Anda di halaman 1dari 5

ASURANSI LAUT

PENDAHULUAN Asuransi laut merupakan pelopor dari segala jenis asuransi. Asuransi laut di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang diatur secara jelas, terperinci dan luas. Dalam Kitab UndangUndang Hukum Dagang (KUHD) lebih dari 25pasal (dari pasal 592 sampai dengan pasal 685) secara khusus mengatur tentang asuransi laut ini. Hal-Hal yang Disebutkan dalam Polis Pasal 592 KUHD selain syarat-syarat yang tersebut dalam pasal 256, polis harus menyebutkan: 1. Nama nakhoda, nama kapal serta macamnya yang dalam masalah asuransi kapal menyebabkan tentang apakah kapal itu dibuat dari bahan tertentu atau harus disebutkan bahwa pihak yang ditanggung tidak tahu tentang itu; 2. Tempat dimana barang-barang muatan itu dimuat dengan kapal tersebut. 3. Pelabuhan-pelabuhan harus berangkat; 4. Pelabuhan-pelabuhan atau tempat-tempat berlabuhdimana kapal tersebut harus mengambil atau menurunkan muatan; 5. Pelabuhan-pelabuhan atau tempat-tempat perdaratan yang harus dimasuki kapal tersebut; 6. Tempat dari mana bahya mulai berjalan atau tanggungan pihak yang menanggung; 7. Harga kapal yang ditanggung. Hal-hal yang tersebut diatas penyebutannya tidaklah bersifat kaku atau mutlak, akan tetapi lebih bersifat luwes atau flexible. Hal-Hal yang Bisa Masuk dalam Asuransi Laut Pasal 593 KUHD menyebutkan, yang menjadi pokok dalam suatu asuransi laut adalah khususnya: 1. Casco atau lunas sebuah kapal, kosong atau dengan muatannya, dipersenjatai atau tidak dipersenjatai, berlayar sendirian atau bersama-sama dengan kapal lainnya; 2. Segala alat perlengkapan sebuah kapal; 3. Alat perlengkapan perangnya;

4. Segala bahan kepeluan hidupnya dan pada umumnya segala apa yang dikeluarkan oleh kapal tersebut, hingga kapal itu dapat berlayar; 5. Semua barang yang dalam muatan; 6. Segala upah pengangkutan yang akan dipeolehnya; 7. Segala bahaya pembajakan. Sedangkan menurut pasal 594 KUHD menyebutkan pertanggungan dapat diadakan: 1. Terhadap seluruh atau sebagian dari barang-barang yang bersangkutan, bersama-sama atau masing-masing tersendiri; 2. Pada situasi damai atau saat perang; 3. Sebelum atau selama dalam pelayaran kapal tersebut; 4. Untuk perjalanan berangkatnya saja atau pulangnya saja, atau untuk perjalanan pulang-pergi, atau juga hanya untuk sesuatu tertentu; 5. Untuk semua bahaya laut; 6. Untuk perkabaran yang baik atau buruk. Kepastian tentang Kapalnya Belum Diperoleh Terkadang seseorang yang akan menerima suatu barang yang pengirimannya dengan kapal, belum mengetahui kapal mana yang akan mengangkut barangnya itu. Bila terjadi hal ini pasal 595 menyebutkab bahwa piahk tersebut tidak perlu penywbutan tentang nakhoda dan kapal, asal saja dalam polisnya tidak diketahui tentang hal itu dan disebutkan pula tentang tanggal dan penandatanganan dari surat pengantar yang paling baru. Pertanggungan seperti ini hanya bisa dilakukan untuk keadaaan tertentu, akan tetapi batasan ini tidak bersifat mutlak (tidak termasuk hokum imperative, normative, terhadap mana yang tidak dapat diadakan penyimpangan). Kepastian tentang Wujud Barangnya Belum Diperoleh Barangbarang yang akan diterima, di mana macam dan wujudnya belum diketahui, dapat diasuransikan. Ditetapkan oleh Pasal 596, jika pihak yang ditanggung tidak mengetahui tentang macamnya barang-barang yang akan dikirimkan kepadanya atau yang disimpan, maka barangbarang tersebut bisa diasuransikan di bawah mana barang pada umumnya.

Pertanggungan seperti ini tidak termasuk perak dan emas dalam bentuk mata uang, barangbarang dari emas dan perak, perhiasan, mutiara atau barang-barang berharga dan barang-barang kebutuhan perang, dijelaskan dalam Pasal 596 Ayat 2. Pertanggungan yang Didasarkan atas Kabar Baik atau Buruk Kemungkinan suatu pertanggungan diadakan pada saat barang-barang sudah sampai ke tempat tujuan tanpa ada suatu kerusakan apapun, dan pihak asurador mengetahui secara pasti hal ini. Oleh pasal 579 jo Pasal 269 pertanggungan ini dinyatakan batal, sebabhal ini tida termasuk pada suatu peristiwa yang belum pasti terjadinya, di mana keyataannya memang sudah jelas bahwa barang tidak rusak atau dalam keadaan baik. Juga untuk keadaan sebaliknya, di mana di saat pertanggungan dilakukan keadaaan barang tersebut telah rusak, dan tentang adanya kerusakan ini pihak yang ditanggung telah mengetahuinya, maka hal ini pun oleh Pasal 269 dinyatakan batal. Barang-barang yang Tidak Boleh Ditanggung Mengenai barang-barang yang tidak boleh ditanggung keselamatannya ini ditetapkan oleh pasal 599 KUHD sebagai berikut. Segala pertangungan adalah batal apabila dibuat: 1, 2, dan 3 dihapuskan menurut Lembaga Negara tahun 1933 NO 47, tahun 1934 No. 214 dan tahun 1938 No.2; 4 atau barang-barang yang menurut undang-undang atau peratuan-peraturan lainnya tidak boleh diperdagangkan; 5 atau sebuah kapal, baik kapal Indonesia atau kapal asing yang dipergunakan untuk mengangkut barang-barang yang bersangkutan. Waktu Awal Timbulnya Keadaan Darurat Asuransi laut dilakukan karena adanya keadaan gawat di laut. Hal ini berarti bahwa sangat perlu untuk mengetahui saaat awal adanya keadan gawat tersebut yang biasanya merupakan saat kebernagkatan kapal itu. Asuransi laut ini biasanya dilakukan di saat kapalnya sudah berangkat belayar, dengan catatan bahwa pada polis harus dijelaskan bahwa sesungguhnya pihak yang ditanggung tidak mengetahui adanya pemberangkatan kapal itu, serta kabar terakhir tentang keadaan kapal harus diketahuinya, seperti diucapkan oleh 603 KUHD. Ongkos Pengangkutan Pasal 616 upah pengangkutan boleh dipertanggungkan untuk jumlah sepenuhnya.

Pasal 617. Apabila kapanya musnah atau terdampar, maka pertanggungannya harus dengan apa yang bagi nakhoda atau pemilik kapal tadi telah terhemat mengenai biaya-biaya perjalanan sebagai akibat kecelakaan itu, dibandingkan dengan apa yang sedianya harus dikeluarkan, seandainya kapal tadi dengan selamat tiba di tempat tujuannya. Pertanggungan Terhadap Kemungkinan Terjadinya Pembajakan di Laut Seperti ditetapkan oleh Pasal 818, dalam hal ini yang ditanggung adalah besanya uang yang harus dikeluarkan untuk menebus seseorang yang menjadi korban penyanderaan selama dalam pelayaran. Masa Berlakunya Pertanggungan Tentang kapan berlakunya pertanggungan dan saat tidak berlakunya ini ditentukan oleh Pasalpasal 624 sampai dengan Pasal 634 KUHD. Pasal 624 dalam hal pertanggungan pada sebuah kapal, maka bahaya mulai berjalan bagi pihak yang menangung sejak saat nakhoda mulai dengan pemuatan barang-barang dagangan; atau apabila ia diwajibkan berangkat hanya dengan membawa bahan pemberat, pada saat dimulainya memuat bahan tersebut. Pasal 625. Dalam pertangungan yang disebutkan yang lalu bahaya bagi pihak yang menanggung berakhir dalam janga 21 hai setelah barang-barangnya dipertanggungkan sampai di tempat tujuan, atau sekian hari lebih cepat setelah barang-barang sebuah muatan tersebut dibongkar. Pasal 626 KUHD, dalam halnya sebuah kapl dipetanggungkan untuk sebuah perjalanan pergipulang, atau untuk lebih dari suatu perjalanan, maka pihak yang menanggung, selamam itu menanggung bahaya sampai dengan 21 hari semenjak diselesaikannya perjalanan teakhir, atau beberapa hari lebih cepat setelah barang-barang muatan terakhir setelah dibongkar. Pasal 627 KUHD. Apabila yang diasuransikan itu adalah barang-barang dagangan atau barngbarang lainnya, maka bahaya mulai berjalan atas tanggungan pihak yang menanggung segera setelah barang-barang itu di bawanya ke tepi laut, untuk selanjutnya tempat itu dimuat atau dinaikkan ke dalam kapal-kapal yang akan mengangkutnya. Pasal 62 KUHD, jika yang diauransikn itu adalah barang-barang dagangan atau barang-barang lainnya, maka bahaya itu berlangsung terus tanpa henti, meskipun nakhoda telah dengan terpaksa melakukan pelabuhan darurat, membongkar muatan dan memperbaiki kapalnya di situ, hingga perjalanannya dihentikan secara sah oleh pihak yang ditanggung diberikan perintah untuk tidak lagi memuat barang-barangnya ke kapal, ataupun pelayaran itu diselesaikan sama sekali. Pasal 629 KUHD, jika nakhoda atau pihak yang ditanggung atas barang-barang, karena alasan-alasan yang sah tidak dapat membongkar muatan dalam jangka waktu seperti ditetapkan Pasal 627, sedangkan mereka tidak bersalah atas keterlambatan itu, bahaya bagi pihak yang menanggung tetap berlangsung sampai saat selesainya dibongkar barang-barang tersebut.

Dalam pasal-pasal lainnya dapat dilihat di KUHD. Hukum Negara Lain Berdasarkan Hukum Perancis, Jerman dan Inggris, bahwa tanggungan itu mulai dipakai sejak barang-barang dimuat ke kapal. Namun dalam pelaksanannya diadakan perikatan-perikatan khusus yang tidak sama dengan itu, yakni yang menetapkan resiko pihak asurador sudah mulai berlaku di saat barang-barang dismpan dalam gudang pelabuhan yang selanjutnya diangkut melalui laut. Dengan kata lain, bahwa hal ini pada hakikatnya sama dengan yang termaksud dalam pasal-pasal KUHD tadi.

Anda mungkin juga menyukai