Kelompok SGD 6 Thayakintha Pertiwi Octavia Deva Putri Belia Gede Adi Ramananda Kadek Dwi Pradnya Iswari Ni Kadek Kusuma Dewi Ni Luh Putu Devi Kusumayanti Ni Wayan Yuliantari Ni Made Risma Widyastuti Putu Inge Ruth Suantika Luh Putu Meylan Marta Putri I Made Ary Hardana Yasa (1002105019) (1002105024) (1002105032) (1002105040) (1002105048) (1002105053) (1002105059) (1002105067) (1002105072) (1002105082) (1002105086)
Pokok bahasan
Sub pokok bahasan : Head Injury (Cedera Kepala) Sasaran Hari/tanggal Waktu : 20 menit Tempat Penyuluh : Balai Br. Pemecutan, Denpasar Barat : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNUD : Orang Dewasa : Selasa, 12 Desember 2011
A. LATAR BELAKANG Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi (sylvia anderson Price, 1985). Menurut Brain Injury Assosiation of America cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Cedera kepala bisa dikelompokkan sebagai cedera kepala tertutup atau terbuka (penetrasi, luka tembus). Pada cedera kepala tertutup, kepala menerima suatu dorongan tumpul karena membentur suatu benda. Pada cedera kepala terbuka, suatu benda berkecepatan tinggi menembus tulang tengkorak dan masuk ke dalam otak.
Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus yang sangat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Cedera kepala yang sering terjadi pada orang dewasa karena kecelakaan lalu lintas. Terjatuh dari sepeda motor, tabrakan, kepala terbentur bagian dari mobil karena mobil yang dinaiki menabarak atau terjungkal dan lain sebagainya. Karena seringnya terjadi trauma kepala pada orang yang mengendarai sepeda motor ketika
kecelakaan, maka akhirnya diwajibkan siapa saja yang mengendarai sepeda untuk menggunakan helm sebagai pelindung kepala. Namun masih banyak yang menggunakan helm hanya sekedar sebagai syarat untuk mentaati peraturan lalu lintas yaitu dengan memakai helm yang kurang memenuhi syarat maupun tali helm yang tidak terikat ketika dipakai sehingga ketika terjadi kecelakaan lalu lintas masih terjadi cedera kepala yang berat.
Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan (CKR), 10% termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah cedera kepala berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok usia produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi . -Dari data epidemiologi di Indonesia belum ada, tetapi dari data salah satu rumah sakit di Jakarta, RS Cipto Mangunkusumo, untuk penderita rawat inap, terdapat 60%-70% dengan CKR, 15%-20% CKS, dan sekitar 10% dengan CKB. Angka kematian tertinggi sekitar 35%-50% akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan untuk CKR tidak ada yang meninggal. Melihat dari epidemiologi di atas, maka kami mengadakan penyuluhan kepada orang dewasa yang ada di Br. Pemecutan, Denpasar Barat tentang cedera kepala (head injury), dengan harapan setelah diberikan penyuluhan, mereka dapat menyadari pentingnya menjaga kesehatan terutama untuk menurunkan angka kejadian kecelakaan lalu lintas, untuk menekan terjadinya insiden cedera kepala.
B. TUJUAN
1) Tujuan Instruksional Umum :
Setelah dilakukan penyuluhan, para warga dapat memahami pentingnya menjaga kesehatan terutama untuk menurunkan angka kejadian kecelakaan lalu lintas, untuk menekan terjadinya insiden cedera kepala.
2) Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x20 menit, diharapkan peserta mampu :
Mengulang kembali pengertian dari cedera kepala. Menyebutkan 2 dari 3 klasifikasi cedera kepala. Menyebutkan 3 dari beberapa tanda dan gejala yang muncul pada orang yang
C. KEPANITIAAN Ketua Sekretaris Bendahara SeksiAcara : Gede Adi Ramananda : Ni Luh Putu Devi Kusumayanti : Thayakintha Pertiwi : Putu Inge Ruth Suantika Ni Made Risma Widyastuti Seksi Humas Seksi Dokumentasi Seksi Evaluasi Seksi Perlengkapan Seksi Konsumsi : Octavia Deva Putri Belia : I Made Ary Hardana Yasa : Ni Wayan Yuliantari : Kadek Dwi Pradnya Iswari : Luh Putu Meylan Marta Putri
Seksi Rohani
No 1
Kegiatan Pendahuluan
Waktu 4 menit
-
Kegiatan Peserta
-
Membalas salam
Kerja
12 menit
Penyampaian beryodium
garis
Menjawab pertanyaan
Evaluasi
-
Penutup
4 menit
Setting Tempat
Keterangan :
Petugas-petugas acara : Moderator Notulen Penyaji : Putu Inge Ruth Suantika : Ni Luh Putu Devi Kusumayanti : Gede Adi Ramananda I Made Ary Hardana Yasa Observer : Thayakintha Pertiwi Kadek Dwi Pradnya Iswari
Fasilitator
Luh Putu Meylan Marta Putri Ni Kadek Kusuma Dewi Ni Wayan Yuliantari Octavia Deva Putri Belia Pengorganisasian : Pemateri Moderator Notulis Fasilitator Observer : menyajikan materi : mengatur jalannya diskusi : mencatat hasil diskusi : mendampingi peserta penyuluhan :mengobservasi jalannya penyuluhan tentang ketepatan waktu, ketepatan masing-masing peran. E. METODE : Ceramah dan tanya jawab. F. MEDIA : Powerpoint, flip chart dan Leaflet G. RENCANA EVALUASI KEGIATAN : 1. Evaluasi Struktur : rencana kegiatan dipersiapkan 1 minggu sebelum kegiatan dan informasi kepengurus 2 hari sebelum kegiatan. 2. Evaluasi Proses : Peserta yang hadir 90%
Tempat : Balai Br. Pemecutan, Denpasar Barat Peserta yang aktif bertanya 80%
3. Evaluasi Hasil :
Mengulang kembali pengertian dari cedera kepala. Menyebutkan 2 dari 3 klasifikasi cedera kepala. Menyebutkan 3 dari beberapa tanda dan gejala yang muncul pada orang yang
mengalami cedera kepala. Menyebutkan 3 dari penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan
H.
DAFTAR PUSTAKA
1. Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi ed.3. Jakarta : EGC. 2. American College of Surgeon Committe on Trauma. Cedera kepala. Dalam: Advanced Trauma Life Support for Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia, penerjemah. Edisi 7. Komisi trauma IKABI, 2004; 168-193. 3. Brain Injury Association of America. Types of Brain Injury. 2006 [4 September 2007]. Diunduh dari: http://www.biausa.org/pages/type_of_brain_injury_ .htm 4. Olson DA. Head Injury. 2 Oktober 2006 [20 September 2007]; Topic 153: [11 screens]. Diunduh dari: http://www.emedicine.com/neuro/topic153.htm 5. Valadka BA, Narayan RK. Emergency Room Management of the Head Injuried Patient. Dalam: Textbook of Neurotrauma. Mc. GrawHill.119-134.
LAMPIRAN MATERI
A. PENGERTIAN Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi (sylvia anderson Price, 1985).
Menurut Brain Injury Assosiation of America cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Menurut David A Olson dalam artikelnya cedera kepala didefenisikan sebagai beberapa perubahan pada mental dan fungsi fisik yang disebabkan oleh suatu benturan keras pada kepala
B. KLASIFIKASI
Cedera kepala diklasifikasikan dalam berbagai aspek. Secara praktis dikenal 3 deskripsi klasifikasi yaitu berdasarkan mekanisme, morfologi, dan berdasarkan nilai dari GCS. a. Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dibagi atas; Cedera kepala tumpul; biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu
lintas, jatuh atau pukulan benda tumpul. Pada cedera tumpul terjadi akselerasi dan deselerasi yang cepat menyebabkan otak bergerak di dalam rongga cranial dan melakukan kontak pada protuberans tulang tengkorak.
b. Berdasarkan morfologinya cedera kepala dikelompokkan menjadi; Fraktur tengkorak; Fraktur tengkorak dapat terjadi pada atap dan dasar tengkorak. Fraktur dapat berupa garis/ linear, mutlipel dan menyebar dari satu titik (stelata) dan membentuk fragmen-fragmen tulang (kominutif). Fraktur tengkorak dapat berupa fraktur tertutup yang secara normal tidak memerlukan perlakuan spesifik dan fraktur tertutup yang memerlukan perlakuan untuk memperbaiki tulang tengkorak.
Lesi intrakranial; dapat berbentuk lesi fokal (perdarahan epidural, perdarahan
subdural, kontusio, dan peradarahan intraserebral), lesi difus dan terjadi secara bersamaan (3,17). c. Berdasarkan nilai dari GCS
Penilaian ini dilakukan terhadap respon motorik (1-6), respon verbal (1-5) dan buka mata (1-4), dengan interval GCS 3-15. Berdasarkan beratnya cedera kepala dikelompokkam menjadi : Nilai GCS sama atau kurang dari 8 didefenisikan sebagai cedera kepala
berat.
Cedera kepala sedang memiliki nilai GCS 9-13 dan, Cedera kepala ringan dengan nilai GCS 14-15.
Tanda-tanda dan gejala cedera kepala bisa terjadi segera atau timbul secara bertahap selama beberapa jam. Cedera kepala ringan bisa menyebabkan muntah, pucat, sedangkan pada cedera kepala berat dapat menyebabkan penurunan kesadaran, perdarahan, laju pernafasan menjadi lambat, linglung, kejang, memar di wajah atau patah tulang wajah, keluar cairan dari hidung, mulut atau telinga (baik cairan jernih maupun berwarna kemerahan), sakit kepala (hebat), perubahan perilaku/kepribadian, dll. D. PENATALAKSANAAN Pada penderita dengan cedera kepala ringan, dapat diatasi dengan cara memberikan es atau handuk dingin pada daerah yang mengalami trauma untuk membantu mengurangi bengkak. Jika terdapat luka, tutup dengan perban bersih dan tekan selama 5 menit. Luka robek di kepala sering berdarah banyak. Jika terjadi cedera kepala berat, maka segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan untuk mencegah timbulnya komplikasi klinis lainnya.
E. PENCEGAHAN Untuk mencegah terjadinya cedera kepala, sangat dibutuhkan kesadaran dari diri sendiri untuk menjaga kesehatan terutama keselamatan kita dalam melakukan suatu aktivitas. Selain itu perlu diperhatikan keselamatan kita saat di jalan raya, karena dari
epidemiologi di atas, kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara : a.Menurunkan kecepatan saat berkendaraan. b. mobil. c.Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda. d. mabuk. e.Mencegah jatuh f. Menggunakan alat-alat pelindung dan tehnik latihan. Program pendidikan langsung untuk mencegah berkendaraan sambil Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu saat mengemudi