Anda di halaman 1dari 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Konsep teori merupakan suatu acuan penting berkenaan dengan teori-teori yang dibutuhkan dalam mengerjakan suatu laporan. Konsep teori dalam bab ini akan membahas tentang persepsi, perawat, safety ( K3, Kesehatan dan Keselamatan Kerja ) dan hospital ( Rumah sakit ). 2.1.1 Persepsi 2.1.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi adalah suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme, atau individu, sehingga merupakan suatu yang berat dan merupakan aktifitas yang integrated dalam diri individu ( Bimo Walgito, 2001 : 84 ). Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan dan perbedaan antara lain melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah panca indranya mendapatkan rangsangan ( Maramis, 2005 : 119 ). Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita, melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba ( kerja indra ) disekitar kita (Widayatun, 1999 : 110 ). 2.1.1.2 Teori Tentang Persepsi Teori tentang persepsi menurut Widayatun ( 1999 ) adalah : a. Persepsi itu dalam stabilitasnya berbeda dalam ukuran, kecermelangan warna stabilitas gerak. b. Persepsi bisa terjadi dengan sendirinya. c. Setiap manusia / individu dalam persepsi selalu berbeda.

d. Ada 4 hal yang sangat berpengaruh terhadap persepsi,antara lain : 1) Belajar yang berbeda. 2) Kesiapan mental. 3) Kebutuhan dan motivasi ( need dan motivation ). 4) Persepsi gaya fikir yang berbeda. e. Persepsi atau tanggapan didalam bentuk data aktualnya disebut Informasi f. Hukum- hukum persepsi antara lain : 1) Prinsip pendekatan. 2) Prinsip kesamaan. 3) Prinsip sendiri. 4) Prinsip kontinyu. 5) Prinsip gerak bersama. 2.1.1.3 Macam- macam persepsi Ada 2 macam persepsi yaitu : a. External / perception yaitu terjadi karena,adanya rangsang yang datang dari luar diri individu. b. Self perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu, dalam hal ini menjadi objek adalah dirinya sendiri. 2.1.1.4 Syarat Terjadinya Persepsi 1. Adanya objek objek stimulus atau indra ( receptor ). Stimulus berasal dari luar individu ( langsung mengenai alat indra / receptor ) dan dari dalam diri individu (langsung mengenai saraf sensoris yang bekerja sebagai receptor ). 2. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi. 3. Adanya alat indra sebagai receptor penerima stimulus.

4. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak ( pusat saraf atau pusat kesadaran ). Dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respons. 2.1.1.5 Proses Terjadinya Persepsi Pertama terjadinya persepsi adalah karena adanya objek / stimulus yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indra, kemudian stimulus atau obyek perhatian tadi dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya kesan atau jawaban adanya stimulus, berupa kesan atau respon dibalikkan ke indra kembali berupa pengalaman hasil pengolahan otak. Proses terjadinya persepsi ini perlu fenomena dan yang terpenting adalah suatu konsep yang diberikan pada proses persepsi yang mengkoleksi input input tertentu. Perhatian sendiri mempunyai ciri ciri khusus yang berfokus dan berubah ubah. 2.1.1.6 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Willson ( 2010 ) ada faktor dari dalam dan dari luar yang mempengaruhi persepsi, diantaranya : a. Faktor Eksternal Atau Dari Luar 1. Concretenes yaitu wujud gagasan yang abstrak yang sulit dipersepsikan dengan obyektif. 2. Novelity atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk dipersepsikan dibandingkan dengan hal hal yang sama. 3. Volocity atau, percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasikan munculnya persepsi lebih efektif dibandingkan dengan gerakan yang lambat. 4. Conditioned stimuli, stimulus yang dikoordinasikan seperti bel pintu,deringan telepon dan lain lain. b. Faktor Internal Atau Dari Dalam

1. Motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon terhadap istirahat. 2. Interest, hal hal yang lebih menarik lebih diperhatikan dibandingkan yang tidak menarik. 3. Need, kebutuhan akan hal tertentu akan lebih diperhatikan. 4. Assumption, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman melihat, merasakan dan lain lain. 2.1.1.7 Jenis jenis Persepsi Dilihat dari segi individu setelah melakukan interaksi dengan objek yang dipersepsikan, maka hasil persepsi dapat dibagi menjadi 2 yaitu : a. Persepsi positif Merupakan persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan ( tahu tidaknya, kenal tidaknya ) dalam tanggapan yang diteruskan pemanfaatannya. b. Persepsi negatif Merupakan persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan ( tahu tidaknya, kenal tidaknya ) serta tanggapan yang tidak selaras dengan objek yang tidak dipersepsikan. 2.1.1.8 Gangguan Pada Persepsi Kita mengenal dipersepsikan atau salah persepsi diantaranya adalah 1. Ilusi adalah kondisi persepsi dengan tidak adanya objek ( salah persepsi terhadap objek ). 2. Delusi adalah kondisi persepsi salah dengan objek di sekitar individu tetapi ditanggapi salah. 3. Osilasi adalah salah tanggap / persepsi karena perhatian yang beralih alih bisa terjadi dengan ada objek maupun tidak.

4. Sterolity adalah persepsi yang salah karena praduga yang miring dan buruk terhadap individu yang sering diambil secara umum ( Widayatun, 1999 : 114 -115 ). 2.1.2 Konsep Dasar Keperawatan 2.1.2.1 Pengertian Keperawatan adalah sebuah proses yan g berhubunhan dengan pencegahan, perawatan, dan manajemen penyakit dan juga proses stabilisasi mental, fisik, dan rohani melalui pelayanan yang ditawarkan oleh organisasi, institusi, dan unit profesional kedokteran ( Wikipedia. Org. 2010 ). Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik didalam negeri maupun luar negeri sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. 2.1.2.2 Teori Keperawatan 1. Teori Nightingale ( 1860 ) Memfasilitasi proses penyembuhan tubuh dengan memanipulasi nutrisi dan kenyamanan lingkungan klien. 2. Teori Peplau ( 1952 ) Teori ini dikembangkan untuk memberikan bentuk keperawatan psikiatri, berfokus pada individu, perawat dan proses interaktif. 3. Teori Virginia Henderson ( 1995 ) Bekerja secara mandiri dengan pemberi pelayanan kesehatan, membantu klien untuk mandiri secepat mungkin dalam memenuhi 14 kebutuhan dasar manusia. 4. Teori Abdellah ( 1960 ) Memberikan pelayanan kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan berorientasi pada kognitif, skill, hubungan interpersonal, psikologi dan perkembangan manusia.

5. Teori Imogene King ( 1971 ) Proses keperawatan didefinisikan sebagai proses interpersonal yang dinamis antara perawat, klien dan sistem pelayanan kesehatan. 6. Teori Suster Callista Roy ( 1979 ) Membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interpendensi selama sehat dan sakit. 7. Teori Waston ( 1979 ) Teori ini mencakup filosofi dan ilmu tentang caring. Caring merupakan proses yang terdiri dari intervensi yang menghasilkan pemenuhan kebutuhan manusia. 2.1.2.3 Praktek Keperawatan a. Lingkungan praktik rumah sakit Perawat dituntut memiliki ilmu dan kiat yang memadai dalam upaya membantu klien mandiri mencapai fungsi tubuhnya. b. Lingkungan praktik komunitas Berfokus untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan perawatan fase penyembuhan. Keterampilan menjadi seorang konselor dalam memberi penyuluhan dan memberikan solusi masalah kesehatan sangat dibutuhkan. 2.1.2.4 Pembagian Perawat Perawat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Perawat vakasional adalah perawat pelaksana. 2. Perawat profesional adalah perawat yang mempunyai pendidikan tinggi dengan perilaku dan sikap profesional ( professional attitude ), menerapkan IPTEK Keperawatan ( scienufic knowledge ) dan menerapkan keterampilan profesional ( professional skill : intelektual, tehnikal, interpersonal dan etik ).

2.1.2.5 Pelayanan keperawatan Pelayanan keperawatan yang diberikan adalah Asuhan Keperawatan yaitu berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari hari secara mandiri. 2.1.3 Safety ( K3, Kesehatan dan Keselamatan Kerja ) 2.1.3.1 Pengertian Safety (K3, Kesehatan dan Keselamatan Kerja ) Kesehatan kerja adalah kesehatan yang dibentuk atau dihasilkan dari kehidupan manusia sehari- hari sama juga dengan sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa health is created in everyday live . Kehidupan manusia berada dalam lingkungan di mana manusia hidup sehari- hari, mulai dari lahir sampai meninggal dunia. Pada usia balita hampir dikatakan manusia hidup di lingkungan keluarga atau rumah tangga saja. Tetapi pada usia sekolah sampai mahasiswa, manusia sebagian besar waktunya dihabiskan di lingkungan keluarga dan sekolah atau kampus. Sedangkan pada usia dewasa, lepas dari pendidikan manusia menghabiskan waktunya di dalam keluarga dan di tempat kerja. Oleh sebab itu, lingkungan kerja mempunyai peranan yang penting dalam membentuk atau mempengaruhi kesehatan seseorang. Disamping dalam keluarga, lebih lebih lingkungan yang sangat beresiko terhadap terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Mengingat pentingnya faktor lingkungan kerja sebagai faktor resiko bagi kesehatan masyarakat, utamanya bagi yang bekerja, maka melahirkan upaya kesehatan kerja. Di lingkungan akademi atau pendidikan tenaga kesehatan, akhirnya lahirlah disiplin Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ). Sebelum lahirnya disiplin Kesehatan dan Keselamatan Kerja ini, di beberapa Fakultas Kedokteran juga sudah berkembang Hyperkes atau higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Di kalangan praktisi, baik di perusahaan atau institusi kerja serta yang paling bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat ( pemerintah, dalam hal ini Kementrian

Kesehatan ) juga mengupayakan kesehatan kerja ini sejak republik ini berdiri. Dalam Undang Undang Kerja Tahun 1984 1951, dan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1951 telah ada aturan hukum tentang kesehatan kerja, di antaranya mencakup tentang jam kerja, cuti tahunan, cuti hamil, cuti haid bagi pekerja wanita, peraturan tentang kerja bagi anak anak, orang muda dan wanita, persyaratan tempat kerja,dan sebagainya. ( S.Notoatmojo,2010 : 111 -112 ). Keselamatan adalah suatu kondisi yang bebas dari resiko yang relatif sangat kecil di bawah tingkatan tertentu. Sedangkan resiko adalah tingkat kemungkinan terjadinya suatu bahaya yang menyebabkan kecelakaan dan derajat intensitas bahaya tersebut ( HIPSMI, 1994 ). Sedangkan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, datang tiba tiba dan tidak terduga, yang dapat menyebabkan kerugian pada manusia, perusahaan, masyarakat, dan lingkungan. ( S.Notoatmojo,2007 : 362 ). 2.1.3.2 Batasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja The joint ILOA / VHO committee on Occupational Health tahun 1990 menetapkan batasan dan tujuan kesehatan kerja sebagai berikut : a. Memberikan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan ke tingkat yang setinggi tingginya,baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosial masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan. b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh kegiatan atau kondisi lingkungan kerjanya. c. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari faktor faktor yang membahayakan kesehatan. d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis.

Anda mungkin juga menyukai