dan rasio genotif) : Selasa/28 Februari 2011 : Laboratorium Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin 2. I. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan dalam percobaan adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. Kotak tempat kancing genetik (beacker glass) Kertas Pulpen
5. Mengaduk sampai seluruh kancing benar-benar tercampur pada masing-masing beacker glass 6. Mengambil tanpa melihat dengan mata (secara acak) pada masingmasing beacker glass tersebut, kemudian pasangkan satu persatu. 7. Mencatat hasil persilangan ke dalam tabel 8. Menghitung perbandingan fenotif dan genotifnya.
Persilangan Dihibrid 1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan berupa kancing sebanayak 200 biji terdiri dari: i. ii. iii. iv. 25 merah jantan dan 25 putih jantan (ember kecil 1). 25 kuning jantan dan 25 hijau jantan (ember kecil 2). 25 merah betina dan 25 putih betina (ember kecil 3). 25 kuning betina dan 25 hijau betina (ember kecil 4). Keterangan : Merah = bulat, putih = keriput. 2. Masing-masinh kancing pasangkan sesuai ketentuan : 3. Masukan masing-masing ke dalam beacker glass dan mengaduknya hingga rata. 4. Mengambil secara acak sepasang dari beacker glass I dengan beacker glass III, pasangkan bersamaan dengan beacker glass II dan beacker glass IV. 5. Meletakkan 2 pasang kancing yang masing-masing sudah diberi nama sesuai ketentuan. 6. Mencatat kancing yang sudah diambil ke dalam tabel pengamatan. 7. Menghitung perbandingan fenotif dan genotifnya.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah kancing genetic berwarna (merah, hijau, putih dan kuning)
II. 1.
CARA KERJA Persilangan Monohibrid 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Menyiapkan 50 kancing merah dan kancing putih ke dalam beacker glass yang bertanda (berlubang). 3. Menyiapkan 50 kancing merah dan kancing putih ke dalam beacker glass yang bertanda (bertombol). 4. Mencampurkan dan mengocok kedua macam gamet tadi (merah dan putih) jantan maupun betina pada masing-masing beacker glass.
Semua keterangan di atas hanya membicarakan persilangan satu sifat beda. Sekarang akan dipelajari dua individu dengan dua sifat beda dimana III. TEORI DASAR 1. Persilangan Monohibrid Dalam membicarakan satu sifat tertentu, kita hanya menggambarkan pasangan kromosom dengan gen yang bersangkutan saja, tetapi bukan berarti bahwa kromosom-kromosom dan gen-gen yang lain tak ada dalam sel itu. Ada sifat yang disebut dominan, yaitu apabila kehadiran gen yang mengawasi sifat ini menutupi ekspresi gen yang lainnya yang resesif, sehingga sifat yang terakhir ini tidak tampak. Dalam percobaannya Mendel menggunakan tanaman Ercis untuk melihat adanya perbedaan dalam ukuran pohon, misalnya adanya variasi tinggi yang 0,45 m sampai 1,00 m. Sifat-sifat tersebut memperlihatkan perbedaan yang kontras sehingga memudahkan untuk mengamati. Pada waktu Mendel mengadakan persilangan antara kedua varietas tersebut dimana yang satu tinggi dan yang lain pendek, maka Mendel mendapat hasil sebagai berikut: Persilangan antara jantan dan betina pada Ercis bersegresi sehingga rasio fenotifnya adalah tinggi, sedangkan keturunan F2 akan memisah dengan perbandingan fenotif yaitu tinggi : pendek = 3 : 1. Sedangkan rasio geotifnya adalah TT : Tt : tt = 1 : 2 : 2. Satu tumbuhan Ercis homozigot dan dua tumbuhan Ercis heterozigot dan satu tumbuhan Ercis pendek. IV. 2. Persilangan Dihibrid HASIL PENGAMATAN 1. Persilangan Monohibrid Fenotif Genotif Tabulasi Jumlah hasil persilangan ini dinamakan dihibrid. Sebelum melakukan percobaan, harus diketahui cara pewarisan sifat. Dua pasang yang diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom yang berlainan. Sebagai contoh Mendel melakukan percobaan dengan menanam Ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula memiliki biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki biji keriput berwarna hijau, maka F1 seluruhnya tanaman yang berbiji bulat berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan tanaman yang tumbuh dibiarkan mengadakan pernyerbukan sesamanya untuk memperoleh keturunan F2 dengan kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman berbiji bulat kuning : 3/16 berbiji bulat hijau : 3/16 berbiji keriput kuning : 1/16 berbiji keriput warna hijau atau dikatakan perbandingannya adalah (9 : 3 : 3 : 1). Mendel dapat mengambil kesimpulan bahwa anggota dari sepasang gen memisah secara bebas (tidak saling mempengaruhi) ketika berlangsung meiosis selama pembentukan gamet-gamet. Prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum Mendel II yang berbunyi: The Law of Independent Assortment of Genes (Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas). (Suryo, 1994; 91).
MM Mm mm
IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII II IIII IIII IIII
14 22 14
Rasio fenotif : Merah : Putih = 36 : 14 = 18 : 7 Rasio genotif : MM : Mm : mm = 14 : 22 : 14 = 7 : 11 : 7 V. ANALISIS DATA 1. Persilangan Monohibrid Persilangan monohibrid adalah persilangan yang menggunakan satu sifat beda, pada percobaan ini parental (induk) yang memiliki sifat fenotif merah (MM) disilangkan dengan parental yang memiliki sifat 2. Persilangan Dihibrid Fenotif Bulat kuning Genotif BBKK BbKK BBKk BbKk Bulat Hijau BBkk Bbkk Keriput Kuning Keriput Hijau Rasio Fenotif : Bulat Kuning : Bulat Hijau : Keriput Kuning : Keriput Hijau 29 : 9 : 10 : 1 Gamet F1 >< F1 : Mm >< Mm (merah) M,m (merah) : M,m bbKK bbKk Bbkk II III IIII II IIII IIII IIII II I IIII III IIII IIII I 9 10 1 29 Tabulasi Jumlah fenotif putih (mm), yang mana sifat dominan (menang) dapat menutupi resisif (kalah) seperti pada percobaan ini sifat merah dominan terhadap putih. Warna putih hanya nampak jika satu gen resesif bertemu satu gen resesif yang lain. Dari hasil percobaan untuk satu sifat beda dihasilkan perdebaan rasio fenotif dan genotifnya. Diagram persilangannya adalah sebagai berikut : Parental : MM (merah) F1 : Mm (merah) >< mm (putih)
Rasio Genotif :
Parental F1 Fenotif Merah Merah muda Putih Genotif MM Mm Mm IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII II IIII IIII IIII Tabulasi Jumlah 14 22 14 Gamet F1 >< F2
: :
BBKK
(bulat kuning)
BbKk
><
(bulat kuning)
Perbandingan fenotif Merah : Putih = 36 : 14 Perbandingan Genotifnya MM : Mm : mm = 14 : 22 : 14 Pada pengamatan diperoleh semua F1 berwarna merah, kemudian dilakukan persilangan antar keturunan F1 untuk mendapatkan F2 dengan perbandingan rasio fenotif warna yang tampak merah : putih adalah 36 : 14 sedangkan perbandingan rasio genotif MM : Mm : mm adalah 14 : 22 : 14. 2. Persilangan dihibrid Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan menggunakan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda. Pada percobaan ini kami menyilangkan bentuk biji (bulat + keriput) dan warna biji (kuning + hijau). Pada persilangan antara tanaman biji bulat warna kuning dengan keriput warna hijau diperoleh keturunan biji bulat warna kuning. Dari hasil persilangan tersebut dapat diduga bahwa sifat bulat dan kuning merupakan sifat dominan sedangkan sifat keriput dan hijau merupakan sifat resesif. Diagram persilangan dihibrid sebagai berikut :
Didapatkan hasil dengan perbandingan : y Rasio fenotif Bulat kuning : Bulat hijau : Keriput kuning : Keriput hijau 29 : 9 : 10 : 1
y Rasio genotif BBKK : BbKK : BBKk : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk 2 : 3 : 7 : 17 : 1 : 8 : 5 : 5 : 1
Dari percobaan dihasilkan data bahwa semua F1 heterozigot bulat kuning, kemudian dilakukan persilangan antar keturunan F1 untuk mendapatkan F2 dan kemudian didapatkan fenotif bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau = 29 : 9 : 10 : 1. Sifat dominan bulat hijau menutupi sifat resesif keriput hijau secara penuh karena pada genotif BbKk, sifat yang muncul adalah bulat kuning. Pada percobaan didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan hukum Mendel yang menghendaki munculnya rasio fenotif 9 : 3 : 3 : 1 sedangkan yang didapat adalah 29 : 9 : 10 : 1.
VI. KESIMPULAN 1. Modifikasi adalah perubahan fenotife karena pengaruh lingkungan. 2. Persilangan monohibrid menghasilkan F2 dengan perbandingan 3 : 1, sedangkan dihibrid menghasilkan F2 dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. 3. Fenotipe yang muncul pada F1 disebut sifat yang dominan, sedangkan yang tidak muncul (kalah) disebut sifat yang resesif. 4. Genotif adalah sifat yang ditentukan oleh gen, sedangkan fenotpif adalah penampakan sifat sebagai hasil interaksi antara genotif dan lingkungannya. 5. Pada percobaan monohibrid kami tidak sesuai tetapi mendekati, dengan rasio fenotif Merah : Putih = 36 : 14 dan rasio genotif MM : Mm : mm = 14 : 22 : 14. 6. Pada percobaan dihibrid kami sama sekali tidak dapat membuktikan hukum Mendel yang menghendaki munculnya rasio fenotif 9 : 3 : 3 : 1 sedangkan yang didapat adalah 29 : 9 : 10 : 1.
VII.
DAFTAR PUSTAKA Crower, K. V. 1989. Genetika Tumbuhan. UGM Press : Yogyakarta. Suryo. 1990. Genetika. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. Halang Bunda dan M. Zaini. 2011. Penuntun Praktikum Genetika. FKIP UNLAM : Banjarmasin.