Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutup seluruh tubuh dan melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Bagi wanita, kulit merupakan bagian tubuh yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk memperindah kecantikan. Lapisan kulit pada dasarnya sama di semua bagian tubuh,kecuali di telapak tangan, telapak kaki, dan bibir. Tebalnya bervariasi dari 0,5 mm di kelopak mata sarnpai 4 mm di telapak kaki. Kulit wajah sedikit berbeda karena di lapisan bawahnya terdapat lebih banyak pembuluh darah. ltu sebabnya, goresan sedikit saja dapat menyebabkan banyaksekali darah yang keluar. Selain itu, berbeda dengan bagian tubuh lain, pembuluh darah di wajah dan telinga sangat sensitif terhadap pengaruh emosi. Sebagai akibatnya wajah seseorang mudah menjadi merah jika emosinya terusik (flushing). Warna merah pada wajah dapat disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah. Karena kaya akan pembuluh darah, wajah biasanya mempunyaikulit yang lebih halus dari bagian tubuh yang lain. Kehalusankulit ini dipengaruhi oleh sinar ultraviolet dan akibat jerawat yang salah dalam perawatannya.

Hasil survey di 50 SMK di Indonesia juga menunjukkan bahwa pengembangan soft skills belum mendapat perhatian serius dalam pembelajaran. (http://jurnal.sttnbatan. ac.id/wpcontent/uploads/2010/03/A-14_ok.pdf) Selain itu penelitian yang melatarbelakangi kebutuhan aspek soft skills di dunia kerja yang dilakukan oleh Widarto, dkk tahun 2007. tentang urgensi aspek-aspek kompetensi lulusan SMK yang dibutuhkan di dunia industri adalah kejujuran, etos kerja, tanggungjawab, disiplin, menerapkan prinsipprinsip keselamatan dan kesehatan kerja, inisiatif dan kreatifitas. Jelas bahwa dilihat dari sisi kompetensi maupun skill yang dibutuhkan, soft skills memiliki peran kunci dalam menentukan kualifikasi yang dibutuhkan industri. Setelah itu Penelitian juga dilakukan oleh Widarto, dkk, tahun 2009, menghasilkan rumusan soft skills yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri secara berurutan berdasarkan skala prioritas adalah : disiplin, kejujuran, komitmen, tanggungjawab, rasa percaya diri, etika, sopan santun, kerjasama, kreativitas, komunikasi, kepemimpinan, entrepeneurship, dan berorganisasi. Untuk itu diperlukan perangkat kurikulum yang mampu mengintregasikan soft skills dalam proses pembelajaran, sementara soft skills tidak perlu berdiri sendiri sebagai mata pelajaran. Model integrasi soft skills harus komprehensif yakni mulai dari konteks, input, proses, output, dan
1

outcome semuanya harus diperhatikan secara seksama.

Lapisan Cornium diperlukan untuk melindungi kulit dari berbagai rangsangan. Yang paling banyak dan paling sering menyerang kulit adalah rangsangan sinar matahari. Unsur sinar matahari yang menyebabkan rasa panas di kulit adalah unsur inframerah, dan yang dapat menembus serta mempengaruhi kualitas kulit adalah unsur ultraviolet. Orang kulit putih di negara Barat sering menderita kanker kulit, hal itu sebagai akibat rangsangan sinar ultraviolet ini. Bagi warga Asia, termasuk Indonesia, kemungkinan terkena kanker kulit sangat rendah karena tingkat pigmentasi kulit yang lebih tinggi. Jadi, pada kenyataan bahwa orang Asia mempunyai kulit berwarna lebih gelap memberi keuntungan karena menghalangi terjadinya kanker kulit. Warna kulit ditentukan oleh pigmen yang dihasilkan lapisan kulit dan bersifat turunan (genetic).Produksi pigmen bertambahjika yang bersangkutan sering kena sinar matahari karena pigmenberfungsi melindungi kulit. Oleh karena itu, seseorang yang karena sesuatu hal mengalami pemutihan atau pengurangan pigmen perIu berhati-hati. Jika ia kena sinar matahari, bukan tidak mungkin kulit akan memproduksi pigmen berlebih sehingga kulit yangsudah terlihat putih akan menjadi lebih gelap. Kulit yang seringterkena sinar matahari akan menjadi lebih gelap (tanning) dan lebih tebal serta kasar. Jika seseorang memperhatikan dengan saksama keadaan kulit di badan dan lengannya, akan terlihat bahwa kulit badan lebih halus daripada kulit lengan. Hal ini disebabkan oleh rangsangan sinar matahari yang menyebabkan kulit tumbuh lebih tebal untuk menambah perlindungan. Untuk wilayah tropis perlindungan itu turut dibantu oleh penggunaan sunscreen atau tabir surya yang dapat melindungi kulit dari paparan langsung sinar ultraviolet. Dalam tata kecantikan, perawatan kulit dan wajah menjadi penekanan utama untuk mendapatkan penampilan yang menarik. Keseluruhan badan atau tubuh kita, harus dirawat dengan baik dan dijaga agar selalu sehat, lembut, segar dan cantik. Hal tersebut merupakan alasan penulis tertarik untuk membuat sebuah proposal penelitian yang berkaitan dengan manfaat tabir surya sebagai pelindung dari efek sinar ultraviolet.
Jika melihat realita di atas, dapat dilihat bahwa pendidikan soft skills sudah sepantasnyalah jika menjadi kebutuhan penting dalam dunia pendidikan sehingga harus dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan ataupun proses belajar-mengajar. Namun juga perlu disadari bahwa untuk mengubah kurikulum juga bukan hal yang mudah. Lebih jauh lagi, 4
2

pendidikan soft skills idealnya bukan saja hanya diterapkan untuk anak didik saja, tetapi juga bagi pendidik. Pendidik seharusnya memberikan muatan-muatan pendidikan soft skills pada proses pembelajarannya. Maka dari itu penulis ingin meneliti tentang pengembangan pembelajaran aspek soft skill pada siswa SMK dengan mencoba menerapkan strategi belajar Cooperative Learning agar siswa terlatih untuk mengembangkan aspek soft skill yang berada pada dirinya masing-masing.

B.

Pembatasan Masalah Mengingat luasnya masalah yang ada dan untuk memungkinkan penelitian dapat mencapai tujuan penelitian, maka permasalahan akan dibatasi pada : 1. Penelitian ini hanya meneliti pengaruh penggunaan tabir surya terhadap pigmentasi kulit wajah wanita. 2. 3. Objek penelitian ini dilakukan di Desa Helvetia Kab.Deli Serdang Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Sinar UV A dan UV B terhadap pigmentasi kulit wajah wanita Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, diasumsikan bahwa

C.

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka permasalahan penelitian diarahkan dengan perumusan masalah : 1. Bagaimana pengaruh Sinar UV A dan UV B terhadap pigmentasi kulit wajah wanita ? 2. Bagaimanakah aturan pakai yang tepat dan benar dalam penggunaan krim tabir surya? 3. Bagaimana kondisi kesehatan kulit yang tidak menggunakan krim tabir surya dengan keadaan kulit yang menggunakan krim tabir surya? 4. Mengapa kulit wajah yang terkena sinar ultraviolet dengan intensitas penyinaran yang lebih tinggi cenderung mengalami pigmentasi lebih cepat? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : y Untuk mengetahui perbedaan keadaan kesehatan kulit yang tidak menggunakan krim tabir surya dengan keadaan kulit yang menggunakan krim tabir surya.

Untuk mengetahui dampak kerusakan kulit yang terpapar langsung dengan sinar ultraviolet.

y E.

Untuk mengetahui kandungan dan manfaat penggunaan tabir surya bagi kulit.

Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Manfaat Teoritis  Mengetahui faktor yang mempengaruhi perbedaan keadaan kesehatan kulit yang tidak menggunakan krim tabir surya dengan keadaan kulit yang menggunakan krim tabir surya.  Mengetahui faktor yang menyebabkan kerusakan kulit akibat terpapar langsung dengan sinar ultraviolet. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini menjadi bahan masukan bagi pembaca dalam meningkatkan pengetahuan tentang perawatan kulit wajah sehari-hari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teoritis 2.1. Struktur dan Fungsi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. 2.1.1 Fungsi Kulit Fungsi kulit secara umum adalah:  Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan memcegah masuknya mikroorganisme.  Melindungi tubuh dari kehilangan cairan tubuh dengan mencegah terjadinya peguapan air yang berlebihan.  Sebagai pengatur panas.  Tempat penyimpanan provitamin D dan pembentukan vitamin D.  Merupakan salah satu organ ekskresi, yaitu melalui keringat.  Sebagai organ pengindra.  Sebagai pembentukan kolagen. 2.1.2 Anatomi Kulit Kulit tersusun atas beberapa bagian, yaitu : a. Lapisan Epidermis Terdiri dari 5 lapisan yaitu stratum corneum, stratum lucidum, stratum granulosum, stratum germinativum.Stratum korneum terdiri dari 15 sampai 30 lapisan keratinosit yang memiliki kandungan air 10-20 %. Pada umumnya sel ini mempunyai waktu hidup selama 2 minggu. Permukaan stratum korneum bersifat kering dan dilapisi minyak yang berasal dari kelenjar sebaseus. Stratum korneum memiliki pH 5,5-6. Keadaan pH dan lapisan minyak ini mengahambat pertumbuhan mikroba.
5

(Martini, 2001)

b. Lapisan Dermis Merupakan jaringan ikat yang terdiri dari jaringan serabut kolagen dan terletak di bawah stratum germinativum, dengan ketebalan 3-5 mm. Lapisan ini berfungsi memberi nutrisi lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri dari lapisan papilari dan lapisan retikuler. Lapisan papilari memiliki pembuluh darah dan ujung saraf. Lapisan retikuler memiliki serabut kolagen. c. Lapisan Hipodermis Merupakan lembaran lemak yang mengandung jaringan adiposa yang membentuk agregat dengan jaringan kolagen dan membentuk ikatan lentur antara struktur kulit dengan permukaan tubuh (Martini, 2001). 2.1.3 Warna Kulit Warna kulit ditentukan oleh komposisi pigmen dan peredaran darah pada jaringan kulit. Secara umum epidermis tersusun atas dua pigmen yaitu karoten dan melanin. Karoten merupakan pigmen yang berwarna kuning orange yang terakumulasi dalam lapisan epidermis dan terlihat pada stratum korneum orang yang berkulit cerah, sedangkan melanin adalah pigmen berwarna coklat, kuning kecoklatan atau hitam yang dihasilkan oleh melanosis. Pigmen melanin berfungsi untuk melindungi kulit dari radiasi sinar UV pada sinar matahari (Martini, 2001). 2.2. Penyinaran Matahari dan Efeknya Pada Kulit Kulit adalah pelindung tubuh dari pengaruh luar terutama dari sengatan sinar matahari. Sinar matahari mempunyai 2 efek, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan, tergantung dari frekuensi dan lamanya sinar mengenai kulit, intensitas sinar matahari, serta sensitivitas seseorang. Walaupun berguna untuk pembentukan vitamin D yang sangat berguna bagi tubuh, sinar matahari dianggap faktor utama dari berbagai masalah kulit, mulai dari sunburn, pigmentasi kulit, penuaan kulit, hingga kanker kulit. Kulit yang terkena radiasi sinar UV akan berwarna lebih gelap, berkeriput, kusam, kering, timbul bercak-bercak coklat kehitaman (melasma), hingga kanker kulit. Bahkan jauh sebelum efek radiasi itu terlihat oleh mata telanjang, kulit sebenarnya sudah mengalami kerusakan.Efek sinar matahari yang merugikan berupa:
6

Penyinaran matahari yang singkat pada kulit dapat menyebabkan kerusakan epidermis sementara, gejalanya disebut sengatan surya. Sinar matahari dapat menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar yang nyeri pada kasus yang lebih parah.

Penyinaran langsung dan lama, yaitu sengatan surya yang berlebihan dapat menyebabkan kelainan kulit mulai dari dermatritis ringan hingga kanker kulit. Sengatan matahari berlebihan adalah karsinogenik, sinar ultraviolet dapat menyebabkan kanker kulit. Orang kulit putih lebih mudah terserang kanker kulit dibandingkan dengan orang kulit hitam. Penyinaran matahari terdiri dari berbagai spektrum dengan panjang gelombang yang

berbeda, dari inframerah yang terlihat hingga spektrum ultraviolet. Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 400 280 nm dapat menyebabkan sengatan surya dan perubahan warna kulit (Ditjen POM, 1985). Panjang gelombang sinar ultraviolet dapat dibagi menjadi 3 bagian: 1. Ultraviolet A Adalah sinar dengan panjang gelombang antara 400 315 nm dengan efektivitas tertinggi pada 340 nm, dapat menyebabkan warna coklat pada kulit tanpa menimbulkan kemerahan sebelumnya disebabkan oleh adanya oksidasi melanin dalam bentuk leuko yang terdapat pada lapisan kulit. 2. Ultraviolet B Adalah sinar dengan panjang gelombang antara 315 280 nm dengan efektivitas tertinggi pada 297,6nm, merupakan daerah eritomogenik, dapat menimbulkan sengatan surya dan terjadi reaksi pembentukan melanin awal. 3. Ultraviolet C Adalah sinar dengan panjang gelombang di bawah 280 nm, dapat merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar telah tersaring oleh lapisan ozon dalam atmosfer (Ditjen POM, 1985).

Gambar 2.1. Spektrum Radiasi Ultraviolet

2.3. Pigmentasi 2.3.1 Defenisi Pigmentasi

Melanosit berasal dari sel neural crest yang bermigrasi ke lapisan bassal epidermis. Pada lapisan kulit, melanosit secara terus menerus memproduksi melanosom yang kemudian akan ditransfer ke keratinosit. Melanosom akan merubah tyrosine menjadi melanin yang akan mewarnai kulit. Pigmentasi kulit dipengaruhi oleh sintesis melanin dalam melanosom dan distribusinya ke keratinosit. Hiperpigmentasi terjadi akibat meningkatnya melanin di epidermis, dermis, atau keduanya. Hal ini disebabkan peningkatan produksi melanin oleh melanosit tetapi jumlah melanositnya normal disebut melanotic atau akibat proliferasi melanosit yang aktif (jumlah melanosit bertambah) disebut melanocytotic. Tyrosinase, merupakan enzim yang mengatur melanogenesis dimana merubah tyrosine menjadi eu-melanin (berwarn hitam) atau pheo-melanin (berwarna kekuningan atau kemerahan). 2.3.2 Respon Kulit Akibat Terpapar Sinar Ultraviolet

Setelah kulit terpapar radiasi sinar ultraviolet, maka timbul respon hiperpigmentasi pada kulit yang disebut tanning (bertambahnya warna coklat pada kulit). Reaksi tanning dalam hal proses pembentukan melanin yang baru terdiri dari, yaitu :  Reaksi tanning cepat (Immediate Pigment Darkening = IPD)  Reaksi tanning lambat (Delayed Pigment Darkening = DPD)

Respon tanning pada kulit bergantung pada panjang gelombang radiasi sinar ultraviolet yaitu :  Panjang gelombang UV-A

2.4. Mekanisme Perlindungan Alami Kulit Secara alami kulit manusia mempunyai sistem perlindungan terhadap paparan sinar matahari. Mekanisme pertahanan tersebut adalah dengan penebalan stratum korneum dan pigmentasi kulit.Perlindungan kulit terhadap sinar UV disebabkan oleh peningkatan jumlah melanin dalam epidermis. Butir melanin yang terbentuk dalam sel basal kulit setelah penyinaran UVB akan berpindah ke stratum korneum di permukaan kulit, kemudian teroksidasi oleh sinar UV A. Jika kulit mengelupas, butir melanin akan lepas, sehingga kulit kehilangan pelindung terhadap sinar matahari (Ditjen POM, 1985). Semakin gelap warna kulit (tipe kulit seperti yang dimiliki ras Asia dan Afrika), maka semakin banyak pigmen melanin yang dimiliki, sehingga semakin besar perlindungan alami dalam kulit. Namun, mekanisme perlindungan alami ini dapat ditembus oleh tingkat radiasi sinar UV yang tinggi, sehingga kulit tetap membutuhkan perlindungan tambahan (Lestari, 2002). 2.5. Tabir Surya (Sunscreen) Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk membaurkan atau menyerap cahaya matahari secara efektif, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari. Tabir surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, asalkan dapat dioleskan pada kulit, misalnya bentuk larutan dalam air atau alkohol, emulsi, krim, dan semi padat yang merupakan sediaan lipid non-air, gel, dan aerosol (Ditjen POM, 1985). Ada 2 macam tabir surya, yaitu:

1. Tabir surya kimia Merupakan bahan-bahan yang dapat melindungi kulit dengan mengabsorbsi radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Derivat sintesis senyawa ini dapat dibagi dalam 2 kategori besar, yaitu pengabsorbsi kimia UVB (290-320 nm) dan UVA (320-400 nm). Tabir surya kimia yang biasa digunakan adalah

oktilmetoksisinamat sebagai UVB filter yang paling banyak digunakan. UVA filter termasuk benzofenon. Oksibenson adalah benzofenon yang paling luas digunakan, mengabsorbsi UVA dan UVB. Kedua bahan ini memiliki kekurangan yaitu bersifat fotolabil serta terdegradasi dan teroksidasi. Kandungan tabir surya kimia memungkinkannya terserap ke dalam tubuh dan bekerja dengan menyerap radiasi sinar UV. Umumnya, tabir surya kimia hanya menyerap sinar UVB saja, dan agar dapat bekerja sempurna jenis tabir surya ini harus digunakan minimal 20 menit sebelum terpapar sinar matahari (Iskandar, 2008). 2. Tabir surya fisik Tabir surya fisik bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan radiasi UV. Tabir surya fisik secara umum adalah oksida logam. Bahan ini menunjukkan perlindungan yang lebih tinggi dibandingkan bahan kimia karena memberikan perlindungan terhadap UVA dan UVB, dan juga merupakan bahan yang tidak larut dalam air. Sebagai pembanding, bahan ini kurang diterima oleh kebanyakan orang karena bahan ini biasanya membentuk lapisan film penghalang pada kulit yang menimbulkan rasa kurang nyaman. Zink oksida merupakan tabir surya fisik yang lebih efektif dibandingkan titanium dioksida. Sediaan dengan bahan yang mampu memantulkan cahaya dapat lebih efektif bagi mereka yang terpapar radiasi UV yang berlebihan, misalnya para pendaki gunung. Popularitas bahan-bahan ini meningkat belakangan ini karena toksisitasnya yang rendah. Zat-zat yang bekerja secara fisik sebenarnya lebih aman, karena tidak mengalami reaksi kimia yang tidak kita ketahui akibatnya. Bahan ini juga stabil terhadap cahaya dan tidak menunjukkan reaksi fototoksik atau fotoalergik (Nguyen dan Rigel, 2005). Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan kombinasi antara tabir surya kimia dan tabir surya fisik, bahkan ada yang menggunakan beberapa macam tabir surya dalam suatu sediaan kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).

10

2.4.1 Oksibenson Oksibenson merupakan tabir surya penyerap UV-A yang terbaik yang diketahui terlebih dahulu. Ini jarang digunakan sendiri, tapi biasa dikombinasi dengan tabir surya penyaring UV-B untuk menghasilkan nilai SPF yang tinggi. Oksibenson mempunyai kelarutan yang rendah (Klein dan Palefsky, 2005). 2.4.2 Oktilmetoksisinamat Oktilmetoksisinamat merupakan penyerap UV-B yang terutama. Ini

memberikan absorbansi yang kuat pada pertengahan daerah UV-B (310 nm). Oktilmetoksisinamat tidak larut dalam air, tidak akan menodai kulit ataupun pakaian, sangat aman, inert secara kimia dan stabil, tetap tinggal pada kulit, mempunyai bau yang lemah, tidak merubah warna emulsi, dan relatif murah (Klein dan Palefsky, 2005). 2.4.3 Zink Oksida Zink oksida adalah tabir surya yang paling aman, efektif, dan berspektrum luas. Meskipun disetujui oleh FDA, namun penggunaannya sebagai tabir surya hanya sampai 25%. Zat-zat yang bekerja secara fisika sebenarnya lebih amankarena tidak mengalami reaksi kimia yang tidak kita ketahui akibatnya (Anonim, 2008). 2.6. Kandungan Tabir Surya (Sunscreen) Syarat-syarat bahan aktif untuk preparat tabir surya yaitu: a. Efektif menyerap radiasi UV-B tanpa perubahan kimiawi, karena jika tidak demikian akan mengurangi efisiensi, bahkan dapat menjadi toksik atau menimbulkan iritasi. b. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap. c. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya. d. Tidak berbau atau boleh berbau ringan. e. Tidak toksik, tidak mengiritasi, dan tidak menyebabkan sensitisasi Syarat-syarat preparat kosmetik tabir surya yaitu: Mudah dipakai

11

Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan Bahan aktif dan bahan dasar mudah bercampur, bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono, 2007). Kemampuan menahan sinar ultraviolet dari tabir surya dinilai dalam faktor proteksi sinar (Sun Protecting Factor / SPF) yaitu perbandingan energi ultraviolet yang diperlukan untuk menghasilkan eritema minimum pada kulit yang diberi tabir surya terhadap banyaknya energi ultraviolet yang diperlukan untuk menghasilkan eritema minimum pada kulit yang tidak diberi tabir surya. Minimal erythema dose (MED) adalah dosis energi minimum ultraviolet yang diperlukan untuk menghasilkan eritema kulit minimum yang seragam (Shaat, 1990). Dosis minimum eritema (MED) diuji oleh setiap panelis pada tes SPF. Waktu/dosis pada simulasi cahaya UV dibutuhkan untuk menghasilkan keseragaman, yang hampirtidak menampakkan kemerahan pada kulit. Nilai MED berbeda-beda berdasarkan tipe kulit seseorang (Nguyen dan Rigel, 2005). Nilai SPF berkisar antara 0 sampai 100, dan kemampuan tabir surya yang dianggap baik berada di atas 15. Tingkat kemampuan tabir surya sebagai berikut: 1. Minimal, bila SPF antara 2 4 2. Sedang, bila SPF antara 4 6 3. Ekstra, bila SPF antara 6 - 8 4. Maksimal, bila SPF antara 8 15 5. Ultra, bila SPF lebih dari 15 SPF hanya menunjukkan daya perlindungan terhadap UVB dan tidak terhadap UVA. Sebab, berbeda dengan UVB yang bekerja pada permukaan kulit dan menyebabkan kulit terbakar, UVA meresap masuk ke dalam kulit dan merusak DNA. Ini membuat kekuatan UVA tidak bisa diukur dengan mudah karena efeknya tidak segera terlihat. Orang yang berkulit gelap mempunyai banyak pigmen melanin yang merupakan tabir surya alami. Sebaliknya, orang yang berkulit putih sangat rentan terhadap kanker kulit karena hanya punya sedikit melanin. Oleh karenanya, semakin putih kulit seseorang, semakin memerlukan krim dengan SPF yang lebih tinggi daripada orang yang berkulit hitam agar tidak terbakar. Perlindungan terbaik terhadap matahari ialah dengan menggunakan tabir surya broad spectrum (Iskandar, 2008).

12

B. Penelitian Yang Relevan


Hasil penelitian Ratna Dewi Ambarwati (2008) yang berjudul Upaya Peningkatan Kedisiplinan Siswa Pada Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan pembelajaran Kooperatif. Menyimpulkan strategi pembelajaran

Berdasarkan kedua penelitian diatas disimpulkan bahwa kemampuan aspek Soft skills dapat berkembang apabila melalui penerapan beberapa strategi pembelajaran. Hubungan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya terletak pada strategi pembelajaran dan aspek-aspek soft skills-nya. Maka dari itu peneliti berencana untuk meneliti aspek soft skills siswa menggunakan strategi pembelajaran Kooperatif.

13

C. Kerangka Berpikir Soft Skills adalah Kemampuan non teknis yang dimiliki seseorang yang sudah ada didalam dirinya sejak lahir, Kemampuan non teknis yang tidak terlihat wujudnya namun sangat diperlukan untuk sukses dan 43 Kemampuan non teknis yang bisa berupa talenta dan bisa pula ditingkatkan dengan pelatihan. Dalam menghadapi dunia kerja soft skills sesorang sangat diutamakan. Hal ini ditandai dari kegiatan sehari-hari pada dunia kerja, yakni : Disiplin, Kejujuran, Rasa Percaya diri, Etika, Kepemimpinan, Komitmen, Tanggung jawab, Sopan Santun, Kreatifitas, Komunikasi, Kerjasama, Berorganisasi dan Enterpreneurship. Kebutuhan soft skills diatas dapat dikembangkan melalui pembelajaran. Contohnya pada pembelajaran siswa SMK, hal ini dikarenakan lulusan siswa SMK biasanya di arahkan langsung ke dalam dunia kerja. Maka dari itu kebutuhan aspek soft skill sangat diperlukan. Dalam melatih dan mengembangkan aspek soft skill yang dimiliki siswa tidaklah mudah. Kurikulum pembelajaran sekolah hingga saat ini blum bisa menerapkan dalam pengembangan aspek soft skill siswa. Penelitian ini bertujuan agar siswa dapat melatih dan mengembangkan aspek soft skill yang dimilikinya dalam proses kegiatan belajar mengajar. Metode yang digunakan untuk mengembangkan aspek ini adalah strategi Cooperative Learning/Pembelajaran Koperatif. Proses terjadinya
14

pengembangan aspek soft skill dilakukan dengan cara berdiskusi kelompok dan praktikum. Dari kedua kegiatan tersebut dapat di lihat bagaimana proses pelatihan dan pengembangan aspek soft skill siswa. 44 Dari hasil penelitian tersebut, diharapkan terjadi peningkatan dalam mengembangkan aspek soft skill siswa sehingga lulusan siswa SMK sudah terlatih dan terbiasa dalam pengembangan soft skill di dunia kerja. Diagram kerangkan berfikir dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 1. Diagram Kerangka Berfikir

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui penggunaan krim tabir surya sehingga diharapkan penelitian ini mendapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Penggunaan krim tabir surya pada wajah dapat mengurangi dampak negative dari sinar UV secara langsung 2. Proses pigmentasi kulit pada wajah akan terjadi lebih cepat jika intensitas pencahayaan tinggi.

15

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Desa Helvetia Kabupaten Deli Serdang Medan. Penulis mengambil lokasi ini dengan pertimbangan proses

pengambilan data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan

menggunakan waktu pengambilan data selama kurang lebih 3 bulan yakni bulan Nopember 2011 Januari 2012. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi atau sekumpulan orang dan objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:61). Populasi dalam penelitian ini adalah wanita di Desa Helvetia Kab.Deli Serdang yang berumur 20 - 55 tahun terdiri dari beberapa golongan.. 3.3.2. Sampel
16

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2007:62). Dikarenakan alasan akademik dari peneliti maka tidak semua populasi dari penelitian dipelajari. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan untuk penelitian adalah sebanyak 40 wanita. Sampel penelitian ini diambil sebanyak 2 golongan dengan kriteria golongan pertama yaitu (kelompok kontrol) sebagai kelompok yang tidak menggunakan tabir surya ketika terkena paparan sinar matahari langsung. Sedangkan Golongan kedua yaitu sebagai kelompok yang menggunakan tabir surya untuk melindungi wajah dari penyinaran sinar UV langsung (kelompok eksperimen).

3.4. Variabel Penelitian 3.4.1. Variabel Bebas (X) Yang menjadi variable bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan krim tabir surya pada kulit wajah wanita. 3.4.2. Variabel Terikat (Y) Yang menjadi variable terikat dalam penelitian ini adalah proses pigmentasi kulit. 3.5. Rancangan Penelitian Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian semi eksperimen yaitu dengan mengelompokkan sampel penelitian menjadi 2 golongan. Adapun Golongan pertama (kelompok kontrol) sebagai kelompok yang tidak menggunakan tabir surya ketika terkena paparan sinar matahari langsung. Sedangkan Golongan kedua yaitu sebagai kelompok yang menggunakan tabir surya untuk melindungi wajah dari penyinaran sinar UV langsung (kelompok eksperimen). Pada akhir penelitian dibandingkan hasil dan proses pigmentasi kulit wajah dari kedua kelompok untuk melihat pengaruh perbedaan keadaan kesehatan kulit yang tidak menggunakan krim tabir surya dengan keadaan kulit yang menggunakan krim tabir surya dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan kulit akibat terpapar langsung dengan sinar ultraviolet.

17

Langkah-Langkah Prosedur Penelitian Populasi Perempuan di Desa Helvetia

Sampel sebanyak 2 kelompok

Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen

tidak menggunakan tabir surya

menggunakan tabir surya

Post Observasi

Hasil Observasi

Analisis Data

Pembahasan dan Kesimpulan Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian 3.6. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengamatan atau observasi. Dalam proses observasi, lembar pengamatan obervasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pigmentasi kulit wajah berupa perubahan warna kulit wajah dan kapasitas bintik-bintik hitam pada wajah. Dengan metode obeservasi ini, peneliti akan memperolah gambaran yang lebih jelas tentang perbedaaan pigmentasi pada kulit yang menggunakan krim tabir surya dan yang tidak menggunakan krim tabir surya ketika berhadapan langsung dengan sinar uv. 3.7. Instrumen Penelitian
18

Instrumen merupakan alat untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang baik adalah instrumen yang mampu digunakan untuk mengambil atau menggali informasi yang diperlukan dari responden yang akan diteliti. Intrumen dalam penelitian harus mempunyai dua syarat penting, yaitu valid dan reliabel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen pengamatan atau observasi. Instrumen yang berupa lembar pengamatan ini digunakan untuk mengukur variabel pigmentasi kulit wajah, dimana variabel ini dibagi menjadi tiga sub variabel yang akan diteliti yaitu warna kulit wajah, pigmentasi pada wajah dan intensitas penyinaran sinar ultraviolet. Pengembangan kisi-kisi instrumen pengamatan (observasi) dalam penelitian ini dibuat berdasarkan indikator-indikator variabel pigmentasi kulit wajah yang meliputi : 1. Warna Kulit Wajah - Kesesuaian tingkat warna kulit tubuh dan wajah - Warna kulit wajah tidak merata - Mematuhi kesepakatan yang telah dibuat antara dirinya dengan tempat
2. Pigmentasi Pada Wajah - Hanya pada daerah pipi ditemukan - Hanya pada daerah dahi ditemukan - Hanya pada daerah mata ditemukan 3. Intensitas Sinar Ultraviolet - Pukul 06.00-09.00 - Pukul 09.01-12.00 - Pukul 12.01-15.00 - Pukul 15.01-18.00

Dari definisi operasional masing-masing variabel diatas dikembangkan menjadi indikator-indikator yang kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengukur proses pigmentasi kulit wajah. Setiap aspek dikembangkan menjadi 3 butir pertanyaan. Butir-butir pertanyaan inilah yang digunakan sebagai intrumen pengamatan atau observasi dalam penelitian. Pengambilan data proses pigmentasi kulit wajah melalui instrumen pengamatan ini menggunakan jenis instrumen lembar pengamatan (observasi) yang berisi subjek dan aspek yang diteliti atau diamati. Jenis ini dipilih untuk mempermudah pengamat dalam melakukan
19

pengamatan atau observasi sehingga pengamat tinggal memberikan tanda cek () untuk masing-masing aspek yang dimiliki. Skala pengukuran yang digunakan dalam lembar

pengamatan atau observasi ini adalah Skala Linkert. Skala Linkert digunakan untuk mengukur pernyataan/pertanyaan yang membutuhkan jawaban dengan range skor 1 untuk jawaban sangat buruk, skor 2 untuk jawaban buruk, skor 3 untuk jawaban sedang, skor 4 untuk jawaban baik dan skor 5 untuk jawaban sangat baik. Dengan penggunaan skala pengukuran Linkert ini maka pengamat tinggal memberi tanda cek () terhadap nilai yang sesuai dengan hasil observasi di lapangan. Kisi-kisi
instrumen pengamatan dari proses pigmentasi kulit wajah seperti terdapat dalama tabel berikut : Tabel 3.2. Kisi-kisi Intrumen Pengamatan Pigmentasi Kulit Wajah

No. Aspek 1

Indikator

No.Butir

Jumlah Butir

3.8. Teknik Analisis Data 3.8.1. Uji Validitas Instrumen Validitas merupakan kemampuan instrument dalam mengukur apa yang hendak diukur. Validitas suatu instrument juga merupakan derajat yang menunjukan suatu instrument dapat mengukur apa yang hendak diukur. Suharsimi Arikunto (1999) membedakan atas dua macam validitas yaitu validitas loggis dan validitas empiris. Validitass logis merupakan validitas yang diperoleh melalui cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dapat dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki. Validitas empiris adalah yang diperoleh dengan jalan mencobakan instrument pada sasaran yang sesuai dengan sasaran dalam penelitian (responden). Pada penelitian ini menggunakan metode validitas logis. Validitas logis suatu intrumen dapat diperoleh dengan jalan mengkonsultasikan butir-butir yang telah disusun kepada ahli (judgement expert). Para ahli yang ditunjuk adalah dosen ahli yang sesuai dengan bidangnya masing-masing, dengan tujuan untuk mendapatkan keterangan apakah maksud kalimat dalam instrument dapat dipahami oleh observer dan butir-butir tersebut dapat menggambarkan indikator setiap variable. Pertimbangan yang
20

dimintakan kepada dosen ahli menyangkut isi butir instrument dan kisi-kisinya. Butirbutir yang mengukur materi sebagaimana dipahami dan disepakati oleh ahli, professional atau penilai dapat dinyatakan sebagai butir-butir intrumen yang valid (Puwanto, 2007). 3.8.2. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data deakriptip kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran tentang kemajuan atau peningkatan soft skills siswa pada pembelajaran disekolah. Analisis deskriptif kualitatif melalui pengamatan proses pembelajaran, hasil analisis ini akan disajikan dalam bentuk prosentase. Untuk analisis aspek soft skills siswa terdiri atas adanya sikap atau tingkah laku berupa komitmen, tanggung jawab, kerjasama, kreatifitas dan etika. Data observasi yang telah diperoleh dihitung, kemudian diprosentasekkan. Dengan demikian dapat diketahui seberapa besar peningkatan soft skills yang dimiliki siswa. Rumus untuk menghitung rerata adalah : PS P

= Dimana: PS = persentase P = jumlah skor I = jumlah total Hasil analisis data aktivitas siswa pada observasi kemudian disajikan secara deskriptif. Hal ini didasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto (1986:209) yang mengemukakan, selanjutnya data kuantitatif yang berwujud angka-angka hasil pengukuran data diproses dengan dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh prosentase. Selanjutnya data kuantitatif tersebut dapat ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif (Suharsini Arikunto, 1986:210). Tujuan dari analisis soft skills siwa adalah untuk mengetahui pengaruh seberapa besar peningkatan soft skills siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif pada proses pembelajaran. Untuk member. Interpretasi/kategori peningkatan soft skills siswa didasarkan pada tabel berikut ini.
21

Tabel 2. Kategori peningkatan soft skills siswa

LAMPIRAN Iz Angket Studi Tentang Penggunaan Tabir Surya Terhadap Pigmentasi Kulit Wajah Wanita di Desa Helvetya Kabupaten Deli Serdang Medan Tahun 2011.

DATA IDENTITAS DIRI Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, terlebih dahulu isilah data-data berikut ini dengan keadaan diri sendiri. 1. 2. 3. 4. Nama Jenis Kelamin Usia Pekerjaan : : : :

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

Berikut ini saya sampaikan beberapa pertanyaan mohon Anda memilih salah satu jawaban di tempat yang telah disediakan di bawah ini :

22

1. 2. 3. 4.

SS bila merasa sangat setuju S bila setuju KS bila merasa kurang setuju TS bila merasa tidak setuju Anda hanya diperbolehkan menjawab salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan

dengan cara memberi tanda silang (X) pada pilihan yang sesuai dengan pendapat Anda. Atas perhatian Anda, saya ucapkan terimakasih.

ANGKET STUDI TENTANG PENGGUNAAN TABIR SURYA TERHADAP PIGMENTASI KULIT WAJAH WANITA DESA HELVETYA KABUPATEN DELI SERDANG MEDAN TAHUN 2011

Jawaban No. Uraian Pertanyaan SS S KS TS

23

24

Anda mungkin juga menyukai