1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan kerja, berbagai faktor dapat mempengaruhi jalannya suatu pekerjaan. Faktor-faktor ini perlu di perhatikan bukan hanya karena bersifat wajar dan manusiawi, tetapi karena apabila tidak diperhatikan akan dapat menimbulkan berbagai kerugian, sebaliknya apabila diperhatikan dan diatur dengan baik, maka dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi suatu pekerjaan adalah komponen penyusun sistem kerja tersebut. Untuk itu dalam perancangan sistem kerja yang melibatkan manusia harus diperhatikan kelebihan dan kekurangan dari manusia itu sendiri baik dari segi fisik maupun psikologisnya. Kelebihan dan kekurangan dari segi fisik harus dapat disesuaikan dengan komponen dari sistem kerja yang berupa fasilitas kerja dan tempat kerjanya. Penyesuaian komponen sistem kerja terhadap fisik manusia yang menggunakan komponen tersebut akan sangat membantu kerja manusia tersebut, sehingga sistem akan berjalan optimal. Untuk itulah diperlukan suatu pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang dilakukan terhadap dimensidimensi tubuh manusia. Hasil dari pengukuran ini kemudian dapat diaplikasikan pada sistem kerja yang melibatkan manusia saat melakukan interaksi dengan komponen sistem kerja tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam melakukan perancangan suatu fasilitas dan tempat kerja dalam suatu sistem diperlukan pengetahuan tentang ergonomi dan antropometri untuk dapat menghasilkan suatu rancangan yang tepat dan optimal dengan fasilitas dan tempat kerja tersebut. Diharapkan nantinya dengan adanya pengetahuan tentang antropometri fasilitas dan tempat kerja dapat membuat keadaan kerja lebih produktif dan nyaman. 1.2 Tujuan Praktikum 1.2.1 Tujuan Umum Tujuan praktikum ini secara umum adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menerapkan prinsip-prinsip ergonomi dalam merancang fasilitas dan tempat kerja yang dan optimum untuk kelancaran sistem kerja Memahami keterbatasan dan kelebihan manusia dari sisi antropometri serta mampu menggunakannya untuk sistem kerja Mampu menganalisis, menilai, dan memperbaiki serta merancang suatu fasilitas dan tempat kerja, Memahami alat-alat yang digunakan dalam pengukuran antropometri, Mengaplikasikan ilmu ergonomi pada dunia kerja nantinya, Mengetahui pentingnya perancangan fasilitas dan tempat kerja yang ergonomis untuk menghindari kecelakaan ddan rasa sakit pada saat bekerja. 1
1.2.2 Tujuan Khusus Tujuan praktikum ini secara khusus adalah sebagai berikut: 1. 2. Mampu mengukur dimensi-dimensi tubuh manusia sesuai antropometri, Menganalisis dan merancang suatu komponen sistem kerja (fasilitas dan tempat kerja) yang sesuai dengan ukuran dimensi tubuh manusia dari hasil simulasi kerja.
ilmu, antara lain psikologi, antropologi, faal kerja atau fisiologi, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, fisika dan lain-lain. Masing-masing disiplin ilmu tersebut berfungsi sebagai pemberi informasi. Pada gilirannya, para perancang, dalam hal ini para ahli teknik, bertugas untuk meramu masing-masing informasi diatas, dan menggunakannya sebagai pengetahuan untuk merancang fasilitas kerja sehingga mencapai kegunaan yang optimal. Pengertian lain dari Ergonomi 1. Ergonomi merupakan disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya, (Wignjosoebroto, 2003) 2. Ergonomi merupakan studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan, (Nurmianto, 2003) 3. Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. (Departemen Kesehatan RI, 2007) 2.2 Sejarah Ergonomi Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut: 1. C.T. Thackrah, England, 1831 Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh para operator di tempat kerjanya. Ia mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Trackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursimeja yang kurang sesuai secara antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi indra penglihatan. 2. F.W. Taylor, U.S.A., 1989 Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan. 3. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911 Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya Motion Study yang 4
diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur turun-naik (adjustable). 4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research Board), England, 1918 Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun. 5. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933 Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu perusahaan listrik. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan. 6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A. Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang). Masalah yang ada pada saat itu adalah penempatan dan identifikasi utnuk pengendali pesawat terbang, efektivitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidak-nyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator. 7. Pembentukan Kelompok Ergonomi Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (The Ergonomics Research Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada Nopember 1957. Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association) terbentuk pada 1957, dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun yang sama. Diketahui pula bahwa Konperensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australian and New Zealand).
2.3 Interaksi Manusia Mesin Dewasa ini, sudah banyak bermunculan mesin-mesin yang dapat membantu dan meringankan tugas manusia. Mulai dari ruang lingkup lingkungan yang kecil seperti kehidupan dalam rumah tangga sampai pabrik-pabrik besar menggunakan mesin untuk menyelesaikan pekerjaan dan untuk dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Hal ini dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara manusia dan mesin dalam menyelesaikan tugas. Hal ini disebut dengan sistem manusia mesin. Sistem manusia mesin sendiri memiliki pengertian yaitu kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin dimana sebagian tugas sebaiknya dilaksanakan oleh manusia dan lainnya dilakukan 5
oleh mesin untuk dapat menghasilkan output dari input yang diperoleh. Sistem manusia mesin ini dapat mengandalkan mesin untuk mengerjakan tugas atau menghasilkan output dari input yang diperoleh, sedangkan manusia dapat bertugas hanya sebagai pengawas atau pengoperasi mesin tersebut. Macam Hubungan (Interaksi) Manusia mesin : 1. 2. 3. 1. Sistem manusia mesin secara Manual Sistem manusia mesin secara Semi-otomatis Sistem manusia mesin secara Otomatis Sistem manusia Mesin Secara Manual : a. b. c. d. Masukan ( Input) akan langsung ditransformasikan oleh manusia menjadi keluaran (output). Manusia memegang kendali secara penuh dalam menjalankan aktifitas. Mesin hanya sekedar menambah kemampuan dalam menyelesaikan aktifitas. Manusia sebagai sumber tenaga (Power) dan sekaligus fungsi kendali (Control).
Gambar 1.1 Sistem manusia-mesin manual Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 1995, hal. 37
2.
Sistem manusia mesin secara Semi-otomatis : a. b. Adanya mekanisme khusus yg akan mengolah masukan (input) atau informasi dari luar sebelum masuk kedalam sistem manusia. Reaksi yg berasal dari Sistem Manusia akan diolah atau dikontrol terlebih dahulu melalui suatu mekanisme tertentu, sebelum suatu output berhasil diproses oleh mesin. c. Mesin yg memberikan sumber tenaga (Power) Manusia yg melakukan proses kendali (Control).
Gambar 1.2 Sistem manusia-mesin semi-otomatis Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 1995, hal. 37
Contohnya adalah cara kerja mobil. Adanya display-display panel seperti spidometer dalam mobil akan mampu menunjukkan kecepatan mobil yang sedang berjalan dan atau jumlah bahan bakar yang masih ada dalam tangki mobil. Disini manusia (pengemudi) tidak akan bisa secara langsung mengendalikan/mengontrol sumber tenaga penggerak mobil tersebut secara langsung, karena dalam sistem ini mesinlah yang akan memberikan tenaga yang mampu menyebabkan mobil bergerak. Manusia disini kemudian akan melaksanakan fungsi kontrol dengan memakan sensing input-nya lewat display dan mekanisme lainnya seperti kemudi, rem, gas, dan lain-lain. Sistem dimana mesin akan memberikan tenaga (power) dan manusia akan melaksanakan fungsi kontrol dikenal sebagai sistem semi-
automatic.
3. Sistem manusia mesin secara Otomatis : a. b. c. d. e. f. Mesin memegang peranan penuh secara langsung. Mesin sebagai penerima rangsangan dari luar. Mesin juga sebagai pengendali aktifitas. Manusia hanya memonitor agar mesin dapat bekerja secara baik. Manusia dapat memasukan data atau mengganti program apabila diperlukan Mesin berfungsi penuh sebagai sumber tenaga (Power) & Pengendali (Control) aktifitas.
Gambar 1.3 Sistem manusia-mesin otomatis Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 1995, hal. 38
Dibandingkan dengan mesin, manusia sebagai komponen yang ada dalam proses produksi akan memiliki beberapa keterbatasan-keterbatasan antara lain sebagai berikut : 1) 2) 3) Tidak bisa menghasilkan tenaga fisik ataupun tekanan dalam jumlah besar, sebagai contoh tenaga yang besar guna memotong logam. Tidak bisa menggunakan kekuatan ototnya dengan intensitas yang tetap dan/atau tingkat akurasi yang tinggi. Tidak bisa menampilkan kecepatan kerja yang tinggi dan gerakan-gerakan yang berulang tanpa kenal lelah, bosan maupun menimbulkan kesalahan. Selanjutnya dibandingkan dengan manusia, mesin (istilah ini juga dipakai untuk menyebut fasilitas kerja lainnya yang non-human) secara umum juga akan memiliki keterbatasan-keterbatasan antara lain seperti berikut : 7
1) 2) 3)
Tidak bisa memberi tanggapan terhadap perintah-perintah yang diluar batas kemampuan yang telah dirancang sebelumnya. Tidak bisa memberi tanggapan terhadap kejadian-kejadianyang tidak diramalkan sebelumnya. Tidak bisa berpikir induktif, yaitu menarik kesimpulan umum dan hal-hal yang bersifat khusus. Dengan memperhatikan keterbatasan manusia dibandingkan dengan mesin, berikut
diberikan kesimpulan umum tentang perbandingan manusia-mesin untuk beberapa masalah tertentu.
Tabel 1.1 Perbedaan manusia-mesin
MESIN Cepat dan dapat diatur serta Dapat diatur dengan baik, bisa besar dan tetap
3.
Keseragaman
Seragam/standard cocok Tidak dapat diandalkan, untuk pekerjaan rutin, perlu dimonitor berulang-ulang dan perlu ketepatan Bisa mengingat segala macam dengan pendekatan dari berbagai sudut, baik untuk menentukan dasardasar pikiran maupun strategi Induktif baik Baik untuk menyimpan dan memproduksi sesuatu yang sudah ditentukan, baik untuk jangka pendek/panjang
4.
Ingatan (memory)
5. 6.
Berfikir Kalkulasi
Deduktif baik
Lambat dan sangat Cepat dan tepat, tetapi tidak mungkin melakukan memiliki kemampuan untuk kesalahan, tetapi memiliki koreksi kemampuan untuk koreksi
7. 8.
Reaksi terhadap yang Degradasi, kemampuan Kerusakan terjadi tiba-tiba berlebihan akan turun secara bertahap Kepintaran Dapat meramal Tidak ada, hanya bisa menganalisa dan membuat memutuskan ya/tidak sesuai keputusan dengan programnya
Dari perbedaan kemampuan antaar manusia dan mesin tersebut diatas maka diharapkan dengan membuat hubungan sistem manusia-mesin akan bisa melengkapi satu sama lain. Berikut ini adalah gambar interaksi kerja dalam sistem manusia-mesin :
Gambar 1.4 Interaksi kerja dalam sistem manusia-mesin Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 1995, hal. 59
2.4 Pengertian Antropometri Istilah Antropometri berasal dari Anthro yang berarti manusia dan Metri yang berarti ukuran. Secara definitif, antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dsb) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interkaksi manusia. Definisi antropometri : 1. suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, berat dan lain yang berbeda satu dengan lainnya (Wignjosoebroto,2003). 2. Selain itu, menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991), antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, yaitu: ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. 3. Antropometri (dari Bahasa Yunani yang berati manusia and yang berarti mengukur, secara literal berarti "pengukuran manusia"), dalam antropologi fisik merujuk pada pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia (Wikipedia). 4. Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri berasal dari "
anthro " yang berarti manusia dan " metri " yang berarti ukuran. Secara definitif
antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dll. Yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas 9
akan
perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Untuk mendesain peralatan kerja yang digunakan dalam lingkungan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan seharusnya disesuaikan dengan manusia di lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi manusia tersebut. Dampak negatifbagi manusia tersebut akan terjadi dalam jangka waktu pendek (short term) maupun jangka panjang (long term). Tahapan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. perancangan sistem kerja menyangkut
work
space
design
dengan
memperhatikan faktor antropometri secara umum adalah sebagai berikut (Roebuck,1995): Menentukan kebutuhan perancangan dan kebutuhannya (establish requirement) Mendefinisikan dan mendiskripsikan populasi pemakai Pemilihan sampel yang akan diambil datanya Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil). Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan pemilihan persentil yang akan dipakai Penyiapan alat ukur yang akan dipakai Pengambilan data Pengolahan data a. Uji kenormalan data b. Uji keseragaman data c. Uji kecukupan data d. Perhitungan persentil data (persentil kecil, rata-rata dan besar) 9. Visualisasi rancangan dengan memperhatikan: a. Posisi tubuh secara normal b. Kelonggaran (pakaian dan ruang) c. Variasi gerak 10. Analisis hasil rancangan
10
2.4.1 Macam-macam Antropometri Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Disini ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor- faktor tersebut. Secara umum data antropometri yang sering digunakan untuk merancang produk dan stasiun kerja adalah : 1. Antropometri Struktural (statis) Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya representatif. Disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada saat berdiri atau duduk, panjang lengan, dan sebagainya. Antropometri struktural ini diantaranya: tinggi selangkang, tinggi siku, tinggi mata, rentang bahu, tinggi pertengahan pundak pada posisi duduk, jarak pantat-ibu jari kaki, dan tinggi mata pada posisi duduk. 2. Antropometri Fungsional (struktural) Antropometri fungsional adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang diperoleh merupakan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Sering disebut sebagai antropometri rekayasa adalah aplikasi dari kedua bagian utama di atas untuk merancang workspace dan peralatan.Penjelasan mengenai pengukuran dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada gambar berikut :
2 = lebar kepala 3 = diameter maksimum dagu 4 = dagu ke puncak kepala 5 = telinga ke puncak kepala 6 = telinga ke belakang kepala 7 = antara dua telinga 8 = mata ke belakang kepala 9 = mata ke puncak kepala 10 = antara dua pupil mata 11 = hidung ke puncak kepala 12 = hidung ke belakang kepala 13 = mulut ke puncak kepala 14 = lebar mulut
Gambar 1.7 Antropometri tubuh manusia yang diukur dimensinya Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 1995, hal.70
Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala ) Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus) Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan ). Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/pantat sampai dengan kepala ). Tinggi mata dalam posisi duduk. Tinggi bahu dalam posisi duduk 12
9.
10. Tebal atau lebar paha. 11. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut. 12. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis. 13. Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha. 15. Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk ) 16. Lebar pinggul/pantat 17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak ditunjukkan dalam gambar ) 18. Lebar perut 19. Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus. 20. Lebar kepala. 21. Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari. 22. Lebar telapak tangan. 23. Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri-kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar ). 24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal). 25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no 24 tetapi dalam posisi duduk ( tidak ditunjukkan dalam gambar ). 26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan. 2.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Ukuran Tubuh Manusia Perancangan lingkungan kerja fisik manusia pada umumnya berbeda-bedadalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Beberapa faktor yangmempengaruhi ukuran tubuh manusia antara lain yaitu (Nurmianto,2008) : 1. Jenis kelamin (sex) Secara distribusi statisktik terdapat perbedaan yang signifikan antara dimensitubuh pria dan wanita. Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuhyang lebih besar disbanding wanita. Oleh karenanya data antropometri untukkedua jenis kelamin selalu disajikan terpisah. 2. Umur(age) Penggolongan atas beberapa kelompok umur yaitu: balita, anak-anak, remaja,dewasa, dan lanjut usia. Antropometri tubuh manusia akan cenderungmeningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah mencapai usia dewasa,tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan untuk menurun yang antaralain disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang (invertebraldiscs).
13
3. Suku bangsa (etnic) Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic memiliki karakteristik fisik yangberbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa negara Baratpada umumnya berukuran yang lebih besar daripada dimensi tubuh sukubangsa negara Timur. 4. Jenis Pekerjaan Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksikaryawannya. Misalnya pekerjaan buruh mengharuskan orang-orang yangberpostur lebih besar dibanding pekerja kantoran. Sedangkan menurutWignjosoebroto (2003) dimensi tubuh manusia juga dipengaruhi oleh tingkatsosio ekonomi. Pada negara-negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi,penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengannegara-negara berkembang. 5. Posisi tubuh (posture) Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh olehkarena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk surveipengukuran.
14
2.5 Data Antropometri dan Pengukurannya Dibawah ini adalah tabel beberapa ukuran standar dimensi tubuh di bebagai negara
Tabel 1.2 Dimensi untuk Orang Inggris Dewasa Usia 19-65 tahun PRIA WANITA DIMENSI TUBUH S 5% X 95% 5% X 95% D Tinggi tubuh posisi berdiri 162 174 188 150 161 171 tegak 5 0 5 70 5 0 0 151 163 174 140 150 161 Tinggi Mata 5 0 5 69 5 5 0 131 142 153 121 131 140 Tinggi Bahu 5 5 5 66 5 0 5 100 109 118 100 108 Tinggi Siku 5 0 0 52 930 5 5 Tinggi Genggaman Tangan (Kuckle) pada posisi Duduk 690 755 825 41 660 720 780 Tinggi Badan pada posisi Duduk 850 910 965 36 795 850 910 Tinggi Mata pada posisi Duduk 735 790 845 35 685 740 795 Tinggi Bahu pada posisi Duduk Tinggi Siku pada posisi Duduk Tebal paha Jarak dari pantat ke lutut Jarak dari Lipat Lutut (Popliteal)ke Pantat Tinggi Lutut Tinggi Lipat Lutut (Popliteal) Lebar Bahu (Bideltoid) Lebar Panggul Tebal dada Tebal Perut (Abdominal) Jarak dari Siku ke Ujungjari Lebar Kepala Panjang Tangan Lebar Tangan Jarak Bentang dai Ujung Jari Tangan Kanan ke Kiri Tinggi Pengangan Tangan (grip) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas & Berdiri Tegak Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas & Duduk 540 195 135 540 440 490 395 420 310 215 220 440 145 175 80 165 5 192 5 114 5 595 245 160 595 495 495 440 465 360 250 270 475 155 190 85 179 0 206 0 124 5 645 295 185 645 550 550 490 510 405 285 325 510 165 205 95 192 5 219 0 134 0 32 31 15 31 32 32 29 28 29 22 32 21 6 10 5 83 505 185 125 520 435 445 355 355 310 210 205 40 135 160 70 149 0 179 0 106 0 555 235 155 570 480 500 400 395 370 250 255 430 145 175 75 160 5 190 5 115 0 610 280 180 620 530 540 445 435 435 295 305 460 150 190 85 172 5 202 0 123 5
S D 62 61 58 46 36 35 33 31 29 17 30 30 27 27 24 24 27 30 19 6 9 4 71
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
80
71
25
60
53
Jarak Genggaman Tangan 26 (grip) ke Punggung pada Posisi Tangan ke Depan (Horizontal) Sumber: Eko Nurmianto,2008
720
780
835
34
650
705
755
31
15
1835
1970
2105
83
1685
1825
1965
86
25
1110
1205
1300
58
588
940
1025
51
26
640
705
770
38
580
635
690
32
16
Tabel 1.4 Antropometri masyarakat Indonesia yang didapat dari interpolasi masyarakat British dan Hongkong
DIMENSI TUBUH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Tinggi tubuh posisi berdiri tegak Tinggi Mata Tinggi Bahu Tinggi Siku Tinggi Genggaman Tangan (Kuckle) pada posisi Duduk Tinggi Badan pada posisi Duduk Tinggi Mata pada posisi Duduk Tinggi Bahu pada posisi Duduk Tinggi Siku pada posisi Duduk Tebal paha Jarak dari pantat ke lutut Jarak dari Lipat Lutut (Popliteal)ke Pantat Tinggi Lutut Tinggi Lipat Lutut (Popliteal) Lebar Bahu (Bideltoid) Lebar Panggul Tebal dada Tebal Perut (Abdominal) Jarak dari Siku ke Ujungjari Lebar Kepala Panjang Tangan Lebar Tangan Jarak Bentang dai Ujung Jari Tangan Kanan ke Kiri Tinggi Pengangan Tangan (grip) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas & Berdiri Tegak Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas & Duduk Jarak Genggaman Tangan (grip) ke Punggung pada Posisi Tangan ke Depan (Horizontal) PRIA 5% 1532 1425 1247 932 655 809 694 523 181 117 500 405 448 361 382 291 174 174 405 140 161 71 1520 X 1632 1520 1338 1003 718 864 749 572 231 140 545 450 496 403 424 330 212 228 439 150 176 79 1663 95% 1732 1615 1429 1074 782 919 804 621 282 163 590 495 544 445 466 371 250 282 473 160 191 87 1806 SD 61 58 55 43 39 33 33 30 31 14 27 27 29 26 26 24 23 33 21 6 9 5 87 5% 1464 1350 1184 886 646 775 666 501 175 115 488 488 428 337 342 298 178 175 374 135 153 64 1400 WANITA X 1563 1446 1272 957 708 834 721 550 229 140 537 537 472 382 385 345 228 231 409 146 168 71 1523 95% 1662 1542 1361 1028 771 893 776 599 283 165 586 586 516 428 428 392 278 287 287 157 183 78 1646 SD 60 58 54 43 38 36 33 30 33 15 30 30 27 28 26 29 30 34 34 7 9 4 75
24
1795
1923
2051
78
1713
1841
1969
79
25
1065
1169
1273
63
945
1030
1115
52
26
649
708
767
47
610
661
712
31
17
Tabel1.5 Antropometri telapak tangan Indonesia yang didapatkan dari interpolasi data Pheasant (1986) dan Sumamur (1989) dan Nurmianto (1991). (Semua dimensi dalam satuan mm)
DIMENSI 1. Panjang Tangan 2. Panjang Telapak Tangan 3. Panjang Ibu Jari 4. Panjang Jari Telunjuk 5. Panjang Jari Tengah 6. Panjang Jari Manis 7. Panjang Jari Kelingking 8. Lebar Ibu Jari (IPJ) 9. Tebal Ibu Jari (IPJ) 10. Lebar Jari Telunjuk (PIPJ) 11. Tebal Jari Telunjuk (PIPJ) 12. Lebar Telapak Tangan (Metacarpal) 13. Lebar Telapak Tangan (sampai ibu jari) 14. Lebar Telapak Tangan (minimum) 15. Tebal Telapak Tangan (Metacarpal) 16. Tebal Telapak Tangan (sampai ibu jari) 17. Diameter Genggam (maksimum) 18. Lebar Maksimum (Ibu Jari ke Jari Kelingking) 19. Lebar Fungsional Maksimum (Ibu jari ke Ibu Jari lain) 20. Segi Empat Minimum yang dapat dilewati Telapak Tangan) PRIA 5th 163 92 45 62 70 62 48 19 19 18 16 74 88 68 28 41 45 177 122 57 50th 176 100 48 67 77 67 51 21 21 20 18 81 98 75 31 48 48 192 132 62 95th 189 108 51 72 84 72 54 23 23 22 20 88 108 82 34 47 51 206 142 67 S.D 8 5 2 3 4 3 2 1 1 1 1 4 6 4 2 2 2 9 6 3 5th 155 87 42 60 69 59 45 16 15 15 13 68 82 64 25 41 43 169 113 51 WANITA 50th 168 94 45 65 74 64 48 18 17 17 15 73 89 59 27 44 46 184 123 56 95th 181 101 48 70 79 59 51 20 19 19 17 78 96 74 29 47 49 199 134 61 S.D 8 4 2 3 3 3 2 1 1 1 1 3 4 3 1 2 2 9 6 3
18
Tabel 1.5 Antropometri kepala orang Indonesia yang didapat dari interpolasi data Pheasant (1986), dan Nurmianto (1991).
DIMENSI 5th 1. Panjang Kepala 2. Lebar Kepala 3. Diameter maksimum dari Dagu 4. Dagu ke Puncak kepala 5. Telinga ke Puncak Kepala 6. Telinga ke Belakang Kepala 7. Antara dua Telinga 8. Mata ke Puncak Kepala 9. Mata ke Belakang Kepala 10. Antara dua Pupil Mata 11. Hidung ke Puncak Kepala 12. Hidung ke Belakang Kepala 13. Mulut ke Puncak Kepala 14. Lebar Mulut 166 132 117 192 70 62 48 19 19 18 16 74 88 68 50th 176 140 230 203 77 67 51 21 21 20 18 81 98 75 PRIA 95th 186 148 243 215 84 72 54 23 23 22 20 88 108 82 S.D 6 5 8 7 4 3 2 1 1 1 1 4 6 4 5th 158 121 198 185 69 59 45 16 15 15 13 68 82 64 50
th
WANITA 95th 168 129 209 196 74 64 48 18 17 17 15 73 89 59 178 137 221 208 79 69 51 20 19 19 17 78 96 74 S.D 6 5 7 7 3 3 2 1 1 1 1 3 4 3
19
2.6 Aplikasi Distribusi Normal dalam Antropometri Pada penetapan data antropometri, pemakaian distribusi normal umum ditetapkan. Distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata dan simpangan standartnya dari data yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang menunjukkan presentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut.) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal. Jika diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasi 95% dari populasi yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th persentil sebagai batas-batasnya.
N(X, X) 2,5% 95% 2,5%
1,96 X
1,96 X
2,5-th persentil
97,5-th persentil
Gambar 1.10 Distribusi normal pada aplikasi antropometri Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 1995, hal.66
20
Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedimikian rupa sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian tengah grafik. Persentil menunjukkan jumlah bagian per seratus orang dari suatu populasi yang memiliki ukuran tubuh tertentu. Tujuan penelitian, dimana sebuah populasi dibagi-bagi berdasarkan kategori-kategori dengan jumlah keseluruhan 100% dan diurutkan mulai dari populasi terkecil hingga terbesar berkaitan dengan beberapa pengukuran tubuh tertentu. Sebagai contoh bila dikatakan persentil ke-95 dari suatu pengukuran tinggi badan yang bernilai lebih besar dari suatu populasi dan 95% populasi merupakan data tinggi badan yang bernilai sama atau lebih rendah dari populasi tersebut. Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan persentil. Pertama, suatu persentil antropometri dari tiap individu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memiliki persentil yang sama, ke-95, atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi. Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri, ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 1.7 Macam Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal
Persentil 1-st 2.5-th 5-th 10-th 50-th 90-th 95-th 97.5-th 99-th Keterangan tabel di atas, yaitu:
Perhitungan
x = mean data
x = standar deviasi dari data x 2.6.1 Pengolahan Data Antropometri Data antropometri hasil dari pengukuran dimensi tubuh manusia diolah sesuai kebutuhan penelitian atau perancangan produk. Pengolahan data tersebut dilakukan secara analisis statistik antara lain uji kenormalan data, uji keseragaman, uji kecukupan data, selanjutnya akan dihitung percentile untuk masing-masing dimensi tubuh, dimana hal ini sangat diperlukan pada tahap perancangan (Wignjosoebroto, 2010). Adapun keterangannya, sebagai berikut: 1. Uji Keseragaman Data 21
Uji keseragaman data berfungsi untuk memperkecil varian yang ada dengan membuang data ekstrim. Jika ada data yang berada di luar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. (Wignjosoebroto,2010). Rumus yang digunakan dalam uji ini yaitu:
( )
Sumber: Nurmianto,2008
Sumber: Nurmianto,2008
Sumber: Nurmianto,2008
Sumber: Nurmianto,2008
dengan: SD Xi n BKA BKB = standar deviasi = data ke-i = mean data = jumlah data = batas kendali atas = batas kendali bawah Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusidata. Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistikparametrik. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametrik,asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusisecara normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah data memusat padanilai rata-rata dan median. Penerapan data antropometri akan dapat digunakan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (Standard Deviasi) dari suatu distribusi normal (Husein,2009). Berdasarkan nilai tersebut, maka persentil (nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal. Jika diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai batas-batasnya (Wignjosoebroto,2003). Untuk menguji kenormalan data digunakan rumus sebagai berikut:
( )
Sumber: Wignjosoebroto,2003
Bila
(Persamaan 6)
Sumber: Wignjosoebroto,2003
22
(Persamaan 7) dengan =
Sumber: Wignjosoebroto,2003
Data dikatakan berdistribusi normal jika dengan 0,05.Sedangkan jika data tidak normal maka data diasumsikan normal. 3. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data yangdiperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Sebelum dilakukan uji kecukupan dataterlebih dahulu menentukan derajat kebebasan s = 0.05 yang menunjukkanpenyimpangan maksimum hasil program. Selain itu juga ditentukan tingkatkepercayaan 95% dengan k = 2 yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukurakan ketelitian data Antropometri, artinya bahwa rata-rata data hasil pengukurandiperbolehkan menyimpang sebesar 5% dari rata-rata sebenarnya (Barnes, 1980).Rumus uji kecukupan data, yaitu: [
( ( ) ( ) )
(Persamaan 8)
Sumber: Wignjosoebroto,2003
1.
Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim. Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 (dua) sasaran produk, yaitu : a. b. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada).
2.
Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu. Disini rancangan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandarannya bisa dirubah-rubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah rentang nilai 5-th s/d 95-th persentil.
3.
Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata. Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran/rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah seperti berikut : a. b. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data structural body
24
2.8 Aspek-aspek Ergonomi dalam Perancangan Fasilitas Kerja Kegiatan manufaktur bisa didefinisikan sebagai satu unit atau kelompok kerja yang berkaitan dengan berbagai macam proses kerja untuk merubah bahan baku menjadi produk akhir yang dikehendaki. Kegiatan masing-masing unit kerja ini akan berlangsung disuatu lokasi kerja atau stasiun kerja. Dalam industri manufakturing stasiun kerja merupakan lokasi dimana suatu operasi produksi akan mengambil tempat yang menurut James A Apple dalam bukunya " Plant Layout And Material Handling " ( New York : John Wilen & Sons, 1977 ), bahwa dalam stasiun kerja problematika utama adalah pengaturan komponen-komponen yang terlibat dalam kegiatan produksi yaitu menyangkut material (bahan baku, produk jadi dan skrap ), mesin/peralatan kerja, perkakas-perkakas pembantu, fasilitas-fasilitas penunjang (utilitas), lingkungan fisik kerja dan manusia pelaksana kerja (operator). Perancangan stasiun kerja dalam industri haruslah mempertimbangkan banyak aspek yang berasal dari berbagai disiplin atau spesialisasi keahlian yang ada. Hal ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.11 Disiplin dan keahlian yang terkait dengan perancangan kerja Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 1995, hal.74
25
Identifikasi Masalah
Studi Kepustakaan
Data antropometri
Uji keseragaman
TIDAK
Data seragam ? Buang nilai ekstrim
YA
Uji kenormalan
TIDAK
Data normal ?
YA
Perhitungan persentil
Perbaikan produk
Desain produk
Selesai
Gambar 1.12 Alur kerja praktikum modul 1 Sumber : Print Out Microsoft Visio 2007
26
3.2 Peralatan Dan Bahan Praktikum Alat-alat dan bahan praktikum : 1. 2. 3. Kursi antropometri Digunakan dalam pengukuran dimensi-dimensi tubuh manusia. Alat ukur bantu Digunakan sebagai alat bantu dalam pengukuran dimensi-dimensi tubuh manusia. Lembar pengamatan Digunakan untuk mencatat data hasil pengukuran dimensi-dimensi tubuh manusia. 3.3 Alat dan Bahan Praktikum Alat-alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: 1. Kursi Antrophometri Digunakan dalam pengukuran imensi-dimensi tubuh manusia. 2. Alat Ukur Bantu Digunakan sebagi alat bantu dalam pengukuran dimensi-dimensi tubuh manusia. 3. Lembar Pengamatan Digunakan untuk mencatat data hasil pengukuran dimensi-dimensi tubuh manusia. 3.4 Prosedur Praktikum Berikut merupakan prosedur pelaksanaan praktikum antropometri : 1. Membagi tugas dalam masing-masing kelompok menjadi : a. b. c. d. 2. 3. 4. 5. 6. 1 orang sebagai seorang pengamat 1 orang sebagai pencatat 1 orang sebagai pengukur Seluruh anggota kelompok menjadi objek yang diukur
Mengukur dimensi tubuh pada bagian: tubuh, kepala, tangan dan kaki berdasarkan gambar antropometri Melakukan pengukuran dilakukan dengan alat ukur yang tersedia Mengukur dimensi tubuh saat duduk dan berdiri sesuai dengan 26 macam dimensi yang ada Mencatat hasil pengukuran tersebut pada lembar pengamatan Setelah seluruh anggota diukur, membuat rekapitulasi data antropometri dan kemudian gabungkan dengan rekapitulasi data antropometri kelompok lain.
27
28
4.1.2 Data Pengamatan Putri Dibawah ini adalah data hasil pengukuran dimensi tubuh semua kelompok beserta data tambahan dari angkatan 2007 dan 2008 putri.
Tabel 1.9 Data Pengamatan Dimensi tubuh Putri
29
4.2 Pengolahan dan Analisis Data 4.2.1 Uji Keseragaman Data Peta kontrol adalah suatu alat yang digunakan dalam menguji keseragaman data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Untuk membuat peta control dihitung rata-rata (mean), batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji keseragaman dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.11 Hasil Uji Keseragaman Data Dimensi Tubuh Putra Sebelum Diolah Data Data BKA BKB Uji keseragaman max min 168.5 7.1 182.7 154.4 185.0 154.5 TIDAK SERAGAM 157.6 140.3 103.4 68.9 86.8 74.7 59.6 23.3 13.2 58.5 48.3 52.8 44.7 45.0 40.1 31.9 30.6 46.9 17.5 19.0 9.2 175.3 214.2 141.8 77.4 7.4 6.7 8.7 4.2 4.2 6.7 3.8 3.3 2.6 4.3 6.8 3.1 5.3 4.1 4.2 4.0 4.9 2.3 2.4 1.4 1.3 7.9 10.1 16.9 5.6 172.3 153.7 120.8 77.2 95.1 88.2 67.1 29.9 18.4 67.1 61.8 59.0 55.4 53.3 48.6 39.9 40.4 51.5 22.3 21.7 11.9 191.2 234.4 175.6 88.7 142.8 127.0 85.9 60.6 78.4 61.3 52.0 16.7 8.1 49.9 34.8 46.6 34.1 36.8 31.7 23.9 20.9 42.3 12.7 16.2 6.6 159.5 194.0 108.0 66.1 176.0 155.0 152.0 79.0 93.5 85.0 68.0 33.0 23.0 68.0 86.0 60.0 63.0 56.0 53.0 43.0 45.0 53.0 24.0 22.0 16.0 192.0 237.0 178.0 90.0 146.5 127.0 92.0 63.0 77.0 37.0 52.0 16.0 9.0 47.0 39.0 48.0 35.0 32.0 33.5 22.0 20.0 41.0 11.5 14.0 7.0 160.0 198.5 120.5 65.0 TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM
Dimensi 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 20.0 21.0 22.0 23.0 24.0 25.0 26.0
No 1 2 3 4
Dimensi D1 D2 D3 D4
Tabel 1.10 Hasil Uji Keseragaman Data Dimensi Tubuh Putra Setelah Diolah BKA BKB Data max Data min Keterangan
30
68.1 3.2 6 D6 87.1 3.8 7 D7 75.3 3.8 8 D8 59.5 2.9 9 D9 23.6 2.0 10 D10 12.9 1.7 11 D11 59.4 2.6 12 D12 47.5 3.7 13 D13 52.7 3.0 14 D14 43.7 1.9 15 D15 44.4 2.6 16 D16 39.6 3.3 17 D17 31.6 2.4 18 D18 30.0 3.1 19 D19 46.9 1.8 20 D20 17.5 2.1 21 D21 19.1 0.9 22 D22 9.0 0.7 23 D23 174.9 6.0 24 D24 211.7 7.7 25 D25 132.8 7.0 26 D26 77.1 4.4 Sumber: Ouput Microsoft Excel 2007
5 D5
74.5 94.8 82.8 65.3 27.7 16.3 64.6 54.8 58.6 47.5 49.6 46.3 36.4 36.1 50.4 21.7 21.0 10.3 187.0 227.1 146.8 86.0
61.7 79.5 67.7 53.8 19.5 9.5 54.2 40.2 46.7 39.9 39.2 32.9 26.7 23.8 43.4 13.3 17.3 7.6 162.8 196.3 118.8 68.2
74.0 93.5 82.0 65.0 27.5 16.0 64.0 54.0 58.5 47.0 49.0 46.0 36.0 36.0 50.0 21.0 21.0 10.0 187.0 226.0 144.0 85.5
63.0 80.0 68.0 54.0 20.0 9.5 55.0 41.0 48.0 41.0 40.0 33.5 27.0 24.3 43.5 13.5 18.0 8.0 164.0 198.5 120.5 69.0
Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam
31
Tabel 1.11 Hasil Uji Keseragaman Data Dimensi Tubuh Putri Sebelum Diolah
Dimensi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
BKA 155.832 10.04174 175.92 145.876 6.029301 157.93 131.888 20.61426 173.12 96.172 64.378 81.19 70.306 55.33 22.148 12.326 54.57 46.158 48.49 41.074 39.586 38.42 28.048 27.844 41.82 16.15 17.298 7.482 7.114688 3.83045 110.4 88.851 4.174035 72.726 3.810962 77.928 3.152728 61.635 2.843772 27.836 1.688232 15.702 6.614833 67.8 4.309841 54.778 2.943291 54.377 2.814381 46.703 1.944118 43.474 3.228445 44.877 3.330027 34.708 2.923875 33.692 3.712582 49.245 2.072192 20.294 1.123132 19.544 0.725256 8.9325
BKB 135.75 133.82 90.659 81.943 56.03 73.529 62.684 49.025 16.46 8.9495 41.34 37.538 42.603 35.445 35.698 31.963 21.388 21.996 34.395 12.006 15.052 6.0315 142.75 179.24 95.381 60.801
Data max 171 158 269 133 80.6 90 82 63 29.5 18 63.5 56 59 53.1 45 49 39.5 37.1 47 20 20 9.5 173 210 170 84
Data min 101 131.5 117.9 84 57 73.5 63 49 17 9 20 38 42 36.8 36 30 17 20 24 12.5 15.3 6 143 181 107 60
Uji keseragaman TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM SERAGAM SERAGAM TIDAK SERAGAM TIDAK SERAGAM
157.968 7.609592 173.19 195.754 8.259397 212.27 127.952 16.28549 160.52 70.016 4.607508 79.231
Tabel 1.11 Hasil Uji Keseragaman Data Dimensi Tubuh Putri Setelah Diolah
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dimensi D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10
3,648 4,724 5,639 3,647 2,867 3,095 2,889 2,754 1,878 1,028
BKA 164,9 156,2 140,1 103,5 70,3 87,19 75,53 60,68 25,5 14,11
BKB 150,3 137,3 117,6 88,95 58,84 74,81 63,98 49,66 17,98 9,998
Keterangan Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam 32
D11 55,59 3,591 D12 45,96 4,111 D13 48,41 2,404 D14 40,69 2,037 D15 39,01 1,203 D16 38,1 1,492 D17 28,01 2,006 D18 27,67 2,013 D19 42,3 2,603 D20 16,15 2,072 D21 17,2 1,023 D22 7,332 0,452 D23 158 7,61 D24 195,8 8,259 D25 120,5 5,319 D26 70,05 3,451 Sumber: Ouput Microsoft Excel 2007 dan perempuan semuanya seragam. 4.2.1.1 Perhitungan Manual
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
62,77 54,18 53,21 44,76 41,41 41,09 32,02 31,7 47,51 20,29 19,24 8,236 173,2 212,3 131,1 76,95
48,41 37,73 43,6 36,61 36,6 35,12 24 23,64 37,1 12,01 15,15 6,427 142,7 179,2 109,8 63,15
Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam
Berdasarkan tabel-tabel di atas dapat disimpulkan bahwa data dimensi tubuh laki-laki
Berikut diberikan perhitungan manual BKA (Batas Kontrol Atas) dan BKB(Batas Kontrol Bawah) untuk data putra dan putri dimensi satu. 1. Putra BKA = 1 + 21 = 168,2 + (2 6,2) = 180,6 BKB = 1 - 21 = 168,2 - (2 6,2) = 155,8 2. Putri BKA = 1 + 21 = 157,6 + (2 3,648) = 164,896 BKB = 1 - 21 = 157,6 - (2 3,648) = 150,304
4.2.1.2 Grafik Keseragaman Berikut diberikan grafik keseragaman untuk data putra dan putri dimensi satu. 1. Putra
33
2.
Putri
4.2.2 Uji Kenormalan Uji kenormalan pada data-data dimensi tubuh dilakukan dengan menggunakan software SPSS. Disini digunakan hipotesa sebagai berikut: H0 : Data terdistribusi normal H1 : Data tidak terdistribusi normal Dengan menggunakan = 0,05, hasil dari uji kenormalan ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.12 Hasil Uji Kenormalan Data Dimensi Tubuh Putra
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. D1 .168 8 .200* Shapiro-Wilk Statistic df Sig. .959 8 .799 34
D2 .146 8 .200* .920 D3 .321 8 .015 .824 D4 .263 8 .109 .851 * D5 .205 8 .200 .943 * D6 .147 8 .200 .940 D7 .250 8 .150 .812 * D8 .207 8 .200 .914 * D9 .206 8 .200 .834 D10 .332 8 .010 .812 D11 .257 8 .127 .897 D12 .277 8 .072 .902 * D13 .220 8 .200 .912 * D14 .162 8 .200 .925 * D15 .166 8 .200 .947 * D16 .236 8 .200 .926 D17 .229 8 .200* .918 * D18 .168 8 .200 .935 * D19 .191 8 .200 .967 * D20 .153 8 .200 .969 D21 .280 8 .065 .745 D22 .338 8 .007 .820 * D23 .150 8 .200 .974 D24 .132 8 .200* .969 * D25 .192 8 .200 .930 * D26 .125 8 .200 .989 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Sumber: Output SPSS 17.0 Berdasarkan tabel 1.12 dapat disimpulkan bahwa: 1. 2.
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
.432 .052 .097 .636 .612 .038 .384 .065 .038 .270 .302 .369 .476 .676 .482 .413 .560 .877 .893 .007 .046 .926 .892 .518 .993
Data yang terdistribusi normal (nilai sig. 0,05) adalah dimensi 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, dan 26. Data dimensi 3, 10, dan 22 tidak terdistribusi normal karena nilai sig. < 0,05. Data yang tdak normal diatas dapat diasumsikan normal karena dalam praktikum ini
tidak diberi waktu lagi untuk mengambil data ulang, dan jumlah data yang tidak normal juga hanya 3 data.
35
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 D13 D14 D15 D16 D17 D18 D19 D20 D21 D22 D23 D24 D25 D26 .263 .279 .278 .103 .208 .250 .213 .224 .159 .229 .297 .146 .199 .196 .164 .325 .170 .196 .262 .193 .235 .300 .202 .229 .201 .267 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 .109 .066 .068 .200* .200* .150 .200* .200* .200* .200* .036 .200* .200* .200* .200* .013 .200* .200* .114 .200* .200* .033 .200* .200* .200* .097 Shapiro-Wilk Statistic df Sig. .815 .789 .818 .986 .908 .807 .954 .938 .934 .847 .784 .950 .953 .931 .964 .774 .893 .962 .877 .928 .871 .798 .905 .905 .928 .882 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 .042 .022 .044 .985 .339 .034 .753 .594 .555 .088 .019 .714 .742 .521 .844 .015 .249 .828 .178 .494 .156 .027 .319 .318 .500 .195
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Sumber: Output SPSS 17.0 Berdasarkan tabel 1.13 dapat disimpulkan bahwa: 1. 2. Data yang terdistribusi normal (nilai sig. 0,05) adalah dimensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13,14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, dan 26. Data dimensi 11, 16 dan 22 tidak terdistribusi normal karena nilai sig. < 0,05. Data yang tdak normal diatas dapat diasumsikan normal karena dalam praktikum ini tidak diberi waktu lagi untuk mengambil data ulang, dan jumlah data yang tidak normal juga hanya 3 data.
36
4.2.3 Pembuatan Tabel Antropometri Langkah selanjutnya adalah pembuatan tabel antropometri yang akan digunakan untuk kesesuaian ukuran produk dengan dimensi tubuh. Tahap penyusunan tabel antropometri dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Menghitung rata-rata ( ) dan standar deviasi () masing-masing dimensi. 2. Menentukan nilai persentil yang akan digunakan yaitu 5-th, 10-th, 50-th, 90-th dan 95-th. 3. Menghitung nilai dimensi sesuai dengan persentil yang telah ditentukan pada tahap dua di atas. 4. Membuat tabel antropometri berdasakan perhitungan yang diperoleh dari tahap sebelumnya. Dengan mengikuti tahap-tahap di atas, maka tabel antropometri yang akan digunakan dalam perancangan dapat dilihat pada tabel 1.13
Dimensi Tabel 1.13 Tabel Dimensi Tubuh Laki-Laki 10% 50% 90% 95% SD 5% Perempuan 10% 50% 153 140.7 121.6 91.58 60.9 77.04 66.06 51.65 19.34 10.74 50.99 40.69 45.33 38.08 37.47 36.19 25.44 25.09 38.97 13.5 15.89 6.753 148.2 185.2 113.7 65.63 157.6 146.7 128.8 96.25 64.57 81 69.76 55.17 21.74 12.05 55.59 45.96 48.41 40.69 39.01 38.1 28.01 27.67 42.3 16.15 17.2 7.332 158 195.8 120.5 70.05
SD
5%
90% 162.3 152.8 136.1 100.9 68.24 84.96 73.45 58.7 24.15 13.37 60.18 51.22 51.48 43.3 40.55 40.01 30.58 30.25 45.63 18.8 18.5 7.911 167.7 206.3 127.3 74.47
95% 163.6 154.5 138.1 102.2 69.29 86.09 74.51 59.7 24.83 13.74 61.49 52.72 52.36 44.04 40.99 40.56 31.31 30.98 46.58 19.56 18.88 8.076 170.5 209.3 129.2 75.73
D1 6.2 158 160.2 168.2 D2 6.3 146.2 148.5 156.5 D3 5.7 130.4 132.5 139.8 D4 3.9 95.2 96.6 101.6 D5 3.2 62.8 64.0 68.1 D6 3.8 80.8 82.2 87.1 D7 3.8 69.1 70.5 75.3 D8 2.9 54.8 55.9 59.5 D9 2.0 20.2 21.0 23.6 D10 1.7 10.1 10.7 12.9 D11 2.6 55.1 56.1 59.4 D12 3.7 41.5 42.8 47.5 D13 3.0 47.8 48.9 52.7 D14 1.9 40.6 41.3 43.7 D15 2.6 40.1 41.1 44.4 D16 3.3 34.1 35.3 39.6 D17 2.4 27.6 28.5 31.6 D18 3.1 24.9 26.0 30.0 D19 1.8 44.0 44.6 46.9 D20 2.1 14.1 14.8 17.5 D21 0.9 17.6 17.9 19.1 D22 0.7 7.8 8.1 9.0 D23 6.0 165.0 167.2 174.9 D24 7.7 199.0 201.8 211.7 D25 7.0 121.3 123.9 132.8 D26 4.4 69.8 71.4 77.1 Sumber: Output Microsoft Excel 2007
176.2 164.6 147.0 106.6 72.2 92.0 80.1 63.2 26.2 15.0 62.7 52.2 56.5 46.1 47.7 43.9 34.7 33.9 49.1 20.2 20.4 9.8 182.7 221.5 141.7 82.8
178.4 166.9 149.1 108.1 73.3 93.4 81.5 64.3 27.0 15.7 63.6 53.5 57.6 46.8 48.7 45.1 35.5 35.0 49.8 21.0 20.7 10.1 184.9 224.3 144.3 84.4
3.648 4.724 5.639 3.647 2.867 3.095 2.889 2.754 1.878 1.028 3.591 4.111 2.404 2.037 1.203 1.492 2.006 2.013 2.603 2.072 1.023 0.452 7.61 8.259 5.319 3.451
151.6 138.9 119.6 90.25 59.85 75.91 65 50.64 18.65 10.36 49.68 39.19 44.45 37.34 37.03 35.65 24.71 24.36 38.02 12.74 15.51 6.588 145.5 182.2 111.7 64.37
37
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 5.2 Saran 1. Hendaknya pengukuran dan pengamatan hasil pengukuran dilakukan dengan lebih teliti. Agar data yang diolah nantinya berdistribusi normal dan seragam. 2. Menggunakan alat ukur yang akurat supaya hasil yang didapatkan lebih akurat. 3. Selama praktikum berlangsung manfaaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya guna menghindari keterlambatan jadwal.
38