Anda di halaman 1dari 8

POTRET KOMODITAS DAGING SAPI

Oleh: Imam Subagyo 1

PENDAHULUAN Daging sapi merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling disukai oleh konsumen. Sampai dengan saat ini tingkat konsumsi daging sapi Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya kecuali Banglades, meskipun menurut data statistik dari Departemen Pertanian konsumsi daging sapi terus meningkat dari tahun 2003 - 2007 dan sempat menurun pada tahun 2005. Penurunan konsumsi daging sapi di tahun 2005 selain disebabkan penurunan konsumsi akibat kenaikan BBM juga disebabkan faktor eksternal yaitu adanya kasus sapi gila yang terjadi di Amerika serta penyakit mulut dan kuku di India dan Kanada yang berakibat adanya kekhawatiran dari konsumen dalam negeri. Peningkatan konsumsi daging sapi belum dapat diimbangi dengan produksi daging sapi yang memadai, baik dari segi mutu maupun jumlahnya, sehingga terjadi jurang yang semakin lebar antara permintaan dan penawaran daging sapi. Hal ini memaksa pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan impor daging sapi. Australia merupakan negara pengekspor daging sapi ke Indonesia terbesar, mencapai 28% dari total kebutuhan daging sapi di Indonesia. Menurut Departemen Pertanian, swasembada daging sapi dapat dicapai bila impor hanya mencapai 10%. Sejak tahun 2008 pemerintah telah mencanangkan swasembada daging sapi dan tahun 2010 menjadi target pemerintah untuk mencapai swasemba daging sapi.

POTENSI Pemain Komoditas Daging Sapi Yang dimaksud dengan pemain disini adalah importir daging sapi. Akibat tingkat konsumsi daging sapi di Indonesia yang dominan di pulau Jawa, lokasi importir daging sapi, menjadi terpusat di DKI Jakarta. Saat ini terdapat 30 importir daging beku di Indonesia yang aktif memasukan daging sapi dan berbagai jenis daging lainnya dari berbagai negara di dunia. Beberapa
1

Pengamat dan praktisi perbankan dari salah satu Bank BUMN


Economic Review No. 217 September 2009

importir merupakan produsen daging olahan, yang mengelola daging impor menjadi makanan siap saji seperti PT. San Miguel Pure Foods Indonesia yang memproduksi sosis sapi merk Farmhouse dan Vida, serta PT. Canning Indonesia Products yang mengelola produksi daging sapi olahan merk Pronas. Importir Daging Sapi di Indonesia NO.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

PROVINSI
DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur

NAMA PERUSAHAAN
PT. GREAT GIANT LIVESTOCK PT. TIPINDO PT. HAYUNI MAS LESTARI PT. KARIYANA GITA UTAMA PT. TRISNA NANDI ARSETAMA PT. ANDHINI PATI MANDIRI PT. REJO SARI BUMI PT. SURYA MATRA PT. INKUD PT. CELEBES ARGO PERDANA PT. PUTRA YUDA PT. LEMBU JANTAN PERKASA PT. LINTAS NUSA PT. AGRO NUSA PERDANA PT. ANDHINI PATI MANDIRI PT. SEKAR BUMI

ALAMAT
Chase Plaza Tower 20th floor, Jl. Jend. Sudirman Kav.21 Jl. Duren Tiga 12A, Jakarta Selatan Jl. Lapangan Ros 2A, Tebet Jakarta Selatan Jl. Tg. Barat 17B, Jakarta Selatan Jl. Arjuna 28 Tomang Tol, Jakarta Barat Jl. Malaka Merah III/18, Pondok Kopi, Jakarta Timur Jl. Kebon Sirih 39, Jakarta Pusat Jl. Cikini Raya 2, Wisma Darmala 2nd floor, Jakarta Pusat Wisma Koperasi, Jl. S. Parman Kav.80, Jakarta Barat Jl. Ophir I/5, Taman Kebayoran Baru, Jakarta Paku Buwono

Jl. Hortikultura 11 Pasar Minggu, Jakarta Selatan Jl. Malaka Merah III/18, Pondok Kopi, Jakarta Timur Jl. Dewi Sartika 6, Tasikmalaya Jawa Barat Jl. Ternate 3, Bandung, Jawa Barat Jl. Dr. Susanto 56, Pati Jawa Tengah Jl, Brgjend Katamso, Sidoarjo, Jawa Timur

Sumber : Departemen Pertanian

Produksi Daging Sapi Produksi daging sapi menduduki peringkat pertama perkembangan produksi daging non unggas di Indonesia, dengan produksi mencapai 395.840 ton di tahun 2006, meningkat dari tahun sebelumnya 358.700 ton. Pada 2007 meningkat menjadi 418.210 ton. Selain daging sapi, produksi daging babi cukup besar mencapai angka 195.990 ton di tahun 2006 dan meningkat di 2007 sebesar 198.880 ton. Pertumbuhan daging
Economic Review No. 217 September 2009

hewan lainnya, seperti kerbau, kambing dan kuda, walaupun pada umumnya meningkat, akan tetapi pertumbuhanya masih relatif rendah dibanding daging sapi.

Produksi Daging di Indonesia, 2003 - 2007


(000 ton)

JENIS DAGING
Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Kuda

2003
369.71 40.64 63.86 80.64 177.09 1.60

2004
447.57 40.24 57.13 66.06 194.68 1.57

2005
358.70 38.05 50.60 47.33 173.67 1.59

2006
395.84 43.89 65.01 75.18 195.99 2.27

2007
453.84 45.95 63.41 84.76 198.88 2.32

Sumber : Departemen Pertanian

Beberapa tahun terakhir produksi daging sapi di Indonesia masih tetap bersumber utama dari tiga provinsi di Jawa, yakni, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jawa Timur merupakan produsen daging sapi terbesar di tahun 2008 yang nilai produksinya mencapai sekitar 83,3 ribu ton, selanjutnya diikuti oleh Jawa Barat dengan 52,6 ribu ton dan berikutnya Jawa Tengah dengan 48,9 ribu ton 10 Provinsi Utama Produsen Daging Sapi, 2004 2008

Jabar , 17.7%

Jateng , 14.5%

Sum , bar 3.0% Banten , 3.6% Jakarta, 2.9%

Jabar , 14.9%

Jateng , 13.9%

Jatim , 17.4%

Lainnya, 32.7%

Sulsel , 2.7% Bali, 1.9% Sum , sel Kaltim 1.9% , 1.5%

Jatim, 23.6% Lainnya, 23.9%

Sum , bar 4.6% Banten , 4.6% NAD, 3.5% Sulsel , 3.4% Sum , ut 2.8% Sum , sel 2.6% NTB , 2.2%

Sumber : Departemen Pertanian

Konsumsi Daging Sapi Konsumsi daging sapi di Indonesia pada tahun 2004 mencapai 447.908 ton. Namun pada tahun selanjutnya menurun cukup signifikan menjadi 302.203 ton. Penurunan konsumsi masih terus berlanjut hingga tahun 2006, akibat melambungnya harga BBM yang terjadi pada akhir tahun 2005, mengakibatkan menurunnya daya beli

Economic Review No. 217 September 2009

masyarakat pada waktu itu.

Pada tahun 2007 konsumsi daging sapi meningkat

mencapai 453.844 ton dan selanjutnya tahun 2008 menurun mencapai angka 395.035 ton. Namun demikian konsumsi daging sapi diperkirakan akan meningkat tiap tahunnya dan akan terus meningkat seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia.

Konsumsi Daging Sapi, 2004 2007


Ko n su m si (Rb To n ) Gro w t h (%)
383.6%

447.9

453.8 395.0 302.2


-68.9% -32.5% -13.0%

93.9

2004

2005

2006

2007

2008

Sumber : Departemen Pertanian

Market size perdagangan daging sapi di Indonesia sangat tinggi diatas Rp20
triliun di tahun 2008. Hal ini seiring dengan makin tingginya konsumsi daging sapi. Ratarata peningkatan market size perdagangan mencapai 8,8% per tahunnya. Market Size Daging Sapi, 2004 2008
M a r ket Si ze (Rp T) Gr o w t h % 2 8 .0 % 2 0 .8 5 2 1 .4 7

1 5 .3 3

1 6 .2 9 1 4 .3 0 1 3 .9 %

-6 .7 %

3 .0 %

2004

2005

2006

2007

2008

Sumber : Departemen Pertanian

Economic Review No. 217 September 2009

Impor Daging Sapi Tingkat konsumsi daging sapi yang terus meningkat membuat kebutuhan akan daging sapi ikut terkerek naik. Di saat yang sama kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi dari dalam negeri, akibatnya impor daging sapi juga meningkat. Pada tahun 2006 volume impor daging sapi mencapai 25.949 juta ton, meningkat dari impor tahun sebelumnya yang hanya mencapai 12.755 juta ton. Impor daging sapi masih meningkat di tahun 2007 yang mencapai 47.776 ton, dan masih meningkat terus di tahun 2008 hingga mencapai 52.700 ton. Volume Impor Daging Sapi, 2004 2008
I m p o r (Rb To n ) Gro w t h (%)

1 0 3 .4 %

8 4 .1 % 47.8 52.7

-1 .7 % 13.0 12.8

25.9 1 0 .3 %

2004

2005

2006

2007

2008

Sumber : Departemen Pertanian

Departemen Pertanian RI masih terus mencari terobosan dalam mencukupi konsumsi daging sapi dalam negeri, dengan mencari alternatif negara pemasok daging sapi di Indonesia. Karena Australia dianggap telah memonopoli pasar daging sapi di Indonesia, selanjutnya menimbulkan isu mahalnya daging sapi di pasar karena ketergantungan hanya pada satu sumber impor saja. Kejadian tersebut yang melatar belakangi munculnya alternatif melakukan impor daging sapi dari Brazil. Meskipun Brazil masih belum terbebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK). Indonesia sebagai negara yang bebas PMK, penganut system country base (jika suatu negara bebas PMK maka tidak mungkin untuk melakukan impor daging sapi dari negara yang belum terbebas dari PMK). Hal ini sesuai dengan kebijakan Menteri Pertanian, yakni Permentan No.27/Pementan/OT.140/3/2007 bahwa tidak diizinkan untuk mengimpor daging, karkas maupun jeroan dari negara yang tertular PMK. Sejalan juga dengan UU No.6/1967 tentang pokok-pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan, yang berisikan pelarangan mengimpor hewan hidup maupun produk hewan yang tidak dimasak dari negara yang tertular PMK.
Economic Review No. 217 September 2009

Rencana impor daging sapi sepertinya akan dilakukan oleh pemerintah RI. Hal ini semakin jelas dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Pertanian No.3.026 tahun 2009. Meskipun kebijakan tersebut akan memancing risiko, selain bertentangan dengan Permentan dan UU No.6/1967, juga tidak menjamin terciptanya iklim yang kondusif bagi perkembangan peternakan di dalam negeri khususnya sapi. Keputusan Menteri Pertanian No.3.026 tahun 2009 bisa saja dilakukan apabila merubah UU No. 6/1967 dan Permentan No.27/Pementan/OT.140/3/2007. Selain itu harus pula dilengkapi dengan hasil analisis terhadap risiko dan manfaatnya, kesiapan sarana serta prasarana, kelayakan ekonomi dan finansial dilihat dari nilai tukar petani, dan tersediannya dana tanggap darurat yang siap pakai serta faktor keamanan dalam mencegah dan mengatasi PMK. Menurut Departemen Pertanian, persetujuan impor daging sapi dari Brazil hanya untuk daging sapi tanpa tulang, yang sudah mengalami pemisahan material spesifik, yang dianggap berisiko menjadi media pembawa PMK. Selain itu, daging sapi tanpa tulang tersebut juga sudah mengalami pelayuan 24 jam dengan tingkat keasaman sangat rendah.

KENDALA Produksi daging sapi dalam negeri belum mampu mencukupi permintaan dari konsumen dalam negeri. Sehingga sampai dengan saat ini pemerintah masih mengimpor daging sapi. Ada beberapa kendala dalam produksi daging sapi di Indonesia diantaranya, adalah pertama, usaha bakalan atau caft-cow operation, masih sangat kurang diminati oleh pemilik modal karena secara ekonomi kurang menguntungkan dan dibutuhkan waktu pemeliharaan sapi yang cukup lama. Keterbatasan pejantan unggul pada usaha peternakan merupakan kendala yang kedua. Ketiga, ketersediaan pakan yang tidak kontinu dan kualitasnya rendah terutama pada musim kemarau. Selanjutnya, pemanfaatan limbah pertanian dan agro-industri pertanian sebagai bahan pakan ternak yang belum optimal. Sedangkan kendala yang kelima ialah efisiensi reproduksi ternak yang masih rendah dengan jarak beranak (calving

interval) yang panjang. Keenam, terbatasnya sumber bahan pakan yang dapat
meningkatkan produktivitas ternak dan masalah potensi genetik yang belum dapat diatasi secara optimal. Yang terakhir adalah masih adanya wabah penyakit, seperti penyakit sapi gila ataupun PMK Setidaknya terdapat 2 faktor utama yang menyebabkan perkembangan sapi potong di Indonesia lamban, yakni pertama, sentra utama produksi daging sapi di Pulau
Economic Review No. 217 September 2009

Jawa yang menyumbang 45% terhadap produksi nasional sukar dikembangkan karena ternak dipelihara masih secara tradisional di pedesaan, ternak hanya diberi pakan hijau perkarangan dan limbah pertanian (teknologi budidaya rendah), serta budi daya sapi potong dengan tujuan untuk menghasilkan daging dan berorientasi pasar masih rendah. Kedua, sentra produksi sapi di Kawasan Timur Indonesia hanya berporsi 16% dari populasi nasional, padahal kawasan ini memiliki padang penggembalaan yang masih sangat luas.

KESIMPULAN Konsumsi daging sapi di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Walaupun demikian produksi daging sapi dalam negeri masih belum mampu memenuhi permintaan tersebut. Oleh karena itu dilakukan impor daging sapi antara lain dari Australia dan Selandia Baru. Pertumbuhan konsumsi daging sapi yang tinggi di Indonesia, menjadikan Indonesia menarik bagi produsen daging sapi di dunia serta menjadi tantangan tersendiri bagi untuk dapat segera berswasembada daging sapi. Peluang untuk pengembangan sapi lokal dengan meng-integrasikan

pembangunan pertanian, industri dan jasa secara simultan masih sangat besar terutama di Kawasan Timur Indonesia. Pertumbuhan impor daging sapi relatif diperkirakan akan menurun, sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai swasembada daging sapi pada tahun 2010.

Economic Review No. 217 September 2009

Economic Review No. 217 September 2009

Anda mungkin juga menyukai