Anda di halaman 1dari 8

INTISARI Hambatan utama dalam kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah di Indonesiaadalah kurang tersedianya titik dasar

teknik yang digunakan sebagai titik ikat dalam kegiatantersebut. Selain itu, jumlah sumber daya manusia yang sedikit dan luasnya wilayah Indonesiamenjadi faktor penghambat lain yang menyebabkan pemetaan bidang di Indonesia tidak berjalansecara optimal.Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dilakukanlah pengukuran dengan menggunakanaplikasi GPS CORS. Tujuan dalam penelitian kali ini adalah untuk membuat peta bidang denganmenggunakan aplikasi GPS CORS metode RTK ( Real Time Kinematik) NTRIP ( Networked Transportasi of RTCM via Internet Protocol ) serta menentukan ada tidaknya perbedaansignifikan koordinat hasil pengukuran batas bidang menggunakan GPS CORS-RTK NTRIPdibandingkan koordinat peta bidang hasil pengukuran teristris. Penelitian dilakukan di DesaBanyuraden, Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman, DIY dengan mengambil 80 sampel bidang tanah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan stasiun GNSS CORS (GMU 01)sebagai base stasion dan dengan metode RTK NTRIP.Pengukuran dengan metode ini dapat menghasilkan bidang tanah pada daerah terbuka(persawahan) 6 sampai 7 kali lebih cepat dari metode konvensional. Pada hasil analisis dan ujistatistik yang telah dilakukan, ternyata ada perbedaan signifikan antara koordinat Survei GPSCORS-RTK NTRIP dan koordinat peta bidang dari pengukuran teristris yang diikatkan padaTDT orde-4. ABSTRACT Main obstacles in activity of measurement and mapping parcels of land in Indonesia isthe lack of available TDT used as tie points in these activities. In addition, the number of humanresources and vast territory of Indonesia little into other inhibiting factors that led to mapping thefield in Indonesia is not running optimally.To overcome these problems, performs measurement by using applications of GPSCORS. The purpose of this research is to create a map of the field by using the method of application of GPS CORS RTK (Real Time Kinematic) NTRIP (networked Transport of RTCMvia Internet Protocol) and to determine whether there is any significant difference in the yield of field measurements using GPS-RTK CORS coordinates NTRIP compared with teristrial fieldmap measurements. Research conducted in the Village Banyuraden, District Gamping SlemanDistrict, Yogyakarta by taking 80 sample plots of land. Measurements performed using GPS CORS station (GMU 01) as a base station and with RTK NTRIP.Measurements with this method can produce parcel maps in the open field up to seven parcels of land six times faster than conventional methods. On the analysis and statistical tests that have been conducted, there were significant differences between the coordinates of CORS-RTK GPS Survey NTRIP and map coordinate fields from teristrial measurements tied to theTDT. Kata Kunci : Pemetaan bidan tanah, peta bidang, GPS CORS, RTK-NTRIP 1.PENDAHULUAN Tertib administrasi bidang di Indonesia diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah No 24tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Hal hal yag dilakukan pada kegiatan pendaftaran tanahyang meliputi kegiatan pengukuran, pemetaan bidang tanah, dan

pembukuan tanah yangdirealisasikan dengan dilakukannya pengadaan titik dasar teknik nasioanal orde 0, 1, 2, 3, danorde 4 oleh suatu instansi pemerintah yaitu BPN RI dan Bakosurtanal.Dalam melaksanakan tugas pemetaan bidang tanah, BPN (Badan Pertanahan Nasional )dihadapkan pada kendala dan masalah yang berakibat pada belum terdaftarnya seluruh bidangtanah di wilayah Indonesia. Sampai saat ini bidang tanah yang sudah terdaftar resmi dandipetakan di BPN baru 30 juta dari total 80 juta bidang tanah di Indonesia (Sunarto,2007) .Pemetaan bidang di Indonesia dapat dikatakan sangat lambat karena masih banyak sekali bidangtanah yang belum terpetakan dan terdaftar sehingga menyusahkan beberapa pihak instansi untuk melakukan pengembangan untuk fungsi bidang tanah tersebut.Pemetaan bidang yang dilakukanoleh instansi pemerintah BPN masih menggunakan metode yang konvensional, sehingga pelaksanaan lebih lama, biaya lebih mahal dan tidak efisen.Selain itu kendala lainnya dalam pengukuran bidang tanah di Indonesia adalah penyediaan dan persebaran Titik Dasar Teknik yang digunakan sebagai referensi pengukuran bidang tanah yang belum mencakup seluruhwilayah Indoensia.Di Indonesia penggunaan peta bidang sebagian besar hanya digunakan untuk keperluan pendaftaran tanah dan penghitungan nilai pajak.Sehingga peta bidang yang dibuat kebanyakan belum mencakup seluruh kawasan Indonesia. Sampai saat ini peta bidang tanah belum dikeloladan dimanfaatkan secara optimal selain untuk dua fungsi utama yang telah sebutkan di atas. Disaat peta bidang tanah di negara lain sudah digunakan sebagai salah satu basic building block dalam pengembangan kebijakan geospasial mereka dan digunakan sebagai salah satu fundamental dataset .Berdasarkan dari fakta fakta di atas, tergambar jelas bahwa kondisi peta bidang tanah diIndonesia membutuhkan perhatian yang lebih serius. Kurangnya sumber daya dan luasnyawilayah Indonesia sepertinya menjadi kendala tersendiri. Salah satu teknologi pemetaan yang mulai dikembangkan di Indonesia yaitu GNSSCORS ( Global Navigation Sattelite System Continuously Operating Reference Stations ). Banyak dari instansi pemerintah maupun swasta yang mengembangkan teknologi ini untuk kebutuhanrekayasa dan penelitian yang berkaitan dengan posisi . CORS merupakan jaring kerangkageodetik aktif berupa stasiun permanen yang dilengkapi dengan receiver yang dapat menerimasinyal dari satelit GPS dan satelit GNSS lainnya, yang beroperasi secara kontinyu selama dua puluh empat jam( Yustia 2008) .Sehingga terobosan terbaru pemetaan bidang tanah nantinyamenggunakan GPS CORS dengan menggunakan metode RTK ( Real Time Kinematik) menggunkan NTRIP ( Networked Transport of RTCM via Internet Protocol ). RTK merupakanmetode yang berbasiskan pada carrier phase dalam penetuan posisi secara relatif dengan tingkatketelitian mencapai satuan centimeter secara real time.

Tanpa mengabaikan data spasial lainnya, idealnya peta bidang tanah harus mulai menjadifokus pengembangan kebijakan geospasial di Indonesia.Adanya teknologi GPS CORS yang barumuncul di Indonesia diharapkan dapat membantu permasalahan pemetaan bidang tanah diIndonesia yang terkesan lambat dan menghabiskan biaya yang cukup besar. Teknologi GPSCORS menggunakan metode RTK NTRIP dapat melakukan pengukuran dan pemetaan bidangtanah lebih cepat karena pengukuran yang dihasilkan langsung dalam sistem koordinat nasionalTM 3 0 dengan mensetting langsung dalam receiver GPS CORS tanpa harus melalui prosestransformasi koordinat dan pembuatan jaring GPS. Selain itu pengukuran dan pemetaan bidangtanah menggunakan GPS CORS RTK NTRIP dapat memberikan kualitas data posisi yang telitidan cakupan pengukurannya lebih luas. 2.METODOLOGI Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu untuk pembuatan peta bidang hasil pengukuran menggunakan GPS CORS-RTK NTRIP dan menentukan ada tidaknya perbedaansignifikan koordinat batas bidang tanah hasil pengukuran menggunakan GPS CORS-RTK NTRIP yang dibandingkan dengan koordinat bidang tanah hasil pengukuran teristris yangdiikatkan pada TDT orde-4. Penelitian ini menggunakan sistem GNSS CORS dengan metodeRTK menggunakan NTRIP.CORS merupakan salah satu teknologi berbasis GNSS ( Global Navigation Sattelite System )yang dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi yang terkait dengan penentuan posisi. CORS merupakan jaring kerangka geodetik aktif berupa stasiun permanenyang dilengkapi dengan receiver yang dapat menerima sinyal dari satelit GPS dan satelit GNSS lainnya (Sunantyo,2009).Sistem RTK merupakan prosedur DGPS (Differential Global Positioning System) menggunakan data pengamatan fase, yang mana data atau koreksi fasedikirim secara seketika dari stasion referensi ke receiver pengguna.Penggunaan data pengamatanfase membuat informasi posisi yang dihasilkan memiliki ketelitian tinggi. Sistem RTK berkembang setelah diperkenalkannya suatu teknik untuk memecahkan ambiguitas fase disaatreceiver dalam keadaan bergerak yang dikenal dengan metode penentuan ambiguitas fase secara On The Fly ( OTF ).Dengan adanya radio modem sehingga proses pengiriman data atau koreksifase dapat dilakukan secara seketika, membuat informasi posisi yang dihasilkan oleh sistem inidapat diperoleh secara seketika (Rahmadi, 1997).Penelitian ini dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan persiapan pengumpulan datadan alat,tahap survei pendahuluan lokasi penelitian, tahap pengaturan alat, tahap pengukuran batas bidang tanah dengan menggunakan GPS CORS RTK-NTRIP, tahap pengolahan data,

dantahap analisis hitungan dan uji statistik.Tahap persiapan meliputi pemilihan lokasi penelitian, persiapan bahan penelitian, persiapan alat, dan persiapan prosedur penelitian.Lokasi dilaksanakannya penelitian yaitu didaerah Desa Banyuraden Kec. Gamping Kab. Sleman, DIY.Bahan penelitian yang berupa dataskunder adalah peta bidang tanah dengan skala 1:2500 (sesuai dengan lokasi penelitian) dariinstansi STPN. Persiapan alat meliputi persiapan peralatan yang digunakan untuk pemetaan bidang menggunakan sistem GPS CORS-RTK NTRIP antara lain Javad Triumph-1 Receiver, Antena UHF/GSM, Pen Stylus, Victor Data Collector, Hand Strap, Victor Bracket, Kabel Serial,Kabel USB, Power Supply, Extension cable, Power cable, Tripod, Hardcase , dan Tribach. Padatahap ini, base station CORS Teknik Geodesi UGM (GMU1) harus dipastikan aktif dan tidak ada masalah pada sistem dan softwarenya, sehingga setiap saat dapat dilakukan pengukuran

Gambar 2.1 Peralatan Javad Triumph-1Persiapan mengenai prosedur penelitian yaitu persiapan tentang cara penggunaan receiver Javad Triumph-1 secara manual yang diperoleh dari vendor alat tersebut. Dalamtahapan persiapan sebelum dilakukan pengukuran juga dipersiapkan Petunjuk Teknis atau Juknisuntuk pengukuran dan pemetaan bidang yang akan digunakan sebagai acuan atau pedoman untuk pengukuran bidang secara teknis di lapangan. Juknis yang digunakan sebagai acuan pada pengukuran bidang ini berasal dari PMNA No. 3 Tahun 1997 mengenai Petunjuk TeknisPengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah sesuai dengan PP no 24 Tahun 1997 dengan

LMPDP BPN (Land Management and Policy Development Program) .Setelah didapat bahan penelitian yang berupa peta bidang tanah kawasan DesaBanyuraden Kec. Gamping Kab. Sleman, DIY dengan skala 1:2500 kemudian dilakukan penentuan jumlah sampel bidang tanah untuk penelitian. Sampel bidang tanah yang digunakanuntuk penelitian sebanyak 80 sampel bidang. Pengambilan sampel bidang tersebut letaknya berdekatan dengan TDT orde 4 no 166. Kondisi lokasinya lebih banyak persawahan dan sedikit bangunan rumah. Pemilihan lokasi ini dikarenakan kondisi batas-batas bidang pada daerahtersebut masih bagus dan masih banyak terdapat tanda batas bidang berupa patok batas. Setelahmenentukan lokasi penelitian, dilakukan perencanaan pengukuran dengan tujuan mendapatkan koordinat titik batas bidang tanah pada daerah yang telah ditentukan.Pada pengukuran batas bidang ini menggunakan metode RTK yang menggunakan NTRIP, dimana yang digunakansebagai base station adalah GPS CORS Teknik Geodesi UGM (GMU1). Dalam proses ini juga,ditentukan waktu pengukuran dan lama perekaman data dengan sampling rate 1 detik selama 10sampai 15 detik per titik dengan solusi pengukuran fix/float .Pekerjaan pengukuran titik batas bidang menggunakan aplikasi GPS CORS-RTK NTRIPdapat dilihat pada gambar ilustrasi sebagai berikut

menggunakan GPS CORS RTK-NTRIPPrinsip pengukurannya yaitu stasiun CORS Teknik Geodesi UGM (GMU1) berfungsisebagai stasiun referensi (base station) yang aktif 24 jam yang telah diketahui koordinatnya, dan receiver GPS Javad Triumph-1 berada di lapangan sebagai rover dengan metode RTK menggunakan NTRIP . Rover ini bergerak (mobile) dari satu titik batas bidang ke titik batas bidang yang lainnya untuk merekam setiap titik batas bidang sampai mendapatkan sampel 80 bidang tanah. Bidang tanah yang diambil untuk sempel adalah bidang tanah yang masihmempunyai tanda batas bidang, seperti Gambar 2.3 pengambilan titik batas bidangnya padatengah patok

Gambar 2.3 Pengambilan titik tengah pada patok batasSetelah tahap pengumpulan data selesai, kemudian masuk pada tahapan pengolahandata.Data pengukuran sebelumnya didownload terlebih dahulu menggunakan softwareActiveSync. Data yang sudah didownload berupa file raw data (*.txt), lalu dipindahkanke software Microsoft Excel agar mudah diolah data koordinatnya. Data koordinat hasil pengolahan lalu diplot pada software Autocad Land Deskstop 2004, sehingga diperoleh peta bidang tanah dengan koordinat titik batas bidang hasil pengukuran menggunakan aplikasi GPSCORS-RTK NTRIP.Pada penelitian juga ini akan dilakukan uji signifikasi perbedaan antara koordinat bidangtanah hasil pengukuran GPS CORS menggunakan metode RTK NTRIP dengan koordinat peta bidang hasil pengukuran teristris yang diikatkan pada TDT orde-4 dengan uji-t . Pengujian pada penelitian ini menggunakan uji two tail test yang berdasarkan jenis statistik parametris

Baeru Posting kali ini saya akan coba mengulas sedikit mengenai penggunaan GPS untuk pengukuran dan pemetaan. Saat sekarang ini semenjak teknologi GPS sudah menyebar luas keseluruh penjuru dunia masuk ke semua sektor, jadi semua metode yang dulunya diaplikasikan secara manual sekarang diaplikasikan menggunakan GPS, walaupun sampai sekarang masih ada yang menggunakan metode manual, pastinya dengan alasan tertentu. Sebagai contoh metode pengukuran yang dulunya menggunakan pita meteran dan kompas sekarang sudah banyak yang menggunakan teknologi GPS. Pada posting sebelumya saya ulas mengenai klasifikasi GPS, sekarang akan saya berikan contoh GPS tipe navigasi seperti merk Garmin GPS60 untuk pengukuran dan pemetaan. Kita awali dengan metode pengukuran suatu objek di lapangan seperti jalan yang kita kategorikan sebagai garis (line). Biasanya GPS tipe navigasi dilengkapi dengan menu track dan waypoint yang dapat merekam dan menyimpan data dari lapangan, untuk melakukan pengukuran suatu garis (line) atau area (polygon) kita dapat menggunakan menu track dan waypoint pada GPS. Menu track kita gunakan untuk pengambilan garis (line) dan waypoint kita gunakan untuk pengambilan titik sudut suatu garis yang nantinya kita akan satukan antara data track dan waypoint untuk mendapatkan data yang lebih akurat karena ada perbandingan. Untuk pengambilan titik suatu objek di

lapangan, seperti : titik kota,desa, jembatan ataupun bangunan bangunan bersejarah dan lain sebaginya kita gunakankan juga menu waypoint. Setelah selesai pengukuran/pengambilan data di lapangan kita langsung mengarah kepengolahan (manage) hasil pengukuran untuk pemetaan. Pemetan bisa kita lakukan dengan metode manual dan metode komputer (mapping dekstop) yang memerlukan beberapa software, dimana :

Metode Manual, yang kita perlukan kertas milimeter dan pensil serta satu set penggaris. Hasil data yang terekam oleh GPS berupa track dan point kita catat nilai koordinatnya ( X dan Y ) seterusnya kita gambarkan di kertas milimeter. Metode Komputer (mapping dekstop), untuk mendukung kerja pemetaan dengan metode komputer kita butuhkan satu unit komputer, kabel data dan softwre GPS serta software pemetaan, seperti : MapInfo, Arcview, Autocad dan lain sebagainya. Apabila semuanya sudah tersedia tinggal hubungkan saja GPS ke komputer menggunaka kabel data, terus download data yang terekan di GPS selanjutnya eksport ke program pemetaan dan dilakukan editing.

Ulasan diatas hanya menggambarkan sedikit tentang bagaimana GPS diaplikasikan untuk pengukuran dan pemetaan, untuk lebih detailnya bisa baca buku mengenai tutorial GPS dan Pemetaan serta GIS, kalau sabar tunggu saya buat tutorial atau artikelnya pasti saya postingkan. Tak lupa komentar (saran & kritik) saya harapkan dari para netter dan bloger untuk membuat lebih baik blog saya ini.

Okkkkkk Pengukuran dan Pemetaan Titik Dasar Teknik


>>> Titik-titik dasar teknik diperlukan sebagai kerangka dasar referensi nasional. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa titik-titik ini diperlukan untuk pemetaan bidang tanah secara nasional, di mana letak, ukuran, luas dan dimensi lain dari suatu bidang tanah dapat diketahui dan direkonstruksi secara tepat dan akurat. >>> Tingkatan titik dasar teknik dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu: titik dasar orde 0, orde 1, orde 2, orde 3, dan orde 4. Titik dasar orde 0 dan 1 dilaksanakan dan dibangun oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL). Titik dasar orde 2 dan 3 dilaksanakan oleh BPN Pusat, sedangkan titik dasar orde 3 dapat dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Propinsi, dan titik dasar orde 4 umumnya dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Pengukuran titik dasar teknik orde 2, 3, dan 4 dilaksanakan dengan menggunakan metoda pengamatan satelit atau metoda lainnya. Metoda yang dimaksud adalah penentuan posisi dengan Global Positioning System (GPS). Sedangkan penetapan titik dasar teknik orde 4 umumnya dilaksanakan melalui pengukuran terestris dengan cara perapatan dari titik-titik dasar orde 3. >>> GPS adalah sistem penentuan posisi dan radio navigasi berbasis satelit yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus (simultan) dan dalam segala keadaan cuaca, memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi secara teliti, dan juga informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia. Dengan penghapusan Selective Availability (SA) pada sistem GPS oleh Amerika Serikat, maka ketelitian posisi absolut secara real time yang tinggi dapat meningkat secara signifikan.

>>> Sistem koordinat nasional menggunakan koordinat proyeksi Transverse Mercator Nasional dengan lebar zone 3 derajat atau kemudian disebut TM-3 derajat. Sedangkan model matematik bumi sebagai bidang referensi adalah spheroid pada datum WGS-1984 (Sistem Koordinat Kartesian Terikat Bumi). Pusatnya berimpit dengan pusat massa bumi, sumbu Z-nya berimpit dengan sumbu putar bumi yang melalui CTP (Conventional Terrestrial Pole), sumbu X-nya terletak pada bidang meridian nol (Greenwich), dan sumbu Y-nya tegak lurus sumbu-sumbu X dan Z dan membentuk sistem tangan kanan. (Sumber: PMNA/KaBPN No.3 Tahun 1997 dan DR. Hasanuddin Z. Abidin: Penentuan Posisi Dengan GPS dan Aplikasinya; Penghapusan SA pada Sistem GPS dan Dampaknya Bagi Survei dan Pemetaan).

Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah


>>> Melalui pengikatan kepada titik-titik dasar orde 4, maka dilaksanakan pengukuran tanah bidang per bidang. Bidang-bidang tanah hasil pengukuran kemudian dipetakan dalam Peta Dasar Pendaftaran. Peta ini berskala 1:1000 atau lebih besar untuk daerah perkotaan, 1:2500 atau lebih besar untuk daerah pertanian, dan 1:10000 atau lebih kecil untuk daerah perkebunan besar. Peta ini harus mempunyai ketelitian planimetris lebih besar atau sama dengan 0,3 mm pada skala peta. >>> Sebelum suatu bidang tanah diukur, wajib dipasang dan ditetapkan tanda-tanda batasnya, setelah mendapat persetujuan dari pemilik tanah yang berbatasan langsung. Apabila sampai dilakukannya penetapan batas dan pengukuran bidang tanah tidak tercapai kesepakatan mengenai batas-batasnya (terjadi sengketa batas), maka ditetapkan batas sementara yang menurut kenyataannya merupakan batas bidang-bidang tanah yang bersangkutan. Kepada yang bersengketa diberitahukan agar menyelesaikannya melalui Pengadilan. >>> Pengukuran bidang tanah dapat dilakukan secara terestrial, fotogrametrik, atau metoda lainnya. Pengukuran terestris adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur theodolite berikut perlengkapannya seperti: pita ukur, baak ukur, electronic distance measurement (EDM), GPS receiver, dan lain sebagainya. >>> Adapun pemetaan secara fotogrametrik adalah pemetaan melalui foto udara (periksa foto simulasi di atas). Hasil pemetaan secara fotogrametrik berupa peta foto tidak dapat langsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan Sertipikat Hak atas Tanah. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan ground controls (titik dasar kontrol) hingga kepada pengukuran batas tanah. Batas-batas tanah yang diidentifikasi pada peta foto harus diukur di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai