Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 15 {

} BAB VI

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

4.1

Pengertian Tempat Pembuangan Akhir


Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai

tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul disumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering d i a n g g a p h a n y a m e r u p a k a n t e m p a t p e m b u a n g a n s a m p a h . H a l i n i menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa sayang untuk m e n g a l o k a s i k a n p e n d a n a a n u n t u k p e n y e d i a a n f a s i l i t a s d i TPA, oleh karenanya hingga sekarang pembangunan diTPA kurang menjadi prioritas dibanding pembangunan di sektor lain.

4.2

Metode Pembuangan Sampah


Dalam pelaksanaannya pembuangan sampah memiliki beberapa metode, yaitu: a. Open Dumping Open Dumping atau pembuangan secara terbuka, adalah pembuangan sederhana dimana

sampah hanya dihamparkan/ditempatkan pada suatu lokasi; dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. open dumping ini paling banyak diterapkan di

Indonesia. Prinsip kerjanya sederhana: buang, tidak ada penanganan lebih lanjut terhadap sampah. Keuntungan utama dari sistem ini adalah murah dan sederhana. Kekurangannya, sistem ini sama sekali tidak memperhatikan sanitasi lingkungan mengingat banyaknya potensi
pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti: 1. Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dll 2. Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan 3. Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul 4. Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor. Masih ada Pemda yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia, dana,dll).

Laporan Kegiatan ke -3 TB PERSAMPAHAN

Kelompok 15 { b. Controll Landfill

Controlled landfill atau lahan urug terkendali diperkenalkan oleh Departemen Pekerjaan Umum pada awal tahun 1990-an merupakan perbaikan atau peningkatan dari cara open dumping tetapi belum sebaik sanitary landfill. Metode ini merupakan perkembangan dari Open Dumping, dimana secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Pada metode ini pelapis dasar berupa lapisan geomembran. Aplikasi tanah penutup harian dilakukan setiap 5-7 hari. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan p e m a d a t a n s a m p a h u n t u k m e n i n g k a t k a n e f i s i e n s i p e m a n f a a t a n lahan dan kestabilan permukaan TPA. Setelah masa layan habis, dilakukan penutupan akhir. Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk diterapkan diwilayah kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metode ini, diperlukan beberapa fasilitas, diantaranya: 1. Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan 2. Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan 3. Pos pengendalian operasional 4. Fasilitas pengendalian gas metan 5.Alat berat

c. Sanitary Landfill Merupakan lahan urug yang telah memperhatikan aspek sanitasi lingkungan. Sanitary Landfill adalah metode standar yang dipakai secara internsional; dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang timbul dapat diminimalkan. Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian sampah dihamparkan hingga lalu dipadatkan untuk kemudian dilapisi dengan tanah penutup harian setiap hari akhir operasi dan dipadatkan kembali setebal 10% -15% dari ketebalan lapisan sampah untuk mencegah berkembangnya vektor penyakit, penyebaran debu dan sampah ringan yang dapat mencemari lingkungan sekitarnya. Lalu pada bagian atas timbunan tanah penutup harian tersebut dapat dihamparkan lagi sampah yang kemudian ditimbun lagi dengan tanah penutup harian. Demikian seterusnya hingga terbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Bagian dasar konstruksi sanitary landfill dibuat lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) yang terbentuk dari proses penguraian sampah organik. Terdapat juga saluran penyalur gas untuk mengolah gas metan yang dihasilkan dari proses degradasi limbah organik, serta terdapat alat incenerator sebagai alat pembakaran sisa sampah (residu) yang tidak dapat digunakan lagi. Metode ini merupakan cara yang ideal namun memerlukan biaya investasi dan operasional yang tinggi sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan.

Laporan Kegiatan ke -3 TB PERSAMPAHAN

Kelompok 15 {

4.3

Lokasi Penelitian dan Pengamatan Pada kegiatan keempat ini, kami selaku Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas

Lambung Mangkurat mengadakan kunjungan ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah, yakni TPA Padang Panjang, Kecamatan Cempaka kota Banjarbaru.

4.4

Metode Pengamatan dan Penelitian Adapun metode penelitian yang digunakan dalam kegiatan ini adalah peneliti terjun

langsung kelapangan. Dengan melakukan pengamatan, dokumentasi serta wawancara langsung kepada petugas TPA yang terkait.

4.5

Hasil Pengamatan Dari pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan, didapat beberapa informasi

mengenai proses Pengelolaan dan Pengolahan Sampah di TPA Padang Panjang. Adapun hasil yang dimaksud adalah:

a. Sejarah TPA Padang Panjang TPA Padang Panjang, didirikan pada Tahun 1999 dan masih dioperasikan hingga sekarang. TPA ini memiliki luas sekitar 43 Hektar, 10 Hektar digunakan untuk wilayah Banjarbaru, sedang sisanya akan dipakai untuk TPA Regional (untuk wilayah Banjarmasin Banjarbaru Martapura). Kepala Bidang untuk Bidang Persampahan pada masa sekarang di jabat oleh Bpk. Drs. Adrianoor Rivai. b. Sistem Operasional pada TPA Padang Panjang Sistem operasional yang dimaksud disini, adalah terdapat 20 Truk dari Diinas Kebersihan dan Tata Kota yang melayani pengangkutan sampah dari TPS disekitar wilayah Banjarbaru setiap harinya. Diperkirakan truk akan tiba di lokasi pembuangan sekitar pukul 10.00 11.30 WITA, setiap paginya. Hal ini dikarenakan jadwal pengangkutan di TPS pada beberapa tempat pemukiman warga Banjarbaru 80% dilaksanakan pada pagi hari ( berkisar antara pukul 06.00 08.30 pagi) dan sisanya kemungkinan akan diangkut pada sore ataupun malam hari untuk wilayah tertentu dikarenakan untuk beberapa alasan. Sebelum memasuki kawasan pengurugan, sampah terlebih dahulu disinggahkan pada suatu lahan yang terletak sekitar 20 M dari Gerbang TPA. Lahan ini berfungsi sebagai tempat penumpukkan sementara sampah untuk dipilah antara sampah organik dan anorganik. Selain itu lahan ini lah yang menjadi wadah dimana para memulung untuk melakukan pemilahan dan memilih sampah-sampah untuk bisa dijual dan dimanfaatkan kembali, misalnya plastik dan botol-botol atau kemasan air minum kemudian dijual kepengumpul untuk didaur ulang.

Laporan Kegiatan ke -3 TB PERSAMPAHAN

Kelompok 15 {

Selain disibukkan dengan aktifitas pengangkutan serta pengumpulan sampah, TPA yang memiliki petugas sebanyak 8 orang ini juga melakukan kegiatan pengomposan serta pembuatan pupuk cair yang berasal dari sampah organik, terutama sampah sisa sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung air. Pupuk pupuk organik ini nantinya akan dijual kepada para petani setempat dan digunakan sendiri untuk perawatan tanaman hijau disekitar Tempat Pembuangan Akhir.

c. Metode Pengolahan Sampah di TPA Padang Panjang Dari wawancara dengan petugas serta studi pengamatan langsung dilapangan,

memperhatikan kondisi TPA, serta ketersediaan fasilitas yang ada pada TPA tersebut, kami menyimpulkan bahwa TPA Padang Panjang, Gunung Kupang, Banjarbaru memakai metode Controlled Landfilling atau lahan urug terkendali sebagai metode untuk pengolahan dan pengelolaan sampah yang terdapat pada TPA tersebut. Adapun beberapa faktor yang mendorong kesimpulan ini, dikarenakan hal seperti berikut:

1. Terdapat Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan, hal ini dapat jelas terlihat ketika kita berjalan masuk ke area kolam penumpukan sampah. 2. Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan, dimana saluran pengumpul lindi ini menyerupai saluran drainase yang memiliki lebar 80 CM yang mengarah langsung kekolam penampungan air lindi. 3. Pos pengendalian operasional, pos ini dapat ditemui beberapa meter setelah memasuki pintu gerbang TPA. 4. Fasilitas pengendalian gas metan, dalam hal ini TPA padang Panjang hanya mengtasi adanya gas methan dengan perlakuan sederhana. Pada lubang sampah yang telah ditimbun dengan menggunakan beberapa lapisan tahah, ditancapkan pipa yang berdiameter 10 CM kedalam tanah yang berfungsi sebagai lubang saluran gas methan yang terdapat didalam timbunan sampah ke luar. 5. Alat berat, terdapat sebuah alat berat yang membantu berjalannya proses mengerukkan tanah dan penimbunan sampah.

4.6 Analisa Hasil Kegiatan Dari data serta informasi yang telah didapatkan beberapa poin penting, yaitu: a. Adanya Upaya untuk Mengelola Sampah Secara terpadu Meskipun Hanya dalam Lingkup di Pembuangan Akhir Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu adalah sistem manajemen yang mengintegrasikan aspek perencanaan pengelolaan sampah dengan pembangunan perkotaan, mempertimbangkan semua aspek terkait, seperti aspek ekonomi, lingkungan, sosial dan institusi, politik, keuangan dan aspek

Laporan Kegiatan ke -3 TB PERSAMPAHAN

Kelompok 15 {

teknis secara simultan, serta memberi peluang bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan (Damanhuri, 2007). Pada prinsipnya, Tempat Pembuangan Akhir bukanlah menjadi tumpuan akhir dalam mengurangi masalah timbulan sampah yang terjadi dimasa sekarang. Namun, kesadaran dari masyrakat sebagai penghasil sampah untuk melakukan Penanganan di tempat (on site handling) sebelum sampah ditempatkan adalah menjadi kunci utama. Konsep penerapan pemilahan

(shorting) dan 3R (reduce,reuse dan recycle) adalah bentuk penanganan utama terefektif yang bisa dilakukan untuk menekan laju timbukan sampah di pembuangan akhir. Penanganan
sampah ditempat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya. Pada TPA Padang Panjang, adanya usaha pemilahan sampah antara organik dan anorganik untuk dijadikan sebagai kompos, merupakan tindakan awal untuk memulai upaya pengelolaan sampah secara terpadu. Selain itu, adanya kerjasama antara instansi terkait untuk mengurangi resiko pencemaran lindi serta kondisi sampah secara menyeluruh merupakan tindakan awal yang efisien. Berikut gambaran secara umum kegiatan komposting yang dilakukan oleh TPA Padang Panjang: 1. Sampah yang telah masuk mengalami pemilahan, antara sampah organik dan anorganik. 2. Sampah organik seperti sisa makanan, sisa sayuran, sisa buah-buahan dan dedaunan akan dipakai sebagai bahan baku pembuatan kompos basah dan kompos kering, sisa sampah organik seperti batang pohon dan pelepah kelapa akan langsung dibuang ke lubang sampah. 3. Sampah anorganik seperti plastik, kertas, kaca, logam dsb yang dapat didaur ulang mengalami pengepakan, sedangkan sisanya seperti aluminium foil langsung dibuang ke kolam penampungan sampah. 4. Adapun kompos yang dihasilkan berupa pupuk cair dan pupuk kering, akan mendatangkan nilai ekonomi, karena dijual kepada para petani, khususnya petani sayuran. Dari sumber yang didapat, pupuk cair memiliki nilai guna yang bagus, karena pada proses kegiatanya tidak menghasilkan bahan sisa yang dapat menghasilkan sampah. Artinya, kompos yang berasal dari sampah tersebut, dapat dimanfaatkan secara efisien. 5. Selain itu, TPA Padang Panjang juga telah aktif melakukan peran aktif kemasyarakat, seperti pembagian tong-tong pupuk cair kesekolah menengah dan atas di sekitar kota Banjarbaru. Tujuannya adalah supaya sekolah-sekolah tersebut dapat mempraktekan ilmu yang mereka dapat setelah mereka melakukan studi lapangan ke TPA tersebut. Hal ini dapat diartikan sebagai upaya untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah sedini mungkin.

b. Adanya Upaya menuju Perkembangan TPA dengan Menerapkan Metode Sanitary Landfill Walaupun dalam proses manajemennya serta produktifitanya TPA Padang Panjang masih mengalami kekurangan disana sini, akan tetapi perlu ditarik suatu harapan yang positif, bahwa

Laporan Kegiatan ke -3 TB PERSAMPAHAN

Kelompok 15 {

Pemerintah Daerah setempat telah bekerja cukup efisien dalam mengelola persampahan yang ada di wilayah Banjarbaru. Adanya pemenuhan fasilitas yang kurang seperti: 1. tidak adanya pengolahan lebih lanjut gas methan 2. periode penimbunan lapisan tanah pada kolam sampah yang tidak teratur dan adanya Presepsi pengelolaan bahwa, jika terdapat makhluk hidup yang masih mampu bertahan hidup pada suatu kondisi lingkungan yang tercemar, dikatakan layak untuk dikonsumsi manusia, tanpa adanya penelitian ataupun penanganan secara lebih lanjut seperti uji dilaboratorium merupakan suatu presepsi pengembangan yang tidak benar. Secara umum, sampah memiliki kandungan organik yang tinggi, khususnya air lindi yang berasal dari sampah organik. Sehingga tidak benar jika menaruh presepsi bahwa pada suatu kondisi di TPA terdapat kolam ikan dengan ikan yang mempu bertahan hidup dan tumbuh besar disekitar area bekas penimpunan sampah disimpulkan bahwa daerah tersebut tidak mengalami pencemaran. Oleh karenanya, untuk hal-hal tersebut TPA Padang Panjang masih memerlukan tenaga ahli, untuk memastikan pencemaran lingkungan yang mungkin terjadi serta pemenuhan baku mutu air lindi yang ada. Sehubung dengan adanya wacana pemerintah yang menargetkan melalui penerapan UndangUndang Pengelolaan Sampah yang menyebutkan bahwa : pemerintah daerah sudah tidak boleh punya TPA open dumping pada 2013 . Hal ini mengacu pada perkembangan pengelolaan sampah yang lebih baik, sehingga pemerintah kita hanya memiliki dua pilihan, Controll Landfill sebagai tahap awal menuju sanitary landfill. Berikut aspek-aspek yang perlu dikembangkan jika sistem Sanitary Landfill akan direalisasikan pada TPA padang panjang: 1. stuktur geologi tanah, untuk mempermudah pembangunan pipa air lindi pada lapisan-lapisan tanah agar tidak mencemari air bawah tanah 2. penambanhan alat alat berat untuk memperlancar proses penimbunan lapisan tanah pada wadah penumpukan sampah seperti alat penyiram/pengontrol debu, traktor dan buldozer. 3. instalasi pengolahan pada kolam air lindi yang lebih efektif 4. penambahan pipa penyalur gas metan dan instalasi pengkonversian gas metan menjadi sumber energi alternatif 5. penambahan alat insenerator Aspek-aspek diatas tentunya akan mudah terealisasikan jika Pemerintah Daerah memiliki Sumber Daya Manusia dan Dana Operasional yang memungkinkan dari sepersekian persen dana APBD yang dialokasikan untuk pengembangan kelayakan TPA untuk kedepannya. Jikapun metode Sanitary Landfill nantinya mengalami permasalahan dikarenakan pasokan sampah yang kurang untuk menghasilkan Gas Methan yang cukup untuk pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah, maupun pemanfaatannya sebagai Biogass yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, maka adanya TPA Regional, akan menjadi suatu langkah awal yang baik.

Laporan Kegiatan ke -3 TB PERSAMPAHAN

Kelompok 15 {

Berikut adalah tabel perbandingan kekurangan dan kelebihan sistem pengolahan sampah di Tempat Pembuangan Akhir berdasarkan skema lahan urugnya. Skema Lahan Urug Open Dumping Kelebihan Kekurangan Terjadi pencemaran udara oleh gas, bau dan debu. Pencemaran air tanah oleh air lindi. Resiko kebakaran cukup besar Mendorong tumbuhnya sarang vektor penyakit (tikus, lalat, nyamuk). Mengurangi estetika lingkungan. Lahan tidak dapat digunakan kembali. Operasi lapangan relatif lebih sulit. Biaya operasi dan perawatan cukup besar. Memerlukan personalia lapangan yang cukup terlatih. Aplikasi sistem pelapisan dasar (liner) yang rumit. Aplikasi tanah penutup harian yang mahal. Aplikasi sistem lapisan penutup akhir. Biaya aplikasi pipa penyalur gas metan dan instalasi pengkonversian gas metan menjadi sumber energi. Biaya aplikasi pipa-pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) dan intalasi pengolah air lindi.

Teknis pelaksanaan mudah. Personil lapangan relatif sedikit. Biaya operasi dan perawatan yang relatif rendah.

Controlled landfill

Dampak negatif terhadap lingkungan dapat diperkecil. Lahan dapat digunakan kembali setelah dipakai. Estetika lingkungan cukup baik.

Sanitary Landfill

Timbulan gas metan dan air lindi terkontrol dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan. Timbulan gas metan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Setelah selesai pemakaiannya, area lahan urug dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti areal parkir, lapangan golf, dan kebutuhan lain.

Sumber Data : (Damanhuri, 2004)

Laporan Kegiatan ke -3 TB PERSAMPAHAN

Anda mungkin juga menyukai