENUTUP Demikian proposal permohonan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Taman Hutan Raya R. Soeryo ini kami buat. Mahasiswa akan bekerja sesuai aturan yang ditetapkan serta mengatasi masalah dengan bertindak secara inisiatif prosedural. Setelah masa PKL selesai, pihak Taman Hutan Raya R. Soeryo akan memberikan penilaian terhadap kinerja mahasiswa PKL. Sehingga diharapkan mahasiswa PKL akan dapat memiliki kompetensi untuk bekerja di Taman Hutan Raya R. Soeryo. Besar harapan kami agar pihak Taman Hutan Raya R. Soeryo dapat menerima kami sebagai mahasiswa PKL serta berkenan memberikan bimbingan selama proses PKL, untuk kelancaran dan terlaksananya kegiatan PKL ini. Kami akan berusaha maksimal dan profesional dalam melaksanakan kegiatan PKL sesuai

dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku di Taman Hutan Raya R. Soeryo. Sehingga akan terjadi hubungan timbal balik yang menguntungkan selama proses PKL baik dari mahasiswa PKL dan pihak Taman Hutan Raya R. Soeryo, dimana mahasiswa dapat menimba ilmu dan belajar terjun langsung dalam dunia kerja dan Taman Hutan Raya R. Soeryo dapat memperoleh bantuan dari mahasiswa PKL. Terima kasih atas perhatiannya.

Anda mungkin juga menyukai