Oleh:
HALAMAN PERNYATAAN
1. Karya tulis atau skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik (sarjana), baik di Universitas Mulawarman maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis atau skripsi saya ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.
3. Dalam karya tulis atau skripsi saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis atau skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian
Pada Borneo International Hotel Di Samarinda Nama Mahasiswa 03.37773.09315.01 Program Studi : Rinda Yuliana Nomor Induk Mahasiswa :
Jurusan
: Akuntansi
Menyetujui,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
iii
HALAMAN PENGUJI
SKRIPSI INI TELAH DIUJI DAN DINYATAKAN LULUS PADA Hari Tanggal : 17 Maret 2008
: Senin
TIM PENGUJI,
1.
2.
3.
4.
5.
iv
RINGKASAN
Rinda Yuliana, Analisis Laporan Laba Rugi Menurut Jenis Kamar Pada Borneo International Hotel di Samarinda, di bawah bimbingan Bapak Lewi Malisan dan Ibu Salmah Pattisahuwa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan, biaya operasi kamar dan konstribusi masing-masing jenis kamar terhadap laba departemental (departemental income) kamar pada Borneo International Hotel. Alat analisis yang dipergunakan adalah Laporan Laba Rugi Departemen Kamar dan metode nilai jual relatif untuk mengalokasikan biaya pada masing- masing jenis kamar. Berdasarkan perhitungan alokasi biaya operasioal (operating expenses) pada Departemen Kamar, maka dapat disusun laporan laba rugi departemental masing- masing jenis kamar, sehingga dapat pula dihitung proporsi operating expenses dan departemental income masing-masing jenis kamar dalam setiap periode (Juli Agustus 2007). Proporsi operational expenses setiap periode disajikan sebagai berikut:
Periode
Juli 2007
Agustus 2007 September 2007 10,8% 11,3% 88,7% 10,8% 89,2% Sedangkan konstribusi dan
% Operating Expenses
% Departemental Income 89,2% tingkat hunian setiap jenis kamar disajikan sebagai berikut: JULI RATA-RATA JENISKAMAR Konstrib. AGUSTUS
SEPTEMBER
%Occup. Konstrib. %Occup. Konstrib. %Occup. Konstrib. %Occup. 54,65% 38,89% 5,96% 0,34% 0,15% 51,51% 55,32% 10,58% 1,08% 3,23% 63,45% 33,46% 2,99% 0,10% 0,00% 68,28% 51,91% 6,15% 0,36% 0,00% 100,00% 60,87% 36,48% 2,55% 0,10% 0,00% 65,59% 58,15% 5,31% 0,37% 0,00% 59,66% 36,28% 3,83% 0,18% 0,05%
1. Superior Room 61,79% 2. Deluxe Room 55,13% 3. Executive Club Room 7,35% 4. Suite Room 0,60% 5. President Suite Room 1,08% Jumlah 47,20% 100,00%
49,55% 100,00%
Berdasarkan hasil analisis terbukti bahwa Superior room memberikan konstribusi terbesar dalam setiap periodenya, yakni rata-rata 59,66% dalam 3 periode (Juli, Agustus dan September 2007), sehingga hipotesis yang dinyatakan dalam penelitian ini: Diduga,di antara jenis/kelas kamar yang ditawarkan oleh Borneo International Hotel, yakni: Superior; Deluxe; Executive Club; Suite dan President Suite, yang memberikan konstribusi laba departemen terbesar adalah Superior rooms, diterima.
ABSTRACT
Rinda Yuliana, Income Statement Analysis Based on Rooms Type at International Hotel in Samarinda, under supervised by Mr. Lewi Malisan and Mrs. Salmah Pattisahuwa. Aimed of this research are to know revenue, operating cost of department and to know constribution every type to room departemental income at Borneo International Hotel. The tools of analysis are Financial Statement of Room Departement and relative selling price method to allocated operating expenses to each room type. Based on calculation of allocation of the expenses is given the departemental income statement, proportion of operating expenses and departemental income each room type for 3 periods (July September 2007) based on the statement is following: Period July 2007 Agustus 2007 September 2007 10,8% 11,3% 88,7% 10,8% 89,2% Meanwhile constrbution and
% Operational Expenses
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
RATA-RATA JENISKAMAR Konstrib. %Occup. Konstrib. %Occup. Konstrib. %Occup. Konstrib. %Occup. 54,65% 51,51% 63,45% 68,28% 60,87% 65,59% 59,66%
2. Deluxe Room 55,13% 3. Executive Club Room 7,35% 4. Suite Room 0,60% 5. President Suite Room 1,08% Jumlah 47,20% 100,00%
49,55% 100,00%
Based on the result of analysis, Superior room provided biggest contribution, such as average 59,66% fo 3 period (July, August and September 2007), so the hypothesis of this research: Among of rooms type that offered by Borneo International Hotel, such as: Superior; Deluxe; Executive Club; Suite and President Suite, Superior room provided the biggest contribution to departemental income, is accepted.
vi
RIWAYAT HIDUP
Rinda Yuliana, dilahirkan di Samarinda pada tanggal 30 Juli 1985, merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Bambang HS. dan Ibu Arin. Pendidikan formal ditempuh mulai dari tahun 1991 di Sekolah Dasar Negeri
002 Samarinda dan lulus pada tahun 1997. Selanjutnya masuk ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Samarinda dan lulus pada tahun 2000. Setelah itu melanjutkan ke SMU Negeri 2 Samarinda dan lulus pada tahun 2003. Memasuki pendidikan lanjutan pada 2003, yakni Bidang Perhotelan (setara Diploma Satu) pada Samarinda Hotel School, dan pada saat yang juga memasuki pendidikan tinggi, yakni Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman, dengan mengambil Jurusan Akuntansi hingga sekarang.
vii
KATA PENGANTAR
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian pada bulan Oktober - Desember 2007, guna memenuhi salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi pada Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada: 1. Bapak Prof. H. Zamruddin Hasid, SE, SU selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Mulawarman
2. Bapak Yunus Tete Konde, SE, MSi, Ak dan Ibu Isna Yuningsih, SE, MM, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman 3. Bapak Drs. Lewi Malisan,M.Si dan Ibu Salmah Pattisahuwa, SE, M.Si selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingannya hingga selesainya skripsi ini. 4. Bapak Drs. H. Hamid Bone, M.Si, Ak dan Ibu Siti Masyitoh, SE, MM selaku
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman yang telah memberikan saran dalam beberapa seminar, serta mengajarkan banyak hal yang bermanfaat selama perkuliahan. 6. Seluruh Staf akademik Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman yang mempermudah penyelesaian studi. 7. Manajemen Swiss Bell Hotel Borneo beserta staf di Accounting Departement, khususnya Bapak Henry Wiranata, sdr Muhidan dan sdr Donal atas kesediaanya memberikan data dan informasi agar penelitian ini dapat dilakukan.
8. Ayah dan bunda yang telah memberikan bantuan materil maupun non materil kepada penulis tak terhingga, serta teman teman kuliah yang memberikan saran-saran bagaimana menyelesaikan penelitian ini dengan lebih baik.
viii
Semoga amal baik yang diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, dan hasil penelitian ini bermanfaat.bagi penulis sendiri maupun pihak lain.
Rinda Yuliana
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL . i HALAMAN PERNYATAAN . ii HALAMAN PENGESAHAN . iii HALAMAN PENGUJI . iv RINGKASAN . v ABSTRACT . vi RIWAYAT HIDUP . vii KATA PENGANTAR . viii DAFTAR ISI . x DAFTAR TABEL . xii DAFTAR GAMBAR . xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah .
A. Akuntansi .
1. Pengertian Akuntansi .
2. Pengertian Biaya
. 10
3. Penggolongan Biaya
11
17
. 17
19
22
4. Biaya Bersama .
25
C. Definisi Konsepsional
27
D. Kerangka Pikir
.........
28
E. Hipotesis
29 x
A. Definisi Operasional
...
30
32
C. Jangkauan Penelitian
32
32
33
35
B Data Keuangan
49
A Analisis
53
B Pembahasan
63
A. Kesimpulan
68
B. Saran Saran
69
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Tubuh Utama
Halaman
3.1.
4.1.
.. 36
4.2.
.. 37
4.3.
4.4.
4.5.
.. 51
5.1.
.. 54
5.2.
.. 55
5.3.
.. 55
5.4.
5.5.
.. 56
5.6.
5.7.
5.8.
5.9.
.. 58
5.10. Laporan Laba Rugi Departemental per Jenis Kamar, Agustus 2007
59
5.11. Revenue, Operating Expenses dan Departemental Income rata-rata per kamar per day, Juli 2007 ..,,,,,,,,,,,, 60
61
5.15 Laporan Laba Rugi Departemental per Jenis Kamar, September 2007
62
5.16. Revenue, Operating Expenses dan Departemental Income rata-rata per kamar per day, Juli 2007 .. 62
5.17. Persentase Konstribusi Per Jenis Kamar Terhadap Laba Departemen dan Tingkat Hunian (% Occupancy), Juli Agustus 2007 .. 63
5.18. Perbandingan proporsi jumlah kamar terhuni, tingkat hunian, Proporsi Operational Expenses dan Departemental Income, serta Total Departemental Income antar Periode .. 65 xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Contoh Definisi Biaya Produk (Hansen & Mowen (2003: 41)
. 11
28
38
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan yang menghasilkan suatu produk dalam operasionalnya memerlukan informasi mengenai berapa besar jumlah biaya yang digunakan dalam menghasilkan produk-produk yang ditawarkan kepada para pelanggannya. Dengan demikian, peran akuntansi menjadi penting untuk mengolah dan memberikan informasi keuangan bagi pimpinan perusahaan, yang akan dipergunakan sebagai dasar dalam perencanaan dan pengendalian, dan akhirnya pengambilan keputusan manajemen. Sebagai suatu sistem informasi, akuntansi melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data keuangan perusahaan untuk kemudian hari mengkomunikasikannya kepada berbagai pihak yang berkepentingan agar dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mengambil keputusan. Sehubungan dengan itu, diperlukan suatu sistem akuntansi yang andal dan tidak menyesatkan, sehingga mampu menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus dana dari suatu unit ekonomi kepada para pengambil keputusan. Satu di antara beberapa jenis informasi yang dihasilkan akuntansi, laporan laba rugi departemental. Bagi sebuah hotel, laporan laba-rugi departemen kamar sangat penting untuk berbagai tujuan. Misalnya untuk perencanaan biaya yang tercermin dalam anggaran biaya, pengendaliannya, serta sebagai masukan untuk pengambilan keputusan keputusan pemasaran. 2
Sebagaimana diketahui, sebuah hotel, apalagi hotel yang tergolong berbintang, biasanya menawarkan berbagai kelas kamar. Masing-masing kelas yang ditawarkan tentu berbeda tarif-nya. Perbedaan tarif dikarenakan adanya perbedaan fasilitas kamar atau layanan yang diberikan. Artinya, biaya operasi kamar juga bisa berbeda antar kelas kamar.
Umumnya pada perusahaan dagang dan manufaktur, secara tradisional komponen biayanya dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu harga pokok penjuakan (untuk perusahaan dagang) atau harga pokok produksi (untuk perusahaan manufaktur), biaya administrasi & umum serta biaya pemasaran. Sedangkan pada industri perhotelan, dipergunakan standar atau sistem akuntansi tersendiri yang disebut dengan Uniform System of Account for Hotel (USAH), yang pengelompokan biayanya berbeda pula, sebagaimana tercermin dalam laporan laba rugi, yaitu biaya departemental (departemental expenses), biaya yang tidak didistribusikan (undistributed expenses) dan seterusnya. Dengan lain perkataan, berdasarkan USAH, akuntansi keuangan hotel merupakan akuntansi departemental. Artinya setiap departemen atau divisi hotel melaporkan hasil operasinya selama periode tertentu, termasuk departemen kamar atau room department yang tugasnya adalah mengelola penjualan kamar-kamar hotel. Pendapatan departemen kamar diperoleh dari penyediaan kamar akomodasi (room sale) merupakan penjualan utama (primary sale) bagi industri perhotelan. Untuk kepuasan tamu, juga disediakan makanan dan minuman serta jasa lainnya seperti fasilitas telpon, facsimail dan fasilitas 3
perkantoran lainnya (business center) serta laundry, sehingga terjadilah penjualan jasa ikutan (drived sale). Selain ditawarkan kepada tamu, hotel menawarkan berbagai jasa ikutan tersebut kepada konsumen umum, yang merupakan penjualan bebas (independent sale) Menurut USAH, ada tiga kelompok biaya yang mengurangi total pendapatan, hingga menghasilkan laba/rugi sebelum pajak sebuah usaha perhotelan, yaitu biaya departemental, biaya yang tidak didistribusikan (Undistributed Expenses) dan biaya tetap. Dalam biaya departemen (department expenses), umumnya terkandung dua kelompok biaya, yaitu harga pokok (cost of sales) dan biaya operasi. Khusus pada departemen kamar, tidak terdapat unsur harga pokok, tetapi hanya biaya operasi, karena itu pula pada Borneo International Hotel, Room Departement Expenses, terdiri dari dua kelompok biaya, yaitu biaya tenaga kerja (gaji dan biaya lainnya yang terkait), serta biaya operasional lainnya. Dalam rangka penyediakan kamar-kamar akomodasi, Borneo Intenational Hotel membagi beberapa jenis/kelas kamar, yatu: Superior Room, Deluxe Room, Eecutive Club Room, Suite dan President Suite. Masing-masing jenis kamar berbeda tarifnya, mengingat fasilitas yang diberikan juga berbeda dan biaya operasional juga berbeda, sehingga pada akhirnya masing masing kamar memberikan konstribusi laba departemen kamar yang mungkin berbeda.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, guna mengetahui alokasi biaya masing-masing jenis kamar dan konstribusinya terhadap laba 4
departemen, maka diambil judul penelitian ini: Analisis Laporan Laba Rugi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: Berdasarkan analisis laporan laba rugi Departemen Kamar, jenis kamar mana pada Borneo International Hotel yang memberikan konstribusi laba departemen kamar yang terbesar?
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1) Mengetahui pendapatan dan biaya operasional penjualan setiap jenis kamar yang ditawarkan Borneo International Hotel 2) Mengetahui konstribusi masing-masing jenis kamar terhadap laba departemen?
1) Sebagai informasi bagi penulis tentang akuntansi perhotelan, sekaligus meningkatkan pengetahuan akuntansi di bidang bisnis perhotelan. 2) Sebagai informasi bagi manajemen hotel dalam rangka perencanaan dan pengendalian biaya dan pengambilan keputusan bisnis di bidang perhotelan. 3) Sebagai referensi untuk penelitian lebih jauh.
BAB II
DASAR TEORI
A. Akuntansi
1. Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah alat yang sangat penting sebagai bahasa bisnis bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti para investor, kreditur, instansi pemerintah serta masyarakat yang menginginkan informasi mengenai keadaan keuangan perusahaan dan perkembangan perusahaan, juga bagi manajemen perusahaan itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa akuntansi diperlukan sebagai suatu sistem pengukuran yang menghasilkan informasi bagi pihak yang berkepentingan. Pentingnya akuntansi sebagai sistem pengukuran dikemukakan oleh Larson, et.all. (2005: 3) sebagai berikut: Accounting is an information and measurement system that identifies, records, and communicates relevant, reliable and comparable information about an organizations business activities. Komite Terminologi AICPA (The Committee on Terminology of the American Institute of Certified Public Accountants) memberikan dua definisi akuntansi dari sudut pandang berbeda yang dikutif Belkaoui (2000: 66) sebagai berikut :
1) Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut 2) Akuntansi adalah aktifitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama bersifat keuangan tentang entitas ekonomik yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusan-keputusan 6
Sebagai suatu seni dan "aktifitas jasa" maka secara tidak langsung menyatakan bahwa akuntansi mencakup sekumpulan teknik yang dianggap bermanfaat di bidang tertentu. Belkauoi (2000: 66) memetik The Handbook of Accounting menyatakan bahwa bidang yang memanfaatkan akuntansi adalah: laporan keuangan; perencanaan pajak; audit independen; sistem-sistem pemprosesan data & informasi; akuntansi biaya dan manajemen; akuntansi pendapatan nasional; dan konsultan manajemen. Adapun laporan keuangan (financial statements) utama yang dihasilkan akuntansi terdiri dari: Neraca (Balance Sheet), Laporan Laba-Rugi (Income Statement) dan Laporan Perubahan Modal (Statement of owners equity) serta Laporan Arus Kas (Statement of cash flows). Pengertian masingmasing jenis laporan keuangan tersebut dijelaskan sebagai berikut. Neraca. Pengertian neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada saat tertentu dan akan berubah manakala ada transaksi keuangan dalam entitas yang disusun sedemikian rupa. Lili M. Sadeli (2000 : 19) menyatakan sebagai berikut: Neraca adalah suatu daftar keuangan yang memuat ikhtisar tentang harta, utang, dan modal suatu unit usaha atau perusahaan pada suatu saat tertentu, biasanya pada penutupan hari terakhir dari suatu bulan atau tahun. Dengan demikian, pengertian neraca dapat pula diartikan sebagai laporan yang menunjukkan keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Keadaan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki atau aktiva dan jumlah kewajiban yang disebut pasiva. 7
Oleh karena itu dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah aktiva dan pasiva akan sama besar. Laporan Laba Rugi. Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatanpendapatan dan biaya-biaya dari suatu entitas untuk periode tertentu. Lili M. Sadeli (2000 : 24) menyatakan bahwa : Laporan Rugi/Laba (income statement) adalah suatu daftar yang memuat ikhtisar tentang penghasilan, biaya serta hasil neto suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, misalnya untuk satu bulan atau satu tahun Laporan Perubahan Modal adalah laporan yang mengidentifikasi perubahan modal (ekuitas) pemilik atau pemegang saham dalam suatu periode. Sedangkan Laporan Arus Kas adalah laporan yang mengidentifikasi arus kas keluar (cash out flow) berupa pembayaran dan arus kas masuk (cash in flow) yang diterima dalam suatu periode. Dalam pada itu, akuntansi mempunyai dua cabang utama, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan lebih menitik beratkan pada pengumpulan informasi historis untuk menghasilkan laporan keuangan, terutama untuk pihak eksternal sebagaimana dikemukakan Larson et.al (2005: 4 Financial accounting is the area of accounting aimed at serving eksternal users by roviding them with financial statements Sedangkan akuntansi manajemen lebih kepada pengumpulan informasi untuk pengambilan keputusan bagi pihak internal sebagaimana dijelaskan juga oleh Larson et. Al (2005: 5): Management accounting is the area of accounting that service the decision making needs of internal users. 8
Adapun akuntansi biaya, merupakan gabungan dari akuntansi keuangan dan manajemen, sebagaimana dikatakan Mulyadi (2002: 1). Lebih jauh, Mulyadi (2002: 6) menegaskan pengertian akuntansi biaya adalah proses pencatatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya
pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya Berdasarkan beberapa batasan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang lebih menekankan pada aktivitas jasa untuk menghasilkan informasi biaya, terutama yang berhubungan dengan biaya produksi suatu produk barang atau jasa dengan suatu barang, baik untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, maupun penghitungan harga pokok produk itu sendiri. Tanpa informasi biaya, manajemen akan mengalami kesulitan untuk mengelola perusahaan dengan baik. Secara lebih rinci, tugas akuntansi biaya yang dinyatakan Supriyono (1999: 14) sebagai berikut: 1. Menyediakan data biaya yang diperlukan untuk peren- canaan dan pengendalian kegiatan. 2. Menyediakan data biaya untuk pengambilan keputusan sehari-hari atau proyek khusus yang memerlukan pemilihan alternatif yang harus diambil 3. Berpartisipasi dalam berkreasi dan menyusun budget 4. Menetapkan metode dan prosedur pengendalian dan perbaikan operasi serta program pengurangan biaya 5. Mengembangkan sistem analisa biaya dalam rangka penentuan harga pokok dan menganalisa penyimpangan dan pengendalian fisik. 6. Menyusun laporan biaya.
Sedangkan Mulyadi (2002: 7) menyatakan bahwa akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu: 9
2) Pengendalian biaya
Berdasarkan beberapa tugas dan tujuan akuntansi tersebut dapatlah diartikan bahwa tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu bahan informasi bagi kepentingan manajemen, guna membantu mereka dalam mengelola perusahaan. dalam rangka tujuan tersebut, maka perusahaan harus mencatat dan menggolongkan sedemikian rupa, sehingga penentuan harga pokok produk atau jasa yang telah dihasilkan oleh perusahaan dapat ditentukan secara benar dan teliti. Penentuan harga pokok produk secara teliti hanya dapat dilakukan apabila diadakan pemisahan secara tegas antara biaya produksi dan non produksi.
2. Pengertian Biaya
Pengertian biaya dalam akuntansi biaya mengandung makna yang sangat penting. Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian biaya tersebut. Hansen & Mowen (2003: 34) menyatakan bahwa: Cost is the cash or cash equivalent value safrifaced for goods and services that is expected to bring a current or future benefit to the organization Henry Simamora (1999: 36) menjelaskan pengertian biaya dan istilah beban yang sering digunakan dalam akuntansi sebagai berikut: Biaya (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat pada saat ini atau dimasa mendatang bagi organisasi. Disebut setara kas (cash equivalent) karena sumber sumber non kas dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang dikehendaki. 10
Menurut Mulyadi (2002: 8): Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.. Dari definisi ini, ada empat unsur pokok dalam biaya, yaitu: 1) Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
Dengan demikian, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dengan satuan uang, untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini maupun akan datang. Pengorbanan sumber ekonomis tersebut bisa merupakan biaya historis dan biaya masa yang akan datang. Sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva atau secara tidak langsung untuk memperoleh penghasilan, disebut dengan harga pokok.
3. Penggolongan Biaya
Ada berbagai cara menggolongkan biaya dalam akuntansi. Penggolongan biaya yang berbeda dilakukan atas dasar tujuan yang berbeda. Penggolongan tersebut didasarkan atas prinsip dasar pengelolaan biaya: Diffrentn costs for different porposes. Bahkan ketika istilah biaya produk (product cost) 11
dipergunakan, maka komponen yang terkandung dalam biaya produk tersebut tergantung pada tujuan manajerial yang diinginkan. Perbedaan mendefinisikan biaya produk berbeda untuk tujuan yang berbeda dijelaskan oleh Hansen & Mowen dengan tampilan berikut.
Definisi Biaya Produk Value-Chain Product Cost Research & Development Operating Product Cost Traditional Product Cost Production Marketing Producton Marketing Production
Tujuan Customer Service Keputusan Harga Keputusan Bauran Produksi Analisis kemampulabaan Stratejik Custumer Service
Gambar 2.1. Contoh Definisi Biaya Produk (Hansen & Mowen (2003: 41)
Sebagai contoh, manajemen berkepentingan melakukan analisis kemampulabaan (profitabilitas) stratejik. Untuk tujuan ini, maka manajemen memerlukan informasi tentang semua pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan produk. Dalam kasus ini, berdasarkan gambar 2.1, pendefinisian biaya produk lebih yang cocok adalah berdasarkan value-chain product cost (meliputi empat komponen, yaitu: riset & pengembangan, produksi, pemasaran dan pelayanan konsumen), karena memasukkan semua biaya yang diperlukan untuk menilai kemampulabaan stratejik. Mulyadi (2002: 14-17) mengklasifikasikan biaya dalam lima cara penggolongan biaya untuk memenuhi berbagai tujuan, yaitu: 12
1) Penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran. 2) Penggolongan biaya atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan. 3) Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
4) Penggolongan biaya sesuai. perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. 5) Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran yang didasarkan nama obyek pengeluaran ini cocok digunakan dalam organisasi yang masih kecil. Biasanya penggolongan ini bermanfaat untuk perencanaan perusahaan secara menyeluruh dan pada umumnya untuk kepentingan penyajian laporan pihak luar (eksternal). Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan berarti biaya digolongkan berdasarkan fungsi-fungsi di mana biaya tersebut terjadi atau berhubungan. Adapun fungsi-fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur adalah fungsi-fungsi: produksi, administrasi dan umum dan fungsi pemasaran. Oleh karena itu biaya-biaya dalam perusahaan manufaktur dapat digolongkan menjadi biaya produksi, biaya administrasi dan umum dan biaya pemasaran. Biaya produksi adalah biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Biaya produksi dibagi menjadi 3 elemen : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja disebut juga dengan prime cost, sedangkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik disebut juga dengan biaya konversi (Convertion Cost). Dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan biaya bahan baku adalah biaya yang membentuk bagian menyeluruh dari pada produk jadi dan 13
biaya bahan baku adalah harga pokok bahan baku tersebut diolah dalam proses produksi. Sedangkan biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya dapat diperhitungkan langsung dalam pembuatan produk tertentu. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan secara langsung terhadap produk tertentu. Adapun biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini bisa berupa dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi tak langsung lainnya. Biaya administrasi dan umum dalam hal ini dimasudkan sebagai biaya- biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan-kegiatan yang tidak diidentifikasikan dengan aktifitas produksi maupun pemasaran. Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang terjadi dalam hubungannya
dengan penyusunan kebijakan dan pengarahan perusahaan secara keseluruhan. Contoh dari biaya administrasi dan umum adalah gaji direksi, biaya-biaya sumbangan- sumbangan, gaji eksekutip, biaya telepon dan lain-lain. Ada dua macam perlakuan terhadap biaya administrasi dan umum:
1) Biaya administrasi dan umum dialokasikan kepada dua fungsi dalam pemasaran, yaitu fungsi produksi dan fungsi pemasaran. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya biaya administrasi dan umum dikeluarkan untuk dua fungsi tersebut. 2) Memisahkan biaya administrasi dan umum sebagai kelompok biaya ter- sendiri dan tidak mengalokasikannya ke dalam fungsi produksi dan pemasaran. Didalam prakteknya, terdapat kecenderungan untuk 14
mengelompokkan biaya administrasi dan umum sebagai kelompok biaya sendiri, yang terpisah dari biaya produksi dan pemasaran. Pengendalian biaya administrasi dan umum dapat lebih mudah dilakukan, jika biaya tersebut dikelompokkan dan disajikan secara terpisah. Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam hubungannya dengan usaha untuk memperoleh pesanan dan memenuhi pesanan. Sehingga untuk memperoleh pesanan, perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk menarik minat pembeli dengan cara mengadakan promosi penjualan, advertensi dan lain-lain. Sedangkan untuk memenuhi pesanan perusahaan mengeluarkan biaya-biaya angkut, biaya asuransi dan lain-lain agar produk perusahaan sampai ketangan pemesan. Biaya pemasaran dan biaya administrasi umum disebut juga dengan istilah biaya komersial. Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai berkaitan dengan produk yang dihasilkan. Jika perusahaan mengolah bahan baku menjadi produk jadi, maka sesuatu yang dibiayai adalah berupa produk, sedangkan jika perusahaan menghasilkan jasa maka sesuatu yang dibiayai adalah berupa penyerahan jasa tersebut. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab
satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tidak ada maka biaya langsung tidak akan terjadi. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan 15
baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Perbedaan biaya langsung dan biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk sangat diperlukan apabila perusahaan menghasilkan lebih dari satu jenis produk dan manajemen menghendaki penentuan harga pokok perjenis produk tersebut jika perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk saja (seperti perusahaan semen, perusahaan gula), maka semua jenis biaya produksi merupakan biaya langsung, sehingga didalam perusahaan tersebut tidak memerlukan adanya biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk. Penggolongan biaya menurut perilakunya adalah pembagian biaya yang terdiri dari biaya variabel, biaya semi variabel, dan biaya tetap. Pengertian biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatannya. Sedangkan biaya semi variabel adalah biaya jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu, dan biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah atau tidak ditentukan oleh volume produksi pada periode tertentu. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya berkaitan dengan pelaporan keuangan. Misalnya perhitungan laba atau rugi suatu perusahaan dilakukan dengan cara mempertemukan penghasilan yang diperoleh dalam satu periode akuntansi tertentu dengan biaya-biaya yang terjadi didalam periode yang sama. Agar perhitungan laba atau rugi dan penentuan harga pokok produk dapat dilakukan secara teliti, maka biaya-biaya 16
dapat digolongkan dalam hubungannya dengan pembebanan kedalam periode akuntansi tertentu. Atas dasar waktu, biaya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1) Pengeluaran modal (capital expenditure) dan 2) Pengeluaran penghasilan (revenue expenditure). Pengeluaran modal adalah biaya-biaya yang dinikmati oleh lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran modal tidak seluruhnya dibebankan dalam periode akuntansi dimana pengeluaran tersebut terjadi, tetapi dibagikan kepada periode-periode yang menikmati manfaat pengeluaran tersebut. Sedangkan pengeluaran penghasilan adalah biaya-biaya yang hanya bermanfaat didalam periode akuntansi dimana biaya tesebut terjadi. Contoh dari pengeluaran penghasilan adalah biaya pemeliharaan mesin, biaya telepon, biaya komisi penjualan. Penggolongan biaya dalam praktek tercermin dalam laporan laba rugi perusahaan. Bagaimana perusahaan menggolongkan biaya-biaya dalam sebuah laporan laba rugi, tergantung pada tujuan dari pembuatan laporan itu sendiri atau kepada siapa itu ditujukan. Jika ditujukan kepada pihak eksternal, maka ada ketentuan umum yang mungkin diatur pula secara khusus menurut Standar Akuntansi Keuangan tertentu. Namun jika laporan ditujukan kepada manajemen, tidak ada keharusan untuk mengikuti standar tersebut, melainkan berdasarkan pada prinsip: Diffrentn costs for different porposes. Secara umum, struktur laporan laba rugi perusahaan jasa mengandung tiga komponen utama, yaitu overhead cost, biaya pemasaran dan biaya admi- nistrasi dan umum, termasuk di dalamnya perusahaan perhotelan. 17
Sebagaimana diketahui, manajemen memerlukan informasi keuangan untuk berbagai tujuan. Dengan informasi keuangan itu manajemen dapat melakukan analisis dan pengendalian yang lebih baik atas aktivitas bisnisnya. Tidak berbeda dengan bisnis lainnya, informasi keuangan juga
diperlukan untuk keputusan ekonomis hotel, paling tidak mencakup: Laporan Rugi-Laba (Income Statement); Neraca (Balance Sheet) dan Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement). Menurut Wiyasha (2007: 27-28), sistem akuntansi yang lazim diterapkan di industri perhotelan adalah Uniform System of Account for Hotel (USAH). Sistem ini awalnya dikembangkan di Amerika Serikat (1925) oleh perhimpunan pengusaha hotel. Dengan sistem USAH ini hotel dapat memperoleh beberapa manfaat yang diantaranya adalah keseragaman dalam pemahaman istilah yang lazim digunakan di bisnis perhotelan. Misalnya istilah house profit yang berarti laba seluruh departemen dikurangi biaya departemen yang bersangkutan yang dikurangi undistributed expenses. Dengan demikian, akuntansi keuangan hotel merupakan akuntansi departemental. Artinya setiap departemen hotel melaporkan hasil operasinya pada periode tertentu. Departemen hotel biasanya terdapat dua kelompok, yaitu: departemen yang menghasilkan penjualan atau pendapatan (revenue generating departments) seperti front office yang menghasilkan penjualan kamar dan 18
departemen makanan dan minuman (food & beverage) yang menghasilkan penjualan makanan dan minuman; dan departemen yang tidak menghasilkan penjualan atau hanya menyerap biaya operasional saja untuk mendukung dan melayani operasional departemen yang menghasilkan penjualan (non- revemue generating departments), misalnya personalia, pemasaran, pemeliharaan, dan tata graha.
Telah dikemukakan bahwa sistem akuntansi hotel berdasarkan departemen. Satu di antara laporan keuangan yang penting adalah laporan rugi-laba. Pengertian yang dikemukakan Baridwan (2000: 30) adalah sebagai berikut: Laporan rugi laba adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan pendapatan dan biaya-biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Laporan rugi laba yang kadang kadang disebut laporan penghasilan atau laporan pendapatan dan biaya
merupakan laporan yang memunjukkan kemajuan keuangan perusahaan dan juga tali penghubung dua neraca yang berurutan.
Sebagai industri jasa, hotel memiliki laporan keuangan yang sesuai dengan aktifitas bisnisnya. Dalam usaha perhotelan, secara akuntansi, penjualan produk atau jasa yang ditawarkan mempunyai harga pokok sendiri. Soewirjo (2000: 52) membaginya dalam tiga golongan, yaitu: 1) Primary sale: pendapatan yang berdiri sendiri, termasuk: Room sale Rental 2) Drived sale: pendapatan akibat primary sale, dengan adanya tamu di hotel akan diraih: 19
Food sale Beverage sale Telephone/Fac sale Laundry & Dry Cleaning and Valed sale Other income 3) Independent sale: pendapatan yang tidak berasal dari tamu yang menginap, melainkan dari tamu yang hanya menggunakan jasa pemakaian restoran, swimming pool, banquet, outside catering
Berdasarkan pengelompokkan produk yang ditawarkan sebuah hotel, bahwa pendapatan utama sebuah hotel berasal dari penjualan kamar dan sewa ruangan lainnya, seperti meeting room, baik untuk pertemuan terbatas seperti seminar, pelatiham, maupun untuk pertemuaan yang melibatkan banyak undangan seperti acara resepsi perkawinan dan jenis pertemuan lainnya.
Dengan adanya orang yang menginap, maka kemungkinan terjadi penjualan ikutan (drived sale) seperti: makanan dan minuman yang dapat mereka pesan dari kamar ataupun pergi ke restoran atau caf bar untuk dinikmati di tempat. Selain makanan, hotel hotel berbintang biasanya menyediakan jasa laundry dan valet parking. Kedua jenis jasa terakhir ini lebih bersifat sebagai jasa yang harus mereka sediakan untuk kenyamanan konsumennya, sekalipun hanya sebagian kecil konsumen in-side yang memintanya. Selain penjualan kamar, juga terdapat pendapatan utama lainnya seperti sewa ruangan dengan beberapa ukuran yang dapat dipergunakan untuk pertemuan pertemuan. Pertemuan pertemuan tersebut sudah tentu memerlukan makanan dan minuman. Dalam hal ini terdapat kebijakan hotel yang bervariasi. Ada yang menyewakan ruangan satu paket dengan makanan dan 20
minaman dan pihak penyewa di larang membawa makanan dan minuman dari luar, dan ada pula membuat kebjiakan yang membebaskan penyewa untuk mengambil catering dari luar. Dari sewa ruangan ini, sedikit atau banyak juga menghasilkam penjualan ikutan, yakni makanan dan minuman Penjualan bebas dilakukan, mengingat sudah tersedia fasilitas standar yang dapat ditawarkan ke umum seperti restoran kolam renang, fitness center dan banquet. Penjualan ini menambah pendapatan hotel, penjualan kamar dan sewa ruangan tetap merupakan produk utama yang ditawarkan sebuah hotel. Dengan demikian, maka ada laporan rugi-laba depertamen kamar, departemen makanan dan minuman, dan departemen lainnya. Format dan bentuk laporan rugi-laba hotel mencakup seluruh penjualan dan laporan keuangan setiap departemen. Menurut Wiyasha (2007: 29-31), elemen-elemen laporan rugi-laba hotel adalah sebagai berikut: 1) Penjualan 2) Harga Pokok (Cost of Sales) Departemen 3) Laba Departemental 4) Biaya Operasional yang Tidak Didistribusikan dan Biaya Operasional
Penjualan terbagi dalam penjualan setiap departemen. Disini diasumsikan bahwa hotel menawarkan jasa kamar, makanan dan minuman, dan berbagai jasa lain seperti komunikasi (telepon, faksimil & internet), dan cucian (laundry). Jika menurut Soewiryo tersebut di atas, penjualan jasa kepada tamu ini disebut sebagai derived sale, maka istilah lain yang lazim, di21
Harga pokok (cost of sales) dan biaya operasi departemen adalah keseluruhan biaya yang diserap oleh departemen yang bersangkutan untuk menghasilkan penjualan di departemen tersebut (department expenses). Laba departemental merupakan selisih seluruh penjualan departemen dengan harga pokok dan biaya biaya yang terjadi. Departemen kamar (Room department) misalnya menghasilkan laba setelah hasil penjualan dikurangi dengan seluruh biaya yang terjadi di departemen kamar. Pendekatan yang sama diterapkan pula pada departemen lain. Biaya biaya operasional yang tidak didistribusikan atau oleh USAH disebut dengan Undistributed Operating Expenses adalah biaya yang tidak didistribusikan ke departemen yang menghasilkan penjualan, namun diserap untuk departemen yang bersangkutan. Misalnya biaya yang terjadi di departemen Administrasi & Umum (Administrative & General = A&G Department, Biaya Pemasaran, Biaya Operasi Properti dan Pemeliharaan serta Energi atau disingkat POMEC (Property Operation and Maintenance, Energy Cost) Biaya tetap mencakup biaya biaya yang tidak dipengaruhi oleh aktifitas atau volume bisnis hotel. Antara lain: gaji manajemen, asuransi, bunga, depresiasi dan amortisasi Biaya tersebut bisa saja berubah. Misalnya biaya bunga yang menurun setiap bulan, namun bukan karena dipengaruhi oleh.tingkat hunian kamar hotel yang berubah setiap bulan, melainkan karena sistem pembayaran bunga yang diterapkan adalah bunga menurun.
22
Dengan adanya laba seluruh departemen, dikurangi dengan Undistributed Expenses dan Fixed Cost, maka diperoleh laba sebelum pajak. Berdasarkan laba sebelum pajak ini, dapat diperhitungkan PPh yang mengurangi laba sebelum pajak, sehingga dihasilkan laba bersih. Perlu diketahui, jika dalam perusahaan manufaktur, komponen biaya di luar biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku disebut dengan biaya umum pabrik atau overhead pabrik. Dalam industri perhotelan (dan restoran), yang dimaksud dengan biaya overhead adalah biaya-biaya yang tidak disitribusikan dan biaya tetap sebagaimana dijelaskan tersebut diatas. Dengan demikian, overhead cost merupakan biaya tidak langsung bagi departemen hotel yang menghasilkan pendapatan (Wiyasha, 2007: 189).
Telah tersimpul dalam uraian sebelumnya, bahwa laporan rugi-laba hotel mengandung laba departemen yang berarti menyertakan juga laporan rugi-laba departemen, termasuk departemen kamar. Menurut Wiyasha (2007, 32), laporan rugi-laba departemen kamar memuat antara lain:
1) Penjualan Jasa Kamar. Item ini mencantumkan semua sumber penjualan jasa kamar untuk periode tertentu. Misalnya penjualan jasa kamar untuk tamu yang menginap jangka pendek (transient guest), tamu jangka panjang (permanent guests), tamu group, serta penjualan kamar tambahan (extra room revenue) seperti adanya jasa extra bed. 2) Allowance (penyesuaian), yakni istilah untuk memperbaiki pembebanan harga kamar untuk yang melampaui perjanjian sebelumnya, di mana 23
kesalahan dalam pembebanan harga kamar yang terjadi pada saat tamu
check-in diperbaiki beberapa hari kemudian atau pada saat tamu chek-out.
3) Biaya-biaya, yakni biaya operasional yang terjadi pada departemen kamar yang merupakan beban langsung kamar. 4) Laba (Rugi) Departemen Kamar. Sebagai gambaran laporan rugi-laba departemen kamar, berikut ini disajikan sebuah contoh dengan angka-angka yang bersifat hipotesis dan ilus-
tratif.
Hotel Kagaya Laporan Rugi-Laba Departemen Kamar Periode Sampai dengan 31 Desember 2007
Biaya Biaya Lainnya: Biaya Komisi Biaya Bahan Habis Pakai Biaya Transportasi Tamu Biaya Cucian & Linen Biaya Reservasi Tamu Biaya Pakaian Seragam Biaya Operasional lainnya JUMLAH BIAYA OPERASIONAL
Rp 1.100.000
700.000
5.000
Rp 286.000
5.000
10.000
15.000
28.000
16.000
5.000
6.500
Rp 1.795.000
Rp 371.500
Rp 1.423.500
Adapun harga penjualan kamar yang harus dibayar konsumen disebut dengan publish rate, yakni harga netto yang ditawarkan kepada tamu, sudah mengandung pajak dan service total 21%, ditambah dengan perkiraan biaya operasional kamar yang bersangkutan atau disebut dengan room estimate cost, dan perkiraan laba departemen kamar atas operasional kamar yang bersangkutan. Berikut ini contohnya. Perhitungan Laba Departemental setiap Kamar per hari
Rp350.000,00
60,744,00
Revenue (A x 100/121)
289.256,00
Biaya Operasional:
100.000,000
189.256,00
Service dan Pajak (B) sebesar 21% berasal dari 10% dari pendapatan hotel (C) sebagai service tariff yang berlaku umum pada semua hotel dan pajak (daerah) sebesar 11% yang terdiri dari 10% dari pendapatan ditambah 10% dari 10% service tariff (1%). Dengan demikian, yang dimaksud dengan pendapatan yang bersumber dari penjualan kamar-kamar akomodasi adalah tarif per kamar sebelum ditambah 21% untuk pajak daerah dan service.
4. Biaya Bersama
Dalam memberikan pelayanan hotel, telah dikemukakan bahwa lain jenis kamar lain pula tarifnya. Perbedaan tarif karena fasilitas yang diberikan 25
Sementara itu, biaya-biaya untuk masing-masing jenis kamar tidak selalu teridentifikasi, mengingat biaya yang dikeluarkan merupakan biaya bersama untuk keseluruhan kamar. Untuk itu, diperlukan alokasi biaya bersama tersebut ke dalam masing-masing jebis kamar. Menurut Mulyadi (2002: 361-366), biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama dengan menggunakan salab satu dan empat metode di bawah ini. a. Metode nilai jual relatif. b. Metode satuan fisik. c. Metode rata-rata biaya.
Metode Nilai Jual Relatif. Metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama kepada produk bersama. Dasar pemikiran metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut. Perbedaan harga jual antar produk dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk produk tersebut lebih banyak bila dibandingkan dengan produk lain. Karena itu menurut metode ini, cara yang logis untuk mengalokasikan biaya bersama adalah berdasarkan pada nilai jual relatif masing-masing produk bersama yang dihasilkan. Pemakaian metode nilai jual relatif dalam mengalokaslkan biaya bersama ini akan menghasilkan persentase laba bruto dari hasil penjualan yang proporsinya sama untuk tiap jenis produk bersama tersebut. 26
Metode Satuan Fisik. Metode satuan fisik mencoba menentukan harga pokok produk bersama sesuai dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam metode ini biaya bersama di alokasikan kepada produk atas dasar koefisien fisik, yaltu kuantitas bahan bahan yang terdapat dalam masing-masing produk. Koefisien fisik ini dinyatakan dalam satuan berat, volume atau ukuran yang lain. Dengan demikian, metode ini menghendaki bahwa produk bersama yang dihasilkan dapat diukur dengan satuan ukuran pokok yang sama. Jika produk bersama mempunyai satuan ukur yang berbeda, harus ditentukan koefisien ekuivalensi yang digunakan untuk mengubah berbagai satuan tersebut menjadi satuan ukuran yang sama.
Metode Rata-rata Biaya. Metode ini hanya dapat digunakan bila produk bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Pada umumnya metode ini digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk yang sama dan satu proses bersama tetapi dihitung berlainan. dalam metode ini harga pokok masing-masing produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi. Yang mendasari pemakaian metode ini adalah karena semua produk dihasilkan dan proses yang sama, maka tidak mungkin biaya untuk memproduksi satu satuan produk berbeda satu sama. Metode Rata-rata Tertimbang. Jika dalam metode rata-rata biaya per satuan dasar yang dipakai dalam mengalokasikan biaya bersama adalah kuantitas pioduksi, maka daiam metode rata-rata tertimbang kuantitas produksi ini dikalikan dulu dengan angka penimbang dan hasil kalinya baru dipakai sebagai dasar alokasi. Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap 27
produk didasarkan pada jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu yang dikonsumsi dan perbedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk tiap jenis produk yang dihasilkan. Jika yang dipakai sebagai angka penimbang adalah harga jual produk maka alokasinya disebut metode mlai jual relatif.
B. Definisi Konsepsional
Bbeberapa istilah yang perlu ditegaskan pengertiannya, khususnya dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1) Laporan Laba Rugi Departemen Kamar adalah laporan yang menyajikan pendapatan bersih kamar yang bersumber dari pengadaan pelayanan kamar hotel yang terjual atau terhuni (accoupid room), dikurangi biaya operasional kamar atau pengeluaran departemen (departemen expenses) sehingga menghasilkan laba departemental kamar dalam satu periode (Wiyasha, 2007: 29)
2) Publish rate adalah harga sewa kamar yang dipublikasikan kepada tamu, sudah termasuk service & tax sebesar 21% (Soewiryo, 2003: 104). Sedangkan pendapatan bersih kamar (revenue), tidak termasuk service & tax sebesar 21% tersebut di atas. 3) Unsur-unsur pengeluaran departemen kamar (room departement expenses) adalah: biaya tenaga kerja seperti gaji, upah dan lainnya (Payroll and Related Expenses) dan pengeluaran lainnya (Other Expenses) seperti suplai tamu, tramsportasi tamu, linen dan seterusnya (HANYC, 1996: 34). 28
C. Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam penelitian bermula dari tinjauan dasar teori akuntansi perhotelan dengan sistem USAH. Sejalan dengan teori tersebut, disusun Laporan Laba Rugi Deprtemen Kamar. Karena ada beberapa jenis kamar pada Borneo International Hotel, maka laporan tersebut harus diurai berdasarkan jenis kamar, sehingga dapat diketahui konstribusi masing-masing jenis kamar. Selanjutnya, kerangka pikir digambarkan sebagai berikut:
Analisis Laporan Laba Rugi Menurut Jenis Kamar Pada Borneo International Hotel di Samarinda
Dasar Teori - Akuntansi Perhotelan Perhotelan menurut USAH (Wiyasha, 2007; dan HANYC, 1996) - Laporan . L/R Departemen Kamar menurut USAH - Biaya Bersama/Metode Alokasi Biaya (Mulyadi, 2001)
Rumusan Masalah: Jenis kamar mana pada Borneo International Hotel yang memberikan konstribusi laba departemen yang terbesar ?
International Hotel, yakni: Superior; Deluxe; Executive Club; Suite dan President Suite, yang memberikan konstribusi laba departemen kamar terbesar adalah Superior rooms
Alat Analisis : Laporan Laba Rugi Departemen Kamar (USAH) Metode Alokasi Biaya: Harga Jual Relatif (Mulyadi, 2001)
Laporan Laba Rugi Menurut Jenis Kamar: Superior, Deluxe, Executive, Suite dan Suit President room pada Borneo International Hotel
D. Hipotesis
Diduga,di antara jenis/kelas kamar yang ditawarkan oleh Borneo International Hotel, yakni: Superior; Deluxe; Executive Club; Suite dan President Suite, yang memberikan konstribusi laba departemen kamar terbesar adalah Superior rooms. 30
Adapun unsur-unsur harga pokok kamar menurut Soewiryo (2000: 105) dapat meliputi biaya-biaya sebagai berikut: 1) Guest supplies 2) House Linen 3) Breakfast 4) Payroll 5) Marketing 6) Sport & recreation
Berdasarkan unsur-unsur harga pokok kamar tersebut, masing-masing unsur kemudian dapat diuraikan (break down) sehingga masing-masing kelas kamar berbeda harga pokoknya. Biaya biaya yang terkandung pada masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Guest supplies adalah segenap biaya kebutuhan perlengkapan kamar per hari, seperti: sabun mandi, shampoo, tissue, shower up, stationer, dan lain lain, dihitung dari jumlah barang dikalikan dengan harga pembelian.
2) House linen adalah biaya cucian tiap kamar setiap ada penghuni per hari, seperti handuk, sheet, dan linen lainnya. 3) Breakfast, yakni mencakup biaya pokok sarapan pagi yang sudah termasuk service hotel dalam tarif hotel untuk setiap kamar. 4) Payroll disini adalah gaji dan bentuk kesejahteraan karyawan lainnya dari Room Division per hari per kamar. Istilah lain adalah upah untuk karyawan Room Attendent setiap kamar yang ditangani 31
5) Marketing cost, yakni biaya pemasaran yang biasanya per bulan, dan biaya pemasaran per kamar rata-rata berarti biaya pemasaran/jumlah kamar yang dioperasikan. 6) Sport & recreation, mencakup biaya pemeliharaan peralatannya per bulan dibagi dengan jumlah kamar. Misalnya biaya pemeliharaan kolam renang dan fitness center yang memang termasuk fasilitas gratis bagi tamu hotel. 7) POMEC (Proverty Operator Maintenace Energy Cost) mencakup biaya depresiasi dan pemeliharaan asset kelistrikan per hari per kamar. Sedangkan biaya biaya lainnya sebagai pengurang hingga menghasilkan laba bersih perusahaan bukan di bawah kendalinya. Adapun yang termasuk garis sesudah GOP, antara lain: 1) Overhead owning cost : biaya organisasi kantor PT
3) Penyusutan
Yang dimaksud penyusutan disini adalah depresiasi dan amortisasi penggunaan barang modal (investasi) atau fixed asset. Sebagai contoh disajikan daftar tarif biaya penyusutan per tahun dengan metode garis lurus pada tabel 2.3 berikut ini. Penggolongan biaya perusahaan perhotelan sebagaimana dikemukakan di atas lebih ditujukan kepada manajemen atau kepentingan internal, terutama bermanfaat untuk perencanaan dan pengendalian, sehingga ada garis pemisah. Pemisahnya adalah didasarkan pada penggolongan biaya: mana yang 32
terkendalikan (controllable) oleh General Manager dan mana yang tidak terkendalikan (uncontrollable cost)
No
Assets
Nilai
Tarif penyusutan
Pematangan tanah
3%
25%
0,75%
Bangunan
30%
5%
1,50%
8%
25%
2,00%
9%
25%
2,25%
Furniture
7%
25%
1.75%
Perlengkapan hotel
7%
25%
1,75%
8%
25%
2,00%
4%
3%
Jumlah Nilai/Penyusutan
100%
Berdasarkan uraian tentang pembatasan tersebut, maka harga pokok kamar tidak memasukan unsur unsur biaya sesudah garis Gross Operating Profit seperti beban biaya organisasi kantor perusahaan, sebagian besar biaya penyusutan barang modal seperti gedung, PBB dan biaya asuransi yang terkait perlindungan aktiva tetap tersebut.
A. Definisi Operasional
Analisis Laporan Laba Rugi Menurut Jenis Kamar di sini adalah menguraikan pendapatan, pengeluaran dan laba (rugi) departemen kamar berdasarkan jenis kamar pada Borneo International Hotel yang sekarang berubah menjadi Swiss BelHotel International, terdiri dari: Superior room, Deluxe room, Executive room, Suite room dan President Suite room. Pendapatan (revenue) disini adalah 100% hasil penjualan sewa kamar yang dibayarkan oleh tamu sebelum ditambah service & tax (21%) atau publish rate dikurangi dengan service untuk karyawan (10%) dan pajak daerah (11%). Pengeluaran atau biaya opeasional departemen kamar adalah biaya- biaya langsung terkait dengan pelayanan terhadap tamu pada kamar yang terhuni (accoupid room) atau disebut dengan room departement expenses, yang mencakup:. 1) Biaya Tenaga Kerja (Payroll & Related Expenses), yang terdiri dari:
c. Lembur (Overtimes)
a. Suplai untuk tamu hotel (Guest Supplies), yang mencakup segenap biaya kebutuhan perlengkapan kamar per hari, seperti: sabun mandi, shampoo, tissue, shower cup, stationer, dan lain lain, termasuk house linen, yakni biaya cucian tiap kamar seperti handuk, sheet dan linen lainnya b. Transportasi untuk tamu hotel (Guest Transportation)
c. Dekorasi (Decoration), yakni biaya biaya yang terkait dalam pembuatan dekorasi untuk penyambutan tamu dan sebagainya. d. Cucian pakaian seragam (Uniform Laundry), yakni scucian untuk seragam para petugas yang berkaitan dengan pelayanan tamu. e. Lisensi (Licenses)
j. Fee Koordinasi & Komisi Agen Perjalanan (Coordination Fee & Travel Agent Commision)
k. Dues & Subscription (Iuran dan pembayaran berlangganan seperti koran) l. Signage Tax
o. Provission for Replacement-Uniform (Biaya yang dialokasikan untuk pakaian para karwawan yang terkait dengan pelayanan terhadap tamu hotel).
1) Laporan Keuangan Departemen Kamar pada Borneo International Hotel dalam beberapa periode bulan Juli sampai dengan September 2007. 2) Data lainnya untuk mendukung penelitian ini.
C. Jangkauan Penelitian
Penelitian hanya meliputi proporsi harga pokok penjualan kamar hotel berdasarkan laporan rugi laba departemental bulanan Hotel dengan mengambil periode bulan Juli, Agustus dan September 2007.
Dalam rangka mendapatkan data yang diperlukan, maka penulis menggunakan beberapa cara, antara lain: 1) Riset Lapangan (Field Work Research),yakni pengumpulan data dengan cara terjun langsung kelapangan dengan langkah sebagai berikut : a) Observasi, yakni pengamatan terhadap aktivitas operasional perhotelan di Borneo International Hotel. b) Wawancara langsung dengan staf bagain akuntansi hotel untuk memperoleh informasi yang diperlukan, terutama informasi keuangan. 33
c) Dokumentasi, yakni mengumpulkan data sekunder yang tersedia di kantor Borneo International Hotel. 2) Riset Kepustakaan (Library Research), yakni mengadakan studi/penyelidikan melalui kepustakaan atau menggunakan literatur- literatur yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini.
Untuk mengetahui konstribusi laba departemen setiap jenis kamar, maka akan disusun Laporan Laba Rugi Departemen setiap kamar dengan struktur laporan keuangan departemental yang terdiri tiga bagian, yaitu: 1. Pendapatan Kamar (Revenue)
Untuk menyusun laporan tersebut, diperlukan data pendapatan dan biaya operasional setiap jenis kamar dalam setiap periode. Kecuali pendapatan, biaya operasional tidak dipisahkan, sehingga perlu alokasi. Untuk mengalokasikan biaya operasional bersama kamar-kamar hotel, dipergunakan metode harga jual relatif. Guna mempermudah perhitungannya maka dipergunakan tabel bantu yang dipetik dari Mulyadi (2002: 361) yang disajikan pada halaman berikut. Dengan diketahui penjualan dan biaya setiap jenis kamar berdasarkan alokasi biaya bersama tersebut, maka diperhitungkan konstribusi masing- masing jenis kamar terhadap laba departemental, sehingga dapat ditarik kesimpulan, apakah hipotesis diterima atau ditolak. 34
Jika ternyata kamar Superior memberikan konstrubusi laba departemental terbesar, maka hipotesis diterima.. Sebaliknya, jika ternyata bukan jenis kamar Superior yang memberikan laba departemental terbesar, maka hipotesis ditolak.
Tabel 3.1. Perhitungan Alokasi Biaya Bersama dengan Metode Nilai Jual Relatif
Jumlah unit Jenis Kamar kamar terhuni dalam 1 bulan Pendapatan bersih (Revenue) (Rp) Nilai Jual Relatif (NJR) (%) Alokasi Biaya Bersama (ALB) (Rp) HPP per-unit/hari (Rp)
(1)
(2)
(3)
(4)= 3/TR
(5)= 4xTBB
Superior xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx Executive xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx President xxx xxx Total Baya Total Revenue (TR) 100%
Bersama
(TBB) xxx
Uraian Rp %
Januari 2007 Rp %
Februari 2007 Rp %
Maret 2007
Biaya Tenaga Kerja Salaries & Wages Employees Benefit Overtime Employee Meal Bonus and Others Jumlah Biaya Tenaga Kerja Biaya Operasional lainnya Guest supplies Guest Transportation Dekorasi Uniform Laundry Music & Entertiment Printing & Stationary Reservation Service Telephone & Fax xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xxx.xxx xx
Dues & Subcription Singnage Tax Courier Prpv. for Replac. Uniform Micellaneous Jumlah Biaya Op. Lainnya HPP 36
1. Guest supplies adalah segenap biaya kebutuhan perlengkapan kamar per hari, seperti: sabun mandi, shampoo, tissue, shower cup, stationer, dan lain lain, termasuk house linen, yakni biaya cucian tiap kamar seperti handuk, sheet dan linen lainnya.
2. Breakfast, yakni mencakup biaya pokok sarapan pagi yang sudah termasuk service hotel dalam tarif hotel untuk setiap kamar. 3. Payroll disini adalah gaji dari karyawan Room Division per hari per kamar. Istilah lain adalah upah untuk karyawan Room Attendent setiap kamar yang ditangani 4. Marketing cost, yakni biaya pemasaran yang biasanya per bulan dan biaya pemasran per kamar rata-rata berarti biaya pemasaran/jumlah kamar yang dioperasikan. 5. Sport & recreation, mencakup biaya pemeliharaan peralatannya per bulan dibagi dengan jumlah kamar. Misalnya biaya pemeliharaan kolam renang yang memang termasuk fasilitas yang gratis bagi tamu hotel. 6. POMEC (Proverty Operator Maintenace Energy Cost) mencakup biaya depresiasi dan pemeliharaan asset kelistrikan per hari per kamar.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Borneo International Hotel tergolong baru saja dibangun dan mulai dibuka pada bulan Mei 2005, sekalipun tidak seluruh fasilitas hotel yang selesai dibangun saat itu. Hotel dengan bangunan berlantai 12 ini terletak di pusat kota, tepatnya di Jl. Mulawarman 6 Samarinda. Saat ini, Borneo International Hotel bergabung dengan jaringan pengelolaan hotel internasional, yaitu Swiss-Belhotel International yang berpusat di Hongkong, Swiss Belhotel International juga mengelola properti di wilayah Asia Pasifik seperti China, Hong Kong, Vietnam, Thailan, Pilipina, dan Malaysia. Dengan pengelolaan oleh Swiss Belhotel International, Borneo International Hotel mengubah namanya menjadi Swiss Belhotel Borneo dengan status hotel berbintang tiga. Sementara jaringan yang dikelola di Indonesia juga terdapat di daerah lain, yaitu: Swiss Belhotel Banda Aceh, Swiss Belhotel Medan, Arion Swiss Belhotel Medan, beberapa hotel di Bali (Jimbaran,
Nusa Dua dan Taman Mumbul), Swiss Bellhotel Papua serta Swiss Belhotel Borneo Banjarmasin, dan direncanakan juga di Balikpapan. Fasilitas kamar yang disediakan adalah sebanyak 186 kamar. Jenis kamar dan tarif per kamar (publish rate) yang berlaku pada tahun 2007 disajikan pada tabel berikut. 36
Jenis Kamar
Jumlah
1. Superior Room
90 unit
Rp550.000,-
2. Deluxe Room
54 unit
Rp600.000,-
32 unit
Rp700.000,-
4. Suite
9 unit
Rp1.350.000,-
1 unit
Keterangan: tarif sudah termasuk service charge dan pajak (total 21%)
Berdasarkan jumlah kamar yang tersedia, maka dalam satu bulan, misalnya Januari (31 hari) tersedia untuk ditawarkan sebanyak 31 x 186 unit
Fasilitas kamar yang disediakan, antara lain AC yang dapat dikontrol sendiri, telpon, televisi dengan banyak program, akses internet tanpa kabel (Wi-fi), Personal safety desposit box (kamar tertentu), faslitas pembuatan minuman kopi dan teh, minibar, hair dryer, cold and hot water. Perbedaan antar jenis kamar, selain luasnya, secara rinci disajikan pada tabel 4.1 halaman berikut. Mengingat adanya perbedaan fasilitas dan layanan yang diberikan hotel pada setiap tamu kamar yang dihuni, maka tarif yang dikenakan juga berbeda sebagaimana disajikan pada tabel 4.1. Jasa umum dan fasilitas hotel lainnya mencakup Business Center yang dlengkapi dengan internet broadband, jasa kesekretariatan, photocopy, pengetikan dan fasilitas telekomunikasi yang dapat dimanfaatkan para tamu, akses internet tanpa kabel di area lobby dan restoran, concierge, konfirmasi tiket, jasa pos, jasa paket dan pengiriman, jasa pengantaran ke airport, 37
laundry & dry cleaning, 24 hours room service, fasilitas banquet, lobby lounge, restoran, pub dan excecutive lounge yang segera dibuka dengan keamanan 24 jam.
NO 01 02 03 04 05
Guest Suplies/Amunity 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 Stationary Shampo Soap Tooth Brush Pasta Gigi Cotton b.. Sanitary bag Swing kit Shower cup Tissu Handbody lotion Bath gel ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada ada - 2 ada ada ada ada ada ada - 2 ada ada ada ada ada ada - 2 ada ada ada ada ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada - 2 ada - 2
FaIitality (Free) 18 19 20 Swimming pool Message Internet Caf free free free free free free
Prosedur permintaan kamar pada umumnya sama dengan hotel pada umumnya, Pertama konsumen ke resepsionis melalui telpon atau langsung ke front office untuk reservasi kamar, Selanjutnya, jika tersedia kamar yang diminta, petugas di front office langsung memproses check-in dalam hitungan menit, Selanjutnya konsumen langsung dapat menuju kamar yang biasanya sudah disiapkan terlebih dahulu. 38
General Manager
Internal Auditor
Resident Manager
Executive Secretary
Executive House Keeper Marketing Manager Chief Accounting HRD & Legal Manager
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Swiss Bell Hotel Borneo Samarinda (Sumber: Swiss Bell Hotel Borneo, Samarinda, 2007)
Adapun tugas pokok masing jabatan pada struktur organisasi tersebut di atas adalah sebagai berikut: General Manager (GM), bertanggung jawab sepenuhnya kepada Board of Director dan owners. Secara ringkas berkewajiban memimpin, menyusun strategi dan melaksanakan segenap rencana operasional hotel ke 39
2) Mengkaji dan meneliti secara terus-menerus operation hotel sehingga mampu menghasilkan keuntungan maksimal dari operational hotel. 3) Mencari semua sumber keuntungan bagi hotel. yang memungkinkan untuk mencari bahan penghasilan dan
4) Melaksanakan teknik-teknik manajemen modern untuk mencapai sasaran keuntungan dan perkembangan perusahaan. 5) Melaksanakan pemeriksaan dan pengontrolan semua aktivasi operational secara umum hotel dan outlet-outlet lainnya. 6) Mengesahkan anggaran untuk dijadikan pedoman operation bagi seluruh department.
7) Mengesahkan Purchasing Request untuk keperluan pengadaan barang- barana keperluan operation.Memeriksa daftar inventory setiap bulan. 8) Mempersiapkan Pre Opening Budget.
9) Melakukan perekrutan, pelatihan dan pengarahan semua karyawan untuk suatu proyek. 10) Melakukan program kampanye dan Sales Marketing Hotel.
11) Melakukan pembelian yang diperlukan untuk operational pada para pemasok. 40
12) Menerapkan semua Standard Operational Procedure (SOP) dan kebijakan-kebijakan operational. 13) Menyiapkan administrasi hotel secara global dan keperluan-keperluan lainnya agar pembukaan hotel dapat berlangsung tepat pada waktunya. 14) Menetapkan dan menerapkan kebijakan kepegawaian hotel.
15) Menyiapkan dan menetapkan program pemeliharaan &kebersihan lanjutan. 16) Penyeleksi dan pengadaan kebijakan operasional.
18) Menetapkan dan menerapkan seluruh procedure dan kebiksanaan sales &
promosi.
24) Mempersiapkan Personal department administrasi dan training tenaga kerja. 25) Mempersiapkan Engineering Department.
26) Mempersiapkan security Department, administrasi dan kebijakan- kebijakannya. 27) Menetapkan kebijakan-kebijakan kredit.
32) Mengontrol pengoperasian & administrasi yang diperlukan untuk memastikan seluruh hotel dan outlet-outlet buka tepat waktu. 33) Memberi contoh yang baik, menjadi teladan bagi bawahannya terutama dalam ketepatan waktu, kecakapan kerja, tanggung jawab dan penampilan pribadi. 34) Menjalin kerjasama yang baik dengan department head terkait, sesuai
Flow Chat.
35) Menerima dan melaksanakan tugas-tugas tambahan lainnya yang di berikan oleh Direksi. Internal Auditor, bertanggung jawab dalam mengaudit laporan keuangan hotel secara periodik dan melaporkannya kepada managemen dan bekerja di bawah GM. Auditing yang dilakukan oleh Internal auditor mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan. Secara rinci. job descriprion internal auditor adalah sebagai berikut: 1) Bertanggung jawab meneliti & mengawasi laporan keuangan perusahaan menurut
4) Meneliti dan mengawasi kebenaran catatan pembukuan serta kelengkapan bukti pengeluaran dan penerimaan kas sesuai dengan prosedur. 42
5) Meneliti dan memeriksa posisi bidang keuangandan administrasinya dalam rangka pengambilan keputusan / langkah yang diperlukan. 6) Memeriksa verified voucher payable dan bank cheque.
7) Meneliti dan memeriksa kebenaran dan menandatangi Cheque Request,Advance uang cash,Store Room Requisition Purchase Request, CPPR, General Cashier Summary dan Daily Report,Income Audit untuk di setujui. 8) Meneliti & memeriksa kebenaran semua laporan-laporan mengenai : weekly cost
& expense report, weekly cost & sales, food & beverage ten days revenue &
11) Meneliti dan memeriksa kebijakan keuangan, rabat serta komisi,Audit Payroll dan Payable aged trial balance. 12) Meneliti & memeriksa Aged Trial Balance Account Receivable dan surat tagihan piutang yang overdue. 13) Meneliti & memeriksa daftar investasi dan M-1 ,M-2, M-3.
14) Meneliti dan memeriksa data budget per Department, Budget-cash Flow,
15) Mengawasi tugas dari Management dalam rangka pengendalian biaya sesuai dengan produksi yang telah di tetapkan . 16) Menghadiri Briefing-Meeting-Training.
17) Meneliti & mengawasi penerimaan dan pengeluaran hotel melalui daily sales-job evalution. 18) Meneliti & mengawasi Breakdown Cash General Account dan Operation
Account. 43
19) Meneliti & meengawasi Comment Preliminary Result Profit & Loss Statement.
20) Meneliti & mengawasi Cost Control, Store Room, Purchasing, Drug Store, Receiving, 21) Meneliti daftar inventory perusahaan setiap akhir bulan.
22) Meneliti & mengawasi Ten Days sales Report dan Weekly Cash Report, Cash Disbursement, Bank Book, Breakdown Cash Analysis, ,Comparative Balance Sheet, Opening Fund, Autorized Journal Voucher, Purchase Invoice (RPI), Debet/Credit Nota, dan Subsidiary Accoun Balance Sheet. 23) Memberi contoh yang baik,menjadi teladan bagi bawahannya terutama dalam ketepatan waktu, kecakapan kerja, tanggung jawab dan penampilan pribadi. 24) Menjalin kerja sama dengan Department head terkait, sesuai dengan Flow Chart.
25) Menerima dan melaksanakan tugas-tugas tambahan yang diberikan oleh atasan.
Research dan Development adalah bagian yang secara umum bertanggung jawab mengembangkan program pendidikan dan ketrampilan dalam sistem penerapan tugas-tugas dan kewajiban karyawan serta konsep konsep pengembangan lainnya guna membantu GM. Secara rinci, job descriprion bagian R&D adalah sebagai berikut 1) Membuat program pendidikan keterampilan dalam system penerapan tugas- tugas,kewajiban karyawan. 2) Membuat konsep-konsep Peraturan Perusahaan,Tata Tertib Perusahaan, System and flow chart, dan lain lain. 3) Menbuat rencana program bursa tenaga kerja untuk jangka pendek maupun jangka panjang. 44
4) Meneliti & pengembangan system penerimaan & penerimaan tenaga kerja, mengevaluasi jenjang karier karyawan dan saran-saran sesuai dengan kebutuhan operational perusahaan. 5) Mengevaluasi & mengembangan effisiensi kerja serta penekanan biaya.
6) Mengadakan pembinaan kepada karyawan agar tumbuh kerja sama yang baik.
8) Meneliti & mengevaluasi pelaksanaan anggaran untuk dijadikan pedoman operation bagi seluruh Departmen. 9) Meneliti & mengevaluasi pelaksanaan teknik-teknik manajemen modern untuk mencapai sasaran keuntungan maksimal dn perkembangan perusahaan.
10) Meneliti & mengevaluasi pelaksanaan anggaran untuk di jadikan pedoman operation bagi seluruh Department. 11) Meneliti & mengembangkan sistem Purchasing Request keperluan pengadaan barana-barang keperluan operasi dan stock minimal di General Store. 12) Meneliti sistem perekrutan, pelatihan dan pengarahan semua karyawan.
14) Meneliti & pengembangan pelaksanaan Standard Operating Procedure dan kebijakankebijakan operasional. 15) Meneliti sistem pengadaan Peralatan Operational.
16) Meneliti & mengembangkan sistem dan penerapan seluruh prosedur dan kebijakan Sales & Promosion, F & B Ware dan Linen, FO reservation sytem, House Keeper and Laundry, Accounting System, kebijakan kredit dan anggaran, HRD & Security Department, administrasi dan training tenaga kerja di Engineering Department. 45
17) Meneliti & mengontrol laporan HRD & Legal Dept. Jumlah staff-karyawan, meliputi kelengkapan file lamaran kerja surat-surat pernyataan tidak melanggar hukum, tidak terlibat narkoba, jamsostek, IKABE, surat peringatan, surat keterangan dokter perusahaan, cuti,sakit, test IQ, EQ. 18) Meneliti & mengevaluasi aktifitas working schedule per Department.
19) Meneliti & mengembangkan sistem pelayanan yang tinggi,m ampu menghasilkan keuntungan maksimal dari operasional hotel.
20) Memberi contoh yang baik,menjadi teladan bagi bawahannya terutama dalam ketepatan waktu,kecakapan kerja, tanggung jawab dan penampilan pribadi. 21) Menjalin kerja sama yang baik dengan department head terkait, sesuai flow chat.
22) Menerima dan melaksanakan tugas-tugas tambahan lainnya yang diberikan oleh atasan. Resident Manager pada dasarnya bertugas membantu GM untuk melaksanakan tugas-rugas seharihari dalam menjalankan operasional hotel dengan dibantu seorang Executive Secretary. Secara rinci, job description Resident Manager : 1) Bertanggung jawab melaksanakan dan mengkoordinir Daily Morning
Briefing.
5) Mengadakan control terhadap penampilan karyawan dalam operasional sehari-hari serta menegakkan displin karyawan. 46
6) Menekankan kepada semua kepala bagian mengenai effisiensi kerja serta penekanan biaya. 7) Mengadakan pembinaan kepada karyawan agar tumbuh kerjasama yang baik. 8) Memberikan saran atau masukan kepada GM, bilamana ada program yang perlu diadakan perubahan. 9) Memeriksa atas persiapan penyambutan tamu VIP ataupun rombongan, sesuai dengan standar prosedur operasional. 10) Memeriksa log booksetiap department setiap hari.
11) Melaksanakan tahap usaha yang menyebabkan kenaikan volume bisnis dan keuntungan bagi hotel. 12) Melaksanakan teknik-teknik manajemen modern untuk mencapai sasaran keuntungan maksimal dan perkembangan perusahaan. 13) Melaksanakan anggaran untuk dijadikan pedoman operation bagi seluruh department. 14) Mengesahkan purchasing request untuk keperluan pengadaan barang- barang keperluan operation,memeriksa dan meneliti daftar inventory setiap bulan. 15) Melakukan perekrutan,training dan pengarahan semua karyawan.
17) Melakukan purchasing request yang diperlukan untuk operation dan mengawasi keberadaan supplier-supplier. 18) Melakukan standar operating procedure dan kebijakan operational. 47
24) Menetapkan dan menerapkan seluruh prosedur dan kebijakan-kebijakan Sales & Promosi F&B Ware Linen, FO Reservation System, Housekeeper dan Laundry, Accounting System, kebijakan kredit dan anggaran, Personal & Security Department administrasi dan training tenaga kerja,Engineering
Department.
25) Mengontrol laporan jumlah karyawan HRD & Legal Departement, . menertibkan administrasi meliputi file lamaran kerja surat-surat pernyataan tidak melanggar hukum, tidak terlibat narkoba, Jamsostek, IKABE, surat peringatan, surat keterangan dokter perusahaan, cuti, hasil tes IQ dan EQ. 26) Mengawasi, meneliti aktifitas morning schedule per departmen.
27) Mengawasi setiap department agar didapatkan pelayanan yang tinggi, mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal dari operational hotel. 28) Mengawasi/mengadakan kontrol langsung ke lapangan mengenai kebersihan-kerapian area hotel. 29) Menetapkan gaji dan kebijakan HRD sumber daya manusia mengontrol dan meneliti keadaan seluruh staff-karyawan, absensi, cuti, terlambat, izin- sakit, dan lain lain. 48
30) Memberi contoh yang baik,menjadi teladan bagi bawahannya terutama dalam ketepatan waktu, kecakapan kerja, tanggung jawab dan penampilan pribadi. 31) Menjalin kerja sama yang dengan department head terkait, sesuai flow chart. 32) Menerima dan melaksanakan tugas-tugas tambahan lainnya yang diberikan oleh atasan. Resident Manager membawahi para line manager/eksekutif, yakni:
1) Chief Engineering, mengelola segenap fasilitas fisik hotel, termasuk pemeliharaan dan perbaikan (maintenance and repairing), dan penanganan dalam keadaaan darurat (emergency). 2) Chief Accounting, memimpin segenap tugas-tugas akuntansi perusahaan.
3) Food and Beverage Manager, memimpin segenap pengelolaan pengadaan dan pengolahan makanan dan minuman yang akan disajikan kepada tamu hotel. 4) Human Resources & Legal Manager, memimpin segenap pengelolaan sumber daya manusia hotel, penanganan aspek hukum dan security. 5) Executive House Keeper, memimpin segenap tugas-tugas house keeping
7) Entertaint Manager, mengelola segenap fasilitas hiburan yang disediakan hotel kepada tamu umum maupun penghuni hotel. 8) Front Office Manager, mengelola segenap tugas-tugas di front office. 49
B. Data Keuangan
Berikut ini disajikan data keuangan yang diperlukan untuk analisis harga pokok kamar hotel, meliputi pendapatan setiap jenis kamar dan laporan departementalnya. Perlu diketahui bahwa pendapatan yang disajikan adalah pendapatan bersih (net). Dengan demikian, pembayaran atas jasa akomodasi kamar-kamar hotel tersebut sudah dipisahkan dari service and tax. Rata-rata penerimaan per kamar/hari tidak sama dengan tarif dasar, mengingat ada diskon mulai 5% hingga 20% yang ditetapkan manajemen. Tabel 4.3. Room Revenue per Type, Juli September 2007
SEPTEMBER Accoupied Accoupied (unit) % 51,51% 55,32% 10,58% 1,08% (Rp) 712.643.182 375.752.727 33.595.372 1.115.702 42,87% 1 1.123.106.983 Total (unit) 1.905 869 61 in
1. Superior Room 68,28% 671.853.000 2. Deluxe Room 51,91% 402.646.612 3. Eecutive Club Room 6,15% 28.117.438 4. Suite Room 0,36% 1.115.500
530.383.636 1.437 1.771 65,59% 377.440.661 942 58,15% 57.828.099 51 5,31% 3.347.107 1 0,37% 926 105 3
5. President Suite Room 1.454.545 1 3,23% 0,00% Total 970.454.050 2.472 2.836 49,18% 1.103.732.550 2.765 49,55% Sumber data: Swiss Bell Hotel Borneo, Samarinda, 2007
Pendapatan kamar (Room Revenue) tersebut di atas adalah pendapatan bersih yang bersumber dari pembayaran tamu hotel sesudah service dan pajak daerah dipisahkan. Dalam kenyataan, tidak semua kamar dikenakan harga penuh (full tariff) sebagaimana disajikan pada tabel 4.1. Sebagian pelanggan, ada yang mendapat diskon atas keputusan manajemen atau pimpinan, mulai dari 5% hingga maksimum 20% dari publish rate. Misalnya tamu yang telah menjadi anggota (member) Executive Club, atau kelompok tamu yang dihunting melalui biro perjalanan 50
Tabel 4.4. Laporan Laba Rugi Departeman Kamar Periode Juli September 2007.
PERIODE REVENUE (Net) 1. Superior Room 2. Deluxe Room 3. Eecutive Club Room 4. Suite Room 5. President Suite Room
JULI (Rp)
AGUSTUS (Rp)
SEPT. (Rp)
970.454.050 1.123.106.983 1.103.732.752 530.383.636 377.440.661 57.828.099 3.347.107 1.454.545 712.643.182 375.752.727 33.595.372 1.115.702 671.853.000 402.646.612 28.117.438 1.115.702 -
OPERATIONAL EXPENSES 1. Payroll & Related Expenses: Salaries & Wages 46.186.800 33.115.700 52.176.100 37.800.100 50.933.700 37.183.000
Employess Benefit Overtimes Employee Meals THR/ Bonus 2. Provison for Operational of Equipment 6.750.000 Prov for Replacement-Uniforms 750.000 Prov for Replacement-Chinaware 1.000.000 Prov for Replacement-Linen Laundry 5.000.000 3. Operational Other Expenses Cleaning Supplies Florist Guest Supplies - Rooms Guest Supplies - Amenities 16.547.600 Guest Supplies - Printing & Stationery Guest Transportation Decoration Uniform Laundry Licenses Miscellaneous Music & Entertainment Printing & Stationery Reservation Service 1.139.500 Room Linen Laundry
6.750.000 750.000 1.000.000 5.000.000 52.129.400 3.509.500 2.918.400 12.024.600 1.613.600 95.000 302.500 963.500 43.500 1.367.700 822.900 4.837.000
4.460.300 290.000 3.161.200 17.835.500 1.757.400 365.000 1.400.000 390.500 963.500 273.200 1.164.800 1.238.000 6.113.000
1.546.500 310.000
5.236.000
Service Contract - Sanitation 500.000 Telephone & Fax Coordination Fee & TA Commission Travel & Entertainment 193.700 Outside Cleaning Contract 1.000.000 Signage Tax Courier Others Guest Benefit 21.347.500 TOTAL OPERATIONAL EXPENSES (1+2+3) DEPARTEMENTAL INCOME
193.700 1.000.000 764.000 12.000 23.004.500 126.733.000 996.373.983 119.104.700 984.628.052 738.000 12.000
Tabel 4.5
DESCRIPTION
JULI (Rp)
1. ROOM STATISTIC Total Rooms Available (unit) Total Rooms Occupied (unit) % of Occupancy % Double Occupancy Average Room Rate (Rp) 399.180 Average Room Rate (US$) Number Of Guest (person) 5.766 2.742 47,55 43,54 353.922 38,89 3.936 5.766 2.836 49,18 51,38 396.018 43,52 4.293 44,35 4.182 5.580 2.765 49,55 51,25
2. REVENUE Rooms Food and Beverage Telecommunication Minor Operating Departments Other Income and Rentals TOTAL REVENUE 1.748.321.221 1.610.600.840 970.454.050 489.592.242 10.062.827 29.810.098 30.520.095 1.530.439.312 1.123.106.983 560.932.791 9.023.117 27.030.941 28.227.390 1.103.732.752 438.889.962 7.293.337 35.573.482 25.111.307
DEPARTEMENTAL COST & EXPENSES 3. COST OF SALES Food and Beverage Telecomunications Minor Operating Departments Other Income TOTAL COST OF SALES 174.022.438 139.791.599 132.189.905 3.682.995 2.384.808 1.068.203 139.325.911 169.401.703 1.985.086 1.675.918 959.731 132.604.552 2.597.539 3.590.509 999.000
4. Payroll and Related Expenses Rooms Food and Beverage Telecomunications Minor Operating Departments Total Payroll and Related Expenses 5, Provision Operating Equipment 147.257.954 Rooms Food and Beverage Telecomunications Minor Operating Departments Total Provision Operating Equipment 6. Other Expenses 22.111.581 Rooms Food and Beverage Telecomunications Minor Operating Departments Total Other Expenses 96.367.166 94.211.806 22.213.641 52.129.400 28.885.942 50.314 626.012 81.691.668 67.806.900 28.046.640 27.069 486.557 61.421.000 31.184.060 23.699 1.583.047 133.950.080 6.750.000 15.297.661 50.000 150.000 22.247.661 6.750.000 15.161.581 50.000 150.000 6.750.000 15.263.641 50.000 150.000 46.186.800 85.198.050 2.515.707 7.477.423 141.377.980 52.176.100 85.139.919 2.508.427 7.433.509 50.933.700 70.533.402 2.993.485 9.489.493
384.643.221
439.759.139
390.167.126
DESCRIPTION
JULI (Rp)
8. DEPARTMENTAL INCOME (2-3-4-5-6) Rooms Food and Beverage Telecomunications Minor Operating Departments Total Other Expenses 9. TOTAL DEPARTMENTAL INCOME 865.387.850 228.020.683 3.763.812 19.171.855 29.451.892 1.145.796.091 996.373.983 263.182.949 4.452.535 17.284.957 27.267.658 1.308.562.082 984.628.052 189.304.307 1.628.614 20.760.433 24.112.307 1.220.433.713
OVERHEAD DEPARTMENTS : 10. Payroll and Related Expenses Administration & General Sales & Marketing POMEC Total Payroll and Related Expenses 11. Provision Operating Equipment Administration & General Sales & Marketing 91.667 POMEC 308.333 308.333 308.333 783.334 91.667 783.334 91.667 783.334 95.264.160 13.190.422 20.518.434 128.973.017 96.546.772 12.555.643 21.245.419 130.347.834 95.944.681 12.427.141 24.451.169 132.822.991
1.183.334
Administration & General Sales & Marketing POMEC Energy Cost Total. Other Expenses
13. TOTAL OVERHEAD DEPARTMENTS 14. HOUSE PROFIT (9-12) 15. BASE MANAGEMENT FEE 16. SALES & MARKETING FEE 17. GROSS OPERATING PROFIT (13-14-15) 18. INCENTIVE MANAGEMENT FEE 19. NET OPERATING PROFIT (16-17)
BAB V
A. Analisis
Telah dikemukakan bahwa peneltian ini diarahkan untuk mengetahui konstribusi setiap jenis kamar Borneo International Hotel (Swiss Belhotel Borneo) Samarinda terhadap laba (rugi) departemen kamar menggunakan sistem USAH (Uniform Standard Account for Hotel). Dengan demikian, maka perlu disusun laporan laba rugi departemen kamar dengan rincian setiap jenis kamar. Telah dikerahui bahwa struktur laporan departemen kamar mengandung tiga kelompok utama, yaitu: Pendapatan kamar (Revenue), Biaya Operasional (Operational Expenses) dan Laba (Rugi) Departemen (Departemen Income). Dalam hal departemen kamar, pendapatan yang dimaksud bersumber dari penjualan jasa kamar-kamar hotel setelah dipisahkan dengan service dan tax.. Pengeluaran departemen atau biaya operasional kamar pada laporan keuangan Borneo International Hotel dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu: 1) Payroll & Related Expenses, yakni biaya tenaga kerja meliputi gaji, upah, serta tunjangantunjangan.. 2) Provision for Operating Equipment, yakni biaya yang dialokasikan pada penggunaan berbagai peralatan untuk mendukung operasional kamar- kamar hotel. 3) Operational Other Expenses, yakni biaya-biaya operasional di luar penge- luaran untuk tenaga kerja dan biaya peralatan pada poin 2 tersebut di atas 54
Rincian ketiga kelompok biaya operasional atau pengeluaran departemen kamar tercermin pada tabel 4.4. (Bab IV). Laporan Laba Rugi Departemen Kamar pada tabel 4.4 tersebut dapat diringkas selama tiga periode (bulan) dapat kembali disajikan sebagai berikut. Tabel 5.1. Ringkasan Laporan Laba Rugi Dep. Kamar, Juli Sept. 2007
PERIODE
JULI (Rp)
AGUS. (Rp)
SEPT. (Rp)
2. Deluxe Room 3. Eecutive Club Room 4. Suite Room 5. President Suite Room Total Revenue (1+2+3+4+5)
OPERATING EXPENSES 1. Payroll & Related Expenses: 2. Provison for Operating Equipment 3. Other Operating Expenses Total Oper. Expen ses (1+2+3) DEPARTEMENTAL INCOME 46.186.800 6.750.000 52.129.400 105.066.200 865.387.850 52.176.100 6.750.000 67.806.900 50.933.700 6.750.000 61.421.000
126.733.000 996.373.983
119.104.700 984.628.052
Berdasarkan data pada tabel 5.1, pengeluaran departemen (department expenses) tersebut di atas, maka dapat diperhitungkan biaya-biaya operasional setiap jenis kamar dengan mengalokasikannya biaya-biaya tersebut. Metode alokasi sebagaimana telah disinggung pada Bab III sebelumnya adalah dengan menerapkan metode harga jual relatif.
Berikut ini disajikan perhitungan biaya operasional untuk setiap jenis kamar pada periode Juli 2007, dengan bantuan tabel 5.2 hingga tabel 5.4. 55
Jumlah Kamar
Biaya per
Kamar / hari (2) (3) 17.566 19.399 26.212 53.100 69.226 (4) = 3/ TR
(Rp) (6)= 5/ 2
1.Superior Room 2. Deluxe Room 3. Executive Club 4. Suite Room 5. Presidential Suite Total
54,65% 25.242.538 38,89% 17.963.526 5,96% 0,34% 0,15% 2.752.212 159.299 69.226
2472 970.454.050
100,00% 46.186.800
Sumber data: Data diolah Keterangan: TR = Total Revenue; dan TBB = Total Biaya Bersama
Jumlah Kamar
Pendapatan Nilai Jual (Revenue) (%) Relatif (Rp) 530.383.636 377.440.661 57.828.099 3.347.107 1 1.454.545
Alokasi Biaya Biaya per Bersama (Rp) (1) 54,65% 38,89% 5,96% 0,34% 0,15% Kamar / hari (2) 3.689.087 2.625.291 402.224 23.281 10.117 (3) 2.567 2.835 3.831 7.760 10.117 (4) = 3/ TR
(Rp) (6)= 5/ 2
1.Superior Room 2. Deluxe Room 3. Executive Club 4. Suite Room 5. Presidential Suite
Total
2.472
970.454.050
100,00%
6.750.000
Sumber data: Data diolah Keterangan: TR = Total Revenue; dan TBB = Total Biaya Bersama
Jumlah Kamar
Alokasi Biaya Bersama (Rp) (1) 54,65% 38,89% 5,96% 0,34% 0,15%
Biaya per
Kamar / hari (2) (3) 19.826 21.895 29.584 59.932 78.133 (4) = 3/ TR
(Rp) (6)= 5/ 2
1.Superior Room 2. Deluxe Room 3. Executive Club 4. Suite Room 5. Presidential Suite Total 2.472
970.454.050
52.129.400
Sumber data: Data diolah Keterangan: 56 TR = Total Revenue; dan TBB = Total Biaya Bersama
Berdasarkan hasil perhitungan biaya setiap jenis kamar dengan metode nilai jual relatif pada tabel 5.2 hingga 5.4, maka biaya operasional setiap jenis kamar dapat dialokasikan, sehingga dapat pula disusun laporan laba rugi departemental masing-masing kamar untuk periode Juli 2007.
Dengan diperolehnya laba setiap jenis kamar, maka dapat pula diketahui persentase konstribusi setiap jenis kamar terhadap laba departemental dengan cara membagi laba setiap jenis kamar dengan total laba departemental. Secara keseluruhan, disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 5.5. Laporan Laba Rugi Departemental Per Jenis Kamar, Juli 2007
Statistik:
URAIAN
JENIS KAMAR Superior Deluxe Executive Suite 2.790 1.437 51,5% 55,3% Pres. Suit 1.674 926 TOTAL 992 105 10,6% 1,1% (Rp) 57.828.099 279 3 3,2% (Rp) 3.347.107
Total Room Available (Unit) 31 5.766 Total Room Occupancy (Unit) 1 2.472 % Room Occupancy 42,9% Laba Rugi Departemental : (Rp) (Rp) Revenue 1.454.545 970.454.050 Operating Expenses 1. Payroll & Related Expenses 69.226 46.186.800 2. Provision for Oprtg Equipment 10.117 6.750.000 3. Other Oprtg Expenses 78.133 52.129.400 Total Operating Expenses 157.476 105.066.200
40.863.610
Departemental Income 1.297.069 865.387.850 Konstribusi Terhadap Dep. Income 100,00% Sumber data: Data diolah
51.567.340 5,96%
Berdasarkan hasil perhitungan yang dirangkum pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa jenis kamar Superior telah memberikan konstribusi laba departemental terbesar, yakni 54,65%. Disusul jenis kamar Deluxe sebesar 38,89%, dan sisanya jenis kamar lainnya. 57
Sedangkan pendapatan, biaya operasional dan laba departemental per kamar/hari untuk setiap jenis kamar pada periode bulan Juli 2007 disajikan pada tabel berikut: Tabel 5.6. Revenue, Operating Expenses dan Departemental Income rata-rata per kamar per day, Juli 2007 URAIAN JENIS KAMAR Suite (Rp) P Suite (Rp) Revenue 1.454.545 100% % Superior (Rp) 369.091 Deluxe (Rp) Executive (Rp) 1.115.702
407.603
550.744
Operating Expenses 1. Payroll & Related Expenses 69.226 4,8% 2. Provision for Oprtg Equipment 10.117 0,7% 17.566 2.567 19.399 2.835 26.212 3.831 53.100 7.760
3. Other Oprtg Expenses 19.826 21.895 78.133 5,4% Total Operating Expenses 39.960 120.792 157.476 10,8% Departemental Income per room 491.118 994.911 1.297.069 89,2% Sumber data: Data diolah
Berdasarkan tabel 5.6. nampak bahwa penerimaan per kamar/hari di bawah tarif dasar. Hal ini dikarenakan pendapatan tersebut sudah dipotong dengan service & tax sebesar 21%, serta adanya diskon tarif yang berkisar dari 5% hingga maksimum 20% yang diputuskan oleh pimpinan. Nampak juga besaran biaya-biaya operasional (Operational Expenses) dan Departemental Income setiap kamar mengikuti besaran pendapatan setiap kamar (revenue), mengingat perhitungannya didasarkan pada alokasi biaya bersama dengan metode harga relatif. Karena itu pula, proporsi biaya operasional dan departemental income untuk setiap kamar/hari adalah sama, yakni sebesar 10,8% dan 89,2%..
Berikut ini disajikan perhitungan biaya biaya operasional untuk setiap jenis kamar pada periode Agustus 2007, dengan bantuan tabel 5.7 hingga 5.9. 58
Pendapatan Nilai Jual (Revenue) Relatif (%) (Rp) 712.643.182 375.752.727 33.595.372 1.115.702 -
Alokasi Biaya Biaya per Bersama Kamar / hari (2) (3) 17.379 20.088 25.586 51.832 - Total 2.837 (4) = 3/ TR
(Rp) (1)
1.905 869 61 1
5. Presidential Suite 1.123.106.983 100,00% 52.176.100 Sumber data: Data diolah Keterangan:
Jenis Kamar
Jumlah Pendapatan Nilai Jual Kamar (Revenue) Relatif (Rp) 712.643.182 375.752.727 33.595.372 1.115.702 -
Alokasi Biaya Biaya per Bersama (Rp) (1) 63,45% 33,46% 2,99% 0,10% Kamar / hari (2) 4.283.066 2.258.316 201.912 6.705 - Total (3) 2.248 2.599 3.310 6.705 2.836 1.123.106.983 (4) = 3/ TR
Terhuni (Rp) (%) (5)= 4xTBB (6)= 5/ 2 1.Superior Room 2. Deluxe Room 3. Executive Club 4. Suite Room 5. Presidential Suite 100,00% 6.750.000 Sumber data: Data diolah Keterangan: 1.905 869 61 1
Jenis Kamar
Jumlah Pendapatan Nilai Jual Alokasi Biaya Biaya per Kamar (Revenue) Relatif (Rp) 712.643.182 375.752.727 33.595.372 1.115.702 Bersama (Rp) (1) Kamar / hari (2) (3) 22.586 26.106 33.251 67.360 2.836 1.123.106.983 (4) = 3/ TR
Terhuni (Rp) (%) (5)= 4xTBB (6)= 5/ 2 1.Superior Room 2. Deluxe Room 3. Executive Club 4. Suite Room 5. Presidential Suite 100,00% 67.806.900 Sumber data: Data diolah Keterangan: 59 1.905 869 61 1
Berdasarkan hasil perhitungan biaya setiap jenis kamar dengan metode nilai jual relatif pada tabel 5.7 hingga 5.9, maka biaya operasional setiap jenis kamar dapat dialokasikan, sehingga dapat pula disusun laporan laba rugi departemental masing-masing kamar untuk periode bulan Agustus 2007. Dengan cara yang sama dengan periode sebelumnya, secara keseluruhan hasil perhitungan terangkum dalam pada tabel berikut ini. Tabel 5.10. Laporan Laba Rugi Departemental Per Jenis Kamar, Agustus 2007
Statistik:
URAIAN
JENIS KAMAR Superior Deluxe Executive Suite 2.790 1.905 68,3% 51,9% Pres. Suit 1.674 869 6,1% TOTAL 992 61 0,4% (Rp) 33.595.372 279 1 0,0% (Rp) 1.115.702
Total Room Available (Unit) 31 5.766 Total Room Occupancy (Unit) 2.836 % Room Occupancy 49,2% Laba Rugi Departemental : (Rp) (Rp) Revenue - 1.123.106.983 Operating Expenses 1. Payroll & Related Expenses 52.176.100 2. Provision for Oprtg Equipment 6.750.000 3. Other Oprtg Expenses 67.806.900 Total Operating Expenses 126.733.000 Departemental Income 996.373.983 Konstribusi Terhadap Dep. Income 100,00% Sumber data: Data diolah
42.400.476
Berdasarkan hasil perhitungan yang dirangkum pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa jenis kamar Superior juga memberikan konstribusi laba departemental terbesar, yakni 63,45. Disusul jenis kamar Deluxe sebesar 33,46%, dan sisanya lebih kurang 3% berasal dari kamar kelas Executive Club dan Suite dan tidak ada dari President Suit. Periode Agustus ini, konstribusi kamar Superior meningkat, sementara Deluxe sedikit menurun. Adapun pendapatan, biaya operasional dan laba departemental per60
kamar/hari untuk setiap jenis kamar pada periode bulan Agustus 2007 disajikan pada tabel berikut: Tabel 5.11. Revenue, Operating Expenses dan Departemental Income rata-rata per kamar per day, Agustus 2007 URAIAN JENIS KAMAR (Rp) P Suite (Rp) Revenue - 100% Operating Expenses 1. Payroll & Related Expenses 4,6% 2. Provision for Oprtg Equipment 0,6% 3. Other Oprtg Expenses 6,0% Total Operating Expenses 17.379 2.248 20.088 2.599 25.586 3.310 51.832 6.705 % Superior (Rp) 374.091 Deluxe (Rp) Executive (Rp) 550.744 Suite
432.397
1.115.702
125.897 488.597
989.805
331.878
383.604
Berdasarkan tabel 5.11. nampak bahwa penerimaan per kamar/hari juga di bawah tarif dasar sebagaimana periode sebelumnya dengan penjelasan yang sama. Proporsi total operational expenses adalah sebesar 11,3% dan departemental income untuk setiap kamar/hari adalah 88,7%.
Berikut ini disajikan perhitungan biaya biaya operasional untuk setiap jenis kamar pada periode Agustus 2007, dengan bantuan tabel 5.7 hingga 5.9 Tabel 5.12. Perhitungan Payroll & Related Expenses, September 2007 Jenis Kamar Jumlah Kamar Pendapatan (Revenue) (%) (6)= 5/ 2 1.771 942 51 1 Nilai Jual Relatif (Rp) 671.853.000 402.646.612 28.117.438 1.115.702 Alokasi Biaya Bersama (Rp) (1) 60,87% 36,48% 2,55% 0,10% Biaya per Kamar / hari (2) 31.003.851 18.580.843 1.297.529 51.477 - Total (3) 17.506 19.725 25.442 51.477 2.765 (4) =
Terhuni (Rp) 3/ TR (5)= 4xTBB 1.Superior Room 2. Deluxe Room 3. Executive Club 4. Suite Room
5. Presidential Suite 1.103.732.752 100,00% 50.933.700 Sumber data: Data diolah Keterangan: 61
Jumlah Kamar
Pendapatan Nilai Jual (Revenue) (%) Relatif (Rp) 671.853.000 402.646.612 28.117.438 1.115.702 -
Biaya per Kamar / hari (2) (3) 2.320 2.614 3.372 6.822 2.765 1.103.732.752 (4) = 3/ TR
(Rp) (6)= 5/ 2
1.Superior Room 2. Deluxe Room 3. Executive Club 4. Suite Room 5. Presidential Suite 100,00% 6.750.000
1.771 942 51 1
Sumber data: Data diolah Keterangan: TR = Total Revenue; dan TBB = Total Biaya Bersama
Tabel 5.14. Perhitungan Other Operating Expenses, September 2007 Jenis Kamar Terhuni (5)= 4xTBB Jumlah Kamar (Rp) (6)= 5/ 2 Pendapatan Nilai Jual (Revenue) (%) Relatif (Rp) 671.853.000 402.646.612 28.117.438 1.115.702 Alokasi Biaya Bersama (Rp) (1) Biaya per Kamar / hari (2) (3) 21.111 23.786 30.680 62.076 (4) = 3/ TR
1.771 942 51 1
0,00%
- Total
2.765 1.103.732.752
Berdasarkan hasil perhitungan biaya setiap jenis kamar dengan metode nilai jual relatif pada tabel 5.10 hingga 5.12, maka biaya operasional setiap jenis kamar dapat dialokasikan, sehingga dapat pula disusun laporan laba rugi departemental masing-masing kamar untuk periode bulan September 2007. Dengan cara yang sama dengan periode sebelumnya, secara keseluruhan hasil perhitungan terangkum dalam pada tabel berikut ini. 62
Tabel 5.15. Laporan Laba Rugi Departemental Per Jenis Kamar, Septem. 2007
Statistik:
URAIAN
JENIS KAMAR Superior Deluxe Executive Suite 2.700 Pres. Suit 1.620 TOTAL 960 270
1.771
51 0,4%
% Room Occupancy 65,6% 0,0% 49,6% Laba Rugi Departemental : (Rp) (Rp) (Rp) Revenue 402.646.612 28.117.438 1.115.500 Operating Expenses 1. Payroll & Related Expenses 50.933.700 2. Provision for Oprtg Equipment 6.750.000 3. Other Oprtg Expenses 61.421.000 Total Operating Expenses 119.104.700 Departemental Income 984.627.850 Konstribusi Terhadap Dep. Income 100,00% Sumber: data: Data diolah
(Rp) 671.853.000
(Rp)
43.449.932
25.083.262 2,55%
0,10%
Berdasarkan hasil perhitungan yang dirangkum pada tabel 5.13, periode September 2007 ini jenis kamar Superior memberikan konstribusi laba departemental terbesar sebagaimana periode sebelumnya, yakni 60,87%. Disusul jenis kamar Deluxe sebesar 36,48%, dan sisanya kurang dari 3% berasal dari kelas Executive Club dan Suite dan tidak ada dari President Suite.
Tabel 5.16. Revenue, Operating Expenses dan Departemental Income rata-rata per kamar per day, September 2007 URAIAN JENIS KAMAR (Rp) Suite (Rp) Revenue 1.115.702 % Superior (Rp) P Suite (Rp) 379.364 100% 427.438 551.322 Deluxe (Rp) Executive
Operating Expenses 1. Payroll & Related Expenses 51.477 4,6% 2. Provision for Oprtg Equipment 6.822 0,6% 17.506 2.320 19.725 2.614 25.442 3.372
3. Other Oprtg Expenses 21.111 23.786 30.680 62.076 5,6% Total Operating Expenses 40.937 46.125 59.494 120.375 10,8% Departemental Income per room 338.426 381.313 491.829 995.328 89,2% Sumber: data: Data diolah 63
Adapun pendapatan, biaya operasional dan laba departemental per- kamar/hari untuk setiap jenis kamar pada periode bulan September 2007 disajikan pada tabel 5.16 tersebut di atas. Berdasarkan tabel 5.16. nampak bahwa penerimaan per kamar/hari juga di bawah tarif dasar sebagaimana pada periode sebelumnya dengan penjelasan yang sama. Adapun perbandingan antara operational expenses dan departemental income untuk setiap kamar/hari 10,8% dan 89,2%.
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis sebelumnya, bahwa dalam tiga periode (bulan), Juli hingga September 2007, konstribusi laba departemental untuk departemen kamar berasal dari 5 (lima) jenis kamar, yaitu Superior Room, Deluxe Room, Executive Club Room, Suite Room dan Presidential Suit Room. Besar konstribusi masing-masing jenis kamar dan statistik hunian hotel dapat diringkas pada tabel berikut:
Tabel 5.17. Persentase Konstribusi Per Jenis Kamar Terhadap Laba Depar- temen dan Tingkat Hunian (% Occupancy), Juli Agustus 2007
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
RATA-RATA JENIS KAMAR Konstrib. % Occup. Konstrib. % Occup. Konstrib. % Occup. Konstrib. % Occup. 54,65% 38,89% 5,96% 0,34% 51,51% 55,32% 10,58% 1,08% 3,23% 63,45% 33,46% 2,99% 0,10% 0,00% 68,28% 51,91% 6,15% 0,36% 0,00% 60,87% 36,48% 2,55% 0,10% 0,00% 65,59% 58,15% 5,31% 0,37% 0,00% 59,66% 36,28% 3,83% 0,18% 0,05% 47,20%
1. Superior Room 61,79% 2. Deluxe Room 55,13% 3. Executive Club 7,35% 4. Suite Room 0,60%
42,87% 100,00%
49,18%
100,00%
49,55% 100,00%
Pada tabel 5.17 nampak perbandingan prosentase konstribusi masing jenis kamar terhadap laba departemen kamar, yang mana dalam tiga periode operasi bulanan, kamar Superior selalu memberikan konstribusi terbesar dengan rata-rata per bulan 59,68%. Terbesar kedua adalah jenis kamar Deluxe dengan rata-rata 36%,15%., disusul Executive Club sebesar 5,31%, dan sisanya di bawah 1% terdistribusi pada kamar Suite dan Presidential Suite. Perbedaan tersebut disebabkan jumlah tamu yang memilih jenis kamar superior memang lebih besar, sekalipun jenis kamar
lainnya masih tersedia sebagaimana terlihat dari aspek tingkat hunian (rate of accounpation), setiap bulan jenis kamar Superior juga merupakan yang terbesar, dengan rata-rata selama periode Juli hingga Agustus 2007 sebesar 61,79%, disusul kamar Deluxe sebesar 55,13%, Executive Club sebesar 7,350%, Suite sebesar 0,60% dan Presidential Suite sebesar 1,08%, dan secara keseluruhan tingkat hunian masih berada di bawah 50%. Berdasarkan prosentase kamar terhuni tersebut di atas, maka jelaslah bahwa kapasitas hotel masih tersedia cukup besar yang belum terjual. Dengan potensi pendapatan dari penjualan kamar masih 100% lagi, maka kreatifitas pemasaran hotel harus terus dipacu untuk menarik tamu lebih banyak untuk semua jenis kamar, terutama jenis Executive Club rooms dan kamar kamar di kelas atasnya yang masih sangat rendah. Berdasarkan tingkat hunian juga dapat disimpulkan bahwa peran tarif dalam pengambilan keputusan konsumen (tamu) hotel dalam memilih kamar juga berpengaruh sebagaimana dipilihnya kamar Superior sebagai kamar 65
yang paling rendah tarifnya, walaupun perbedaannya dengan kamar Deluxe hanya sekitar 10% dan belum sepenuhnya terhuni (masih tersedia), mengingat tingkat hunian kamar Deluxe ratarata per bulan baru 55,13% dan jenis kamar lain jauh lebih rendah lagi. Sementara perbedaan tarif antara Superior dengan Executive Club cukup tinggi ditinjau dari tarif dasar, yakni 5 berbanding 7, sehingga atas perbedaan ini perlu ditonjolkan kelebihan- kelebihan fasilitas dan layanan yang akan diberikan untuk tamu kamar Executive Club, sehingga perbedaan tarif yang signifikan tersebut memang wajar adanya dan para tamunya akan memperoleh dan merasakan fasilitas dan layanan yang lebih pula secara signifikan. Adapun perbandingan jumlah kamar terhuni, proporsi total biaya dan departemental income antar periode dapat diringkaskan pada tabel berikut: Tabel 5.18. Perbandingan proporsi jumlah kamar terhuni, tingkat hunian, Proporsi Operational Expenses dan Departemental Income, serta Total Departemental Income antar 3 periode
JULI
AGUSTUS 2.472
Tingkat hunian (% Occupation) % Operational Expenses % Departemental Income Income (Rp) 970.454.050 Sumber data: Data diolah
49,2% 11,3%
49,6% 10,8%
Berdasarkan perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa Departemental Income yang terbesar sangat ditentukan oleh jumlah kamar yang terhuni, yakni pada periode Agustus 2007. Jika tingkat hunian pada bulan Agustus sedikit lebih rendah dari bulan September, hal itu disebabkan jumlah hari pada bulan Agustus adalah 31 hari, sementara bulan September 66
hanya 30 hari, Sementara proporsi biaya sedikit lebih besar dibanding periode lain, namun hal tersebut bukan masalah, asalkan jumlah kamar yang terhuni juga meningkat. Masih ada pengurang dari kelompok biaya-biaya yang tidak didistribusikan ke departemen, tetapi akan muncul dalam laporan keuangan konsolidasi, yang meliputi: biaya administrasi dan umum (general and administration cost), biaya pemasaran (marketing cost), Proverty Operatotion, Maintenance, and Energy Cost atau dikenal dengan istilah POMEC yang oleh akuntan hotel disebut sebagai Departement Overhead, sebagaimana dalam teori. Total Departement Income ini jika dikurangi dengan Departement Overhead menghasilkan House Profit. Khusus pada Swiss Bell Hotel Borneo, House Profit dikurangi dengan dua fee, yakni Fee base Management dan Marketing Fee hingga menghasilkan Gross Operating Profit (GOP). Selanjutnya GOP dikurangi lagi dengan Insentive Managemen Fee hingga menghasilkan Net Operation Profit (Lihat Tabel 4.3) Selain yang nampak pada tabel 4.3., masih ada pengurang-pengurang lainnya (data tidak tersedia), yang merupakan biaya-biaya yang berada di luar kendali (uncontrollable cost) General Manager, seperti biaya biaya yang berkenaan dengan investasi (modal yang ditanam) seperti depresiasi gedung, amortisasi pre-operating cost, asuransi, bunga, dan Proverty Tax seperti PBB serta PPh perusahaan, sehingga akhirnya menghasilkan Owners Profit (Loss). Total biaya-biaya tersebut sangat besar, dan tidak semuanya sama setiap tahun, namun tidak terpengaruh dengan volume pendapatan hotel. Misalnya
67
yang cenderung meningkat, yaitu PBB karena kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dalam hal ini tanah, sehingga PBB juga meningkat. Sedangkan yang cenderung menurun adalah pembayaran bunga (investasi), karena biasanya investasi yang besar dan jangka panjang menggunakan sliding rate, sehingga semakin lama pembayaran bunga semakin kecil, dengan asumsi pokok pinjaman terus dibayar sehingga berkurang. Karena itu, peningkatan volume pendapatan dengan memanfaatkan kapasitas hotel yang terpasang sangat penting agar owners profit juga meningkat. Dengan demikian, besarnya konstribusi laba departemen, yakni rata-rata hampir mencapai 90% belum mencerminkan laba perusahaan, mengingat biaya overhead departemen dan biaya tetap lainnya sangat besar sebagaimana tabel 4.5 (halaman 51). Jadi peningkatan tingkat hunian sangat penting, agar laba perusahaan dapat ditingkatkan, sekalipun biaya langsung akan meningkat pula. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, terbukti bahwa kamar Superior memberikan konstribusi laba departemental pada Departemen Kamar Swiss Bell Hotel Borneo Samarinda, maka hipotesis yang dikemukakan: Diduga,di antara jenis/kelas kamar yang ditawarkan oleh Borneo International Hotel, yakni: Superior; Deluxe; Executive Club; Suite dan President Suite, yang memberikan konstribusi laba departemen terbesar adalah Superior rooms, diterima.
BAB VI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Konstribusi jenis kamar terhadap laba departemen kamar pada Swiss Bell
Hotel Borneo Samarinda dalam tiga periode: Juli, Agustus dan September
2007 didominasi oleh dua jenis kamar, yakni Superior dan Deluxe. Rata- rata konstribusi setiap periodenya adalah: Superior sebesar 59,36%, Deluxe 36,28%, Executive Club sebesar 7,35%, dan sisanya 1,68% bersumber dari Suite dan Presidential Suite roms. Karena konstribusi jenis kamar terhadap laba departemental yang terbesar adalah jenis Superior room, maka sehingga hipotesis yang dikemukakan: Diduga,di antara jenis/kelas kamar yang ditawarkan oleh Borneo International Hotel, yakni: Superior; Deluxe; Executive Club; Suite dan President Suite, yang memberikan konstribusi laba departemen terbesar adalah Superior rooms, diterima. 2. Pendapatan departeman kamar sangat dipengaruhi tingkat hunian (rate of accupation), mengingat proporsi operational expenses sangat rendah. Diluar biaya tersebut, masih banyak biayabiaya yang tidak didistribusikan undistributed expenses) hingga menyisakan owners profit. Sebagian besar biaya-biaya tersebut bersifat tetap. 69
3. Biaya departemen kamar (room departemen expenses) yang pada dasarnya merupakan biaya langsung operasional kamar tersebut rata-rata sekitar 11%, sehingga menghasilkan konstribusi laba departemen rata-rata hampir mencapai 90%. 4. Tingkat hunian yang terbesar juga didominasi oleh jenis kamar Superior (61,79%) dan Deluxe (55,13%). Tingkat hunian hotel secara keseluruhan masih tergolong rendah, yakni rata-rata berada di bawah 50% (tepatnya 47,20%), terutama kelas kamar Executive Club yang hanya 7,35%, dan
B. Saran Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, beberapa kesimpulan dapat disampaikan sebagai berikut: 1. Mengingat jenis kamar yang diminati tamu didominasi oleh kamar Superior dan Deluxe, meskipun selisih tarifnya hanya sekitar 10% dan keduanya belum terhuni sepenuhnya, maka ini menunjukkan bahwa perbedaan layanan dan fasilitas antar segmen sangat penting ditonjolkan karena berperan dalam pengambilan keputusan konsumen. 2. Pentingnya program pemasaran yang lebih intensif dan kreatif untuk menarik tamu-tamu, mengingat kapasitas akomodasi masih banyak, dan peningkatan volume jumlah atau tingkat hunian berpengatuh besar pada peningkatan owners profit (loss), mengingat ada banyak unsur biaya-
69 70
biaya yang tidak dipengaruhi oleh volume pendapatan yang berasal dari tingkat hunian tersebut. 3. Mengingat besarnya biaya overhead departemen dan biaya tetap lainnya, di sisi lain, maka optimalisasi kapasitas menjadi sangat penting agar dapat menutup biaya-biaya tidak langsung, bahkan menghasilkan laba bersih. 4. Pentingnya secara khusus menarik tamu di luar kelas Superior dan Deluxe, tanpa mengurangi usaha meningkatkan tingkat hunian secara keseluruhan, mengingat tingkat hunian pada kelas kamar tersebut masih sangat rendah.
70
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed Riahi Belkaoui, 2001. Teori Akuntansi, Buku 1, Edisi Keempat, Alih Bahasa: Marwata ddk, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Educational Institute of the American Hotel & Motel Association, 1996. Uniform System of Accounts for The Lodging Industry, Ninth Revided Edition, Hotel Association of New York City, Inc.
Hansen and Mowen, 2003. Management Accounting, 6th Edition, South-Western (Thomson Learning), Ohio, United State
Herdi S. Darmo Soewirjo, 2003. Teori & Praktek Akuntansi Perhotelan, Pernerbit Andi, Yogyakarta
IBM Wiyasha, 2007. Akuntansi Manajemen untuk Hotel dan Restoran, Pernerbit Andi, Yogyakarta
Larson, Kermit D.; Wild, John J. and Chiappetta, Barbara, 2005. Fundamental Accounting Principles, 17th Edition, McGraw-Hill - Irwin, International Edition.
Lily M. Sadeli, 2000, Dasar-Dasar Akuntansi, Cetakan I, Edisi 1, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Marihot P. Siahaan, 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Supriyono. 1999. Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, Buku I, Edisi Kedua, BPFE - UGM, Yogyakarta
Umar, Husein,. 2003. Riset Akuntansi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Zaki Baridwan, 2000. Intermediate Accounting, Edisi 7, Cetakan 7, BPFE UGM, Yogyakarta.
HANYC (The Hotel Association of New York City), 1996. Uniform System of Accounts for the Lodging Industry, Nienth Revised Edition, The Educational Institute of the Amerrican Hotel & Motel Association, Michigan USA.