Anda di halaman 1dari 44

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan akan melakukan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan selalu memerlukan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk membiayai investasi jangka panjangnya.Dana yang digunakan untuk melangsungkan kegiatan operasional sehari-hari disebut modal kerja. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membiayai kegiatan operasinya sehari-hari, di mana modal kerja yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Modal kerja yang berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatan operasional selanjutnya. Modal kerja ini akan terus berputar setiap periodenya di dalam perusahaan. Modal kerja dalam perusahaan perlu ditelaah karena modal kerja penting bagi setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan beberapa alasan : 1. Tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan opersional sehari-hari. 2. Sebagian besar waktu dari manajer dicurahkan untuk mengelola modal kerja perusahaan. 3. Aktiva lancar dari perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa memiliki jumlah yang cukup besar dari total aktiva perusahaan.

Pengelolaan modal kerja merupakan tanggung jawab setiap manajer atau pimpinan perusahaan. Manajer harus mengadakan pengawasan terhadap modal kerja agar sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara efektif di masa mendatang. Manajer juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja agar dapat menyusun rencana yang lebih baik untuk periode yang akan datang. Selain manajer, kreditor jangka pendek juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja suatu perusahaan. Dengan begitu, kreditor jangka pendek akan memperoleh kepastian kapan hutang perusahaan akan segera dibayar. Perubahan modal kerja dalam suatu perusahaan diperlukan untuk mengetahui jumlah modal kerja optimal yang dibutuhkan perusahaan tersebut. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari perubahan modal kerja adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengelolaan investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut, meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva dan pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar. Untuk dapat menentukan jumlah modal kerja yang efisien, terlebih dahulu diukur dari elemen-elemen modal kerja. Dalam pengelolaan modal kerja perlu diperhatikan tiga elemen utama modal kerja, yaitu kas, piutang dan persediaan. Dari semua elemen modal kerja dihitung perputarannya. Semakin cepat tingkat perputaran masing-masing elemen modal kerja, maka modal kerja dapat dikatakan efisien. Tetapi jika perputarannya semakin lambat, maka penggunaan modal kerja dalam perusahaan kurang efisien. 2

Di dalam perusahaan diperlukan adanya pengelolaan modal kerja yang tepat karena pengelolaan modal kerja akan berpengaruh pada kegiatan operasional perusahaan. Kegiatan operasional ini akan berpengaruh pada pendapatan yang akan diperoleh perusahaan. Pendapatan tersebut akan dikurangi dengan beban pokok penjualan dan beban operasional atau beban lainnya sampai diperoleh laba atau rugi. Dengan kata lain, pengelolaan modal kerja ini berpengaruh pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas). Perusahaan yang dikatakan memiliki tingkat profitabilitas tinggi berarti tinggi pula efisiensi penggunaan modal kerja yang digunakan perusahaan tersebut. Salah satu tujuan dari sebuah perusahaan adalah mendapatkan laba yang maksimal. Keuntungan atau laba merupakan sarana penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Makin tinggi laba yang diharapkan maka perusahaan akan mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembang serta tangguh menghadapi persaingan. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti pengaruh perubahan modal kerja terhadap tingkat profitabilitas yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Perubahan Modal Kerja Terhadap Tingkat Profitabilitas pada PT. TIARA SEMESTA Tahun 2006-2010

1.2

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang diajukan dalam

penelitian adalah Sebarapa besar pengaruh antara perubahan modal kerja terhadap tingkat profitabilitas pada PT. TIARA SEMESTA ? 3

1.3

Ruang Lingkup Masalah Adapun batasan-batasan masalah yang akan penulis kemukakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbandingan pengaruh perubahan modal kerja pada perusahaan yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan. y Periode sampel dari penelitian ini meliputi pergerakan laporan keuangan perusahaan dalam kurun waktu 5 tahun.

1.4

Tujuan dan Manfaat 1.4.1 Tujuan dari penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui adanya pengaruh

perubahan modal keja terhadap tingkat profitabilitas pada PT. TIARA SEMESTA. 1.4.2. Manfaat penelitian penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihak, antara lain : Bagi Penulis Penelitian ini selain sangat berguna untuk menambah pengetahuan mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi perusahaan dan dunia usaha, juga 4

merupakan penerapan teori-teori yang diperoleh dari praktik yang terjadi di lapangan. y Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan tentang informasi sekaligus sebagai bahan acuan untuk perbandingan dalam penelitian serupa. y Bagi Perusahaan Sebagai bahan informasi bagi perusahaan dalam mengelola modal kerja secara efektif dan efisien sehingga tujuan perusahaan dalam memperoleh laba dan meningkatkan perkembangan perusahaan dapat tercapai.

1.5

Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini, penulis susun sebagai

berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan dan manfaat, serta sistematika penulisan.

BAB II

LANDASAN TEORI Dalam bab ini penulis mengemukakan teori-teori yang berkaitan

dengan pengaruh perubahan modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan. BAB III METODE PENELITIAN Berisi tentang kerangka pemikiran, hipotesis, asumsi, definisi operasional, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, teknik analisis data, lokasi dan waktu penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini memuat gambaran obyek penelitian dan analisis data. BAB V PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran bagi perusahaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian dan Konsep Modal Kerja Pemahaman arti modal kerja sangat erat hubungannya dalam rangka menghitung kebutuhan modal kerja. Pengertian modal kerja yang berbeda-beda akan menyebabkan perhitungan kebutuhan modal kerja yang juga berbeda. Pengertian modal kerja menurut Sawir (2005:129), adalah sebagai berikut :

Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Sedangkan Menurut Sundjaja & Berlian (2002:155), yaitu : modal kerja adalah aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar diri satu bentuk kebentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha atau kas, surat-surat berharga yang mudah di uangkan (giro, cek, deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka waktu normal perusahaan. Ada tiga konsep modal kerja yang umum dipergunakan, yaitu : 1. Konsep Kuantitatif Berdasarkan pendekatan konsep kuantitatif, modal kerja merupakan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto(Gross Working Capital). 2. Konsep Kualitatif Konsep ini menitik beratkan kualitas modal kerja suatu badan usaha/ perusahaan. modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan selisih jumlah aktiva lancar setelah dikurangi dengan hutang lancar pada suatu periode waktu tertentu. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bersih (Net Working Capital). 3. Konsep Fungsional Konsep fungsional menekankan pada aspek fungsi modal kerja yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.

Modal kerja adalah aktiva jangka pendek yang digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh perusahaan. Kebijakan modal kerja adalah sebuah keputusan yang diambil oleh manajer. Besar kecilnya modal kerja yang disediakan oleh perusahaan terutama tergantung terhadap sikap manajemen terhadap laba dan resiko. Dalam manajemen modal kerja ada dua prinsip mendasar dari pendanaan operasional (Horne, 2005:313), yaitu : a. Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas b. Kemampuan memperoleh laba searah dengan resiko.

Weston (1999:332), merumuskan tiga alternatif pada pembiayaan aktiva lancar tersebut sebagai pola pembiayaan yang bersifat konservatif, agresif, dan moderat. Pola pembiayaan yang bersifat konservatif dicirikan dengan sikap mmanajemen yang mempertahankan tingkat aktiva lancar yang tinggi. Asumsinya yang mendasari adalah semakin tinggi likuiditasnya. Pola pembiayaan agresif adalah sebaliknya, pola ini dicirikan oleh sikap manajemen yang menjaga tingkat aktiva lancar serendah mungkin sepanjang dapat mendukung penjualan, dengan proporsi yang tinggi antara hutang lancar dari keseluruhan hutang. Strategi ini akan menghasilkan tingkat modal kerja rendah bahkan negatif dan kemampuan memperoleh laba yang tinggi. Konsekuensinya adalah resiko yang tinggi. Pola pembiayaan moderat berada diantara kedua pola tersebut. Kebijakan ini berusaha untuk mempertemukan masa

jatuh tempo aktiva dan kewajiban dengan setepat-tepatnya sehingga pendanaan aktiva akan dilakukan dengan instrumen pendanaan yang memiliki masa jatuh tempo kurang lebih sama. Metode pembiayaan ini merupakan model yang paling ideal sehingga sering digunakan pedoman pembelanjaan dalam perusahaan. A. Hubungan Rasio Lancar (Current Ratio) terhadap ROI Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan berapa besar hutang lancar yang dijamin oleh aktiva lancar.

current ratio =

aktiva lancar hutang lancar

100%

Semakin besar rasio ini maka semakin kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu unsur kebijakan modal kerja berasal dari aktiva lancar berupa kas, piutang dan persediaan. Mengelola modal kerja berarti mengelola aktiva lancar. Aktiva lancar biasanya dikaitkan dengan hutang lancar. Oleh sebab itu dalam memahami pengertian modal kerja berkaitan pula dengan hutang lancar. Dengan kondisi tertentu aktiva lancar mampu menghasilkan keuntungan (profitabilitas) bagi pemilik perusahaan. B. Hubungan Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover Ratio) terhadap ROI Rasio perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. (Abdullah , 2005:71), dapat dihitung dengan rumus :

Working Capital Turn Over

total penjualan modal kerja

X 100%

Semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu perusahan dimana persentase modal kerja yang ada mampu menghasilkan jumlah penjualan tertentu. Selain itu semakin besar rasio ini menunjukkan efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.

C.

Hubungan Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva (Current Assets to Total Assets Ratio) terhadap ROI

Rasio jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva yang terdapat diperusahaan yang dinyakan dalam persen (Sawir, 2005 :144). Dapat dihitung dengan rumus :

current assets to total assets

jumlah aktiva lancar Total aktiva

X 100%

Semakin besar rasio semakin baik karena menunjukkan tersedianya kas, piutang dan persediaan yang merupakan harta lancar yang paling likuid dibanding dengan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan. Adanya aktiva yang likuid dapat digunakan sewaktu waktu dapat membiayai kebutuhan operasional perusahaan dalam rangka menghasilkan laba. D. Hubungan Rasio Jumlah Hutang Lancar terhadap Total Aktiva (Current Liabilities to Total Assets Ratio) terhadap ROI

10

Rasio jumlah hutang lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah hutang lancar terhadap total aktiva yang terdapat diperusahaan yang dinyatakan dalam persen (Barlian & Sundjaja, 2001:78). Dapat dihitung dengan rumus :

Current Liabilities to Total assets

jumlah hutang lancar total aktiva

X 100%

Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang jangka pendek. Semakin besar persentase pendanaan berasal dari ekuitas pemegang saham maka dari sudut kreditur bermakna makin besar perlindungan bagi pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko keuangan yang dapat mengganggu capaian profitabilitas perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka semakin baik atau semakin kecil resiko keuangan. Kesimpulannya, pengertian modal kerja adalah nilai aktiva atau harta yang dapat segera dijadikan uang kas yang digunakan perusahaan untuk operasional perusahaan sehari-hari. Jenis-jenis Modal Kerja Bagi suatu perusahaan, tersedianya modal kerja yang memadai akn menjamin kelangsungan operasi perusahaan. Beroperasinya perusahaan itu akan mengalami perubahan-perubahan yang nantinya mempengaruhi kebutuhan modal yang diperlukan. Modal kerja yang tersedia harus menutupi beban-beban.

11

Penetapan modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan beda-beda, salah satunya tergantung pada jenis perusahaan. Berikut ini ada beberapa klafikasi modal kerja menurut Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2001:61) :

a. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) Modal kerja permanen adalah modal kerja yang secara teratur harus ada pada perusahaan untuk mendukung operasi-operasi yang dijalankan perusahaan. Modal kerja permanen juga dapat di bagi 2 yaitu: 1. Modal Kerja Primer (primary working capital). Modal Kerja Primer yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. 2. Modal Kerja Normal (normal working capital). Modal kerja normal adalah modal kerja yang diperlukan oleh perusahaan untuk mendukung operasi-operasi normal perusahaan yang sering dikaitkan dengan luas produksi dari perusahaan tersebut. Operasi normal menghasilkan produksi normal. Apabila perusahaan misalnya selama 4 atau 5 bulan rata-rata perbulannya mempunyai produksi 1000 unit maka dapat di katakan luas produksi normalnya adalah 1000 unit. Apabila kemudian ternyata selama 4 atau 5 bulan berikutnya luas produksi ratarata perbulannya 2000 unit, maka luas produksi normalnya berubah menjadi 2000 unit. b. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital)

12

Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah - ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja variabel dapat dibedakan atas: 1. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan fluktuasi musim. 2. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. 3. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya : adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja Kebutuhan modal kerja harus direncanakan dengan seksama oleh manajer keuangan karena kesalahan didalam manajemen modal kerja akan menyebabkan kesalahan yang fatal bagi perusahaan. Perubahan modal kerja merupakan keputusan mendasar sehubungan dengan jumlah setiap kategori aktiva lancar yang ditambah dan bagaimana aktiva lancar tersebut akan dibiayai. Perubahan modal kerja ini menyangkut penentuan besar kecilnya jumlah aktiva lancar yang akan di pertahankan oleh perusahaan.

13

Untuk menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan terdapat sejumlah faktor yang perlu dianalisa. Djarwanto (2001:89) menyatakan besarnya modal kerja yang di butuhkan perusahaan tergantung pada beberapa hal yaitu : a. Sifat umum atau tipe perusahaan. b. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli perunit barang tersebut. c. Syarat pembelian dan penjualan d. Tingkat perputaran persediaan e. Tingkat perputaran piutang f. Pengaruh konjungtur (business cycle) g. Derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek h. Pengaruh musim i. Credit rating dari perusahaan. 2.2. Pembelanjaan Modal Kerja Sawir (2005:138) menjelaskan ada 3 (tiga) pilihan bagi manajemen perusahaan untuk membelanjai modal kerjanya, yaitu : 1. Modal Kerja Konservatif modal kerja konservatif adalah dimana perusahaan memodali sebagian modal kerja variabelnya dengan modal permanen, sedangkan modal kerja permanen dan aktiva tetap dibelanjai oleh modal permanen. 2. Modal Kerja Moderat

14

Perusahaan dapat pula mengambil modal kerja moderat dalam membelanjai modal kerjanya dimana dalam hal ini modal kerja variabel yang dimiliki oleh perusahaan dimodali dengan sumber dana jangka pendek dan modal kerja permanen serta aktiva tetap dimodali dari sumber dana jangka panjang.

3.

Modal Kerja Agresif modal kerja agresif adalah bila semua modal kerja dibelanjai dengan modal kerja jangka pendek, tetapi sebahagian dari modal kerja permanennya di belanjai dengan sumber modal kerja jangka pendek.

2.3.

Manajemen Modal Kerja Menurut Weston & Copeland (1999:327) mengemukakan bahwa : manajemen modal kerja mengacu pada semua aspek pengelolaan aktiva lancar dan kewajiban lancar. manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek yang terdapat dalam perusahaan agar mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Oleh karena itu seorang manajer diharapkan mampu mengelola agar pemenuhan modal kerja dapat berjalan dengan baik.

Menurut Weston & Copeland (1999 :324), Pengelolaan modal kerja menjadi penting karena menyangkut beberapa aspek yaitu sebagai berikut :

15

1. Beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu manajer keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari dan ini merupakan bagian dari manajemen modal kerja. 2. Lebih separuh dari total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar sebagai bagian investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar memerlukan perhatian yang seksama dari menajer keuangan. 3. Hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan permodalan aktiva lancar adalah dekat dan langsung. Misalnya dalam piutang, jika jangka waktu penagihan piutang perusahaan 40 hari dan penjualan kreditnya Rp.1.000.000,00 sehari, berarti investasi perusahaan dalam piutang akan sebesar Rp.40.000.000,00. 4. Manajemen modal kerja terutama sangat penting bagi perusahaan kecil. Walaupun perusahaan kecil ini dapat mengurangi investasi aktiva tetapnya melalui sewa-beli atau leasing peralatan dan mesin. Mereka tidak dapat menghindari kebutuhan akan kas, piutang dan persediaan. Karena perusahaan kecil memiliki akses (jalan masuk) ke pasar modal yang relatif sangat terbatas, maka penekanan harus ditujukan kepada kredit dagang dan pinjaman bank jangka pendek, keduanya mempunyai pengaruh pada modal kerja perusahaan melalui peningkatan kewajiban lancar. Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar

memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan dengan menutupi kerugian-kerugian dan dapat mengatasi keadaan kritis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan. Perusahaan akan semakin kuat apabila telah dapat menafsirkan seberapa banyak kebutuhannya akan modal kerja. Djarwanto (2001:87) menyatakan manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah :

16

1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian kerena debitur tidak membayar kewajibannya, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot. 2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktu yang telah ditentukan. 3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga. 4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian, dan sebagainya. 5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya. 6. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para pelanggan. 7. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan supplyer yang dibutuhkan. 8. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi. Sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja (Sawir, 2005:133) adalah seperti yang diutarakan berikut ini : 1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marginal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva lancar tersebut.

17

2. Meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. 3. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo.

2.4. Profitabilitas Perusahaan Profitabilitas perusahaan diindikasikan oleh earnings (laba). Menurut Gitman (2003 : 599): Profitability is the relationship between revenues and cost generated by using the firms assets both current and fixed in productive activities. Sedangkan Brigham dan Houston (2001 : 89) mengatakan bahwa : profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Selain itu juga mengemukakan bahwa profitability ratios are a group of ratios that shows the combined effects of liquidity, assets management, and debt on operations.

Hal tersebut menunjukkan rasio profitabilitas merupakan suatu kelompok rasio yang menunjukkan aspek likuiditas, manajemen aktiva dan besarnya oparasional perusahaan yang dibiayai dari sumber hutang. Dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk mengukur profitabilitas adalah Return on Investment (ROI). Istilah lain dari ROI adalah Return on Assets (ROA). Gitman (2003: 65) mengatakan bahwa :

18

Return on Total Assets (ROA) measures the overall effectiveness of management in generating profits with its available assets; also called the return on investment (ROI).

Berdasarkan defenisi tersebut bahwa ROI istilah lainnya disebut ROA yang mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menghasilkan laba dengan pemanfaatan dari aktiva aktiva yang dimiliki perusahaan. Kemampulabaan (Profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan memberikan gambaran dan jawaban akhir tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Laba (profit) maksimum adalah tujuan umum setiap perusahaan yang bersifat jangka pendek dan merupakan elemen terpenting agar kelanjutan dari perusahaan itu dapat terjamin, Selain tujuan yang bersifat jangka panjang yaitu kemampuan untuk bersaing (survive), kemampuan untuk bertumbuh (growth), dan kemampuan untuk berkembang (develop). Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut maka perlu dilakukan proses manajemen yang efektif dan efisien. Tingkat efisien tidak hanya dilihat dari sisi laba yang diperoleh, melainkan dengan cara membandingkan laba yang diperoleh tersebut dengan kekayaan atau modal yang dimiliki oleh perusahaan untuk menghasilkan laba tersebut. Kondisi perusahaan dapat diketahui kekuatan dan kelemahannya melalui rasio profitabilitas. Rasio-rasio profitabilitas yang dipergunakan berhubungan dengan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Terdapat beberapa

19

pengukuran terhadap profitabilitas atau rentabilitas suatu perusahaan yang masingmasing dihubungkan dengan total aktiva, modal sendiri maupun nilai penjualan yang dicapai. Weston & Copeland (1999:232) mendefenisikan : profitabilitas (kemampulabaan) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan.

Sedangkan menurut Martono & Harjito (2001:18) menyatakan bahwa: profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Manager perusahaan diharapkan memiliki kemampuan didalam mengelola perusahaan untuk mendapatkan laba yang maksimum melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya dengan cara yang efisien. Efisiensi perusahaan dapat di peroleh dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rasio profitabilitas perusahaan yang umum digunakan menurut Sawir (2005:18) adalah : 1. Margin Laba Kotor ( gross profit margin) 2. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) 3. Rentabilitas Ekonomis (Basic Earning Power) 4. Return On Investment (ROI)

20

5. Return On Equity (ROE) Dari ukuran rasio profitabilitas diatas, penulis mengambil rasio ukur Return On Investment (ROI) untuk melakukan penelitian . Kelebihan Return On Investment (ROI) menurut Syamsuddin (2002:58) yaitu: 1. Selain ROI berguna sebagai alat kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan. Misalnya ROI dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan apabila perusahaan akan melakukan ekspansi. Perusahaan dapat mengistimasikan ROI yang harus melalui investasi pada aktiva tetap. 2. ROI dipergunakan sebagai alat mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menerapkan sistem biaya produksi yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung profitabilitas masing-masing produk. 3. Kegunaan ROI yang paling prinsip berkaitan dengan efisiensi penggunaan modal, efisiensi produksi dan efisiensi penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila perusahaan telah melaksanakan praktek akuntansi secara benardalam artian mematuhi prinsip-prinsip akuntansi yang ada. Apabila suatu perusahaan pada periode tertentu telah mencapai perputaran aktiva operasi (operating assets turn over) sesuai standar/ target yang telah ditetapkan, akan tetapi ROI yang dicapai masih dibawah standar, maka pihak manajemen perusahaan hendaknya lebih

21

mencurahkan perhatian pada usaha peningkatan efisiensi sektor produksi dan penjualan. Sedangkan kelemahan Return On Investment (ROI) menurut Syamsuddin (2002:59), yaitu sebagai berikut: 1. Sulit membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain, karena perbedaan praktek akuntansi antar perusahaan. 2. Analisa return on investment (ROI) saja tidak dapat dipakai untuk membandingkan antara dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh hasil yang memuaskan.

Menurut Syamsuddin (2002:57) ROI sering disebut juga dengan Return On Total Assets dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan seluruh aktiva perusahaan yang dimiliki. ROI dapat dihitung dengan rumus : Laba Bersih Setelah Pajak total aktiva

ROI =

X 100%

BAB III

22

METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Tujuan mengelola modal kerja adalah untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari sehingga menghasilkan laba. Perubahan modal kerja menyangkut penentuan besar kecilnya jumlah aktiva lancar yang akan di pertahankan oleh perusahaan. Nurak (2002 : 70) menyatakan bahwa : perubahan modal kerja dapat dilihat dari 4 (empat) aspek yang saling terkait secara serentak yaitu : rasio cara pembelanjaan modal kerja, tingkat rasio lancar, tingkat perputaran modal kerja dan rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva. perputaran modal kerja (working capital turn over) adalah rasio antara penjualan dengan modal kerja. Perputaran modal kerja ini menunjukan jumlah rupiah penjualan bersih yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Perputaran modal kerja yang tinggi menunjukan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba meloalui penjualan dan akhirnya akan meningkatkan ROI. Rasio aktiva lancar terhadap total aktiva adalah rasio yang menunjukan barapa bagian dari total aktiva yang tertanam dalam pos-pos yang lancar. Rasio aktiva lancar atas total aktiva yang tinggi menunjukan bahwa baik profitabilitas baik resiko yang dihadapi akan menurun, hal ini berarti ROI juga mengalami penurunan. Profitabilitas yang tinggi disebabkan karena aktiva lancar yang menghasilkan lebih sedikit dibanding dengan aktiva tetap.

23

Rasio hutang lancar terhadap total aktiva dapat menunjukan total aktiva yang dibiayai oleh pasiva lancar. Jika rasio hutang lancar terhadap total aktiva meningkat, laba meningkat karena perusahaan menggunakan banyak pembiayaan jangka pendek yang berdampak pada naiknya resiko perusahaan atas pembayaran jangka hutang lancarnya. Pihak perusahaan harus berperan aktif dalam menentukan besarnya dana, cara mendapatkan dan mengalokasikan pada berbagai jenis aktiva yang menghasilkan serta mengandalikannya sehingga diperoleh suatu kombinasi sumber dan

penggunaan dana yang seimbang dan efisien. Tujuan mengelola modal kerja adalah membiayai operasi perusahaan sehari-hari sehingga menghasilkan laba. Laba tersebut dibandingkan dengan modal yang digunakan untuk menghitung

profitabilitasnya. Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek yaitu kas, sekuritas yang mudah dijual, persediaan dan pihutang. Modal kerja merupakan dana yang digunakan untuk operasional sehari-hari dan wujud dari modal kerja tersebut adalah perkiraan-perkiraan yang ada dalam aktiva lancar. Manajemen modal kerja sangat berkaitan erat dengan masalah pembelanjaan perusahaan. Namun, sering kali untuk persediaan yang ada digudang sebagian masih merupakan hutang perusahaan terhadap supplier atau pemasok, karena itu timbul pengertian modal kerja bersih atau net working capital yaitu selisih dari aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Perubahan modal kerja menyangkut penentuan besar kecilnya jumlah aktiva lancar yang akan di pertahankan oleh perusahaan. Kondisi perubahan modal kerja

24

yang ditunjukan oleh rasio lancar (current ratio), rasio perputaran modal kerja (working capital turn over), rasio aktiva lancar terhadap total aktiva (current assets to total assets), rasio hutang lancar terhadap total aktiva (current liabilities to total assets), dan kondisi return on investment (ROI). Sehingga kerangka pemikiran yang terbentuk sebagai berikut : PERUBAHAN MODAL KERJA
current ratio

working capital turn over modal kerja current asset to total asset return on investment (ROI)

current liabilities to total asset

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka diperoleh hipotesis bahwa perubahan modal kerja yang meningkat berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada PT. TIARA SEMESTA.

25

3.3

Asumsi Dalam hipotesis telah dijelaskan bahwa menurut penlis ada pengaruh antara

perubahan modal kerja terhadap tingkat profitabilitas. Dan pengaruhnya signifikan, dengan asumsi bahwa total aktiva adalah lebih besar dari keuntunagn netto sesudah pajak atau kenaikan total aktiva diikuti dengan kenaikan total laba bersih . denagn kata lain modal kerja yang lebih besar akan mengakibatkan profitabilitas suatu perusahaan yang lebih besar pula. 3.4 Definisi Operasional

3.4.1 Current Ratio (X1 ) Current ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunukan berapa besar hutang lancar yang dijamin oleh aktiva lancar. Semakin besar rasio ini maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya.

3.4.2

Working Capital Turn Over (X2) Working Capital Turn Over merupakan perbandingan antara penjualan

dengan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu perusahaan tertentu. 3.4.3 Current Assets to Total Assets (X3 ) Current Assets to Total Assets merupakan perbandingan aktiva lancar

26

terhadap total aktiva yang terdapat diperusahaan yang dinyatakan dalam persen. 3.4.4 Current Liabilities to Total Assets (X4) Current Liabilities to Total Assets merupakan jumlah perbandingan jumlah hutang lancar terahadap total aktiva terhadap perusahaan yang dinyatakan dalam persen. Dapat dihitung dengan rumus : 3.4.5 Return On Investment (Y) Return on investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba setelah pajak dari seluruh modal yang dimilikinya.

3.4.6 Operasionalisasi Variabel Adapun operasionalisasi variabel terdapat pada tabel 3.1. berikut : Tabel 3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel Sub Variabel Indikator

No .

Variabel

Skala

1.

Current Ratio (X1 )

Liquidity

aktiva lancar hutang lancar

X 100%

Rasio

27

2.

Working Capital Turn Over (X2) Current Asset to total Asset (X3)

Liquidity

total penjualan modal kerja

X 100%

Rasio

Liquidity

3.

jumlah aktiva lancar total aktiva

X 100%

Rasio

4.

Current Liabilities to Total Assets (X4)

Leverage

Jumlah hutang lancar total aktiva

X 100% Rasio

ROI (Y) 5.

Profitability

EAT total aktiva

X 100%

Rasio

3.5

Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian adalah sebagai

berikt: 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian untuk

memperoleh data sekunder dengan cara mencari dan mempelajari serta menelaah buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. 2. Penelitian Lapangan (field Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung terhadap perusahaan yang menjadi objek penelitian dengan cara:

28

a. Observasi, merupakan penelitian secara langsung terhadap objek penelitian guna memperoleh data dan informasi yang diperlukan. b. Wawancara, merupakan pengumpulan data yang diperoleh dengan cara melakukan tanya jawab langsung dengan nara sumber yang dianggap kompeten dan akan memberikan data akurat dan benar. c. Dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan dan menganalisa data-data penting tentang perusahaan, terutama yang berhubungan dengan perputaran piutang dan pengembalian investasi pada PT.Tiara Semesta, dari bulan Oktober tahun 2009 sampai dengan bulan Desember tahun 2011.

3.6 3.6.1

Metode dan Teknik Analisa data Metode analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Model dasar analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Y = f (X1,X,2X3,X4) Model tersebut di transformasikan dalam bentuk regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis) dengan metode Ordinary Least Squer (OLS) sebagai berikut :    


29

Dimana : Y = Return on Investment (ROI) X1 = Current Ratio X2 = Working Capital Turnover Ratio X3 = Current Assets to Total Assets X4 = Current Liabilities to Total Assets Ratio = Konstanta = Eror Term

Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda. Hal ini dilakukan sebelim dilakukan pengujian terhadap hipotesis. Asumsi-asumsi klasik tersebut meliputi (Gujarati, alih bahasa Zain : 1999) ebagai berikut :

1. Data terdistribusi secara normal (Normalitas Data). 2. Tidak terdapat multikolinieritas diantara atau semua independen. 3. Tidak terdapat heteroskedastisitas, yaitu ragam error yang tidak konstan pada setiap variabel. 4. Tidak terjadi autokorelasi, yaitu korelasi antar error atau tidak dipengaruhi oleh unsur gangguan. 3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas Data Normalitas data dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov. Dimana apabila nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal dan sebaliknya. Uji Multikoliniearitas

30

Dimana suatu keadaan yang satu atau lebih variabel bebasnya terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya. Adanya multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF), yaitu dengan rumus : (Hair et al, 1998 :193)

R2/k = Koefesien determinasi (R2) berganda ketika Xk diregresikan dengan variabelvariabel X lainnya. Batas tolerance value adalah 0,01 dan batas VIF adalah 10. Apabila : tolerance value < 0,01 atau VIF > 10 = terjadi multikolinieritas tolerance value > 0,01 atau VIF < 10 = tidak terjadi multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi atau terjadi jika residual tidak memiliki varians yang konstan. Perubahan yang tergambarkan dalam spesifikasi model regresi disebut Homoskedastisitas. Asumsi kedua ini akan di uji dengan uji Glesjer yaitu untuk memformalkan grafik dengan melakukan regresi FLS terhadap model regresi dan kembali melakukan regresi terhadap residual untuk menentukan koefesien kemiringan yang signifikan dan melakukan pengujian t, berikut : (Gujarati, dalam Zain, 1999 : 186).

31

Apabila : t hitung !t tabel = terjadi heteroskedastisitas t hitung t tabel = tidak ada heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Pengujian asumsi ketiga menggunakan uji Durbin Watson (Durbin-Watson Test), yaitu menguji apakah terjadi korelasi serial atau tidak dengan menghitung nilai d statistik dengan rumus (Gujarati, dalam Zain, 1999 : 215) berikut :

dimana : d = nilai d et = nilai residu dari persamaan regresi periode t et-1 = nilai residu dari persamaan regresi periode t-1

3.6.3. Pengujian Hipotesis Untuk membuktikan hipotesis maka digunakan alat uji sebagai berikut : 1. Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas, dengan tingkat keyakinan 95 % ( =0,05). Urutan uji F meliputi : a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif.

32

H0 :

1=

2=

3= 4=

0
i

Ha : Paling sedikit ada satu

i = 1,2,3,4

b. Menghitung F-hitung dengan menggunakan rumus yaitu :

dimana : R2= koefesien determinasi n = jumlah sampel k = jumlah variabel bebas Dengan kriteria tersebut, diperoleh nilai Fhitung yang dibandingkan dengan Ftabel dengan tingkat resiko (level of significant) dalam hal ini 0,05 dan degree of freedom = n-k-1. c. Kriteria Pengujian dimana : Fhitung > Ftabel = H0 ditolak Fhitung Ftabel = H0 diterima 2. Uji Koefesien Determinasi (R2 ), melihat berapa proporsi variasi dari variabel bebas secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel tidak bebas, dengan formula (Gujarati, dalam Zain, 1995 : 207) sebagai berikut :

dimana : JKR = jumlah kuadrat regresi (explained sum of squares) JKY = jumlah total kuadrat (total sum of squares) 33

Dalam hasil output SPSS Version 15 maka yang menjadi patokan adalah Adjusted R Square. 3. Uji-t statistik, untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 95 % ( = 0,05). Urutan Uji t : a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif. H0 :
1= 2= 3= 4=

0
i

Ha : Paling sedikit ada satu

0 i = 1,2,3,4

b. Menghitung t-hitung dengan menggunakan rumus : Clave et al., (2001:534)

dimana :

bi = koefesien regresi masing-masing variabel Sbi = standar error masing-masing variabel

Dari perhitungan tersebut akan diperoleh nilai thitung yang kemudian dibandingkan dengan ttabel pada tingkat keyakinan 95%. c. Kriteria pengujian t hitung > t tabel = H0 ditolak

34

t hitung t tabel = H0 diterima BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 4.1.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat PT. TIARA SEMESTA Pada April tahun 2006 berdiri perusahaan CV. TIARA ABADI yang memulai usahanya dengan bekerjasama dengan pabrik karet milik badan usaha milik daerah Jawa barat yang bernama PT. AGRONESIA yang memproduksi produk-produk karet dengan merek INKABA. Pada saat itu PT. AGRONESIA menambah investasi baru yang pangsa pasarnya adalah sparepart otomotif. Kerjasama pertama dengan PT. AGRONESIA adalah memproduksi Engine Mounting PS-100, Develope produksi terus bertambah yang mana semua produksi Engine Mounting semua type mobil untuk diproduksi. Permintaan produksi tersebut diminta oleh perusahaan yang memiliki jaringan nasional yaitu PT. DIRGAPUTRA EKA PRATAMA dan PT. DISTRIBUSI NASIONAL SEJAHTERA (DINAMIS). Maka atas prestasi CV. TIARA ABADI pada Juli 2007 diangkat menjadi Dealer Pemasaran produk-produk PT. AGRONESIA. Setelah memasuki tahun 2007 CV. TIARA ABADI mengalami pengembangan yang cukup pesat maka pada November 2008 perusahaan CV. TIARA ABADI mengubah badan usahanya menjadi PT. TIARA SEMESTA yang akan menjalankan perusahaan usaha di bidang trading dan distribusi

35

jaringan pemasaran, dan pada Juli 2008 memiliki Customer baru yaitu PT. UNITED TRACTOR meminta disupply produk-produk sparepart mobil truck dan alat-alat pertambangan.

Company Profile Nama Perusahaan NPWP TDP SIUP SKT DOMOSILI Office : PT. TIARA SEMESTA : 02.744.347.2-413.000 : 100715005184 : 510/1-572/PINDAKOPDANPMD/PK- 00/1V/2008 : PEM-00144/WPJ.22/KP.0203/2008 :503/838/III/2008/Ekmasy : Spanish Square Blok C No.2 Delta Mas Cikarang Kab Bekasi Telp Fax Email Factory Direktur : (021) 89970016/89970017 : (021) 89970014 : tiara@tiarasemesta.co.id : Jl.Simpang Industri No 2 Bandung : Sundoko

36

4.1.2

Struktur Organisasi PT. TIARA SEMESTA

Direktur

Manajer Pemasaran

Manajer Gudang

Manajer Keuangan

Bag Promosi

Bag Penjualan

Adm Gudang

Checker

Bag Pencatatan

Bag Penagihan

Bag Cashier

Pengiriman

Bag Piutang

Bag Kartu Stock

Bag jurnal

4.1.3

Bidang/Kegiatan Penulis ditempatkan pada bagian penjualan yang menangani penjualan

produk secara kredit. Berikut struktur organisasi pada bagian Penjualan.

Manajer Pemasaran

Bag Promosi

Bag Penjualan

Pengiriman

37

4.1.4

Tugas dan Tanggung Jawab

A. Direktur Bertanggung jawab untuk menerima laporan-laporan yang masuk dari berbagai manajer. Serta berwenang untuk mengetahui posisi keuangan pada perusahaan, guna membuat laporan untuk para dewan direksi. B. Manajer Pemasaran Bertanggung jawab untuk membuat perencanaan pemasaran dan penjualan. Serta membuat laporan tentang pemasaran dan penjualan dalam suatu periode tertentu guna membuat perencanaan pemasaran dan perencanaan penjualan dalam jangka pendek. 1. Bagian Promosi Bagian ini bertugas melakukan promosi atas produk-produk yang dijual PT. TIARA SEMESTA kepada para pelanggan dan calon pelanggan. 2. Bagian Penjualan Bertanggung jawab untuk memproses order dari pelanggan, Serta menentukan tanggal pengiriman, dan dari gudang mana barang akan dikirim. 3. Bagian Pengiriman Bagian ini bertanggung jawab untuk menyerahkan menyerahkan barang atas dasar Surat Order Penjualan (SOP) yang diterima dari bagian Penjualan, dan Surat Barang Keluar gudang (SBKG) berikut barangnya

38

dari bagian Gudang. Bagian ini juga membuat Surat jalan (DO) untuk kepentingan pengiriman barang ke pelanggan. C. Manajer Gudang Bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan. Menyerahkan barang ke fungsi pengiriman dan menggunakan surat barang keluar gudang (SBKG). 1. Adm gudang Bertanggung jawab untuk menyimpan dan mencatat setiap keluar barang dan menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan. Menyerahkan barang ke fungsi pengiriman dan menggunakan surat barang keluar gudang (SBKG). 2. Checker Bertanggung jawab untuk mengecek barang dan menyesuaikan dengan kartu stock persediaan. Agar jumlah barang di gudang sesuai dengan data persediaan barang. D. Manajer Keuangan Bertanggung jawab untuk mengontrol segala macam masalah keuangan. Dan bertanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pada periode tertentu yang dapat digunakan untuk membuat keputusan. 1. Bagian pencatatan

39

Bertanggung jawab untuk mencatat transaksi penerimaan kas dalam jurnal penerimaan kas ke dalam jurnal penerimaan kas dan membuat laporan penerimaan kas setiap harinya. a. Bagian Piutang Bagian ini bertanggung jawab untuk Mengelola piutang dengan cara membuat laporan penagihan bulanan/tahunan secara tepat waktu dan akurat. b. Bagian kartu stock Bertanggung jawab untuk mencatat semua barang serta harga pokok barang yang ada dalam persediaan barang. c. Bagian Jurnal Bertanggung jawab untuk mencatat segala transaksi penjualan kepada jurnal penjualan serta membuat laporan tentang penjualan. 2. Bagian Penagihan Bertanggung jawab untuk menagih atas piutang yang terjadi pada transaksi sesuai dengan jatuh tempo yang tertera pada faktur penjualan. Serta membuat laporan tentang penagihan atas piutang dagang yang terjadi pada periode tertentu. 3. Bagian Cashier Bertanggung jawab untuk mengelola keuangan perusahaan dan mengatur aliran uang tunai, membuat laporan keuangan seluruhnya secara periodik baik laporan bulanan maupun tahunan.

40

4.1.5

Prosedur Sistem yang Berjalan Pemasaran dan penjualan pada PT. TIARA SEMESTA dilakukan dengan

cara : Bagian promosi / Sales mendatangi para pelanggan untuk menawarkan produk yang mereka jual, selanjutnya jika pelanggan berminat dengan produk yang ditawarkan maka pelanggan akan memesan produk tersebut dengan cara mengeluarkan PO. Kemudian sales memberikan PO tersebut ke bagian penjualan untuk segera diproses. Setelah itu Bagian penjualan memeriksa persediaan barang yang dipesan oleh pelanggan, apakah barang tersebut tersedia atau tidak di gudang, jika produk tidak tersediamaka bagian penjualan akan mengembaliakn PO ke pelanggan serat memberikan informasi ke pelanggan bahwa barang yang dipesan tidak tersedia. Jika barang yang dipesan ada maka bagian gudang menyiapkan dan mengirimkan barang dan surat jalan beserta faktur kepada pelanggan yang memesan produk.

4.1.5.1 Sumber Informasi dan Sumber Data a. Pelanggan : faktur dan surat jalan b. Sales : pelanggan, penjualan dan pemasaran c. Penjualan : penjualan, surat jalan, barang, faktur. d. Barang : nama barang, harga barang.

41

4.1.5.2 Informasi yang dihasilkan a. pelanggan Entity yang berisikan informasi tentang pelanggan pada PT. TIARA SEMESTA. b. Sales Entity yang berisikan informasi tentang sales pada PT. TIARA SEMESTA. c. Penjualan Entity yang berisikan informasi tentang penjualan pada PT. TIARA SEMESTA. d. Pemasaran Entity yang berisikan informasi tentang pemasaran pada PT. TIARA SEMESTA. e. Barang Entity yang berisikan informasi tentang barang yang dijual dan dipasarakn pada PT. TIARA SEMESTA.

42

4.1.5.3 Produk-produk yang dipasarkan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. EM. PS 100 EM. Carry-100 EM.Carry FUTURA EM. Fighter F EM.Fighter R Torqie Rod EM.Toyota Factor Hino lohan F Hino lohan R Damper Suzuki Damper Yamaha Damper Honda Damper Karisma Cham Gaet Cain Cham Gaet Cain Roller BUSHING ST100 ARM STIR 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. Bushing Arm Stri Futura Rubber Cros Join PS 100 Rubber Filter Air Honda Honda pillion Kit Honda Pillion kit mega pro Suzuki Pillion Kit Yamaha Pillion Kit Yamaha Pillion Kit New Rubber Foot step Honda Rubber Foot step Yamaha BM- PNTL BM-1226 BM-1230 BM-RINGER BM-1235 BM-wp

43

44

Anda mungkin juga menyukai