KOMPAS/SONYA HELEN SINOMBOR General Manager Perum Perumnas Regional V, Gede Ary
SEMARANG, KOMPAS.com- Setelah membangun 2.296 unit rumah bagi kalangan masyarakat tingkat menengah tahun 2011 tahun ini Perum Perumnas Regional V yang meliputi Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur, menargetkan pembangunan 1.921 unit rumah dengan nilai pendapatan Rp 144,38 miliar. Demikian ditegaskan General Manager Perum Perumnas Regional V Gede Ary di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (11/1/2012), seusai peresmian kerjasama Perumnas Regional V dengan pengembang swasta dari PT Hamparan Cipta Griya. Perumnas dan Hamparan akan membangun 237 unit rumah di wilayah Mranggen, Kabupaten Demak, Jateng. "Pada tahun 2011 lalu kami menargetkan penjualan 1.998 unit rumah dengan pendapatan sekitar Rp 143 miliar, realisasi pendapatannya memang hanya sekitar Rp 101 miliar, tapi jumlah unit rumah yang dibangun lebih banyak, yakni 2.296 unit. Jadi kontribusi rumah untuk rakyat kecil lebih banyak," ungkap Gede Ary yang didampingi Deputi General Manager Perum Perumnas V Rohmad Budiyanto. Selain bekerjasama dengan kalangan swasta, Perum Perumnas V juga meningkatkan program kerja usaha (KSU) dengan pemerintah kabupaten/kota, terutama di wilayah Kalimantan, dalam rangka pengadaan lahan. Ia berharap, kerjasama tersebut bisa membantu, sehingga rumah yang dibangun Perumnas harganya bisa terjangkau masyakarat kecil.
Pimpinan PT Hamparan Cipta Griya, Nur Widhi Wijatmiko, menyebutkan, selama dua tahun terakhir pihaknya bekerjasama dengan Perumnas Regional V untuk membangun rumah di daerah Mranggen, Kabupaten Demak. Dalam kerjasama tersebut, pada tahun 2011 pihaknya tela h membangun 242 unit rumah seharga Rp 60 juta hingga Rp 70 juta. "Pada tahun 2012 rencananya kami akan membangun 237 unit di lahan sekitar tiga hektar," paparnya.
BANK BUMN
JAKARTA (Suara Karya): PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) melakukan terobosan dengan penetapan suku bunga kreditnya single digit untuk jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA). Suku bunga kredit tersebut ditetapkan sebesar 9,00 persen untuk kredit di atas Rp 350 juta. Sementara untuk kredit di bawah Rp 350 juta suku bunga ditetapkan 9,75 persen. "Suku bunga kredit tersebut berlaku untuk akad kredit tanggal 11 Januari 2012," kata Direktur Utama Bank BTN Iqbal Latanro, kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (10/1). Menurut Iqbal, kebijakan ini merupakan yang pertama dilakukan diawal tahun 2012 menyusul kebijakan serupa yang sudah dilakukan pada akhir November 2011. Kebijakan itu, kata Iqbal, merupakan komitmen perseroan untuk terus melakukan terobosan melalui program promosi dalam menetapkan suku bunga kreditnya sesuai dengan kemampuan bank dan kondisi pasar. "Untuk merespon pasar dan sebagai moment yang baik di awal tahun 2012 Bank BTN menetapkan tingkat suku bunga kredit barunya single digit," ujar Iqbal. Dikatakan Iqbal, sebagai pemimpin pasar perumahan di Indonesia, Bank BTN tidak mau ketinggalan dengan bank umum lainnya. Terobosan yang dilakukan Bank BTN sesuai dengan semangat regulator akan perbankan untuk segera menurunkan tingkat bunga kreditnya. Dengan membaiknya fundamental ekonomi Indonesia yang ditandai dengan turunnya BI rate yang menjadi dasar dalam perhitungan suku bunga kredit, maka peseroan telah siap dengan hitungan untuk menetapkan suku bunga kreditnya. "Kami ingin kebijakan ini menjadi stimulus bagi bertumbuhnya industri perumahan di Indonesia dan masyarakat dapat memanfaatkannya dengan baik," kata Iqbal. Seperti diketahui bisnis pembiayaan perumahan merupakan bisnis padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja karena terkait dengan 114 industri ikutannya. Hal ini sekaligus dapat menjadi stimulus ekonomi dengan hidupnya kembali antara supply dan demand terkait dengan masalah perumahan. "Mudah-mudahan penurunan suku bunga kredit ini mendapat respon yang posisitf dari dunia usaha yang terkait perumahan dengan bertumbuh dan berkembangnya industri pembangunan perumahan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan rumah," ujar Iqbal. (Novi)
sumber : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=295034
Sejumlah pengembang perumahan di Jabar merasa khawatir permintaan rumah akan menurun pada 2012. - Istimewa
INILAH.COM, Bandung - Sejumlah pengembang perumahan di Jabar merasa khawatir permintaan rumah akan menurun pada 2012. Pasalnya, Undangundang nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, memerintahkan developer membangun rumah minimal tipe 36. Ketua Real Estate Indonesia (REI) Jabar Yana Mulyana meminta pemerintah meninjau ulang UU nomor 1 tahun 2011 tersebut, khususnya pasal 22 ayat 3 yang berbunyi bangunan perumahan diwajibkan minimal ukuran 36 meter persegi. "Kami meminta ditinjau ulang Undang-Undang tersebut karena (rumah tipe 36) tidak akan terjangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah," ujarnya kepada INILAH.COM, Rabu (11/1/2012). Menurutnya, hingga saat ini belum ada peraturan menteri sebagai turunan dari UU tersebut. Hal tersebut membuat pihaknya kebingungan melakukan penerapan di lapangan. "Sampai saat ini kami belum menerapankannya karena belum ada aturan turunannya," katanya.
Seperti diketahui, UU nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan pasal 22 ayat 3 merujuk pada standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Organisasi dunia itu memiliki standar rumah layak dengan luas 40 meter persegi atau 10 meter persegi per orang.[jul]
Sumber : http://www.inilahjabar.com/read/detail/1817573/rei-khawatir-penjualan-rumahtahun-ini-turun