Anda di halaman 1dari 4

Analisa APHT I.

Pasal 11 ayat (1) UU Hakt Tanggungan (UUHT) menyatakan bahwa : (1) Di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan wajib dicantumkan : a. nama dan identitas pemegang dan pemberi Hak Tanggungan; b. domisili pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan apabila di antara mereka ada yang berdomisili di luar Indonesia, baginya harus pula dicantumkan suatu domisili pilihan di Indonesia, dan dalam hal domisili pilihan itu tidak dicantum kan, kantor PPAT tempat pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan dianggap sebagai domisili yang dipilih; c. penunjukan secara jelas utang atau utang-utang yang dijamin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 10 ayat (1); d. nilai tanggungan; e. uraian yang jelas mengenai obyek Hak Tanggungan. dari peraturan tersebut dapat disimpulkan ada 5 unsur yang wajib dicantumkan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT), yaitu : 1. Nama dan Identitas pemegang dan pemberi Hak Tanggungan Tuan Ishak Herdiman, SE; bertindak selaku Kepala Cabang PT. Bank Syariah Mandiri berkedudukan di Jakarta Pusat, Saharjo. Bertindak dalam jabatannya berdasarkan Surat Keputusan Direksi yang dibuat dibawah tangan (No : 10/261-KEP/DIR), dengan demikian sah bertindak untuk dan atas nama PT. Bank Syariah Mandiri Jakarta dan berdasarkan SKMHT tanggal 18 Maret 2011 Nomor 97. bertindak selaku kuasa dari Ny. Evi Elviati. PT Bank Syariah Mandiri cabang Jakarta-Saharjo selaku Pemegang Hak Tanggungan. 2. Domisili Para Pihak Pihak Pemberi Hak Tanggungan berdomisili di Depok, Jawa Barat. Pihak Pemegang Hak Tanggungan berdomisili di Jakarta Pusat. Para Pihak dalam hal-hal mengenai Hak Tanggungan ini memilih domisili pada Kantor Panitera Pengadilan Negeri Depok 3. Penunjukan secara jelas utang yang dijamin

Pembiayaan Dana Berputar dengan Akad Musyarakah (No: 06 tertanggal 1 Oktober 2010) dan dengan penambahan Pembiayaan Dana Berputar dengan Akad Musyarakah (No: 96 tertanggal 18 Maret 2011) yang dibuat secara notariil; Nilai Utang sejumlah Rp. 500.000.000,4. Nilai Tangggungan Nillai Tanggungan sejumlah Rp. 272.500.000,5. Uraian Mengenai Objek Hak Tanggungan Sebidang Hak atas Tanah berupa Hak Milik No. 07238/ Bakti Jaya seluas 139 m2 . Terletak di Jalan Al Mawanah RT 01/ RW 02 Kel. Bakti Jaya, Kec. Sukmajaya, Kota Depok, Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa APHT No. 49/2011 tersebut telah memenuhi asas specialitas yang disyaratkan dalam Pasal 11 (1) UUHT. II. Dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) No. 49/2011 dicantumkan janji-janji sebagai berikut : 1. Pihak Pertama tidak akan menyewakan kepada pihak lain Obyek Hak Tanggungan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pihak Kedua, termasuk menentukan atau mengubah jangka waktu sewa dan/atau menerima uang sewa dimuka jika disetujui disewakan atau sudah disewakan. (sesuai ketentuan pada Pasal 11 (2) huruf a UUHT) 2. Pihak Pertama tidak akan mengubah atau merombak semua bentuk atau tata susunan Obyek Hak Tanggungan, termasuk mengubah sifat dan tujuan kegunaannya baik seluruhnya maupun sebagian, tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pihak Kedua. (sesuai ketentuan pada Pasal 11 (2) huruf b UUHT) 3. Dalam hal Debitor sungguh-sungguh cidera janji, Pihak Kedua oleh Pihak Pertama dengan akta ini diberi dan menyatakan menerima kewenangan, dan untuk itu kuasa untuk mengelola Obyek Hak Tanggungan berdasarkan Penetapan Ketua

Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi letak Obyek Hak Tanggungan yang bersangkutan. (sesuai ketentuan pada Pasal 11 (2) huruf c UUHT) 4. Jika Debitor tidak memenuhi kewajiban untuk melunasi hutangnya, berdasarkan perjanjian utang-piutang tersebut di atas, oleh Pihak Pertama, Pihak Kedua selaku Pemegang Hak Tanggungan Peringkat Pertama dengan akta ini diberi dan menyatakan menerima kewenangan, dan untuk itu kuasa, untuk tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Pihak Pertama.. (sesuai ketentuan pada Pasal 6 jo. Pasal 11 (2) huruf e UUHT) 5. Pihak Kedua sebagai Pemegang Hak Tanggungan Pertama atas Obyek Hak Tanggungan tidak akan membersihkan Hak Tanggungan tersebut kecuali dengan persetujuan dari Pemegang Hak Tanggungan Kedua dan seterusnya, walaupun sudah dieksekusi untuk pelunasan piutang Pemegang Hak Tanggungan. (sesuai ketentuan pada Pasal 11 (2) huruf f UUHT) 6. Tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pihak Kedua, Pihak Pertama tidak akan melepaskan haknya atas Obyek Hak Tanggungan atau mengalihkannya secara apapun untuk kepentingan Pihak Ketiga. (sesuai ketentuan pada Pasal 11 (2) huruf g UUHT) 7. Dalam Obyek Hak Tanggungan dilepaskan haknya oleh Pihak Pertama atau dicabut haknya untuk kepentingan umum, sehingga hak Pihak Pertama atas Obyek Hak Tanggungan berakhir, Pihak Kedua dengan akta ini oleh Pihak Pertama diberi dan menyatakan menerima kewenangan , dan untuk itu kuasa, untuk menuntut atau menagih dan menerima uang ganti rugi dan/atau segala sesuatu yang karena itu dapat ditagih dari Pemerintah dan/atau Pihak Ketiga lainnya, untuk itu menandatangani dan menyerahkan tanda penerimaan uang dan melakukan tindakan-tindakan yang perlu dan berguna serta dipandang baik oleh Pihak Kedua serta selanjutnya mengambil seluruh atau sebagian uang ganti rugi dan lain-lainnya tersebut guna pelunasan piutangnya. (sesuai ketentuan pada Pasal 11 (2) huruf i UUHT) 8. Pihak Pertama akan mengasuransikan Obyek Hak Tanggungan.; Dalam hal terjadi kerugian karena kebakaran atau malapetaka lain atas Obyek Hak Tanggungan Pihak Kedua dengan akta ini diberi dan menyatakan menerima kewenangan, dan untuk itu kuasa, untuk menerima seluruh atau sebagian ganti kerugian asuransi yang bersangkutan sebgai pelunasan utang Debitor. (sesuai ketentuan pada Pasal 11 (2) huruf j UUHT)

9. Pihak Kedua dengan akta ini diberi dan menyatakan menerima kewenangan, dan untuk itu kuasa, untuk, atas biaya Pihak Pertama, melakukan tindakan yang diperlukan untuk menjaga dan mempertahankan serta menyelamatkan Obyek Hak Tanggungan, jika hal itu diperlukan untuk pelaksanaan eksekusi atau untuk mencegah menjadi hapusnya atau dibatalkannya hak atas Obyek Hak Tanggungan karena tidak dipenuhi atau dilanggarnya ketentuan undangundang. (sesuai ketentuan pada Pasal 11 (2) huruf d UUHT) 10. Jika Pihak Kedua mempergunakan kekuasaannya untuk menjual Obyek Hak Tanggungan, Pihak Pertama akan memberikan kesempatan kepada yang berkepentingan untuk melihat Obyek Hak Tanggungan yang bersankutan pada waktu yang ditentukan oleh Pihak Kedua dan segera mengosongkan atau suruh mengosongkan dan menyerahkan Obyek Hak Tanggungan. (sesuai ketentuan pada Pasal 11 (2) huruf k UUHT) Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa APHT No. 49/2011 tersebut telah memuat janji-janji sesuai dengan ketentuan pada Pasal 11 (2) UUHT.

Anda mungkin juga menyukai