Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Menurut Idrieas (1997), racun adalah setiap bahan atau zat yang dalam jumlah relatif kecil bila masuk kedalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimiawi yang akan menyebabkan penyakit atau kematian. Intoksikasi atau keracunan (poisoning) adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan bagi yang menggunakannya. Setelah berada dalam tubuh, racun masuk kedalam aliran darah dan dengan cepat menyebar ke semua jaringan. Keracunan dapat terjadi karena banyak hal, salah satunya disebabkan oleh bahan kimia. Banyak bahan kimia yang dilarang, ditambahkan ke dalam makanan akan menyebabkan keracunan (Yuliarti, 2007). Gejalanya bisa bermacam-macam, tergantung dari jenis dan cara masuk racun, gejala yang paling umum adalah muntah, yang terjadi pada sebagian besar korban dengan risiko masuknya isi lambung kedalam paru-paru. Keracunan dapat di timbulkan berbagai macam zat yang terdapat dalam lingkungan sehari-hari : seperti obat-obatan, makanan, pestisida, dan lain-lain. Pestisida sering menjadi penyebab keracunan baik tidak disengaja maupun disengaja, dalam hal ini untuk bunuh diri. Keracunan pestisida dapat berasal dari pestisida golongan organofosfat, organoklorin, karbamat, dan yang lainnya. Pada keracunan pestisida, misal karbamat (baygon) biasanya menunjukkan gejala akibat dari asetilkolin karena hambatan asetilkolinesterase pada sinapsis syaraf, yaitu efek muskarinik, nikotinik dan gangguan pada susunan syaraf pusat (Flanagan et al., 1995). Keracunan pestisida kadang dapat

menimbulkan suatu kematian karena terjadinya dehidrasi, kejang bronki, paralisis otot pernafasan, ataupun koma yang berkepanjangan (Goldfrank et al., 1990; Olson et al., 1990). Kontak terhadap insektisida saat ini sudah menjadi permasalahan kesehatan yang mengglobal. WHO memperkirakan kejadian keracunan insektisida akut sebanyak 3.000.000 kasus setiap tahunnya, dengan angka kematian sejumlah 220.000 kasus. Mayoritas insiden ini terjadi dinegara-negara berkembang, terutama di Afrika, Asia, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Di Amerika Tengah, misalnya, terjadi peningkatan insiden yang bermakna dari tahun 1992 sampai tahun 2000, dengan angka kejadian keracunan insektisida meningkat dari 6,3 per 100.000 populasi menjadi 19,3 per populasi, dengan kecepatan mortalitas yang meningkat dari 0,3 per 100.000 populasi menjadi 2,1 per 100.000 kasus (jaga & Dharmani, 2003).

Insiden keracunan di ruang IGD RSPAD Gatot Soebroto Jakarta periode November Desember 2011 dilaporkan sebesar 3 penderita. Dari 3 kasus keracunan yang dilaporkan, penyebab utama yang terbanyak adalah pestisida dan minyak wangi. Bertitik tolak dari halhal diatas dan makin terdapatnya kasus keracunan yang khususnya terjadi di IGD RSPAD Gatot Soebroto Jakarta maka di lakukanlah inovasi ini, untuk mengetahui jenis cairan untuk penanganan bilas lambung. Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk membersihkan isi perut dengan cara mengurasnya. Thelan (1994) mengungkapkan bahwa bilas lambung (gastric lavage) merupakan tindakan memasukkan sejumlah cairan irigasi kedalam lambung, dan secara bertahap (baik melalui mekanisme gravitasi maupun suction tekanan rendah), mengeluarkan cairan yang ada

dilambung tersebut kedalam tempat atau botol pengumpul. Inovasi ini dilakukan dengan harapan dapat bermanfaat memberikan masukan yang cukup baik bagi perawat IGD RSPAD Gatot Soebroto Jakarta dalam penatalaksanaan terapi keracunan dengan bilas lambung menggunakan susu dan air steril guna meningkatkan pelayanan rumah sakit pada masyarakat, serta manfaat teoritis yaitu berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang toksikologi klinik. Inovasi ini dilakukan dengan menggunakan rancangan deskriptif observasional yang termasuk dalam kategori laporan seri kasus. Disebut deskriptif karena bertujuan melakukan deskripsi tentang hasil dari tatalaksana keracunan, yang datanya didapat dari observasi beberapa atau banyak laporan kasus dan merupakan suatu hasil laporan yang dilakukan tanpa kontrol. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah pasien keracunan pestisida di IGD RSPAD Gatot Soebroto Jakarta pada periode November 2011. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka masalah penelitian yang dapat dirumuskan adalah : Adakah efektifitas antara penggunaan bilas lambung menggunakan susu dan air steril terhadap pasien keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSPAD Gatot Soebroto Jakarta? C. Pertanyaan Penelitian Melihat rumusan permasalahan di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah : Bagaimana gambaran keefektifan bilas lambung menggunakan susu dan air steril terhadap pasien keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSPAD Gatot Soebroto Jakarta? D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Mengetahui keefektifan bilas lambung menggunakan susu dan air steril terhadap pasien keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. 2. Tujuan Khusus Teridentifikasinya gambaran keefektifan bilas lambung menggunakan susu dan air steril terhadap pasien keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu bagi mahasiswa keperawatan tentang penanganan kasus toksikologi dengan bilas lambung menggunakan susu dan air steril. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya dunia kepustakaan pendidikan keperawatan Indonesia khususnya mata ajar keperawatan gawat darurat. 2. Bagi Perawat Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan mengembangkan daya nalar perawat dalam mempraktikkan teori-teori yang diperoleh selama kuliah. 3. Bagi RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Inovasi ini dilakukan dengan harapan dapat bermanfaat memberikan masukan yang cukup baik bagi perawat IGD RSPAD Gatot Soebroto Jakarta dalam penatalaksanaan terapi keracunan dengan bilas lambung menggunakan susu dan air steril guna meningkatkan pelayanan rumah sakit pada masyarakat, serta manfaat teoritis yaitu berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

toksikologi klinik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KUMBAH LAMBUNG 1. Definisi Kumbah lambung (lavage) adalah membersihkan lambung dengan cara memasukan dan mengeluarkan air ke/dari lambung dengan menggunakan NGT (Naso Gastric Tube). Kumbah lambung merupakan metode alternatif yang umum pengosongan lambung, dimana cairan dimasukkan kedalam lambung melalui orogastrik atau nasogastrik dengan diameter besar dan kemudian dibuang dalam upaya untuk membuang bagian agen yang mengandung toksik. Selama lavage, isi lambung dapat dikumpulkan untuk mengidentifikasi toksin atau obat. 2. Tujuan Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk sal pencernaan Mendiagnosa perdarahan lambung

Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy Membuang cairan atau partikel dari lambung 3. Indikasi Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu Persiapan operasi lambung Persiapan tindakan pemeriksaan lambung Tidak ada refleks muntah Gagal dengan terapi emesis Pasien dalam keadaan sadar 4. Kontra Indikasi Kumbah lambung tidak dilakukan secara rutin dalam penatalaksanaan pasien dengan keracunan. Kumbah lambung dilakukan ketika pasien menelan subtansi toksik yang dapat mengancam nyawa, dan prosedur dilakukan selama 60 menit setelah tertelan. Kumbah lambung dapat mendorong tablet ke dalam duodenum selain mengeluarkan tablet tersebut. Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk bahan-bahan toksik yang tajam dan terasa membakar (resiko perforasi esophageal). Kumbah lambung tidak dilakukan

untuk

bahan toksik hidrokarbon

(resiko aspirasi),

misalnya: camphor,

hidrokarbon, halogen, hidrokarbon aromatic, pestisida Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk pasien yang menelan benda asing yang tajam dan besar Pasien tanpa gangguan reflex atau pasien dengan pingsan (tidak sadar) membutuhkan intubasi sebelum kumbah lambung untuk mencegah inspirasi. B. KERACUNAN 1. Definisi Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan dapat terjadi karena banyak hal, salah satunya disebabkan oleh bahan kimia. Banyak bahan kimia yang dilarang, ditambahkan ke dalam makanan akan menyebabkan keracunan (Yuliarti, 2007). Jenis-jenis keracunan (FK-UI,1995) dapat dibagi berdasarkan : 2. Cara terjadinya, terdiri dari : a. Self Poisoning Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih tetapi dengan pengetahuan bahwa dosis ini tak membahayakan. Pasien tidak bermaksud bunuh diri, hanya bermaksud untuk mencari perhatian saja. b. Attempted Suicide Pada keadaan ini, pasien bermaksud unutk bunuh diri, bisa berakhir dengan

kematian atau pasien dpat sembuh bila salah tafsir dengan dosis yang dipakai. c. Accidental Poisoning Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya faktor kesengajaan. d. Homicidal Poisoning Keracunan akibat tindakan kriminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni orang lain. 3. Mula waktu terjadi, terdiri dari : a. Keracunan kronik Keracunan yang gejalanya timbul perlahan dan lama setelah pajanan. Gejala dapat timbul secara akut setelah pemajanan berkali-kali dalam dosis relatif kecil. Ciri khasnya adalah zat penyebab diekskresikan 24 jam lebih lama dan waktu paruh lebih panjang sehingga terjadi akumulasi. b. Keracunan Akut Biasanya terjadi mendadak setelah makan sesuatu, sering mengenai banyak orang (pada keracunan makanan dapat mengenai seluruh keluarga atau penduduk sekampung), dan gejalanya seperti sindrom penyakit muntah, diare, konvulsi, dan koma. 4. Menurut alat tubuh yang terkena Pada jenis ini, keracunan digolongkan berdasarkan organ yang terkena, contohnya racun hati, racun ginjal, racun SSP, racun jantung. 5. Menurt jenis bahan kimia Golongan zat kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat toksik yang sama, misalnya golongan alkohol, fenol, logam berat, organoklorin dan sebagainya.

Penggolongan keracunan yang lain (Brunner & Suddarth, 2001) didasarkan pada : a. Racun yang tertelan atau tercerna b. Keracunan korosif, yaitu keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi produk alkalin (Lye, pembersih kering, pembersih toilet, deterjen non pospat, pembersih oven, tablet klinitest, dan baterai yang digunakan untuk jam, kalkulator, dan kamera) dan produk asam (pembersih toilet, pembersih kolam renang, pembersih logam, penghilang karat, dan asam baterai) c. Keracunan melalui inhalasi, yaitu keracunan yang disebabkan oleh gas (karbon monoksida, karbon dioksida, Hydrogen Sulfid ) d. Keracunan kontaminasi kulit (luka bakar kimiawi) e. Keracunan melalui tusukan yang terdiri dari sengatan serangga (tawon, kalajengking, dan laba-laba) dan gigitan ular f. Keracunan makanan, yaitu keracunan yang disebabkan oleh perubahan kimia (fermentasi) dan pembusukkan karena kerja bakteri (daging busuk) pada bahan makanan, misalnya ubi ketela (singkong) yang mengandung asam sianida (HCn), jengkol, tempe bongkrek, dan racun pada udang maupun kepiting g. Penyalahgunaan zat yang terdiri dari penyalahgunaan obat stimulan (Amphetamin), depresan (barbiturat), atau halusinogen (morfin), dan penyalahgunaan alkohol.

C. CAIRAN YANG DIGUNAKAN UNTUK KUMBAH LAMBUNG 1. Nacl 0,9%

2. Normal Saline 3. Dextrose 5% 4. Susu Komponen-komponen susu yang terpenting adalah protein dan lemak. Kandungan protein susu berkisar antara 3 - 5 persen sedangkan kandungan lemak berkisar antara 3 - 8 persen. Kandungan energi adalah 65 kkal, dan pH susu adalah 6,7. Komposisi air susu rata-rata adalah sebagai berikut : Air (87,90%); Kasein(2,70%); Lemak (3,45%); Bahan kering (12,10%); Albumin(0,50%); Protein (3,20%); Bahan Kering Laktosa (4,60%); Vitamin, enzim, gas (0,85 %).

BAB III PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI

A. PERENCANAAN 1. Pengkajian (observasi) 2. Menentukan tema 3. Membuat pamflet tentang kumbah lambung

B. IMPLEMENTASI Implementasi yang dilakukan adalah melakukan kumbang lambung secara langsung dengan pasien yang mengalami keracunan menggunakan salah satu cairan yaitu susu. Pada saat dilakukan kumbah lambung tersebut, cairan susu yang dimasukkan sebanyak 1500 cc cairan susu kental yang dilarutkan dalam air mineral. Cairan dimasukkan secara bertahap, dalam satu kali bilas dimasukkan sebanyak 200cc, dilakukan 7 kali sampai cairan jernih dan 100cc di bilas dengan air mineral.

BAB IV PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai