Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
oleh Pegawai Catatan Sipil yang melangsungkan perkawinan tersebut (Pasal 100 KUHPer) Menurut Pasal 2 ayat 2 Undang-undang No.1 Tahun 1974 jo Pasal 2 PP No.9 Tahun 1975 bahwa bagi yang beragama islam dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah, sedang yang selain agama islam dicatat oleh pegawai pencatat perkawinan pada kantor catatan sipil PENCEGAHAN & PEMBATALAN PERKAWINAN y Pencegahan diatur dalam Pasal 13 s/d 21 UU No 1/1974. mencegah suatu perkawinan adalah suatu usaha untuk menghindari adanya sebuah perkawinan yang bertentangan dengan ketentuan undang-undang yang ada. Pencegahan adalah suatu upaya hukum yang diberikan oleh pihak-pihak tertentu untuk mencegah dilangsungkannya suatu perkawinan yang tidak memenuhi syarat. Para Pihak yang dapat mencegah adalah : a) b) c) d) para pihak dalam garis keturunan lurus keatas dan kebawah saudara wali nikah wali yang mengampu untuk calon mempelai berdasarkan keputusan pengadilan dan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku baik tertulis maupun berdasarkan hukum adat setempat. e) pihak-pihak yang berkepentingan f) Mereka yang masih terikat dalam perkawinan g) Pejabat yang ditunjuk. Pencegahan dapat diajukan pada : 1. 2. 3. 4. Pengadilan dalam daerah hukum dimana perkawinan akan dilangsungkan. Pegawai pencatat perkawinan Para calon mempelai yang akan melangsungkan perkawinan
Prosedur untuk mengajukan permohonan pencegahan adalah : Diajukan kepada pengadilan dalam daerah hukum dimana perkawinan dilansungkan. Untuk yang beragama islam adalah pengadilan agama dan untuk agama non islam adalah pengadilan umum 1. Pencegahan disampaikan kepada pegawai pencatat perkawinan. 2. Pencegahan perkawinan harus pula diberitahukan kepada kedua calon mempelai oleh pegawai pencatat perkawinan. Hapusnya dan lenyapnya pencegahan : 1. Adanya putusan pengadilan 2. Mereka yang mencegah menarik kembali permohonan pencegahan pada pengadilan.
1
Pembatalan Perkawinan y Pembatalan adalah : tindakan pengadilan yang berupa putusan yang menyatakan perkawinan yang dilakukan itu tidak sah. Sesuatu yang dinyatakan tidak sah itu dianggap tidak pernah ada. perkawinan tidak sah yaitu perkawinan yang tidak pernah ada jadi pihak laki-laki dan pihak perempuan dianggap tidak pernah kawin sebagai suami-istri. perkawinan dapat dibatalkan sebab bila perkawinan itu tidak memenuhi syarat maka barulah perkawinan itu dibatalkan sesudah diajukan ke muka pengadilan.
Yang berhak mengajukan pembatalan adalah : (Pasal 23 UU No.1 Tahun 1974) a. Keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dari suami atau istri b. Suami atau istri c. Pejabat berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan d. Salah seorang dari salah satu pihak yang masih terikat dalam perkawinan dapat memajukan pembatalan atas suatu perkawinan yang baru. e. Pembatalan dapat juga dimintakan oleh pihak kejaksaan
Prosedur pembatalan : Setiap orang yang hendak memajukan pembatalan mengajukan pengadilan dalam daerah hukum dimana perkawinan dilangsungkan. Batalnya suatu perkawinan dimulai setelah putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat berlangsungnya perkawinan. Dengan adanya putusan yang berkekuatan tetap, perkawinan kembali kepada keadaan semula.
Keputusan pembatalan perkawinan tidak berlaku surut terhadap : a. Anak yang dilahirkan dari perkawinan b. Suami/istri yang bertindak dengan beritikad baik Orang ketiga lainnya
2
AKIBAT PERKAWINAN 1. Hak dan kewajiban suami-istri 2. Terhadap harta 3. Terhadap anak/keturunan
Hak & Kewajiban Suami-Istri y Kekuasan marital dari suami, yaitu bahwa suami menjadi kepala keluarga dan bertanggung jawab atas istri dan anak-anaknya, Wajib nafkah : suami wajib memelihara istrinya, orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anaknya yang belum cukup umur, anak-anak yang telah dewasa wajib memelihara orang tuanya, kakek-neneknya atau keluarga sedarah menurut garis lurus, menantu wajib memelihara mertua atau sebaliknya, istri mengikuti kewarganegaraan suaminya, istri mengikuti tempat tinggal suaminya, istri menjadi tidak cakap ber-tindak
y y y
Didalam segala perbuatan hukum ia memerlukan bantuan dari suaminya (berdasarkan UU No.1 Tahun 1974 ketentuan ini tak berlaku lagi), kecuali dalam beberapa hal antara lain : y y y y y y y y perbuatan sehari-hari guna keperluan rumah tangga, mengadakan perjanjian kerja sebagai majikan guna kepentingan rumah tangga, melakukan pekerjaan bebas (Dokter, Pengacara), membuat wasiat, membuat perjanjian kerja sebagai buruh, memperoleh hak milik atas sesuatu benda, menyimpan dan mengambil uang di Bank Tabungan Pos, menggugat perceraian
HAK & KEWAJIBAN YG BERSUMBER PADA ERAT HUBUNGAN SUAMI-ISTRI 1. Suami istri untuk setia, tolong menolong, bantu membantu (Pasal 103)
2. Suami-istri wajib tinggal bersama, suami harus menerima istri dan istri tidak harus ikut suami kalau keadaan tidak memungkinkan 3. Suami harus memenuhi kebutuhan istri (Pasal 107 BW)
HAK & KEWAJIBAN SUAMI-ISTRI YG BERSUMBER PADA KEKUASAAN MARITAL 1. Menyangkut diri pribadi suami-istri a. istri wajib tunduk & patuh kpd suami (pasal 106 ayat 1 BW) b. istri wajib mengikuti suami dimanapun suami memusatkan tempat kediamannya (pasal 106 ayat 2 BW) atau kekuasaan menentukan domisili bersama suami memegang kekuasaan orang tua terhadap anak (pasal 107 BW) 2. Menyangkut harta pihak istri (pasal 105 BW jo Pasal 108 BW) a. b. c. d. hak suami terhadap pengurusan harta benda istri pembatasan terhadap kecakapan bertindak dalam hukum
HAK & KEWAJIBAN SUAMI ISTRI MENURUT Undang-undang No. 1 Tahun 1974 1. Menegakkan Rumah tangga (Pasal 30) 2. Kedudukan suami-istri seimbang (pasal 31 ayat 1) 3. Suami sebagai kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga (pasal 31 ayat 3) 4. Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap (pasal 32) 5. Saling cinta mencintai dan hormat menghormati (pasal 33) 6. Suami wajib melindungi istri dan memenuhi segala kebutuhan hidup (pasal 34 ayat1 )
AKIBAT PERKAWINAN THDP HARTA (PASAL 119) Mulai saat perkawinan dilangsungkan, demi hukum terdapatlah persatuan harta kekayaan yang bulat antara suami istri. Sebegitu jauh apabila tidak diadakan ketentuan lain dalam perjanjian perkawinan. Persatuan itu sepanjang perkawinan tidak boleh ditiadakan atau diubah dengan suatu persetujuan antara suami istri
AKIBAT PERKAWINAN TERHADAP HARTA MENURUT Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Ada 2 jenis harta : a. HARTA BAWAAN : B. HARTA BERSAMA HARTA BAWAAN yaitu harta yang dimiliki oleh masing-masing suami-istri sebelum menikah dan harta yang diperoleh sepanjang perkawinan masing-masing suami istri sebagai warisan atau hadiah. Harta bawaan tetap dibawah penguasaan masing- masing pihak sepanjang para pihak tidak mengatur lain HARTA BERSAMAAN Yaitu harta yang diperoleh suami-istri sepanjang perkawinan berlangsung harta bersama dikuasai oleh suami istri secara bersama-sama dan bertindak atas persetujuan kedua belah pihak. AKIBAT PERKAWINAN TERHADAP ANAK Kekuasaan orang tua : hak & kewajiban orang tua terhadap anak yang belum dewasa atau belum melangsungkan pernikahan, baik mengenai diri pribadi maupun harta kekayaan anak tersebut selama kedua orang tua tersebut masih didalam ikatan perkawinan ASAS/PRINSIP KEKUASAAN ORANG TUA 1. Kekuasaan orang tua adalah kekuasaan dari kedua orang tua si anak 2. Kekuasaan orang tua hanya berlangsung selama perkawinan. 3. Kekuasaan orang tua hanya ada selama orang tua menjalankan kekuasaannya dengan wajar KETURUNAN Secara garis besarnya ada 4 kedudukan anak yang dikenal dalam hukum yaitu : 1. anak alamiah, 2. anak yang diakui, 3. anak yang disahkan 4. anak sah ANAK ALAMIAH yaitu anak yang dilahirkan diluar perkawinan.
pengertian anak alamiah mencakup juga pengertian: a. anak alam (anak alamiah) b. anak sumbang : yaitu anak yang dilahirkan dari hasil persetubuhan antara seorang pria dan seorang wanita yang sebenarnya dilarang kawin atau anak yang dilahirkan dari dua orang yang dari keduanya tidak mungkin menikah. Anak zina : yaitu anak yang dilahirkan sebagai hasil dari suatu perzinahan (persetubuhan antara seorang pria dan seorang wanitayang bukan suami-istri) Anak yang diakui yaitu anak alam yang telah diakui oleh ayah/ibunya sebagai anaknya. Bila dipandang sudut yang mengakui maka anak yang diakui ini dapat dibedakan atas : a. anak yang diakui oleh ibunya b. anak yang diakui oleh ayahnya c. anak yang diakui oleh ayah dan ibunya. Anak yang disahkan yaitu anak yang setelah diakui sebagai anak oleh ayah ibunya disahkan menurut hukum sebagai anak mereka, dengan syarat bahwa ayah dan ibu mereka harus melangsungkan perkawinan dahulu. Dengan akta pengesahan ini maka berarti kedudukan hukum dari anak yang disahkan ini menjadi sama atau sederajat dengan kedudukan hukum seorang anak sah. ANAK SAH yaitu anak yang dilahirkan didalam suatu perkawinan yang resmi menurut hukum. dari
PUTUSNYA PERKAWINAN (Menurut Pasal 119 BW) 1. KARENA KEMATIAN 2. KARENA KEADAAN TAK HADIR 3. KARENA PUTUSAN HAKIM 4. KARENA PERCERAIAN
PUTUSAN PERKAWINAN (Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 38) 1. KEMATIAN 2. PERCERAIAN 3. PUTUSAN PENGADILAN
HUKUM BENDA y MENURUT ILMU PENGETAHUAN (PROF SUBEKTI) dibedakan : a. Dalam arti sempit : yaitu meliputi segala sesuatu yang dapat dilihat b. Dalam arti luas : segala sesuatu yang dapat dijadikan objek hukum (dapat dihaki) y Menurut KUHPer (Pasal 499) : yaitu tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik.
BENDA (zaak)dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Barang (goed) : yang artinya benda berwujud yang dapat ditangkap oleh panca indera. 2. Hak (recht) : yang artinya benda yang tidak berwujud yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera sehingga merupakan bagian dari harta kekayaan.
ZAAK DALAM KUHPer DAPAT BERARTI BERMACAM-MACAM : 1. Dalam pasal 1972 BW berarti Perbuatan Hukum 2. Dalam Pasal 1354 BW berarti kepentingan 3. Dalam Pasal 1263 BW berarti kenyataan hukum
PENGATURAN HUKUM BENDA 1. Dalam Buku II KUHPer 2. Dalam Undang-undang No.5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria (Pasal 51 jo 57) 3. Yurisprudensi tentang Fidusia (Undang-undang No. 42 Tahun 1999)
SISTEM HUKUM BENDA Menganut sistem tertutup : orang tidak dapat mengadakan hak-hak baru selain yang sudah ditetapkan dalam Undang-undang sehingga bersifat memaksa (dwingend Recht)
MACAM-MACAM BENDA 1. SECARA KLASIK : a. b. c. b. c. d. benda berwujud dan benda tidak berwujud (Pasal 503 BW) Benda yang habis dipakai dengan benda yang tidak habis dipakai (pasal 505 BW) Benda yang sudah ada dengan benda yang masih akan ada. d.Benda yang dapat diperdagangkan dan benda yang tidak dapat diperdagangkan e.Benda yang dapat dibagi dengan benda tidak dapat dibagi. f.Benda yang dapat diganti dengan benda yang tidak dapat diganti
2. SECARA YURIDIS : a. benda bergerak dan benda tidak bergerak b. benda terdaftar dan benda tidak terdaftar
PERBEDAAN BENDA BERGERAK DENGAN BENDA TIDAK BERGERAK BENDA BERGERAK: 1. Karena sifatnya : dapat dipindahkan atau pindah dengan sendirinya (Pasal 509) 2. Karena Tujuannya: pemakaian tidak melekat dengan tanah 3. Karena ditetapkan oleh Undang-undang : sebagai benda bergerak (pasal 511), ex : saham, obligasi BENDA TIDAK BERGERAK : 1. Karena sifatnya : tidak dapat dipindahkan (Pasal 506) 2. Karena tujuannya : pemakaiannya bergabung dengan tanah (Pasal 507) 3. Karena ditetapkan oleh Undang-undang : sebagai benda tetap (Pasal 508)
PEMBAGIAN BENDA BERGERAK DAN TIDAK BERGERAK MEMPUNYAI 4 ARTI PENTING 1. Ketentuan bezit hanya berlaku terhadap benda bergerak 2. Levering (penyerahan) :
9
a. terhadap benda bergerak dapat dilakukan penyerahan nyata, b. terhadap benda tidak bergerak harus didaftarkan/balik nama 3. Daluarsa (verjaring) : a. benda bergerak tidak mengenal daluarsa b. Benda tidak bergerak mengenal adanya daluarsa. 4. Pembebanan (Bezwaring) : a. benda bergerak harus dilakukan gadai. b. benda tidak bergerak dilakukan c. Hipotik/Hak Tanggungan
HAK KEBENDAAN Yaitu hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap setiap orang (bersifat mutlak/absolut)
HAK KEBENDAAN 1. Yang langsung memberikan kenikmatan : Bezit, eigendom (Hak milik), Opstal (Hak Guna Bangunan), Erfpacht (Hak Guna Usaha), Servitut (suatu beban yang diletakkan diatas suatu pekarangan lain yang berbatasan) 2. Yang dapat dijadikan Jaminan Hutang : Gadai, Hipotik/Hak Tanggungan. y HAK MILIK : Adalah hak turun temurun terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai oleh orang atas tanah, dengan mengingat bahwa semua hak tanah itu mempunyai fungsi sosial. y HAK GUNA USAHA : Adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara, dalam jangka waktu tertentu. y HAK GUNA BANGUNAN : Adalah hak unutk mendirikan bangunan diatas tanah negara/tanah orang lain dengan janka waktu tertentu. y HAK PAKAI : Adalah hak untuk menggunakan atau memungut hasil tanah yang dikuasai langsung oleh negara/tanah milik orang lain.
10
HAK SEWA : Adalah hak mempergunakan tanah milik orang lain oleh seorang atau suatu badan hukum untuk keperluan bangunan, dengan membayar pada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa.
PERBEDAAN GADAI DENGAN HIPOTIK GADAI : 1. Merupakan suatu jaminan yg dibebankan atas benda-benda bergerak. 2. Dalam pelaksanaan gadai, barang milik debitur yang menjadi jaminan harus diserahkan kepada kreditur dan dipegang oleh kreditur sampai debitur melunasi hutangnya. 3. Atas satu barang yang sama hanya boleh dibebankan satu gadai saja. penggadaian lebih dari satu kali pada saat yang sama dan atas barang yang sama dilarang oleh kebiasaan umum 4. Gadai akan berakhir bila barang yang menjadi jaminan berpindah pemilik.
HIPOTIK : 1. Merupakan suatu jaminan yang dibebankan atas benda-benda tetap (benda tak bergerak) 2. Dalam pelaksanaan pembebanan hipotik, barang debitur yang menjadi jaminan tidak perlu diserahkan kepada kreditur (yang diserahkan hanyalah surat-suratbukti kepemilikan atas barang jaminan itu) 3. Atas satu barang yang sama boleh dibebankan beberapa hipotik 4. Hipotik tidak berakhir sekalipun barang yang menjadi jaminan berpindah pemilik (asalkan bukan berpindah ke tangan kreditur pemegang hipotik tunggal
11