Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN ABLASIO RETINA

Oleh :
Kartika Farumi Sarie Nurul Fauzia Quraini Nyoman Satya Wardhani Rahmad Aji Hanggoro Rahmad Nur Bianto (P27820310012) (P27820310023) (P27820310024) (P27820310026) (P27820310027)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA PRODI KEPERAWATAN SUTOPO SURABAYA TAHUN AJARAN 2011-2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Glaukoma tepat pada waktunya. Kami juga tidak lupa berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Hilmi Yumni S.Kep Ns., M.Kep Sp. Mat. selaku Ketua Program Studi Keperawatan Sutopo. 2. Ibu Soebandiyah SST. selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah. 3. Staf dan karyawan perpustakaan Prodi Keperawatan Sutopo. 4. Serta teman-teman dan pihak yang membantu terselesaikannya makalah ini. Kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi sempurnanya makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surabaya, 16 Septermber 2011

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2 Penulis...................................................................................................................................2 DAFTAR ISI.........................................................................................................................3 ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ABLASIO RETINA...........................................4 DEFINISI..........................................................................................................................4 PATOFISOLOGI..............................................................................................................4 ETIOLOGI .......................................................................................................................4 -Insiden..............................................................................................................................5 TANDA DAN GEJALA...................................................................................................5 DIAGNOSA BANDING...................................................................................................5 MANIFESTASI KLINIS .................................................................................................6 PENATALAKSANAAN .................................................................................................6 PEMERIKSAAN PENUNJANG......................................................................................7 PENCEGAHAN................................................................................................................7 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................11 ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH ABLASIO RETINA....................12 Analisa Data........................................................................................................................16

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ABLASIO RETINA DEFINISI Merupakan penyakit mata gawat darurat, penderita mengeluh ada kabut dilapangan pandangnya secara mendadak seperti selubung hitam. Kalau mengenai makula lutea maka visusnya mundur sekali, bila ditanya mungkin ditemukan gejala ada bintik hitam sebelumnya dan penderita miopia tinggi. Ablasia retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari retina lepas. Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu didahului oleh terbentuknya robekan atau lubang didalam retina (P.N Oka, 1993), lepasnya lapisan saraf retina dari epitelium. Penyakit ini harus dioperasi, penderita tidak boleh terlalu banyak bergerak dan goyang supaya bagian retina yang sudah lepas, tidak bertambah lepas lagi. PATOFISOLOGI Ada 2 tipe ablasio retina : Non rhemathogen retina detachmen : a. Malignancy hypertensi b. Choriodal tumor c. Chorioditis d. Retinopati Rhemathogen retina detachmen : a. Trauma b. Degenerasi c. Kelainan vitreus ETIOLOGI Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma, akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong retina (rhematogen) atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina terangkat (non rhegmatogen), atau tarikan jaringan parut pada badan kaca (traksi). Penimbunan eksudat terjadi akibat penyakit koroid, misalnya skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, uveitis dan toksemia gravidarum. Jaringan parut pada badan kaca dapat disebabkan DM, proliferatif, trauma, infeksi atau pasca bedah.

Faktor predisposisi : Mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis,ekstraksi katarak dan retina yang memperlihatkan degenerasi diperifer.

-Insiden Bianya terjadi pada usia 50 tahun dan pada penderita dengan myopi. Rhegmatogenous detachment jarang terjadi pada kaum muda kecuali karena trauma. Angka kejadiannya meningkat pada dekade ke 4 dan puncaknya pada dekade 5 dan ke 6. Tiga faktor yang potensial menyebabkan terjadinya retinal detachment adalah : Aphakia, degenerasi dari retina dan vitreuos dan myopi. Perpindahan human lens (dihasilkan dalam apakia) dapat menjadikan vitreous berpindah ke depan. Dalam beberapa kasus myopi, panjang anteroposterior dari mata membesar, ukuran dari posterior chamber meningkat.

TANDA DAN GEJALA Gejala Dini : Floaters dan fotopsia. Gangguan lapangan Pandang Melihat seperti tirai. Visus menurun tanpa disertai rasa nyeri. Pada pemeriksaan fundus okuli : tampak retina yang terlepas berwarna pucat dengan pembuluh darah retina yang berkelok kelok disertai / tanpa robekan retina

DIAGNOSA BANDING 1. Retiniskisis 2. Separasi khoroid 3. Tumor khoroid : Terlihat lebih transparan : Terlihat lebih gelap, dapat melewati ora serrata : Perlu pemeriksaan USG

MANIFESTASI KLINIS Tabir yang menutupi penglihatan dan seperti melihat pijaran api, penglihatan menurun secara bertahap sesuai dengan daerah yang terkena, bila makula yang terkena maka daerah sentral yang terganggu. PENATALAKSANAAN Menghindari robekan lebih lanjut dengan memperhatikan penyebabnya, seperti :Foto koagulasi laser, krioterapi,retinopexy pneumatic, bila terjadi akibat jaringan parut dilaku kan vitrektomi, scleral buckling atau injeksi gas intraokuler. Usaha Pre-operatif : Sedikitnya 5 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah sakit, harus tirah baring sempurna (Bedrest total). Kepala dan mata tidak boleh digerakan, mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-derita dibantu. Kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti: Atropin tetes 1 % jangan menggunakan obat-obat mata dalam bentuk salep mata karena akan menghalangi jalannya operasi (kornea akan keruh akibat salep). Persiapan lainnya sama dengan persiapan operasi katarak, operasi ablasio retina mengguna kan anestesi umum tetapi bila menggunakan anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100 mg) atau largactil (100 mg) IM, kemudian jam sesudahnya diberi pethidine (50 mg) dan phenergan (25 mg) IM. Usaha Post-operatif : Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perawatan adalah posisi kepala, pergerakan mata, obat-obat, lamanya mobilisasi dan pemeriksaan lanjutan (follow up). Posisi kepala dan badan, arah miringnya kepala, tergantung posisi/keadaan sewaktu operasi yaitu kearah mana punksi cairan subretina dilakukan. Pada robekan yang sangat besar, posisi kepala dan badan dipertahankan sedikitnya 12 hari. Pergerakan mata, bila operasi dilakukan dengan kombinasi cryo atau diathermi koagulasi dengan suatu implant atau scleral buckling, maka kedua mata ditutup selama 48 72 jam sedang badan boleh bergerak untuk mencegah pergerakan matanya. Bila hanya menggunakan cryo atau diathermi saja mata ditutup selama 48 jam samapai cairan subretina diabsobsi. Bila robekan belum semua tertutup, maka kedua mata harus ditutup selama 12 14 hari, retina menempel kembali dengan kuat pada akhir minggu ketiga setelah operasi, karena itu selama periode 3 minggu itu diberikan instruksi sebagai berikut : Jangan membaca. Melihat televisi hanya boleh dari jarak 3 meter. Mata diusahakan untuk melihat lurus kedepan, bila berkendaran hendaknya mata di 6

tutup. Obat obat : Selama 24 jam post-operasi diberikan obat anti nyeri (analgesik) 3 X 500 mg, bila mual muntah berikan obat anti muntah. Sesudah 24 jam tidak perlu diberikan obat-obat, kecuali bila merasa sakit. Penggantian balut dilakukan setelah 24 jam, saat itu mata ditetesi dengan Atropin tetes steril 1 %. Bila kelopak mata bengkak, diberikan Kortikosteroid lokal disertai babat tindih (druk verban) dan kompres dingin. Follow Up: Setelah pulang, penderita kontrol tiap 1 minggu, 3 minggu, 6 minggu kemudian tiap 3, 6 dan 12 bulan. Refraksi stabil setelah 3 bulan pasca bedah. Visus terlihat kemajuannya setelah 1 tahun pasca bedah. Prognosis : 90 % detachmen retina setelah enam bulan melekat baik tidak akan lepas lagi. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pada pemeriksaan Funduskopi terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dan adanya retina yang berwarna merah, sering ditemukan pada daerah temporal superior. Bila bola mata bergerak terlihat robekan retina bergoyang, terdapat defek aferen pupil tekanan bola mata rendah. Bila tekanan bila mata meningkat maka terjadi glaukoma neomuskular pada Ablasi yang lama. PENCEGAHAN Gunakan kacamata hindari kontak dengan sinar matahari secara langsung periksakan mata dengan rutin untuk menghindari masalah mata Fokus pengkajian : Klien mengeluh ada bayangan hitam bergerak Gangguan lapangan pandang Melihat bendan bergerak seperti tirai Bila mengenai makula visus sentral sangat menurun Terjadi secar tiba-tiba/perlahan-lahan Pemeriksaan funduskopi, blade, tear, hole Diperlukan tindakan pembedahan/operasi. 7

Diagnosa perawatan Pre-operasi yang mungkin terjadi Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari lepasnya saraf sensori dari retina. Tujuan : Tidak terjadi kehilangan penglihatan yang berlanjut. Kriteria : - Klien memahami pentingnya parawatan yang intensif/bedrest total. - Klien mampu menjelaskan resiko yang akan terjadi sehubungan dengan penyakitnya. Rencana Intervensi : INTERVENSI Anjurkan klien untuk bedrest total Berikan penjelasan tujuan bedrest total Hindari pergerakan yang mendadak, menghentakkan muntah Jaga kebersihan mata RASIONAL Agar lapisan saraf yang telepas tidak bertambah parah. Agar klien mematuhi dan mengerti maksud pemberian /perlakuan bedrest total. Mencegah bertamabh parahnya lapisan saraf

kepala,menyisir,batuk,bersin, retina yang terlepas . Mencegah permudah terjadinya infeksi,agar dan mem

pemeriksaan

tindakan

Berikan dokter.

obat

tetes

mata

operasi. midriatik- Diharapkan dengan pembnerian obat-obat Dicegah agar tidak menjadi parah

sikloplegik dan obat oral sesuai anjuran Kondisi penglihatan dapat dipertahankan/

Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan Tujuan : Kecemasan berkurang Kriteria : - Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya. - Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan/dilakukan. - Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, prognosisnya (bila dilakukan operasi).

Rencana Intervensi : INTERVENSI Kaji tingkat ansietas : ringan,sedang,berat,panik RASIONAL Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memudahkan penanganan/pemberian askep seBerikan kenyaman dan ketentraman hati Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan,perjalanan penyakit & prognosisnya. Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan/ketegangan. lanjutnya. Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya. Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar sakit dan perlu dirawat. Agar klien merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan. Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk menurunkan/mengurangi ansietas. Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai dengan keinginannya dan tidak bertentangan dengan program perawatan. Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik yang berhubung-an dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-obatan,komplikasi dan perawatan tindak lanjut. Tujuan : Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang direncanakan/dilakukan untuk pengobatan, akibat dari penyakit dan penurunan situasi berisiko (tidak aman, polusi). Kriteria : - Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena ketidak tahuan, kehilangan kontrol atau kesaahan persepsi. - menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada gejala dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala. Mengungkapkan maksud/tujuan untuk melakukan perilaku kesehatan yang diperlukan dan keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan kekambuhan atau komplikasi. Rencana Intervensi : INTERVENSI RASIONAL 9

Identifikasi faktor-faktor penyebab yang menghalangi penata laksanaan program terapeutik yg efektif. Bangun rasa percaya diri.

Agar diketahui penyebab yg mengha-langi sehingga dpt segera diatasi sesuai prioritas. Agar klien mampu melakukan aktifitas sendiri/dengan bantuan orang lain tanpa mengganggu program perawatan. Agar klien mampu dan mau melakukan/ melaksanakan program perawatan yang dianjurkan tanpa mengurangi peran sertanya dalam pengobatan/ perawatan dirinya. Klien mengerti dan menyadari bahwa penyakitnya memerlukan suatu tindakan & perlakuan yang tidak menyenangkan.

Tingkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien yang positif.

Jelaskan dan bicarakan: proses penyakit, aturan pengobatan/perawatan,efek samping prognosis penyakitnya.

10

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. Jakarta : EGC (2000). Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Ed. 8. Jakarta : EGC Danielle G dan Jane C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC Jakarta Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan Essentia Media. Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta. Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI Jakarta. Sidarata I. (1982). Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Jakarta Wijana, Nana. (1983). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta

11

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH ABLASIO RETINA Misal : Nama Mahasiswa : Tempat Praktek Tanggal I. Identitas Klien Nama Umur TTL Jenis kelamin Alamat Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Lama bekerja MRS Pendidikan Pekerjaan Alamat : : : : : : : : : : : : : : : :

Status perkawinan :

Keluarga terdekat :

II. Status Kesehatan Saat Ini: Alasan kunjungan ke RS. mata kiri mendadak kabur 10 hari yang lalu sebelumnya melihat bayangan hitam seperti ombak, tidak dapat melihat walau jaraknya dekat. Mata kanan kabur sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan utama saat ini: Kedua mata kabur tidak dapat melihat dengan jelas terutama tidak tampak. Lama keluhan : Mata kiri 10 hari (tiba-tiba) Mata kanan 2 tahun yang lalu. Timbulnya keluhan: Mata kiri : mendadak. Mata kanan : Bertahap 12 mata kiri hanya terlihat bayangan hitam seperti ombak,kilatan cahaya

Faktor yang memperberat: Bila mata mengalami iritasi/kemasukan debu. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi: datang kedokter spesialis mata di Banyuwangi dan Surabaya, mendapat obat tetes mata dan obat oral, ke rumah sakit dirujuk oleh dokter yang merawat dengan diantar saudara.

Diagnosa medik: Mata kiri

: Ablasio retina.

Mata kanan: Katarak matur. III. Riwayat Kesehatan Yang Lalu: 1. Penyakit yang pernah dialami: Sejak 2 tahun yang lalu mata kanan kabur ada bintik putih ditengah-tengah bola mata 2. Klien tidak mempunyai riwayat alergi. 3. Imunisasi lengkap tidak ada reaksi kecuali demam sewaktu mendapat imunisasi BCG. 4. Kebiasaan : minum teh pagi hari. 5. Obat-obatan : lamanya 2 tahun, minum obat-obat tradisional (jamu) dan resep dari dokter spesialis mata, obat tetes mata dan obat oral. 6. Pola nutrisi : makan ? X sehari, BB=?, TB= ?cm, makan nasi, sayuran, lauk-pauk dan buah-buahan serta susu, tidak ada pantangan, nafsu makan baik. 7. Pola eliminasi : BAB= ? X sehari (pagi/sore), tanpa menggunakan pencahar, warna kuning, konsistensi lembek. BAK= ? X, warna kuning jernih, bau tidak terlalu menusuk. 8. Pola tidur dan istirahat : waktu tidur pukul ? Wib ? Wib ( ? jam) sebelum tidur menonton TV sebentar. 9. Pola aktifitas dan latihan : Memasak,mencuci, bersih-bersih rumah dan kegiatan rumah tangga lainnya, kegiatan waktu luang diisi bersama keluarga, kesulitan dalam melakukan pergerakan tubuh, mandi,mengenakan pakaian dan bersolek terutama dalam berberapa hari belakangan ini. IV. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang mengalami/menderita penyakit yang diderita klien. V. Riwayat lingkungan : lingkungan bersih dan aman bebas dari polusi VI. Aspek Psikososial : Pola pikir dan persepsi: klien memakai kaca mata, sering pusing dan tidak bisa melihat dengan jelas pandangan kabur. Klien sangat memikirkan pelaksanaan operasi dan keadaan matanya juga anak perempuannya yang hampir selesai sekolahnya klien ingin menyaksikan wisuda dan pernikahan anaknya nanti. Harapan klien cepat sem buh dan dioperasi karena tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya. Suasana hati cemas dan gelisah, perhatian terfokus pada 13 seperti

pelaksanaan operasi dan keadaan matanya. Hubungan/komunikasi: bicara jelas, relevan, mampu mengekspresikan dan mengerti orang lain. Klien tingagal bersama suami dan 2 orang anaknya sedangkan anak tertuanya sekolah diakademi pariwisata Nusa dua Bali. Adat istiadat yang dianut adalah adat Jawa, pembuat keputusan dalam keluarga ayah dan ibu setelah itu baru dimusyawarahkan ke anak-anak dan keluarga yang lain, keuangan memadai. Pertahanan koping: pengambil keputusan suami dan kakak klien, jika stres tidur dan diam, yang dapat dilakukan perawatan agar klien merasa nyaman dan aman adalah memberikan penjelasan mengenai penyakit klien dan pelaksanaan operasinya. Sistem nilai kepercayaan: Tuhan YME merupakan sumberkekuatan, setiap minggu mengikuti pengajian tapi mulai jarang sejak sakit. VII. Pengkajian fisik : Kepala : bentuk simetris,keluhan kadang pusing bila dipaksa untuk melihat. Mata: Mata kanan ? PI BSA ? mmHg Spasme (-) Oedema(-) CVI(-), PCVI(-) Jernih Dalam Reguler ? mm Keruh FR (-) Visus Tekanan okuli Palpebra Konjunctiva Kornea BMD Iris Pupil Lensa Funduskopi Mata kiri ? PI BSA ? mmHg Sapsme(-), Oedema(-) CVI(-), PCVI(-) Jernih Dalam Reguler Bulat, VC (+) ?m Jernih FR (+) pupil N II Batas tegas,warna normal, retina blass (+), makula Reff , eksudat (-), tear belum ditemukan. Fungsi penglihatan : kabur,terlihat bayangan hitam seperti ombak,tidak ada rasa sakit. Tanda tanda radang (-), pemeriksaan mata terakhir tanggal 09 April 2001 14

Pada praktek dokter spesialis mata disurabaya,kemudian klien dirujuk keRS untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Hidung : tak ada kelainan Mulut dan tenggorokan : tak ada kelaian Penapasan : Batuk (-), RR= 18 X/menit, pola napas baik tidak ada perubahan. Sirkulasi : Nadi 80 X/menit, distensi vena jugularis tak ada,suara jantung tamabahan tak ada,pusing kadang-kadang bila dipaksakan melihat lama. Nutrisi : diet biasa, nafsu makan baik,mual-muntah tak ada, intake cairan 1 2 liter. Eliminasi : tak ada kelainan Reproduksi : tak ada kelaianan Neurologis : Tingkat kesadaran GCS : 456, orientasi baik, bisa mengingat orang, waktu dan tempat. Muskuloskeletal : Tak ada kelainan Kulit : warna putih, integritas baik, turgor baik Data laboratorium Darah lengkap : - Hb :? - LED :? - Leuko : ? - Thrombosit :? Kimia darah : - Bilirubin total ? mg/dl - Bilirubin terikat ? mg/dl - SGOT : ? u/l - SGPT : ? u/l - Protein total : ? g/dl - Albumin : ? g/dl - Glukosa : ? g/dl Pengobatan : Atropin 1 % 2 X 1 tts OS Urine lengkap : - Leukosit 25 /ul (+) - Eritrosit 25 /ul (+) - Warna : kining muda - Kekeruhan : Jernih Darah puasa : ? 2 jam PP BUN :? :? Kreatinin serum : ?

15

Analisa Data
TANGGAL KELOMPOK DATA DS: . DO: VOS ? PI BSA TOS ? mmHg FdOS = FR (+) Pupil N II batas Tegas, retina blass (+),makula reff ,tear belum ditemukan. DS: DO: Kx.gelisah,selalu Ancaman Bertanya,tdk me nuruti anjuran u/ bedrest total,berdebardebar. kehilangan peng lihatan Ansietas/ cemas Ansietas berhubungan dengan kehilangan penglihatan ancaman yang KEMUNGKINAN PENYEBAB Lepasnya saraf sensori retina. MASALAH Perubahan persepsi sensori melihat DIAGNOSA KEPERAWATAN Perubahan persepsi sensori ngan melihat dedari saraf efek berhubungan lepasnya

senori dari re-tina

16

NO

DIAGNOSA

TUJUAN

KRITERIA

INTERVENSI

RASIONAL

IMPLEMENTASI

EVALUASI

1.

Perubahan persepsi sen sori melihat berhubungan dengan efek dari lepasnya saraf sensori dari retina.

Tidak terjadi kehilangan penglihatan yang berlanjut. -

-Klien memahami pentingnya perawatan yang intensif/bedrest total. Klien mampu menjelaskan resiko yang akan terjadi sehubungan dengan penyakitnya.

1. Anjurkan klien untuk bed rest total.

Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memudahkan penanganan/ pemberian askep selanjutnya.

1. Menganjurkan klien untuk bed rest total, usahakan tidur ter-lentang.

S: apakah Klien mengeluh matanya masih kabur? O:VOS? BSA TOS? mmHg PI

2. Berikan penjelasan tujuan bed rest total.

Agar klien mematuhi & mengerti maksud pemberian/perlakuan bed rest total.

2. Memberikan penjelasan tujuan bed rest total.

FdOS= FR (+) Pupil N II batas Tegas, blass retina (+),

3. Hindari pergerakan yang mendadak, menghentakkan kepala, menyisir, batuk, ber sin, muntah.

Mencegah bertambah parahnya lapisan saraf retina yang terlepas.

3. Menghindari pergerakan yang mendadak, menghentakkan kepala, menyisir, batuk, bersin, muntah.

makula reff ,te-Ar belum ditemukan.

17

4. Jaga kebersihan mata.

Mencegah terjadinya infeksi, agar memper mudah pemeriksaan & tindakan operasi.

4. Menjaga kebersihan mata, ditutup dengan kassa, tidak boleh menggosok mata.

5. Berikan obat tetes mata. Midriatiksikloplegik & obat oral sesuai anjuran dokter.

Diharapkan dengan pemberian obat-obat an kondisi penglihatan dapat dipertahan kan/dicegah agar tidak bertambah parah.

5. Memberikan obat tetes mata Midriatiksikloplegik & obat oral sesuai anjuran dokter. Atropin tetes 1% 2x1 tetes OS.

1. Kaji tingkat ansietas : 2. Ansietas yang berhuKecemasan ber ringan, sedang, berat, pa-nik. Untuk mengetahui

1. Mengkaji tingkat ansietas : ringan,

A: klien

Masalah belum

18

bungan dengan ancaman kehilangan penglihatan.

-kurang.

- Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya. - Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan/dilakukan. - Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, progno sisnya (bila di lakukan operasi) 4. Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijang kau oleh klien. 3. Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan, perjalanan penyakit & prog nosisnya. 2. Berikan kenyamanan dan ketentraman hati.

sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memudahkan penanganan/ pemberian askep selanjutnya. Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.

sedang, berat, panik, sesuai respon yang diberikan klien.

teratasi. P: Rencana tindakan diterus-kan. I:Melaksanakan E: tindakan Mata klien -sih kiri ma kabur yang telah ada.

2. Memberikan kenya-manan dan ketentra -man hati. 3. Memberikan

VOS: 1/300, persiapan operasi.

Agar klien mengeta -hui/memahami bahwa ia benar sakit dan per- lu dirawat.

penje- lasan mengenai prosedur perawat -an, perjalanan pe-nyakit & prognosis nya. 4. Memberikan/tem-

Agar klien merasa aman dan terlindungi saat memerlukan ban-

patkan alat pemang -gil yang mudah di -jangkau oleh

S: apakah Klien menanyakan rencana ope

19

5. Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.

tuan.

klien.

rasinya? O: Klien terus bertanya tentang

5. Menggali intervensi yang dapat menurunkan ansietas. Untuk mengetahui cara mana yang efektif un-tuk 6. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemas an/ ketegangan. menurunkan /mengurangi ansietas. 6. Memberikan aktivi -tas yang dapat menu runkan kecemasan/ Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai dengan keingi -nannya dan tidak ber -tentangan dengan program perawatan. ketegangan. Mendengarkan mu- sik/radio. I: Menanyakan hobi/ kegemaran klien. P: A:

rencana operasinya apakah Masalah klien teratasi? apakah Rencana tindakan diteruskan? bagaimana tindakan telah apakah Kecemasan klien berkurang? Melaksanakan yang ada? E:

20

21

Anda mungkin juga menyukai

  • Alamat RS
    Alamat RS
    Dokumen3 halaman
    Alamat RS
    Moa Birawa
    Belum ada peringkat
  • Kop Dhoni
    Kop Dhoni
    Dokumen1 halaman
    Kop Dhoni
    Rahmad Nur Bianto
    Belum ada peringkat
  • Format Askep
    Format Askep
    Dokumen4 halaman
    Format Askep
    Rahmad Nur Bianto
    Belum ada peringkat
  • Not To See
    Not To See
    Dokumen1 halaman
    Not To See
    Rahmad Nur Bianto
    Belum ada peringkat
  • Not To See
    Not To See
    Dokumen1 halaman
    Not To See
    Rahmad Nur Bianto
    Belum ada peringkat
  • Not To See
    Not To See
    Dokumen1 halaman
    Not To See
    Rahmad Nur Bianto
    Belum ada peringkat