Anda di halaman 1dari 12

1

PROPOSAL SKRIPSI Nama NIM : Fajar Samara : 01006183 (Hukum Pencegahan Dan Penanggulangan Kejahatan) Judul Sementara : Analisis Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dilakukan Dengan JKT. PST.) A. Latar Belakang Indonesia sejatinya adalah negara hukum yang setiap warganya dilindungi serta menjunjung tinggi hukum tersebut. Warga negara Indonesia berhak atas rasa aman dalam hidup. Apa yang dimaksudkan dengan hukum itu sendiri, hukum adalah himpunan peraturanperaturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakatdan oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu1, namun kejahatan-kejahatan masih banyak terjadi di Indonesia ini,apalagi di kota-kota besar seperti Jakarta. Warga di jakarta sering diresahkan oleh tindakan-tindakan kriminal yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Timbul pertanyaan mengapa di kota-kota besar selalu identik dengan kriminalitas.Kriminalitas itu adalah suatu hasil interaksi karena adanya interelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhi. Bersama-Sama (Studi Kasus Putusan NOMOR : 950 / PID. B / 2009 / PN.

Program Kekhususan : IV

C.S.T.Kansil,Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,(Jakarta,Balai Pustaka,2002),hal.38

Demikian juga perkembangan kriminalitas yang terjadi di daerah perkotaan.2 Warga negara juga mempunya Hak Asasi Manusia,dan tidak ada satupun manusia yang boleh merebut hak seseorang tersebut. Belakangan ini sering sekali dijumpai kejahatan yang merebut hak seseorang termasuk hak atas benda yang dimilikinya. Perampokan, pencurian, pemerasan dan sebagainya sudah menjadi hal yang sangat sering dijumpai di kota besar seperti Jakarta, bahkan tidak jarang yang disertai dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Jelas sekali bahwa hal tersebut sangat melanggar Hak asasi Manusia yang menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia merupakan setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir batin. Tindak pidana berupa pencurian dengan kekerasan sering sekali 1 terjadi salah satunya mungkin disebabkan oleh hukuman yang dikenakan kepada para pelaku tersebut terlalu ringan. Seperti kasus yang akan dibahas pada skripsi ini, pengenaan hukuman dalam Pasal yang berkaitan yaitu Pasal 365 ayat (2) adalah maksimal dua belas tahun, namun pada kenyataannya hukuman yang dikenakan kepada terdakwa adalah hanya satu tahun delapan bulan.Pengenaan hukuman kepada terdakwa sangatlah ringan, jauh lebih ringan dibandingkan hukuman maksimal pada Pasal 365 ayat (2) yaitu dua belas tahun penjara. Faktor ringannya hukuman yang dikenakan kepada terdakwa dapat disinyalir sebagai penyebab maraknya tindakan ini. Hukuman yang ringan menyebabkan para pelaku tersebut tidak merasa takut untuk melakukan perbuatan tersebut bahkan tidak takut untuk melakukannya kembali walaupun sudah pernah dihukum sebelumnya.

Arif Gosita,Masalah Korban Kejahatan,(Jakarta;PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia),hal.3

Dalam beberapa bulan terakhir, khususnya di Ibukota Jakarta dan sekitarnya, banyak sekali kasus perampokan dan yang lebih mengerikan lagi kawanan perampok bekerjasama dengan sang sopir taksi bahka tidak hanya bekerja sama dengan sang sopir, para penjahat pun menyamar sebagai sopir dari taksi tersebut, sehingga masyarakat tidak bisa membedakan taksi yang digunakan perampok, dan taksi yang sebenarnya. Korbannya sebagian besar adalah wanita, dan terjadi di malam hari.3 Bagi kaum wanita, memang harus berhati hati dan jeli saat akan menggunakan taksi, apalagi bagi yang setiap hari menggunakan jasa angkutan ini. Karena wanita biasanya adalah menjadi sasaran dalam tindak pidana pemerasan. Sejumlah kasus perampokan penumpang taksi yang terjadi di ibukota Jakarta, terungkap bahwa kawanan perampok jalanan tersebut biasanya mulai beraksi pada sore hingga malam hari. Para pelaku tindak pidana tersebut mencari sasaran para karyawati di lokasi lokasi yang strategis, seperti di Jalan Sudirman, Thamrin, Jalan Gatot Subroto, atau Jalan S.Parman, saat jam pulang kerja,namun tidak menutup kemungkinan di lokasi-lokasi lain dan yang lebih mengerikan, modus yang digunakan oleh para perampok selalu bekerjasama dengan sang sopir. Wajarnya pelaku setelah itu menunggu di depan pusat perkantoran, atau pusat perbelanjaan. Setelah mendapatkan mangsa, sopir berusaha membawa taksinya menempuh jalur yang memungkinkan untuk beraksi.4 Jalan di daerah yang sepi menjadi tempat yang tepat untuk melakukan tindak pidana tersebut, sopir menghentikan mobilnya, dengan berbagai alasan untuk meyakinkan penumpangnya tersebut, seperti memeriksa ban yang kempes. Lampu merah di Kota Jakarta juga merupakan tempat yang sangat tepat untuk menjalankan aksinya tersebut karna pada saat lampu pengatur lalu lintas berwarna merah
3

http://www.indosiar.com/ragam/69259/taxi-perampok http://www.indosiar.com/ragam/69259/taxi-perampok

maka semua kendaraan pada area lampu merah itu berhenti.Saat itulah kawanan perampok yang membuntuti dengan kendaraan lain mendekat dan langsung masuk ke dalam taksi dan menjalankan serangkaian aksinya. Dapat dibayangkan betapa terkejutnya para korban ketika mereka tahu bahwa mereka sedang didalam situasi yang sangat tidak enak. Kejahatan yang terjadi di dalam taksi di wilayah Jabotabek menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan catatan Pusat Data & Analisa TEMPO (PDAT), dalam kurun waktu tiga tahun terakhir setidaknya terdapat 28 kasus kejahatan di dalam taksi. Beberapa di antaranya diduga sopir taksi bekerja sama dengan perampok, bahkan ada sopir taksi diduga sebagai pelaku, ada pula sopir taksi sebagai korban perampokan.5 Para kawanan perampok biasanya memaksa korbannya menyerahkan harta bendanya, seperti perhiasan, uang, laptop atau telpon genggam.Setelah itu, mereka juga meminta kartu atm, atau kartu kredit. Dibawah ancaman senjata tajam, atau ancaman akan diperkosa, tentu saja korban dibuat tidak berdaya untuk mempertahankan barang yang diminta paksa oleh para pelaku tersebut.Meski demikian, ada sejumlah korban berusaha memberontak dan melawan hingga terluka dan dalam beberapa kasus para pelaku pun tidak segan-segan untuk melukai terlebih dahulu korbannya agar memberikan rasa takut yang sedemikian hebat sehingga korban tidak ragu untuk memberikan barang kepunyaannya. Pemerasan memberikan efek kepada pemilik barang untuk menyerahkan barang tersebut walaupun berlawanan dengan kehendak hatinya sendiri. Pelaku perampokan kemudian meminta nomer pin kartu ATM. Setelah mendapatklan pin, para perampok memberikan kepada rekannya untuk segera mengambil uang di ATM atau korban mengambil uang dalam mesin atm itu sendiri tentunya dengan kawalan
5

http://www.pdat.co.id/hg/political_pdat/2005/09/13/pol,20050913-01,id.html

sang pelaku. Sambil menunggu proses pengambilan uang, korban di bawa keliling kota.Bahkan tidak jarang, para perampok meminta korban untuk menghubungi teman atau saudaranya, untuk mentransfer uang ke ATMnya sehingga di sesuatu tempat yang sepi, walaupun sudah menyerahkan barang-barangnya. Salah seorang korban, mengaku hingga kini masih taruma dengan kejadian yang menimpanya. Maraknya kasus perampokan penumpang, membuat pengguna taksi menjadi takut. Selama tahun 2008 tindak kejahatan perampokan di dalam taksi yang berada di wilayah hukum Polda Metro Jaya mencapai 12 kasus6. Kenyamanan yang diharapkan bisa didapatkan dalam taksipun perlu dipertanyakan lagi. Untuk menekan tindak kejahatan tersebut,selain penerapan hukum yang benar dan tepat untuk para pelakunya juga harus disertai oleh kesadaran masyarakat dalam mengetahui dan mensinyalir praktek-praktek kejahatan ini. Perlu adanya hukuman yang berat dikenakan kepada para pelaku tindak pidana pemerasan ini agar menimbulkan efek jera pada pelaku apalagi jika disertai dengan kekerasan yang dapat menimbulkan gangguan fisik atau mental bagi korban. Seharusnya tidak adalagi hukuman yang ringan kepada pelaku tindak pidana ini. Selain menimbulkan luka fisik pada korban juga menimbulkan rasa trauma yang luar biasa kepada korban.Maka dari itu diharapkan penulisan skripsi ini dapat membantu dan atau setidaknya memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang hal-hal yang menyangkut tindak pidana pemerasan didalam angkutan umum khususnya taksi. Banyaknya tindak pidana ini seharusnya menjadikan pelajaran kepada para penegak hukum untuk memaksimalkan hukuman kepada seluruh tindak pidana khususnya dalam skripsi ini adalah pecurian dengan kekerasan.

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=221751

Berdasarkan kasus-kasus diatas maka diharapkan dengan kajian ini dapat menekan terjadinya tindak kejahatan dalam kendaraan angkutan umum khususnya taksi dan perlu juga dikaji kembali mengapa kriminalitas berupa pemerasan sering terjadi atau setidaknya memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum tentang tindak pidan yang sering terjadi dalam kendaraan umum. Adapun tujuan lain dari penulisan ini agar memberikan sedikit masukan kepada pihak penegak hukum tentang penjatuhan hukuman kepada pelaku tindak pidana.Maka dikemukakan judul penelitian sebagai berikut: Analisis Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dilakukan Dengan Bersama - sama (Studi Putusan NOMOR:950/PID.B/2009/PN.JKT.PST.) B. Pokok Permasalahan Dalam penelitian ini akan dikemukakan perumusan sebagai berikut: 1. Apakah putusan Hakim dalam menjatuhkan hukuman kepada para pelaku Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dilakukan Dengan Bersama-sama telah sesuai dengan unsur - unsur yang terdapat pada pasal 365 ayat (2) ke - 2 ? 2. Apakah putusan hakim dalam menjatuhkan hukuman kepada para pelaku Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dilakukan Dengan Bersama-sama telah memenuhi tujuan dari pemidanaan ? 3. Bagaimanakah bentuk-bentuk penyertaan bagi para pelaku Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dilakukan Dengan Bersamasama (Studi Putusan NOMOR : 950/PID.B/2009/PN.JKT.PST). C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, maka dikemukakan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: masalahan

1. Untuk

memberikan gambaran mengenai

pengaturan hukum

mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dilakukan Dengan Bersama-sama. 2. Untuk memberikan gambaran mengenai penjatuhan sangsi kepada para terdakwa dikaitkan dengan tujuan dari pemidanaan. 3. Untuk memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk penyertaan bagi para pelaku Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dilakukan Dengan Bersama-sama.

D. Metode Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian tentang Analisis Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Ancaman Kekerasan Dilakukan hukum Dengan yuridis Bersama-sama (Studi Putusan NOMOR : 950/ PID.B/ 2009/ PN.JKT.PST.) merupakan suatu penelitian normative.Sebagai suatu penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang didasarkan pada meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematika hukum, singkronisasi hukum, sejarah hukum dan perbandingan hukum7. Sebagai suatu penelitian yuridis normative, maka penelitian ini berbasis pada analisis norma hukum, baik hukum dalam arti law as it is written in the books (dalam peraturan perundang-undangan) maupun hukum dalam arti law as in actions.8 Adapun sifat dari penelitian ini yaitu deskriptif analitis dengan gambaran gejala-gejala khusus yang ada lalu dianalisis untuk menarik suatu kesimpulan, dalam hal ini gejala-gejala yang
Soerjono Soekanto, Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: UII Press, 1994) hal.13 8 Soejipto Raharjo, Hukum dan Masyarakat, (Bandung: Angkasa, 1986), hal.71
7

berhubungan dengan pencurian dengan ancaman kekerasan dilakukan dengan bersama-sama.


2. Data dan Sumber Data

Berdasarkan jenis dan bentuknya, data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, baik melalui bahan hukum primer (peraturan perundang-undangan), bahan hukum sekunder (literature, hasil penelitian) ataupun bahan hukum tersier. Dalam penelitian, dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka9. Berdasarkan tipe penelitian, penulis menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka dengan cara meneliti dan membaca buku-buku terkait dengan masalah penulisan serta mempelajari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan masalah tersebut.10 Data sekunder juga merupakan data yang diperoleh dari sumber yang sudah dikumpulkan oleh pihak lain baik melalui bahan hukum primer (peraturan perundang-undangan), bahan hukum sekunder (literature, hasil penelitian) dan bahan hukum tersier (kamus hukum). Dalam penelitian hukum ini semua peraturan yang digunakan adalah peraturan yang terkait dengan pencurian yang disertai dengan kekerasan yang dilakukan dengan bersama-sama yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 365 dan Pasal 368. 3. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan
9

dilakukan

melalui

beberapa

tempat,

seperti

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2007), hal.11. 10 ibid, hal.51.

Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti, maupun mengakses data melalui jaringan internet.
4.

Analisis Data Data hasil penelitian ini dianalisis dengan cara kualitatif, artinya data kepustakaan dianalisis secara mendalam, holistic dan komprehensif. Penggunaan metode analisis secara kualitatif didasarkan pada pertimbangan, yaitu pertama data dianalisis beragam, memiliki sifat dasar yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, serta tidak mudah untuk di kuantitatifkan.11 Kedua, sifat dasar data yang dianalisis adalah menyeluruh (comprehensive) dan merupakan satu kesatuan bulat (holistic). Hal ini ditandai dengan keanekaragaman datanya serta memerlukan informasi yang mendalam (indepth information).

5. Cara Penarikan Kesimpulan Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika induktif, artinya metode menarik kesimpulan yang bersifat umum dari hasil penelitian yang bersifat khusus. Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis kasus pencurian yang disertai dengan kekerasan dilakukan dengan bersama-sama. E. Kerangka Konsepsional Dibawah ini, terdapat uraikan kerangka konsep yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan diatur dalam Pasal : 365 ayat (1) : Dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun dihukum pencurian yang didahului, disertai, atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang lain, dengan

11

Ibid, hal 54.

10

Ayat (2) Ke -1 :

Ke -2 Ke -3

: :

Ke-4 Ayat (3) Ayat (4)

: :

maksud untuk mempersiapkan atau memudahkan pencurian itu, atau si pencuri jika tertangkap basah, supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang turut serta melakukan kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang yang dicuri tetap tinggal di tangannya. Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun dijatukan : Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah kediaman atau di pekarangan tertutup di mana ada rumah kediaman, atau dijalan umum atau didalam kereta api atau trem yang sedang berjalan; jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu; jika yang telah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan jalan membongkar atau memanjat,atau dengan memakai anak kunci palsu,perintah palsu, atau pakaian jabatan palsu; Jika perbuatan itu mengakibatkan luka berat. Dijatuhkan hukuman selama amanya lima belas tahun jika perbuatan itu berakibat luka berat.

: Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat atau mati, dan lagi perbuatan itu dilakukan bersama sama oleh dua orang atau lebih, dan lagi pula disertai salah satu dari hal - hal yang disebutkan dalam nomor 1 dan nomor 2.

KUHP sangat jelas mengatur tentang pemerasan dengan ancaman kekerasan dan penyertaan dalam melakukan perbuatan pidana. Pemerasan jelas diatur dalam Pasal 368 (1) KUHP yang berisikan : Barangsiapa dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,untuk memebarikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain; atau supaya memberikan hutang maupun menghapuskan piutang, diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Pasal 368 ayat (2) :

11

Ketentuan Pasal 365 ayat kedua,ketiga dan keempat berlaku bagi kejahatan ini. Ketentuan mengenai penyertaan dalam perbuatan pidana juga diatur didalam KUHP, yakni terdapat pada pasal 55, 56 Yang masing masing pasal berisikan: Pasal 55 Ke-1 Ke-2 : (1) Dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu perbuatan pidana. : mereka yang melakukan, yang menyuruh lakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan; : mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja mengajukan orang, lain supaya melakukan perbuatan. : (2)Terhadap penganjur hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya. : Dipidana sebagai pembantu (medeplichtige) suatu kejahatan: : mereka yang dengan sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan. : mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan.

Pasal 55 Pasal 56 Ke-1 Ke-2

F. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian yang digunakan, kerangka teori, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PIDANA,

PENCURIAN DENGAN KEKERASAN ATAU ANCAMAN KEKERASAN, TUJUAN PEMIDANAAN, PEMERASAN

12

DAN PENYERTAAN DALAM MELAKUKAN PERBUATAN PIDANA. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana,tujuan pemidanaan, pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, pemerasan dan penyertaan dalam perbuatan pidana. BAB III : KASUS POSISI PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH SAMIN, EDI KUNAEDI, NURSIDIK DAN WANGUN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kasus posisi serta hal-hal lain yang bersangkutan dengan tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang dilakukan oleh Samin, Edi Kunaedi, Nursidik dan Wangun. BAB IV : ANALISA TERHADAP KASUS PENCURIAN DENGAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH SAMIN, EDI KUNAEDI, NURSIDIK DAN WANGUN . Dalam bab ini penulis akan mencoba memberikan analisis kasus pencurian dengan kekerasan dilakukan dengan bersama-sama. BAB V : PENUTUP Bab ini adalah bagian akhir dari semua kegiatan penulisan yang berbentuk kesimpulan dan saran. Kesimpulan ini ditarik berdasarkan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran sebagai sumbangan dari pemikiran penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

Anda mungkin juga menyukai