Anda di halaman 1dari 23

RUMAH SEDERHANA

Rumah Layak Huni, Mimpi yang Belum Terbeli


M.Latief | Latief | Kamis, 12 Januari 2012 | 12:07 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - Regulasi baru perumahan berupa Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dinilai menghambat masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk memiliki rumah layak huni. Kebijakan yang efektif per 1 Januari 2012 itu memperlamban kerja pengembang, terutama mereka yang selama ini membangun rumah sederhana tapak (RST). Demikian Wakil Koordinator REI Regional II Jawa-Kalimantan, Mochamad Rudiansyah, ditemui dalam Pertemuan Nasional DPP REI dengan DPD REI seIndonesia, di Surabaya, Rabu (11/1/2012) kemarin. Terkait ketentuan yang memberatkan pengembang, lanjut dia, tampak pada UU Nomor 1/2011 tepatnya pasal 42 ayat 2 tentang perjanjian jual beli pada butir E mensyarakatkan pembangunan perumahan paling sedikit 20 persen dari total unit perumahan yang akan dibangun. "Padahal, kami sebagai pengembang ingin membantu pemerintah menekan besarnya backlog nasional yang per tahun 2011 mencapai 13,4 juta unit. Tetapi, kenapa kebijakan baru pemerintah itu justru menyulitkan kami," ujarnya. Bahkan, ia mengaku, selama ini pengembang yang bergerak dalam pembangunan perumahan RST baru bisa merealisasi hunian setelah ada pesanan dari pembeli yang pengajuan KPR-nya sudah disetujui pihak perbankan.

"UU No.1/2011 ini sangat bertentangan dengan persyaratan umum yang diterapkan perbankan dalam menyalurkan pinjaman atau kredit konstruksi," tegasnya. Di sisi lain, tambah dia, laju peningkatan kekurangan kebutuhan masyarakat seharusnya menjadi fokus pemerintah. Untuk itu, bisa dilakukan dengan memacu pengadaan dan penyerapan perumahan di Tanah Air. "Dengan adanya UU No.1/2011, kami khawatir tingkat backlog nasional semakin besar dibandingkan tahun 2011. Sementara, jumlah backlog tahun lalu sudah mencatatkan kenaikan 11 juta unit lebih dibanding tahun 2010," katanya. Selain itu, ujar dia, saat ini upaya pengembang perumahan untuk mewujudkan RST bagi MBR terhalang oleh pasal 22 ayat 3 UU No.1/2011 yang membatasi luas lantai rumah minimal 36 meter persegi. Sementara, sampai sekarang banyak RST yang diserap pasar bertipe 30 dengan dua kamar dan tipe 24 dengan satu kamar. "Di Jatim, realisasi RST sekitar 16.000 unit per tahun 2011. Dari jumlah tersebut, 90 persennya adalah rumah yang dibangun dengan luasan di bawah 36 meter persegi atau tipe 30 dan tipe 24 menyusul harganya sangat terjangkau bagi MBR," katanya. Kalau mereka diminta beli rumah tipe 36 yang harga jualnya rata-rata di atas Rp70 jutaan per unit, lanjut dia, semakin menyulitkan masyarakat. Daripada tipe 36, lebih baik bangun rumah tipe 24 tetapi luas kavlingnya bisa 72 meter persegi. "Dengan demikian masih ada ruang yang bisa mereka gunakan untuk pengembangan pada masa mendatang," katanya.
Sumber : http://properti.kompas.com/read/2012/01/12/1207058/Rumah.Layak.Huni.Mimpi.yang.Belum.Ter beli

KEPEMILIKAN RUMAH

Pengembang Desak Pemerintah Lanjutkan FLPP


M.Latief | Latief | Kamis, 12 Januari 2012 | 10:58 WIB

shutterstock

Saat ini FLPP telah berhenti, menyusul tidak berlanjutnya kesepahaman program yang dikenal dengan Perjanjian Kerja sama Operasional (PKO) antara Kementerian Perumahan Rakyat dengan dunia perbankan nasional.

SURABAYA, KOMPAS.com - Sejumlah pengembang melalui Real Estate Indonesia (REI) meminta pemerintah melanjutkan pemberlakuan kebijakan fasilitas likuiditas pemilikan perumahan (FLPP) karena akan membantu percepatan penyerapan unit rumah sederhana di Tanah Air. Saat ini FLPP telah berhenti, menyusul tidak berlanjutnya kesepahaman program yang dikenal dengan Perjanjian Kerja sama Operasional (PKO) antara Kementerian Perumahan Rakyat dengan dunia perbankan nasional.

FLPP sangat ideal bagi masyarakat terutama mereka yang berpenghasilan rendah antara Rp 1,5 juta - Rp 2,5 juta per bulan.
-- Setyo Maharso

Ketua Umum DPP REI, Setyo Maharso, ditemui di sela Pertemuan Nasional DPP REI dengan DPD REI se-Indonesia di Surabaya, Rabu (11/1/2012), mengatakan, sampai sekarang Kementerian Perumahan Rakyat dan kalangan perbankan belum membuat kesepakatan baru atau PKO Program FLPP tahun 2012. "Faktor penyebabnya didasari permintaan Kementerian Perumahan Rakyat agar suku bunga FLPP masa 2012 bisa turun seiring penurunan BI Rate dan pinjaman perbankan secara umum," ujarnya. Bahkan, lanjut Setyo, sampai saat ini sejumlah kalangan perbankan di penjuru Nusantara sebagai penyalur program FLPP masih melakukan penghitungan atas suku bunga yang akan diterapkan dan melibatkan Kementerian Perumahan Rakyat. "Padahal, FLPP sangat ideal bagi masyarakat terutama mereka yang berpenghasilan rendah antara Rp 1,5 juta - Rp 2,5 juta per bulan," katanya. Selain itu, rinci dia, awalnya FLPP didesain pemerintah untuk menggantikan kebijakan sebelumnya yang berbasis pada subsidi uang muka atau pun selisih suku bunga bagi proses realisasi kredit kepemilikan rumah (KPR). "Khususnya jenis rumah sederhana sehat (RSh) atau kini dikenal rumah sederhana tapak (RST)," paparnya. Setyo mengaku sangat menyayangkan Program FLPP di Indonesia berhenti begitu saja. Padahal, kata dia, selama ini penerapannya banyak diminati pasar perumahan di Tanah Air. "Walau penyerapan fasilitas subsidi banyak mengalami kendala yang dipicu permasalahan teknis. Kami yakin, FLPP tetap menarik bagi pasar. Bahkan, bisa menekan angka backlog yang mencapai 13,4 juta unit per tahun 2011," ucapnya. Senada dengan Setyo, Wakil Koordinator REI Regional II Jawa-Kalimantan, Mochamad Rudiansyah, menambahkan keberlanjutan FLPP sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat masa kini. "Apalagi, sampai sekarang masih banyak masyarakat berpenghasilan rendah yang belum memiliki rumah layak huni," ujarnya.

Sumber : http://properti.kompas.com/read/2012/01/12/10584943/Pengembang.De sak.Pemerintah.Lanjutkan.FLPP

Kemenpera Harap Suku Bunga KPR Jadi 5%


Nur Januarita Benu - Okezone
Kamis, 12 Januari 2012 18:03 wib

Foto: Menpera Djan Faridz/ Nur Januarita Benu (okezone.com)

TANGERANG - Pemerintah terus mengupayakan pembangunan rumah sederhana atau rumah murah bagi masyarakat kurang mampu secara merata. Untuk itu pemberian kredit berbunga rendah sangat diperlukan. Hal ini berkaitan dengan kontrak kerja sama antara pemerintah dengan pihak bank selaku pemberi kredit. Sejauh ini baru Bank BTN, yang bekerja sama dengan pemerintah, dalam memberikan kredit rumah murah. Pemerintah melalui Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera), saat ini tengah memperpanjang kontrak kerja sama dengan pihak bank yang sudah habis masanya sejak Desember 2011 lalu.

"Kontraknya sedang diproses, paling minggu depan selesai. Pemerintah sih mengharapkan suku bunganya masih bisa direvisi. Idealnya sampai lima persenlah," kata Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, saat ditemui usai meresmikan Sinar Mas Land Plaza, di BSD City, Tangerang, Kamis (12/1/2012).

Seperti yang diketahui Bank BTN baru-baru ini menurunkan suku bunga untuk KPR dan KPA hingga sembilan persen ini. Kredit rumah berbunga murah tersebut diberikan dalam jangka waktu atau tenor 15 tahun. Ke depannya bank-bank lain diharapkan akan semakin banyak bekerja sama, guna mendukung program pemerintah dalam menyediakan hunian layak dan merata bagi seluruh masyarakat. "Sekarang ini kami berusaha mendorong bank-bank lain untuk bekerja sama. Utamanya untuk bank BUMN, agar mau terlibat dan lebih peduli pada program-program pemerintah," ujarnya. Lebih lanjut Djan Faridz menegaskan, jika bank-bank tersebut ingin bekerja sama, sudah pasti akan lebih menguntungkan. Pemerintah akan menyubsidi pembangunan rumah-rumah sederhana tersebut. "Misalkan melalui pendanaannya dengan komposisi pemerintah 50 persen,dan 50 persen lagi bank yang cari dari pasar," papar Djan Faridz. (rhs)

Sumber : http://property.okezone.com/read/2012/01/12/471/556235/redirect

2012, Pemerintah Bedah 200 ribu Rumah Swadaya


Nur Januarita Benu - Okezone
Kamis, 12 Januari 2012 18:27 wib

Foto: Rumah layak huni untuk rakyat/ proprtykitacom.blogpot

TANGERANG - Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono memberikan pengarahan kepada para menterinya dalam melakukan pekerjaan untuk rakyat agar berfokus pada satu area. Tujuannya agar kemakmuran penduduk dapat cepat tercapai. Maksud dari pengarahan tersebut adalah dalam sebuah daerah dilibatkan langsung beberapa instansi sekaligus di antaranya Kemenpera untuk pembangunan perumahan, Kemen PU untuk sarana prasarana, Kementrian UKM untuk pengembangan usaha serta perbankan dalam menyediakan Kredit Usaha Rakyat. Dalam hal ini juga diharapkan keterlibatan pihak swasta, salah satu contohnya adalah

perusahaan pengembang. "Jadi misalkan dalam pembangunan yang terfokus di satu daerah, pemerintah menyediakan dana bedah rumah Rp6 juta per rumah, nah pihak swasta dapat membantu alokasinya sekitar Rp3-4 juta," kata Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz saat ditemui di BSD City, Kamis (12/1/2012). Bedah rumah tersebut meliputi perbaikan fisik bangunan, seperti lantai tanah diganti plester, jendela untuk pencahayaan dan sirkulasi udara yang lebih baik, atap rumbia diganti dengan seng, dan lainnya. Tujuannya selain memberikan hunian yang layak, juga untuk kesehatan seluruh masyarakat Indonesia yang lebih baik. "Diharapkan tahun ini bedah rumah swadaya bisa bertambah menjadi 200 ribu rumah. Tapi, sementara anggaran yang tersedia baru untuk 65 ribu rumah," jelas Djan Fariz. Dengan hunian yang layak dan kesehatan yang baik bisa mengurangi kesulitan ekonomi masyarakat dan kehidupan masyarakat makmur dapat segera tercipta. (rhs)

Sumber : http://property.okezone.com/read/2012/01/12/471/556256/2012pemerintah-bedah-200-ribu-rumah-swadaya

Serambi Kamis, 12 Januari 2012 | 21:40:07 WIB

Sinarmas Land Operasikan Kantor Pusat

KORAN JAKARTA/ MIEKO UMYHARTO JAKARTA - Sinergi dua perusahaan properti yang tergabung dalam Group Sinarmas, yakni PT Bumi Serpong Damai dan PT Duta Pertiwi, secara resmi mengoperasikan gedung Sinarmas Land Plaza yang berlokasi di kawasan Green Office Park BSD, Tangerang. Managing Director Corporate Strategy & Services PT Sinarmas Land Ishak Chandra mengatakan dipindahkannya kantor pusat PT BSD dan PT Duta Pertiwi ke gedung tersebut diharapkan akan ada komunikasi dan hubungan lebih baik antara manajemen kedua perusahaan. "Total terdapat 6.000 employee, sekitar 12 persen direlokasi di kantor baru ini agar operasional kerja lebih efisien," kata Ishak di Tangerang, Kamis (12/1). Menurutnya, strategi tersebut merupakan wujud dan komitmen Sinarmas Land dalam mengembangkan properti hijau. Sinarmas Land Plaza dibangun di atas lahan seluas 21.258 meter persegi

di atas kawasan Green Office Park. Kawasan seluas 25 hektare ini nantinya akan diisi oleh 11 gedung perkantoran berkonsep green building. Dijelaskan dia, sebagai bentuk komitmen pengembang properti hijau, pihaknya masih menyisakan lahan 10.000 hektare yang ke depannya akan dikembangkan menjadi proyek-proyek properti hijau. () had/E-6

Sumber : http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/80702

Industri Kamis, 12 Januari 2012 | 21:08:26 WIB Tren Hunian l Harga Jual di Pasar Sekunder Merangkak Naik

Daerah Penyangga Kian Diburu

Koran Jakarta/M Yasin Pasar properti pada 2012 diprediksi bakal didominasi oleh produk properti menengah khusus untuk rumah tapak dan apartemen. Artinya, segmen di pasar ini terus membesar. Tren tersebut terjadi akibat peralihan pasar hunian menengah atas yang mengalami over value (kenaikan harga)- yang diyakini dilakukan sejumlah developer dalam menarik ulur harga jual produk properti mewahnya. Di Indonesia harga produk properti secara umum mengalami kenaikan 50 hingga 60 persen pertahun. Mekanisme pasar yang berlaku membuat laju harga jual sejumlah produk properti tidak terbendung, terlebih dukungan pemerintah dalam urusan lahan (landbanking) yang tidak memadai tidak kuasa menjadikan pengembang sebagai aktor utama dalam menentukan harga jual produk properti. Sejalan dengan tingkat pertumbuhannya yang cukup signifikan secara umum pasar properti pada 2012 ini dinilai masih prospektif. Berbagai strategi akan dilakukan

pengembang agar penyerapan pasar terhadap produk properti oleh konsumen mengalami percepatan. Ali Tranghanda Direktur Indonesia Property Watch (IPW) mengemukakan dinamika pasar properti yang kedepannya dinilai masih terus mengalami pertumbuhan pesat dari sekarang, dan akan mengalami percepatan pertumbuhan dalam 2 atau 3 tahun mendatang yang diwarnai oleh koreksi pasar terhadap jenis produk properti tertentu. Menurut dia, terhadap pasar properti primer pengembang mulai menarik ulur harga jual produknya yang berimbas pada kenaikan harga jual di pasar properti sekunder. Di beberapa titik, kata ali, bahkan telah menunjukkan over value karena kenaikan yang tinggi dalam dua tahun belakangan, yang menyebabkan pertumbuhannya tidak setinggi pada 2012 ini. Hunian berupa rumah mewah maupun apartemen menengah atas, harganya sudah sangat mahal sehingga membuat sejumlah konsumen lebih tertarik ke segment menengah yang harganya lebih terjangkau berkisar 800 juta rupiah-900 juta rupiah. "Pengembang mulai menggoreng-goreng harga, mereka enggan untuk menurunkan atau melepas harga dari yang sudah ditawarkan, lebih baik menahan daripada melepas hunian mewahnya jauh dari harga jual yang ditetapkan,"kata Ali kepada Koran Jakarta, Senin (9/1). Hal itu, lanjut dia membuat segmentasi pasar bergeser ke jenis produk hunian menengah dan akan mengalami kenaikan permintaan tertinggi pada 2012 ini mencapai rata-rata 20 persen untuk residensial. Sementara daerah penyangga Jakarta seperti Sentul, Bogor, Depok, Bekasi adalah wilayah yang bakal mengalami pertumbuhan 13 hingga 15 persen untuk produk properti hunian. Untuk produk sejenis apartemen menengah bawah atau yang biasa disebut rumah susun milik (rusunami) juga akan mengiringi laju pertumbuhan di sekitar kawasan tersebut termasuk Jakarta. "Di beberapa titik suplai hunian menengah mulai merata, meski begitu kita patut mewaspadai bisa saja harganya menjadi naik karena didorong oleh meningkatnya permintaan selain karena harga tanah yang ikut naik karena pasar properti menengah atas yang harganya sangat tinggi,"tambah Ali. Hal senada juga diakui Matius Jusuf, Direktur Marketing Podomoro City mengatakan belakangan ini sejumlah pengembang lebih banyak memfokuskan produk hunian menengah ketimbang menengah atas. Selain lebih prospektif, kata dia kebanyakan konsumen mencari alternatif harga yang kompetitif untuk membeli hunian. Menurutnya kebanyakan hunian menengah atas memang merupakan suplai dari tahun-tahun sebelumnya. Mengingat harganya yang begitu mahal kata dia kecenderungan laju penjualannya lebih lamban ketimbang kelas menengah. "Permintaannya tetap ada, tetapi cenderung datar ketimbang yang menengah. Apalagi ini kan produk primer masih banyak kebutuhannya,"kata Matius, Rabu

(11/1). Dia tidak menepis kecenderungan perlambatan penjualan terhadap produk hunian khususnya apartemen menengah atas yang dijelaskannya terjadi akibat booming apartemen menengah. "Untuk landed houses menengah sudah dipastikan pasti akan mengalami pertumbuhan termasuk apartemen menengah yang harganya juga naik bisa 3 kali lipat nilai inflasi,"tambah Matius. Sementara, kata dia peralihan karakter konsumen terhadap produk hunian justeru akan berimbas pada produk lainnya seperti rumah toko (ruko) dan rumah kantor (rukan). "Permintaanya tinggi untuk produk ruko dan rukan ketimbang suplainya, karena itu terjadi over value,"jelas Matius. Dalam kesempatan berbeda, Steve Sudijanto, Associate Director and Division Manager Retail Services konsultan properti Colliers International mengatakan pengelolaan apartemen yang baik dan didukung oleh manjemen yang profesional tentunya akan sangat berpengaruh terhadap tinggi rendah minat beli konsumen. Menurut Steve, dukungan sejumlah fasilitas ritel dan pendukungnya yang dikelola secara baik juga menjadi faktor bagaimana sebuah hunian semisal apartemen dapat laris di pasaran. "Apartemen menengah atas karena harganya mahal tentu harus didukung pengelolaan yang baik itu yang harus fokus dikerjakan pengembang,"kata Steve di Jakarta, Rabu (11/1). Kata dia perlambatan terhadap produk hunian apartemen mewah terjadi akibat sistem pengelolaan yang keliru yang dilakukan tidak mengindahkan fasilitas-fasilitas yang dapat mengimbangi nilai jual sebagai apartemen mewah. () had/E-6

Sumber : http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/80684

Kamis, 12 Januari 2012 pukul 11:15:00

Pembiayaan Properti Diburu


Oleh Nur Aini Potensi pembiayaan sektor properti dari perbankan syariah masih luas. JAKARTA - Bisnis pembiayaan ke sektor properti menjadi fokus bisnis sejumlah bank syariah tahun ini. Pembiayaan sektor properti ditargetkan meningkat untuk memenuhi tingginya kebutuhan perumahan masyarakat. Permata Bank Syariah menargetkan porsi pembiayaan perumahan naik 15 persen tahun ini. Target itu dipatok setelah melihat perkembangan pembiayaan perumahan yang relatif baik pada 2011. Hingga akhir Desember 2011, pembiayaan perumahan yang tersalurkan mencapai Rp 600 miliar atau 20 persen dari total portofolio pembiayaan. Head of Permata Bank Syariah Achmad K Permana mengatakan, pihaknya akan mengandalkan produk pembiayaan KPR dengan akad ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) tahun ini. Akad IMBT merupakan perjanjian sewa-menyewa yang disertai opsi pemindahan hak milik atas benda yang disewa pada akhir masa sewa. Pada 2011, akad IMBT di Permata Syariah mendominasi pembiayaan perumahan, yakni hingga 60 persen dari portofolio pembiayaan perumahan. Lain lagi dengan OCBC NISP Syariah yang menargetkan kenaikan pembiayaan KPR hingga 50 persen pada 2012. Untuk menarik nasabah pembiayaan perumahan, OCBC NISP akan mengimplementasikan akad murabahah. Pembiayaan murabahah akan melengkapi akad musyarakah mutanaqisoh yang selama ini sudah kita pakai, ujar Head of OCBC NISP Syariah, Koko T Rachmadi. Pembiayaan KPR hingga Desember, menurut Koko, sudah mencapai sekitar Rp 200 miliar. Sebagian besar nasabah KPR OCBC NISP syariah mengambil pembiayaan dalam kisaran Rp 500 juta sampai dengan Rp 1 miliar. Kita fokuskan pembiayaan ke produk yang sudah ada untuk 2012. Salah satunya pembiayaan KPR ini, tuturnya. Koko optimistis, pembiayaan akan tumbuh positif seperti kenaikan 2011 yang mencapai 30 persen. Target yang lebih agresif dipatok BNI Syariah dalam pembiayaan perumahan yang mencapai sekitar 60 persen. BNI Syariah akan memfokuskan pembiayaan melalui Griya Hasanah. Kita akan gencarkan pembiayaan di griya. Strategi bisnis kita di griya akan jadi prioritas, ungkap

Direktur Utama BNI Syariah, Rizqullah. Menurutnya, potensi pembiayaan sektor properti dari perbankan syariah masih luas. BNI Syariah akan bekerja sama dengan developer di daerah untuk meningkatkan pembiayaan. Tidak menutup kemungkinan, pembiayaan sektor properti BNI Syariah merambah ke apartemen. Tahun depan, BNI Syariah menargetkan dapat menyalurkan pembiayaan Griya Hasanah hingga Rp 3 triliun.

Sementara itu, Bank Syariah Mandiri (BSM) menargetkan, pertumbuhan pembiayaan 30 persen pada 2012. Kita pasang target pertumbuhan moderat untuk pembiayaan, ujar Direktur Utama BSM, Yuslam Fauzi. Ia menyebutkan, pembiayaan konsumer BSM sekitar 30 persen dari total portofolio pembiayaan. Dari jumlah itu, 12-13 persen merupakan pembiayaan perumahan. Sementara, total pembiayaan BSM per Desember 2011 mencapai Rp 44 triliun. Bank Muamalat akan memfokuskan bisnis 2012 di sektor ritel. Porsi pembiayaan ke sektor ritel ditargetkan bisa tumbuh hingga 60 persen dari portofolio pembiayaan. Pembiayaan konsumer berkontribusi 50 persen dari pembiayaan ritel, kata Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat, Hendiarto. Sedangkan, pembiayaan perumahan di Bank Muamalat masih mendominasi pembiayaan konsumer. Dari nilai pembiayaan konsumer Rp 7,3 triliun, Rp 3,6 triliun tersalur ke pembiayaan hunian syariah yang tumbuh 40 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Bisnis kita masih banyak ke ritel, ke depan bakal diperbesar, papar Hendiarto. ed: irwan kelana

Sumber : http://republika.co.id:8080/koran/0/151975/Pembiayaan_Properti_Diburu

Sinar Mas Land Luncurkan Proyek Perkantoran di BSD City


BY ANNISA MARGRIT

Mukhtar Widjaja, Chairman Sinar Mas Land (kiri), dan Djan Faridz, Menteri Perumahan Rakyat (ketiga kiri), menghadiri grand launching Sinar Mas Land Plaza, Kamis, di BSD City Serpong. (IFT/STANLIE)

TANGERANG (IFT) Perusahaan properti Sinar Mas Land meluncurkan gedung perkantoran Sinar Mas Land Plaza di kawasan Green Office Park BSD City, Tangerang. Gedung tersebut berdiri di atas lahan seluas sekitar 21 ribu meter persegi dan terdiri dari lima lantai. Nilai investasinya diperkirakan Rp 70 miliar, kata Hermawan Wijaya, Sekretaris Perusahaan Sinar Mas Land, di Tangerang, Kamis.

Pembangunan dilakukan sejak 2010 dan selesai pada akhir 2011. Gedung ini merupakan gedung pertama yang dibangun di kawasan Green Office Park. Menurut Hermawan, kawasan ini memiliki luas 25 hektare dan rencananya akan dibangun sebelas gedung perkantoran. Salah satunya adalah gedung kantor Unilever, yang luas lahannya sekitar tiga hektare, ujarnya. Saat ini, Hermawan menambahkan perusahaan sedang bernegosiasi dengan beberapa perusahaan lain yang berminat membangun kantor di kawasan itu. Ishak Chandra, Managing Director Corporate Strategy & Services Sinar Mas Land, memproyeksikan kawasan Green Office Park sebagai kawasan perkantoran baru di luar kawasan pusat bisnis (central business district/CBD) dan daerah Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Green Office Park dikembangkan dengan konsep hijau dan ramah lingkungan. Sinar Mas Land Plaza sudah mendapatkan sertifikasi Gold untuk green building dan Green Office Park mendapatkan Green Certified untuk kawasan perkantoran, ujar Ishak. Kedua sertifikasi itu didapatkan dari Building Construction Authority Singapura. Dengan konsep green building, menurut Ishak, gedung tersebut dapat menghemat energi listrik hingga 31% atau sekitar 1,2 juta kilowatt hour (kWh). Dengan penghematan itu, perusahaan dapat menghemat Rp 542 juta per tahun. Ishak menambahkan gedung tersebut juga menghemat penggunaan air hingga 23% dari gedung konvensional serta mengurangi emisi karbondioksida sampai 600 ton per tahun. Dengan demikian, perusahaan dapat menghemat biaya operasional hingga Rp 156 juta per tahun. Menurut dia, konsep hijau dan ramah lingkungan menjadi komitmen perusahaan dalam pengembangan proyek-proyeknya. Selain gedung ini, gedung Sinar Mas World Academy juga sedang dalam proses sertifikasi dari Green Building Council Indonesia (GBCI). Sinar Mas Land merupakan induk perusahaan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Duta Pertiwi Tbk (DUTA). Perusahaan menyiapkan dana sebesar Rp 3,25 triliun untuk belanja modal tahun ini. Sekitar 40% dari total dana itu akan digunakan untuk akuisisi lahan. Sisanya, untuk pengembangan proyek yang sudah ada dan pembangunan infrastruktur. Proyek yang sudah ada di antaranya Kota Deltamas dan Karawang International Industrial City (KIIC). Sinar Mas Land memiliki nilai kapitalisasi pasar hingga Rp 18 triliun. Tahun ini, perusahaan menargetkan kontribusi pendapatan sebesar 45% dari sektor areal komersial, kontribusi 37% dari sektor residensial, dan 15% dari sektor manajemen aset. Saat ini proyek-proyek perusahaan tersebar di lima daerah, yaitu Semarang, Surabaya,

Medan, Balikpapan, dan Jakarta. Tahun ini, Sinar Mas Land berencana melakukan ekspansi ke kota-kota lain, termasuk di luar Pulau Jawa. Pengembangan kawasan perkantoran di koridor Jalan TB Simatupang diprediksi akan tetap ramai hingga lima tahun ke depan. Selain pasokan tanah yang masih tersedia, harga lahan di kawasan ini masih lebih rendah dibandingkan kawasan pusat bisnis Jakarta. Koridor Jalan TB Simatupang saat ini sudah memasok 50% dari total perkantoran di Jakarta Selatan. Di kawasan tersebut beberapa proyek perkantoran sedang di bangun dan beberapa lainnya masih dalam tahap perencanaan. Proyek tersebut di antaranya Signum Tower, Sovereign Plaza, Manhattan Square, Antam Office Park, Alamanda Tower, Helios 2, South Quarter, dan GKM Tower sedang dibangun atau baru beroperasi. Proyek tersebut melengkapi perkantoran yang sudah tersedia, seperti Perkantoran Hijau Arcadia dan Talavera Office Tower yang dibuka pada 2010. PT Total Persada Development, anak usaha PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL), bekerja sama dengan PT Graha Kirana Megah sebagai penyedia lahan membangun GKM Tower. Mereka mendirikan perusahaan baru, PT Lestari Kirana Persada. Nilai investasi untuk proyek tersebut sekitar US$ 25 juta-US$ 30 juta. Rudi S Komajaya, Presiden Direktur Lestari Kirana Persada, mengatakan GKM Tower merupakan proyek perkantoran hijau. Perusahaan telah mengajukan GKM Tower untuk disertifikasi oleh Green Building Council Indonesia dan Green Mark dari Building Construction Authority Singapura dengan target peringkat Platinum. Menurut Corporate Secretary Total Bangun Persada Elvina Apandi Hermansyah, pembangunan perkantoran hijau seluas 14.900 meter persegi yang akan ditawarkan secara strata-title (hak milik) maupun sewa itu rencananya akan rampung pada 2013. Total sudah membuka pre-sales untuk perkantoran tersebut sejak Maret tahun lalu, katanya. Untuk perkantoran stata-title di GKM Tower ditawarkan seharga Rp 19 juta-Rp 19,5 juta per meter persegi. Sedangkan unit perkantoran sewa mencapai Rp150 ribu-Rp 160 ribu tiap meter persegi. Penghuni ruang perkantoran di sana masih akan dikenakan service charge sekitar Rp 85 ribu per meter persegi. (*)

Sumber : http://www.indonesiafinancetoday.com/read/20751/Sinar-Mas-LandLuncurkan-Proyek-Perkantoran-di-BSD-City

Penyaluran Subsidi FLPP Dihentikan Sementara


BY ANNISA MARGRIT

JAKARTA (IFT) Penyaluran subsidi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dihentikan sementara karena masa Perjanjian Kerjasama Operasional (PKO) antara Kementerian Perumahan Rakyat dengan bank-bank penyedia layanan tersebut sudah habis. Djan Faridz, Menteri Perumahan Rakyat, mengatakan penghentian sementara ini direncanakan antara Desember 2011 hingga pertengahan Januari tahun ini. PKO selanjutnya sedang diurus, diharapkan dalam satu atau dua minggu ini sudah selesai, ungkapnya, di Jakarta, Kamis. Dalam pembicaraan untuk perpanjangan kerjasama ini, menurut Djan, pemerintah menginginkan agar suku bunga kredit direvisi. Mudah-mudahan suku bunga bisa turun. Idealnya menjadi 5%-6%, katanya.

Suku bunga FLPP saat ini berkisar antara 8,15%-8,5%. Masa tenor pembayaran FLPP dalam PKO yang baru adalah 15 tahun, sama dengan pada PKO terdahulu. Namun, komposisi antara dana dari pemerintah dan perbankan mengalami perubahan menjadi 50:50. Sebelumnya, dana dari komposisi antara pemerintah dan perbankan adalah 60:40. Tapi, ujar Djan, pihak-pihak perbankan tetap bersedia melanjutkan kerjasama. Pemerintah, melalui Kementerian Perumahan Rakyat, terus menghimbau pihak perbankan untuk ikut berpartisipasi dalam program FLPP ini, tuturnya. Dia mengakui saat ini perbankan lebih berkonsentrasi pada kredit pemilikan rumah (KPR) dengan suku bunga pasar dan tenor pendek yang waktunya hanya dua hingga tiga tahun.

Sri Hartoyo, Deputi Bidang Pembiayaan Formal Kementerian Perumahan Rakyat, menyebutkan pada tahun ini pemerintah menargetkan pemberian subsidi FLPP bagi 123.790 unit rumah. Target ini lebih tinggi dari pencapaian 2010 dan 2011. Pencapaian

FLPP untuk 2010 dan sepanjang 2011 sebanyak lebih dari 108 ribu unit, sebutnya. Setyo Maharso, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Real Estat Indonesia (REI), menuturkan penghentian sementara program FLPP memiliki pengaruh cukup signifikan bagi pengembang karena pembangunan rumah murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah terhambat.

Dampaknya bukan pada penurunan transaksi, tapi pengembang berkejaran dengan batas waktu pembangunan rumah di bawah tipe 36. Ini terjadi di seluruh Indonesia, keluhnya. Untuk itu, kata Setyo, pihaknya berharap pengurusan PKO yang baru bisa cepat selesai agar pengembang bisa melanjutkan pembangunan rumah. Rumah yang mendapatkan subsidi dengan skema FLPP adalah rumah dengan harga Rp 70 juta-Rp 80 juta. Sebagian besar rumah dengan harga tersebut adalah rumah di bawah tipe 36. Namun, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menyatakan luas minimal rumah umum atau rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah adalah 36 meter persegi. Ketentuan tersebut berlaku mulai 31 Januari tahun ini.

Karena itu, pengembang memanfaatkan tenggang waktu hingga akhir bulan ini untuk membangun rumah sederhana dengan tipe di bawah 36. Saat ini, Kementerian Perumahan Rakyat juga berencana untuk melakukan kerjasama dengan pengembang dalam membangun kawasan di sekitar proyek milik pengembang. Kami akan mengajak pengembang untuk bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat, seperti di Banten. Misalnya pemerintah punya program bedah rumah senilai Rp 6 juta per unit, mereka tinggal menambah Rp 3 juta per unit, ucap Djan. Djan menambahkan kerjasama ini tidak hanya melibatkan Kementerian Perumahan Rakyat, pemerintah daerah setempat, serta pengembang, tapi juga Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Usaha Kecil dan Menengah, dan pihak perbankan.(*)

Sumber : http://www.indonesiafinancetoday.com/read/20781/Penyaluran-SubsidiFLPP-Dihentikan-Sementara

Property Thursday, 12 01 2012

Pemerintah Permudah Syarat Penyaluran Dana Perumahan


BY ANNISA MARGRIT

Pembangunan sektor perumahan seharusnya terintegrasi di satu lembaga. (IFT/STANLIE)

JAKARTA (IFT) Kementerian Perumahan Rakyat akan mempermudah syarat penyaluran dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) agar penyalurannya lebih maksimal. Saat ini sedang dirumuskan aturan agar calon penerima dana tidak perlu melengkapi persyaratan melampirkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak.

Sri Hartoyo, Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Perumahan Rakyat, mengatakan kementerian sedang menyiapkan kebijakan baru untuk mengganti kewajiban menunjukkan SPT. Selama ini SPT menjadi salah satu kendala terbesar dalam penyerapan FLPP. Nantinya, konsumen hanya perlu menyiapkan semacam surat pengantar dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), ujarnya.

Bentuk surat pengantar itu, tambah Sri, masih dalam kajian kementerian. Selama ini, masyarakat berpenghasilan rendah yang akan membeli rumah murah dengan menggunakan skema subsidi FLPP harus menyediakan SPT dan NPWP. Hingga akhir Desember 2011, penyaluran dana FLPP baru terealisasi untuk 108.471 unit rumah tapak maupun rumah susun milik. Sementara tahun 2012, kementerian menargetkan penyaluran FLPP bagi 123.790 unit rumah dengan nilai mencapai Rp 4,7 triliun. Hingga saat ini, kata Sri, ada 16 bank yang berpartisipasi dalam penyaluran dana FLPP. Bank-bank tersebut di antaranya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Bank Bukopin Tbk (BBKP), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan beberapa bank pembangunan daerah. Dari semua bank tersebut, sekitar 99% disalurkan oleh BTN. Selain masalah SPT, kementerian juga sedang melakukan kajian untuk menurunkan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR), mengikuti turunnya suku bunga Bank Indonesia (BI), ungkap Sri. Saat ini, sebagian besar bank memiliki suku bunga KPR antara 8,15%-8,50%, meskipun ada beberapa bank yang menetapkan suku bunga hingga 7%. Namun, Sri tidak menyebutkan berapa besaran suku bunga KPR yang diharapkan.

Banyak Persoalan Persoalan di bidang perumahan sangat kompleks karena meliputi pula penataan perkotaan dan permukiman. Karena itu berbagai problem hanya bisa di atasi jika regulasi perumahan dan penataan kota dikeluarkan satu instansi yang sama, ungkap pengamat perumahan dan permukiman. Zulfi Syarif Koto, Direktur Eksekutif The Housing & Urban Development (HUD) Institute menilai mengatasi masalah perumahan tidak dapat terlepas dari penataan kota dan permukiman yang semrawut terutama di perkotaan. Dia mengusulkan agar Kementerian Perumahan Rakyat diubah namanya dan ditambah wewenangnya menjadi Kementerian Perumahan dan Pembangunan Perkotaan. Tidak mungkin membangun rumah tanpa menyiapkan dulu penataan kotanya, dan itu semua harus sinkron. Instansi yang menyusun program kedua masalah itu tidak bisa terpisah, tapi harus satu pintu, tegasnya.

Menurut Zulfi, saat ini lembaga yang menangani masalah perumahan beragam. Di Kementerian Pekerjaan Umum misalnya ada Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman yang mengurus soal perumahan. Di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, ada Direktorat Jenderal Permukiman Transmigrasi. Kementerian Sosial juga memiliki direktorat yang mengurus rumah-rumah jompo. Sementara di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal ada lembaga yang mengurus soal rumah-rumah di desa tertinggal. Begitu juga di Kementerian Perikanan dan Kelautan yang mengurusi pembangunan rumah nelayan pesisir. Kalau semua bisa disatukan dalam satu kementerian saja, maka program pengadaan perumahan bisa dilakukan terpadu, dan sinkron dengan rencana tata ruang yang disiapkan. Penggunaan dana juga lebih efisien, jelasnya. Dengan kondisi sekarang yang tumpang-tindih kata Zulfi, dengan instansi lain terutama sektor

Kementerian

Pekerjaan

Umum,

menyebabkan

pembangunan

perumahan tidak efektif. (*)

Sumber : http://www.indonesiafinancetoday.com/read/20698/PemerintahPermudah-Syarat-Penyaluran-Dana-Perumahan

Anda mungkin juga menyukai