Anda di halaman 1dari 3

Bawang Putih Komponen bioaktif dari suatu bahan pangan memegang peranan penting dalam memberikan efek kesehatan.

Komponen aktif yang terdapat pada bahan tanaman dikenal dengan istilah fitokimia. Pengertian fitokimia adalah suatu bahan dari tanaman (phytos = tanaman), yang dapat memberikan fungsi-fungsi fisiologis untuk pencegahan penyakit. Bahan yang dimaksud adalah senyawa kimia berupa komponen bioaktif yang dapat digunakan untuk pencegahan atau pengobatan penyakit. Karena banyaknya komponen-komponen yang terkandung di dalam bawang putih menyebabkan metode persiapan dan ekstraksi (lama dan metode ekstraksi serta jenis pelarut) memegang peranan penting untuk mendapatkan komponen bioaktif dari bawang putih. Pelarut (solvent) yang sering digunakan adalah ethanol, methanol, aseton, dan air atau kombinasinya. Komponen-komponen bioaktif yang terdapat di bawang putih bekerja secara sinergis satu sama lain untuk menimbulkan efek kesehatan (Ardiansyah 2006). Diantara beberapa komponen bioaktif yang terdapat pada bawang putih, senyawa sulfida adalah senyawa yang banyak jumlahnya. Senyawa-senyawa tersebut antara lain adalah dialil sulfida atau dalam bentuk teroksidasi disebut dengan alisin. Sama seperti senyawa fenolik lainnya, alisin mempunyai fungsi fisiologis yang sangat luas, termasuk diantaranya adalah antioksidan, antikanker, antitrombotik, antiradang, penurunan tekanan darah, dan dapat menurunkan kolesterol darah. Data epidemiologis juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara konsumsi bawang putih dengan penurunan penyakit kardiovaskuler, seperti aterosklerosis (penumpukan lemak), jantung koroner, dan hipertensi (Ardiansyah 2006). Bawang putih juga terbukti dapat menghambat pertumbuhan dan respirasi fungi patogenik. Daya antimikroba tinggi yang dimiliki bawang putih dan bawang Bombay dikarenakan kandungan alisin dan senyawa sulfide lain yang terkandung dalam minyak astiri bawang putih dan Bombay (Whitmore & Naidu 2000). Pengujian aktivitas antimikroba bawang putih pertama kali dilakukan oleh Cavalito dan Bailey pada tahun 1944. Dialil sulfide dan dialil polisulfida (komponen flavor utama bawang putih) tidak menunjukkan aktivitas antimikroba. 13 Namun alisin menunjukkan aktivitas penghambatan bagi pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negative (Hirasa & Takemasa 1998). Suharti (2004) meneliti tentang sifat antibakteri bawang putih terhadap bakteri Salmonella typhimurium. Hasilnya adalah serbuk bawang putih dengan konsentrasi 5% dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang setara dengan tetrasiklin 100 g/ml. Penelitian Safithri (2004) menunjukkan bahwa ekstrak air dan etanol bawang putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. agalactie, S. aureus, dan e. coli. Ekstrak air bawang putih dengan konsentrasi 20% mempunyai aktivitas antibakteri yang sama dengan ampicillin 5 g terhadap S. agalactie, S. aureus, dan e. coli. Ekstrak etanol bawang putih pekat mempunyai aktivitas anti bakteri lebih lemah dari ampicillin 5 g terhadap S. agalactie, S. aureus, dan e. coli. Kunyit Rimpang kunyit yang matang mengandung beberapa komponen antara lain minyak volatil, campuran minyak (lemak), zat pahit, resin, protein, selulosa, pati, dan beberapa minyak. Komponen utamanya adalah pati dengan jumlah berkisar antara 40-50% dari berat kering. Kunyit mempunyai rasa dan bau yang khas, yaitu pahit dan getir serta barbau langu. Kunyit berwarna kuning atau jingga pada bagian dalamnya dan berwarna kecoklatan serta bersisik pada bagian luarnya serta mempunyai tekstur yang keras tetapi rapuh (Anonim 2001). Diantara semua genus curcuma, kunyit merupakan jenis yang paling banyak kegunaannya. Menurut Rukmana (1995), manfaat kunyit antara lain sebagai bahan bumbu dalam berbagai masakan, bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai jenis penyakit pada manusia, bahan baku industri jamu dan kosmetika, bahan penunjang industri teknik dan kerajinan, dan desinfektan untuk

mengawetkan benih yang disimpan. Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar. Kunyit sebagai obat luar berfungsi untuk mengobati eksim, bengkak, rematik, dan memperlancar air susu ibu. Sedangkan sebagai obat dalam, kunyit digunakan untuk mengobati panas, demam, diare, gusi bengkak, kencing manis, hepatitis, dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006). Kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri gram positif, yaitu Lactobacillus fermentum, L. bulgaricus, Bacillus cereus, B. subtilis, dan B. 14 megaterium Kunyit mengandung lebih dari satu senyawa yang bersifat bakterisidal. Salah satu senyawa tersebut adalah senyawa kurkumin yang merupakan senyawa golongan fenol yang terdiri dari dua cincin fenol simetris dan dihubungkan dengan satu rantai hiptadiena (Suwanto 1983 diacu dalam Sihombing 2007). Senyawa fenol menghambat pertumbuhan mikroba dengan cara merusak membrane sel yang akan menyebabkan denaturasi protein sel dan mengurangi tekanan permukaan sel.

Pada praktikum kali ini dilakukan Pengujian aktivitas mikroba yangdilakukan dengan menggunakan metode Kirby Bauer. Media yang digunakanadalah NA, sedangkan mikroba yang ditumbuhkan adalah bakteri E. coli. Sampelyang digunakan adalah amoxilin, lengkuas, dan kunyit. Kunyit dan lengkuastermasuj senyawa antimikroba alami, sedangkan amoxilin adalah senyawaantimikroba sintetik. Amoxilin adalah nama dagang dari obat antibiotik golongan penisilin subgolongan amoksisilin, yaitu amoksisilin trihidrat.. Obat golongan ini bekerjasebagai broad-spectrum (bisa digunakan untuk membunuh bakteri gram positifdan bakteri gram negatif) seperti Salmonella, Shigella, dll. Antibiotikdidefinisikan sebagai obat yang membunuh atau memperlambat pertumbuhanbakteri.Kunyit (Curcuma longa Linn.) atau Kunyit (Curcuma domestica Val.) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat. Senyawa utama yang terkandungdalam rimpang kunyit adalah senyawa kurkuminoid yang memberi warna kuningpada kunyit. Kurkuminoid ini (kebanyakan berupa kurkumin) mempunyai sifatantioksidan, antiinflamasi. Tumbuhan lengkuas mengandung golongan senyawa flavonoid, fenol danterpenoid. Golongan senyawa-senyawa ini sering dipergunakan sebagai bahandasar obat-obatan modern. Sebagai contoh, senyawa terpenoid ase-toksicavikolasetat, merupakan senyawa yang bersifat antitumor dari tumbuhan lengkuas. Dari hasil pengamatan, terdapat zona bening dari masing-masing sampelbahan antimikroba yang menunjukkan diameter daerah hambatan (DDH). Padasampel lengkuas dapat menghambat pertumbuhan E. coli dengan DDH 1 mm.Pada sampel kunyit, rata-rata DDH yang diperoleh adalah 2 mm. Pada amoxilin,rata-rata DDH yang diperoleh adalah 0,5 mm, sehingga dapat dikatakan bahwaamoxilin termasuk antibiotik yang resistant (R) terhadapE.coli. Dari hasilpengamatan, dapat diketahui bahwa senyawa antimikroba yang terdapat padabahan alami (lengkuas dan kunyit) lebih aktif dibandingkan pada bahan sintetik (amoxilin). Sampel kunyit lebih aktif daripada lengkuas sebagai senyawaantimikroba yang ditunjukkan dengan DDH yang lebih besar. Secara keseluruhan,sampel senyawa antimikroba yang digunakan dapat dikatakan aktivitasantimikrobanya rendah terhadap E. coli yang ditunjukkan dengan rendahnya nilaiDDH yang didapat. Amoxilin sebernarnya mempunyai antivitas antimikroba yangcukup besar, tetapi hasil yang didapat berbeda. Hal ini kemungkinan terjadikarena konsentrasi amoxilin yang digunakan cukup kecil, sehingga dayaantimikrobanya tidak maksimal. KESIMPULAN

Pengujian aktivitas mikroba yang dilakukan menggunakan metode Kirby Bauer. Media yang digunakan adalah NA, sedangkan mikroba yang ditumbuhkan adalah bakteri E. coli. Sampel yang digunakan adalah amoxilin, lengkuas, dan kunyit. Terdapat zona bening dari masing-masing sampel bahan antimikroba yang menunjukkan diameter daerah hambatan (DDH). Sampel lengkuas dapat menghambat pertumbuhan E. coli dengan DDH 1 mm. Pada sampel kunyit, rata-rata DDH yang diperoleh adalah 2 mm. Pada amoxilin, rata-rata DDH yang diperoleh adalah 0,5 mm. Amoxilin termasuk antibiotik yang resistant (R) terhadapE.co li. Sampel senyawa antimikroba yang digunakan dapat dikatakan aktivitas antimikrobanya rendah terhadap E. coli.

Anda mungkin juga menyukai